BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Elektrodialisis merupakan metode pemisahan
yang pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1950 oleh Maigrot dan Sabates. Ketika pertama kali diperkenalkan, elektrodialisis digunakan pada proses demineralisasi pada industri gula (Peraki et al., 2016). Pada periode awal pengembangannya, elektrodialisis selanjutnya digunakan sebagai metode untuk proses desalinasi air laut (Allison, 2005). Seiring perkembangan zaman, penggunaan elektrodialisis tidak hanya terbatas pada proses desalinasi air, tetapi juga untuk kepentingan lain. Contoh pengaplikasian metode elektrodialisis, yaitu: pemurnian produk pada industri makanan (Lee 2011), produksi asam dan basa (Wilhem, 2011), serta pengolahan limbah cair ( Gain et al., 2002; Yasuyuki et al., 2004). Prinsip kerja pemisahan campuran dengan metode elektrodialisis serupa dengan proses elektrokimia. Hal yang membedakan proses elektrodialisis dengan proses elektrokimia lain adalah penggunaan membran penukar ion. Pirkaniemmi (2012)
menyatakan
bahwa
membran
penukar
ion
merupakan
lapisan
semipermeabel yang mengandung gugus-gugus fungsi tertentu. Ketika arus DC diaplikasikan pada membran penukar ion, maka ion yang memiliki muatan sejenis dengan membran akan tertolak dari membran (co-ion). Disisi lain, ion dengan muatan berlawanan jenis akan tertarik pada membran (counter ion). Produk
pemisahan selanjutnya dialirkan keluar membran dan masuk ke sistem larutan produk (Peraki et al., 2016). Dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain, elektrodialisis memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan proses elektrodialisis yang utama adalah prosesnya tidak menggunakan bahan kimia, sehingga prosesnya lebih ramah lingkungan. Penggunaan bahan kimia tidak diperlukan untuk pemisahan suatu campuran yang mengandung anion dan kation. Pada proses yang dilakukan untuk memisahkan senyawa dengan muatan sejenis, penggunaan bahan kimia masih diperlukan. Walaupun demikian, bahan kimia yang digunakan biasanya hanya terdiri dari satu jenis, misalnya zat pengkhelat. Kelebihan elektrodialisis yang lain adalah proses elektrodialisis dapat dilakukan pada kondisi temperatur dan tekanan ruang, sehingga tidak banyak membutuhkan energi. Kelebihan berikutnya adalah alat yang diperlukan sederhana (Lee, 2011). Berdasarkan kelebihan dan potensi elektrodialisis tersebut, maka banyak dilakukan penelitian untuk meningkatkan performa elektrodialisis. Performa metode elektrodialisis dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: tegangan listrik (Choi et al., 2001), laju alir (Mohammadi et al., 2005), konsentrasi ion-ion pada larutan umpan (Lizuka et al., 2013; Chaudhary et al., 2000), dan jenis membran (Kariduraganavar et al., 2006). Berdasarkan studi literatur diketahui bahwa peningkatan tegangan listrik yang digunakan pada proses elektrodialisis akan meningkatkan rapat arus yang berperan sebagai driving force. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, maka secara tidak langsung tegangan listrik akan mempengaruhi fluks ion, lama waktu pemisahan, dan energi yang digunakan untuk proses pemisahan. Jika tegangan
listrik ditingkatkan, maka densitas arus listrik yang mengalir pada membran juga akan meningkat. Densitas arus listrik yang tinggi selanjutnya akan meningkatkan jumlah ion yang dapat dipisahkan (Choi et al., 2001; Parsa et al., 2015; Guo et al., 2016). Peningkatan nilai tegangan listrik yang digunakan pada proses elektrodialisis tidak selalu membawa pengaruh yang positif bagi pemisahan. Hal tersebut karena penggunaan tegangan listrik yang terlalu tinggi akan merusak membran dan diperkirakan akan menurunkan kemurnian produk hasil pemisahan (Krol, 1999). Laju alir yang digunakan selama proses pemisahan dengan metode elektrodialisis diperkirakan dapat mempengaruhi ketebalan lapisan film antara sistem cairan dan membran sehingga akan mempengaruhi kecepatan transfer massa ion (Jadhao et al., 2013). Laju alir dalam hal ini adalah laju aliran umpan yang masuk ke dalam sistem membran. Laju alir yang cepat dapat mempercepat proses pemisahan ion. Walaupun demikian, laju alir yang sangat cepat akan mengakibatkan waktu interaksi ion dengan permukaan membran menjadi sangat singkat. Akibatnya adalah jumlah ion yang dapat dipisahkan akan sangat kecil. Jika laju alir sangat lambat maka proses pemisahan akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Hal tersebut menyebabkan jumlah energi yang diperlukan juga akan semakin meningkat (Nikbakht et al., 2007; Wang et al., 2009; Ali et al., 2013; Guo et al., 2016) Konsentrasi ion pada larutan campuran akan mempengaruhi fluks ion pada pemisahan dengan metode elektrodialisis (Choi et al., 2001; Mohammadi et al., 2005; Jadhao et al., 2013). Semakin tinggi konsentrasi ion yang dipisahkan maka
fluks ion tersebut juga akan semakin besar. Akibat dari hal tersebut adalah waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan menjadi semakin singkat (Ogutveren et al., 1996; Chung et al., 1997). Pola yang demikian biasanya banyak berlaku untuk proses pemisahan ion-ion dengan jumlah muatan sama (monovalen-monovalen, polivalen-polivalen) dan dilakukan dengan membran penukar ion standar. Pola yang lain ditunjukkan pada proses pemisahan ion mono dari ion polivalen dengan menggunakan membran penukar monovalen. Jika perbandingan co-ion dan counter ion semakin tinggi, maka kemurnian produk akan semakin menurun. Hal tersebut terjadi karena gaya repulsif oleh counter ion tidak cukup besar untuk mengatasi gaya tarik menarik antara ion polivalen-gugus fungsi membran. Akibatnya akan banyak ion polivalen yang menembus membran monovalen. Pengaruh tegangan listrik, laju alir, dan konsentrasi ion pada proses pemisahan senyawa campuran dengan metode elektrodialisis pernah dipelajari oleh beberapa peneliti. Penelitan tersebut, yaitu: elektrodialisis pada proses pemisahan ion seng (zinc) (Choi et al., 2001; Mohammadi et al., 2005). Elektrodialisis pada proses pemisahan ion monovalen, divalen, dan trivalen (Sadrzadeh et al., 2007). Elektrodialisis pada proses pemisahan fluoride dari air (Kabay et al., 2008). Elektrodialisis pada proses pemisahan cairan ionik yang mengandung beberapa jenis ion (Li et al., 2009). Hasil pada beberapa penelitian tersebut menunjukkan kecenderungan yang sama dengan pengaruh faktor tegangan listrik, laju alir, dan konsentrasi ion yang telah dijelaskan sebelumnya. Proses pemisahan ion monovalen dan polivalen dengan membran penukar standar biasanya dilakukan dengan penambahan zat kimia tertentu untuk
mengubah sifat dari ion polivalen. Salah satu zat yang ditambahkan adalah zat pengkhelat. Zat pengkhelat yang sering digunakan adalah EDTA. Pada proses elektrodialisis yang didahului dengan proses pengomplekan logam, perbandingan konsentrasi ion dan zat pengkhelat menjadi sangat penting. Hal ini karena jumlah perbandingan konsentrasi ion dan zat pengkhelat akan mempengaruhi kestabilan senyawa kompleks terbentuk. Penelitian untuk mempelajari pengaruh konsentrasi zat pengkhelat pada proses pengomplekan logam pernah dipelajari sebelumnya. Chaudhary et al (2000) mempelajari pengaruh konsentrasi EDTA pada proses pengomplekan ion nickel dan cobalt untuk keperluan elektrodialisis. Penelitian lain dilakukan oleh Lizuka et al (2013). Penelitian tersebut melakukan pengomplekan logam cobalt sebagai proses pre-treatment pada proses pemisahan lithium dan cobalt dari limbah baterai Li-ion. Menurut kedua peneliti tersebut, jumlah zat pengompleks yang terlalu berlebih akan menyebabkan peristiwa fouling membran. Selain itu penggunaan zat pengompleks tertentu, seperti NaEDTA akan mempengaruhi jumlah produk yang dapat dipungut. Jika jumlah zat pengompleks tersebut berlebih, maka akan terjadi kompetisi antara ion Na+ dan counter ion untuk menembus membran. Jika Na+ menembus membran, maka kemurnian produk akan menurun (Chaudhary et al., 2000; Lizuka et al., 2013). Berdasarkan
penjelasan
sebelumnya
dapat
disimpulkan
bahwa
keberhasilan proses pemisahan senyawa dengan metode elektrodialisis akan dipengaruhi tegangan listrik, laju alir, konsentrasi ion, dan konsentrasi zat pengkhelat. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui korelasi antara faktorfaktor tersebut dengan performa elektrodialisis. Selama ini walaupun pengaruh
faktor tegangan listrik, laju alir, serta konsentrasi ion pada larutan umpan telah banyak dipelajari, namun korelasi antara faktor-faktor tersebut dengan performa elektrodialisis belum banyak diketahui. Kebanyakan hasil penelitian hanya menjelaskan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap performa elektrodialisis secara kualitatif. Berdasarkan pada hal tersebut, maka pada penelitian ini akan dipelajari korelasi faktor tegangan listrik, laju alir, konsentrasi ion pada larutan umpan, serta konsentrasi zat pengkhelat (EDTA) terhadap performa proses elektrodialisis. Parameter performa elektrodialisis pada penelitian ini ditinjau dari beberapa nilai. Nilai yang pertama adalah kapasitas pemisahan (%P). Kapasitas pemisahan menyatakan jumlah ion yang dapat dipisahkan dengan proses elektrodialisis. Semakin banyak jumlah ion yang dapat dipisahkan, maka proses pemisahan semakin baik. Nilai kedua adalah energi yang terkonsumsi (E). Nilai energi yang terkonsumsi
menyatakan jumlah energi
listrik
yang dibutuhkan
untuk
pemungutan satu mol ion dari suatu larutan umpan campuran. Nilai yang ketiga adalah efisiensi arus (EC). Efisiensi arus menyatakan rasio antara ion yang dapat dipungut dari suatu larutan campuran dengan jumlah muatan listrik yang mengalir ke dalam sel. Nilai yang keempat adalah fluks ion (J). Fluks ion menggambarkan kemampuan transport ion melewati membran. Korelasi antara faktor-faktor yang dipelajari dengan performa elektrodialisis tersebut selanjutnya ditentukan melalui pengolahan data eksperimen menggunakan analisis nilai regresi. Proses pemisahan dengan elektrodialisis diperkirakan dipengaruhi juga oleh interaksi gugus fungsi membran dengan ion yang akan dipisahkan. Oleh
karena itu pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap gugus fungsi membran penukar kation monovalen dan membran penukar ion standar dengan analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR). Selain analisis terhadap gugus fungsi membran, akan dilakukan juga analisis SEM untuk mengetahui morfologi membran. Jenis kompleks cobalt-EDTA (CO(EDTA)x-) yang terbentuk dianalisis dengan spektrofotometer UV-vis. Aplikasi metode elektrodialisis pada penelitian ini adalah untuk pemisahan lithium dari campuran lithium-cobalt. Peruntukan senyawa campuran lithiumcobalt dalam kehidupan sehari-hari dan industri adalah sebagai bahan penyusun pada elektroda baterai Li-ion (Zhecheva et al., 1996). Penggunaan lithium sebagai bahan pembuatan baterai adalah sekitar 29% dari total peruntukannya. Peruntukan tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga lebih dari 30% di tahun 2020 (Choubey et al., 2016). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan terhadap permintaan bahan baku berupa lithium dan cobalt (Chen et al., 2015). Selain itu peningkatan jumlah penggunaan baterai juga dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah limbah yang mengandung logam. Merujuk pada hal tersebut, maka perlu dilakukan pencarian terhadap sumber alternatif
untuk pembuatan senyawa lithium-cobalt. Salah satu sumber bahan
baku alternatif untuk pembuatan senyawa lithium-cobalt adalah produk hasil pemungutan lithium dan cobalt dari pengolahan limbah yang mengandung campuran lithium-cobalt. Melalui proses pengolahan limbah yang mengandung lithium-cobalt maka diharapkan akan diperoleh lithium dan cobalt yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan lithium dan cobalt oxide (Huang et al.,
2013). Proses pemisahan lithium dari berbagai campuran cobalt-lithium dengan proses elektrodialisis pernah beberapa kali dilakukan. Hoshino (2013), melakukan pemisahan lithium dari air laut dengan menggunakan liquid membran. Lizuka et al (2013), melakukan pemisahan campuran lithium dari campuran lithium-cobalt yang berasal dari limbah baterai. Jiang et al (2014), melakukan pemisahan lithium dari air laut. Pemisahan lithium dari campuran lithium-cobalt dengan metode elektrodialisis dalam penelitian ini dilakukan dengan dua jenis rangkaian membran. Rangkaian
membran yang pertama terdiri dari membran penukar
kation standar, membran penukar anion standar, serta bipolar membran. Proses pemisahan dengan rangkaian membran tersebut disertai dengan proses pengkhelatan logam dan penggunaan membran bipolar. Tujuan proses pengkhelatan logam dengan complexing agent adalah merubah muatan dari kation cobalt menjadi negatif sehingga diharapkan kation cobalt tersebut tidak dapat melewati membran penukar kation (Lizuka et al., 2013) Rangkaian membran yang kedua adalah membran penukar anion dan kation monovalen. Membran penukar kation monovalen merupakan membran penukar kation yang hanya dapat melewatkan kation monovalen dan menahan kation multivalen. Penggunaannya dalam proses elektrodialisis diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses elektrodialisis. Hal tersebut karena dalam pelaksanaannya tidak perlu dilakukan proses pre-treatment menggunakan bahan kimia sehingga tidak dihasilkan limbah kimia dan umur membran diharapkan akan lebih lama.
1.2 Keaslian Penelitian Penelitian untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemisahan campuran logam dengan metode elektrodialisis pernah beberapa kali dilakukan. Penelitian untuk memisahkan ion zinc dari larutan pernah dilakukan oleh Mohammadi et al (2005). Penelitian tersebut menggunakan membran penukar kation (CR67MK111) dan pembran penukar anion (AR204SXR412). Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kondisi operasi maksimum untuk memisahkan zinc dengan membran tersebut adalah dengan konsentrasi larutan sebesar 1000 mg/L, temperatur pemisahan sebesar 60ºC, flow rate sebesar 0,07 ml/s, dan tegangan listrik sebesar 30 volt. Efisiensi pemisahan zinc dengan membran tersebut dapat mencapai 98,73%. Penelitian lain untuk memisahkan ion zinc dengan metode elektrodialisis pernah dilakukan oleh Choi et al (2001). Pada penelitian tersebut digunakan membran penukar kation CMX, membran penukar anion AMX, dan alat elektrodialisis (Tokuyama Co, TS-1-10). Penelitian tersebut mempelajari tentang pengaruh konsentrasi awal larutan umpan terhadap parameter operasi, seperti flow rate, tegangan, dan kuat arus yang digunakan selama proses elektrodialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada larutan umpan dengan konsentrasi tertentu, ketika laju alir dan tegangan yang digunakan selama proses ditingkatkan, maka laju proses pemisahan dan arus listrik juga akan meningkat. Semakin besar konsentrasi ion zinc di dalam larutan, maka proses pemisahan juga akan semakin lama. Energi yang terpakai selama pemisahan akan sangat tergantung pada besar tegangan listrik yang diterapkan. Semakin tinggi konsentrasi larutan umpan dan
tegangan listrik, maka energi terkonsumsi juga akan semakin besar. Konsumsi energi tidak banyak dipengaruhi oleh flow rate selama proses. Penelitian yang dilakukan oleh Chaudhary et al (2000) menggunakan elektrodialisis untuk memisahkan larutan campuran ion nickel dan cobalt. Pada penelitian tersebut ion nickel tidak dapat dipisahkan dari ion cobalt karena memiliki muatan yang sama. Oleh karena itu pada penelitian tersebut dilakukan proses pre-treatment menggunakan etilendiamintetraacetic yang bertujuan untuk mengikat nickel
dan membentuk senyawa kompleks Ni-(EDTA)2- sehingga
nantinya ion cobalt dapat dipisahkan dari ion nikel. Penelitian tersebut menggunakan membran penukar kation nafion dan membran penukar anion ADP Solvay Exchange Membrane. Pada penelitian tersebut dihasilkan data kondisi optimum pemisahan nickel dari cobalt dengan modifikasi penggunaan EDTA, yaitu mol rasio EDTA:Ni adalah 1:0.85, konsentrasi asam sulfat adalah 0,03-0,05 mol dm-3, dan rapat arus yang digunakan adalah sebesar 41,5 A m-2 Penelitian yang dilakukan oleh Nagasawa et al (2011) menggunakan elektrodialisis untuk memisahkan boron dari larutan sodium tetraborat yang mengandung boron sebesar 100 mg/L. Pada penelitian ini selain menggunakan membran penukar kation (Selemion AMV) dan anion (AMV Selemion), digunakan pula membran bipolar (Neosepta BP-1E). Membran tersebut memiliki luas area sebesar 117,5 cm2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan bipolar membran mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemisahan boron hingga 90% pada kondisi asam, namun pada kondisi larutan basa efisiensi pemisahan hanya sebesar 35 hingga 45 % .
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Jadhao
(2013)
menggunakan
elektrodialisis untuk memisahkan ion-ion divalen seperti Cu2+, Zn2+, dan Pb2+. Penelitian tersebut menggunakan membran dengan jenis AMV dan CMV dengan surface area sebesar 100 mm2. Penelitian tersebut mempelajari tentang pengaruh parameter operasional seperti konsentrasi larutan umpan, flowrate, dan voltase terhadap efektivitas pemisahan ion divalen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi operasional yang optimum untuk pemisahan ion Cu2+, Zn2+, dan Pb2+ adalah dengan konsentrasi larutan umpan sebesar 900 mg/L, suhu sebesar 60ºC, flowrate sebesar 0,2 ml/s, dan tegangan sebesar 35V. Penelitian untuk memisahkan ion lithium dari ion lain dalam suatu larutan campuran dengan metode elektrodialisis telah beberapa kali dilakukan. Penelitian pertama dilakukan oleh Hoshino (2013). Penelitian tersebut menggunakan elektrodialisis untuk keperluan pemungutan lithium dari air laut. Tipe membran yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah ionic liquid membrane. Membran tersebut pada dasarnya merupakan organik membran yang diimpregnasi dengan ionic liquid (PP13-TFSI). Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 5,94% lithium dapat terkonsentrasi pada bagian kompartemen selama waktu proses 2 jam. Hasil tersebut lebih rendah dibanding hasil proses elektrodialisis menggunakan ionic liquid membrane yang dilapisi membran sintetik Nafion 324. Penelitian kedua dilakukan oleh Lizuka et al (2013). Penelitian tersebut mengkombinasikan metode elektrodialisis bipolar membran dan pembentukan senyawa kompleks untuk kepentingan pemungutan lithium dari limbah baterai Li-
ion. Tipe membran yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Selemion CMV, Selemion AMV, dan Neosepta BP-1E. Effective area pada membran adalah 117,5 cm2. Penelitian tersebut mempelajari tentang pengaruh parameter perbandingan konsentrasi Co:EDTA dan pH terhadap efisiensi dan efektivitas proses pemisahan lithium dan cobalt. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perbandingan cobalt dan EDTA yang paling efektif untuk pembentukan kompleks adalah 1:1, sedangkan pH optimum untuk proses operasi adalah pH asam, yaitu 4. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Jiang et al (2014). Penelitian tersebut dilakukan untuk memproduksi lithium hidroxide (LiOH) dari danau asin menggunakan elektrodialisis bipolar membran dan conventional electrodialysis. Pada penelitian ini digunakan membran dengan tipe JAM-II-05, JCM-II-05, dan membran bipolar (Neosepta). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat diperoleh lithium dalam bentuk LiCO3 dengan kemurnian 98%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proses elektrodialisis bipolar membran lebih ekonomis dibandingkan dengan conventional electrodialysis. Biaya yang diperlukan untuk memperoleh LiOH dari larutan umpan dengan konsentrasi 0,18 M dan rapat arus 30mA/cm2 adalah sebesar 2,59$/kg. Penelitian yang keempat dilakukan oleh Parsa et al (2015). Penelitian tersebut dilakukan untuk memisahkan lithium dari larutan lithium bromide menggunakan alat elektrodialisis dengan empat kompartemen. Hal yang dipelajari dalam penelitian tersebut adalah pengaruh rapat arus dan konsentrasi ion pada larutan umpan terhadap proses elektrodialisis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan rapat arus pada proses akan meningkatkan jumlah ion lithium yang dapat dipisahkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi ion pada larutan umpan yang semakin tinggi akan menurunkan jumlah ion lithium yang dapat dipisahkan. Keterbaharuan pemisahan lithium dari campuran lithium-cobalt dengan proses elektrodialisis pada penelitian ini adalah penggunaan membran monovalen. Membran penukar ion monovalen diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi proses pemisahan karena bersifat lebih selektif dibandingkan dengan membran penukar kation standar. Oleh karena itu proses pemisahan elektrodialisis tidak disertai dengan proses pre-treatment. Membran penukar kation monovalen yang akan digunakan dalam penelitian adalah membran yang diproduksi oleh PCA (Polymer Chimie Atmeier GmbH), yaitu tipe PC Monovalent Cation PC Cell dan Monovalent Anion PC Cell. Pada penelitian sebelumnya korelasi antara faktor tegangan listrik, laju alir, konsentrasi ion, serta konsentrasi zat pengkhelat (EDTA) terhadap performa elektrodialisis hanya dinyatakan secara kualitatif. Pada penelitian ini korelasi faktor tersebut dengan performa elektrodialisis tidak hanya dinyatakan secara kualitatif, tetapi juga secara kuantitatif dalam bentuk persamaan matematis. 1.3 Manfaat Penelitian Korelasi antara tegangan listrik, laju alir, konsentrasi ion, dan konsentrasi zat pengkhelat terhadap performa elektrodialisis dalam memisahkan lithium dari campuran lithium-cobalt dapat diketahui. Melalui pengetahuan tersebut, maka pengendalian operasional (efisiensi energi, kapasitas pemisahan, konsentrasi,
optimasi kuantitas bahan-bahan) terhadap proses pemisahan lithium dari campuran lithium-cobalt dapat dilakukan dengan lebih baik. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mempelajari proses pemisahan lithium dan cobalt dengan metode elektrodialisis. Tujuan khusus penelitian adalah: 1. Mendapatkan korelasi antara tegangan listrik dengan performa elektrodialisis dalam proses pemisahan lithium dari larutan campuran lithium-cobalt, 2. Mendapatkan korelasi antara laju alir dengan performa elektrodialisis dalam proses pemisahan lithium dari larutan campuran lithium-cobalt, 3. Mendapatkan korelasi antara konsentrasi ion lithium dan cobalt pada larutan umpan dengan performa elektrodialisis pada proses pemisahan lithium dari larutan campuran lithium-cobalt dengan metode elektrodialisis, 4. Mendapatkan korelasi antara konsentrasi ion cobalt dan zat pengkhelat dengan performa elektrodialisis pada proses pemisahan lithium dari larutan campuran lithium-cobalt dengan metode elektrodialisis.