I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih memerlukan perhatian serius. Walaupun prevalensi penyakit gigi ini dilaporkan sudah menurun di beberapa negara, namun prevalensinya di Indonesia masih cukup tinggi (Pintauli dan Taizo, 2008). Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak terawat bisa berkembang menjadi periodontitis yaitu terjadinya kerusakan pada jaringan pendukung periodontal berupa kerusakan serabut, ligamen periodontal dan tulang alveolar (Wahyukundari, 2009). Penyebab utama keradangan gingiva pada periodontitis adalah plak (Suwandi, 2010). Komposisi plak gigi sangat kompleks, bakteri di dalam plak dapat merusak permukaan gigi serta jaringan pendukungnya (Susilowati dan Sumarawati, 2012). Bakteri plak subgingiva didominasi oleh bakteri gram negatif yang bersifat obligat anaerob seperti Fusobacterium nucleatum (Suwandi, 2010). Bakteri Fusobacterium nucleatum merupakan flora normal dalam rongga mulut yang bersifat non motil dan tidak membentuk spora serta berbentuk batang (Moraes dkk., 2002). Fusobacterium nucleatum pada umumnya ditemukan pada kasus penyakit periodontal dan menghasilkan produk iritan seperti asam butirat, protease, dan sitokin (Roberts, 2000). Potensi patogenik dari bakteri Fusobacterium nucleatum, berupa peran signifikannya dalam perkembangan penyakit periodontal, telah mengundang banyak perhatian karena beberapa alasan. Salah satunya adalah bakteri ini memiliki potensi sebagai bakteri patogen karena
1
2
jumlah dan frekuensinya yang tinggi pada lesi periodontal, produknya yang berupa iritan terhadap jaringan, bersinergi dengan bakteri lain saat terjadi infeksi, memiliki kemampuan dalam membentuk agregat dengan patogen lain pada penyakit peridontal, serta memiliki aksi sebagai bakteri penghubung antara koloni awal dan koloni akhir pada permukaan gigi (Bolstad dkk., 1996). Salah satu cara dalam menekan terjadinya pertumbuhan bakteri plak termasuk bakteri Fusobacterium nucleatum adalah dengan melakukan kontrol plak. Kontrol plak dapat dilakukan sebagai upaya dalam menghilangkan dan mencegah akumulasi plak pada permukaan gigi. Upaya pengendalian plak dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Pengendalian secara mekanis meliputi penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi. Pengendalian secara kimiawi memanfaatkan bahan aktif yang mengandung bahan dasar alami ataupun bahan sintetik sebagai bahan antibakteri (Rahmah dkk., 2014). Saat ini, banyak bahan aktif alami yang dapat dimanfaatkan dari produk tanaman sebagai bahan antibakteri. Salah satunya adalah asam oleanolat dari kismis. Kismis adalah anggur yang dikeringkan dari pohon Vitis vinifera L. (Vitaceae). Kismis dapat dijadikan sebagai pilihan karena kismis bukan hanya sekadar cemilan popular tetapi mengandung beberapa bahan berkhasiat yaitu triterpenoid pentasiklik yaitu derivat asam oleanolat, polifenol, antioksidan, flavonoid dan zat besi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia (Rivero-Cruz dkk., 2008). Selain itu, rasa manis pada kismis berasal dari adanya kandungan glukosa dan fruktosa, tetapi bukan sukrosa. Sukrosa adalah jenis gula yang dimanfaatkan sebagai substrat untuk sintesis glukan pada plak gigi manusia
3
yang berhubungan dengan terjadinya karies dan penyakit pada gingiva (RiveroCruz dkk., 2008). Hal tersebut yang menjadikan penulis memilih kismis (Vitis vinifera) sebagai sumber asam oleanolat yang akan diteliti. Berdasarkan penelitian Kurek dkk. (2010), asam oleanolat dapat mengaktifkan enzim peptidoglikan hidrolase yang merusak ikatan-ikatan pada peptidoglikan pada dinding sel bakteri. Ikatan dalam lapisan peptidoglikan yang dirusak antara lain adalah N-acetyglucosamine dan N-acetylmuramic acid. Penulis ingin menguji daya hambat asam oleanolat terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum, yang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai gel pada perawatan periodontal. Secara klinis, sediaan gel dapat menjadi pilihan yang baik dalam aplikasi bahan antibakteri. Sediaan gel banyak dipilih karena mempunyai beberapa sifat yang disukai seperti tidak lengket, mudah menyebar, mudah dibersihkan, kompatibel dan larut dalam air (Soebagio dkk., 2007). Konsentrasi asam oleanolat yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif adalah lebih besar dari 70% (Horiuchi dkk., 2007; Kurek dkk., 2010) sedangkan berdasarkan penelitian Seta (2010), asam oleanolat pada konsentrasi 80% belum memberikan efek daya hambat yang maksimal pada bakteri gram negatif, jika dibandingkan dengan kontrol positif yang digunakan. Oleh karena itu, penulis menguji daya hambat asam oleanolat ekstrak kismis pada konsentrasi 85%. Asam oleanolat diambil dari ekstrak kismis dengan cara difraksinasi, tepatnya dengan metode fraksinasi kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapisan tipis atau TLC (thin-layer chromatography) murah dan mudah dilakukan (Day dan Underwood, 2002).
4
Selain itu, penulis memilih asam oleanolat yang difraksinasi dari kismis (Vitis vinifera) karena banyaknya kemampuan yang dimiliki oleh asam oleanolat, yang diantaranya adalah, sebagai bahan antibakteri, sebagai anti-inflamasi, antitumor, hepatoprotektif, sitotoksis, anti-diabetogenik, dan anti-HIV (Rivero-Cruz dkk., 2008). Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui daya hambat asam oleanolat hasil fraksinasi ekstrak kismis (Vitis vinifera) konsentrasi 85% terhadap pertumbuhan bakteri Fusobacterium nucleatum.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: Apakah terdapat daya hambat asam oleanolat hasil fraksinasi ekstrak kismis (Vitis vinifera) konsentrasi 85% terhadap pertumbuhan bakteri Fusobacterium nucleatum.
C. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya membahas mengenai khasiat asam oleanolat dari ampas bunga cengkeh sebagai antibakteri. Seta (2014) melakukan penelitian pengaruh asam oleanolat hasil fraksinasi ampas cengkeh terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetecomitans. Penelitian lain sebelumnya dilakukan oleh Denita (2013), menguji pengaruh asam oleanolat hasil fraksinasi ampas bunga
cengkeh
terhadap
diameter
zona
hambat
pertumbuhan
bakteri
Streptococcus mutans. Penelitian lain oleh Rivero-Cruz dkk. (2008), membahas mengenai kandungan-kandungan antibakterial pada kismis (Vitis vinifera)
5
terhadap bakteri patogen pada rongga mulut, tidak secara spesifik menguji asam oleanolat saja. Pada penelitian yang dilakukan ini, penulis mengambil asam oleanolat hasil fraksinasi ekstrak kismis (Vitis vinifera) dan menguji terhadap bakteri yang berbeda dan spesifik yaitu bakteri penyebab periodontitis Fusobacterium nucleatum.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat asam oleanolat hasil fraksinasi ekstrak kismis (Vitis vinifera) konsentrasi 85% terhadap pertumbuhan bakteri Fusobacterium nucleatum.
E. Manfaat Peneltian 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi ilmiah dalam bidang kedokteran gigi mengenai daya hambat asam oleanolat hasil fraksinasi ekstrak kismis (Vitis vinifera) konsentrasi 85% terhadap pertumbuhan Fusobacterium nucleatum penyebab periodontitis.
2.
Bagi dunia penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.