I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akselerasi pembangunan untuk kehidupan yang lebih baik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks sehingga keberhasilannya sering sekali menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan. Tanpa mengesampingkan faktor-faktor lain, ada banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa membangun kualitas atau mutu sumber daya manusia (SDM) merupakan dasar dari pembangunan, karena mutu SDM yang baik akan memberikan dampak yang cukup signifikan pada sektor-sektor lainnya untuk mencapai tujuan pembangunan secara komprehensif dan holistik. Membangun SDM adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Membangun kualitas SDM dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan adalah solusi tepat yang harus dilakukan (Sardjoko, 2013). Pendidikan merupakan investasi SDM yang mempunyai nilai strategis jangka panjang bagi kelangsungan hidup manusia. Berbicara mengenai kualitas pendidikan kita saat ini, di berbagai pemberitaan media massa dan hasil-hasil penelitian sering menyimpulkan bahwa kualitas pendidikan kita masih sangat rendah (Hidayat, 2011). Menurut Education For All Global Monitoring Report tahun 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan dari 120 negara. Maju mundurnya kualitas pendidikan tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari faktor kurikulum, biaya pendidikan, peralatan, masyarakat, akses pada pendidikan, ketersediaan dan kualitas guru, dan lain-lain. Namun dari beberapa faktor tersebut, kualitas guru sebagai kreator dalam proses
1
2
belajar mengajar merupakan faktor dominan yang mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan. Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal (Mistar, 2014). Determinasi guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan dapat dipahami karena guru merupakan titik sentral, berhubungan langsung dengan siswa dalam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan. Guru sebagai faktor utama penentu kualitas pendidikan secara langsung berhubungan pada tuntutan peningkatan mutu guru itu sendiri secara terus menerus. Mutu guru senantiasa berkembang mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan tuntutan lapangan kerja. Terselenggaranya pendidikan dengan baik dan upaya peningkatan kualitas guru sebagai ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidak terlepas dari tanggung jawab pemerintah. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 11 sub (a) UU tersebut diuraikan bahwa Pemerintah dan Pemerintahan Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Kabupaten Nias Utara diresmikan dan disahkan pada 29 Oktober 2008. Sebagai daerah otonomi baru, SDM yang terbatas merupakan masalah utama yang dihadapi. Personil SDM yang terbatas diperhadapkan dengan jabatan-jabatan struktural baru dan tidak sedikit. Adanya jabatan-jabatan struktural yang tidak sedikit mengakibatkan kekurangan SDM adalah hal yang tidak terelakan. Solusi
3
pragmatis adalah alih jabatan dari fungsional ke strukural, termasuk fungsional guru beralih ke struktural. Disisi lain, solusi dengan alih jabatan yang terjadi menimbulkan masalah baru di bidang pendidikan yaitu kekurangan personil guru yang mengajar di sekolah-sekolah sangat dirasakan. Nazara (2012), mantan Kadis Pendidikan Kabupaten Nias Utara pada acara pelatihan bagi guru-guru pemula pada tahun 2012 mengatakan bahwa: “Di wilayah Kabupaten Nias Utara kekurangan guru lebih dari 1000 orang.” Selain alih jabatan, pembukaan sekolah baru di beberapa tempat sering sekali terjadi sehingga kekurangan kuantitas dan kualitas guru adalah masalah baru yang tidak dapat dielakan. Salah satu upaya pemerintah Kabupaten Nias Utara melalui Dinas Pendidikan dalam menyikapi kekurangan guru adalah dengan memberikan kesempatan yang luas kepada sarjana pendidikan untuk mengisi kekosongan guru yang ada baik sebagai guru tetap atau pegawai negeri sipil (PNS) maupun sebagai guru tidak tetap (GTT). Penambahan kuantitas guru belum tentu serta merta dapat berimplikasi langsung dengan penambahan kualitas pendidikan itu sendiri. Mengantisipasi masalah rendahnya kualitas atau mutu guru adalah dengan terus menerus melakukan berbagai pelatihan bagi guru-guru. Program pelatihan ini diharapkan dapat menjawab kurangnya mutu SDM guru khususnya dalam meningkatkan kualitas pendidik di Kabupaten Nias Utara. Menurut Alfian (2014) salah satu upaya untuk mengatasi kondisi sistem pengajaran guru saat ini maka diperlukan suatu tindakan proses (action progress) yang mampu meningkatkan
4
motivasi dan kreatifitas guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas salah satunya dengan adanya program pelatihan atau workshop yang bersifat aplikatif. Program kegiatan pelatihan guru merupakan program yang selalu ada dari tahun ke tahun di Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara. Tahun 2013, program kegiatan Dinas Pendidikan mengenai pelatihan ada sebanyak 5 kali dengan 3 kali untuk pelatihan peningkatan kualitas mutu tenaga pendidik atau guru (Dinas Pendidikan, 2013). Sesuai dengan indepth interview pada tahun 2014 yang dilakukan peneliti kepada berbagai sumber di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara dapat diketahui bahwa Kabupaten Nias Utara sebagai daerah otonomi baru, sejak disahkan pada tahun 2008 program pelatihan yang melibatkan guru di tahun 2013 merupakan yang terbanyak frekuensi pelaksanaannya dan terbanyak melibatkan guru-guru sebagai peserta pada pelatihan. Program-program pelatihan guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara diarahkan untuk dapat memberikan perubahan pada peningkatan kualitas pendidikan. Pelatihan kepada guru yang telah dilakukan dapat dikatakan masih belum mampu menghasilkan perubahan yang nyata sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan observasi pendahuluan dan indepth interview pada tahun 2014 yang dilakukan peneliti dengan membangun komunikasi kepada berbagai sumber di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara, dapat diringkas bahwa kualitas pendidikan di Kabupaten Nias Utara saat ini masih relatif rendah. Rendahnya kualitas pendidikan tersebut ditengarai dengan beberapa indikasi pada tahun-tahun terakhir ada cukup banyak guru yang
5
memperoleh nilai rendah pada ujian kompetensi guru, kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK sehingga mengakibatkan pengangguran setelah siswa menamatkan sekolahnya, serta sangat sedikit lulusan SMA/SMK atau sederajat yang melanjutkan pendidikan dan diterima di perguruan tinggi yang berkualitas baik. Kondisi
masih
rendahnya
kualitas
pendidikan
seperti
diuraikan
sebelumnya tidak terlepas dari kualitas guru yang masih rendah. Hal ini sesuai dengan uraian Fanotona sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara (2014) di berbagai kesempatan yang dapat disimpulkan bahwa rendahnya kualitas pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai ujung tombak dalam pendidikan, banyak guru yang tidak memahami substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola pembelajaran yang tepat diterapkan kepada anak didik, dari sisi kualifikasi pendidikan juga masih rendah. 1.2 Permasalahan Tindakan atas suatu kebijakan pembangunan dalam bentuk program pelatihan kepada guru yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara merupakan proses kegiatan yang melibatkan beberapa elemen atau dimensi dengan tujuan peningkatan mutu guru. Dimensi yang tidak terpisahkan dalam suatu kegiatan atau program adalah tindakan komunikasi. Liliweri (2011) mengatakan bahwa proses suatu kegiatan melibatkan paling tidak beberapa dimensi waktu yang berkaitan dengan karakteristik, penyebab, dan konsekuensi dari beberapa tindakan komunikasi. Keberhasilan pencapaian tujuan program pelatihan guru sangat berkaitan dengan tindakan komunikasi.
6
Proses tindakan komunikasi bukan sekedar mengirimkan atau menerima pesan tapi bagaimana proses dibuat sedinamis mungkin sehingga terjadi komunikasi yang efektif (Liliweri, 2011). Proses komunikasi yang dinamis ditentukan oleh model komunikasi yang terjadi dalam proses komunikasi untuk menunjukkan cara bagaimana membuat komunikasi menjadi efektif. Model komunikasi dapat memandu kita untuk melihat dimana letak elemen yang rentan pada gangguan dan bagaimana kita dapat mengatasi gangguan (Liliweri, 2011). Model komunikasi yang baik senantiasa mempengaruhi komunikasi yang efektif dan sekaligus memandu proses komunikasi selanjutnya dengan baik. Shandi (2011) dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa “komunikasi yang baik dan efektif menimbulkan rasa percaya diri anggota kelompok terhadap komunikan atau yang menyampaikan komunikasi. Selanjutnya Mulyana (2010) mengatakan bahwa komunikasi yang baik memungkinkan kita menjalin hubungan sosial dengan orang lain, dan dapat menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita. Kesanggupan menyelesaikan tugas-tugas dalam hal ini dapat dimaknai sebagai keterampilan guru dalam bidangnya seperti halnya tujuan pelaksanaan pelatihan guru. Keberhasilan program pelatihan peningkatan mutu guru tidak mudah dan tidak sederhana. Kesenjangan harapan pencapaian tujuan suatu pelatihan sangat dimungkinkan
dipengaruhi
oleh
bagaimana
kegiatan
pelatihan
tersebut
dilaksanakan. Faktor yang sangat mempengaruhi pencapaian tujuan pelatihan adalah pada kualitas proses penyelenggaraan atau pelaksanaan pelatihan tersebut (Rosidah, 2014).
7
Kualitas proses pelaksanaan kegiatan (pelatihan) sangat berkaitan dengan dimensi komunikasi yang dikembangkan dalam kegiatan pelatihan (Liliwei, 2011). Pentingnya peranan komunikasi dalam proses pelatihan menuntut sistem komunikasi dalam proses pelatihan sebaiknya lebih dinamis. Dinamisnya komunikasi yang terjadi pada suatu pelatihan didasari oleh model komunikasi yang dibangun dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut. Model komunikasi dapat membantu mengetahui cara membuat komunikasi menjadi efektif. Kemampuan menerapkan komunikasi secara efektif pada pelatihan merupakan jembatan pencapaian tujuan program pelatihan peningakatan mutu guru. Adanya komunikasi yang efektif memudahkan tercapainya efektivitas komunikasi dalam suatu proses pelatihan. Efektivitas komunikasi yang terjadi pada proses pelaksanaan pelatihan peningkatan mutu guru merupakan efek yang terjadi pada orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Terjadinya sesuatu efek pada seseorang dalam menanggapi proses komunikasi yang dialami dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Riswandi (2013) mengemukakan bahwa: “seseorang dalam menanggapi/merespon sesuatu hal baru dari luar dirinya sangat dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor situasional.” Uraian latar belakang, masalah dan komunikasi sebagai dimensi yang tidak terpisahkan dalam suatu kegiatan. Program pelaksanaan pelatihan peningkatan mutu guru di Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara dirasa perlu untuk mengidentifikasi model komunikasi yang terjadi, tingkat efektivitas komunikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dirasa perlu untuk melihat
8
secara ilmiah dalam bentuk penelitian. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana model komunikasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara dalam pelaksanaan program pelatihan peningkatan mutu guru tahun anggaran 2013? 2. Berdasarkan pendapat guru sebagai peserta pelatihan, sejauh mana efektivitas komunikasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara dalam pelaksanaan program pelatihan peningkatan mutu guru tahun anggaran 2013? 3. Faktor personal dan situasional apa saja pada guru sebagai peserta pelatihan yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara dalam pelaksanaan program pelatihan peningkatan mutu guru tahun anggaran 2013? 1.3 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang mengkaji baik efektivitas komunikasi, komunikasi dalam pelatihan, maupun yang berkaitan dengan komunikasi pemerintah tentu saja telah menjadi perhatian oleh beberapa peneliti. Namun sejauh penelusuran penulis, penelitian dan atau tulisan ilmiah tersebut memiliki penekanan permasalahan atau tujuan yang berbeda-beda apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan. Saudia (2011) meneliti tentang “Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Pada Kelompok Kerja X”. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran komunikasi interpersonal yang efektif pada kelompok kerja x dan faktor–faktor yang menyebabkan efektivitas komunikasi interpersonal di dalam kelompok kerja, menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengeksplorasi kehidupan seseorang
9
atau tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Penelitian yang dilakukan Saudia (2011) terbatas pada interpersonal anggota kelompok kerja, penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji berbagai bentuk komunikasi yang terjadi selama kegiatan program peningkatan mutu guru, penelitian yang akan dilakukan juga menggunakan metode gabungan (mixed method), dengan menggunakan metode gabungan diyakini memberikan gambaran yang komprehensif dan detail atas gejala yang terjadi pada permasalahan penelitian. Shandi (2011), dalam skripsinya meneliti tentang : Efektivitas Komunikasi Pada Kelompok Binaan LP2M Dalam Menerima Informasi Pertanian Di Kelurahan Gunung Sarik III. Penelitian ini bertujuan mendeskripsi proses komunikasi LP2M dalam menyampaikan informasi pertanian dan efektivitas komunikasi pada kelompok binaan LP2M dalam menerima informasi pertanian. Penelitian yang dilakukan Shandi (2011), terbatas hanya pada deskripsi proses komunikasi dalam menyampaikan informasi sedangkan penelitian yang akan dilakukan selain mendeskripsikan proses komunikasi juga mengkaji faktorfaktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi. Penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pelatihan Penjualan Dan Kompetensi Relasional Untuk Meningkatkan Kinerja Tenaga Penjualan yang dilakukan oleh Aqmala (2007), bertujuan mendapatkan ketepatan metode pelatihan terhadap efektivitas pelatihan penjualan, kualitas isi pelatihan, kualitas trainer, efektivitas pelatihan, efektivitas pelatihan dan kompetensi relasional terhadap kinerja tenaga penjualan.
10
Penelitian yang dilakukan Aqmala (2007) dan penelitian ini sama-sama mengkaji tentang pelaksanaan suatu kegiatan berupa pelatihan. Namun penelitian Diana lebih fokus pada metode yang digunakan, kualitas trainer dan isi pelatihan serta kompetensi relasional, sedangkan penelitian yang dilaksanakan bertujuan untuk melihat efektivitas komunikasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik personal maupun situasional peserta pelatihan (komunikan) serta model komunikasi dalam pelatihan. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian di atas, keaslian penelitian ini meliputi beberapa hal sebagai berikut : Pertama : penelitian ini mengkaji model komunikasi yang terjadi selama pelaksanaan program pelatihan peningkatan mutu guru, Kedua: penelitian ini mengukur efektivitas komunikasi dan mengkaji faktorfaktor yang mempengaruhinya, baik personal maupun situasional peserta pelatihan (komunikan) dalam program peningkatan mutu guru, Ketiga : penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode gabungan (mixed method) yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan, dan keaslian penelitian di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi model komunikasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara dalam proses pelaksanaan program pelatihan peningkatan mutu guru tahun anggaran 2013.
11
2. Mengukur efektivitas komunikasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara dalam proses pelaksanaan program pelatihan peningkatan mutu guru tahun anggaran 2013, berdasarkan perspektif guru sebagai peserta pelatihan. 3. Mengkaji faktor personal dan situasional guru sebagai peserta pelatihan yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Utara dalam proses pelaksanaan pogram peningkatan mutu guru tahun anggaran 2013. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat, antara lain: 1. Kegunaan praktis; diharapkan dapat memberikan penambahan pemahamanan kepada peneliti, guru, dan pihak terkait tentang model komunikasi, efektivitas komunikasi
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya
pada
proses
pelaksanaan program pelatihan. 2. Kegunaan strategis; diharapkan dapat menjadi pertimbangan maupun masukan dalam meningkatkan efektivitas komunikasi sehingga dapat membantu mencapai tujuan program dengan baik dalam bentuk pelatihan. 3. Kegunaan akademis, diharapkan dapat memperkaya referensi tentang praktekpraktek pengembangan efektivitas komunikasi dalam program pelatihan.