I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Tujuan perawatan ortodontik adalah untuk mendapatkan hasil sebaik mungkin bagi setiap individu, yang meliputi beberapa aspek yaitu memperbaiki estetis wajah, susunan gigi, hubungan oklusi dan fungsi yang baik, keuntungan psikologi serta mempertahankan kesehatan jaringan pendukung sehingga menghasilkan kedudukan gigi yang stabil setelah perawatan. Tujuan tersebut dapat diperoleh melalui rencana perawatan yang baik dan optimal (Graber dan Swain, 1985). Prosedur pencabutan gigi dalam perawatan ortodontik dilakukan untuk mengatasi diskrepansi gigi-geligi yang berjejal atau mencapai hubungan interdigitasi yang baik antara rahang atas dan rahang bawah. Tindakan pencabutan tersebut terkadang menyisakan ruang bekas pencabutan yang harus ditutup. Salah satu cara yang digunakan untuk menutup ruang bekas pencabutan gigi adalah dengan melakukan mesialisasi gigi posterior.
Tahap mesialisasi gigi posterior pada
perawatan ortodontik cekat dilakukan dengan menggunakan mekanika sliding, yaitu melibatkan adanya gaya tarik atau dorong untuk menghasilkan gerakan gigi di sepanjang kawat busur melalui braket yang ditempelkan . Alat yang umum digunakan pada tahap tersebut adalah coil spring ataupun bahan elastomer pada kawat busur (Barlow dan Kula, 2008). Teknik Edgewise merupakan pengembangan dari teknik ribbon arch, yang kemudian mengalami perubahan slot vertikal menjadi slot horizontal untuk mengatasi
1
2
kelemahan teknik ribbon arch dalam mengendalikan posisi akar (Proffit, 2000). Teknik preadjusted Edgewise atau disebut juga straight wire appliance, setiap braket memiliki spesifikasi seperti torque, toe in, toe out, sudut tip. Pada tahun 1970, braket tersebut mengalami modifikasi dari spesifikasi braket dengan membuat sejumlah overcorrection. Overcorrection dilakukan dengan tujuan agar pada saat alat cekat ortodontik dilepas gigi yang masih dalam proses penyesuaian akan bergerak ke posisi yang ideal. Braket dengan spesifikasi Roth banyak digunakan oleh ortodontis (Graber dkk., 2012). Seiring dengan perkembangan zaman muncul braket slot horizontal yang disebut braket self ligating . Tujuan awal pembuatan desain braket ini adalah untuk mengurangi friksi yang terjadi antara braket dengan kawat busur. Pada braket jenis ini tidak menggunakan ligasi elastomerik maupun ligasi stainless steel, melainkan dari mekanisme yang dibuat pada braket itu sendiri sehingga memiliki kemampuan untuk menahan kawat busur pada slot braket (Ehsani, 2009). Braket self ligating sering dinyatakan memiliki keuntungan friksi yang rendah jika dibandingkan braket konvensional. Hal ini terjadi karena tidak digunakan ligatur elastomer ataupun logam untuk memasang kawat busur kedalam slot braket. Keadaan rendahnya gaya friksi yang terjadi sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan gigi menjadi lebih kecil (Damon, 1998). Penutupan sisa ruang pencabutan atau space closing dilakukan setelah tahap leveling dan unraveling. Ruang bekas pencabutan telah mengecil karena digunakan untuk mengatasi diskrepansi pada lengkung gigi (Graber dkk., 2012). Alat ortodontik
3
cekat pradjusted Edgewise dalam melakukan penutupan ruang bekas pencabutan menggunakan mekanisme sliding. Efisiensi dari mekanisme sliding dari kawat busur melalui slot braket dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti koefisien friksi yang terjadi antara braket dan kawat busur, ukuran kawat busur, dan degradasi gaya yang diberikan ke gigi (Barlow dan Kula, 2008). Coil spring aktif pada kawat busur, digunakan untuk mendapatkan ruang atau menggerakkan gigi dan merupakan prosedur umum dilakukan pada perawatan menggunakan alat ortodontik cekat (Smith, 2007). Coil spring memberikan kekuatan ringan dan berkelanjutan, sehingga sesuai untuk pergerakan fisiologis gigi secara ortodontik (Von Fraunhofer dkk., 1993). Coil spring dapat dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu open coil spring dan closed coil spring. Open coil spring digunakan untuk mendapatkan ruang dengan cara mengkompres diantara dua buah braket dari gigi yang akan digerakkan, sedangkan closed coil spring digunakan untuk menutup ruang dengan cara menarik coil spring tersebut (Boshart dkk., 1989). Gaya yang dihasilkan oleh coil spring tergantung dari ukuran diameter kawat, diameter lumen, bahan, dan panjangnya (Agarwal dkk., 2011). Closed coil spring pada awalnya terbuat dari bahan logam stainless steel dan kobalt kromium nikel. Closed coil spring yang terbuat dari bahan stainless steel cenderung lebih murah dan dapat menghasilkan gaya yang besar untuk menggerakkan gigi. Penemuan bahan logam nikel titanium, berefek terhadap pembuatan closed coil spring yang memiliki kemampuan menghasilkan gaya yang lebih rendah namun konstan, tetapi secara ekonomi lebih mahal. Idealnya mekanisme
4
pemberian gaya dalam perawatan ortodontik untuk memperoleh pergerakan gigi mempunyai kemampuan untuk menghasilkan gaya yang optimal, berkelanjutan, nyaman dan higienis bagi pasien, ekonomis, membutuhkan hanya sedikit manipulasi dari operator ketika diaplikasikan dalam perawatan ortodontik cekat (Agarwal dkk., 2011). Penutupan sisa ruang bekas pencabutan melalui mekanika sliding dapat menggunakan beberapa metode seperti stainless steel closed coil spring, NiTi closed coil spring, atau rantai elastomerik (Al-Sayagh dkk., 2011). Penelitian in vitro yang dilakukan Padmaraj dkk.,(1992) menunjukkan bahwa gaya yang dihasilkan oleh stainless steel closed coil spring dan rantai elastomerik mengalami degradasi gaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan NiTi closed coil spring. Hal ini menyebabkan penggunaan NiTi closed coil spring mulai dikenal luas, tetapi secara ekonomis terlalu mahal jika dibandingkan dengan penggunaan stainless steel closed coil spring dan rantai elastomerik (Dixon dkk., 2002). Pada penelitian simulasi mekanika friksi dalam perawatan ortodontik yang dilakukan secara in vitro, sering digunakan model typodont (Sandra dkk., 2005). Penelitian yang dilakukan Al-Sayagh dkk.,(2011) menggunakan simulasi typodont mengevaluasi retraksi gigi kaninus dengan menggunakan closed coil spring NiTi pada braket stainless steel dengan braket keramik, menunjukkan bahwa retraksi gigi kaninus terjadi lebih besar pada braket stainless steel dibandingkan braket keramik. Pada penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Eberting dkk.,(2001) pasien menggunakan braket Damon self ligating menunjukkan adanya pengurangan masa
5
perawatan aktif jika dibandingkan dengan pasien yang menggunakan braket preadjusted konvensional. Penelitian oleh Miles dkk.,(2006) menunjukkan hal yang bertentangan dimana penggunaan braket Damon self ligating tidak menunjukkan perbedaan dalam masa perawatan aktif jika dibandingkan perawatan ortodontik menggunakan braket preadjusted konvensional dengan ligasi elastomer.
B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka diajukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan besar mesialisasi gigi posterior antara closed coil spring NiTi dan closed coil spring stainless steel? 2. Apakah terdapat perbedaan besar mesialisasi gigi posterior antar braket preadjusted Roth ligasi elastomer dan braket preadjusted Roth self ligating? 3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan closed coil spring NiTi dan closed coil spring stainless steel pada braket preadjusted Roth ligasi elastomer dengan braket preadjusted Roth self ligating terhadap besar mesialisasi gigi posterior yang dihasilkan? C.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari : 1. Perbedaan besar mesialisasi gigi posterior antara closed coil spring NiTi dan closed coil spring stainless steel.
6
2. Perbedaan besar mesialisasi gigi posterior antar braket preadjusted Roth ligasi elastomer dan braket preadjusted Roth self ligating. 3. Interaksi besar mesialisasi gigi posterior antara penggunaan closed coil spring NiTi dan closed coil spring stainless steel pada braket preadjusted Roth ligasi elastomer dengan braket preadjusted Roth self ligating. D. Manfaat Penelitian Mengetahui perbandingan besar mesialisasi gigi posterior pada braket preadjusted Roth ligasi elastomer dan braket preadjusted Roth self ligating menggunakan closed coil spring NiTi dan closed coil spring stainless steel diharapkan akan dapat: 1. Menjadi bahan pertimbangan bagi spesialis ortodontik dalam memberi pelayanan perawatan ortodontik dengan lebih baik, khususnya pada perawatan ortodontik cekat. 2. Memberi informasi tambahan kepada ilmu kedokteran gigi umumnya dan cabang ilmu ortodontik khususnya. E.Keaslian Penelitian Penelitian mengenai besar penutupan ruang bekas pencabutan dalam perawatan ortodontik pernah dilakukan oleh Al-Sayagh dkk.,(2011) membandingkan retraksi gigi kaninus dengan menggunakan closed coil spring NiTi dan rantai elastomerik
pada braket stainless steel dengan braket keramik pada simulasi
typodont, menunjukkan bahwa retraksi gigi kaninus terjadi lebih besar pada braket
7
stainless steel dibandingkan braket keramik. Dixon dkk., (2002) membandingkan tiga metode space closing pada perawatan ortodontik yaitu menggunakan ligatur aktif, rantai elastomerik, dan NiTi spring dengan menggunakan braket preadjusted Roth konvensional yang dilakukan pada pasien, menunjukkan bahwa penggunaan NiTi spring menghasilkan space closing lebih besar dibandingkan yang lain. Agrawal dkk., (2008) membandingkan besar retraksi gigi kaninus dan besar anchorage loss antara penggunaan braket preadjusted MBT konvensional dengan braket self ligating yang dilakukan pada pasien, menunjukkan hasil yang secara statistic tidak berbeda. Sepengetahuan penulis penelitian tentang perbandingan besar mesialisasi posterior pada braket preadjusted Roth ligasi elastomer dan braket preadjusted Roth self ligating menggunakan closed coil spring NiTi dan closed coil spring stainless steel pada simulasi typodont belum pernah dilakukan.