BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan yang baik manusia memerlukan akhlak yang baik, karena kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting bagi individu maupun masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir batinnya.1 Dalam dunia pendidikan, faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer. Pertama, aliran Nativisme, Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran Konvergensi.2 Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Dalam aliran empirisme menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Selanjutnya aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari
1
Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Prespektif al- Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007),
2
Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajagrafindo, 2012), hlm. 166.
hlm. 1.
1
2
luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, yaitu melalui interaksi dalam lingkungan sosial.3 Dalam aliran empirisme menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh Terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Lingkungan banyak macamnya, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, media sosial, lingkungan masyarakat dan salah satunya adalah teman sebaya. Teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan dirinya. Melalui kelompok sebaya, seseorang dapat memenuhi kebutuhan untuk belajar berinteraksi sosial (berkomunikasi dan bekerja sama), belajar menyatakan pendapat dan perasaan, belajar merespons atau menerima pendapat dan perasaan orang lain, belajar tentang norma-norma kelompok, dan memperoleh pengakuan dan penerimaan sosial.4 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiyah Daradjat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama bahwa, “perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa remaja) dari umur 12-21 tahun”.5 Masa remaja cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan bertambahnya kebebasan anak-anak. Masalah-masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat tajam pada tahun-tahun ini. Anak-anak
3
Ibid., hlm. 167. Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 41. 5 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), hlm. 72. 4
3
remaja mulai mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan teman-teman sebaya.6 Masa remaja merupakan rentangan usia yang diliputi oleh ketidakstabilan jiwa anak, oleh karena itu berkaitan erat dengan kenakalan remaja (juvenile deliquency).7 Banyak kasus yang ditimbulkan dari kenakalan
remaja
seperti
membolos
sekolah,8
mencuri
buah
rambutan,9tawuran, minum-minuman keras.10 Kondisi
hubungan
Kebonrowopucang
teman
Kecamatan
sebaya
Karangdadap
yang
terjadi
Kabupaten
di
desa
Pekalongan
berdasarkan observasi awal, tampak begitu dekat dan pertemuan antar teman sebaya terlihat intens. Banyak hal yang terbawa dari pola pergaulan teman sebaya, seperti halnya penggunaan bahasa yang digunakan, bagaimana mereka bertingkah laku terhadap orang yang lebih dewasa, bagaimana etika dalam bermain bersama dapat berperan dalam penanaman akhlak, seperti bagaimana mereka berpenampilan, kejujuran, tanggungjawab dan lain-lain. Sebagian remaja di desa Kebonrowopucang yang melanjutkan sekolah tetapi tidak jarang sebagian dari mereka memilih bekerja, atau memilih untuk menikah di usia remaja. Banyak diantara mereka yang terpengaruh oleh teman sebayanya, seperti halnya kelompok yang memilih untuk 6
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Comunication (prinsip-prinsip dasar), terjemah Deddy Mulyana. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 220. 7 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 37. 8 Yar, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 17 Maret 2016. 9 Da, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 11 Maret 2016. 10 Man, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 21 Maret 2016.
4
bersekolah karena teman sebayanya bersekolah, dan tak jarang dari mereka memilih sekolah yang sama. Banyak juga dari mereka yang memilih untuk bekerja sebagai buruh konveksi dikarenakan teman sebayanya. Tidak jarang pula sebagian dari mereka yang memiiki pengaruh yang baik dari teman sebaya seperti karena teman sebaya rajin sholat di mushola menjadikan seorang remaja ikut untuk pergi kemushola.11 Maka dari itu, penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti bagaimana peran dari teman sebaya dalam pembentukan akhlak remaja. Dari berbagai hal yang dipaparkan di atas, dapat dikatan bahwa teman sebaya dapat berperan dalam proses pembentukan akhlak. Atas dasar pemikiran tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul “Peran Teman Sebaya dalam Proses Pembentukan Akhlak Remaja Desa Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan.” B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan berberapa permasalahan, antara lain: 1. Bagaimana akhlak remaja desa Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan? 2. Bagaimana peran teman sebaya desa Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan dalam pembentukan akhlak remaja? Untuk menghindari salah penafsiran dalam memahami judul “Peran Teman Sebaya Dalam Proses Pembentukan Akhlak Remaja Desa 11
Hasil Observasi, Kebonrowopucang, 5 Maret 2016.
5
Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan”. Penulis memandang perlu untuk memberikan pengertian dan batasan istilah yang digunakan dalam judul ini sebagai berikut: 1. Peran, peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh yang berkududukan di masyarakat.12 Sedangkan maksud dari peran judul ini adalah suatu bagian yang diambil atau diperankan oleh sekelompok teman sebaya sebagai penanam akhlak siswa. 2. Teman sebaya, merupakan orang-orang yang seusia dan memiliki status yang sama, dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul.13 3. Pembentukan, “proses cara, perbuatan membentuk”14 4. Akhlak, Akhlak berasal dari kata khuluqun yang berarti tabiat, perangai, adat kebiasaan, perwira dan agama. Sedangkan menurut istilah akhlak berarti keadaan jiwa yang mendorong timbulnya suatu perbuatan
dengan
mudah
karena
dibiasakan,
sehingga
tidak
memerlukan pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.15 Dalam penelitian ini akan memfokuskan pada akhlak pribadi.
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 667. 13 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 74. 14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed 3- Cet 2 (Jakarta: Balai Pustaka. 2002), hlm. 721. 15 Imam Suraji, Etika dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadist (Jakarta: Pustaka AlHusna Baru, 2006), hlm. Vii.
6
5. Remaja, adalah masa transisi antara masa anak dengan masa dewasa, terentang dari usia sekitar 12 – 21 tahun.16 Dalam penelitian ini fokus pada remaja berumur16-21 Tahun. Dari penegasan beberapa istilah tersebut diatas dapat diambil pengertian bahwa judul tersebut bermaksud untuk menganalisa sejauh mana teman sebaya berperan dalam proses pembentukan akhlak pribadi remaja umur 16-21 tahun desa Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini saya susun dengan tujuan: 1. Untuk mendeskripsikan akhlak remaja desa Kebonrowopucang. 2. Untuk mendeskripsikan peran teman sebaya dalam proses pembentukan akhlak remaja. Dengan penulisan skripsi ini penulis tidak hanya ingin mencapai tujuan sementara akan tetapi diharapkan dapa bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan (manfaat) penelitian ini diantaranya: 1. Secara teoretis Penelitian ini diharapkan memberi tambahan wawasan teoritik terkait
dengan
bagaimana
peran
pembentukan akhlak pada remaja. 2. Secara praktis
16
Zakiyah Daradjat, loc.cit.
teman
sebaya
dalam
proses
7
Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi kepada orang tua agar
lebih
memperhatikan
pergaulan
remaja
sehingga
mampu
memberikan batasan bagaimana ia seharusnya bergaul dengan teman sebayanya, dan agar tidak terpengaruh pada akhlak yang buruk. E. Tinjauan Pustaka 1. Teori yang digunakan Jhon Lock merupakan pelopor paham empiris yang menyatakan bahwa Pembentukan akhlak manusia sangat ditentukaan oleh lingkungan alam dan lingkungan sosial (faktor adat dan kebiasaan), yang dalam pendidikan disebut dengan faktor empiris (pengalaman hidup manusia). Paham ini berkembang luas di dunia barat, terutama di Amerika Serikat, yang menjelma menjadi aliran behaviorisme dalam ilmu pendidikan. Pertumbuhan dan perkembangan manusia, ditentukan juga oleh faktor dari luar dirinya; yaitu faktor pengalaman yang disengaja, termasuk pendidikan dan pelatihan, sedangkan yang tidak disengaja, termasuk lingkungan alam dan lingkungan sosial.17 Ada dua teori yang menerangkan tingkah laku kelompok. Teori pertama adalah yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh psikologi dari aliran klasik, yang berpendapat bahwa unit terkecil yang dipelajari dalam psikologi adalah individu. Oleh karena itu, kelompok tidak lain adalah sekumpulan individu dalam tingkah laku kelompok adalah gabungan dari tingkah laku – tingkah laku individu secara bersama17
Abdul Majid dan Dian Andiani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 33.
8
sama. Sebagaimana dikutip oleh Sarlito, Gustave Le Bon menyatakan bahwa bila dua orang atau lebih berkumpul di suatu tempat tertentu, mereka akan menampilkan perilaku yang sama sekali berbeda dari pada ciri-ciri tingkah laku individu-individu itu masing-masing. Perbedaan ini disebabkan karena adanya “jiwa kelompok” (group mind) yang tidak tunjuk kepada sifat individu masing-masing, tetapi diatur oleh hukum-hukum kesatuan mental dari kelompok itu. Prinsip Le Bon ini dapat dianalogikan dengan proses kimia, yaitu bahwa molekul mempunyai sifat yang sangat berbeda dari sifat-sifat atom yang membentuk molekul-molekul itu. Jadi air misalnya, sama sekali tidak mempunyai sifat hidrogen dan oksigen.18 Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita. Karena akhlak selalu berkaitan dengan tingkah laku manusia. Kata “akhlāq” berasal dari bahasa Arab, yaitu jama’ dari kata “khuluqun”
yang
secara linguistiik siartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab dan tindakan. Kata “akhlāq” juga berasal dari kata “khalaqa” atau “khalqun”, artinya kejadian, serta hubungannya dengan “khāliq”, artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata “al-khāliq”, artinya pencipta dan “makhlūq”, artinya yang diciptakan.19 Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan tertentu. Yang mendorong manusia melakukan perbuatan adalah persepsi dan belajar. 18
Sarlito W. Sarlito, Pengantar Psikologi Umum ( Jakarta: Rajawali Press, 2010) hlm.
19
Ahmad Saebani, Ilmu Akhlak (Jogjakarta: Pustaka Setia, 2008) hlm. 262.
208-209.
9
Dalam persepsi Jalaludin Rahmat mendefinisikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.20 Dapat ditarik pemahaman bahwa terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman bahwa terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman tentang sesuatu yang akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia berkaitan dengan pola pikir dan pola rasa manusia. Jika persepsinya tentang perbuatan yang dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan terbentuk dengan jelas sesuai kapasitas pemikirannya. Sedangkan dalam belajar, terdapat proses pelatihan melakukan perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang lebih banyak mengisi kekosongan jiwa yang diajar. Belajar merupakan kegiatan kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas. Timbulnya kapabilits disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.21 Dari pernyataan tersebut, dapat kita ambil hal pokok yang mempengaruhi terbentuknya akhlak seorang anak. karena pada masa anak-anak menuju remaja kelompok teman sebaya merupakan sekumpulan anak-anak atau individu yang berkumpul dan memiliki tingkat usia yang hampir sama serta memiliki kesamaan tujuan. Menurut Santrock sebagaimana dikutip oleh Damsar, kawan kawan 20 21
Ibid., hlm. 263 Ibid., hlm. 264.
10
sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama.22 Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah saw. Yang artinya: “perumpamaan antara seorang teman yang saleh dengan seorang teman yang buruk itu bagaikan pembawa minyak kasturi dengan tukang pande besi. Adapun pembawa minyak kasturi itu boleh jadi akan memberimu, atau engkau membeli darinya atau engkau akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pande besi, boleh jadi akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapatkan bau busuk darinya. (HR. Bukhari dan Muslim)”23 Dari pada hadis tersebut dapat diambil poin bahwa teman mempengaruhi pmbentukan akhlak seseorang karena ia akan terbawa atau terpengaruhi oleh teman. Tirmidzi dan Abu Daud meriwayatkan dari Rasulullah Saw. yang artinya: “Seseorang itu akan ikut temannya. Karenanya hendaklah di antara kamu memperhatikan siapa yang menjadi temanmu.”24 2. Penelitian yang Relevan Selain dari buku-buku yang dijadikan sebagai sumber penulisan skripsi ini, penulis menelaah beberapa skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi, antara lain sebagai berikut: Skripsi Dewi Riska Khodijah (2014). STAIN Pekalongan. Yang berjudul “Peran Peer Group support (Dukungan Kelompok Sebaya)
22
Damsar, loc.cit., Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, penerjemah Jamaluddin Miri (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hlm. 133-134. 24 Ibid., hlm. 133. 23
11
Dalam Mengembangkan Reliensi Siswa di SMP N 15 Pekalongan”. Hasil penelitian menyatakan bahwa dukungan kelompok sebaya terbukti memiliki peran dalam mengembangkan resiliensi siswa. Sehingga perlu adanya bimbingan dan arahan kepada para siswa tersebut agar bisa mengembangkan diri kearah yang lebih baik dan satu sama lain saling mendukung dan membantu dalam menghadapi badai perkembangan di usia remaja sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang bersama menjadi dewasa.25 Penelitian selanjutnya adalah penelitian oleh Ahmad Riyadi (2007). IAIN Walisongo Semarang. Yang berjudul “Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang Tua Terhadap Akhlak Remaja Usia 12-15 Tahun di Desa Purwosari Sayung Demak”. Hasil penelitian menyatakan bahwa Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa: korelasi antara keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak, adalah signifikan, hal ini ditunjukkan menunjukkan bahwa 63,68 % nilai akhlak remaja usia 12-15 tahun ditentukan oleh keteladanan akhlak orang tua. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: terdapat pengaruh positif keteladanan akhlak.26
25
Dewi Riska Khodijah, “Peran Peer Group support (Dukungan Kelompok Sebaya) Dalam Mengembangkan Reliensi Siswa di SMP N 15 Pekalongan”, Skripsi Sarjana Tarbiah PAI, (Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2014), hlm. 109-110. 26 Akhmad Riyadi, “Pengaruh Keteladanan Orang Tua Terhadap Akhlak Remaja Usia 1215 Tahun di Desa Purwosari Sayung Demak”, Skripsi Tarbiah PAI, daikses: (http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/78/jtptiain-gdl-akhmadriya-3893-1-3103022_p.pdf. 2007), hlm. xi.
12
Posisi penelitian terdahulu dengan penilitian yang akan saya lakukan adalah bahwa teman sebaya memiliki peran dalam mengembangkan resiliensi siswa, maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui serta mendeskripsikan bagaimana peran teman sebaya dalam penanaman ahlak. Penelitian ini juga merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan saya lakukan karena dalam penelitian ini juga menggunakan metode yang menyerupai dengan metode penelitian tersebut. Berbeda dari hasil penelitian Akhmad Riyadi penelitian ini memfokuskan
bagaimana
peran
teman
sebaya
dalam
proses
pembentukan akhlak remaja desa Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan. 3. Kerangka Bepikir Kerangka berpikir adalah gambaran pola hubungan antar variabel atau kerangka konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti disusun berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan.27 Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian ilmiah terdahulu, maka dapat disusun suatu kerangka berfikir bahwa akhlak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri remaja (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri remaja (faktor eksternal). Meskipun demikian, dalam teori ini 27
Tim Penyunting, Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Tarbiah PAI (Pekalongan: STAIN press, 2011), hlm. 15.
13
memfokuskan pada faktor yang berasal dari luar remaja dan akan fokus pada teman sebaya. Dalam realita yang ada, eksistensi teman sebaya sangat berperan dalan kehidupan remaja, sehingga banyak prilaku anak yang menyimpang atau malah berakhlak baik karena peranan teman sebaya. Bagan 1. 1 PROSES PEMBENTUKAN AKHLAK REMAJA
Faktor internal (dari dalam diri remaja)
Gen
Faktor eksternal (luar diri remaja)
bakat
pendidikan Akal
Teman sebaya
Lingkungan alam
Lingkungan sosial
Faktorfaktor lain
Lingkungan masyarakat
Proses pembentukan akhlak remaja dalam interaksi memiliki peran dalam pembentukan akhlak.
Sosial media
Lingkungan sekolah
Lingkungan keluarga
Keterangan: = Diteliti
akhlak remaja yang terbentuk
= tidak diteliti
14
F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu, penelitian yang dilakukan ditempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam masyarakat.28 Peneliti mengadakan pengamatan terhadap remaja yang melakukan interaksi dengan teman sebaya di desa Kebonrowopucang. b. Pendekatan Dalam penelitian ini jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang analisisnya tidak menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statiska. Penelitian ini menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.29 2. Wujud Data Penelitian Wujud data dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dari berbagai sumber data yang diambil dari remaja, orang tua serta warga
28
Mardalis, Metode Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Hlm 28. Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 243-244. 29
15
desa Kebonrowopucang Selanjutnya catatan-catatan dari hasil observasi, dukumentasi dan temuan-temuan yang ada dilapangan. 3. Sumber Data Penelitian Sember data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa atau gejala baik secara kuantitatif maupun kualitatif.30 Sumber data penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu: sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber utama yang terdiri atas remaja umur 16-21 di desa Kebonrowopucang. b. Sumber data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data.31 Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah orang tua, warga masyarakat Kebonrowopucang serta bukubuku yang sesuai berhubungan dengan penelitain, yaitu teman sebaya, dan akhlak. Berikutnya adalah hasil dari dokumentasi. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Interview ( Wawancara) Wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara 30
pewawancara
dengan
sumber
informasi,
dimana
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 2002), hlm. 44. 31 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Jaukarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 30.
16
pewawancara ditanya langsung tetang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.32 Metode ini untuk mendapatkan data tentang keadaan akhlak remaja desa Kebonrowopucang dan bagaimana peran teman sebaya dalam proses membentuk akhlak remaja desa Kebonrowopucang. Hal ini dilakukan dengan tanya jawab
terhadap
Kebonrowopucang,
remaja-remaja orang
tua,
yang dan
ada
di
desa
masyarakat
desa
Kebonrowopucang. b. Metode Observasi Metode observasi (pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.33 Metode ini digunakan untuk mengamati dan menggali data tentang keadaan akhlak remaja desa Kebonrowopucang dan peran teman sebaya dalam proses pembentukan akhlak remaja. c. Metode Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.34
32
Muri Yusuf, Metode Penelitian ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. 372.
33
Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 70.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 326.
17
Dalam metode dokumentasi data yang dicari adalah data tentang
profil
desa
dan
jumlah
masyarakat
desa
Kebonrowopucang. d. Teknik Analisis Data Setelah selesai mengumpulkan data, dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi lalu langkah berikutnya yaitu dengan menganalisis data, dan tahapan analisis data menurut Miles dan Huberman adalah sebagai berikut: Pertama, mereduksi data, yaitu dengan merangkum, memilah data yang pokok dan memfokuskan data yang telah diperoleh, dan dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada keadaan akhlak remaja desa Kebonrowopucang, selanjutnya mengenai peran teman sebaya dalam pembentukan akhlak. Kedua, adalah display data atau penyajian data, data yang telah dirangkum kemudian disajikan dengan membagi akhlak remaja desa Kebonrowopucang ke dalam akhlak baik dan buruk, selanjutnya adalah
dalam peran teman sebaya dalam proses
pembentukan akhlak remaja. Ketiga, adalah verifikasi atau kesimpulan, kesimpulan dari akhlak remaja desa Kebonrowopucang adalah condong kepada akhlak yang baik, namun masih terdapat beberapa remaja yang memiliki akhlak buruk. Selanjutnya kesimpulan dari peran teman sebaya
dalam
proses
pembentukan
akhlak
remaja
desa
18
Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan adalah sebagai berikut: a. Teman sebaya sebagai sarana belajar b. Teman sebaya sebagai panutan c. Teman sebagai pengingat atau penasehat d. Teman sebaya sebagai motivator e. Teman sebaya sebagai pemaksa f. Teman sebagai sebagai sarana bertukar pikiran G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara umum dan mempermudah dalam pembahasan maka penyusunan penelitian ini disajikan dalam beberapa 5 bab. Adapun sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematikan Penulisan. BAB II Landasan Teori, mengenai Teman Sebaya dan Akhlak Remaja. Pada bab ini akan dibahas mengenai teman sebaya, yang meliputi: pengertian teman sebaya, tingkah laku teman sebaya, fungsi teman sebaya. Kemudian akhlak remaja yang meliputi: pengertian akhlak, Baik dan Buruk dalam Konteks Ilmu Akhlak, Macam-macam Akhlak Pribadi, Pembentukan Akhlak dan remaja. BAB III Hasil Penelitian peran teman sebaya dalam proses pembentukan akhlak remaja desa Kebonrowopucang, Karangdadap
19
Pekalongan,
yang meliputi:
pertama,
gambaran umum
desa
Kebonrowopucang, Karangdadap Pekalongan yang meliputi: Sejarah dan profil desa Kebonrowopucang, Letak dan Keadaan Geografis, Keadaan Masyarakat, serta Keadaan Sarana dan Prasarana. Kedua, Keadaan Akhlak Remaja Desa Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan. Ketiga, Peran Teman Sebaya dalam Pembentukan Akhlak Remaja. BAB IV Analisis Peran Teman Sebaya dalam Proses Pembentukan Akhlak Remaja desa Kebonrowopuvcang Karangdadap Pekalongan yang meliputi: pertama, Analisis Keadaan Akhlak Remaja Desa Kebonrowopucang Karangdadap Peakalongan. Kedua, Analisis Peran Teman Sebaya Dalam Proses Pembentukan Akhlak Remaja Desa Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan. BAB V, penutup, yakni berisi simpulan dan saran.