1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.Data Oil Word mencatat produksi minyak sawit (CPO) Indonesia pada tahun 2014 mencapai 31 juta ton dan mengekspor 21 juta ton, sisanya untuk memenuhi pasar dalam negeri.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan negara tetangga yaitu
Malaysia yang hanya menghasilkan produksi 20,3 juta ton.
Hal ini sangat baik
mengingat kebutuhan CPO dunia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Oleh
karenanya, prospek perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan kelapa sawit (PKS) masih sangat menjanjikan, baik untuk memenuhi pasar dalam maupun luar negeri. Gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia (GAPKI) juga menyebutkan produksi minyak sawit Indonesia slalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun ke tahun.
Produksi minyak sawit Indonesia yang hanya sebesar 5,5 juta ton pada
tahun 1997 meningkat menjadi 26 juta tahun pada tahun 2013 dan mencapai 31,5 juta ton pada tahun 2014 (GAPKI, 2014).
Tidak sampai disitu, produksi minyak
sawit Indonesia pada tahun 2015 diprediksi masih akan mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pertumbuhan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang juga mengalami peningkatan. Data Direktorat Jendral Perkebunan (2014) mencatat luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 10,9 juta Ha pada tahun 2014.
Akan tetapi, semakin menipisnya areal yang dapat dijadikan perkebunan
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
2
kelapa sawit di Indonesia serta peraturan pemerintah yang semakin ketat, mengharuskan industri kelapa sawit mencari alternatif lain untuk dapat bertahan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah meningkatkan teknik budidaya tanaman.
Sehingga diharapkan dengan peningkatan teknik budidaya akan
meningkatkan produksi kelapa sawit per hektarnya.
Salah satu teknik budidaya
yang sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit adalah pemupukan. Oleh karena itu, pengelolaan kegiatan pemupukan yang baik sangat penting dilakukan. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pemupukan
memegang peranan penting dalam ketersedian unsur hara bagi tanaman. Menurut Fauzi, 2012), defisiensi atau kekurangan unsur hara dapat menurunkan produktivitas bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman. Sehingga, pemupukan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pemupukan pada perkebunan kelapa sawit merupakan suatu kegiatan yang patut menjadi perhatian serta pengawasan yang baik, mengingat biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini tergolong tinggi. Menurut Hakim (2007), lebih dari 50 % biaya pengelolaan tanaman kelapa sawit digunakan untuk pemupukan.
Oleh
karena itu, pemupukan yang efektif dan efisien sangat diperlukan untuk mendapatkan produktivitas maksimal dengan biaya yang lebih efisien. Menurut Sunarko (2014), prinsip dasar untuk mendapatkan pemupukan yang efektif dan efisien adalah degan memperhatikan 4 T, yaitu tepat jenis pupuknya, tepat dosis atau takarannya, tepat waktu pemupukannya, dan cepat cara
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
3
pemberiaannya. Salah satu langkah untuk melaksanakan prinsip 4 T tersebut adalah dengan membuat rekomendasi pemupukan.
Poeloengan, dkk. (2003) juga
menjelaskan bahwa rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu mengacu pada 4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sering terjadi penyimpangan sehingga diperlukan adanya pengelolaan serta pegawasan yang baik agar pemupukan yang efektif dan efisien dapat tercapai dengan baik. Selain itu, pemupukan yang efektif dan efisien juga didukung dengan tindakan konservasi lingkungan khususnya tanah yang dilakukan oleh perkebunan tersebut.
Sunarko
(2014) menambahkan, pemupukan yang tidak efektif dan tidak efisien disebabkan oleh pupuk yang terlanjur hilang tercuci dan terbawa hujan (run off), menguap, atau dikonsumsi gulma. Berdasarkan keterangan di atas penulis memilih Laporan Tugas Akhir dengan judul “PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SUMBAR ANDALAS KENCANA SIE AYE INCASI RAYA GROUP DHARMASRAYA SUMATERA BARAT”.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
4
1.2 Tujuan Tujuan penulis dalam pemilihan judul pemupukan pada pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ialah : 1. Memperdalam
pengetahuan
penulis
tentang
pemupukan
yang
telah
didapatkan di bangku kuliah dengan penerapan langsung di lapangan dan mengetahui permasalahan nyata yang terjadi. 2. Membandingkan antara materi pemupukan yang didapatkan selama bangku kuliah dengan apa yang diterapkan di lapangan. 3. Mengetahui tentang pemupukan yang efesien dan efektif.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
5
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kelapa Sawit
2.1.1. Klasifikasi tanaman kelapa sawit Taksonomi kelapa sawit menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) : Divisi
: Tracheophyta
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Subkelas
: Monocotyledone
Ordo
: Spadiciflorae (Arecales)
Famili
: Palmae (Arecaceae)
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Varietas kelapa sawit berdasarkan warna buahnya dibedakan atas 3 : a. Nigrescens
: warna buah lembayung (violet) sampai hitam waktu muda,
berubah menjadi merah kuning (orange) sesudah matang.
Sumber : www.ilmuperkebunan.blogspot.com
Gambar 1. Kelapa Sawit Nigrescens
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
6
b. Virescens
: warna buah hijau waktu muda, menjadi merah kuning
sesudah matang.
Sumber : www.ilmuperkebunan.blogspot.com
Gambar 2. Kelapa sawit Virescens c. Albescens
: warna buah kuning waktu muda dan pucat tembus cahaya
karena mengandung sedikit karoten.
Sumber : www.ilmuperkebunan.blogspot.com
Gambar 3. Kelapa sawit Albescens
2.1.2. Morfologi tanaman kelapa sawit
Morfologi tanaman kelapa sawit menurut Sunarko (2014) terdiri dari : a.
Akar Calon akar yang muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut
radikula, panjangnya 10 – 15 mm.
Laporan Tugas Akhir 2015
Akar primer tumbuh pada pangkal batang
Budidaya Tanaman Perkebunan
7
berdiameter berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya bisa mencapai 18 cm, tetapi kebanyakan bergerombol tidak jauh dari batang. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2 – 4 mm. Dari akar sekunder tumbuh akar tersier berdiameter o,7 – 1,5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Dari akar tersier tumbuh akar kuarter yang berdiameter 0,1 – 0,5 mm dan panjangnya sampai 1 – 4 mm.
Sumber : www.repositori.uinsuska.ac.id
Gambar 4. Akar kelapa sawit b.
Batang Pembengkakan pangkal batang (bole) terjadi karena internodia (ruas batang)
dalam masa pertumbuhan awal tidak memanjang, sehingga pangkal-pangkal pelepah daun yang tebal berdesakan. Bongkol batang ini membantu memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak.
Dalam satu sampai 2 tahun
pertama perkembangan batang lebih mengarah ke samping, diameter batang dapat mencapai 60 cm. setelah itu perkembangan mengarah ke atas, sehingga diameter batang hanya sekitar 40 cm, dan pertumbuhan meninggi berlangsung lebih cepat. Pohon kelapa sawit hanya memiliki satu titik tumbuh terminal. Percabangan jarang sekali terjadi.
Ujung batang (apex) berbentuk kerucut (conical), diselimuti oleh
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
8
daun-daun muda yang masih kecil dan lembut. meristem batang ( apical meristem).
Pada ujung batang ini terdapat
Pemanjangan batang berlangsung lambat,
tinggi pohon bertambah 35 – 75 cm per tahun.
Sumber : www.repositori.uinsuska.ac.id
Gambar 5. Batang kelapa sawit c.
Daun Daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset (lanceolate),
beberapa minggu kemudian terbentuk daun berbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk seperti bulu (pinnate) atau menyirip.
Susunan daun
kelapa sawit mirip dengan kelapa (nyiur), yaitu membentuk daun menyirip. Letak daun pada batang mengikuti pola tertentu yang disebut filotaksis.
Daun yang
berurutan dari bawah keatas membentuk suatu spiral, dengan rumus daun 1/8. Terdapat pola filotaksis, yang secara sederhana dapat dikatakan yang satu berputar ke kiri, dan yang lain berputar ke kanan. Daun terdiri atas tangkai daun (petiole) yang pada kedua tepinya terdapat dua baris duri (spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama (rachis), yang jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri-kanannya terdapat anak-anak
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
9
daun (pinnata). Tiap anak daun terdiri atas tulang anak daun (lidi) dan helai daun (lamina). Anak daun yang terpanjang (pada pertengahan daun) dapat mencapai 1,2 m. Jumlah anak daun dapat mencapai 250-300 helai per daun. Jumlah produksi daun adalah 30-40 daun per tahun pada pohon-pohon berumur 5-6 tahun, setelah itu produksi daun menurun menjadi 20-25 daun per tahun.
Sumber : www.repositori.uinsuska.ac.id
Gambar 6. Daun kelapa sawit d.
Bunga Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12-14 bulan,
sebagian dari tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum atau sesudah antesis. Karangan bunga tumbuh dari ketiak daun (axil).
Karangan bunga kelapa sawit
berbentuk bulir majemuk (compound spike), atau tongkol (spadix). Ini terdiri atas tangkai (pedumculus) yang panjangnya 30-40 cm, disambung dengan sebuah sumbu (rachis).
Dari sumbu tumbuh anak karangan bunga (spikelet) yang
jumlahnya sangat bervariasi sesuai dengan jenisnya, sawit jenis Deli antara 100-200
spikelet.
Susunan anak karangan bunga pada sumbu juga mengikuti prinsip
filotaksis.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
10
Sumber : www.repositori.uinsuska.ac.id
Gambar 7. Bunga kelapa sawit e.
Buah Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan
bergerombol pada tandan buah.
Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600,
berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya sampai 30 gram.
Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp atau kulit buah, mesocarp atau
sabut, dan biji. Eksocarp dan mesocarp disebut pericarp. Biji terdiri dari endocarp atau cangkang, dan inti (kernel), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio.
Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula),
haustorium, dan bakal akar (radikula)
Sumber : www.repositori.uinsuska.ac.id
Gambar 8. Buah kelapa sawit
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
11
f.
Biji Dalam kondisi utuh (tidak pecah), biji kelapa sawit bersifat dorman sampai
sekitar enam bulan.
Kondisi dorman ini dapat dipatahkan dengan beberapa
perlakuan.
Sumber : www.repositori.uinsuska.ac.id
Gambar 9. Biji kelapa sawit 2.2.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 13 derajat Lintang Utara dan 12 derajat Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Lokasi yang cocok untuk ditanami kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut : a.
Curah Hujan Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500-4.000 mm per tahun.
Namun, curah hujan optimal yang paling cocok untuk kelapa sawit adalah 2.0003.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
12
karena pertumbuhan vegetative lebih dominan daripada pertumbuhan generative, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relative lebih sedikit.
Namun, curah
hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi pekerjaan di perkebunan karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi. Pembakaran sisa sisa tanaman pada pembukaan kebun dan bisa jadi menyebabkan erosi. b.
Suhu, ketinggian tempat, dan kelembapan Kelapa sawit adalah tanaman tropis.
temperature optimal 24-28 derajat celcius.
Tanaman kelapa sawit memerlukan Ketinggian tempat yang ideal untuk
kelapa sawit antara 1-500 m dpl. Kelembapan optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90 % dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. c.
Penyinaran matahari Kelapa
sawit
termasuk
tanaman
yang
menyukai
cahaya
matahari.
Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang kurang mendapat sinar matahari karena jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang. Tanaman dewasa yang ternaungi, produksi bunga betinanya sedikit sehingga perbandingan bunga betina dan bunga jantan (sex ratio) kecil.
Penelitian
menunjukkan pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih panjang mempunyai korelasi positif dengan produksi buah kelapa sawit. Kebun-kebun kelapa
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
13
sawit di Indonesia panjang penyinarannya tidak ada masalah karena letak geografisnya dekat dengan garis katulistiwa. d.
Tanah Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti podzolik, latosol,
hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai, dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit bisa tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 derajat. Intinya, kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, asalkan tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim penghujan.
Di lahan-lahan yang permukaan air
tanahnya tinggi atau tergenang (drainase buruk), akar bisa membusuk dan menyebabkan kematian.
Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak
mengindikasikan produksi buah yang baik.
Kesuburan tanah bukan merupakan
syarat mutlak untuk perkebunan kelapa sawit. Para pembudidaya harus jeli memilih lahan untuk kebunnya. Kelapa sawit memang pada dasarnya bisa tumbuh di berbagai jenis tanah. Namun, jika tumbuh di tanah yang kurang cocok, walaupun bisa hidup, kelapa sawit tersebut kurang bisa tumbuh dan berkembang secara cepat. Adaun ciri-ciri tanah yang kurang baik untuk ditanami kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
14
-
Tanah-tanah dengan drainase buruk yang disebabkan permukaan air tanah yang tinggi, dekat sungai, dan rawa-rawa. Selain itu, bisa juga disebabkan stuktur tanah yang buruk sehingga menyebabkan drainase juga buruk.
-
Tanah-tanah laterik yang kandungan batuan besinya tinggi. Adanya batuan besi menyebabkan pembatasan pertumbuhan akar sehingga volume akar kecil. Pada musim kemarau, tanah laterik akan cepat kering sehingga tanaman menderita kekeringan.
-
Tanah-tanah berpasir di pantai. Kelapa sawit tidak tumbuh dengan baik di tanah pasir pantai.
Jika ditanam di pasir pantai, memang bisa hidup, tetapi
pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat lambat. -
Gambut yang dalam. Pada tanah gambut sedalam 120 cm, kelapa sawit masih dapat hidup dengan baik. Namun, pada tanah gambut sedalam 250 cm lebih, kelapa sawit tumbuh kurang baik karena akar sulit mencapai tanah dan tanaman akan mudah roboh. Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk
pertumbuhan vegetative dan generative.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan
produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber-pH optimum 5,0-5,5 (Pahan, 2008).
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
15
2.3.
Kelas kesesuaian lahan kelapa sawit Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit digolongkan menjadi
empat kelas, yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (agak sesuai), dan N1 (tidak sesuai atau bersyarat).
Tabel 1. Tabel kelas kesesuaian lahan kelapa sawit No 1
FAKTOR PEMBATAS S1
S2
S3
N-1
0 – 200
200 - 300
300 - 400
> 400
Curah hujan / Thn / (mm)
>1.700
1.700 –1.450
1.450–1.250
< 1.250
Temperature ( C )
23 – 25
23 - 25
23 - 25
23 - 25
Jam penyinaran matahari
6
6
6
6
Kelembaban ( % )
80
80
80
80
Bulan Kering
<1
1-2
2–3
>3
Lemah Sedang
Lemah Sedang
Lemah Sedang
Lemah Sedang
0 – 15
16 - 25
25 - 26
36
Baik, sedang
Agak terhambat Agak cepat
Cepat terhambat
Sangat cepat, sangat terhambat, selalu terhambat
SiL, SCL, SiCL, CL <3
L, SL
L, LS
Cl, S
3 - 15
15 - 40
< 40
Kedalaman Efektif Tanah
< 100
50 - 100
25 - 50
< 25
Kedalaman Solum Tanah
100
80
60- 80
< 60
Kedalaman air (cm)
80
60 - 80
50 - 60
40 - 50
5,0 – 6,0
4.0 – 5,0 6,0 – 6,5
3.5 – 4,0 6,5 – 7,0
< 3,5 > 7,0
Ketinggian Tempat Letak dan Tinggi Tempat (m)
2
Iklim
Angin 3
Bentuk Wilayah Lereng Drainage
4
LAHAN
Tanah Tekstur Batuan Kerikil
PH
Sumber : PPM ( Pusat penelitian Perkebunan Marihat)
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
16
2.4.
Pemupukan pada Budidaya Kelapa Sawit
Pemupukan adalah kegiatan pemberian hara tambahan untuk tanaman dalam bentuk bahan pupuk, baik organik maupun anorganik. Tujuannya adalah : a. Untuk menyediakan kebutuhan hara tambahan bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan mampu berproduksi secara maksimal. b. Untuk mengganti hara yang diambil dari tanaman yang berupa TBS dan pelepah tunas an c. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Program pemupukan yang baik dalam rangka manajemen hara yang efisien adalah apabila dipadukan dengan pengelolaan limbah kebun dan aplikasi limbah kebun pabrik secara tepat, terpadu, dan terencana baik. Limbah kebun yang bias dimanfaatkan adalah daun kacangan yang sudah mati dan pelepah hasil pruning. Sedangkan limbah pabrik yang bias diaplikasikan adalah tandan kosong, limbah cair, dan abu tandan ( abu tandan). Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar 40 – 60 % dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan.
Hasil penelitian menunjukkan
menunjukkan pemupukan mutlak dilakukan karena secara nyata bisa meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman ( Suwanto, 2005).
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
17
Menurut Suwanto (2005), efisiensi dan efektivitas pemupukan ditentukan oleh beberapa faktor : 1. Faktor pada tanaman : a. Indeks luas daun, menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. b. Massa perakaran aktif, menentukan laju, jumlah hara dan air tersera 2. Faktor pada cuaca : a. Lama dan intensitas penyinaran, menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. b. Suhu udara, menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. 3. Faktor pada tanah : a. Kandungan hara tanah, menentukan jumlah hara yang bisa tersedia. b. Kelembaban tanah, menentukan kelarutan pupuk dan ketersediaan hara. c. Keasaman tanah, menentukan ketersediaan hara. d. Struktur dan tekstur tanah, menentukan ketersediaan hara dan air. e. Mikroorganisme dan bahan organic tanah, menentukan ketersediaan hara. f.
Sarana konservasi, menentukan ketersediaan hara dan air.
4. Faktor dan aplikasi pupuk : a. Ketepatan jenis dan bentuk pupuk. b. Ketepatan dosis dan perimbangan antar jenis pupuk. c. Ketepatan cara dan letak aplikasi. d. Ketepatan waktu (frekuensi, urutan, cuaca) aplikasi.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
18
Pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap perkembangan tanaman, yaitu pada tahap pembibitan dan TBM yang mengacu pada dosis baku, tahap TM yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor faktor dasar, serta konsep neraca hara. Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit dapat diketahui melalui analisis jaringan tanaman. Untuk blok blok yang potensi produksinya kurang dari 25 ton/ha/tahun, jumlah unsur hara yang diserap untuk pembentukan/pengisian TBS dapat diproporsikan dengan mengalikan faktor.
Sebagai contoh blok dengan potensi
produksi 20 ton/ha/tahun maka unsur hara yang terangkat melalui panen TBS sebagai berikut (Pahan, 2008). a. N = 20/25 x 73,2 = 58,56 kg/ha = 0,40 kg/pokok b. P = 20/25 x 11,6 = 9,28 kg/ha = 0,06 kg/pokok c. K = 20/25 x 93,4 = 74,72 kg/ha = 0,51 kg/pokok d. Mg = 20/25 x 20,8 = 16,64 kg/ha = 0,11 kg/pokok Tabel 2. Perkiraan unsur hara yang diambil oleh kelapa sawit per hektar per tahun (populasi 148 pokok/ha) Komponen
N
P
K
Mg
Ca
Kg/ha
Kg/pkk
Kg/ha
Kg/pkk
Kg/ha
Kg/pkk
Kg/ha
Kg/pkk
Kg/ha
Kg/pkk
40,90
0,28
3,10
0,02
55,70
0,38
11,50
0,08
13,80
0,09
67,20
0,45
8,90
0,06
86,20
0,58
22,40
0,15
61,60
0,42
73,20
0,49
11,60
0,08
93,40
0,63
20,80
0,14
19,50
0,13
Bunga jantan
11,20
0,08
2,40
0,02
16,10
0,11
6,60
0,04
4,40
0,03
Total
192,50
1,30
26,00
0,18
251,40
1,70
61,30
0,41
99.30
0,67
Bahan untuk pertumbuhan vegetative Pelepah yang ditunas Tandan buah segar (25 ton/ha)
Sumber : Pahan (2008)
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
19
Defisiensi Unsur Hara
Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman, dapat diketahui dari gejalagejala yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan dapat menurunkan produktivitas tanaman bahkan data menyebabkan kematian. Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian pupuk, diantaranya daya serap akar, cara pemberiannya dan penempatan pupuk, waktu pemberian serta jenis dan dosis pupuk yang diberikan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat memerlukan unsur hara, unsur hara yang sering dibutuhkan oleh tanaman adalah, Nitrogen (N) yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetative, berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain.
Fosfor (P) berfungsi untuk membentuk pertumbuhan
protein dan mineral yang sangat tinggi bagi tanaman, bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat
pembungaan
dan
pembuahan
tanaman,
serta
mempercepat
pemasakan biji dan buah. Kalium/Potasium (K) membantu pembentukan protein, karohidrat dan gula, membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkandaya tahan terhadap penyakit. Kalsium (Ca) bermanfaat mengaktifkan pembentukan bulu bulu akar dan biji serta menguatkan batang,
membantu
keberhasilan
penyerbukan,
membantu
pemecahan
sel,
membantu aktivitas beberapa enzim pertumbuhan serta menetralisir senyawa dan
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
20
kondisi tanah yang merugikan.
Magnesium (Mg) bermanfaat
membantu
pembentukan klorofil, asam amino, vitamin, lemak dan gula, berperan dalam transortasi
fosfat
dalam
tanaman.
Belerang
(S)
bermanfaat
membantu
pembentukan asam amino, protein dan vitamin, membantu pembentukan bintil akar dan pertumbuhan tunas baru.
Boron (B) bermanfaat membawa karbohidrat
keseluruh jaringan tanaman, mempercepat penyerapan unsur kalium, merangsang tanaman berbunga dan membantu proses penyerbukan, meningkatkan kualitas produksi sayuran dan buah buahan.
Tembaga (Cu) bermanfaat membantu
pembentukan klorofil dan sebagai komponen dalam pembentukan enzim tanaman. Klor (Cl) berperan dalam pembentukan hormon tanaman, meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman.
Besi (Fe) berperan pada
proses-proses fisiologis tanaman, seperti proses pernapasan, pembentukan klorofil dan fotosintesis.
Mangan (Mn) bermanfaat membantu proses fotosintesis, dan
berperan dalam pembentukan enzim-enzim tanaman. Molybdenum (Mo) berfungsi sama seperti Cu, berperan sebagai pengikat nitrogen bebas udara untuk pembentukan protein, dan menjadi komponen pembentuk enzim pada bakteri bintil akar tanaman leguminose. Seng (Zn) bermanfaat membantu pembentukan auksin, klorofil, dan karbohidrat (Goenadi, 2008). Defisiensi
unsur
hara
adalah
gejala
kekurangan
unsur
hara
yang
diperlihatkan oleh tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu unsur hara atau lebih, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro (Hadi, 2010).
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
21
Tabel 3. Gejala defisiensi unsur hara tanaman kelapa sawit Defisiensi Nitrogen (N)
Fosfor (P)
Gejala pada tanaman -
Warna daun menjadi kuning pucat
-
Pada kondisi buruk, jaringan daun menjadi kuning dan mati
-
Helaian daun menjadi pendek dank eras
-
Pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil
-
Warna daun hijau tua dan permukaannya terlihat mengkilap kemerah-merahan dan daun berbentuk pendek-pendek
-
Bagian tepi daun, cabang, dan batang mengecil dan berwarna merah keunguan dan lambat laun berubah menjadi kuning
Kalium (K)
-
Tanaman lambat berbuah
-
Kualitas buah dan biji jelek, kecil dan cepat masak
-
Daun tua akan mengkerut atau keriting
-
Timbul bercak kuning transparan dan berubah merah kecoklatan serta mongering sepeti hangus terbakar
Kalsium (Ca)
-
Rentan terhadap penyakit
-
Ukuran buah kecil-kecil dan cepat rusak atau membusuk
-
Tepi daun banyak timbul gejala klorosis dan menjalar ke tulang daun
-
Kuncup daun yang masih muda sering mengalai kematian
-
Kondisi yang berat, jaringan daun akan kering dan mati
-
Pembentukan perakaran kurang sempurna
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
22
Magnesium (Mg)
-
Timbul klorosis pada tepi daun yang sudah tua
-
Daun kecokelat-cokelatan dan merah keungu-unguan
-
Pada kondisi yang berat, daun tua akan menguning secara merata tetapi tulang daun berwarna hijau
-
Sering terjadi jaringan mati pada sisi pinggir helaian daun sampai ke masing-masing anak daun
Sulfur (S)
Mangan (Mn)
-
Pertumbuhan terhambat, pendek, kurus dan kerdil
-
Daun mud berwarna kuning dan terkadang tidak merata
-
Secara umum gejalanya menyerupai defisiensi nitrogen
-
Tanaman kerdil dan daun hijau kekuning-kuningan bahkan kemerah-merahan, tetapi tulang daun tetap hijau
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
-
Pada kondisi berat, jaringan daun mati
-
Pembentukan biji tidak sempurna
-
Daun menjadi klorosis dan bagian ujungnya berwarna putih
-
Pada keadaan parah, tanaman menjadi layu dan mati
-
Daun kekuning-kuningan bahkan kemerah-merahan terutama pada daun yang agak tua
-
Kondisi parah, daun dan pelepah mongering sehingga dapat menyebabkan kematian
Besi (Fe)
-
Warna disekitar tulang daun kuning terang serta klorosis terutama pada daun muda, tetapi tulang daun tetap hijau
-
Tanaman lambat pertumbuhan dan perkembangannya
-
Bagian pucuk akan banyak daun yang gugur dan mati
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
23
Boron (B)
Klor (Cl)
-
Pertumbuhan tajuk mengeriting atau membelok
-
Ujung pelepah melingkar dan membuka
-
Daun yang baru muncul bentuknya kerdil dan mengkerut
-
Kuncup daun muda sulit membuka dan pelayuannya cepat
-
Tanaman gampang layu, daun pucat, keriput, dan sebagian mengering
Molibdenum (Mo)
-
Produktifitas tanaman rendah
-
Pemasakan buah lambat
-
Daun berubah warna, keriput dan melengkung seperti mangkuk Muncul bintik-bintik kuning disetiap lembaran daun, dan akhirnya mati Pertumbuhan tanaman terhenti
Sumber : Hadi (2010) 2.5.
Dosis, Waktu, dan Frekuensi Pemupukan
2.5.1. Dosis pemupukan
Aplikasi pupuk dijamin bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan dosis rekomendasi. Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh: sistim pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses perawatan, dsb), sistim pengupahan, dsb. Pengeceran pupuk disesuaikan dengan kemampuan wajar tenaga angkut manusia dan dosisnya. Alat aplikasi menjamin bahwa alat tsb memiliki keakuratan yang tinggi (variasi rendah) dan mudah digunakan (applicable). Alat dengan luas permukan semakin lebar variasi berat akan semakin besar, misalnya
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
24
piring akan lebih besar variasi dibanding mangkok, dan mangkok akan lebih besar variasi dibanding tabung.
Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menjerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh karena itu pada tanah pasir, dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi. Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk (Suprianto, 2010).
2.5.2. Waktu dan Frekuensi Pemupukan
Pengertian waktu di sini adalah frekuensi pemupukan, selang waktu antar aplikasi pupuk sama jenis, selang waktu antar aplikasi pupuk berbeda, kondisi cuaca dan kelembaban tanah.Waktu pemupukan akan sangat menentukan besarnya prosentase hara pupuk yang dapat diserap tanaman dan juga tingkat kehilangan hara pupuk. Pada dasarnya, pemupukan ideal dilakukan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan.
Pemupukan dapat dilakukan dengan curah hujan berkisar antara 75
mm/bulan sampai 250 mm/bulan (Suprianto, 2010).
Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali per tahun yaitu semester1 dan semester-2. Frekuensi pemupukan tergantung jenis pupuk dan sifat lahan (tanah & iklim). Misalnya pada tanah pasir umumnya dilakukan pemupukan 3 kali per tahun, sedangkan pada tanah lempung/liat 2 kali per tahun. Pupuk P, umumnya dilakukan pemupukan cukup 1 x per tahun.
Laporan Tugas Akhir 2015
Waktu aplikasi juga harus
Budidaya Tanaman Perkebunan
25
memperhatikan jenis pupuk, misalnya antara pupuk ammonium (N) dengan pupuk alkalis; antara pupuk K dan Mg. Selain itu, juga selang waktu antara aplikasi pertama dan kedua untuk jenis pupuk yang sama, serta selang waktu antara jenis pupuk yang berbeda.
Faktor yang sangat penting adalah yang berkaitan dengan kondisi kelembaban tanah saat aplikasi pupuk. Hal ini akan sangat menentikan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan, pencucian dsb.
Stategi berikut diberikan sebagai pedoman
pemupukan saat musim kering dan musim hujan (Suprianto, 2010)
2.6.
Kesatuan Contoh Daun
Pengambilan contoh daun dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit
yang sudah menghasilkan (TM).
Pengambilan contoh daun dinyatakan dalam kesatuan contoh daun (KCD), yaitu luasan areal tertentu yang digunakan sebagai tempat pengambilan contoh daun. Misalnya dalam luasan satu blok yang memiliki keseragaman tahun tanam, kondisi tanah dan bentuk topografi areal dapat digunakan sebagai 1 unit/sample KCD. Lokasi areal yang ditentukan sebagai tempat KCD serta tanaman yang digunakan sebagai pohon contoh tidak boleh diubah sepanjang masa hingga tanaman tersebut tidak bisa dimanfaatkan lagi. Untuk areal seluas 1 Ha, pohon sampel yang diambil sebanyak 4 %, untuk areal seluas 5 Ha sebanyak 3 %, untuk areal 10 Ha sebanyak 2 %, dan untuk areal seluas 25 – 100 Ha sebanyak 1 %.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
26
Untuk areal yang menggunakan system blok, pohon contoh pertama diambil dari sebelah utara blok, yaitu pohon ke-3 dari pinggir parit baik dari sisi jalan utama serta jalan koleksi. Pohon kedua dan seterusnya diambil interval 10 baris tanaman menuju arah selatan sejajar dengan barisan tanaman atau pasar pikul hingga berakhir pada posisi tiga pohon dari ujung batas blok.
Lalu dari pohon terakhir
tersebut dibelokkan kea rah barat dengan interval 10 tanaman, kemudian kembali lagi kea rah utara dengan interval yang sama. Sementara itu, untuk areal yang menggunakan system group, pengambilan contoh daun dilakukan dengan metode tersebar/acak. Adapun persyaratan pohon contoh adalah sebagai berikut : a. Sehat, tidak terserang hama dan penyakit, serta bukan pohon bekas sisipan. b. Jika pohon yang jatuh pada titik interval sebagai pohon contoh tidak memenuhi syarat maka pohon contoh dapat digeser ke pohon di dekatnya yang dianggap sehat c. Interval selanjutnya dapat dimulai dari pohon tersebut. d. Pohon contoh harus berada di antara pohon yang masih hidup. Umur tanaman harus seragam, kecuali jika luas areal berkurang dari 5 Ha, boleh terdapat perbedaan, tetapi hanya 1 – 2 tahun saja. (Poeloengan, 2003).
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
27
III. METODE PELAKSANAAN
3.1
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini dilaksanakan selama 2,5 bulan yang dimulai dari tanggal 19 Maret 2015 sampai dengan 13 Juni 2015 di PT. Sumbar Andalas Kencana (SAK) Sungai Aye, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. 3.2
Metode Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan PKPM ini metoda yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan dan data yang diperlukan adalah dengan cara : 1. Bekerja sendiri Mahasiswa ikut mengerjakan kegiatan secara langsung sesuai dengan kegiatan budidaya kelapa sawit yang ada di lapangan. Dalam hal ini mahasiswa bisa bergabung bersama karyawan atau tersendiri tergantung kondisi di perusahaan dan keadaan yang memungkinkan serta atas persetujuan Pembimbing Lapang. 2. Demonstrasi Metode ini dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan pertimbangan Pembimbing Lapang bahwa suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa karena
berbagai
faktor
seperti
faktor
keselamatan,
ketersediaan
alat,
keberadaan/pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan, dan sebagainya.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
28
3. Pengamatan Metode ini dilakukan apabila kondisi tidak memungkinkan untuk mahasiswa mengerjakan suatu pekerjaan dengan alasan tertentu seperti faktor keselamatan, kemampuan mahasiswa yang belum memadai serta kegiatan tersebut harus cepat diselesaikan. 4. Diskusi Dilakukan khususnya untuk kegiatan pengetahuan manajemen, kegiatankegiatan yang tidak dapat dilaksanakan atau kegiatan yang sudah lewat sehingga pelaksanaannya tidak dapat langsung dilihat.
Kegiatan diskusi dilakukan dengan
Pembimbing Lapang atau Pimpinan atau siapa saja yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
29
IV.
4.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan a.
Sejarah lokasi PKPM PT.
Sumbar Andalan Kencana (PT.
Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.
SAK) Sei Aye Estate terletak di
PT. SAK merupakan salah satu dari
perkebunan kelapa sawit milik Incasi Raya Group. PT. SAK ini berdiri pada tanggal 08 Agustus 1989. Awalnya, tanaman yang diusahakan PT. SAK ini adalah tanaman karet (Hevea brasiliensis) dan tanaman ubi kayu.
Karena pengelolaan kedua
komoditi ini dianggap relatif sulit untuk skala besar, maka pada tahun 1994 tanaman ubi kayu diubahke tanaman kelapa sawit. Pada tahun 2008 tanaman karet diubah menjadi tanaman kelapa sawit, sehingga sekarang komoditi perusahaan ini adalah tanaman kelapa sawit. b.
Kondisi Lingkungan
Luas areal yang dikelola PT. SAK memiliki luas lahan 2.620,491 Ha, dimana tanaman kelapa sawit
yang sudah tergolong tanaman menghasilkan (TM) semua dengan tahun tanam yan berbeda yaitu tahun tanaman 1994 dan tahun tanam 2008. PT. SAK Sei. Aye ini terdiri atas 9 Afdeling kebun yang terbagi kedalam 2 Divisi. Kebun ini dipimpin oleh seorang Estate Manager yang membawahi 2 orang Divisi manager yang memimpin
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
30
Divisi masing-masing. Sedangkan, untuk tiap-tiap afdeling dipimpin oleh seorang asisten afdeling yang dibantu oleh mandor.
Iklim PT. SAK Sei. Aye ini memiliki suhu rata-rata 23 derajat Celcius, kelembaban
80 % - 90 %, penyinaran matahari 5 jam – 7 jam sehari serta curah hujan rata-rata 257 mm/bulan.
Tanah Jenis tanah yang ada pada PT. SAK Sei. Aye ini sebagian besar tergolong
kedalam jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK). Perkebunan ini terletak pada ketinggian 600 m dari permukaan laut, dengan derajat kemiringan antara 5 derajat – 45 derajat dimana luas lahan umumnya berbukit dan bergelombang.
Usaha Konservasi Usaha konservasi yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah dengan
membuat teras pada lahan-lahan miring, pembuatan saluran drainase pada daerah yang sering tergenang air, dan penanaman tanaman penutup tanah (LCC). c.
Produk yang Dihasilkan Sesuai dengan komoditi yang diusahakan, PT. SAK Sei. Aye menghasilkan
produk utama Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit atau Fresh Fruit Bounches (FFB) dan brondolan (loose fruit). Selanjutnya produk utama dibawa ke pabrik yang berada di PT yang berada di sekitar daerah tersebut dan masih tergabung kedalam
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
31
Incasi Raya Group dikarenakan PT SAK Sei. Aye ini belum memiliki pabrik. Hasil olahan pabrik akan menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan kernel kering (Dry
Kernel). Selain menghasilkan 2 produk utama tersebut, pabrik pengolahan kelapa sawit PT.
Incasi Raya Group ini juga menghasilkan produk sampingan berupa
tandan kosong (empty bunch) yang digunakan sebagai produk organik, serabut (fiber), dan cangkang (sheel) yang digunakan sebagai bahan bakar pabrik, pembangkit listrik serta pupuk organik dari hasil pengolahan limbah cair. 4.1.2. Tahapan Pemupukan An Organik a.
Kesatuan Contoh Daun
Pengambilan contoh daun/KCD adalah kegiatan mengambil contoh daun dari lapangan dengan suatu sistem dan cara tertentu sehingga bisa dianggap dapat mewakili (representatif) suatu luasan tertentu yang akan dianalisa di laboratorium sebagai salah satu pertimbangan untuk mengetahui kondisi hara tanaman dan menentukan rekomendasi dosis pupuk. Adapun norma teknis dalam kegiatan pengambilan contoh daun diantaranya : •
Satu KCD harus memilki keseragam dalam hal umur tanaman, jenis tanah, tindakan kultur teknis dan topografi.
•
Luas KCD minimal 5 ha dan maksimal 40 ha. Untuk blok yang luasnya < 40 ha, maka luas KCD = luas blok. Untuk luas blok,
> 40 ha, maka blok
tersebut dibagi menjadi 2 atau 3 KCD.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
32
•
Jumlah pokok contoh untuk Setiap KCD adalah 30 pokok, baik dengan sistem tersebar maupun sistem terpusat. Untuk sistem terpusat dipakai pada KCD yang sangat homogen, sedangkan sistem tersebar : pokok
dalam
baris
contoh,
sesuai
dengan
6 baris contoh x 5
aturan
dari
konsultan
(rekomendator) yang bersangkutan. •
Syarat pokok contoh : pokok asli yang sehat dan normal, agak jauh dari jalan, sungai, bangunan, parit atau areal terbuka.
•
Setiap pokok contoh harus ditandai dan diberi nomor atau kode lainnya, yaitu pada pokok contoh diberi kode afdeling, nomor KCD dan nomor pokok contoh dengan tilisan putih dan dasar biru; dan pokok pinggir jalan diberi kode afdeling dan nomor KCD saja.
•
Contoh daun untuk penyusunan dosis pupuk, diambil mulai dari TM 1 pada pelepah ke 9 jika pelepah ke 17 rusak. Kegiatan pengambilan contoh daun ini dilakukan di blok A3 dengan luas
lahan 35,64 Ha.
Dengan begitu, jumlah pohon sampel yang harus diambil
berdasarkan norma diatas adalah 30 pohon sampel. Tahapan perencanaan kegiatan pengambilan kesatuan contoh daun (KCD) adalah sebagai berikut : 1. Pekerja yang diutus oleh Departemen Agronomi memberikan intruksi kerja kepada ketua kelompok kegiatan pengambilan KCD yang telah ditunjuk perusahaan.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
33
2. Ketua kelompok kegiatan pengambilan KCD membentuk kelompokkelompok yang masing-masing terdiri dari 3 pekerja. 3. Ketua kelompok memberikan intruksi kepada masing-masing kelompok tentang ketentuan pengambilan KCD serta blok-blok yang harus diambil sampel daunnya. 4. Masing-masing kelompok memulai kegiatan pengambilan KCD pada blok kerjanya. 5. Hasil pengambilan KCD diberikan kepada departemen agronomi untuk dianalisa di laboratorium. 6. Hasil analisa diberikan kepada tim untuk mengeluarkan rekomendasi pupuk. 1.
Kebutuhan tenaga kerja kegiatan pengambilan kesatuan contoh daun Kegiatan pengambilan kesatuan contoh daun (KCD) menggunakan sistem
borongan, dimana untuk pengambilan KCD pada satu blok kebun membutuhkan 3 pekerja/3 HK. Adapun pembagian kerja 3 pekerja tersebut adalah sebagai berikut :
2.
Pekerja I
: Tukang egrek mengambil daun kelapa sawit.
Pekerja II
: Mengambil anak daun dan pelepah sampel
Pekerja III
: Membuat label KCD dengan cat.
Prosedur kerja pengambilan kesatuan contoh daun Adapun langkah – langkah kegiatan pengambilan contoh daun adalah
sebagai berikut :
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
34
Penentuan pohon sampel -
Tentukan awal titik sampel yaitu pohon yang berada di pinggir blok dan dihitung 20 pohon dari sudut blok.
-
Beri tanda pada pohon titik sampel berdasarkan nomor KCD menggunakan cat warna biru.
-
Tentukan pohon sampel pertama yaitu pohon yang berada pada barisan titik sampel dengan interval yang telah ditentukan.
-
Apabila ketemu batas blok, hitung 20 pohon kesamping dan diberi label KCD.
-
Masuk lagi kedalam barisan berdasarkan interval tertentu.
-
Jumlah pokok sampel dalam satu blok adalah 30 pohon sampel.
Pengambilan daun sampel -
Daun sampel diambil pada pohon sampel yang telah ditentukan tadi.
-
Daun sampel diambil dari daun yang berada pada pelepah 17.
-
Tentukan pelepah pertama yaitu pelepah bagian pucuk yang telah membuka 100 %
-
Pelepah 17 merupakan pelepah yang sejajar dibawah pelepah 1 yang berada 3 pelepah dibawahnya.
-
Pelepah 17 dipotong menggunakan eggrek.
-
5 helai daun masing- masing kiri dan kanan diambil dengan parang pada bagian 2 jengkal dibawah ekor kadal.
-
Pangkal dan ujung daun dipotong, ambil bagian tengahnya dengan panjang 20 – 25 cm.
-
Lidi daun dibuang dan daun dimasukkan kedalam plastik.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
35
-
Pelepah tempat melekatnya daun yang diambil tadi dipotong dan dibersihkan, kemudian dimasukkan kedalam plastik.
-
Daun dan pelepah yang telah terkumpulkan pada satu blok tersebut diberi label pada plastiknya.
-
Daun dan pelepah dianalisa di laboratorium untuk rekomendasi pemupukan.
A. Pembuatan label KCD
B. Pengambilan sampel daun
Gambar 10. Pengambilan kesatuan contoh daun
b.
Perencanaan Pemupukan
-
Rekomendasi Pemupukan Rekomendasi pemupukan didapatkan dari Departemen Agronomi Incasi Raya
Group yang diperoleh dari hasil analisa daun yang dilakukan 1 kali setahun dan hasil analisa tanah sekali dalam 3 tahun serta faktor – faktor lain seperti hasil rekomendasi tahun sebelumnya. Dosis pemupukan yang diterapkan harus sesuai dengan dosis yang tertera di dalam rekomendasi pemupukan.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
36
Perhitungan jumlah pupuk
o
Luas lahan
: 40 Ha
o
SPH
: 132 tanaman/Ha
o
Dosis
: 6 kg/tanaman.
o
Berat pupuk/karung
: 50 kg/karung
ℎ
(
)=
=
ℎ
×
× /
40 ℎ × 132 /ℎ × 6 50 /
= 105,72
/
Perhitungan jumlah tenaga kerja
-
Norma tenaga pemupukan : 18 karung = 900 kg/HK
o
ℎ
=
=
ℎ
×
×
40 ℎ × 132 /ℎ × 6 900 /
/
= 35,2
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
37
-
Perhitungan jumlah biaya Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan an organik
dihitung dengan menjumlahkan jumlah pupuk yang dibutuhkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. =
ℎ
ℎ
+
ℎ
ℎ
c.
Pemupukan an organik NPK (13/6/27/4+0,65B)
-
Persiapan pekerjaan pemupukan
Tahapan ini dilakukan di kantor sebelum pekerjaan pemupukan dilakukan. Pada tahap ini Asisten Afdeling berdiskusi dengan mandor pupuk tentang blok mana yang akan dipupuk serta jumlah kebutuhan pupuk dan ketersediaan tenaga kerja. Setelah mengetahui jumlah pupuk yang dibutuhkan, Asisten Afdeling membuat nota permintaan pupuk yang ditanda tangani oleh Divisi Manajer dan Manajer kebun dan diberikan kepada mandor pupuk untuk diserahkan kepada kelapa gudang pupuk disaat pengambilan pupuk.
Tahapan ini juga dimanfaatkan oleh mandor pupuk
untuk menghubungi operator traktor yang dijadikan untuk transportasi pekerjaan pemupukan. -
Pengambilan pupuk Setelah mendapatkan transportsi pemupukan/traktor, mandor bersama
tenaga kerja pemupukan berangkat menuju gudang untuk mengambil pupuk. Nota permintaan pupuk diserahkan oleh mandor pupuk kepada kepala gudang. Kemudian, tenaga kerja pemupukan memasukkan pupuk ke dalam traktor sesuai
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
38
dengan jumlah yang tertera di nota permintaan pupuk. Setelah itu, pupuk dibawa ke lapangan. -
Pelangsiran pupuk Setelah sampai di blok tujuan, pupuk di langsir keliling blok. Adapun tujuan
dari pelangsiran pupuk ini adalah untuk mempermudah pekerja pemupukan dalam mengambil pupuk.
Pupuk di letakkan di tempat-tempat yang diperkirakan akan
memudahkan pekerja dalam mengambil pupuk tanpa harus bolak balik. Jika pupuk tidak dilangsir dan diletakkan di satu tempat akan mempersulit pekerja karna harus bolak balik mengambil pupuk. -
Aplikasi pemupukan Kegiatan pemupukan NPK (13/6/27/4+0,65B) dilakukan pada blok A1
dengan luas lahan 40 Ha dan SPH rata-rata 132 tanaman.Aplikasi pupuk dilapangan menggunakan cara sebar.
Adapun prosedur kerja pemupukan adalah sebagai
berikut : Karung pupuk dibuka dan pupuk dimasukkan ke dalam ember sampai penuh Pupuk ditebar di dalam gawangan mati dengan bantuan piring takar sesuai dengan dosis yang ditentukan ( 1 tanaman 6 kg) Pengaplikasian pupuk dimulai dari dalam barisan menuju tepi tempat pupuk berada. Karung pupuk dikumpulkan dan dihitung sesuai jumlah yang telah ditetapkan tiap pekerja.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
39
A.
Pelangsiran pupuk
B.
Penebaran pupuk
C. Pemindahan pupuk ke ember
D. Karung pupuk Gambar 11. Pemupukan anorganik NPK
-
Pengawasan pemupukan Pengawasan pemupukan dilakukan oleh mandor pupuk bekerja sama dengan
mandor bantu. Tujuannya adalah untuk meminimalisir terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh pekerja. Selain itu, tindakan ini juga bertujuan untuk memastikan pupuk sampai ke tanaman.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
40
Aplikasi pupuk dilapangan tidak slalu berjalan lancar, ada beberapa kendala / permasalahan kegiatan pemupukan yaitu : o
Kegiatan pengeceran pupuk dilakukan dengan melemparkan langsung pupuk dari atas trailer/traktor sehingga sering menyebabkan karung robek dan pupuk terbuang.
o
Norma tenaga pemupukan yang terlalu tinggi serta pengawasan yang kurang maksimal
menyebabkan
pekerja
melakukan
kecurangan,
diantaranya
menumpukkan pupuk pada satu tempat, melebihkan dosis pupuk, dan tidak menyebar pupuk ke semua pokok tanaman. d.
Evaluasi kegiatan pemupukan Kegiatan pemupukan anorganik NPK (13/6/27/4+0,65B) menerapkan sistem
4 T yaitu tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, dan tepat aplikasi pupuk : -
Tepat waktu pemupukan Waktu pemupukan yang diterapkan pada perusahaan ini adalah sebanyak 2
kali dalam setahun/2 semester. Semester pertama dilakukan pada bulan februari – april dan semester 2 dilakukan pada bulan agustus – oktober. Waktu pemupukan ini dirasa sudah paling tepat dikarenakan bulan – bulan tersebut merupakan terletak pada awal serta akhir musim hujan, sehingga air banyak tersedia. Seperti yang kita ketahui, untuk dapat larut menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman, pupuk membutuhkan air yang cukup.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
41
-
Tepat jenis pupuk Jenis pupuk yang dipakai oleh perusahaan ini adalah NPK (13/6/27/4+0,65).
Pupuk ini berbentuk bulir berwarna coklat bercampur sedikit hitam dan tidak/kurang bersifat higroskopis.
Pupuk jenis ini dirasa sudah tepat karena selain sudah
mengandung unsur makro utama yang dibutuhkan oleh tanaman, pupuk ini juga mengandung 20 % bahan organik yang dibutuhkan untuk kesuburan tanah. Selain itu, karena berbentuk bulir dan tidak bersifat higroskopis pupuk ini dapat lama tersedia di tanah dan tidak mudah hilang tersapu erosi maupun menguap. -
Tepat dosis pemupukan Dosis pemupukan yang digunakan oleh perusahaan ini mengikuti hasil
rekomendasi yang dikeluarkan oleh tim agronomi.
Dosis ini dirasa sudah tepat
karena rekomendasi pupuk yang dikeluarkan didapatkan dari hasil analisa daun yang dilakukan satu kali setahun, hasil analisa tanah yang dilakukan 1 kali 3 tahun, dan rekomendasi tahun sebelumnya. Sehingga, diharapkan dosis yang diberikan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh tanaman dan memberikan hasil yang maksimal nantinya. -
Tepat cara aplikasi pemupukan Teknik aplikasi pemupukan yang diterapkan pada perusahaan ini adalah
teknik sebar.
Pupuk disebar pada gawangan mati yang mengandung banyak
mengandung bahan organik hasil pangkasan daun kelapa sawit. Teknik ini dirasa sudah cukup efektif karena pada gawangan mati terdapat rambut – rambut akar yang aktif menyerap unsur hara. Selain itu, karena pupuk diberikan diatas pelepah-
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
42
pelepah kering yang masih belum melapuk sempurna dapat mengurangi tingkat kehilangan pupuk karena terbawa erosi. Walaupun teknik pemupukan secara sebar kurang efektif dibanding teknik benam, akan tetapi tingkat efisiensi nya jauh lebih tinggi dibandingkan teknik sebar. 4.1.3. Tahapan Pemupukan Organik (TKKS dan Solid) a.
Pemupukan Organik TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)
Perencanaan Pekerjaan Kegiatan pemupukan organik tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
dilakukan di blok I8 dengan luas lahan 35 Ha. Kegiatan pemupukan organik TKKS menggunakan sistem borongan. Adapun hal-hal yang ditentukan pada tahapan perencanaan kegiatan pemupukan organik TKKS adalah sebagai berikut : 1.
Menentukan blok yang akan dipupuk beserta luasannya.
2.
Menentukan
alat
transportasi
yang
digunakan
dalam
kegiatan
pemupukan. 3.
Pembagian kelompok pekerja beserta luasan blok kerjanya.
4.
Menghitung kebutuhan bahan dan kebutuhan tenaga kerja : o
Luas lahan
: 35 Ha
o
SPH
: 132 tanaman/ha
o
Dosis
: 300 kg/tanaman = 1 petak
o
Norma tenaga pemupukan : 20 petak/orang = 6.000 kg/orang
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
43
Perhitungan kebutuhan bahan ℎ
ℎ
=
ℎ
×
×
= 35 ℎ × 132 = 1.386.000
/ℎ × 300 = 1.386
Kebutuhan biaya tenaga kerja Biaya tenaga pengangkutan o
Kapasitas angkut truk
: 8 ton = 8.000 kg
o
Upah pengangkutan
: Rp 30.000,-/pengangkutan
ℎ
=
=
ℎ
1.386 8
= 173,25 = 173
=
= 173 × =
×
ℎ
30.000, −
5.190.000
Biaya pemupukan o
Upah pemupukan
: Rp 5.000,-/petakan =
ℎ
×
×
= 35 ℎ × 132 × =
Laporan Tugas Akhir 2015
ℎ 5.000
23.100.000, −
Budidaya Tanaman Perkebunan
44
Prosedur kerja pemupukan organik TKKS
Prosedur kerja aplikasi tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai berikut: -
Tandan kosong diangkut dari pabrik menuju lapangan menggunakan truk.
-
Tandan kosong dibongkar di blok yang akan dipupuk dengan tandan kosong.
-
Tandan kosong diangkut dengan gerobak dan disusun ditengah-tengah pokok antar barisan tanaman.
-
Tandan kosong disusun segi empat dengan ukuran 2 x 3 m dengan jumlah tandan 100 buah (300 kg).
-
Tandan kosong disusun dengan jarak 3 m dari pokok.
A. Penumpukan TKKS di tepi blok
B. Penyusunan TKKS
Gambar 12. Pemupukan organik TKKS
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
45
Evaluasi kegiatan pemupukan organik TKKS Tandan kosong merupakan produk sampingan/limbah dari hasil pengolahan
pabrik kelapa sawit . Menurut Pahan (2008), kandungan materi organik pada TKKS mampu meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama. Aplikasi TKKS juga sangat efektif sebagai mulsa sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembapan tanah dan mengurangi dampak kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman serta produksi pada saat kemarau. Selain itu, TKKS secara signifikan dapat mengurangi kerugian nutrisi melalui proses pencucian dan aliran permukaan atau menjaga terjadinya erosi tanah pada areal yang curah hujannya tinggi. Tabel 4. Persentase unsur hara dalam tandan kosong
Hara Utama
Persentase Unsur Hara
Per Ton Tandan Kosong
dalam Tandan Kosong
Sebanding dengan Pupuk
Kisaran
Rata-Rata
Anorganik
Nitrogen (N)
0.32-0.43
0.37
8.00 kg Urea
Fosfor (P)
0.03-0.05
0.04
2.90 kg RP
Kalium (K)
0.89-0.95
0.91
18.30 kg MOP
Magnesium (Mg)
0.07-0.10
0.08
5.00 kg Kieserit
Sumber: Pahan (2008) Selain itu, TKKS juga mengandung unsur hara lainnya, seperti B, Cu, Zn, Fe dan Mn. Aplikasi TKKS sangat sesuai dalam memenuhi atau menggantikan sebagian pupuk anorganik, jika jumlah pasokan haranya sebanding dengan pupuk anorganik tersebut.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
46
b. Pemupukan Organik Solid
Perencaan Pekerjaan
Kegiatan pemupukan organik solid dilakukan di blok A10 dengan luas lahan 30 Ha. Kegiatan pemupukan organik solid menggunakan sistem borongan. Adapun tahapan perencanaan kegiatan pemupukan organik solid adalah sebagai berikut : 1. Menentukan blok yang akan dipupuk beserta luasannya. 2. Menentukan alat transportasi yang digunakan dalam kegiatan pemupukan. 3. Pembagian kelompok pekerja beserta luasan blok kerjanya. 4. Menghitung kebutuhan bahan dan kebutuhan tenaga kerja : o
Luas lahan
: 30 Ha
o
SPH
: 132 tanaman/ha
o
Dosis
: 100 kg/tanaman = 4 karung
o
Norma tenaga pemupukan
: 25 tanaman/orang
Perhitungan kebutuhan bahan ℎ
ℎ
=
ℎ
×
= 30 ℎ × 132 = 396.000
× /ℎ × 100
= 396
Kebutuhan biaya tenaga kerja
Biaya tenaga pengangkutan
o
Kapasitas angkut truk
: 8 ton = 8.000 kg
o
Upah pengangkutan
: Rp 30.000,-/pengangkutan
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
47
ℎ
=
=
ℎ
396 8
= 49,5 = 50
=
= 50 × =
×
ℎ
30.000, −
1.500.000
Biaya pemupukan o
Upah pemupukan =
ℎ
: Rp 5.000,-/petakan ×
= 30 ℎ × 132 × =
×
ℎ
5.000
19.800.000, −
Prosedur kerja pemupukan solid
Adapun prosedur kerja aplikasi solid dilapangan adalah sebagai berikut : -
Solid diangkut dari pabrik menuju lapangan menggunakan truk.
-
Solid dibongkar ditepi blok yang akan diaplikasikan solid.
-
Solid dimasukkan kedalam karung dengan muatan 25 kg/karung.
-
Karung yang berisi solid diaplikasikan pada masing-masing pokok tanaman.
-
Masing – masing pokok tanaman mendapatkan 4 karung solid (100 Kg) yang diletakkan pada 4 titik disekeliling tanaman.
-
Jarak karung dengan pokok tanaman adalah 1,5 m.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
48
A. Pengisian karung solid
B. Penyusunan karung solid
Gambar 12. Pemupukan organik solid
Evaluasi pemupukan solid Solid merupakan produk akhir dari proses pengolahan TBS di pabrik dengan
menggunakan sistem decanter yang menghasilkan padatan lumpur dengan kelembapan yang tinggi dan bersifat asam. Aplikasi solid pada tanaman dapat meningkatkan kandungan fisik, biologi dan kimia pada tanah dan menurunkan kebutuhan pupuk anorganik. Tabel 5. Persentase unsur hara dalamsolid Unsur Hara Rata-Rata Persentase utama Hara dalam Solid (%) Nitrogen (N) 0.472 Fosfor (P) 0.046 Kalium (K) 0.304 Magnesium (Mg) 0.070 Sumber: Pahan (2008)
Per Ton Solid Sebanding dengan Pupuk Anorganik 10.3 kg Urea 3.3 kg RP 6.1 kg MOP 4.5 kg Kieserit
Sebelum diaplikasikan ke tanaman, solid terlebih dahulu dimasukkan kedalam karung agar terlihat rapi saat diaplikasikan ke tanaman.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
49
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Kondisi kesesuaian lahan PT. SAK Sei. Aye Berdasarkan data gambaran umum perusahaan milik PT. SAK Sei. Aye, bisa disimpulkan bahwa lahan ini tergolong kedalam kelas N1 (tidak sesuai atau bersyarat).
Hal ini dapat diketahui dari ketinggian tempatnya yang berada pada
ketinggian 600 meter dari permukaan laut.
Menurut putranto (2012), ketinggian
tempat yang sesuai untuk dijadikan areal perkebunan kelapa sawit berkisar pada ketinggian 0 – 500 mdpl. Jika dilihat dari faktor tanahnya, perkebunan milik PT. SAK Sei. Aye ini memiliki jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK). Menurut Sunarko (2014), tanah jenis PMK memiliki lapisan solum tanah yang cukup tebal yaitu berkisar 90 – 180 cm serta memiliki pH 4 – 5,5. Berdasarkan ciri – ciri diatas, tanah perkebunan PT. SAK Sei. Aye bisa digolongkan kedalam kelas lahan yang sesuai bagi kelapa sawit. Akan tetapi, Sunarko (2014) menambahkan bahwa tanah jenis PMK tergolong ke dalam tanah yang memiliki produktivitas tanah yang rendah.
Oleh karena itu, teknik
pemupukan yang efektif dan efisien sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitasnya. 4.2.2. Pemupukan PT. SAK Sei. Aye Pemupukan yang dilakukan oleh PT. SAK Sei. Aye menggunakan jenis pupuk NPK (13/6/27/4+0,65B). Pupuk ini mengandung 80% unsur anorganik yang terdiri dari 13% unsur N, 6% unsur P2O5, 27% unsur K2O, 4% unsur MgO, dan 0,65% unsur B serta mengandung bahan organik sebesar 20%.
Laporan Tugas Akhir 2015
Pupuk ini berbentuk
Budidaya Tanaman Perkebunan
50
granular dan berwarna coklat tua bercampur hitam.
Pupuk ini mempunyai
keunggulan dibandingkan pupuk lain karena tidak hanya mengandung unsur hara anorganik tetapi juga mengandung bahan organik yang dibutuhkan untuk kesuburan tanah. Berdasarkan jenis unsurnya, pupuk NPK ini digolongkan ke dalam pupuk majemuk.
Penggunaan pupuk majemuk mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan pupuk tunggal seperti Urea, KCl, dan TSP. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005), keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan pupuk majemuk adalah sebagai berikut :
Kandungan unsur hara total lumayan tinggi, sehingga bersifat ringkas dan lebih efisien.
Cara aplikasinya lebih mudah dan lebih sederhana karena berbentuk granular dan tidak bersifat higroskopis. Sedangkan pupuk tunggal sering berbentuk bongkahan selama dalam penyimpanan karena bersifat higroskopis seperti urea, sehingga perlu adanya perlakuan sebelum diaplikasikan.
Kebutuhan unsur hara makro (N,P,K) utama terpenuhi dalam sekali aplikasi, sehingga lebih efisien dibandingkan pupuk tunggal yang harus diberikan satu per satu.
Penyimpanan di gudang lebih ringkas dan mudah. Akan tetapi, penggunaan pupuk majemuk mempunyai kekurangan karena
tidak dapat menentukan perbandingan unsur yang diinginkan, sehingga harus menyesuaikan dengan rasio yang telah ada.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
51
4.2.3. Teknik konservasi tanah PT. SAK Sei. Aye Metode-metode konservasi tanah yang dilakukan perusahaan : a.
Pembuatan saluran drainase Salah satu syarat tumbuh tanaman kelapa sawit adalah adanya curah hujan
yang cukup dan terbagi rata sepanjang tahun. Sehingga, potensi terjadinya erosi akibat pengikisan air hujan pada perkebunan kelapa sawit cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya perlakuan konservasi untuk dapat mengurangi dampak dari erosi tersebut. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005), pembuatan saluran drainase pada lahan yang datar dapat mencegah dan mengurangi dampak dari adanya erosi. Pembuatan saluran drainase berfungsi untuk menegah genangan air dan menurunkan air tanah, dan mencegah terjadinya banjir. b.
Pembuatan teras Tidak semua kelapa sawit ditanam pada areal yang datar.
Terbatasnya
ketersediaan lahan menjadikan kelapa sawit juga ditanam pada lahan-lahan yang berkontur miring.
Oleh karena itu, perlu adanya perlakuan agar lahan miring
tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik dan terhindar dari bahaya erosi. Salah satu upaya untuk memanfaatkan lahan miring tersebut agar dapat memberikan hasil yang maksimal adalah dengan pembuatan teras. Menurut Sunarko (2014), berdasarkan derajat kemiringannya terdapat dua jenis teras yang dikenal di Indonesia, yaitu teras kontur (teras bersambung) dan
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
52
teras individu (teras model tapak kuda). Teras kontur dibuat untuk lahan dengan kemiringan 4 – 29 derajat dan teras individu dibuat untuk lahan dengan kemiringan 30 – 40 derajat. Pembuatan
teras
berfungsi
untuk
mematahkan
aliran
permukaan,
memperbesar daya serap air tanah, meningkatkan daya simpan air, mempermudah penaburan pupuk, dan mempermudah menemukan dan mengumpulkan buah yang rontok (brondolan). Dengan pembuatan teras, pemberian pupuk akan lebih efektif sampai ke tanaman tanpa terpengaruh bahaya erosi.
c.
Pengendalian gulma Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh alami dan menjadi pesaing bagi
tanaman kelapa sawit dalam mendapatkan unsur hara, air, serta cahaya matahari sehingga keberadaannya tidak diinginkan.
Keberadaan gulma pada areal
perkebunan kelapa sawit akan sangat merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu, pertumbuhan gulma harus dikendalikan agar tidak menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Salah satu kerugian yang ditimbulkan dengan keberadaan gulma pada areal perkebunan kelapa sawit adalah tidak efektifnya pemupukan yang dilakukan. Pemberian pupuk sesuai dosis yang dibutuhkan oleh tanaman tidak akan efektif sampai ke tanaman karena sebagian dari unsur hara pupuk yang diberikan telah
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
53
diserap oleh gulma.
Sehingga akan menyebabkan tanaman kelapa sawit akan
kekurangan unsur hara dan akan berdampak pula pada produksi yang dihasilkannya.
d.
Penanaman LCC (Land Cover Crop) Penanaman
LCC
yang
sebagian
besar
berasal
dari
kelompok
legumemerupakan salah satu langkah dalam rangka konservasi tanah.
Menurut
Sunarko (2014), penanaman LCC bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, meningkatkan
kandungan
bahan
organik
tanah,
dan
mengendalikan
erosi
permukaan tanah. Selain itu, menanam LCC juga dapat memperbaiki kondisi fisik tanah dan menyediakan unsur nitrogen dari fiksasi N2 dari udara.
Penanaman LCC sangat membantu untuk mendapatkan pemupukan yang efektif.
Seperti yang dijelaskan diatas, penanaman LCC dapat menekan
pertumbuhan
gulma
yang
mendapatkan unsur hara.
menjadi
pesaing
tanaman
kelapa
sawit
dalam
Selain itu, LCC juga dapat meningkatkan kandungan
bahan organik serta dapat mengendalikan erosi permukaan tanah, sehingga kekhawatiran kehilangan pupuk akibat erosi dapat teratasi.
e.
Aplikasi TKKS (tandan kosong kelapa sawit)
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah dari hasil pengolahan pabrik kelapa sawit yang bisa dijadikan bahan untuk mendukung kegiatan konservasi tanah. TKKS dapat diaplikasikan pada lahan kelapa sawit dalam bentuk mulsa. Seperti yang kita ketahui, mulsa mempunyai banyak manfaat dalam kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit dan kegiatan budidaya pada umumnya.
Laporan Tugas Akhir 2015
Fungsi
Budidaya Tanaman Perkebunan
54
mulsa hampir sama dengan LCC yaitu dapat menekan pertumbuhan gulma, menambah bahan organik tanah serta juga dapat mengendalikan erosi aliran permukaan.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil dan pembahasan diatas adalah : 1. Pemupukan yang baik adalah pemupukan yang memastikan pupuk yang diaplikasikan sampai pada tanaman dengan prosedur kerja yang efisien dan efektif. 2. Hampir sebagian besar metode pemupukan yang diterapkan dilapangan adalah dengan metode sebar, karena metode ini jauh lebih efisien. 3. Untuk mendapatkan pemupukan yang efektif dan efisien sangat perlu memperhatikan prinsip pemupukan yang tepat yang biasa disebut 4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu.
.2.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah : 1. Petugas gudang sebaiknya selalu menjaga susunan pupuk yang tersedia di gudang agar memudahkan dalam pengecekan pupuk. 2. Sebaiknya supervisor dan mandor pupuk memberikan arahan tentang cara pemupukan yang baik agar aplikasi pemupukan dapat berjalan lebih efektif. 3. Sebaiknya mandor pupuk melakukan pengawasan sampai ke dalam barisan tanaman untuk meminilisir kecurangan yang terjadi.
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan
56
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus a. 2014. Pertumbuhan Areal Perkebunan http://www.Ditjenbun.Pertanian.go.id di akses 1 Juli 2015
Kelapa
Sawit.
Anonimus b. 2014. Produksi Kelapa Sawit Indonesia. http://www.Gapki.or.id di akses 1Juli 2015 Anonimus c. 2015. Morfologi tanaman kelapa http://www.repositori.uin_suska.ac.id di akses 1 Juli 2015
sawit.
Fauzi, Y. Y, E. Widyastuti, I. Satyawibawa,R. Hartono. 2012. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisi Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Goenadi, H. D. 2008. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. Yogyakarta. Hadi.
2010. Budidaya Tanaman Kelapa jambi@@litbang.deptan. Akses 28 juni 2015
Sawit.
http://www.Bptp-
Haryanto, E. 2015. Cara Pemupukan Kelapa Sawit 3. http://www.pupuksawit.info/p/cara-pemupukan-kelapa-sawit-3.html di akses 28 juni 2015 Hakim, M. 2007. Kelapa Sawit, Teknis Agronomis dan Manajemennya. Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta, 295 hal. Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Nasution, A. 2015. Kelapa sawit : Morfologi http://www.ilmuperkebunan.info.com di akses 1 Juli 2015
kelapa
sawit.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Poeloengan, Z. M. L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E.S. Sutarta. 2003. Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit. Medan. Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. Agromedia Pustaka, Jakarta. Suprianto. 2010. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit. https://h0404055.wordpress.com/2010/04/05/manajemen-pemupukantanaman-kelapa-sawit/ di akses 8 Juli 2015 Suwanto, B. Nainggolan, M. Darmadi, S. Karyadi, A. Gea, K. Nababan, dan Harmen. 2005. Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit. Medan
Laporan Tugas Akhir 2015
Budidaya Tanaman Perkebunan