Malam begitu gelap, semilir angin merasuk dalam kulit tubuh. Dingin melanda sanubari dan merasuk ke dalam jiwa. Di tempat mereka, semua orang tertidur dengan pulas, bahkan ada yang bersitepi dengan mimpi-mimpi indah. Bulan menggantung di bibir langit. Namun perlahan disapu awan tebal. Perlahan menghilang. Seorang perempuan nan cantik jelita tidur di atas kasur empuknya berwarna hijau. Entah apa yang ia alami. Tapi yang terlihat jelas kegelapan menghampiri tidur malamnya. Wajahnya setengah pucat. Ketakutan seperti selimut, menutupi setiap jengkal tubuhnya. Gerangan apakah yang sedang ia impikan. Kejadian ini berlangsung cukup lama. Ketika tubuh perempuan itu tidak kuat untuk menahan mimpi anehnya, tersentak ia terbangun. “ huh, akhirnya hanya mimpi”, ucapnya sambil mengusap dada. Ia mengusap keringat di wajahnya. Malam masih panjang, sekarang baru pukul tiga, tapi perempuan ini tidak sanggup untuk melanjutkan
tidurnya. Dengan terpaksa ia hanya memandang indahnya
kegelapan
di
luar
jendela.
Angin
mengibaskan keringat di wajah. ”Wahai malam, kenapa kau membawaku pada mimpi yang mengerikan”, gumamnya dalam hati. Perempuan muda itu kembali ke atas kasur, dengan membawa majalah yang baru dibelinya. Ia memanfaatkan sisa malam itu dengan
membaca.
“huah”, mulutnya mulai menguap, sepertinya ia tidak tahan dengan matanya yang mulai mengatup. Secara tidak sadar ia pun tertidur kembali. Buku yang dipegang terjatuh ke atas lantai. Kring ... kring ... kring ... Waktu menunjukan pukul tujuh tepat. Jam weker
di
atas
meja
berdering
begitu
keras.
Perempuan itupun terbangun. Ia adalah anak tertua di keluarga ini. Tapi ia tidak pernah memberikan contoh yang baik. Ia selalu ingin hidup bebas tanpa aturan. Memang dari kecil ia terbiasa hidup seperti itu. Orangtuanya jarang memperhatikan perilaku dirinya. 2
Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Pekerjaan mengasuh anak di rumah selalu diserahkan pada pembantu. Ibunya seorang aktivis sekaligus menjadi guru tingkat SMA. Anak perempuan itu bernama Andzari Kaylani Syita, biasa dianggil dengan sebutan Keyla. Selang beberapa tahun Adiknya terlahir dengan jenis kelamin yang sama dan nama tidak berbeda jauh dari Keyla yaitu Andita Kaylani Syara biasa dipanggil dengan sebutan Dita. Setelah malahirkan anak kedua. Sang ibu tetaplah sama, memperlakukan anak keduanya pun seperti itu. Dita mulai diasuh oleh orang lain selepas dari ASI. Sampai pada akhirnya mereka tumbuh menjadi perempua dewasa. Dari orangtua yang sama dan dari didikan yang sama pula, tumbuhlah mereka dengan karakter yang dimiliki masing-masing.
Keyla
sebagai
anak
pertama
memiliki sikap yang keras kepala, ia begitu susah diatur. Entahlah apa yang menyebabkannya seperti itu.
Mungkin
faktor
utamanya
adalah
dari
3
lingkungan. Sedangkan adiknya tumbuh menjadi anak yang rajin, taat serta patuh pada orangtua. Dari kecil Dita sudah mengenakkan kerudung. Sejak itu ia sering dibawa ketempat-tempat pengajian oleh sang pembantu. Dan Dita sekarang duduk di kelas tiga Mts. Keyla sendiri, ia duduk dibangku kuliah. Di salah satu Universitas terkenal di kota Bandung. Keyla dan Dita memiliki sifat yang berbeda. Tapi perbedaan itu tidak pernah membuat mereka saling
bertengkar
sedikitpun.
Ataupun
saling
merendahkan. Mereka saling menghargai satu sama lain, malah saling mendukung kegiatan masingmasing.
Keyla
sangat
menyanyangi
adiknya
begitupun Dita sangat menghormati kakaknya. Waktu pun menunjukan pukul delapan, Keyla baru saja
selesai
mandi.
Ia
bersegera
mengganti
pakaiannya. Penampilannya Keyla selalu memukau. Ia sangat selektif sekali dalam memilih pakaian. Ia selalu terlihat fashionable. Setiap trend atau model terbaru dari berbagai pakaian, ialah orang pertama 4
yang akan membelinya. Pagi itupun, ia terlihat begitu cantik dan anggun dengan mengenakan celana jeans dan baju berwarna merah pilihannya. Sepatu high heels berukuran 10 cm kesayangannya semakin menambah tinggi badannya. Tubuhnya terlihat lebih semampai. Baju merah membuat kulitnya yang putih semakin bercahaya. Ditambah make-up sederhana yang dipilihnya, serta rambutnya yang panjang terurai. Ia sangat terlihat cantik pagi itu. Hari ini adalah hari pertama keyla masuk kuliah di semester empat. Pagi hari itu Keyla terlihat sangat bersemangat. Hari ini ibu dan ayah mereka ada di rumah. Lengkaplah sudah. Pedahal bila hari biasanya. Ibu dan ayah selalu meninggalkan di saat pagi hari. Tapi hari ini semuanya hadir, ikut menghangatkan suasana indah pagi ini. Makanan sudah tersaji di atas meja. Ibulah yang
menghidangkan
semuanya.
Ia
mempersiapkannya dari subuh. Dimana semua keluarganya masih tertidur pulas. Hati nurani seorang 5
ibu semuanya sama. Sesibuk-sibuknya seorang ibu pasti mereka sangat menyayangi anak yang telah dilahirkannya. Mereka diciptakan oleh Allah sebagai titipan. Dan titipan itu harus dijaga, dirawat serta dididik dengan baik. Makanan sudah tertata rapi di atas meja, Dita, Keyla dan ayah sudah rapi dengan pakaian masing-masing yang dikenakannya. Wajah Keyla begitu sinis, ia sedikit jutek di pagi itu. Ia heran melihat kehadiran keluarga yang komplit. Ia ingin mengambil perhatian kedua orangtuanya. Agar mereka sadar bahwa selama ini mereka kurang memperhatikan anak-anaknya. Sedangkan Dita tersenyum riang. Ia bahagia melihat ayah dan ibu bisa menyempatkan waktunya untuk keluarga. “Tumben nih pagi-pagi gini ada semuanya, kemarinkemarin kemana aja?” celetuk Keyla. Pedahal selama ini mereka tidak pernah mengajarkan seperti itu. “ Keyla, kamu kok bicara seperti itu nak!" Tegas ibu. 6
Pembicaraan di pagi itupun cukup sengit. Ibu tidak terima kalau dirinya dipermalukan oleh anaknya sendiri. Tapi ibu berhasil menenangkan kondisi itu. Keyla pun terdiam setelah mendengar ucapan dari sang ibu. “Key, Dit, hari ini ayah akan mengantarkan kalian ya?”
sahut
ayah.
“ Beneran, yah. Asyik Dita mau yah!” “Keyla gak usah dianter yah, udah biasa sendiri kok.” Keyla pun langsung pergi dari meja makan, dan bergegas pergi ke luar rumah tanpa pamit. Sepertinya hatinya masih panas. Ayah dan ibu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku Keyla yang sangat kasar itu. Akhirnya ayah hanya mengantarkan Dita. Ayah dan ibu sangat bangga mempunyai anak seperti Dita. Ia adalah anak yang baik dan berjilbab pula. Tidak terasa mereka telah sampai di depan sekolah Dita, yaitu tepatnya di MSTN 2 Bandung. Suasana sekolah begitu ramai, murid-murid berlalu lalang 7
memenuhi jalan. Mereka pergi ke sekolah dengan niat untuk mencari ilmu. Murid perempuan semuanya berkerudung. Sungguh penampilannya terlihat rapih dan anggun. Sebelum keluar dari mobil, Dita mencium tangan ayahnya terlebih dahulu. Ia begitu sopan terhadap ayahnya. Mobil ayah sudah pergi. Dita mulai berjalan mendekati gerbang sekolah, senyuman indahnya mulai terpancar menghiasi setiap sudut sekolah. Sikapnya
begitu ramah dan sopan
pada guru maupun pada teman-temannya. Maka dari itu hampir semua orang yang mengenalnya sangat menyayangi dia.
8