HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WARIA TENTANG HIV-AIDS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV-AIDS DI LSM KEBAYA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Achmad Yani Yogyakarta
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
Diajukan Oleh: GABRIEL YOSSE PRAPASKALIS ANES NPM: 3208133
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012
A
T AR
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WARIA TENTANG HIV-AIDS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV-AIDS DI LSM KEBAYA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Oleh : GABRIEL YOSSE PRAPASKALIS ANES NPM: 3208133
AN
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
A
T AR
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Tanggal:...............................
P AL A R E ER
Menyetujui :
P
Penguji,
ND
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Retno Mawarti., S.Pd.,M.Kes NIDN : 05-2805-5502
Sri Purwaningsih., S.Kep.,Ns NIP: 140119864
E J S
S
E K I T
Wenny Savitri, S.Kep.,Ns.,MNS NIDN: 07-2507-8201
Mengesahkan, Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta
Dwi Susanti, S.Kep., Ns NIDN: 05-3005-8401
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WARIA TENTANG HIV-AIDS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV-AIDS DI LSM KEBAYA YOGYAKARTA Gabriel Yosse Prapaskalis Anes¹, Retno Mawarti², Sri Purwaningsih³
INTISARI Latar Belakang : Penyakit HIV-AIDS merupakan penyakit yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan akibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi. Kelompok risiko tinggi yang tertular HIV-AIDS antara lain: pengguna narkoba suntik (penasun) , penjaja seks perempuan, dan salah satunya kaum waria (wanita pria). Waria melakukan hubungan seks tidak hanya dengan pria transeksual saja tetapi dengan pria heterosexual juga. Banyak waria yang sudah mengetahui tentang penyakit HIV-AIDS dan Penyakit Menular Seksual, tetapi upaya pencegahan yang dilakukan sangatlah kurang. Pengetahuan dipandang penting karena dapat merupakan gerbang dalam upaya pencegahan penularan HIV-AIDS terutama dalam melakukan hubungan seksual. Ketidaktahuan terhadap HIV-AIDS bisa jadi merupakan salah satu penyebab terkenannya virus mematikan tersebut. Tujuan : Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan waria tentang HIV-AIDS dengan perilaku pencegahan HIV-AIDS di LSM Kebaya Yogyakarta. Metode : Penelitian ini menggunakan studi survey analitik dengan rancangan korelasi dan menggunakan desain Cross sectional. Total responden 34 dan diseleksi dengan menggunakan purposive sampling. Penggumpulan data dengan menggunakan kuisioner dan menggunakan uji analisis Kendall Tau. Hasil : Hasil perhitung statistik menggunakan uji Kendal tau diperoleh p-value sebesar 0,001 < (0,05). Nilai koefisien kerelasi sebesar 0,519 menunjukan kekuatan hubungan yang sedang. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan waria tentang HIV-AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS di LSM Kebaya Yogyakarta.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
Kata Kunci : HIV-AIDS, Tingkat Pengetahuan, Perilaku Pencegahan penularan.
¹Mahasiswa STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta ²Dosen STIKES Aisiyah Yogyakarta ³Perawat RSUP dr. Sarjidto Yogyakarta
A
T AR
The Corerelation between The level of Knowledge of bTranssexual People According HIV-AIDS and Preventive Behavior of Transmition in Kebaya (Non Geverment Organization) of Yogyakarta Gabriel Yosse Prapaskalis Anes1, Retno Mawarti2, Sri Purwaningsih3 Abstract Background: HIV-AIDS is disease that infect human immune system which cause the victim to lose his immunity and can be easly infected and lose life due to various infectious diseases. Highly-risked group of HIV-AIDS infection are such as injected drug user, female sex workers and transsexual. Transsexual have sex not only with transsexual men but also heterosexual men. Many transsexual have already know about HIV-AIDS and sexually transmitted disease, but have very deficient preventive effort. Knowledge is regarded important as the gate of preventive effort for HIV-AIDS infection especially in sexual relation. Having no knowledge about HIV-AIDS may be one of reasons of this virus infection. Objective: Discover The Relation between Transsexual Knowledge Level About HIV-AIDS Preventive Behavior For HIV-AIDS in Kebaya Civil Empowerment Body Of Yogyakarta Methods: This research applies Analytical survey Study (studi survey analitik) with correlation draft and Cross sectional design. The total respondents are 34 and selected with purposive sampling. The data are gathered by questioners and analysis test Kendall Tau. Result : The output of the statistic calculation uses Kendal tau test results in pvalue equal to 0,001 < α (0,05). Conclusion: There is a significant relationship between knowledge level of Transsexual pertaining to HIV-AIDS with the comportment of contagious prevention of HIV-AIDS in KEBAYA-NGO (Non Government Organisation) Yogyakarta. Coefficient correlation value which is equal to 0,519 indicates the tightly relationship between knowledge level of Transsexual pertaining to HIVAIDS with the comportment of contagious prevention of HIV-AIDS is average.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
Keywords: HIV-AIDS, knowledge level, preventive behavior for infection.
1
Nursing of Student STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Lecturer of STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Nurse Practitioner of Infection control and Prevention of RSUP Dr. Sarjidto Yogyakarta 2
A
T AR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Waria Tentang HIV-AIDS dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV-AIDS Di LSM Kebaya Yogyakarta”. Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak dr. I. Edy Purwoko, Sp.B. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
AN
2. Ibu Dwi Susanti S.Kep., Ns. selaku Ketua Prodi Keperawatan Sekolah Tinggi
A YAK K A OG
Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Ibu Wenny Savitri, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Penguji Usulan Penelitian yang
T ANI Y S U .Y
telah memberikan masukan, saran yang berguna bagi penulis.
P AL A R E ER
4. Ibu Retno Mawarti, S.Pd., M.Kes selaku Pembimbing I Usulan Penelitian yang telah memberikan bimbingan, saran dan pendapat yang berguna.
P
5. Ibu Sri Purwaningsih, S.Kep., Ns selaku Pembimbing II Usulan Penelitian
D
N JE
yang telah memberikan bimbingan, saran dan pendapat yang berguna.
S
E K I T
6. Mami Vinolia Wakijo. selaku Kepala LSM Kebaya Yogyakarta yang telah
Smengijinkan melakukan penelitian di LSM Kebaya Yogyakarta. 7. Orang tua dan keluarga semua yang memberikan limpahan cinta, doa serta semangat. 8. Semua teman-teman mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani khususnya mahasiswa keperawatan kelas C angkatan 2008 yang telah membantu terselesainya Usulan Penelitian ini. 9. Teman-teman waria di LSM Kebaya yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian.
A
T AR
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan kabaikan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan. Masih banyak hal yang harus dibenahi. Oleh karena itu saran dan masukan yang bias menjadi koreksi dan perbaikan sangat penulis harapkan.
Yogyakarta,
2012
Penulis,
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
Gabriel Yosse Prapaskalis Anes
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii INTISARI ..................................................................................................... iv ABSTRACT.................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................. vi DAFTAR ISI ................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................... A. Latar Belakang ........................................................................ B. Rumusan Masalah .................................................................. C. Tujuan Penelitian .................................................................... D. Manfaat Penelitian .................................................................. E. Keaslian Penelitian ..................................................................
AN
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
D
N JE
S E K I METODE PENELITIAN ............................................................. BAB STIII A. Rancangan Penelitian ..............................................................
9 9 9 13 18 24 27 28 28
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. Populasi dan Sampel .............................................................. Variabel Penelitian .................................................................. Definisi Operasional................................................................ Alat dan Metode Pengumpulan Data ...................................... Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................... Etika Penelitian ................................................................. ..... Pelaksanaan Penelitian....................................................... .....
29 29 29 29 31 32 33 35 36 39 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... A. Hasil Penelitian ....................................................................... 1. Gambaran umum lokasi Penelitian ...................................
42 42 42
B. C. D. E. F. G. H. I. J.
A
T AR
A YAK K A OG
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ A. Landasan Teori ........................................................................ 1. Perilaku ............................................................................. 2. Pengetahuan ..................................................................... 3. HIV-AIDS ......................................................................... 4. Waria ................................................................................. B. Kerangka Teori........................................................................ C. Kerangka Konsep .................................................................... D. Hipotesa..................................................................................
1 1 6 6 6 7
2. 3. 4.
Karakteristik Responden .................................................. Analisis Data .................................................................... Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS ................................... B. Pembahasan ............................................................................ 1. Tingkat Pengetahuan ....................................................... 2. Perilaku Pencegahan Penularan ........................................ 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV-AIDS ..................... C. Keterbatasan Penelitian ........................................................... BAB V PENUTUP ...................................................................................... A. Kesimpulan ............................................................................. B. Saran .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
AN
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
45 45 45 47 49 50 51 51 51
A
T AR
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
42 43
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel………………………………….... 32 Tabel 3.2 Kisi-kisi Tingkat pengetahuan Waria …………………………….. 33 Tabel 3.3 Kisi-kisi Perilaku Pencegahan HIV-AIDS………………………...34 Tabel 4.1 Karakteristik Responden…………………………………………..43 Tabel 4.2 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Waria Tentang HIV-AIDS…….....43 Tabel 4.2 Frekuensi Perilaku Pencegahan Penularan HIV-AIDS………….....44 Tabel 4.4 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan dan Perilaku………….…...44
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... Gambar 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................
AN
27 28
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Inform Consent Lampiran 4. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Waria Lampiran 5. Kunci Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan Waria Lampiran 6. Kuesioner Perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS Lampiran 7. Lembar Konsultasi Lampiran 8. Surat Ijin
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dewasa ini penyakit infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia, terdapat hampir di semua negara termasuk Indonesia. Masalah yang berkembang adalah angka kejadiannya yang cenderung terus meningkat dengan angka kematian yang cukup tinggi (UNAIDS, 2011) Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) ditemukan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1981, hingga kini penyakit ini sangat menarik perhatian dunia kesehatan maupun masyarakat luas. AIDS merupakan penyakit
AN
infeksi yang diderita oleh seseorang karena orang tersebut tertular satu jenis virus
A YAK K A OG
sebagai virus penyebabnya (UNAIDS, 2011).
T ANI Y S U .Y
World Health Organization (WHO) telah memperkirakan 9 dari 10 orang terinfeksi HIV berasal dari negara berkembang. Dari keseluruhan orang yang
P AL A R E ER
mengidap penyakit ini, 60% berasal dari Sub Sahara Afrika dimana jumlah
P
penduduk mencapai 10% dari jumlah penduduk dunia. AIDS cenderung lebih
D
N JE
cepat menyerang komunitas seperti para pengguna obat-obatan terlarang, pekerja
S E K I heteroseksual (suatu ST
seks, dan kaum seksual minoritas. Di dunia secara keseluruhan, hubungan seksual perilaku seksual yang normal didalam mengadakan
hubungan seksual, yaitu dengan lawan jenis, pria dengan wanita) ini sudah menjadi alat penyebaran virus paling dominan di kawasan Asia didukung pula oleh mobilitas turisme yang bergerak dari kawasan barat menuju kawasan timur (Asia), sehingga semakin banyak pria dan wanita di dunia yang terjangkit virus ini (WHO, 2010). Pada bulan September tahun 2000, para pemimpin dunia bertemu di New York
mendeklarasikan
"Tujuan
Pembangunan
Millenium"
A
T AR
yang termasuk golongan retrovirus yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Millenium
Development Goals (MDGs ) yang terdiri dari delapan tujuan salah satunya dalam tujuan keenam adalah menangani berbagai penyakit menular paling berbahaya
yaitu HIV-AIDS. Target MDGs untuk HIV dan AIDS adalah menghentikan laju penyebaran serta membalikkan kecenderungannya pada 2015 (Sulistyo, 2010). Pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang maksimal kepada penderita HIV-AIDS terutama pada kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi HIV-AIDS. Hal ini merupakan apresisasi pemerintah Indonesia terhadap komitmen internasional yang tercantum dalam Declaration of Commitment pada United National General Assembly Special Session (UNGASS) HIV-AIDS 2001, Deklarasi ASEAN tentang HIV-AIDS 2001 dan Declaration a World Fit of Children 2002. Hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) nomor 36/1994 tentang penanggulangan penyebaran virus HIV-AIDS sehingga terbentuklah Komisi Nasional Penanggulangan HIV-AIDS (KPA, 2007). Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dibentuk dibawah naungan Kementrian
AN
Kesehatan (Kemenkes) untuk mendata dan melakukan pencegahan serta
A
RT penanggulangan terhadap laju penyebaran virus HIV di Indonesia yangA begitu AK pesat. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal PengendalianYPenyakit dan G OIndonesia, Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Y I N A Jumlah kasus HIV yang menempati urutan ke 47 kasus HIV-AIDS Y se-dunia. . A (Ditjen P2PL, 2007). Tahun 2008 dilaporkan pada tahun 2007 sebanyak 6.048. L RA yaitu sebanyak 10.362 kasus (Ditjen P2PL, kasus HIV mengalami peningkatan E D N2009, 2008). Tetapi di tahun kasusnya mengalami penurunan yaitu 9.793 kasus E J S2009). Kasus yang terjadi di tahun 2010 mengalami peningkatan (Ditjen P2PL, E K I lagi STyaitu sebanyak 21.591 kasus (Ditjen P2PL, 2010), dan kasus yang terjadi di
A K A
T S U
P R E
P
tahun 2011 sebanyak 15.589 kasus (Ditjen P2PL, 2010). Sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan pada tahun 2007 sebanyak 2947 kasus (Ditjen P2PL, 2007). Tahun 2008 kasus AIDS mengalami peningkatan yaitu sebanyak 4969 kasus (Ditjen P2PL, 2008). Di tahun 2009, kasusnya mengalami penurunan yaitu 3863 kasus (Ditjen P2PL, 2009). Kasus yang terjadi di tahun 2010 mengalami peningkatan lagi yaitu sebanyak 4917 kasus (Ditjen P2PL, 2010), dan kasus yang terjadi di tahun 2011 mengalami penurunan sebanyak 1805 kasus (Ditjen P2PL, 2011).
Penyakit HIV-AIDS merupakan penyakit yang berbahaya dan menyebabkan kematian karena belum ada pengobatan yang tepat sehingga penyakit HIV-AIDS adalah penyakit yang benar-benar serius. Virus HIV merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan akibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya. Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-7 tahun. Selama kurun waktu tersebut walaupun masih tampak sehat, secara sadar maupun tidak pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain (KPA, 2007). Penyebaran HIV-AIDS meliputi berbagai daerah di Indonesia salah satunya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta menempati urutan 9,
AN
sedangkan dari 5 Kabupaten/Kota se-Yogyakarta, Kota Yogyakarta menempati
A
RdiT urutan pertama. Dibutuhkan kerjasama dalam menanggulangi HIV-AIDS A AK Yogyakarta (DinKes Yogyakarta, 2011). Dalam penanggulanganY HIV dan AIDS G Oprogram di Yogyakarta, Dinas Kesehatan telah melakukan beberapa untuk upaya Y I N pencegahan penularan HIV-AIDS. Program-program YA yang telah dilakukan di . A pelayanan konseling dan testing Yogyakarta antara lain adalah peningkatan L RA kondom pada hubungan seks berisiko, sukarela, peningkatan penggunaan E D N pengurangan dampak buruk penyalahgunaan napza suntik, pencegahan penularan E J HIV dari E ibuSke anak, penularan Infeksi Menular Seksual (IMS), penyediaan IK T darah S dan produk darah yang aman, peningkatan kewaspadaan universal,
A K A
T S U
P R E
P
komunikasi publik (DinKes Yogyakarta 2011). Program-program ini dilaksanakan oleh perawat dibawah naungan Dinas Kesehatan Yogyakarta bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Peran perawat dalam pelaksanaan program tersebut lebih kepada advokasi. Peran perawat dalam advokasi AIDS lebih akan berdampak ganda (mengurangi resiko infeksi nosokomial AIDS dan meningkatkan peran dalam preventif, promotion dan rehabilitatif) dalam penanggulangan HIV-AIDS, misalnya dengan berbagai upaya antara lain membuat LSM atau lembaga penelitian HIV-AIDS, advokasi KIE (komunikasi-informasi
dan
edukasi)
lewat
website/internet,
mengadakan
pelatihan/seminar
public,
menjaring
tokoh
perawat
Indonesia
dalam
penanggulangan HIV-AIDS agar masyarakat lebih mengenal keperawatan lebih maju dan modern, mengoptimalkan pemanfaatan dana hibah/grant lewat bidang keperawatan HIV-AIDS, membuat standar operasional prosedur asuhan keperawatan HIV-AIDS (Nur 2006). Tidak dapat dipungkiri HIV-AIDS ini telah menjadi isu kesehatan yang sangat penting dan mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak di Yogyakarta, serta telah menjadi obyek penelitian sampai sekarang karena penyakit ini sangat berbahaya dan tidak mengenal batasan umur, jenis kelamin, ataupun warna kulit. Banyak faktor yang menyebabkan bahaya epidemi penyakit tersebut. Kelompok risiko tinggi yang tertular HIV dan AIDS antara lain: pengguna narkoba suntik (penasun) , penjaja seks perempuan, dan salah satunya kaum waria (wanita pria)
AN
(KPA, 2009). Jumlah penderita HIV di Yogyakarta pada heteroseksual adalah
A
RT 334 orang, sedangkan yang menderita AIDS sebanyak 319 orang. A Jumlah AK penderita HIV pada homoseksual adalah 57 orang, sedangkan Y yang menderita G O AIDS sebanyak 18 orang. Pada pengguna jarum suntik atau IDU’S (Injection Y I N A 102 orang dan AIDS 141 Drug User) jumlah penderita HIV ditemukanY sebanyak . A penderita HIV sebanyak 11 orang orang. Pada seseorang yang transfusi jumlah L RAdan lain-lain jumlah penderita HIV ditemukan dan AIDS 2 orang. Pada kelompok E D NAIDS sebanyak 388 orangE dan 71 orang (DinKes Yogyakarta 2011). Menurut data J S Keluarga Berencana Indonesia Yogyakarta (PKBI 2011) lembaga Persatuan E K I jumlah ST waria yang sudah terinfeksi HIV sebanyak 32 orang, sedangkan yang
A K A
T S U
P R E
P
sudah mendapatkan terapi hanya 7 orang. Kaum waria dalam orientasi seksnya cenderung homoseksual karena mereka melakukan hubungan seksual pada jenis kelamin yang sama walaupun secara psikis mereka merasa wanita (Solihin, 2005). Sopjan (2006) menjelaskan bahwa salah satu dorongan seksual yang dianggap menyimpang dari nilai dan tradisi adalah perilaku seksual kaum waria. Perilaku seksual yang dilakukan oleh kaum waria, juga homoseksual dan lesbian, terkait tradisi hubungan sesama jenis belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari keluarga besar waria yogyakarta (Kebaya, 2011), jumlah waria di Yogyakarta
hingga bulan maret 2011 adalah 420 orang, sekitar 80% jumlah waria tersebut memiliki pekerjaan sebagai pekerja seks komersil. Jumlah yang tidak terlalu besar, namun dalam beberapa hal kaum waria dapat mendatangkan problem yang tidak sederhana. Potensi penularan HIV-AIDS melalui hubungan seksual pada perilaku seksual kaum waria sangat tinggi, sampai pada bulan maret 2011 terdapat 32 orang waria dengan HIV-AIDS (ODHA) di Daerah Istimewa Yogyakarta (PKBI, 2011). Waria melakukan hubungan seks tidak hanya dengan pria transeksual saja tetapi dengan pria heterosexual juga. Banyak waria yang sudah mengetahui tentang penyakit HIV-AIDS dan Penyakit Menular Seksual, tetapi upaya pencegahan yang dilakukan sangatlah kurang (Djekky, 2002). Pengetahuan dipandang penting karena dapat merupakan gerbang dalam upaya pencegahan penularan HIV-AIDS
AN
terutama dalam melakukan hubungan seksual. Ketidaktahuan terhadap HIV-AIDS
A
RT bisa jadi merupakan salah satu penyebab terkenannya virus mematikan tersebut A AK bahwa (Imron 2007). Sebanyak 92,5% waria seksual aktif yang mengerti Y G pemakaian kondom dapat mencegah dirinya tertularI HIV. YOTetapi hanya 1,6% ANdan 72,6 % bahkan tidak orang yang konsisten, 25,8 % tak konsisten Y A. menggunakan kondom (Suswardana,L 2007). RAyang dilakukan peneliti pada 01 Februari 2012 Berdasarkan studi pendahuluan E ND melalui wawancara tidak terstruktur pada 7 waria di LSM Kebaya Yogyakarta E SdiJLSM Kebaya, mereka diberi pertanyaan lisan mengenai HIVdari 220 waria E IK4 orang mengetahui secara umum tentang HIV-AIDS dan mampu T AIDS, S
A K A
T S U
P R E
P
menjelaskan mengenai pengertian penyakit serta tanda gejala penyakit. 3 orang kurang tahu tentang HIV-AIDS, hanya mengetahui penyakit menular seksual. Dari 7 waria tersebut dalam berhubungan seksual, 5 orang tidak pernah menggunakan kondom dan selalu berganti-ganti pasangan seks sedangkan 2 orang tidak konsisten dalam menggunakan kondom. Berdasarkan hal tersebut , maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana “Hubungan Tingkat Pengetahuan Waria Tentang HIV-AIDS Dengan Perilaku Pencegahan HIV-AIDS Di LSM Kebaya Yogyakarta Tahun 2012”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Waria Tentang HIV-AIDS dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV-AIDS Di LSM Kebaya Yogyakarta?”
C. Tujuan penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk diketahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Waria Tentang HIVAIDS dengan Perilaku Pencegahan HIV-AIDS Di LSM Kebaya Yogyakarta.
2.
Tujuan Khusus a. Diketahui tingkat pengetahuan waria tentang HIV-AIDS di LSM Kebaya Yogyakarta tahun 2012
AN
A
RT b. Diketahui perilaku pencegahan waria terhadap HIV-AIDS di LSM A Kebaya AK Yogyakarta tahun 2012. Y G Opendidikan c. Diketahui karakteristik dari masing-masing tingkat waria di Y I N LSM Kebaya Yogyakarta tahun 2012. YA A. L RA D. Manfaat Penelitian E D 1. Manfaat Teoritis EN J S wawasan ilmu kesehatan mengenai hubungan tingkat Menambah E K I STpengetahuan waria tentang HIV-AIDS dengan perilaku pencegahan HIV-
A K A
T S U
P R E
P
AIDS di LSM Kebaya Yogyakarta. 2. Manfaat Aplikatif a. Peneliti Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dan pengetahuan. Selain itu, karena peneliti adalah seorang perawat, hasil penelitian dapat dijadikan bahan penyuluhan di masyarakat.
b. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan menambahkan wawasan pengetahuan bagi dosen, pembimbing akademik, dan civitas akademik guna menambah materi tentang penyakit HIV/AIDS. c. Waria Waria dapat memperoleh informasi yang tepat tentang Penyakit HIV/AIDS d. LSM Kebaya Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pengurus LSM Kebaya mengenai hubungan tingkat pengetahuan waria tentang HIV-AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS di LSM Kebaya, sehingga dapat memberikan informasi dan edukasi yang tepat pada waria sehingga penularan HIV-AIDS dapat diatasi dan dicegah dengan baik.
AN
e. Peneliti lain
A
RT Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian A AK selanjutnya. Y OG Y NI A E. Keaslian Penelitian .Y A 1. Suswardana, Ana, Niken, Endra,LSari, Satiti (2004) dengan judul “Infeksi RA waria di Yogyakarta” dengan menggunakan menular seksual pada komunitas E D N deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian yang E J Smenunjukan diperoleh 24,5% waria HIV-seropositif, 6,3% waria Sifilis E K I T 6,12 waria Kondiloma akuminata. Tingkat pengetahuan tentang Sseropositif,
A K A
T S U
P R E
P
manfaat kondom sebagai pencegahan penularan HIV tidak mempengaruhi konsistensi pemakaian kondom. Bedanya dengan penelitian ini adalah selain tempat dan waktu penelitian juga pada variable dan judul dari penelitian itu sendiri. Sedangkan persamaannya pada sampel penelitian yaitu waria. 2. Djekky (2003) dengan judul “Waria asli Papua dan potensi penularan HIVAIDS di Papua” dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan komparatif. Hasil penelitian menunjukan frekuensi hubungan seks air mani mengalir ke dalam anus merupakan yang tertinggi di Abepura yaitu 37 kali atau 40,6% dari 91 kali air mani keluar pada 9 Waria selama 14 hari kegiatan
seksualnya dan 36 kali air mani mengalir melalui mulut atau 39,5%. Di Sorong , frekuensi tertinggi air mani mengalir melalui anus sebanyak 21 kali atau 52,5% dan diluar badan sebanyak 9 kali atau 22,5% dari 40 kali air mani mengalir untuk 6 Waria selama 14 hari. Frekuensi paling rendah hubungan seks air mani mengalir ke wajah dan ke dalam kondom masing-masing 2 kali ke wajah atau masing-masing 2,2%, dan 5% dan 3 kali kedalam kondom atau masing-masing 3,3% dan 7,5%. Sedangkan untuk pencegahan HIV/AIDS maka penggunaan kondom dikalangan Waria sangat rendah, yaitu 3,3% untuk abepura dan 7,5% untuk kota sorong. Hal ini bisa dengan mudah tertular penyakit HIV-AIDS. Bedanya dengan penelitian ini adalah selain tempat dan waktu penelitian juga pada variable bebas dan judul dari penelitian itu sendiri. Sedangkan persamaannya pada sampel penelitian yaitu waria dan variable
AN
bebas.
A
RT 3. Imron (2007) dengan judul “Tingkat pengetahuan masyarakat Sumatera A Selatan AK dengan tentang HIV-AIDS” dengan menggunakan metode deskriptif Y G O pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukan hampir 50% wanita di Y I N Sumatera Selatan tidak mengetahui tentang YA penyakit HIV-AIDS dan . AIni berpengaruh pada presepsi mereka pengetahuan mereka masih rendah. L A RHIV-AIDS terhadap orang yang terinfksi dan perawatannya . Bedanya dengan E D penelitian ini adalah EN selain tempat dan waktu penelitian juga pada metode J S penelitian itu sendiri. Sedangkan persamaannya pada variable bebas. E K I T 4.SJuliastika (2011) dengan judul “Hubungan pengetahuan tentang HIV-AIDS
A K A
T S U
P R E
P
dengan sikap dan tindakan penggunaan kondom di Kota Manado” dengan menggunakan metode pengambilan data pruposive sampling. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar 53,52% pengetahuan pekerja seks komersil adalah baik dengan perilaku pencegahan baik pula. Bedanya dengan penelitian ini adalah selain tempat dan waktu penelitian juga pada sampel penelitian itu sendiri. Sedangkan persamaannya pada variable bebas.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian LSM Kebaya beralamat di jalan Gowongan Lor JT III/148, Kelurahan Sitisewu, Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Berdiri sejak bulan Januari 2007 dengan Akte Notaris no : 38 tanggal 22 Januari 2007 ( Notaris Wahyu Wiryono, SH ). Jumlah seluruh waria di LSM Kebaya 220 orang dipimpin oleh Vinolia Wakijo yang membawahi berbagai kelompok jabatan organisasi antara lain : manager, finance / administrasi, koordinator lapangan, case manager dan petugas lapangan. Adapun program kerja LSM Kebaya
AN
antara lain : memberikan informasi, edukasi dan advokasi kepada kelompok
A YAK K A OG
psikososial pada kelompok waria yang berisiko tertular HIV dan pada ODHA
T ANI Y S U .Y
waria, melakukan pendampingan pada kelompok waria, pemberdayaan waria serta melakukan akses layanan kesehatan bagi waria.
P AL A R E ER
2. Karakteristik Responden
P
Berdasarkan hasil penelitian dari 34 responden yang memenuhi kriteria
D
N JE
penelitian, didapatkan karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1
S E K I Tsedangkan responden berdasarkan usia sebagian besar
dibawah ini pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SD 44,1%,
S
38,2%
A
T AR
Waria tentang HIV dan AIDS, memberiikan konseling dan dukungan
berusia 17-20 tahun
dan paling sedikit berusia 21-30 tahun sebesar 29,4%. Dari
karakteristik pekerjaan, sebesar 38,2% responden bekerja sebagai pengamen, dan 35,3% bekerja sebagai PSK. Pada pernyataan responden mengenai perilaku pencegahan penularan, 25 responden menjawab setuju terhadap sikap mengenai pencegahan penularan HIV-AIDS dan 19 responden menjawab tidak setuju terhadap praktik pencegahan penularan HIV-AIDS.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden No Responden 1. Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA 2. Umur a. 17-20 b. 21-30 c. 31-40 3. Pekerjaan a. PSK b. Pengamen c. Wiraswasta 4.
3.
Pernyataan Responden mengenai perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS a. Sikap b. Praktik Sumber : Data Primer (2012)
Analisis Data
Frekuensi 15 8 11
44,1 23,5 32,4
13 10 11
38,2 29,4 32,4
12 13 9
35,3 38,2 26,5
Setuju
25 15
Presentase (%)
Tidak Setuju
KA
AN
9 19
A
K
A GY
A I YO T S AN
T AR
U A. Y P R AL
PEJENDER
a. Tingkat Pengetahuan waria tentang HIV-AIDS Tingkat pengetahuan waria tentang HIV-AIDS disajikan pada tabel
S
E K I T
4.2 sebagai berikut :
S
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Waria Tentang HIV-AIDS Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase Baik 11 32,4 Cukup 15 44,1 Kurang 8 23,5 Jumlah 34 100,0 Sumber : Data Primer (2012) Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden 44,1% memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup.
b.
Perilaku Pencegahan Penularan HIV-AIDS
Perilaku
pencegahan penularan HIV-AIDS disajikan pada tabel 4.3
sebagai berikut : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Penularan HIV-AIDS Perilaku Frekuensi Presentase Baik 15 44,1 Cukup 6 17,6 Kurang 13 38,2 Jumlah 34 100,0 Sumber : Data Primer (2012) Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden 44,1% memiliki perilaku pencegahan penularan dengan kategori cukup. 4. Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan Perilaku
AN
Pencegahan Penularan HIV-AIDS
A T R Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan Perilaku A K Pencegahan Penularan HIV-AIDS disajikan pada tabel berikutY : A G Tabel 4.4 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan tentang YO HIV-AIDS dengan I Perilaku Pencegahan Penularan HIV-AIDS N A Y Perilaku . Pencegahan Penularan Tingkat A Baik Kurang Jumlah LCukup Pengetahuan F %RA F % F % F % E 1 2,9 1 2,9 11 32,4 0,519 Baik 9 D26,5 N 14,7 4 11,8 6 17,6 15 44,1 Cukup JE5 S 1 2,9 1 2,9 6 17,6 8 23,5 Kurang E K TI
A K A
T S U
P R E
P
S
Jumlah
15
44,1
6
17,6
13
38,2
34
100
Sumber : Data Primer (2012) Tabel 4.4 menunjukan bahwa hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS, diperoleh 9 (26,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan baik dan perilaku pencegahan penularan baik, 6 (17,6%) responden memiliki tingkat pengetahuan baik dengan perilaku pencegahan penularan kurang, 6 (17,6%) responden memiliki tingkat pengetahuan kurang dan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS kurang.
pvalue 0,001
Hasil perhitung statistik menggunakan uji Kendal tau seperti disajikan pada tabel 4.4 diperoleh p-value sebesar 0,001< (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan waria tentang HIV-AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS di LSM Kebaya Yogyakarta. Nilai koefisien kerelasi sebesar 0,519 menunjukan kekuatan hubungan antara tingkat pengetahuan waria tentang HIV-AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS adalah sedang.
B. Pembahasan 1.
Tingkat Pengetahuan tentang HIV-AIDS Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11 (32,4%) responden memiliki
AN
tingkat pengetahuan baik, 15 (44,1%) dengan kategori cukup, dan 8 (23,5%) Pengetahuan merupakan hasil kata “tahu”, pengetahuan dapat terjadi
T ANI Y S U .Y
apabila seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan tersebut berasal dari panca indera yang manusia punya yaitu
P AL A R E ER
indera penglihat, pendengar, pencium, rasa dan raba. Sebagian besar
P
pengetahua
tersebut
diperoleh melalui
ND E J (Notoatmodjo,
mata
dan telinga manusia.
Pengetahuan merupakan domain yang penting untuk membentuk tindakan
S E K I STdimaksud adalah seseorang
2003). Pengetahuan pada penelitian ini yang
pengetahuan
waria
tentang
HIV-AIDS.
Tingkat
pengetahuan waria tentang HIV-AIDS meliputi pengertian, tahapan penyakit, penularan dan pencegahan HIV-AIDS itu sendiri. Menurut Wawan (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, umur, dan pekerjaan. Tingkat pengetahuan waria yang kurang tentang HIV-AIDS disebabkan karena tingkat pendidikan waria di LSM Kebaya yang sebagian besar berpendidikan SD 15 (44,1%). Berbeda dengan 11 (32,4%)
A
T AR
A YAK K A OG
memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori kurang pada tabel 4.2.
waria yang
berpendidikan SMA. Responden yang berpendidikan SMA memiliki tingkat pengetahuan lebih baik dari pada responden yang berpendidikan SMP dan
SD. Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan dapat menyesuaikan dengan hal yang baru. Dari hasil penelitian Djekky (2003) salah satu hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang mengenai HIV-AIDS adalah umur. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa pada kelompok umur yang lebih tua akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pada kelompok umur yang muda. Hal ini didukung oleh data KPA (2007) bahwa penderita HIV-AIDS 57,1% berada pada rentang 15-29 tahun. Dalam penelitian ini 11 (32,4%) responden berumur 31-40 tahun. Pada responden yang berumur 31-40 tahun memiliki tingkat pengetahuan lebih baik dari pada responden yang berumur 17-20 tahun. Ini dikarenakan waria yang berumur
AN
lebih tua sudah memiliki banyak informasi tentang HIV-AIDS yang dapat
A
RT diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik sepertiAbuku, AKinformasi majalah, televisi, radio, internet dan sebagainya. Semakin banyak Y OG yang dimiliki maka tingkat pengetahuan yangI Y dimiliki semakin tinggi AN sebagaimana dinyatakan oleh Notoatmodjo (2007). Y . Ayang Tingkat pengetahuan responden cukup dapat disebabkan karena L A pekerjaan responden. Penelitian ER ini menunjukan bahwa 9 (26,5%) responden D N bekerja sebagaiEwiraswasta . Seseorang yang berkerja, pengetahuannya akan J S dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja lebih E luas K I STseseorang akan banyak mempunyai informasi dan pengalaman.
A K A
T S U
P R E
P
Pengetahuan dipandang penting karena dapat merupakan gerbang dalam upaya pencegahan penularan HIV-AIDS terutama dalam melakukan hubungan seksual. Ketidaktahuan terhadap HIV-AIDS bisa jadi merupakan salah satu penyebab terkenanya virus mematikan tersebut (Suswardana, 2004). Pengetahuan yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat merupakan salah satu factor status kesehatan seseorang maupun masyarakat tersebut. Dengan tingkat pengetahuan yang kurang akan mengakibatkan seseorang melakukan tindakan yang tidak optimal juga.
2.
Perilaku Pencegahan Penularan HIV-AIDS Hasil penelitian perilaku pencegahan penularan waria tentang HIVAIDS terhadap 34 responden dengan 15 (44,1%) responden berperilaku baik, 6 (17,6%) responden memiliki berperilaku cukup dan 13 (38,2%) responden berperilaku kurang (tabel 4.3) Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perilaku
adalah
pengetahuan, umur dan pekerjaan orang tersebut. Pengetahuan berpengaruh terhadap pendidikan seseorang. Dari hasil penelitian perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS
AN
menunjukkan bahwa ada 13 (38,2%) waria memiliki perilaku pencegahan
A
RT penularan HIV-AIDS dengan kategori kurang. Hal ini disebabkanA karena AK SD 15 tingkat pendidikan waria di LSM Kebaya sebagian berpendidikan Y G O (44,1%) sehingga kurangnya informasi tentang perilaku pencegahan Y I N penularan HIV-AIDS di LSM Kebaya. Pada waria yang berpendidikan YA . A SMA, sudah memiliki banyakL informasi mengenai HIV-AIDS sehingga A perilaku pencegahan penularan ER HIV-AIDS dengan kategori baik. Hal ini D N Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa orang sesuai denganEteori J Spendidikan tinggi akan mudah menerima hal-hal baru, sehingga dengan E K I STpengetahuan menjadi baik. Menurut Suswardana (2004) semakin tinggi
A K A
T S U
P R E
P
pendidikan seseorang maka semakin cepat untuk menerima dan mudah memahami pengetahuan, sehingga semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki berhubungan dengan perilaku seseorang tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Prihyugiarto (2005), salah satu hal yang mempengaruhi perilaku seseorang mengenai HIV-AIDS adalah umur. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa pada kelompok umur yang lebih tua memiliki perilaku baik terhadap pencegahan HIV-AIDS. Dalam penelitian ini pada responden yang berusia 31-40 tahun memiliki perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS baik dibandingkan dengan waria yang
berumur 17-20 tahun. Ini dikarenakan pada waria yang berumur 31-40 tahun sudah mulai berangsur-angsur meninggalkan kesibukan pekerjaan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh. Seiring dengan bertambahnya tugas dan tanggung jawab yang harus diemban seseorang ketika ia sudah menginjak masa dewasa, seseorang akan mengalami pergeseran bahkan pengurangan bobot minat atau keinginan terhadap sesuatu. Hal ini disebabkan karena minat yang sudah ada pada dirinya sejak masa kanak-kanak atau remaja terkadang sudah tidak sesuai lagi dengan perannya sebagai orang dewasa selain itu juga bisa disebabkan oleh minat yang tidak lagi memberi kepuasan seperti semula. Berbeda dengan usia waria 17-20 tahun, pada usia tersebut waria sedang mengalami pubertas sama seperti anak lelaki lainnya, identitas seksual waria baru terbentuk dan
AN
ingin mencoba hal-hal yang baru disekitarnya (Prihyugiarto, 2005)
A
RT Sikap dan perilaku waria berdasarkan jawaban kuisioner perilaku A AK pencegahan penularan HIV-AIDS (tabel 4.1) yang diperolehYdari kuesioner OG terhadap sikap didapatkan bahwa 25 responden menyatakan setuju Y NI pencegahan penularan HIV-AIDS dan Y 19A responden tidak setuju terhadap A. praktik pencegahan penularanLHIV-AIDS. Sikap responden yang setuju A R terhadap pencegahanEpenularan HIV-AIDS menunjukan bahwa ada D keinginan responden EN untuk mencegah penularan HIV-AIDS tetapi praktik J S setuju terhadap pencegahan penularan HIV-AIDS dikarenakan yangE tidak K I STfaktor dari pekerjaan responden yang bekerja sebagai PSK sehingga tuntutan
A K A
T S U
P R E
P
profesi dalam berhubungan seks menyebabkan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS kurang (Djekky, 2002). Mengubah perilaku apalagi mengubah profesi seorang waria bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Waria yang berprofesi sebagai PSK berumur antara 17-20 tahun. Pekerjaan waria berpengaruh terhadap perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS pada waria itu sendiri. 12 (35,3%) waria bekerja sebagai PSK. Djekky (2002) mengemukakan bahwa waria yang bekerja sebagai PSK memiliki perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS kurang, ini dikarenakan tuntutan profesi waria maupun dari patner seks
waria tersebut sehingga dalam berhubungan seksual pada saat bekerja tidak menggunakan kondom untuk mencegah penularan HIV-AIDS.
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Penularan Dari hasil diatas menunjukkan bahwa tiap tingkat pengetahuan mempunyai hubungan dengan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS. Dan perlu diperhatikan bahwa dalam tingkat pengetahuan kurang sejumlah responden mempunyai perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS kurang pula. Hal ini dapat menjadi suatu masalah besar karena apabila tidak segera ditangani maka bisa berakibat yang buruk bagi waria tersebut. terdapat Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Suswardana (2004) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan tidak mempengaruhi pencegahan
AN
penularan HIV-AIDS dengan konsistensi pemakaian kondom. Pengetahuan
A
RT dan pemahaman tentang HIV-AIDS tetap perlu diupayakan Auntuk K Apencegahan diinformasikan agar menjadi benteng pertahanan dalam upaya Y OG penyebaran virus HIV-AIDS (Imron, 2007) Y I NSD A Responden dengan tingkat pendidikan menunjukkan tingkat Y . Apencegahan penularan yang kurang pengetahuan cukup dan perilaku L RA sedangkan untuk responden dengan tingkat pengetahuan SMA menunjukkan E D tingkat pengetahuan EN baik dan perilaku baik pula. Jadi semakin tinggi tingkat J S maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang. Hasil pendidikan, E K I STpenelitian ini sesuai dengan penelitian Juliastika (2011) dengan judul
A K A
T S U
P R E
P
“Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan Sikap dan Perilaku Penggunaan kondom di Kota Manado” menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan perilaku penggunaan kondom di kota Manado. Pada tingkat pengetahuan baik terdapat perilaku yang kurang sebanyak 1 (2,9%) responden dan pada tingkat pengetahuan kurang terdapat perilaku baik sebanyak 1 (2,9%) responden. Pengetahuan yang baik dengan perilaku kurang ini disebabkan tingkat pendidikan responden yang tinggi dan pekerjaan responden sebagai PSK. Responden yang berpendidikan tinggi
tetapi bekerja sebagai PSK tidak menutup kemungkinan perilaku penceghan penularan HIV-AIDS sangat kurang. Menurut Djekky (2002) pada waria yang bekerja sebagai PSK perilaku pencegahan penularan sangat kurang karena pada saat bekerja mereka tidak menggunakan kondom untuk mencegah penularan HIV-AIDS. Sedangkan pengetahuan yang kurang dengan perilaku yang baik ini disebabkan karena tingkat pendidikan responden yang rendah dan berumur antara 31-40 tahun. Responden yang berumur 31-40 sudah mengalami pengurangan bobot minat atau keinginan terhadap sesuatu karena ia sudah menginjak dunia dewasa dan perilaku untuk mencari partner seks kurang diminati sehingga perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS menjadi baik (Prihyugiarto, 2005). Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan waria kurang dengan perilaku yang
AN
baik yaitu nilai dan kepercayaan. Seseorang yang mempunyai nilai dan
A
RT kepercayaan baik akan berpengaruh terhadap penentuan sikap dan A praktik AK orang tersebut (Notoatmodjo, 2005). Y G O Perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS pada waria dapat dilakukan Y I N dengan meningkatkan pengetahuan waria YA tentang fungsi dan manfaat . A seks, meningkatkan pengetahuan penggunaan kondom dalam berhubungan L A harapan pengetahuan itu dapat menjadi Rdengan waria tentang HIV-AIDS E ND yang aman, mempromosikan kunjungan ke pelayanan dasar perilakuE seksual J S atau kesehatan VCT untuk mendapatkan pengobatan dengan menyediakan E K I STpelayanan khusus pada waria, mempromosikan perilaku seksual berganti
A K A
T S U
P R E
P
pasangan dapat berpeluang meularan HIV-AIDS sehingga harus dihindari.
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain : 1. Kurangnya pemantauan pada responden saat pengisian kuisioner sehingga memungkinkan responden untuk bekerja sama. 2. Minat sampel untuk dijadikan responden sangat kurang dan harus di imingimingi dengan materi baru mau dijadikan responden.
3. Uji validitas dan realibilitas ditempat yang sama memungkinkan terjadinya bias. 4. Faktor-faktor lain seperti nilai dan kepercayaan yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku masih belum dikendalikan sehingga tidak dapat melihat hubungan pengetahuan dan perilaku dari faktor-faktor tersebut.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan waria tentang HIV-AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS di LSM Kebaya ditunjukan dengan hasil uji Kendall Tau diperoleh p-value sebesar 0,001< (0,05) dengan keeratan hubungan yang sedang.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
AN
A YAK K A OG
1. Bagi LSM Kebaya
T ANI Y S U .Y
Perlu diadakan pelatihan keterampilan misalnya kecantikan, sebagai upaya mengentaskan waria dari bekerja sebagai pekerja seksual.
P AL A R E ER
2. Bagi Waria
a. Perlu menerapkan prinsip seks sehat dan aman dalam
P
hubungan seks.
melakukan
D
N JE
b. Memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk menciptakan usaha atau
S E pekerjaan. K TI
S c.
Memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagai upaya proteksi diri dari
penularan HIV-AIDS, misalnya VCT. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini hendaknya digunakan sebagai tambahan literatur tentang materi HIV-AIDS. 4. Bagi peneliti lain a. Perlu penelitian lebih lanjut didalam mengukur tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan penularan HIV-AIDS. Tidak dilakukan dengan mengisi kuesioner saja melainkan diperlukan wawancara terhadap responden agar didapatkan hasil yang lebih baik.
A
T AR
b. Peneliti yang akan datang diharapkan menyempurnakan hasil penelitian ini dengan menganalisis faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
Daftar Pustaka Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi VI). Jakarta: Rhineka Cipta. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta: Rhineka Cipta. Azwar, S. (2009). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. (2011). Profil Kesehatan Yogyakarta. Ditjen P2PL Kemenkes RI. ( 2008). Laporan Penderita HIV-AIDS, Jakarta Ditjen P2PL Kemenkes RI. (2009). Laporan Penderita HIV-AIDS, Jakarta Ditjen P2PL Kemenkes RI. (2010). Laporan Penderita HIV-AIDS, Jakarta Ditjen P2PL Kemenkes RI. (2011). Laporan Penderita HIV-AIDS, Jakarta Djjeky. (2002). Waria Asli Papua dan Potensi Penularan HIV/AIDS di Papua (Kasus Abepura dan Kota Sorong ). Papua. Jurnal Antropologi Papua, Vol. 1 no3, 35-41. Eko, Suryani. (2006). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Fitramaya. Hidayat, A. (2007). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
D
N JE
Harahap, S.W. (2000). Pers Meliput AIDS . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
S
E K I T
Imron. (2007). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Sumatera Selatan Tentang HIVAIDS. Sumatera. Jurnal pembangunan Manusia. Juliastika. (2011). Hubungan pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan sikap dan tindakan penggunaan kondom di Kota Manado. Manado. Jurnal FKM USM Kebaya .(2011). Daftar Keluarga Besar Waria Yogyakarta. Yogyakarta Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. (2007). Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 2003-2007, Menkokesra, KPAN, Jakarta. (Internet) http://Spirit.or.id/art/pdf/a/i056.pdf. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. (2009). Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2008-2009. Jakarta : Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI. Kementrian Kesehatan RI. (2011). Laporan Kasus HIV-AIDS se-Indonesia sampai dengan September 2011. Jakarta Notoatmodjo, S. (2003). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
S
A
T AR
_____________ (2003). Prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rhineka Cipta. _____________ (2005). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. _____________ (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. _____________ (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurmartono. (2006). Peran Perawat Indonesia dalam Pencegahan Peningkatan Kasus HIV/AIDS. Dalam http://nurse-stock.blogspot.com/2006/07/peranperawat-indonesia-dalam.html. Diaskes tanggal 6 Maret 2012, pukul 03.00 WIB Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV-AIDS : Asuhan Keperawatan Respon Social (keluarga dan peer group). Jakarta : Salemba Medika
AN
_______ (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan (Eds 2). Jakarta: Salemba Medika.
A
T AR
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Oetomo, D. (2004). Memberi Suara Pada yang Bisu. Yogyakarta : Pustaka Marwa
P AL A R E ER
PKBI-DIY. (2011). Laporan jumlah kelompok dampingan, Yogyakarta Puspitosari, H. (2005). Waria dan Tekanan Sosial. Malang : UMM Press
P
D N E Prihyugiarto, I. J (2005). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dan S Sikap E Terhadap Perilaku Seksual Pria Nikah Pada Remaja Di Indonesia: K I BKKBN ST Riwidikdo, H. (2009). Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihana. Solihin, O. (2005). Kepada Para Waria. Bogor : Al Azhar Press. Sopjan, M. (2006). Mereka Menyebutku waria. Yogyakarta :LKIS Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: C.V. Alfabeta. Sulistyo, dkk. (2010). MDGs (Millenium Development Goals) Sebentar Lagi. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara Sugiono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.
Suswardana, dkk. (2007). Infeksi Menular Seksual pada Komunitas Waria di Yogyakarta. Jakarta : Jurnal Kedokteran Indonesia Medika no. 7, 443-452 Suwarno, B. (2004). Transeksual Minoritas Yang Terlupakan. Jakarta : Kompas UNAIDS. (2011). A Quarter of a Century with AIDS. Dalam http://www.unaids.org/en/Regionscountries/Countries/Indonesia. Diaskes tanggal 17 Februari 2012, pukul 23.00 WIB. Wawan, A. (2010). Teori & Pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia.. Yogyakarta: Nuha Medika. WHO. (2007). Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2007-2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI WHO. (2010). Making the Case for Interventions Linking sexual and reproductive health and HIV in proposals to the Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria. Switzerland : WHO Document Production Services.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR