BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit gigi dan mulut termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga, terdapat dua penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi cukup tinggi di Indonesia yaitu karies dan penyakit periodontal. Prevalensi penyakit periodontal di Indonesia telah mencapai 70% (Riskesdas, 2007). Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang menyerang jaringan pendukung gigi. Terdapat dua jenis penyakit periodontal, yaitu gingivitis dan periodontitis. Pada kasus gingivitis, infeksi bakteri hanya terbatas pada jaringan gingiva, yang ditandai dengan adanya warna kemerahan, bengkak dan pendarahan pada gingiva. Pada kasus periodontitis, infeksi bakteri telah mencapai seluruh bagian periodonsium, sehingga pada kasus ini akan terjadi kehilangan perlekatan, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar (Gehrig dan Willman, 2011). Penyebab utama periodontitis adalah bakteri Gram negatif anaerob yaitu Prevotella nigrescens, Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Tannerella forsythia, Fusobacterium nucleatum dan Campylobacter rectus yang dapat menginduksi sel makrofag dan fibroblas untuk mensekresikan mediator inflamasi (Carranza dkk., 2006). Berbagai mediator inflamasi dan enzim misalnya interleukin (IL)-1, IL-6, prostaglandin
1
2
(PGE)-2, tumor necrosis factor (TNF)-α, matrix metalloproteinases (MMP) dalam jumlah banyak yang akan mempengaruhi keparahan dari periodontitis (Gehrig dan Willman, 2011). Nuclear factor-kappa B (NF-КB) merupakan faktor transkripsi yang terdapat pada beberapa jenis sel, diantaranya sel netrofil, makrofag, fibroblas dan sel epitel. Nuclear factor-kappa B memegang peranan penting dalam mengatur berbagai jenis gen yang berperan dalam respon inflamasi dan respon imun tubuh (Jayakumar dkk., 2013). Terdapat lima jenis protein NF-КB yang diekspresikan oleh mamalia yaitu NF-КB-1 (p50), NF-КB-2(p52), Rel-A (p65), Rel-B dan c-Rel. Pada periodontitis kronis NF-КB yang sering teraktivasi adalah jenis p50 dan p65 (Arabaci dkk., 2010). Nuclear factor-kappa B yang tidak aktif akan berikatan dengan faktor penghambat yaitu inhibitor kappa B (IkB) dan akan menetap pada sitoplasma. Stimulasi
TNF-α,
IL-1β,
IL-6,
reactive
oxygen
intermediates
(ROIs),
lipopolisakarida (LPS) dan berbagai jenis bakteri pada sel makrofag dan netrofil, akan mengaktifkan IКB kinases (IKK) yang nantinya akan memisahkan NF-КB dengan IkB. Inhibitor kappa B akan mengalami degradasi oleh proteasom sedangkan NF-КB akan teraktivasi dengan melakukan translokasi ke dalam nukleus dan berikatan dengan DNA regulatory sites (kB site) untuk mengaktivasi faktor transkripsi dari gen-gen yang bertanggungjawab dalam proses inflamasi misalnya TNF-α, IL-1β dan IL-6 (Arabaci dkk., 2010). Pada kondisi periodontitis, LPS ditemukan dalam jumlah yang banyak pada jaringan periodonsium. Stimulasi LPS melalui Toll-like receptors (TLR)-4
3
pada sel makrofag dan netrofil akan mengaktivasi NF-КB. Teraktivasinya NF-КB melalui proses translokasi ke nukleus memegang peranan penting dalam proses inflamasi karena kemampuannya untuk menginduksi proses transkripsi gen inflamasi seperti TNF-α, IL-1β dan IL-6 yang berperan dalam kerusakan jaringan dan resorpsi tulang alveolar dalam perkembangan penyakit periodontitis (Milward dkk., 2007). Nuclear factor-kappa B teraktivasi lebih banyak pada kondisi periodontitis kronis dibandingkan pada kondisi sehat (Arabaci dkk., 2010). Obat antiinflamasi yang berasal dari golongan nonsteroid (NSAIDs) seperti aspirin, ibuprofen, flurbiprofen, indometasin dan naproxen sering digunakan pada tahap pengobatan periodontitis. Konsumsi dari obat antiinflamasi golongan nonsteroid dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dan gangguan pada fungsi trombosit (Carranza dkk., 2006). Konsumsi rutin aspirin ≥ 2 tablet (325 mg)/minggu dapat menyebabkan iritasi pada gatrointestinal (Huang dkk., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Indraswari dkk. (2004) menunjukkan terdapatnya pendarahan pada lambung tikus setelah 8 jam pemberian oral 30 mg/kg indometasin. Sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan tanaman yang telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Tumbuhan ini dapat ditemukan di India, Cina, Hong Kong, Philipina, Indonesia dan Thailand. Secara tradisional tanaman ini biasa digunakan untuk menurunkan demam, mengobati sakit perut, kencing manis, menjaga fungsi hati dan menyembuhkan luka. Komponen aktif utama dari sambiloto yang berperan sebagai tanaman obat adalah andrographolide yang mempunyai
rumus
kimia
[C20H30O5;(3-[2-{decahydro-6-hydroxy-5-
4
(hydroxymethyl)-5, 8α-dimethyl-2-methylene-1-napthalenyl} ethylidene]dihydro4-hydroxy-2(3H)-furanone yang paling banyak ditemukan pada bagian daun (Widyawati, 2007; Jarukamjorn dan Nemoto, 2011). Uji farmakokinetik menunjukkan bahwa kandungan andrographolide sangat cepat diserap dan dapat dimetabolisme oleh tikus dan manusia. Andrographolide mampu menghambat aktivasi NF-КB yang disebabkan formylmethionyl-leucyl-phenylalanine (fMLP) dan platelet-activating factor (PAF) pada sel netrofil HL-60 dengan cara menghambat NF-КB berikatan dengan DNA, sehingga terjadi penurunan ekspresi protein pro-inflamasi seperti cyclooxygenase (COX)-2 (Hidalgo dkk., 2005). Andrographolide juga dapat menghambat adhesi netrofil dengan cara menekan upregulasi dari macrophage adhesion molecule (Mac)-1. Selain itu dapat menurunkan ekspresi dari inducible nitric oxide syntehase (Jarukamjorn dan Nemoto, 2011). Hasil penelitian in vitro dan in vivo oleh Chao dkk. (2011) menunjukkan bahwa ekstrak ethyl acetate dari sambiloto dapat menghambat aktivasi dari NF-КB serta menghambat produksi TNF-α, IL-6, macrophage inflammatory protein (MIP)-2 dan nitric oxide (NO) pada makrofag Raw 264,7 yang distimulasi dengan LPS dan INF-γ serta dapat juga menghambat produksi TNF-α, IL-12, MIP2 dan NO pada darah dan peritoneal makrofag yang teraktivasi pada tikus yang diinduksi endotoxemia (Chao dkk., 2011). Hasil penelitian Evacuasiany dan Soebiantoro (2000) memperlihatkan bahwa tikus yang diberi ekstrak sambiloto secara per oral dengan dosis 900 mg/kg efektif menghambat udem pada kaki tikus yang diinduksi dengan karagenin lambda 1%. Berdasarkan uraian tersebut,
5
peneliti tertarik untuk mengetahui efek ekstrak sambiloto terhadap jumlah sel inflamasi dan aktivasi NF-КB pada kasus periodontitis.
B. Perumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan : bagaimana efek ekstrak sambiloto terhadap jumlah sel inflamasi dan aktivasi NFКB
pada periodontitis ?
C. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu mengenai efek ekstrak sambiloto terhadap inflamasi pernah dilakukan oleh Chao dkk. (2009), hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak ethyl acetate dari Andrographis paniculata dapat menghambat aktivasi NF-КB, menghambat produksi TNF-α, IL-6, MIP-2 dan NO pada makrofag Raw 264,7 yang distimulasi dengan LPS dan INF-γ serta dapat menghambat produksi TNF-α, IL-12, MIP2 dan NO pada darah dan makrofag peritoneal yang teraktivasi pada tikus yang diinduksi endotoxemia. Penelitian lain yang pernah dilakukan memperlihatkan bahwa Andrographolide dapat menghambat aktivasi NF-кB pada sel netrofil HL-60 yang disebabkan oleh fMLP dan PAF dengan cara menghambat ikatan antara NF-КB dengan DNA (Hidalgo dkk., 2005). Hasil penelitian Evacuasiany dan Soebiantoro (2000) memperlihatkan bahwa tikus yang diberi ekstrak sambiloto secara per oral dengan dosis 900 mg/kg efektif menghambat udem pada kaki tikus yang diinduksi dengan karagenin lambda 1%. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang efek ekstrak sambiloto terhadap jumlah
6
sel inflamasi dan aktivasi NF-КB pada kasus periodontitis belum pernah dipublikasikan.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek ekstrak sambiloto pada kasus periodontitis, sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif bahan antiinflamasi pada kasus periodontitis. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji efek ekstrak sambiloto sebagai alternatif bahan antiinflamasi terhadap jumlah sel inflamasi dan aktivasi NF-КB pada kasus periodontitis yang diinduksi pada tikus.