1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap pangan yang cukup dan bermutu. Ketahanan pangan memiliki beberapa aspek diantaranya aspek pasokan (supply), aspek daya beli, dan aspek aksesibilitas. Aspek pasokan (supply) mencakup produksi dan distribusi pangan, aspek daya beli yang mencakup tingkat pendapatan individu dan rumah tangga, serta aspek aksesibilitas mencakup hal yang berkaitan dengan keterbukaan, kesempatan individu, dan keluarga mendapatkan pangan.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perorangan secara merata diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU RI No. 18 th. 2012 tentang pangan).
2
Usahatani memegang peranan penting terhadap ketersediaan pangan di Indonesia. Salah satu komoditas yang berperan dalam ketersediaan pangan tersebut adalah padi. Usahatani padi dapat menghasilkan beras yang merupakan bahan makanan pokok untuk dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Ketersediaan bahan pangan (beras) dalam negeri yang belum mencukupi dapat menjadi masalah nasional bagi Negara Indonesia. Selain bahan pangan, beras juga merupakan bahan baku penting dalam beberapa industri makanan seperti mie dan kue. Oleh karena itu usahatani padi dituntut mampu menyediakan beras untuk memenuhi permintaan yang ada khususnya dalam negeri.
Pertumbuhan jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan akan beras. Kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan masih akan terus meningkat. Diketahui pada tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), pada tahun 2025 kebutuhan tersebut diproyeksikan menjadi sebesar 65,9 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras, bahkan konsumsi beras cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2005).
Kecenderungan konsumsi beras yang meningkat, maka produksi beras juga harus ditingkatkan agar tercapainya keseimbangan antara permintaan dan penawaran beras. Kebutuhan pangan yang terus meningkat akan memerlukan upaya untuk mencukupi ketersediaan pangan dalam jumlah besar dan
3
tersebar. Upaya tersebut dilakukan untuk memenuhi kecukupan konsumsi maupun stock nasional yang sesuai persyaratan operasional logistik.
Beras yang diperoleh petani berasal dari butiran-butiran padi. Tanaman padi merupakan salah satu tanaman pangan utama, tanaman ini penghasil sebagian besar makanan pokok di Indonesia. Tanaman padi dapat dibedakan berdasarkan 3 varietas yaitu varietas padi hibrida, varietas padi unggul dan varietas padi lokal. Varietas padi hibrida contohnya seperti intani 1 dan 2, PP1, H1, bernas prima, rokan, SL 8 dan 11 SHS, B3, B5, B8 DAN B9, hipa4, hipa 5 ceva, hipa 6 jete, hipa 7, hipa 8, hipa 9, hipa 10, hipa 11, long ping (pusaka 1 dan 2), adirasa-1, adirasa-64, hibrindo R-1, hibrindo R-2, manis-4 dan 5, MIKI-1,2,3, SL 8 SHS, SL 11 HSS. Varietas padi hibrida juga ada yang dikeluarkan oleh pemerintah, tetapi ada juga didatangkan (import) dari negara lain. Varietas padi unggul contohnya seperti ciherang (bisa mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam di daerah Tanggerang), IR-64, IR-42, mekongga, cimelati, cibogo, cisadane, situ patenggang, cigeulis, ciliwung, membramo, sintanur, jati luhur, fatmawati, situbagendit. Varietas padi lokal contohnya seperti varietas kebo, cilamaya muncul, dharma ayu, pemuda idaman, (indramayu), gropak, ketan tawon, gundelan, merong (pasuruan), simenep , srimulih, andel jaran, ketan lusi, ekor kuda, hingga gropak (Arifin, 2013).
Provinsi Lampung sendiri telah berupaya meningkatkan produksi padi dalam negeri sebagai kontribusinya terhadap ketahanan pangan nasional. Beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produksi tidak hanya melalui
4
penambahan luasan lahan pertanian tetapi juga melalui program intensifikasi pertanian dengan menanam beberapa varietas unggulan dan mengoptimalkan penggunaan sarana input. Produksi dan Rata-rata produksi tanaman padi sawah di Provinsi Lampung pada tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi dan rata-rata produksi tanaman padi sawah di Provinsi Lampung tahun 2009 - 2011
Kabupaten / Kota
Kabupaten 1. Lampung Barat
Tahun 2009 Produksi (Ton)
Padi Sawah Tahun 2010 Produksi (Ton)
Tahun 2011 Produksi (Ton)
Rata-rata
160.080
165.342
159.522
208.553
201.067
238.779
Produksi (Ton)
2.
Tanggamus
153.144 306.716
3. 4.
Lampung Selatan Lampung Timur
338.988 259.928
370.060 431.981
395.437 44. 552
368.162 378.487
5.
Lampung Tengah
550.253
570.968
654.545
591.922
6.
Lampung Utara
108.471
117.088
131.155
118.905
7.
Way Kanan
135.751
120.487
145.472
133.904
8.
Tulang Bawang
324.412
187.412
186.728
232.851
9.
Pesawaran
119.971
139.159
146.317
135.149
10.
Pringsewu
-
111.239
113.284
112.262
11.
Mesuji Tulang Bawang Barat
-
113.822
87.195
100.509
-
60.245
49.155
59.700
9.039
9.336
8.631
9.002
23.048 2.487.314
23.443 2.623.873
24.988 2.752.868
23.827 2.662.981
12. Kota 1.
Bandar Lampung
2.
Metro Lampung
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012.
Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi tanaman padi sawah di Provinsi Lampung terjadi peningkatan namun tidak terlalu signifikan. Kabupaten Lampung Tengah memiliki rata-rata produksi terbesar dari daerah lainnya pada tiga tahun terakhir sebanyak 591.922 Ton, diikuti oleh
5
Kabupaten Lampung Timur sebanyak 378.487 Ton, serta Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 368.162 Ton. Kota Bandar Lampung memiliki produksi terendah dari daerah lainnya hanya sebanyak 9.002 Ton.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki produksi terbesar ketiga setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur dengan ratarata produksi padi sawah sebanyak 368.162 Ton. Kebutuhan bahan pangan yang semakin tahun semakin meningkat dan tidak pernah surut melainkan kian bertambah dari tahun ke tahunnya membuat produksi tanaman padi harus semakin ditingkatkan guna mencukupi kebutuhan pangan.
Kabupaten Lampung Selatan telah berupaya untuk meningkatkan produksi guna mencukupi stok pangan nasional. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai macam varietas padi baik varietas hibrida, varietas unggulan, maupun varietas lokal. Produksi padi di Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 selalu mengalami peningkatan. Produksi padi pada tahun 2008 sebanyak 301.399 Ton, tahun 2009 produksi padi naik menjadi 386.856 Ton, tahun 2010 produksi padi naik menjadi 406.143 Ton, dan pada tahun 2011 produksi padi naik hingga mencapai 421.700 Ton (Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Selatan, 2011).
Kabupaten Lampung Selatan memiliki luas lahan padi sawah seluas 74.997 Ha yang tersebar pada 17 kecamatan yang ada di Kabupaten tersebut. Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi tanaman pangan menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan pada tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.
6
Tabel 2. Luas panen, produksi, produktivitas dan rata-rata produksi padi sawah menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2009 – 2011
No
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Natar Jati Agung Tjg Bintang Tjg Sari Katibung Merbau M Way Sulan Sidomulyo CandiPuro Way Panji Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang Bakauheni
Jumlah /Total
Tahun 2009 Luas Produksi Panen (Ton) (Ha) 5.887 31.074 4.200 21.130 2.558 12.865 1.160 6.266 1.310 7.076 1.611 8.546 3.302 17.007 3.796 19.647 7.927 40.571 2.385 12.502 5.276 27.307 2.555 13.423 13.362 69.367 4.617 24.112 2.912 15.378 4.991 26.138 882 4.650 68.731
357.058
Produkti vitas (Ton/Ha) 5,3 5,0 5,0 5,4 5,4 5,3 5,2 5,2 5,1 5,2 5,2 5,3 5,2 5,2 5,3 5,2 5,3 5,2
Padi Sawah Tahun 2010 Luas Produksi Panen (Ton) (Ha) 7.711 40.216 4.476 22.444 2.797 13.984 1.233 6.451 1.744 9.197 2.613 13.479 3.320 16.995 3.793 19.332 8.064 41.116 2.610 13.560 5.442 27.994 3.057 15.869 11.162 57.095 4.436 22.962 4.456 23.159 6.602 34.360 860 4.379 74.376
382.590
Produkti vitas (Ton/Ha) 5,2 5,0 5,0 5,2 5,3 5,2 5,1 5,1 5,1 5,2 5,1 5,2 5,1 5,2 5,2 5,2 5,1 5,1
Tahun 2011 Luas Produksi Panen (Ton) (Ha) 8.134 42.754 4.297 22.059 2.706 13.836 1.242 6.512 1.987 10.493 2.309 12.055 3.075 16.033 3.845 19.952 8.326 43.770 2.725 14.235 5.435 28.566 2.437 12.848 13.407 70.628 4.486 23.677 3.410 17.967 6.261 32.726 915 4.748 74.997
395.437
Rata-rata Produksi Produkti vitas (Ton/Ha) 5,3 5,1 5,1 5,2 5,3 5,2 5,2 5,2 5,3 5,2 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,2 5,2
38.015 21.878 13.562 6.410 8.922 11.360 16.678 19.644 41.819 13.432 27.956 14.047 65.697 23.584 18.835 31.075 4.592
5
377.506
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2012
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Palas pada tiga tahun terakhir memiliki luasan panen padi sawah terbesar yaitu seluas 13.407 Ha dan memiliki rata-rata produksi padi sawah terbesar sebanyak 65.697 ton, sedangkan Kecamatan Bakauheni pada tiga tahun terakhir memiliki rata-rata produksi padi sawah terendah yaitu hanya sebanyak 4.592 ton.
Varietas yang digunakan petani pada Kecamatan Palas tidak hanya varietas hibrida dan varietas unggulan, tetapi varietas lokal pun ditanam. Mayoritas petani pada Kecamatan Palas menggunakan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul dan varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang. Jenis padi ini ditanam dengan masing-masing luas areal berbeda. Penyebaran varietas padi sawah di Kecamatan Palas pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.
(Ton)
7
Tabel 3. Penyebaran varietas padi sawah di Kecamatan Palas tahun 2012
No
Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Palas Pasemah Palas Jaya Pulau Tengah Pulau Jaya Bumiasri Tanjung Jaya Bumiasih Bumidaya Bali Agung Bangunan Palas Aji Bandan Hurip Rejomulyo Kalirejo Sukamulya Pematang Baru Mekar Mulya Tanjungsari Bumirestu Sukaraja Sukabakti Jumlah
Varietas Padi Cilamaya Muncul Ciherang Luas (Ha) Produktivitas Luas (Ha) Produktivitas (Ton/Ha) (Ton/Ha) 80 6,4 71 6,2 150 6 153 5,5 104 6,3 125 5,5 220 5,5 175 5,5 290 6,5 60 6,1 185 5,9 35 5,2 250 5,9 275 5,7 400 6,5 200 5,5 180 6 133 5 116 6 170 5 450 6,1 195 5,6 200 6,2 127 5,6 150 6,2 56 5,5 25 6 50 5,5 135 5,5 466 6,5 11 5 88 6,2 60 6 792 6,3 215 6 75 7,4 225 6,5 50 7 100 6 4.446 2.396 -
Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Palas, 2012 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat 21 Desa di Kecamatan Palas dan mayoritas petani membudidayakan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul dan varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang, tetapi masing-masing desa membudidayakan dengan luasan lahan yang berbedabeda. Desa Bumirestu memiliki luas lahan yaitu seluas 792 Ha, sedangkan untuk Desa Bumidaya memiliki luas lahan yaitu seluas 250 Ha dalam membudidayakan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul. Desa Bumidaya memiliki luas lahan yaitu seluas 275 Ha, sedangkan untuk Desa Bumurestu memiliki luas lahan terendah yaitu seluas 215 Ha dalam membudidayakan varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang.
8
Ketersediaan bahan pangan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan di suatu daerah. Salah satu pangan yang memiliki peran yang sangat vital adalah beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Beras diperoleh dari komoditas padi yang diusahakan oleh petani meskipun banyak varietas yang diusahakan.
Kabupaten Lampung Selatan telah berupaya untuk meningkatkan produksinya dengan membudidayakan beberapa varietas yang memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Salah satu kecamatan yang mempuyai tingkat produksi tanaman padi terbesar yaitu di Kecamatan Palas, mayoritas petani di Kecamatan Palas menggunakan varietas lokal yang saat ini masih belum banyak dikenal oleh masyarakat yaitu jenis padi Cimalaya Muncul. Varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang mempunyai keunggulan yang lebih baik di bandingkan dengan varietas padi lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul. Beberapa Keunggulan varietas padi unggulan dengan jenis padi Ciherang seperti produksi padi yang tinggi, tahan terhadap hama penyakit, cocok ditanam pada musim penghujan dan musim kemarau, sedangkan keunggulan varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul seperti tahan terhadap hama penyakit, dapat beradaptasi di daerah tertentu, umur tanaman hanya 3-4 bulan. Namun, petani di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan lebih banyak yang menanam varietas lokal dengan jenis padi Cilamaya Muncul dibandingkan varietas unggulan dengan jenis padi Ciherang.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah persepsi petani terhadap padi varietas Cilamaya Muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ? 2. Apakah terdapat perbedaan persepsi petani padi Cilamaya Muncul dengan petani padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan? 3. Faktor apa saja yang paling berhubungan dengan persepsi petani terhadap jenis padi Cilamaya Muncul dan jenis padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ? 4. Bagaimanakah tingkat pendapatan petani padi Cimalaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk : 1. Mengetahui persepsi petani terhadap padi varietas Cilamaya Muncul dan Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ? 2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi petani padi Cilamaya Muncul dengan petani padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan? 3. Mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap jenis padi Cilamaya Muncul dan jenis padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?
10
4. Mengetahui tingkat pendapatan petani padi Cimalaya Muncul dan padi Ciherang di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan ?
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1.
Petani, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih, menggunakan jenis padi yang baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan.
2.
Dinas atau instansi terkait, dalam menetapkan kebijakan jenis-jenis varietas yang digunakan oleh petani.
3.
Peneliti lain, sebagai bahan informasi untuk penelitian sejenis.