I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebutuhan penggunaan gigi tiruan meningkat pada kelompok usia lanjut karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk kehilangan gigi. Resorpsi tulang alveolar mandibula merupakan masalah yang sering terjadi pada rahang tanpa gigi. Resorpsi tulang alveolar sering ditemukan pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan lingir alveolar menjadi datar. Hal ini dapat menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap kurang baik dan terjadi oklusi yang tidak seimbang (Burns, 2000). Menurut Yu dkk. (2012), 66% usia lanjut mengeluhkan gigi tiruan lengkap yang mereka pakai tidak nyaman dan tidak retentif. Menurut Margo (2008), salah satu cara untuk meningkatkan retensi gigi tiruan lengkap rahang bawah adalah dengan pemasangan mini dental implant yang digunakan sebagai penyangga overdenture. Mini dental implant dipilih sebagai penyangga overdenture karena diameter yang kecil, sehingga dapat ditanamkan pada alveolar ridge yang tipis (Souza dkk., 2005). Overdenture adalah gigi tiruan yang menumpangi implan atau gigi asli yang telah direstorasi (Harty dan Ogston, 1995). Pemasangan mini dental implant sebagai penyangga overdenture pada pasien usia lanjut harus memperhatikan letak foramen mentale untuk menghindari terjadinya cedera saraf. Pada usia lanjut, resorpsi tulang alveolar menyebabkan kanalis mandibula dan foramen mentale semakin mendekati lingir tulang alveolar
1
2
(Peterson, 2008). Menurut Hasan (2010), letak foramen mentale pada ras mongoloid segaris dengan sumbu panjang gigi premolar kedua. Oleh karena itu, mini dental implant pada pasien usia lanjut, diinsersikan di mesial regio premolar kedua. Menurut Williams dkk. (2001) lokasi pemasangan mini dental implant mempengaruhi retensi overdenture. Berdasarkan penelitian Scherer (2012) dikatakan bahwa lokasi pemasangan dua mini dental implan posisi paralel pada regio premolar kedua lebih retentif daripada pemasangan pada regio premolar pertama, kaninus, dan molar pertama. Apabila memperhatikan letak foramen mentale pada usia lanjut, maka pemasangan implan pada regio tersebut dikhawatirkan akan melukai syaraf. Scherer (2012) juga mengatakan bahwa pemasangan implan sebagai penyangga overdenture dengan jumlah empat implan, dengan posisi implan dua di anterior dan dua di posterior, menghasilkan overdenture yang retentif. Namun hal ini juga tidak dapat dilakukan pada pasien usia lanjut dengan resorpsi tulang alveolar. Menurut Thomason dkk. (2012), pemasangan dua mini dental implant di antara foramen mentale sebagai penyangga overdenture sudah cukup baik untuk memberikan retensi dibandingkan dengan gigi tiruan lengkap konvensional. Namun Mericske-Stern (2000) mengatakan posisi dua mini dental implant diantara foramen mentalis apabila dipasangkan pada rahang V-shaped dinilai terlalu anterior dan dapat menyebabkan pergerakan overdenture mengungkit ke depan, sehingga perlu mempertimbangkan letak mini dental implant untuk mendapatkan retensi yang lebih baik. Menurut Hibbeler (2001), dalam teori
3
kesetimbangan disebutkan bahwa suatu benda akan diam atau melekat di tempat semula apabila memenuhi hukum kesetimbangan, yaitu mempunyai gaya yang sama besar dan arah yang berlawanan. Diasumsikan dengan mengatur letak penyangga dapat meningkatkan retensi overdenture. Penelitian sebelumnya oleh Wijanarko (2012), meneliti magnet sebagai penyangga overdenture. Pada penelitiannya, posisi magnet yang diletakkan diagonal lebih retentif dibandingkan posisi paralel. Namun berdasarkan penelitian ini belum dapat dibuktikan bahwa hal yang sama dapat pula terjadi pada overdenture dengan penyangga mini dental implant, mengingat adanya perbedaan daya resiliensi yang dihasilkan antara penyangga magnet dan mini dental implant (Prasad dkk. 2014; Shafie dan Obeid, 2013). Menurut Shafie dan Obeid (2013), magnet memiliki daya resiliensi ke segala arah yang menyebabkan protesa memiliki pergerakan antero-posterior atau buko–lingual, tanpa rotasi, dalam sumbu vertikal. Sedangkan mini dental implant memiliki daya resiliensi vertikal yang menyebabkan protesa memiliki pergerakan ke atas dan bawah dan menolak pergerakan lateral atau rotasi. Menurut Ghuneim dan Ibrahim (2013), daya resiliensi penyangga overdenture dapat mempengaruhi retensi dari gigi tiruan. Ini disebabkan karena kemampuan daya resiliensi untuk meredam gaya yang diterima pada penyangga menyebabkan dibutuhkan gaya yang lebih besar untuk menggerakkan gigi tiruan, dengan kata lain retensi gigi tiruan meningkat. Adanya kondisi klinis yang beragam pada pasien usia lanjut tidak bergigi dan mempertimbangkan teori kesetimbangan, perlu dilakukan penelitian
4
mengenai letak mini dental implant dengan modifikasi lokasi insersi paralel dan diagonal, untuk mendapatkan retensi overdenture yang maksimal.
B. Perumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh modifikasi lokasi penanaman mini dental implant terhadap retensi overdenture rahang bawah ?
C. Tujuan Penelitian Mengkaji adanya pengaruh modifikasi lokasi penanaman mini dental implant paralel dan diagonal terhadap retensi overdenture rahang bawah.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan informasi tentang adanya pengaruh lokasi penanaman dua mini dental implant terhadap retensi overdenture rahang bawah. 2. Sebagai bahan pertimbangan dokter gigi dalam menentukan lokasi penanaman mini dental implant untuk mendapatkan retensi maksimal pada overdenture.
E. Keaslian Penelitian Penelitian Scherer (2012) tentang retensi overdenture dengan pemasangan dua mini dental implant sebagai penyangga, dikatakan bahwa lokasi pemasangan paralel pada regio premolar kedua lebih retentif daripada pemasangan pada regio premolar pertama, kaninus, dan molar pertama, selanjutnya dikatakan bahwa
5
pemasangan mini dental implant sebagai penyangga overdenture dengan jumlah empat mini dental implant, dengan posisi dua di anterior dan dua di posterior, menghasilkan overdenture yang retentif. Namun dalam penelitian ini tidak dikondisikan pada rahang bawah yang telah mengalami resorpsi tulang alveolar, sehingga penanaman mini dental implant dapat dilakukan pada regio posterior. Penelitian oleh Wijanarko (2012), dikatakan posisi magnet yang diletakkan diagonal lebih retentif dibandingkan posisi paralel. Namun penelitian ini menggunakan penyangga magnet yang memiliki daya resiliensi yang berbeda dengan mini dental implant. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang sudah ada adalah penulis akan meneliti tentang pengaruh lokasi penanaman dua mini dental implant dengan posisi paralel dan diagonal terhadap retensi overdenture gigi tiruan lengkap rahang bawah. Sejauh ini belum ada yang meneliti kekuatan retensi overdenture dengan lokasi insersi mini dental implant paralel dan diagonal.