I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh kolonial
Belanda pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit dalam bahasa latin dinamakan juga Elaeis guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa Yunani yang berarti minyak dan kata guineensis berasal dari kata Guinea yaitu merupakan nama suatu daerah di Pantai Barat Afrika, sedangkan kata Jacq adalah singkatan dari Jacquin seorang botanis dari Amerika yang pertama membuat susunan taksonomi dari tanaman ini. Tanaman kelapa sawit di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan ditanam di Kebun Raya Bogor (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Hartono, 2008). Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien diantara beberapa tanaman sumber minyak nabati yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari (Risza, 2010). Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah bagian buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan, biasanya disebut TBS (Tandan Buah Segar). Buah sawit pada bagian sabut bagian buah atau mesocarp menghasilkan minyak kasar CPO (Crude Palm Oil) sebanyak 20-24%. Sedangkan bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil) 3-4%. Sawit juga dapat diolah menjadi bermacam-macam produk lain seperti mentega, sabun, detergen, amida, amina, alkohol, metil ester dan lain-lain (Sunarko, 2014). Produksi dan luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia mengungguli produksi CPO Malaysia. Faktanya Indonesia menguasai pasar CPO (crude palm oil) atau minyak mentah sawit (I. Pahan, 2010). Produksi sawit Indonesia pada
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 1
tahun 2013 mencapai 27.782.004 ton dan mengalami peningkatan yang sangat baik ditahun 2014 hingga mencapai 29.344.479 ton. Direktorat jenderal perkebunan menargetkan pada tahun 2015 produksi sawit Indonesia bisa mencapai 32 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015). Peningkatan kebutuhan CPO dunia menyebabkan permintaan buah kelapa sawit juga meningkat tajam. Peningkatan harga minyak mentah dunia juga secara tidak langsung membuat permintaan CPO meningkat.
Hal ini karena CPO
menjadi salah satu pilihan untuk bahan baku pembuatan bio energy sebagai alternativ bahan bakar.
Banyak ahli memperkirakan bahwa beberapa tahun
kedepan investasi terbesar subsector perkebunan masih didominasi oleh kelapa sawit. Luas areal dan produksi kelapa sawit berdasarkan publikasi dari data statistik Ditjen perkebunan adalah seluas 8,04 juta ha. Lahan seluas itu mampu memproduksi 19,76 juta ton CPO pada tahun 2010 yang tersebar diseluruh provinsi di Indonesia (Adi, 2014). Sejak zaman kolonial berdirinya lembaga penelitian bidang perkebunan umumnya dimotori oleh perusahaan perkebunan besar swasta dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan perusahaan. Indonesia termasuk negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, oleh karena itu kunci sukses perusahaan tertumpu pada sumber daya manusia yang dimatangkan lewat pendidikan dasar sampai manajemen tingkat tinggi. Untuk menjadi pimpinan yang profesional diperlukan waktu dan proses.
Proses pembinaan harus dimatangkan lewat
pendidikan dan pelatihan, sedangkan waktu pembinaan harus memiliki pengalaman kerja yang cukup memadai (Evizal, 2014).
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 2
Menurut Lubis dan Widanarko (2011), panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan Inti kelapa sawit (IKS). Dengan demikian tugas utama personil dilapangan yaitu mengambil buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai. Keberhasilan panen dan produksi tergantung pada bahan tanaman, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang disediakan. Setelah dilakukan pemanenan TBS harus segera diolah yaitu maksimal 24 jam setelah panen TBS. Buah yang tidak segera di olah akan mengalami kerusakan pada buah atau akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas atau ALB (Suwarto dan Octavianty, 2010). Untuk menghindari hal tersebut, manajemen yang tepat agar
TBS dapat diangkut dengan maksimal serta
meminimalkan buah yang tertinggal dikebun dan buah rusak dengan biaya angkut buah yang rasional. Dengan demikian perlu mempertimbangkan kecepatan kendaraan, kapasitas angkut dan lokasi TPH ke PKS. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi masalah kerusakan buah selama pengangkutan (Sunarko, 2014). Manajemen adalah ilmu dan seni dalam proses seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian dalam penggunaan sumbersumber daya sperti SDA, SDM, SDK, bahan, sarana, dan cara yang dilakukan bersama atau melalui orang-rang untuk mencapai sasaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien (Risza, 2010)
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 3
Sehubungan dengan pentingnya manajemen panen dan pasca panen maka penulis merasa tertarik untuk lebih mendalami bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan terutama menyangkut aspek manajemen-nya. Oleh karena itu, pada Laporan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul “Manajemen Panen Dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) Di PT. Agra
Masang Perkasa-1 (AMP-1) Plantation, Desa Tapian Kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat”. 1.2. Tujuan A. Tujuan Umum Agar mahasiswa memperoleh pengalaman dan kondisi nyata pengelolaan perkebunan terutama dalam kegiatan manajemen panen dan pasca panen kelapa sawit untuk meningkatkan produksi Minyak Kelapa Sawit dan Inti Kelapa Sawit. B. Tujuan Khusus 1. Mengetahui dan memahami manajemen panen dan pasca panen di PT. AMP-1 Plantation. 2. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pelaksanaan panen dan pasca panen yang tepat dan benar. 3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam kegiatan pengawasan panen dan pasca panen. 4. Memiliki kemampuan untuk meningkatkan produksi Minyak Kelapa Sawit dan Inti Kelapa Sawit dalam hubungannya dengan panen dan pasca panen.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 4
1.3. Manfaat Adapun manfaat yang diperoleh adalah : 1. Dapat mengetahui dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam manajemen panen dan pasca panen di PT. AMP-1 Plantation. 2. Dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam teknik pelaksanaan dan pengawasan panen dan pasca panen kelapa sawit. 3. Mahasiswa dapat menghitung biaya secara mendalam dan dapat memberikan solusi pemecahan masalah dalam kegiatan panen dan pasca panen pada budidaya kelapa sawit.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan
dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus (Pahan, 2010). 2.1.1. Taksonomi Tanaman Taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika tanaman menurut Pahan (2010), diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
(Fauzi et all,. 2008) berpendapat bahwa, kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dapat dibedakan beberapa varietas kelapa sawit diantaranya varietas Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Berdasarkan warna buah dari species Elaeis guineensis Jacq. dikenal varietas : Nigrescens, buahnya berwarna violet sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi orange setelah buah matang. Virescens, buah berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna orange.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 6
Albescens, waktu muda buah berwarna keputih-putihan dan tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten, waktu matang berwarna merah dan ujungnya ungu kehitaman. 2.1.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Morfologi kelapa sawit terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji,. A. Akar (radix) Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berkeping satu atau monokotil lainnya, akar tanaman kelapa sawit adalah akar serabut dan tidak memiliki akar tunggang. Akar yang pertama muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula, yang panjangnya 15 cm. dan akan mati membentuk akar utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar sekunder, tersier dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk sempurna mempunyai akar primer dengan diameter 5-10 mm dan tumbuh kebawah sedalam bisa mencapai 8 m, akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 mm. akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang berada dikedalaman 0-60 cm dengan perakaran horizontal bisa mencapai 16 m, Adi (2014). B. Batang (caulis) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil dan batangnya tidak memiliki kambium serta pada umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda terjadi pembentukan batang melebar dapat mencapai 60 cm/tahun tanpa
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 7
perpanjangan internodia (ruas). Tinggi batang bertambah kira-kira 45 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam diperkebunan 15-18 m, sedangkan dialam liar dapat mencapai 30 m. Pohon kelapa sawit hanya memiliki satu titik tumbuh terminal. Ujung batang berbentuk kerucut, diselimuti oleh daundaun muda yang masih kecil (Sunarko, 2014). C. Daun (Folium) Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun pada tanaman kelapa sawit yang masih muda dan kuncup berwarna kuning pucat. Daun pada tanaman kelapa sawit merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi.
Semakin lama
proses fotosintesis berlangsung maka semakin banyak bahan makanan yang dibentuk, sehingga produksi tanaman akan meningkat (Adi , 2014). Menurut Pahan (2010), daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu : Kumpulan anak daun yang mempunyai helaian dan tulang anak daun. Batang pelepah yang merupakan tempat anak daun melekat. Tangkai daun yang merupakan bagian antara daun dan batang. Seludang daun yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang. Pada tanaman yang tumbuh normal terdapat 40-50 pelepah daun dalam satu batang, dan apabila tidak dilakukan pemangkasan maka jumlahnya dapat melebihi 60 pelepah/batang. Pertumbuhan pelepah tiap tahun pada tanaman muda yang berumur 4-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 8
lebih tua dapat mencapai 20-25 helai. Berat satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg berat kering (Evizal, 2014). D. Bunga (Flos) Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Pada pohon kelapa sawit dari setiap pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau betina. Pada tanaman yang baru ditanam sering dijumpai bunga banci atau hermaprodit yang munculnya bunga jantan dan bunga betina. Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga dan akan pecah jika anthesis. Tiap tandan memiliki 100-125 spikelet yang panjangnya 10-20 cm dengan diameter 1-1,5 cm. Setiap spikelet berisi 500-1500 bunga kecil yang berwarna kuning pucat dan bunga jantan akan matang dimulai dari bagian sebelah bawah. Tandan bunga yang sedang athesis (mekar) berbau khas. Tandan bunga betina juga dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15-30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100200 spikelet dan setiap spikelet memiliki 15-20 bunga betina (Adi, 2014). Dalam satu tandan bunga betina akan anthesis secara bertahap 3-5 hari. Bunga betina yang siap diserbuki pada waktu mekar berwarna putih dan hari kedua akan menjadi kuning gading, hari ketiga akan berwarna jingga dan hari keempat akan berwarna kehitaman. Selama bunga anthesis, bunga berbau dan mengeluarkan lendir untuk menarik serangga. Secara alami penyerbukan dilakukan oleh serangga (enthomophilous) dan juga oleh angin (anemophilous) (Pahan, 2010).
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 9
Produksi tandan bunga jantan per pohon pada tanaman muda lebih sedikit dibanding dengan produksi bunga betina. Pada tanaman muda tandan bunga jantan yang dihasilkan sekitar 4-6 tandan per tahun dan pada tanaman dewasa dapat mencapai 7-10 tandan bunga per tahun. Bunga betina yang dihasilkan dari satu tanaman muda sebanyak 15-25 tandan bunga per tahun dan pada tanaman dewasa sebanyak 9-15 tandan bunga per tahun.
Bunga-bunga tersebut akan
muncul pada akhir musim hujan (Fauzi et all., 2008). E. Buah (Fructus) Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah yang siap dipanen untuk pertama kalinya pada umur 3,5 tahun. Buah terbentuk setelah penyerbukan dan pembuahan serta waktu yang dibutuhkan mulai dari penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 5-6 bulan. Secara anatomi buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu perikarpium dan biji. Perikarpium terdiri dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, sedangkan biji terdiri dari kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo) (Fauzi et all., 2008). F. Biji Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah yang memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran tergantung varietas tanaman. Biji terdiri atas cangkang, embrio dan endosperm. Embrio memiliki panjang 3 mm dan berdiameter 1,2 mm, berbentuk silindris dan memiliki 2 bagian utama.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 10
Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain yang agak tajam berwarna putih (Adi, 2014). Bakal biji terdiri atas 3 ruang, tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang yang berkembang hanya satu, kadang-kadang dijumpai ada dua. Jika endosperm mendapat air akan mengembang dan kemudian lembaga-nya akan berkecambah.
Biji yang berkecambah, lembaga-nya keluar dari biji melalui
lubang cangkang. Bagian pertama yang keluar adalah akar (radikula) yang tumbuh lurus ke bawah. Selanjutnya menyusul batang (plumula) yang tumbuh lurus ke atas (Adi, 2014).
2.2.
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor luar
maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan antara lain iklim dan tanah (Adi, 2014).
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 11
A. Tinggi tempat dan Topografi Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-500 m dari permukaan laut. Ketinggian dari permukaan laut optimum pada tanaman kelapa sawit 0-400 m dari permukaan laut. Tinggi tempat dari permukaan laut erat kaitannya dengan suhu udara. Akibat sulitnya mendapatkan areal yang datar sampai dengan bergelombang saat ini, maka areal topografi berbukit sampai dengan curam juga menjadi pertanaman kelapa sawit, namun tentunya dibutuhkan perlakuan khusus dalam hal konservasi tanah. Agar areal berbukit atau curam yang di tanami kelapa sawit dapat menguntungkan, diperlukan pembuatan teras-teras yang terencana dan penataan jalan yang baik (Pahan, 2010). B. Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, akan tetapi agar kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal memerlukan jenis tanah yang cocok. Jenis tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah jenis tanah Podsolik merah kuning, Latosol dan Aluvial seperti tanah gambut (Suwarto dan Octavianty, 2010). Menurut Pahan (2010), kriteria lahan untuk budidaya tanaman kelapa sawit yang cocok adalah sebagai berikut : -
Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 12
-
Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat 20- 50%.
-
Perkembangan struktur tanah, konsistensi, gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.
-
pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 - 6,0 namun yang terbaik adalah pH 5 - 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
C. Iklim Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar Utara-Selatan 12º pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin (Fauzi et all., 2008).
Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut : 1.
Curah Hujan Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah
2.000 – 2.500 mm/tahun, tidak mempunyai defisit air dan hujan relatif merata sepanjang tahun. Kebutuhan tanaman kelapa sawit yang efektif adalah 1.300 –
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 13
1.500 mm per tahun. Karena itu jumlah curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per tahun masih tetap baik bagi kelapa sawit sepanjang tidak terdapat defisit air 250 mm. Curah hujan yang jumlahnya lebih dari 2.500 mm juga tetap baik selama hari hujan tidak lebih dari 180 hari dalam setahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250 – 3.000 mm per tahun yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3). Curah hujan > 3.000 mm/tahun menjadi pembatas ringan, namun curah hujan < 1.250 mm/tahun menjadi pembatas berat (Adi, 2014). Defisit air yang tinggi dapat menyebabkan produksi hanya akan normal kembali setelah 3 – 4 tahun. Defisit air yang tinggi menyebabkan bunga-bunga dalam periode perkembangan bunga sebelum anthesis menjadi gugur. Demikian juga bunga-bunga yang telah anthesis bisa aborsi (Adi, 2014). 2.
Temperatur Temperatur yang optimal 24 - 28º C, terendah 180 C dan tertinggi 32º C
serta kelembaban rata-rata 32º C. Kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit (Fauzi et all., 2008). Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit 50% - 90% dan kelembaban optimum sebesar 80%. Rata-rata apabila kelembaban tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Pada ketinggian yang lebih dari 400 m dari permukaan laut, pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah (Adi, 2014).
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 14
3. Penyinaran Matahari Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun (Fauzi et all., 2008). Disamping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya. Di daerah-daerah yang intensitas penyinarannya rendah, misalnya karena pohon-pohon kelapa sawit ternaungi, atau jarak tanam yang terlalu rapat, sebagian dari karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga produktivitas kebun menurun (Adi, 2014). 4. Angin Kecepatan angin 5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Fauzi et all., 2008). 2.3.
Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit
2.3.1. Pengertian Panen Sunarko (2014), mengatakan bahwa Panen merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengambil hasil dari tanaman. Untuk tanaman kelapa sawit hasil dari tanaman yang akan di panen adalah Tandan Buah Segar atau sering disebut dengan TBS. Tandan buah segar yang telah di panen tersebut akan dibawa ke pabrik dan selanjutnya diolah untuk diambil produk hasil olahan yaitu berupa minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO dan Palm Kernel Oil/PKO).
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 15
Kegiatan panen dalam usaha budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan berupa rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengamatan buah yang masak, pemotongan tandan buah masak, pemotongan dan penyusunan pelepah, pengutipan brondolan, melangsir dan mengumpulkan TBS serta brondolan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) (Sunarko, 2014). Pelaksanaan rangkaian kegiatan tersebut dapat menjadi tahap-tahap kegiatan panen yang dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan panen yang selanjutnya akan diuraikan di bawah ini. Minyak sawit mentah merupakan produk hasil olahan TBS. Mutu dari minyak sawit selain dipengaruhi oleh mutu buah, juga dipengaruhi oleh cara penanganan buah yang sudah di panen atau kegiatan pasca panen. Buah sawit yang baik kalau tidak diiringi dengan pasca panen yang baik akan menghasilkan minyak yang berkualitas rendah, untuk itu kegiatan pasca panen perlu dilakukan dan dikelola dengan baik (Sunarko, 2014). 2.3.2. Persiapan panen A. Kematangan Buah Buah kelapa sawit matang sekitar 6 bulan setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Kematangan buah adalah aspek yang paling berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas minyak yang akan dihasilkan nantinya. Buah dengan kematangan yang tepat diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan kuantitas dan kualitas minyak maksimal (Evizal, 2014). Lubis dan Widanarko (2011) berpendapat bahwa, tingkat kematangan buah akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas minyak sawit yang dihasilkan.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 16
Apabila buah dipanen pada keadaan buah yang sudah lewat matang bila diolah akan menghasilkan minyak sawit dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi sehingga kualitasnya menjadi rendah, sebaliknya jika buah yang dipanen adalah buah yang masih mentah, akan menyebakan penurunan kandungan minyak dari buah tersebut. Menurut Sunarko (2014), bahwa standar kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1, di bawah ini : Tabel 1. Standar kematangan buah No Fraksi 1. Fraksi 00 (F-00) 2. Fraksi 0 (F-0) 3. Fraksi 1 (F-1) 4. Fraksi 2 (F-2) 5. Fraksi 3 (F-3) 6. Fraksi 4 (F-4) 7. Fraksi 5 (F-5) 8. Fraksi 6 (F-6) Sumber : Sunarko (2014)
Jumlah brondolan Tidak ada 1 - 12,5 % buah luar >12,5 – 25 % buah luar >25 – 50 % buah luar >50 – 75 % buah luar >75 – 100 % buah luar Buah dalam ikut membrondol Tandan kosong
Sifat fraksi Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang 1 Matang 2 Lewat matang 1 Lewat matang 2 Terlalu matang
B. Kriteria Panen Areal kebun kelapa sawit dapat disebut sebagai tanaman menghasilkan (TM) dan dapat di panen apabila 60% atau lebih buahnya telah matang panen dengan kriteria panen fraksi 2 (jumlah brondolan >25-50% buah luar) dan kriteria lainnya: tanaman telah berumur ± 31 bulan, berat tandan telah mencapai 3 kg atau lebih, penyebaran panen telah mencapai 1 : 5, yaitu setiap 5 pohon terdapat 1 tandan yang matang panen (Sunarko, 2014). Panen merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengambil hasil dari kebun berupa tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Ukuran TBS harus sudah optimal yang berisi 800-1500 butir buah kelapa sawit. Dalam melakukan
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 17
pemanenan TBS diperlukan keterampilan yang baik seperti pernah mengikuti pelatihan panen oleh pihak kebun. Karyawan akan lebih baik bila tenaga kerja pemanen-nya sudah pernah bekerja sebelumnya memanen diperusahaan lain. bagi tenaga pemanen pemula perlu dilatih cara-cara memanen TBS (Evizal, 2014). Dalam pelaksanaan pemanenan, ada beberapa kriteria tertentu yang perlu diperhatikan. Karena tujuan panen kelapa sawit yaitu untuk memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi. Beberapa sapek yang menentukan kualitas dan kuantitas minyak sawit adalah standar kematangan buah, alat panen, rotasi panen dan sistem panen (Lubis dan Widanarko, 2011). Dengan adanya Elaeidobius camerunicus, serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS), sekarang ditetapkan 2 brondolan di piringan per kg tandan sebelum tandan dipotong. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kriteria tandan dengan buah matang antara 50-75 %, buah-buah ini siap membrondol dengan kandungan minyak maksimum dan asam lemak bebas (ALB) di bawah 2,5 % (Sunarko, 2014). 2.3.3. Pengorganisasian Kegiatan Panen Pengorganisasian kegiatan panen sangat penting sekali untuk diperhatikan salah satunya yaitu penetapan rotasi panen dan sistem ancak panen yang akan digunakan. Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang untuk di panen (Fauzi et all., 2008). Tujuan rotasi panen adalah untuk menjaga kontinuitas produksi, disamping itu juga untuk memperkecil kemungkinan brondolan yang masih tertinggal di tandan. Kriteria rotasi panen yang umum dipakai di Indonesia ialah dengan cara membagi
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 18
Afdeling atau bagian petak kebun menjadi 5 kali panen dengan rotasi atau pengulangan setiap 7 hari sekali atau disebut sistem 5/7 (Sunarko, 2014). Selain penentuan rotasi panen, sistem ancak panen juga harus diperhatikan yang tujuan-nya untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan panen dan pengawasan. Menurut Pahan (2010), sistem pengancakan panen terdiri dari 3 jenis yaitu ancak giring murni, ancak giring tetap per mandoran dan ancak tetap. Adapun kelebihan dan kekurangan sistem pengancakan tersebut yaitu : a.
Ancak giring murni Kelebihannya adalah cocok untuk areal yang baru dipanen, dapat
diterapkan pada pemanen dalam jumlah yang besar, buah cepat keluar, distribusi buah mengumpul, memudahkan transport TBS dan kemungkinan ancak tertinggal kecil. Kekurangannya adalah tanggung jawab pemanen terhadap kondisi ancak rendah, susah ditelusuri apabila ada yang melakukan kesalahan, output karyawan rendah. b.
Ancak giring tetap per mandoran Kelebihannya adalah pelaksanaan panen berdasarkan persentase kerapatan
panen dapat dilaksanakan dengan sempurna, jumlah tenaga kerja dapat diatur baik dikurangi atau ditambah sesuai potensi produksi, sesama mandor dapat bersaing dengan sehat, mandor aktif melakukan pengawasan dan terdidik untuk berpikir, cocok untuk areal yang baru dipanen atau yang sudah lama dan menghindari kecemburuan diantara karyawan karena ancak dapat ditukar atau di gilir. Kekurangannya adalah tanggung jawab pemanen terhadap ancak masih kurang, adanya pelanggaran masih sulit dideteksi dan pengontrolan harus ketat.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 19
c.
Ancak tetap Kelebihannya adalah tanggung jawab pemanen terhadap ancak tinggi,
kondisi areal lebih bagus karena kesalahan dapat dideteksi dengan mudah dan penguasaan terhadap ancak oleh pemanen tinggi sehingga lebih mudah mencari solusi jika menemukan kesulitan kerja. Kekurangannya adalah pelaksanaan panen buah tidak mengacu pada banyak atau sedikitnya buah karena luas ancak telah tertentu, peran mandor lebih kecil, distribusi buah menyebar karena kekuatan karyawan berbeda, transport kurang efektif karena buah lambat keluar dan kurang sesuai pada ancak yang produksinya belum merata. 2.3.4. Pelaksanaan Panen Menurut Fauzi et all. (2010), ada tiga cara panen yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang didasarkan pada tinggi tanaman. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m dilakukan cara panen jongkok menggunakan alat dodos, sementara itu untuk tanaman yang tingginya sudah mencapai 5-10 m panen dilakukan dengan cara berdiri dan menggunakan alat panen kampak, sedangkan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m alat panen yang digunakan adalah egrek bergagang panjang. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan panen adalah sebagai berikut : 1.
Persiapan peralatan panen. Peralatan harus tersedia lengkap, alat-alat yang berfungsi sebagai pemotong seperti dodos atau egrek harus selalu tajam. Untuk itu batu asah harus selalu tersedia oleh pemanen, keranjang atau goni
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 20
plastik untuk tempat brondolan harus dijaga dan dipelihara
agar dalam
kondisi baik. 2.
Pemanen memeriksa areal atau ancak yang akan dipanen, menentukan tandan-tandan yang akan dipanen dengan menggunakan kriteria dua buah brondolan untuk setiap satu kg tandan.
3.
Memangkas daun yang terletak di bawah tandan yang akan dipanen. Daun dipotong menjadi 3 bagian dan diletakkan diantara barisan tanaman sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran pengangkutan tandan ke tempat pengumpulan hasil (TPH).
4.
Pemanenan TBS dengan cara memotong tangkainya, kemudian tangkai tandan dipotong mepet menjadi sependek mungkin berbentuk huruf V. Buahbuah yang jatuh dan terselip pada ketiak-ketiak daun diambil dan dikumpulkan dalam karung goni (Evizal, 2014).
2.3.5. Pasca Panen Pasca panen merupakan pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari masing-masing pohon yang telah dipanen ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan dari TPH ke pabrik pengolahan kelapa sawit (PPKS atau PKS). Pengangkutan dari pohon ke TPH merupakan tugas pemanen atau tim pemanen, sedangkan pengangkutan dari TPH ke pabrik dilakukan oleh petugas transport (Sunarko, 2014). Menurut Lubis dan Widanarko (2011), proses pengangkutan menjadi penting karena akan berpengaruh terhadap rendemen maupun kualitas minyak
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 21
kelapa sawit yang akan diperoleh. Pada prinsipnya, pengangkutan yang benar ialah pengangkutan TBS yang dilakukan secara cermat dan tepat waktu. Pengangkutan tandan ke TPH dapat dilaksanakan secara sederhana, yaitu tandan dipikul dari pohon tempat panen ke TPH, sedangkan brondolan menggunakan karung goni. Bila kondisi jalan memungkinkan dapat digunakan sarana angkut seperti gerobak, hal ini akan memperingan pelaksanaan pengangkutan ke TPH (Evizal, 2014). Pengangkutan buah dari TPH ke PKS menggunakan truk. Keberadaan PKS dalam suatu areal kebun menjadi sangat penting untuk menjaga mutu kelapa sawit. Dengan demikian TBS tidak terlalu lama dalam perjalanan dan biaya pengiriman ke PKS tidak terlalu besar, penyimpanan yang terlalu lama (lebih dari satu hari) di TPH jelas akan mengurangi rendemen kelapa sawit (Sukamto, 2008). Lubis dan Widanarko (2011), berpendapat bahwa untuk kebun yang telah memiliki PKS buah diletakkan di landasan beton yang kokoh dan berbentuk miring yang diberi pembatas untuk pengaman truk yang akan merapat atau bangsal yang dirancang khusus sebagai persiapan untuk proses awal pengolahan buah kelapa sawit. Pada bagian-bagian tertentu diberi atap atau penaung sebagai penahan curahan air hujan. 2.4. Manajemen Panen dan Pasca Panen Menurut Risza (2010), manajemen perkebunan merupakan ilmu dan seni mengelola sumber daya manusia, sumber daya alam, keuangan, material, mesin, pemasaran, metode, waktu dan informasi secara efisien atau efektif agar memberi hasil yang maksimum. Berbicara manajemen berarti setiap unsur-unsur atau faktor-faktor manajemen harus direncanakan, diorganisir, diarahkan /digerakkan,
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 22
serta dikontrol secara profesional dan terpadu sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan. 1. Fungsi perencanaan (Planning) Seorang pimpinan harus mampu membuat rencana yang menyangkut tugasnya
untuk
mengantisipasi
kemungkinan
yang
akan
terjadi
dan
memformulasikan keputusan-keputusan yang mendasar. Fungsi ini meliputi kegiatan membuat program kerja, sasaran, jadwal, waktu, anggaran, prosedur dan kebijakan (Risza, 2010). Perencanaan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum TBM dimutasikan menjadi TM. Perencanaan panen dan pasca panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dalam perencanaan panen dan pasca panen yaitu persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga kerja panen dan pasca panen, pembagian seksi panen dan penyediaan alat-alat kerja untuk panen dan pasca panen (Pahan, 2010). 2. Fungsi organisasi (Organization) Menurut Risza (2010), pimpinan harus mampu menempatkan dan mengatur tugas-tugas pokok setiap lini organisasi secara efektif, efisien dan produktif. Fungsi ini meliputi kegiatan pengembangan struktur organisasi, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab serta penciptaan iklim kerja sama. Organisasi potong buah harus disusun sedemikian rupa sehingga blok yang akan dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar). Selain itu, juga harus dihindari adanya potongan-potongan ancak panen agar satu seksi selesai pada satu hari yang bertujuan untuk mempermudah kontrol
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 23
pekerjaan, meningkatkan output karyawan panen, meningkatkan efisiensi transportasi buah, dan memudahkan pengaturan keamanan produksi. (Pahan, 2010). 3. Fungsi pelaksanaan (Actuating) Pimpinan harus mampu menggerakkan dan mengarahkan seluruh aspek manajemen yang meliputi kepiawaian dalam mengelola sumber daya manusia secara optimum termasuk kemampuan teknis dalam mengoperasionalkan unsurunsur manajemen. Fungsi ini meliputi kegiatan, pemecahan masalah/ pengambilan keputusan, komunikasi, memotivasi bawahan, seleksi tenaga kerja dan pengembangan sumber daya manusia (Risza, 2010). Menurut Pahan (2010), adapun urutan panen dan pasca panen yang dilakukan sebagai berikut : Pada tanaman tua, potong semua pelepah songgo terutama yang pakai egrek, sementara tanaman yang muda pemotongan buah harus dilakukan tanpa memotong pelepah (curi buah). Usahakan agar jangan ada pelepah sengkleh. Potong janjang masak tersebut setelah itu gagang buah dipotong rapat tetapi jangan sampai terkena tandan. Korek atau sogrok semua brondolan yang tersangkut/terselip di ketiak pelepah. Susun pelepah di gawangan mati/rumpukan dengan baik dan rapi. Kutip/kumpulkan brondolan yang bebas dari sampah-sampah dan batu kemudian masukkan ke dalam karung goni. Semua buah dan brondolan di angkut ke TPH, buah disusun rapi kemudian diberi nomor pemanen.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 24
Kerani buah secepatnya memeriksa dan menerima buah, buah yang diterima kerani harus diberi tanda (cap). Buah dimuat ke atas mobil dan segera diangkut ke pabrik kelapa sawit. 4. Fungsi pengawasan (Controlling) Risza (2010), berpendapat bahwa seorang pimpinan harus mampu mengadakan pengawasan kuantitas, waktu dan biaya terhadap pekerjaan yang sedang berlangsung maupun pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Fungsi ini meliputi kegiatan, menetapkan standar kerja, mengukur prestasi kerja, mengoreksi hasil kerja dan memprediksi prestasi kerja yang akan datang. Staf kebun (asisten), mandor panen dan kerani buah secara rutin tiap hari kerja melakukan pengawasan dan pemeriksaan panen (Pahan, 2010). Adapun tugas pengawasan masing-masing personil sebagai berikut : A. Staf kebun (Asisten) Pada setiap hari kerja wajib memeriksa hasil kerja 10 pemanen meliputi pemeriksaan mutu buah di TPH dan kualitas ancak panen-nya minimum masing-masing 1 TPH. Pemeriksaan mutu buah dan ancak mencakup hal berikut : kematangan buah menurut kriteria yang berlaku, susunan TBS, tumpukan brondolan di TPH, kebersihan brondolan, rumpukan pelepah, pelepah sengkleh, buah masak tidak dipanen, brondolan tidak dikutip dan buah mentah yang diperam. Di kebun sawit yang paling berperan dan bertanggung jawab dan berpengaruh terhadap besar kecilnya losses produksi ialah asisten afdeling.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 25
Oleh karena itu, pemeriksaan kualitas panen dan kualitas buah harus dilakukan karena kesadaran diri, bukan karena perintah atasan atau sekedar mengikuti prosedur. B. Pengawasan oleh mandor panen Menentukan ancak untuk setiap pemanen pada pagi hari sambil mengabsensi pemanen dan pemanen yang datang terlambat gunanya sebagai alat kontrol. Aktif mengawasi pekerja potong buah sehingga semua buah matang dipanen dan tidak ada buah mentah. Memastikan buah yang dipanen diangkut ke TPH, tidak ada yang tertinggal di piringan atau di pasar rintis. Gagang buah harus dipotong rapat oleh pemanen, tetapi tidak mengenai buah. Buah mentah yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan untuk ditinggal di dalam blok atau diperam. Memastikan semua brondolan dikutip. Memeriksa buku kerani buah untuk melihat output pemanen, terutama yang tidak siap borong. Menghitung kerapatan buah untuk hari panen keesokannya dan mengisi administrasi taksasi potong buah di kantor afdeling segera setelah pulang dari ancak.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 26
C. Pengawasan oleh kerani buah Setiap janjang di TPH harus dihitung dan diperiksa kualitasnya. Semua TBS yang telah diperiksa dan diterima dicap pada gagang-nya, buah mentah harus didenda tetapi tidak dihitung sebagai pendapatan. Kerani buah hanya boleh menerima TBS yang di antrikan di TPH yang resmi (ada nomor TPH nya). Kerani buah mencatat setiap tumpukan TBS dari masing-masing tukang potong buah pada kolom yang terpisah antar buah matang, buah mentah dan buah busuk. Hasil pemeriksaan kerani buah harus dicocokkan setiap sore harinya (dicek kebenarannya) dengan hasil pemeriksaan asisten untuk mencegah kemungkinan penyelewengan.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 27
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan Waktu Tempat pelaksanaan Laporan Tugas Akhir ini dilaksanakan di Di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) Plantation, kabupaten Agam, Sumatera Barat yang dimulai pada tanggal 13 April 2015 sampai dengan 13 Juni 2015. 3.2. Metode Pelaksanaan 1. Bekerja Setiap kegiatan panen dan pasca panen yang telah disepakati oleh pembimbing lapangan diutamakan dapat dikerjakan oleh mahasiswa serta ditentukan prestasi kerjanya. Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan bergabung bersama karyawan setempat atau tersendiri sesuai dengan kondisi di perusahaan serta atas persetujuan/perintah dari Pembimbing Lapang. 2. Diskusi Kegiatan diskusi dilakukan khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang tidak dilaksanakan di perusahaan PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) pada saat pelaksanaan Laporan Tugas Akhir ini atau kegiatan-kegiatan lain yang dianggap perlu oleh Pembimbing Lapang untuk di diskusikan. 3. Pengamatan Kegiatan pengamatan dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan pertimbangan Pembimbing Lapang suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa mengingat faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 28
4. Pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data sangat diperlukan bagi mahasiswa sebagai bahan dalam penyusunan laporan seperti data primer diantaranya data kebutuhan alat dan bahan beserta harganya, data tenaga kerja, data kegiatan pemeliharaan, data produksi, data keadaan iklim dan data sekunder yang dianggap perlu.
3.3. Pengumpulan Data dan Informasi Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan ke lapangan (observasi) dan juga tanya jawab langsung dengan kepala fashe, asisten perawatan dan panen , mandor dan karyawan serta pihak yang terkait dalam membantu pengumpulan data untuk pembuatan laporan ini. Kemudian hal-hal lain yang berhubungan dengan perusahaan serta data yang berasal dari PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) dalam bentuk buku panduan dan penunjang. b. Data sekunder Pengumpulan data sekunder diperoleh dari buku-buku penunjang seperti Standar Operasional Prosedur (SOP) dan literatur lain yang berhubungan dengan tanaman kelapa sawit. Informasi yang dikumpulkan diantaranya berupa gambaran umum perusahaan mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, standar tenaga kerja perusahaan dan rekapitulasi curah hujan. 3.4. Analisis Data dan Informasi Analisa data yang dilakukan menyangkut aspek manajemen, aspek teknis di lapangan serta aspek finansial. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah,
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 29
setelah itu dianalisa dengan cara diskusi dengan pembimbing lapang maupun hasil pengamatan yang terdapat di lapangan dan buku-buku panduan.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 30
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Letak Geografis Tugas Akhir ini dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) yang termasuk dalam kelompok Wilmar Group, Desa Tapian Kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. 4.2 Keadaan Iklim dan Tanah 4.2.1 Keadaan Iklim Adapun data curah hujan 5 tahun terakhir (2010 - 2015) di PT. AMP-1. Tabel 2. Data curah hujan dan hari hujan 5 tahun terakhir di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1)
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Total Rerata
Curah Hujan 5 Tahun Terakhir (2010 - 2015) Curah Hujan Hari Hujan Total CH Rata-rata Total HH Rata-rata CH HH 688 137,6 75 15 490 98 45 9 735 147 75 15 988 197.6 90 18 867 173.4 95 19 472 94.4 70 14 389 77.8 55 11 467 93.4 65 13 597 119.4 85 17 580 116 115 23 598 119.6 120 24 743 148.6 80 16 7.605 1.521 970 194 1.521 194
4.2.2 Keadaan Tanah Jenis tanah di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) yang termasuk dalam kelompok Wilmar Group adalah Aluvial dan Organosol.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 31
4.3 Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) adalah salah satu perusahaan Swasta Nasional. PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) berdiri 5 April 1994. PT. AMP Plantation mempunyai luas kebun 9.226,42 Ha sesuai dengan SK HGU dari Mentri Negara Agraria/Ka BPN Pusat dengan SK HGU Nomor: 102/HGU/BPN1997, SK HGU Nomor: 13/HGU/PBN-2000, Nomor: 29/HGU/BPN99/A/21 dan Nomor 14-540. 1-23-2004. Yang dilengkapi dengan Sertifikat HGU Nomor: 09 Tanggal 29 Oktober 1997, Nomor: 10 Tanggal 29 Oktober 1997, Nomor: 15 Tanggal 23 Agustus 2000, Nomor: 11, Tanggal 31 Maret 2004, Nomor: 12 Tanggal Maret 2004, Nomor 01 Tanggal Maret 2004, dengan luas tertanam 7.362 Ha. Dan insfratruktur 1.435 Ha dengan total luas lahan keseluruhan
8.797
Ha. PT. AMP Plantation memiliki pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di atas tanah seluas 200.900 M2 yang berlokasi di Jorong Tapian Kandis Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Sumatera Barat dengan SK Bupati Agam Nomor: 125/IMB/BA/1994 tertanggal 22 Desember 1994 dan Nomor: 11/IMB/2005 Tanggal 13 September 2005. Kapasitas PKS PT. AMP Plantation 80 Ton/jam. PKS PT. AMP Plantation beroperasi sejak Bulan September 1996 untuk pengolahan Buah Kelapa Sawit (CPO) dan dikembangkan untuk pengolahan inti sawit dengan istilah Lain Kernel Crushing Plant (KCP) yang menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO) pada tahun 2005. Tata letak lahan pada AMP-1 adalah: Perumahan staff
: 5 Ha
Perumhan Karyawan, Mesjid, TK
: 6 Ha
Kantor
: 2 Ha
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 32
Gudang, Bengkel
: 1,5 Ha
Perumahan Plasma
: 2 Ha
Klinik, Gudang Master
: 1,5 Ha 18 Ha
4.4 Keadaan Tanaman dan Produksi Luas areal yang dikelola Kebun Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) adalah 1.964,9 Ha yang terdiri dari 12 Ha areal pembibitan, 618,84 Ha areal TBM dan 1.334,06 Ha areal TM. Unit Kebun Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) ini terdiri dari 2 Phase yang masing-masing luasnya yaitu: Phase I
: 618,84 Ha (tahun tanam 2013, 2014, 2015)
Phase II
: 1.334,06 Ha (tahun tanam 1995, 1996, 1997)
Pada kebun ini dipimpin oleh seorang Manager/Pimpinan, setiap Phase dipimpin oleh Kaphase yang dibantu oleh Asisten dan Mandor. 4.5. Manajemen Perusahaan 4.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan Dan Ketenagakerjaan Jumlah karyawan kebun Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) adalah sebanyak 2000. 4.5.2. Uraian Struktur Organisasi 1. Pimpinan Unit a. Tugas Pokok Memimpin satu unit aktifitas kebun seluas 2.000 - 4.000 Ha dengan melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengorganisasian serta
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 33
melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun administrasi keuangan/pembukuan serta fungsi pelaporan manajemen sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya. b. Tanggung Jawab
Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
2. Ka. Phase a. Tugas Pokok Memimpin satu phase aktifitas kebun seluas 1.000-1.500 Ha dengan melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengorganisasian serta melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun administrasi untuk peningkatan produktifitas kerja sesuai dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 34
b. Tanggung Jawab
Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.
Detail job description ditetapkan oleh atasan/ pimpinan sesuai dengan struktur organisasi perusahaan
3. Field Conductor a. Tugas Pokok Bertugas dan bertanggung jawab serta memiliki wewenang dalam seluruh kegiatan pengelolaan kebuan seluas ± 500 ha dan membantu Officer dan Adm sesuai petunjuk teknis yang dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya b. Tanggung Jawab
Melaksanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 35
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.
Detail job description ditetapkan oleh atasan/ pimpinan sesuai dengan struktur organisasi perusahaan
4. Mandor a. Tugas Pokok Bertanggung jawab terhadap pengawasan secara efisien terhadap gang-nya dalam hal tugas yang berhubungan dengan pembibitan, pembukaan lahan, penanaman, perawatan kebun dan panen dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya. b. Tanggung Jawab
Melakukan implementasi program kerja yang telah disepakati berdasarkan pada keadaan fisik, waktu, mutu, dan efisiensi.
Melakukan pengawasan terhadap Karyawan panen untuk tercapainya target sesuai dengan standar dengan menggunakan sumber daya manusia dan fisik secara efektif.
Memimpin Karyawan panen dan memelihara hubungan kerja dan semangat tim didalam Phase-nya ataupun dengan gang yang lain.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 36
Membuat laporan ke asisten berdasarkan pada produksi, produktifitas dan parameter lainnya sesuai dengan kesepakatan.
Memberikan pelatihan dan pengembngan terhadap anak buahnya didalam Karyawan panen.
Memastikan bahwa tenaga kerja mempunyai peralatan kerja yang sesuai standar untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya.
Memastikan bahwa Karyawan panen menjalankan tugasnya mengacu pada kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang lingkungan.
Memastikan bahwa Karyawan panen menjalankan tugasnya mengacu pada kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang kesehatan dan keselamatan.
Melakukan pengembangan dan pemeliharaan secara terbuka terhadap hubungan masyarakat sekitar.
5. Pemanen a. Tugas Pokok Memotong TBS yang masak dan mengutip brondolan yang tercecer mulai dari pokok, piringan, pasar pikul sampai ke TPH dengan susuna yang rapi, menyusun pelepah yang dipotong pada tempat yang ditetapkan dengan sistem manjemen mutu dan lingkungan serta sistem manajemen sistem lainnya. b. Tanggung Jawab
Memanen buah masak.
Memotong tangkai tandan semepet mungkin.
Tidak meninggalkan buah masak di pokok.
Pemanen bertanggung jawab dengan pruning.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 37
Pelepah disusun di gawang mati leter U.
Tidak ada pelepah gantung.
Tidak meninggalkan brondolan di pokok, piringan, dan pasar pikul.
Brondolan harus bersih dari sampah, pasir, batu dan kotoran
4.5.3. Fasilitas Dan Kesejahteraan Karyawan A. Sistem Penggajian/upah Pada dasarnya ada dua sistem penggajian yang bisa digunakan, dimana tergantung pada masing – masing sifat pekerjaan, kondisi medan kerja kualitas mental dari tenaga kerja yaitu : a) Sistem harian tetap, dipilih jika hasil kerja per hari dapat diukur dengan pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang bagus. b) Sistem borongan, dipilih jika hasil kerja per hari tidak dapat diukur pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang rendah. Sedangkan untuk kriteria pembayaran komponen upah karyawan harian lepas dan borongan adalah sebagai berikut :
Upah Karyawan Penyemprotan dalam 1 hari kerja adalah Rp. 64.600
Upah pemanen adalah ditentukan harga per tandan
Upah knek/tukang muat 7.000/ton
Tidak dibayar jika tidak bekerja baik pada hari kerja maupun hari libur.
B. Fasilitas Umum Dan Khusus Fasilitas umum yang diberikan kepada semua Karyawan berupa air, rumah, listrik, mesjid, klinik, sekolah, bus untuk transportasi anak sekolah dan sarana olah raga. Fasilitas khusus diberikan kepada staff berupa motor untuk Asisten dan Kaphase dan mobil untuk Pimpinan/Manager.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 38
C. Cuti Karyawan yang sudah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus, berhak atas istirahat tahunan/cuti selama 12 (dua belas) hari kerja. 1.
Hak cuti/istirahat tahunan mulai timbul/ada, jika karyawan telah bekerja terlebih dahulu selama 12 (dua belas) bulan terus menerus dan untuk itu perusahaan wajib menyampaikan mulai berlakunya hak cuti kepada karyawan.
2.
Jatuhnya hak cuti tahunan bertepatan dengan tanggal masuk/mulai bekerjanya pekerja pada perusahaan.
3.
Pekerja yang akan mengambil hak cuti tahunan tersebut harus mengajukan permohnan terlebih dahuu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum melaksanakan cuti, kecuali dalam hal mendesak.
4.
Pelaksanaan cuti dapat dilaksanakan setelah ada persetujuan dari pimpinan perusahaan.
5.
Bagi pekerja yang memperpanjang cutinya tanpa pemberitahuan dan seizin perusahaan atau tanpa berita dianggap mangkir, kecuali dalam hal-hal yang mendesak dan nyang bersangkutan harus dapat menunjukkan bukti-bukti atau alasan-alasan yang tepat.
6.
Pekerja yang menjalani cuti dan tidak kembali bekerja setelah lewat 5 (lima) hari berturut-turut dari cutinya berakhir tanpa berita, dianggap mengundurkan diri.
7.
Istirahat/cuti tahunan pada dasarnya harus dijalani secara keseluruhan dan dapat dipecah dalam beberapa bagian, namun mengingat kepentingan kedua
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 39
belah pihak cuti tahunan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang salah satu bagiannya paling sedikit 6 (enam) hari. 8.
Selama melaksanakan cuti maka, gaji/upah dibayar penuh.
9.
Perusahaan dapat menunda permohonan cuti dengan alasan kepentingan kerja yang ada. Penundaan yang dimaksud diberitahukan kepada karyawan secara tertulis dalam waktu 3 (tiga) hari seteah permohonan cuti diterima.
10. Hak cuti tidak dapat diganti dalam bentuk uang. 11. Hak atas istirahat/cuti tahunan gugur bilamana dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah lahirnya hak cuti tahunan itu pekerja ternyata tidak mempergunakan haknya bukan karena alasan-alasan yang diberikan oleh pengusaha atau karena alasan-alasan tertentu yang disampaikan oleh pekerja kepada pengusaha. 12. Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya (undang - undang ketenagakerjaan Nomor: 13 tahun 2003 pasal 80). 4.5.4. Keselamatan Kerja 1. Tiap karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya sendiri dan wajib memakai peralatan/perlengkapan keselamatan kerja yang telah disiapakan perusahaan, serta wajib mematuhi atau mengikuti dan melaksanakan ketentuan serta syarat-syarat keselamatan dan perlindungan kerja yang berlaku. 2. Peralatan dan perlengkapan kerja diberikan berdasarkan sifat dan jenis pekerjaan dari karyawan yang bersangkutan sesuai ketentuan yang
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 40
dimaksud dalam program sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan mempertimbangkan kemampuan perusahaan. 3. Apabila karyawan melihat atau menemukan hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya/mengganggu kesehatan dan keamanan kerja, maka karyawan wajib melaporkan ke pimpinan 4. Alat pelindung diri (APD) pada kegiatan penyemprotan gulma seperti Apron, Masker, sarung tangan, dan sepatu boot. 5. Alat pelindung diri (APD) pada kegiatan panen seperti sepatu boot, helm, dan kaca mata. 4.5.5. Prekrutan, Mutasi, Promosi, dan Transfer Karyawan Perekrutan pekerja pada PT. Agra Masang Perkasa-1 saat ini dengan cara melihat dan mengambil lamaran kerja yang masuk ke kantor pusat. Mutasi, pemindahan Karyawan pada PT. Agra Masang Perkasa-1 semuanya atas keputusan dan penilaian Manajemen pusat/Kantor pusat. Promosi Karyawan pada PT. Agra Masang Perkasa-1 semuanya atas keputusan dan penilaian Manajemen pusat/Kantor pusat. Transfer Karyawan tidak ada dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa-1 ini.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 41
4.6. Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Perusahaan 4.6.1. Planning/Perencanaan Perencanaan disusun sebelum kegiatan di lapangan dilaksanakan, hal ini berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan panen dan pasca panen yang akan dilaksanakan. Perencanaan disusun dalam beberapa bagian berikut : a. Melakukan sensus 4 bulan dan melakukan perencanaan awal dalam kegiatan panen dan pasca panen untuk menentukan perencanaan berikutnya selama empat bulan kemudian. b. Rencana Kerja Harian (RKH) merupakan perencanaan panen yang dilakukan untuk melihat blok rotasi yang akan dipanen selanjutnya dan merencanakan jumlah tenaga kerja panen, jumlah tenaga kerja pemuat dan jumlah alat angkut yang akan digunakan atau biaya yang dikeluarkan. c. Budget per bulan merupakan hasil perkiraan produksi TBS yang akan dicapai dalam satu bulan. Budget per bulan dijabarkan ke dalam perkiraan jumlah tonase per hari. d. Budget per tahun merupakan hasil perkiraan produksi TBS yang akan dicapai dalam satu tahun yang dijabarkan ke dalam budget per bulan.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 42
4.6.2. Organization/Organisasi Struktur organisasi panen dan pasca panen : Divisional Manager (EM) Kepala Phase
Asisten Panen
Mandor Panen
`
Mandor Transfort
Kerani Panen
Uraian tanggung jawab untuk setiap jabatan : 1. Estate Manager (EM) Mengawasi dan memastikan pelaksanaan panen sesuai dengan rencana kerja operasional kebun. Memastikan semua buah yang sudah dipanen dapat diproses di pabrik pada hari yang sama. Menjaga kualitas mutu buah dan hancak panen. 2. Kepala Phase (Kaphase) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan panen di lapangan telah berjalan sesuai prosedur dan rencana kerja operasional ditingkat pashe. Melakukan monitoring dan cross check terhadap kualitas mutu buah dan hancak panen.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 43
3. Asisten Panen Mengawasi pelaksanaan pekerjaan panen ditingkat pashe Melakukan monitoring terhadap kualitas mutu buah dan ancak panen. Memastikan ketersediaan peralatan panen dan alat pelindung diri bagi tenaga panen. Membuat rencana panen dan mengatur kegiatan panen setiap hari. Membina tenaga panen dengan keterampilan dan mental yang baik. Menentukan jumlah tenaga pemanen yang bekerja dengan cara membagikan luas keseluruhan blok yang akan dipanen kemudian dibagi 15 dan ditambah 10% sebagai tenaga pemanen cadangan. Mengawasi pelaksanaan panen dan memeriksa hasilnya setiap hari Mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di lapangan Melaporkan hasil panen ke pada kepala fashe 4. Mandor Panen Mengawasi pelaksanaan panen yang dilakukan oleh tenaga pemanen sesuai dengan ketentuan dan prosedur kerja. Melakukan monitoring dan cross check terhadap kualitas mutu buah dan ancak panen. Memastikan seluruh tenaga panen membawa peralatan-nya dan alat pelindung diri. Mengatur pembagian ancak pemanen di lapangan Bertanggungjawab terhadap karyawan panen untuk menyelesaikan masing-masing ancak panen
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 44
5. Kerani Panen Mencatat Buah yang sudah dipanen dimasing-masing ancak tersusun di TPH dengan mengisi Oil Palm Harvesting (OPH) yang selanjutnya OPH berwarna putih ditinggalkan di TPH untuk truck pengangkut, OPH berwarna merah muda diantarkan ke kantor fhase dan OPH yang berwarna kuning sebagai pertinggal untuk kerani panen sebagai bukti jika ada pendataan kembali mengenai panen. 6. Mandor Transport Menentukan berapa jumlah truk yang akan dibutuhkan dilokasi panen untuk mengangkut TBS. Maksimal muatan 1 buah truck yaitu 6 ton TBS dan pengiriman TBS ke pabrik dibutuhkan dua kali trip per hari, maka total TBS yang diangkut ke pabrik sebanyak 12 ton/hari. Dari penjelasan tersebut dapat ditentukan jumlah truck yang dibutuhkan yaitu dengan cara sebagai berikut :
Memastikan tidak ada buah yang berserakan atau tertinggal di TPH. Membuat surat pengantar buah berdasarkan blok yang dipanen. 7. Karyawan panen Mengikuti master pagi oleh asisten harvesting Memotong pelepah songgo tepat dibawah tandan buah sawit masak dan menyusunnya digawangan mati Memanen buah yang sudah termasuk kriteria buah masak Mengangkut buah ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) Memastikan buah tidak ada yang tertinggal dilapangan
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 45
Memotong tangkai buah yang panjang berbentuk V (Cangkem Kodok) Membuang pelepah ke gawangan mati Memastikan tidak ada buah masak yang tidak dipanen Mengutip brondolan dan mengumpulkan di TPH Bertanggung jawab dengan hancak masing-masing pemanen 4.6.3. Actuating/Pelaksanaan Adapun teknik pengerjaan panen dan pasca panen yang dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1), terutama di phase 2A yaitu : 1. Pagi hari jam 05.30 wib Asisten panen dan Kepala phase memberikan arahan kerja pada mandor panen dan kerani buah melalui master pagi. 2. Setelah mendapatkan arahan dari Asisten dan Kaphase, mandor panen dan kerani buah menuju ke lapangan untuk memberikan instruksi kerja pada pekerja panen dan pemuat pada jam 06.30 wib. 3. Jam 06.30 wib pekerja panen langsung menuju hancak panen masing-masing untuk melakukan pekerjaannya dengan memerhatikan aturan panen. 4. Pekerjaan pemanen meliputi memperhatikan buah matang panen sesuai kriteria panen, melakukan pemotongan pelepah songgoh, pemotongan tandan buah, menyusun pelepah di gawangan mati, pengangkutan buah dan brondolan ke TPH, buah disusun rapi di TPH dengan gagang buah menghadap ke jalan sedangkan brondolan disebelah-nya serta memberi tanda nomor potong pada tandan buah. 5. Buah yang telah terkumpul di TPH dilakukan grading dan perhitungan buah yang dilakukan oleh kerani buah.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 46
6. Buah yang telah di grading dan dihitung dimuat ke atas truk untuk dibawa ke pabrik kelapa sawit (PKS). 7. Sebelum memasuki loading ramp pabrik truck beserta buah ditimbang. 8. Buah yang telah ditimbang di bawa ke loading ramp untuk di tempatkan, sebelum kembali ke lapangan truck ditimbang kosong. 9. Buah yang terkumpul di peron dilakukan sortasi oleh petugas sortasi buah di pabrik. Rotasi panen yang dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) yaitu 10 hari. Alat keselamatan kerja yang digunakan dalam pekerjaan panen dan pasca panen diantaranya yaitu sepatu boot, sarung tangan dan helm. 4.6.4. Controlling/Pengawasan Pengawasan kuantitas yang dilaksanakan yaitu perhitungan buah yang dilakukan oleh kerani buah harus benar dan tepat, melakukan perhitungan tandan dan memperediksi berat TBS yang akan dikirim ke pabrik dengan BJR rata-rata, mandor transport memastikan buah sampai ke PKS dengan jumlah yang benar, kerani melakukan perhitungan berat janjang rata-rata tiap blok yang di panen secara up to date, kerani memastikan buah tidak ada yang restan, mandor panen memastikan agar buah tidak ada yang tertinggal di pokok, mandor transport memastikan tidak ada buah yang tertinggal di TPH. Mandor transport memberikan OPH dari pabrik ke asisten panen berdasarkan jumlah tandan yang dikirim dan jumlah berat atau tonase dan menghitung berapa harga TBS dengan menghitung berdasarkan perhitungan harga TBS.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 47
Pengawasan kualitas (quality control) yang dilakukan dalam pelaksanaan panen dan pasca panen diantaranya mandor memastikan buah matang dipanen semua, brondolan dikutip bersih dan dimasukkan ke dalam karung goni dan buah mentah 0 %, mandor memastikan buah yang dipanen merupakan fraksi 2 dengan kriteria 2 brondolan per kilogram-nya, gagang TBS di potong rapat, TBS disusun rapi di TPH, brondolan bebas dari sampah, tanah dan batu, pelepah disusun rapi di gawangan mati, tidak dibenarkan pelepah sengkleh, kerani buah memastikan buah yang dipanen di grading dengan baik dan benar. Menghitung berapa harga TBS yang setiap hari dikirim berdasarkan blok tanam untuk mendapatkan berapa harga TBS yang akan diberikan perusahaan kepada pemanen dan menghitung berapa jumlah tandan masing-masing pemanen untuk mendapatkan gaji tiap bulannya kepada pemanen.
Laporan Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan 48