I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, prevalensi karies dan penyakit periodontal masih sangat tinggi yaitu berkisar 80%, bahkan penyakit gigi dan mulut menempati peringkat ke-3 dari sepuluh penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat. Penyebab utama kedua penyakit tersebut adalah plak. Usaha untuk mencegah terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal, hal yang perlu dilakukan adalah membersihkan plak (Dewi, 2007). Plak gigi adalah biofilm yang merupakan tempat hidup mikroorganisme. Mikrobial biofilm adalah penyebab utama karies gigi dan penyakit periodontal (Scheie dan Petersen, 2008). Plak gigi adalah deposit lunak yang berupa lapisan tipis (biofilm) yang melekat erat pada permukaan gigi atau permukaan struktur keras lain di rongga mulut (Carranza dan Newman, 2002). Plak ini tidak berwarna sehingga tidak dapat terlihat dengan jelas, maka untuk melihat adanya plak digunakan zat pewarna. Secara objektif keadaan plak dalam mulut seseorang dapat diukur dengan indeks plak (Natamiharja dan Dewi, 2002). Pemeliharaan kebersihan mulut yang tidak benar dapat menyebabkan penumpukan plak yang pada akhirnya akan mempengaruhi ketahanan host (Carranza dan Newman, 1996). Usaha untuk menghilangkan plak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara kimiawi dan mekanik (Natamiharja dan Dewi, 2002). Mengontrol plak secara kimiawi yaitu dapat dilakukan dengan larutan khusus. Sebaiknya setelah makan membersihkan gigi yaitu membersihkan sela antar gigi dan berkumur dengan air. Membersihkan gigi secara mekanik dapat
1
2
dilakukan dengan mengunyah sesuatu, atau jika memungkinkan dengan menggunakan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung fluoride (Santoso, 1995). Mempertahankan plak ke tingkat yang cukup rendah dengan menyikat gigi setiap hari sangat sulit. Obat kumur antimikroba, sebagai tambahan untuk kebersihan mulut, hal itu dianggap dapat meningkatkan pembersihan plak. Beberapa obat kumur tersedia di pasaran dengan bahan aktif yang berbeda. Obat kumur bervariasi dalam komposisinya, termasuk penambahan rasa, warna dan pengawet aditif seperti natrium benzoat. Alkohol yang terkandung dalam obat kumur dapat menyebabkan sensasi terbakar yang secara langsung berkaitan dengan konsentrasi dan lama berkumur (Keukenmeester dkk., 2012). Kebanyakan penggunanya merasa tidak nyaman dengan sensasi terbakar pada mukosa tersebut. Berkumur jus buah bengkuang ini dilakukan karena relatif netral sehubungan dengan hal di atas. Buah bengkuang juga mengandung flavonoid sebagai zat antibakteri, antijamur dan antivirus (Nijveldt dkk., 2001). Menurut Tarigan dkk., (2008) bahwa bengkuang mengandung senyawa saponin sebagai antibakteri. Jadi adanya Flavonoid dan saponin pada bengkuang sebagai antibakteri maka efektif digunakan sebagai pembersih plak di rongga mulut. Metode kontrol plak yang paling efektif untuk menjaga kebersihan mulut yaitu dengan cara mekanik menggunakan sikat gigi dan alat bantu pembersih gigi lainnya yaitu seperti benang gigi (dental floss) bahkan dengan mengunyah makanan kasar yang mengandung serat juga dapat dilakukan (Natamiharja dan Dewi, 2003). Secara mekanik makanan berserat perlu dikunyah lebih lama sebelum ditelan, sehingga secara langsung dapat membersihkan plak dan
3
merangsang produksi saliva lebih banyak. Hal tersebut dapat berperan dalam pembersihan gigi (Malahayati dan Lestari, 2002 cit. Groff, 1996). Makanan yang mengandung serat adalah buah-buahan dan sayur-sayuran. Bengkuang (Pachyrhizus erosus) termasuk buah yang memiliki banyak serat dan kandungan air yang tinggi. Bengkuang kaya vitamin C, kalsium, fosfor dan serat makanan. Buah ini dapat dibuat jus karena kadar airnya banyak. Manfaat kesehatan yang dimiliki bengkuang adalah memperlancar buang air besar, mencegah dehidrasi, menurunkan kadar kolesterol darah, dan dapat menurunkan berat badan (Sekarindah dan Rozaline, 2006). Daerah penghasil bengkuang antara lain: Rembang, Magelang, Semarang, dan Kebumen. Diantara kota-kota tersebut Kota Kebumen merupakan penghasil bengkuang terbanyak di Jawa Tengah, khususnya ditanam oleh petani di Kecamatan Prembun dengan luas perkebunannya ±72 hektar. Tiap tahun perkebunan tersebut mampu menghasilkan sekitar 3,278 ton bengkuang (Putri, 2010 cit. data Dinas Pertanian Kab. Kebumen, 2008). Hasil panen bengkuang di Kecamatan Prembun sampai saat ini hanya dikonsumsi sebagai buah segar, rujak, maupun asinan. Pemanfaatan seperti ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya daya tahan bengkuang segar tidak lama (±5 hari), pemasaran tidak bisa menyebar luas, nilai jual rendah sehingga keuntungan juga rendah, permintaan bengkuang hanya tergantung musim (Putri, 2010). Secara umum pengolahan bengkuang sudah terkenal digunakan sebagai bahan baku campuran berbagai produk baik kecantikan atau kosmetik, makanan
4
seperti rujak dan lain sebagainya. Kenyataannya di Kebumen sendiri belum terlihat nyata adanya langkah upaya pengembangan pemanfaatan bengkuang ini. Pengolahan bengkuang menjadi jus atau minuman kesehatan seperti yang pernah digagas oleh Angkatan Muda Nasionalis Demokrat (AMND) Kebumen juga perlu ditindaklanjuti (Widiatmoko, 2013). Buah bengkung sudah banyak dikenal masyarakat, buahnya mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik meneliti efektivitas antara mengunyah buah dan berkumur jus buah bengkuang terhadap penurunan plak.
B.
Perumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan efektivitas antara mengunyah buah dan berkumur jus buah bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap penurunan plak?
C.
Keaslian Penelitian
Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2002 oleh Fatiyatul khoiyyah dengan judul “Perbedaan pengurangan plak antara menyikat gigi dan mengunyah buah-buahan pada anakanak” dan tahun 2006 Tri Wahyuni pernah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh makan pepaya terhadap penurunan skor plak gigi anak-anak usia 12-14 tahun (kajian pada pelajar Madrasah Tsanawiyah Wahid Hasim Yogyakarta)”. Penelitian diatas meunjukan bahwa buah-buahan yang mengandung serat dan air dapat menurunkan angka plak indeks, sehingga pada penelitian ini peneliti
5
ingin mencoba memanfaatkan buah bengkuang dalam menurunkan skor plak karena buahnya mudah di dapat dan relatif murah. Perbedaan penelitian “Efektifitas Antara Mengunyah Buah dan Berkumur Jus Buah Bengkuang (Pachyrhizus erosus) Terhadap Penurunan Plak” dengan penelitian sebelumnya yaitu jenis buah yang digunakan dan subjek yang diteliti, pada penelitian sebelumnya menggunakan pepaya, tetapi dalam penelitian ini menggunakan buah bengkuang. Subjek yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu pada anak-anak tetapi dalam penelitian ini pada remaja. Jadi penelitian yang akan penulis lakuakan sebelumnya belum pernah dilakukan.
D.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara mengunyah buah dan berkumur jus buah bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap penurunan plak.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dalam bidang Kedokteran Gigi, tentang manfaat buah bengkuang untuk membersihkan plak gigi dan dapat memberikan gagasan pikiran untuk peneliti lain yang tertarik dalam melakukan penelitian lebih lanjut.