HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PIJAT BAYI DI BPS SUHARTATIK DESA KALIWATES KEMBANGBAHU Erni Arifa Muniro Yanti , Siti Solikhah Korespondensi: Siti Solikhah, d/a : STiKes Muhammadiyah Lamongan. Jl. Raya Plalangan Plosowahyu Lamongan Telp./Fax. (0322) 323457
ABSTRAK
Perilaku merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang kita lakukan sehari-hari. Perilaku disini mengenai pijat bayi. Pemijatan merupakan sentuhan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada anak, selain itu pijat bayi mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah meningkatan berat badan bayi. Oleh karena itu diharapkan orang tua bayi dapat melakukan pijat bayi. Dari pengamatan sesaat di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu sebanyak 60% ibu bayi tidak melakukan pijat bayi, sehingga diperlukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pijat bayi. Desain penelitian menggunakan studi korelation dengan pendekatan cross sectional, populasinya seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-7 bulan di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu. Pengumpulan data menggunakan data primer dengan kuesioner dan observasi berupa checklist. Besar sampel 36 orang, pemilihan sampel dilakukan dengan non probability sampling tipe consecutive sampling. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel silang, kemudian diuji menggunakan uji statistik spearman dengan α = 0,05. Hasil statistik uji spearman antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pijat bayi diperoleh rs hitung = 0,546 dan ρ = 0,001 berati ρ ≤ 0,05 artinya ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pijat bayi. Disini petugas kesehatan disarankan agar lebih memberikan penyuluhan-penyuluhan tetang pijat bayi kepada seluruh ibu yang mempunyai bayi sehingga para ibu bayi mengetahui dan dapat melakukan teknik pijat bayi. Kata kunci : Tingkat pengetahuan, perilaku ibu tentang pijat bayi. memberikan stimulus untuk pertumbuhan dan perkembangan bayinya salah satunya dengan memberikan stimulus taktil (Nursalam et al, 2005: 75). Kebutuhan stimulasi meliputi rangsangan yang terus menerus untuk merangsang semua sistem sensorik dan motorik. Salah satunya adalah dengan pijat bayi atau yang dikenal dengan stimulasi sentuh. Sentuhan dan pijat pada bayi segera setelah kelahiran merupakan kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk
1. PENDAHULUAN Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995:9). Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi (Nursalam et al, 2005:74). Untuk itu orang tua rela melakukan berbagai cara untuk memicu perkembangan bayinya secara optimal terlebih lagi saat bayi baru lahir, maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan Siti Solikhah STIKES Muhammadiyah Lamongan SURYA
16
VOL 2, NO.3, AGUSTUS 2009
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pijat Bayi mempertahankan rasa aman (Utami Roesli, 2002:2). Pijat bayi dapat dilakukan segera setelah bayi lahir, semakin cepat bayi dipijat akan semakin besar manfaatnya terlebih bila dilakukan setiap hari sampai bayi berumur 6 – 7 bulan (Jenny Gichara, 2006:57). Pengaruh positif atau manfaat pijat bayi sendiri bagi tumbuh kembang anak telah lama diketahui, manfaatnya antara lain dapat memberikan kekuatan pada otot-otot dan persendian bayi, mengurangi rasa sakit dan stress, memberikan rasa aman, memperbaiki sirkulasi darah dan menambah sistem kekebalan tubuh (Heath dan Bainbridge, 2006:12). Selain itu sangat berarti untuk persiapan tubuh dalam berbagai kegiatan serta meningkatkan gerakan dan ketenangan bayi (Kartika, 2008:101). Selain banyak manfaat untuk bayi, manfaat lain untuk ibu yang memijat yaitu dapat meningkatkan jalinan antara orangtua dan anak, mengembangkan kepekaan terhadap anak serta dapat membangun rasa percaya diri ibu dalam menangani bayinya (Heath dan Bainbridge,2006:12). Sedangkan menurut Kartika (2008:101), dapat membantu untuk melancarkan ASI sehingga dapat membantu kelancaran dalam produksi air susu maupun kemampuan ibu untuk mendapatkan ketenangan. Program pijat bayi sendiri di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu belum terprogram secara sistematis sedangkan pijat bayi sudah pernah dilakukan. Berdasarkan pengamatan sesaat yang dilakukan di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu pada tanggal 17 September didapatkan 10 ibu bayi, 4 orang atau 40% melakukan pijat bayi dan 6 orang atau 60 % lainnya tidak melakukan pijat bayi. Mengingat begitu banyaknya manfaat pijat bayi, maka pijat bayi sangat penting sehingga diharapkan ibu bayi dapat mengetahui dan mempelajari teknik pijat bayi, sedangkan sosialisasi tentang pijat bayi sudah dilakukan sejak dulu, hanya saja oleh para dukun bayi, meskipun demikian jika pemijatan dilakukan secara berlebihan tanpa dasar teori yang benar, ini justru membahayakan bagi bayi. Secara medis
SURYA
pijatan bayi oleh ibunya sendiri memiliki banyak manfaat. Untuk mewujudkan semua itu, maka diperlukan pengetahuan yang cukup bagi orang tua bayi karena dengan pengetahuan yang cukup khususnya tentang pijat bayi diharapkan para ibu bayi mempunyai perilaku untuk melaksanakan pijat bayi, sejalan dengan teori Soekidjo N (2003:121) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan Domain terpenting terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour). Dari latar belakang diatas, maka masalah penelitian adalah masih banyak ibu yang belum melakukan pijat bayi. Untuk itu pada penelitian ini peneliti membatasi pada faktor pengetahuan ibu tentang pijat bayi di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu. 2. METODE PENELITIAN Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji kesahihan hipotesis (Nursalam, 2003:211). Penelitian ini menggunakan desain korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Pada penelitian ini akan menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pijat bayi dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran variabel pada satu saat, artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali saja, dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut, jadi peneliti tidak melakukan tindak lanjut. 3. HASIL PENELITIAN a. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu.
17
Vol. 1, No, 3, Agustus 2009
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pijat Bayi Pendidikan Jumlah Persentase responden SD 9 25 SMP 12 33,3 SMA 13 36,1 PT 2 5,6 Total 36 100 Sumber : Data primer penelitian tahun 2008
Sumber : Data primer penelitian tahun 2008 Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar responden yang tidak bekerja sebanyak 25 orang (69,4%) dan hanya sebagian kecil bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 2 orang (5,6%). d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak Tabel 4.4 Distribusi responden sesuai dengan jumlah anak di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu Tahun 2008 Jumlah anak Jumlah Persentase 1 17 47,2 2 14 38,9 3 4 11,1 ≥3 1 2,8 Jumlah 36 100 Sumber : Data primer penelitian tahun 2008 Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai jumlah anak 1 sebanyak 17 orang (47,2%) dan hanya sebagian kecil yang mempunyai anak ≥ 3 yaitu sebanyak 1 orang (2,8%).
Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SMA yaitu sebanyak 13 orang (36,1%) dan sebagian kecil berpendidikan PT yaitu sebanyak 2 orang (5,6%). b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia. Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu. Usia responden Jumlah Persentase (tahun) ≤ 20 4 11,1 21-34 30 83,3 ≥ 35 2 5,6 Jumlah 36 100 Sumber : Data primer penelitian tahun 2008 Dari tabel diatas didapatkan sebagian besar responden berusia 21-34 tahun yaitu sebanyak 30 orang (83,3%), dan hanya sebagian kecil yang berumur ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5,6%).
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Bayi Tabel 4.5 Distribusi reponden sesuai dengan usia bayi diBPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu Tahun 2008 Usia bayi (bulan) Jumlah Persentase 0-1 10 27,8 2-3 9 25 4-5 10 27,8 6-7 7 19,4 Jumlah 36 100 Sumber : Data primer penelitian tahun 2008 Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai bayi usia 0-1 bulan dan 4-5 bulan masing-masing sebanyak 10 orang (27,8%), dan hanya sebagian kecil yang mempunyai bayi usia 6-7 bulan yaitu sebanyak 7 orang (19,4%).
c. Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis Pekerjaan. Tabel 4.3 Distribusi responden bedasarkan jenis pekerjaan di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu. Pekerjaan Jumlah Persentase PNS 2 5,6 Swasta 3 8,3 wiraswasta 5 13,9 buruh 5 13,9 Tidak bekerja 21 58,3 Jumlah 36 100
SURYA
18
Vol. 1, No, 3, Agustus 2009
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pijat Bayi
Karakteristik Berdasarkan Didapat. Dari jumlah seluruhnya pernah tentang pijat bayi orang (100%). f.
diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo N, 2003:121).
Responden Informasi Yang
Menurut Soekidjo N yang dikutip oleh Nursalam dan Siti pariani (2001:163), bahwa pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka akan semakin baik tingkat pengetahuan yang didapat karena pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan adanya seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Pada realita didapatkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (36,1%). Dengan pendidikan yang baik, maka informasi yang diperoleh akan mudah diterima dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Dari penjelasan diatas didapatkan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, selain itu juga bisa diperoleh dari usia, pengalaman dan informasi serta dipengaruhi oleh kebudayaan. Dimana dapat dilihat dalam penelitian ini bahwa sebagian besar umur responden adalah 21-34 tahun (83,3%) dan sebagian kecil adalah berumur ≥ 35 tahun (5,6%), pada rentang usia ini kemungkinan pengalaman terhadap aplikasi sehari-hari masih berkurang karena semakin cukup usia, tingkat kematangan akan berkembang secara optimal termasuk didalamnya pengalaman serta kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam & Siti pariani, 2001:134). Selain itu sebagian besar adalah ibu masih memiliki satu anak, jadi dapat dikatakan pengalaman ibu tentang perawatan bayi dalam hal ini mengenai pijat bayi masih kurang. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan pengalaman akan lebih lama membekas (Saifudin Azwar, 2002:31).
responden ternyata mendapat informasi yaitu sebanyak 36
g. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi. Tabel 4.7 Distribusi responden sesuai dengan sumber informasi yang didapat di BPS Suhartatik Kaliwates Kembangbahu Tahun 2008 Sumber informasi Jumlah Persentase Petugas 10 27,8 kesehatan Dukun bayi 9 25 Media massa 12 33,3 Orang lain 5 13,9 Jumlah 36 100 Sumber : Data primer penelitian tahun 2008 Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi dari media massa yaitu sebanyak 12 orang (33,3%), dan hanya sebagian kecil mendapatkan informasi dari orang lain yaitu sebanyak 5 orang (13,9%). 4. PEMBAHASAN Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan maka bagian ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sejak tanggal 20 November-19 Desember, pembahasan ini meliputi: a. Gambaran tingkat pengetahuan Pada tabel 4.8 Menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang pijat bayi. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia SURYA
19
Vol. 1, No, 3, Agustus 2009
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pijat Bayi Dari tabel 4.7 bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi dari media masa. Keluarga sangat berpengaruh besar terhadap suatu keputusan yang akan diambil, sedangkan keluarga disini adalah anggota keluarga yang mendapat informasi dari berbagai hal. Diantaranya yaitu budaya yang ada dalam kultur suatu masyarakat dan dapat pula diperoleh dari media masa. Teori menyebutkan bahwa kebudayaan adalah yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi system ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidpan seharihari kebudayaan itu bersifat abstrak (http://id.wikipedia.org/wiki/budaya). Kebudayaan merupakan faktor yang berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari karena kita hidup bersosial dan bermasyarakat, maka dari itu dalam hal ini kebudayaan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi ibu disini khususnya dalam melakukan pijat bayi. Sedangkan media masa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas (http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa). Sarana terpenting dalam masyarakat untuk memperoleh informasi. Berdasarkan fakta dan teori yang telah disebutkan bahwa budaya mempengaruhi pengetahuan seseorang maka budaya yang salah tentang praktik pemijatan bayi akan membuat ibu-ibu kurang pengetahuannya dalam mengaplikasikan pijat bayi. Begitu pula dengan media massa karena media massa merupakan sumber informasi yang mempengaruhi pengetahuan, jika seseorang itu lebih banyak membaca Koran, majalah atau menonton televisi maka semakin banyak pula informasi yang didapat, dalam hal ini tentang pijat bayi.
kemungkinan wawasan yang dimiliki responden tentang pijat bayi cukup luas juga, seperti yang kita ketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia ada dua yaitu faktor internal dan eksternal (Soekidjo N, 2003:120-121). Dari faktor internal mencakup tingkat kecerdasan dan pendidikan sedangkan faktor eksternal mencakup lingkungan tempat seseorang berada dan tinggal yang dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan bermain, serta lingkungan kerja. Kedua faktor ini saling mempengaruhi dan merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseoang. Pijat bayi merupakan suatu prosedur yang terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukan. Menurut Bloom yang dikutip oleh Soekidjo N agar seseorang dapat melakukan suatu prosedur dengan baik harus sudah ada pada tingkat pengetahuan aplikasi. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya. Seperti yang kita ketahui proses seseorang dalam berperilaku melalui beberapa tahap antara lain awareness, interest, evaluation, trial, adoption (Soekidjo N, 2003:121-122). Bila tahapan tersebut terlampaui dengan baik maka perilaku seseorang akan menjadi baik begitu juga sebaliknya. Dalam pembentukan perilaku dibutuhkan kesadaran dari masing-masing individu untuk menentukan pada perilaku mana akan berperilaku apakah pada perilaku baik, cukup, kurang atau tidak melakukan. Mengubah perilaku bukanlah hal yang mudah, kembali lagi pada kesadaran individu sendiri dan dari faktor lingkungan yang mempengaruhinya karena dua faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Tahap awal yang dilakukan untuk mengubah perilaku yang dalam hal ini berkaitan dengan pijat bayi bisa dengan pemberian informasi tentang bagaimana manfaat pijat bayi, dan bagaimana cara-cara memijat bayi. Ini tentu saja membutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, baik dari tenaga kesehatan maupun orang tua bayi sendiri. Dari petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhanpenyuluhan tentang pijat bayi, sedangkan dari orang tuanya sendiri diharapkan supaya
b. Gambaran perilaku ibu tentang pijat bayi. Bila ditinjau kembali dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian responden mempunyai perilaku yang cukup dalam melakukan pijat bayi. Kemungkinan hal ini disebabkan sebagian besar pendidikan responden adalah SMA, sehingga
SURYA
20
Vol. 1, No, 3, Agustus 2009
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pijat Bayi mempunyai perilaku untuk melakukan pijat bayi.
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
c. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pijat bayi Dari hasil uji Spearman Rank pada tabel 4.10 didapatkan ρ = 0,001 dimana ρ ≤ 0,05 sehingga H1 diterima, artinya terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pijat bayi. Dari data penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik jauh lebih memiliki perilaku yang baik, ibu dengan tingkat pengetahuan cukup justru tidak ada yang melakukan dan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang justru memiliki perilaku yang cukup dalam pijat bayi. Ibu yang mempunyai pengetahuan baik jauh memiliki perilaku yang baik tentang pijat bayi. Sesuai dengan teori Kuncoroningrat yang ditulis oleh Nursalam dan Siti Pariani yang menyatakan bahwa makin baik pengetahuan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga dapat timbul perilaku yang baik pula, sebaliknya pengetahuan yang kurang akan sulit menerima informasi sehingga timbul perilaku yang kurang bahkan tidak melakukan. Ibu yang mempunyai pengetahuan cukup justru tidak ada yang melakukan, dan Ibu yang mempunyai pengetahuan kurang justru mempunyai perilaku cukup tentang pijat bayi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena salah satu dari kedua faktor yang tidak terpenuhi baik faktor internal maupun eksternal dan budaya dimana mereka tinggal sangat berpengaruh terhadap perilaku yang akan muncul, atau dari dalam individu sendiri belum terjadi proses perilaku yang sempurna, sehingga walaupun seseorang yang pengetahuannya cukup belum tentu berperilaku cukup atau sebaliknya seseorang yang pengetahuannya rendah justru berperilaku cukup dalam pijat bayi. Sesuai dengan teori Soekidjo Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
SURYA
5. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang pijat bayi 2) Sebagian besar responden mempunyai Perilaku cukup tentang pijat bayi 3) Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang pijat bayi di BPS Suhatatik Kaliwates Kembangbahu. b. Saran Diharapkan bisa membuka kelas pijatan mengingat banyaknya manfaat pijat bayi serta dengan meningkatkan pemberian informasi tentang pijat bayi sehingga ibu bayi dapat mnetahui dan memahami pijat bayi serta mampu mengaplikaskan teknik pijat bayi dirumah. Bila melakukan penelitian hendaknya kuesioner diuji realibilitasnya, peneliti supaya mencari faktor lain yang berhubungan dengan pijat bayi dan hendaknya dilakukan ditempat yang berbeda dengan jumlah sampel dan waktu yang berbeda.
21
Vol. 1, No, 3, Agustus 2009
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Pijat Bayi DAFTAR PUSTAKA . 2001. Pedoman Pijat Bayi Edisi Revisi. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi aksara
. 1999. Pedoman Pijat Bayi. Jakarta : Trubus Agriwidya
Heath A, dan Bainbridge N. 2006. Baby Massage. Jakarta : Dian Rakyat.
Saifudin, Azwar. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka pelajar offset.
Jenny Gichara. 2006. Manfaat pijat untuk ibu hamil, Pasca Melahirkan dan Bayi. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
Soekidjo, N. 2003. Pendidikan & Perilaku Kesehatan Edisi I. Jakarta : Asdhi Mahasatya.
Kartika. 2008. Sehat Setelah Melahirkan. Rineka Cipta : Kawan kita
. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Nursalam, et al. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Suharsimi, Arikunto. 2006. Penelitian. PT Rineka Cipta
Prosedur
Turner R & Nanayakkara S. 2005. Pedoman Praktis Pemijatan Pada Bayi. Jakarta : Kharisma Publishing Group.
Nursalam & Siti Pariani. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Walker P. 2003. Pijat Bayi Untuk Pemula. Jakarta : Primedia Portaks.
Roesli U. 2001. Pedoman Pijat Bayi Prematur & bayi usia 0-3 bulan.
SURYA
22
Vol. 1, No, 3, Agustus 2009