BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan bahwa Salah satu indikator yang ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan terkait dengan upaya kesehatan anak adalah pelayanan kesehatan pada anak balita. Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai dengan 59 bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak balita dengan melakukan beberapa kegiatan antara lain : 1.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan instrumen SDIDTK.
2.
Pembinaan
posyandu,
pembinaan
anak
prasekolah
termasuk
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan memanfaatkan Buku KIA. 3.
Perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi seimbang, dan vitamin A. Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesar 73,52% yang
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 sebesar 80,96%. Indikator ini juga belum memenuhi target Renstra pada tahun 2012 yang sebesar 81%. Capaian indikator menurut provinsi juga menunjukkan bahwa
1
2
sebagian besar provinsi memiliki capaian di bawah 81% (Dinkes RI, 2012). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih cukup besar yakni 1,40% dengan jumlah anak usia 0-4 tahun sebanyak 22.678.702 jiwa. Jumlah balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 2.294.230, yang mendapatkan
pelayanan
kesehatan
sebanyak
1.907.700
(83,15%).
Kabupaten yang cakupannya sudah mencapai 100% adalah Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pekalongan, Kota Magelang dan Kota Surakarta. Sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Boyolali 27,3% (Dinkes Jawa Tengah, 2012). Cakupan kunjungan balita menurut profil kesehatan indonesia tahun 2012 dan profil kesehatan kota semarang tahun 2012 sudah hampir memenuhi target. Salah satu pelayanan balita adalah posyandu diselenggarakan terutama untuk melayani balita (baik imunisasi maupun penimbangan berat badan) dan orang lanjut usia (posyandu lansia). Posyandu dicanangkan pada tahun 1986, lahir melalui suatu surat keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri RI, Menteri Kesehatan RI, dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yaitu SK Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 1985, SK Menteri Kesehatan No. 21/men.kes/Inst.B./IV/1985, dan SK Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) No. 112/HK011/A/1985 tentang penyelenggaraan posyandu yaitu :
3
1.
Meningkatkan kerjasama lintas sektor untuk menyelenggarakan posyandu dalam lingkup Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dan Program Kesejahteraan Keluarga (PKK).
2.
Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam programprogram pembangunan masyarakat desa.
3.
Melaksanakan pembentukan posyandu di wilayah atau di daerah masing-masing
dari
melaksanakan
pelayananparipurna
sesuai
petunjuk Depkes dan BKKBN (Cahyo, 2010). Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program keluarga berencana dengan kesehatan di tingkat desa (Syakira, 2009 ). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang 2012, di Kota Semarang posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggrakan
dari,
oleh,
untuk
dan
bersama
masyrakat
guna
mempercepat penurunan angka kematia ibu dan bayi. Guna meningkatkan peran Posyandu dalam pembangunan kesehatan haruslah didukung dengan SDM (Kader, pengurus posyandu, tokoh masyarakat), sarana prasarana (tempat, timbangan, buku administrasi dll) dan peran serta masyarakat itu sendiri Keberadaan Posyandu di Kota Semarang cukup baik, terlihat
4
peningkatan jumlah posyandu setiap tahunnya, tahun 2011 Posyandu yang ada di Kota Semarang berjumlah 1.533 buah, dan meningkat menjadi 1.556 posyandu di tahun 2012 yang terdiri dari 50 posyandu pratama (3,21%), 356 posyandu madya (22,88%), 559 posyandu purnama (35,93%) sedangkan 591 posyandu mandiri (37,98%) (Dinkes Kota Semarang 2012). Keberadaan posyandu yang merupakan pemantauan kesehatan anak terutama mengenai status gizi anak seringkali kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Partisipasi kunjungan masyarakat untuk melakukan kunjungan ke posyandu ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap dan motivasi orang tua yang rendah sehingga enggan untuk datang ke posyandu. Selain itu juga terdapat beberapa faktor eksternal yang juga ikut mempengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat yaitu social budaya, dukungan tokoh masyarakat, peran kader posyandu serta kebijakan pemerintah (Ermn, 2010). Dalam penelitian Lilik indah lestari (2009), berdasarkan hasil penelitian nya pula menunjukan bahwa ada hubungan antara karakteristik ibu balita dengan kunjungan balita dalam kegiatan posyandu yang ada di kelurahan Genuksari kecamatan Genuk kota Semarang, sedangkan menurut penelitian dari Hati kalvita rachmania (2010) menunjukan ada hubungan atara pendidikan ibu dengan kegiatan posyandu yang ada di Desa Lumingser kecamatan Adiwena Kabupaten Tegal.
5
Dari total 139 posyandu di Kecamtan Tembalang, Puskesmas Kedungmundu menempati urutan pertama dengan jumlah posyandu yaitu 88 posyandu (283,87%) sedangkan posyandu aktifnya mencapai (47,73%) atau 42 posyandu yang terdiri dari 6 posyandu pratama, 40 posyandu madya, 29 posyandu pratama dan 13 posyandu mandiri. Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang memiliki 33 RW dengan jumlah posyandu 33 dan jumlah balita terbanyak terdapat di RW 28 dengan jumlah 331 balita, namun saat ini yang aktif mengunjungi posyandu sebanyak 165 balita (49,85%). Hasil survey awal menunjukan data yang ada mengenai jumlah kunjugan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo kecamatan tembalang setiap bulan masih jauh dari target yaitu hanya 49,85%. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas posyandu setempat disebutkan bahwa rendahnya kunjungan balita ini karena karakteristik orang tua yang tidak mendukung serta pengetahuan yang rendah tentang pentingnya posyandu dalam memantau perkembangan status gizi dan kesehatan anak. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengambil judul mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan balita ke Posyandu di RW 32 Kelurahan Sendangmulyo.
B. Rumusan masalah Dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
6
jumlah kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang?
C. Tujuan. 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memepengaruhi kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasikan
karateristik
(umur,
pekerjaan,
sosial
ekonomi, pendidikan) yang mempengaruhi jumlah kunjungan balita ke posyandu. b. Mengidentifikasi
pengetahuan
yang
mempengaruhi
jumlah
kunjungan balita ke posyandu. c. Mengidentifikasi sikap yang mempengaruhi jumlah kunjungan balita ke posyandu. d. Menganalisis hubungan karateristik (umur,
pekerjaan, sosial
ekonomi, pendidikan) dengan jumlah kunjungan balita
ke
posyandu. e. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan jumlah kunjungan balita ke posyandu. f. Menganalisis hubungan sikap dengan jumlah kunjungan balita ke posyandu.
7
D. Manfaat 1.
Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang faktorfaktor yang mempengaruhi dengan kunjungan balita ke posyandu.
2.
Manfaat Praktis a. Puskesmas (lahan) Manfaat bagi puskesmas trutama puskesmas kedung mundu yaitu hasil penelitian ini dapat dugunakan sebagai informasi terkait dengan jumlah kunjungan balita ke posyandu sehingga dapat memotivasi posyandu-posyandu yang lain agar lebih aktif lagi dalam kegiatan posyandu. b. Masyarakat Dapat memberikan informasi tentang pentingnya kegiatan posyandu untuk mengetahui perkembangan dan perumbuhan anak di RW 32 Kelurahan sendangmulyo. c. Bagi institusi Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi studi mengenai posyandu dan menjadi landasan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
8
E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian tentang kunjungan balita keposyandu No
Judul penelitian Faktor-faktor 1. yang berhubungan dengan perilaku kader posyandu memanfaatkan meja penyuluhan
Tempat dan tahun Bandarharjo kecamatan semarang utara, 2010
Hubungan ibu 2. pendidikan dengan jumlah balita ke posyandu
Poskesdes segayem, 2010
Faktor-faktor 3. yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita dalam kegiatan posyandu Hubungan 4. pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan kepuasan ibu terhadap posyandu dengan frekuensi kunjungan balita ke posyandu
Tegal 2010
Banjarmasin, 2010
Sasaran Kader posyandu sebanyak 103 orang
Metode penelitian Deskriptif korelasi dengan rancangan ceoss sectional
Hasil penelitian Ada hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan dan sikap dengan prilaku kader posyandu dengan memanfaatkan meja penyuluhan Tidak ada hubungan antra jumlah balita dengan prilaku kader posyandu dengan memanfaatkan meja posyandu
Keseluruhan yang objek yang karakteristiknya akan di duga atau sedang diteliti. Keseluruhan ibu balita yang ada di desa lumingser.
Analitik dengan pendekatan cross sectional.
Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara pendidikan ibu dengan kunjungan aktif ke posyandu
Observasional analitik, metode pendekatan cross sectional
Ada hubungan antara jumlah kunjungan dengan kunjungan ibu balita ke posyandu.
Ibu-ibu yang memiliki balita di sekitar wilayah kerja puskesmas
observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional
Terdapat hubungan antara pekerjaan dan kepuasan terhadap posyandu dengan frekuensi kunjungan balita ke posyandu
Perbedaan penelitian sekarang dan sebelumnya yaitu, pada penelitian sebelumnya menganalisis, menghubungkan, serta menjelaskan faktor-faktor yang berhungungan
dengan
jumlah
kunjungan,
pendidikan,
pekerjaan
serta
pengetahuan ibu dengan menggunakan sistem random. Sedangkan penelitian ini
9
pengambilan sample menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak di RW 32 kelurahan sendangmulyo. Variabelnya keseluruhan ibu balita yang ada di RW 32 sebanyak 204 balita yang terbagi menjadi 2 posyandu yang terdapat di kelurahan sendangmulyo kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Tempat penelitian ini di RW 28 Kelurahan sendangmulyo, Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
rancangan eksperimental observasional dengan pendekatan cross sectional.