I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah dan variasi bencana terbanyak di dunia. Mulai dari gempa bumi, banjir, tsunami, gunung berapi, puting beliung, banjir dan tanah longsor. Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) dalam laporannya menyebutkan bahwa 644 bencana alam terjadi di negeri ini pada tahun 2010, dan 81,5 persennya adalah bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor. BNPB juga memprediksi bahwa sebanyak 154 kabupaten atau kota rawan terhadap bencana tanah longsor. Direktorat Jendral Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (Ditjen BPDASPS) kementrian kehutanan merupakan salah satu instansi pemeritahan yang memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai lokasi yang rawan terhadap tanah longsor kepada pemerintah setempat. Hal ini karena Ditjen BPDASPS memiliki unit pelaksana teknis (UPT) Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) di seluruh provinsi di Indonesia yang memiliki kemampuan untuk menganalisa dan memprediksi lokasi rawan tanah longsor. Untuk mempercepat kemampuan BPDAS menganalisa lokasi daerah rawan tanah longsor, maka Ditjen BPDAS mengembangkan suatu aplikasi yang disebut Sistem Standart Operasi Prosedur (SSOP), selain dapat menganalisa lokasi rawan tanah longsor, aplikasi ini juga dilengkapi dengan kemampuan untuk memberikan arahan fungsi terhadap DAS atau Sub DAS tersebut sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan hidrometeorologinya sehingga pengelolaan DAS yang baik akan terwujud, yang berarti akan semakin meminimalisasi kejadian tanah longsor.
1
Pentingnya posisi DAS sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air kurang tepatnya perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi DAS yang mengakibatkan bencana tanah longsor. Dalam upaya menciptakan pendekatan pengelolaan DAS secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan.
Dengan
demikian
bila
ada
bencana
tanah
longsor,
penanggulangannya dapat dilakukan secara meyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu ke hilir. Untuk mendapat daerah rawan longsor pemecahan masalah yang pertama digunakan adalah mengambil data skunder di BPDAS, data skunder yang di ambil yaitu peta curah hujan, peta tanah, peta pengunaan lahan, peta kemiringan lereng dan peta geologi, dan data ini di olah denga program ArcGIS dan SSOP, kemudian baru terbentuk peta daerah tanah longsor dan ini merupakan standar dari pemerintah karena BPDAS termasuk badan pemerintah. Sebenarnya kerusakan di bumi dapat dibaca dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41-42 yang artinya telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
(akibat)
perbuatan
mereka,
agar
mereka
kembali
(kejalan
yang
benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (Q.S. Ar Rum (30) : 41-42), maknanya adalah semua kerusakan di bumi adalah perbuatan tangan manusia dan mereka akan merasakan akibatnya.
2
1.2. Tujuan 1. Terinformasikannya pemerintah daerah setempat tentang lokasi rawan bencana tanah longsor di wilayah Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan. 2. Menginformasikan kepada masyarakat setempat tentang lokasi daerah rawan bencana tanah longsor.
1.3. Manfaat 1. Mahasiswa mendapatkan ilmu serta pengalaman kerja dalam pembuatan peta. 2. Bisa memperbandingkan teori yang di dapat selama menjalankan perkuliahan dengan keadaan yang ada di lapangan melalui PKPM. 3. Dari Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja.
3
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Longsor Longsor
atau
sering
disebut
gerakan
tanah
adalah
suatu
peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
a.
Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungaisungai atau gelombang laut yang mengikis kaki lereng bertambah curam.
b.
Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat.
c.
Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut.
d.
Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu.
e.
Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir.
f.
Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
4
2.2. Gambaran Umum Aplikasi SSOP Aplikasi SSOP dikembangkan oleh Direktorat Jendral Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial bekerjasama dengan PUSPICS Universitas Gajah Mada sejak tahun 2007. Pada awalnya aplikasi ini dibuat untuk mempermudah Balai Pengelolaan DAS dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yaitu merencanakan dan memantau serta mengevaluasi pengelolaan DAS, dimana kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS di Indonesia semakin banyak terindentifikasi kritis, seperti ditunjukkannya dengan sering terjadinya erosi, sedimentasi, banjir dan tanah longsor. Dalam PP No. 7 (2005) tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009, disebutkan bahwa DAS berkondisi kritis semakin meningkat dari 22 DAS (1984) menjadi 39 DAS (1994) dan kemudian 62 DAS (1999). Proses penanganan bencana tanah longsor pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian : 1. Sebelum terjadi bencana. 2. Pada saat terjadi bencana. 3. Setelah (pasca) bencana. Pengembangan aplikasi SSOP di Balai Pengelolaan DAS ini lebih diutamakan pada kejadian sebelum terjadi bencana. Parameter dan kriteria seluruh analisa yang terdapat dalam aplikasi SSOP ini mengacu kepada semua pedoman dan petunjuk teknis yang dihasilkan oleh Direktorat Jendral Bina Pengelolaan DAS dan perhutanan Sosial dan juga Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementrian kehutanan.
5
Dalam perjalananya, aplikasi ini terus mengalami penyempurnaan. Hal ini disebabkan adanya berbagai masalah yang dihadapiterkait proses pengerjaan database serta kriteria atau pedoman yang digunakan dalam proses analisa aplikasi tersebut. Aplikasi ini terbagi menjadi lima perangkat utama yang disusun berdasarkan urutan proses penggunaannya, yaitu : 1. Tipologi, untuk melihat deskripsi umum tipologi DAS 2. Kekritisan, untuk melihat kekritisan DAS secara umum (unsur spasial belum disertakan) 3. SIMDAS, (SIMDAS AV untuk versi ArcView GIS 3.X dan SIMDAS AG untuk versi ArcGIS 9.x), digunakan untuk identifikasi kerusakan dan pewilayahan DAS secara lebih detil dalam bentuk analisis spasial, langkah ini dilakukan untuk mendetilkan hasil dari proses pertama dan kedua. 4. Manajemen, digunakan untuk mengetahui alternatif manajemen berbasis satuan lahan setelah proses pemodelan spasial longsor, erosi, lahan kritis, kemampuan lahan dan menggunakan SIMDAS sampai selesai digunakan. 5. EWS-Banjir, sebagai catatan perangkat didalam proses uji coba pada beberapa DAS dan masih dalam tahap pengembangan. 2.3. SIMDAS Identifikasi kerusakan dan pewilayahan DAS secara lebih detil dalam bentuk analisis spasial dilakukan dengan melalui menu SIMDAS mempunyai dua pilihan yaitu SIMDAS AV untuk menjalankan di perangkat lunak ArcView GIS 3.x, dan SIMDAS AG untuk menjalankan perangkat lunak ArcGIS 9.x.
6
2.3.1 SIMDAS AG (ArcGIS 9.x) Untuk menjalankan program SIMDAS AG, diperlukan adanya perangkat lunak ArcGIS 9.x karena perangkat lunak SIMDAS AG dibuat dalam lingkungan ArcGIS 9.x mengunakan bahasa pemrograman Visual Basic application dan phyton. Selain kebutuhan perangkat lunak tersebut, database spasial yang digunakan juga harus sesuai dengan standarisasi data spasial yang digunakan juga harus sesuai dengan stadarisasi data spasial yang digunakan juga harus sesuai dengan standarisasi data spasial yang diperlukan oleh perangkat lunak ini. SIMDAS ini memiliki empat kapasitas utama, yaitu : untuk menampilkan grafis peta, identifikasi dan penelusuran objek pada peta, pemodelan spasial, dan operasi pada data atribut. Jendela utama SIMDAS AG terdiri dari empat komponen utama yaitu : 1. Jendela peta (view) yang berfungsi untuk menampilkan peta/grafis, Jendela legenda berfungsi sebagai penjelasan dari peta dalam bentuk legenda peta. 2. Toolbar menu menyediakan perangkat yang berhubungan dengan operasi pada jendela view 3. Menu bar, menyediakan perintah dalam bentuk menu. 4. Menu utama menyediakan perintah-perintah dan fasilitas penunjang SIMDAS. Menu utama dari SIMDAS terdiri dari menu data grafis, data atribut dan pemodelan. Data grafis terdiri dari peta dasar dan peta tematik. Tampilan peta tematik terlebih dahulu baru menampilkan peta dasar, dengan demikian layer peta tematik seperti peta tanah sebagai contoh akan berada pada layer paling bawah selanjutnya diatasnya adalah layer peta dasar.
7
Sebuah data spasial memiliki data grafis dan data atribut, begitu pula dalam SIMDAS ini juga memiliki data grafis dan atribut. Cara menampilkan data atribut, pilih layer grafis yang akan dilihat data atributnya, kemudian pilih menu, data atribut dan buka tabel atribut sehingga tabel atribut. Menu pemodelan terdiri dari pemodelan
: arahan penggunaan lahan,
kemampuan lahan, limpasan permukaan, erosi, longsor,lahan kritis dan monitoring penggunaan lahan input tiap parameter dan standarisasi data tiap input parameter. Hasil dari proses tiap pemodelan akan berwujud sebuah file output dengan format shapefile (*.shp). File output pemodelan berada pada folder , diikuti dengan nama file untuk masing – masing pemodelan. Peta hasil pemodelan selanjutnya dapat dipilih legendanya dengan menggunakan simbology dan ditambah peta dasar berurutan dari pemanggilan data berbentuk polygon (batas DAS dan Peta Admnistrasi), selanjutnya data garis (batas administrasi, sungai dan jalan), dan terakhir data titik (ibu kota administarasi). Selanjutnya bisa dibuat layout dan di cetak sebagai peta hasil untuk laporan. 2.3.2 Standarisasi Data Spasial : Data Aplikasi Pemodelan untuk longsor Agar suatu proses dalam aplikasi berjalan dengan baik, maka diperlukan standarisasi data spasial yang digunakan, seperti tabel 1 dibawah ini :
8
Tabel 1. Penentuan file untuk daerah rawan longsor Nama
Nama
Type
file
field
field
R0001
D_HUJ
Jenis
Keterangan
Numeric Skor
curah
hujan
unsur
untuk
pemodelan polygon
longsor SL0001
D_LER
Numeric Skor lereng untuk pemodelan longsor
polygon
G0001
D_GEO
Numeric Skor geologi untuk pemodelan longsor
polygon
S0001
D_KD
Numeric Skor kedalaman solum untuk pemodelan polygon longsor
L0001
D_MAN
Numeric Skor
(M0001)
manajemen
untuk
pemodelan polygon
longsor
Agar aplikasi berjalan lancar sesuaikan parameter dengan skor yang ada pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Penentuan skor dan cara perolehannya untuk daerah rawan longsor. Teknik Parameter
Besaran
Kategori nilai
Skor
perolehan
Keterangan
data Hujan
<50
Rendah
1
Data
harian
50 – 99
Agak rendah
2
hujan stasiun terakhir, dihitung
kumulatif
100 – 199
Sedang
3
hujan
Agak tinggi
4
ada di DAS, >1 stasiun hujan
Tinggi
5
dipilih curah
3
hari 200 – 300
berurutan
>300
curah Data
tahun
yang rata-ratanya, jika
(mm/3
hujanberurut
hari)
an
3
10
hari
tertinggi
9
Teknik Parameter
Besaran
Kategori nilai
Skor
perolehan
Keterangan
data Lereng
<15
Rendah
1
Secara
C=
internal
lahan (%)
15 – 24
Agak rendah
2
manual
kontur (m), I =
25 – 44
Sedang
3
dengan peta total
45 – 65
Agak tinggi
4
topografi : S (m) A luas DAS
>65
Tinggi
5
= (cxl) /A, (m2)
panj.kontur
secara otomatis dengan peta RBI digital & program ArcView
Geologi
Dataran
Rendah
1
Jenis bahan Peta geologi DAS
(batuan)
alluvial
Agak rendah
2
batuan
Perbukitan
Sedang
3
induk
kapur
Agak tinggi
4
Perbukitan
Tinggi
5
Rendah
1
Identifikasi
Peta jenis tanah,
granit Perbukitan bat. Sedimen Kedalaman <1 tanah
1–2
Agak rendah
2
kedalaman
profil tanah, dan
(regolit)
2–3
Sedang
3
regolit
bor tanah
sampai
3–5
Agak tinggi
4
(m)pada
lapisan
>5
Tinggi
5
jenis tanah
kedap (m)
yang ada di DAS
-
10
Teknik Parameter
Besaran
Kategori nilai
Skor
perolehan
Keterangan
data Penggunaa
Hutan alam
Rendah
1
Data
jenis -
Peta
n lahan
Hutan
atau Agak rendah
2
&
luas
Landuse/RBI
perkebunan
Sedang
3
penutupan
Semak/beluka
Agak tinggi
4
lahan
r/rumput
Tinggi
5
DAS
di
Citra
satelit/
foto udara
Tegal/pekaran gan Sawah/permu kiman
Kisaran angka untuk perkiraan skor untuk daerah rawan longsor seperti pada tabel 3 di bawah ini : Tabel 3. Perkiraan skor untuk daerah rawan longsor Kisaran angka
keterangan
16 – 20
Rawan
14 - 15
Agak rawan
15-16
Sedang
10 – 13
Tidak rawan
11
III.
METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini di laksanakan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Agam Kuantan Provinsi Sumatera Barat. Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilaksanakan pada awal semester VI yaitu pada bulan 16 Maret – 13 Juni tahun 2015. 3.2. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan PKPM ini adalah : Tabel 4. Alat dan bahan pembuatan peta tanah longsor No
Alat / Bahan
Fungsi
Kebutuhan
Satuan
1
Buah
5
Buah
1
Buah
Pembuatan peta 1
Komputer
dengan aplikasi ArcGIS
Peta tanah, peta
Pembuatan peta
geologi, peta 2
untuk
kemiringan lereng,
mengetahui
peta curah hujan,
daerah rawan
peta pengunaan
longsor
lahan
3
PP Penentuan nama
Peta RBI SUMBAR
lokasi
12
3.3. Prosedur Pelaksanaan Proses pembuatan peta daerah longsor
Peta tanah
Peta geologi
Add data peta
Peta kemiringan lereng
Peta penggunaan lahan
Peta curah hujan
Rektifikasi peta
Pendigitasian
Attribut data
Export data
Overlay peta ke 5 peta tersebut Exsport data
Layout
Gambar 1. Bagan pelaksanaan pembuatan peta daerah longsor 13
1. Penginstalan ArcGIS 2. Setelah di instal maka akan keluar tampilan seperti di bawah ini :
Gambar 2. Tampilan layar setelah di instal 3. Untuk memunculkan data tekan add data maka akan muncul tampilan
Gambar 3. Cara pemanggilan peta 4. klik add maka akan muncul
14
Gambar 4. Tampilan pilihan untuk pemanggilan peta 5. klik ok akan keluar item seperti di bawah ini
Gambar 5. Tampilan setelah pemanggilan peta 6. Langkah selanjutnya adalah rektifiasi peta dengan cara perbesar titik yang akan di rektifikasi kemudian lakukan seperti di bawah ini
15
Gambar 6. Cara rektifikasi Tekan OK maka peta akan menghilang, jika peta hilang maka klik kanan pada layer kemudian klik zoom to layer dan akan muncul
Gambar 7. Tampilan rektifikasi yang benar Tanda tambah yang berwarna merah menandakan peta telah di ratifikasi,
16
kemudian lakukan penyimpanan data rektifikasi dengan cara klik georeferensi dan akan muncul gambar seperti dibawah ini
Gambar 8. Cara penyimpanan peta setelah di rektifikasi Ganti images menjadi tiff klik save. 7. Setelah selesai di rektifikasi peta akan siap di digitasi, dengan cara seperti gambar di bawah ini
Gambar 9. Pembuatan shapefile dan pengeditannya 17
a. Klik edit , pilih select, pilih geographic coordinate systems, pilih wordl, pilih WGS 1984,apply kemudian ok b. Pilih editor, klik star editing c. Ganti task menjadi create new feature, ganti target menjadi polygon kemiringan lereng. d. Klik sketch tool, mulai mendigitasi
Gambar 10. Pendigitasian peta e. Jika ada pemotongan pada polygon ganti task menjadi cut polygon feature. 8. Atribut data dengan cara sebagai berikut : a. Klik kanan pada peta yang telah jadi poligon. b. Klik open atribut tabel. c. Klik kanan option pada tabel atribut . d. Klik add file, ganti nama sessuai ketentuan ganti tipe menjadi text , klik ok dan akan muncul sepeti dibawah ini
18
Gambar 11. Pembuatan attribut data 9. Mengexport data dengan contoh sebagai berikut : a. Klik kanan pada poligon kemiringaan lereng b. Klik data , pilih export data
Gambar 12. Tampilan pengexporan data c. Pilih tempat penyimpanan
19
d. Ganti nama menjadi S0001, pilih save, klik ok , kemudian akan muncul layar armap, klik yes untuk memunculkan pada layer. e. Klik kanan pada S0001 yang muncul pada layer
Gambar 13. Tampilan pengisian attribut data dengan ketentuan scor f. Klik open atribut tabel g. Klik kanan option pada tabel atribut . h. Untuk scor klik add file, ganti nama menjadi D_LER i. ganti tipe menjadi short integer, klik ok j. Edit D_LER sesuai ketentuan scor yang ada k. Klik tanda X dan akan tersimpan dengan sendirinya 10. Overlay peta dengan contoh sebagai berikut : a. Klik show/hide arc toolbox window b. Klik index pada bagian bawah c. Klik intersect (analysis)
20
Gambar 14. Overlay peta d. Input feature S0001,SL0001,R0001,G0001,L0001/M0001
Gambar 15. Tampilan menginput data e. Klik ok. 11. Export data ke SSOP a. Copi data S0001,SL0001,R0001,G0001,L0001/M0001 ke program SSOP
21
b. Munculkan dengan cara
Gambar 16. Tampilan SSOP sebelum pemodelan Hasilnya akan menjadi
Gambar 17.Tampilan SSOP Pangil data dari RBI SUMBAR untuk menentukan nama lokasi
22
Gambar 18. Tampilan peta setelah pemanggilan peta RBI SUMBAR 12. Layout peta a. Pindahkan ke layout view, klik view > layout view
Gambar 19. Tampilan layout peta Ubah data ke UTM untuk mengetahui luas daerah rawan longsor
23
Gambar 20. Penentuan luas wilayah 3.4. Metode Pengumpulan Data Dalam pelaksanaan PKPM ini metoda yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan dan data yang diperlukan adalah dengan meminta dan mengumpulkan data spasial Provinsi Sumatera Barat di BPDAS Agam Kuantan, Padang Provinsi Sumatera Barat meliputi peta kemiringan lereng, peta tanah, peta pengunaan lahan, peta curah hujan dan peta geologi. Overlay peta dilakukan untuk peruntukan dan menganalisa daerah rawan tanah longsor di Provinsi Sumatera Barat.
24
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Instansi Satuan Wilayah Penglolaan (SWP) DAS Agam Kuantan terletak di Provinsi Sumatera Barat pada posisi 00°33´ Lintang Utara 2°30´ Lintang Selatan dan 99°10´ - 101°27´ Bujur Timur. Sesuai dengan Intruksi Menteri Kehutanan Nomor : INS.3/Menhut-II/2009 tanggal 20 April 2009 tentang Wilayah Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Balai Pengelolaan DAS, secara administrasi wilayah SWP DAS Agam Kuantan terdiri dari 10 (sepuluh) kabupaten yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai dan 5 (lima) Kota yaitu Kota Padang, Kota Pariaman, Kota Solok, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang serta sebagian wilayah di Provinsi Bengkulu. Luas Total SWP DAS Agam Kuantan berdasarkan hasil analisa digital dalam rangka penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Wilayah BPDAS Agam Kuantan 2010 adalah 2.141.333 Ha, dengan rincian yaitu seluas 1.585.968 berada didaratan Pulau Sumatera dan seluas 555.365 Ha berada di Kepulauan Mentawai. Secara umum batas SWP DAS Agam Kuantan adalah : Utara
:
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat
Timur
:
berbatasan dengan DAS Rokan, DAS Kampar, DAS Batang Kuantan, DAS Batanghari yang secara administrasi masih berada di Provinsi Sumatera Barat
Selatan
:
berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Bengkulu
Barat
:
berbatasan dengan Samudera Indonesia 25
4.2. Sejarah BPDAS Agam Kuantan Kerusakan hutan dan lahan di Indonesia berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Tahun 2009 adalah 71.535.937 Ha yang terdiri dari 30.869.752 Ha kategori kritis sampai dengan sangat kritis dan 40.666.185 Ha kategori agak kritis. Kondisi hutan dan lahan ini menjadi sasaran indikatif Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang diprioritaskan untuk segera ditangani. Jumlah penduduk Indonesia yang tinggal didesa didalam dan sekitar hutan yang kehidupannya tergantung pada sumber daya hutan cukup banyak, yaitu sekitar 48,8 juta jiwa diantaranya 10,2 juta jiwa dikategorikan penduduk miskin (Ditjen RLPS 2007). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 32,53 juta jiwa (14,15%). Dari jumlah tersebut sekitar 20,65 juta jiwa berada dipedesaan mata pencarian disektor pertanian. Pada ketidakseimbangan dan kerusakan ekosistem dalam tatanan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta terganggunya kehidupan masyarakat didalam DAS terutama dibagian hilir. 4.3. Tujuan Instansi Badan Pengelolaan DAS Agam Kuantan, Padang Sumatera Barat berfungsi sebagai wadah pengkajian, konsultasi, koordinasi dan komunikasi para pihak yang berkepentingan
dengan
pengelolaan
DAS,
dan
bertujuan
untuk
:
Menyelenggarakan pengkajian, konsultasi, koordinasi dan komunikasi dalam rangka terwujudnya keterpaduan dan keserasian dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS sebagai masukan kepada pengambil keputusan baik kepada eksekutif maupun legislatif di tingkat Pusat dan Daerah.
26
4.4.
Stuktur Organisasi BPDAS Agam Kuantan dipimpin oleh Kepala Balai yakni Ir. Usman
Asmar, MM dan dibantu oleh Kepala Subbag Tata Usaha yakni Ahmanuddin Bayer, SP yang bertugas memeriksa dan menyetujui segala administrasi berupa korespondensi, laporan, tata hubungan, pencatatan, perhubungan, kearsipan dan lain-lain. BPDAS Agam Kuantan terbagi atas tiga seksi yaitu Seksi Program, Seksi Kelembagaan dan Seksi Evaluasi. Masing-masing seksi dipimpin oleh kepala seksi dan memiliki beberapa staf yang setiap seksi memiliki tugas pokok masingmasing. 4.5. Letak Geografis Air Haji Secara geografis letak Air Haji berada pada 0˚57’36” – 1˚17’43,6” LS dan 100˚45’16,3” – 101˚14’50” BT. Secara administratif Nagari Air Haji berbatasan dengan wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Punggasan Kec. Linggo Sari Baganti 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Inderapura Kec. Pancung So’al 3. Sebelah Barat berbatas dengan Samudera Indonesia 4.
Sebelah Timur berbatasan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat Luas wilayah Nagari Air Haji adalah 143,67 km². Sebagian besar wilayah
Air Haji merupakan hutan negara yaitu 40,89%. Lahan untuk budidaya pertanian sebesar 39,38%. Sementara lahan untuk pemukiman atau perumahan hanya 1,97%. Sisanya yaitu sebesar 17,76% terdiri dari semak/padang alang-alang/rawa dan lainnya. Topografi Nagari Air Haji terdiri dari daratan dan perbukitan dengan
27
ketinggian dari permukaan laut berkisar 2,5 – 17 meter kondisi lainnya wilayah Air Haji memiliki sebuah sungai besar yaitu batang Air Haji. 4.6. Hasil Peta Air Haji dengan Menggunakan Aplikasi SSOP Tabel 5. Luas wilayah daerah tanah longsor Kondisi
Luas (Ha)
Daerah Punggusan Timur, Air Haji Tenggara, Rantau
Agak rawan
14341,845
Simalenang, Pasa Bk Air Haji
Rawan
973,442
Lagan Mudiak Punggasan
Sedang
7013,859
Padang XI Plunggasan Pasa Air Haji, Air Haji Barat, Air Haji Tengah, Palangai Timur, Palagai Timur, Lagan Mudiak
Tidak rawan
19587,706
Punggasan
Hasil klasifikasi terdiri atas 4 bagian yaitu daerah rawan, daerah agak rawan, daerah dalam keadaan sedang dan daerah tidak rawan. Dari hasil analisis dari data yang sudah ada daerah kejadian bencana tanah longsor tersebut dipengaruhi kelerengan, penggunaan lahan, curah hujan tinggi dan jenis tanah. Pada peta daerah Air Haji dapat dilihat persebaran tanah longsornya adalah Daerah rawan longsor berada pada daerah Lagan Mudiak Punggasan dengan luas 973,442 Ha, daerah agak rawan longsor berada pada daerah Punggusan Timur, Air Haji Tenggara, Rantau Simalenang, Pasa Bk Air Haji dengan luas 14341,845 Ha, daerah tidak rawan longsor berada pada daerah Pasa Air Haji, Air Haji Barat, Air Haji Tengah, Palangai Timur, Lagan Mudiak Punggasan dengan luas 19587,706 Ha dan daerah yang sedang rawan longsor berada pada daerah Padang XI Plunggasan dengan luas 7013,859 Ha. Dari hasil perhitungan luas lahan tanah
28
longsor yang paling dominan adalah daerah wilayak tidak rawan yaitu 19587,706 Ha, dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Tidak rawan 47%
Agak rawan 34%
Sedang 17%
Rawan 2%
Gambar 21. Persentase luas daerah tanah longsor Dapat dilihat pada grafik daerah yang paling dominan pada wilayah Air Haji adalah tidak rawan dengan persentasi 47%, dengan daerah agak rawan 34%, sedang 17% dan rawan hanya 2 %. Dengan menggunakan
aplikasi
SSOP
dapat
memudahkan
untuk
melakukan pengolahan data, pembuatan peta mengacu kepada spesifikasi pengajian peta standart nasional (SNI) yang berhubungan dengan warna, simbol yang digunakan seperti jalan, danau, sungai, dll. Peta daerah tanah longsor menggunakan ukuran kertas A4 dengan skala 1 : 185000.
29