HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIJAT OKSITOSIN DENGAN SIKAP IBU MELAKUKAN PIJAT OKSITOSIN DI BPM ISNA JUNAEDI AM.KEB DESA GEDANGAN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Diajukan untuk Ujian Akhir Program ndidikan D III Kebidanan
Disusun Oleh NOVITA ANDRIYANI NIM 0131680
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
ABSTRAK Novita Andriyani, 2016 ; Hubungan pengetahuan ibu nifas dengan sikap ibu melakukan pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Pembimbing 1.Heni Setyowati, SST., M.Kes 2. Kartika Sari, S.SiT, M.Keb Latar belakang mengacu pada target program pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara nasionalcakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai target. Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 60,7% dan di Kabupaten Semarang cakupan ASI ekslusif sebesar 44,30%.Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan Tujuan penelitianmengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas dengan sikap ibu melakukan pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Desain penelitianini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu nifas pada bulan juni di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang sebanyak 21 ibu nifas dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan uji kendall tau. Hasil penelitiansebagian besar pengetahuan responden cukup sebanyak 9 responden (42,9%), baik sebanyak 8 responden (38,1%) dan kurang sebanyak 4 responden (19,0%). Sebagian besar responden mempunyai sikap positif tentang pijat oksitoksin sebanyak 13 responden (61,9%) dan yang sikapnya negatif sebanyak 8 responden (38,1%). Ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan sikap melakukan pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang (p=0,009). Kesimpulan Bidan disarankan melakukan pijat oksitoksin dan menjelaskan manfaatnya kepada ibu sehingga pengetahuan ibu meningkat dan sikapnya positif terhadap pijat oksitoksin. Kata Kunci : pengetahuan, sikap, pijat oksitosin
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
1
ABSTRACT Novita Andriyani, 2016; The Correlation betweenn of Post-partum Mothers with Attitude to Do Oxytocin Massage in Independent Midwifery Practitioner(BPM) Isna Junaedi at Bandungan, Gedangan,Tuntang District, Semarang Regency. First Advisor : Heni Setyowati, SST., M.Kes, Second Advisor : Kartika Sari, S.SiT, M.Keb Background Referring to the target program in 2014 which was 80%, the nationwide coverage of exclusive breastfeeding of 52.3% has not reached the target.The percentage of exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 months old in Central Java in 2014 amounted to 60.7% and in the Semarang regency the coverage amounted to 44.30% exclusive breastfeeding . Oxytocin massage is a solution to overcome obstructed milk production. Oxytocin Massage is a massage along the spine (vertebrae) until to the fifthsixth costae bone and an attempt to stimulate the prolactin and oxytocin hormones after delivery. This study aimed to corelate postpartum mothers knowledge with mother's attitude to do oxytocin massage in BPM Isna Junaedi at Bandungan,, Gedangan, Tuntang District of Semarang regency. The research design was a correlation with cross sectional approach. The population in this study was all postpartum mothers in June in BPM Isna Junaedi at Bandungan Gedangan Tuntang District of Semarang regency as many as 21 postpartum mother with sampling technique using total sampling.. The research instrument used questionnaires. Data analysis used kendall tau. The results of the study showed that most of the respondents' knowledge was sufficient as many as 9 respondents (42.9%), good as many as 8 respondents (38.1%) and less good as many as 4 respondents (19.0%). Most of the respondents had a positive attitude about the massage oxytocin as many as 13 respondents (61.9%) and the negative attitude as many as 8 respondents (38.1%). There was a correlation between knowledge with attitude of postpartum mothers to do oxytocin massage in BPM Isna Junaedi at Bandungan Gedangan Tuntang District of Semarang regency (p = 0.009). Conclusion The midwife is advised to do oxytocin massage and explain the benefits to the mother so that the mother's knowledge increases and has a positive attitude toward oxytocin massage. Keywords: knowledge, attitude, oxcytocin massage PENDAHULUAN Latar Belakang Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari costa ke 5-6 sampai scapula akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Suherni, 2008; Suradi, 2006). Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelimakeenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
melahirkan (Roesli, 2009). Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu,mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007) . Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Faktor keberhasilan dalam pemberian ASI adalah komitmen ibu untuk memberikan 2
ASI, dilaksanakan secara dini (early initiation), posisi menyusui yang benar baik untuk ibu bayi, menyusukan atas permintaan bayi (on demand), dan diberikan secara eksklusif (Roesli, 2009). Mengacu pada target program pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara nasionalcakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai target (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 60,7% (Profil Kesehatan Jawa tengah, 2015) dan di Kabupaten Semarang cakupan ASI ekslusif sebesar 44,30% (Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, 2015). Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan anatomi puting, atau bayi enggan menyusu (Bahiyatun, 2008). Beberapa ibu postpartum tidak langsung mengeluarkan ASI setelah melahirkan karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam macam hormon yang berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruh oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli (Soetjiningsih, 2007). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan ibu nifas tentang pijat oksitosin sudah cukup hal ini di dapat di buktikan dengan ibu sudah mengetahui tentang pijat oksitosin, manfaat serta cara melakukan pijat oksitosin. Beberapa faktor yang mempengaruhi tentang pijat oksitosin adalah pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, sosial dan budaya. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010). Newcomb salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksaaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Beberapa masalah yang terjadi pada ibu nifas adalah pembekakan pada payudara, asi belum keluar hari ke 4, ibu takut untuk menyusui, puting susu lecet. Di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang di dapatkan data ibu nifas bulan desember- Januari 33 ibu nifas. Pemberian pijat oksitosin ini di lakukan oleh bidan pada saat kunjungan masa nifas. Hal ini bertujuan agar invousi uterus sesuai dengan hari masa nifasnya, mempelancar asi, sehingga ibu merasa nyaman saat masa nifas. Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada 8 ibu nifas di BPM Isna Junaedi Am, Keb. dari hasil wawancara kepada 8 orang ibu nifas didapatkan hasil 5 dari ibu nifas sudah mengetahui pengertian pijat oksitosin,manfaat dan cara melakukan pijat oksitosindan 3 ibu nifas belum mengetahui tentang pijat oksitosin. Hal ini di karenakan pengetahuan ibu yang kurang.sedangkan untuk sikap ibu, dari 8 ibu nifas, 5 ibu 3
menyikapi dengan baik dan setuju jika pada masa nifas dilakukan pijat oksitosin. Dan 3 orang ibu belum menyikapi dengan baik tentang pijat oksitosin dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu mengenai pijat oksitosin. Sehubungan dengan itu maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan ibu nifas dengan sikap melakukan pijat oksitoksin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Adakah hubungan pengetahuan ibu nifas dengan sikap ibu melakukan pijat oksitoksin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?” Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang pijat oksitosin. 2. Mengetahui sikap ibu melakukan pijat oksitosin 3. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu nifas dengan sikap ibu melakukan pijat oksitosin Metode Penelitian Hipotesis Penelitian Ada hubungan pengetahuan ibu nifas dengan sikap ibu melakukan pijat oksitosin. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional.. Populasinya adalah seluruh ibu nifas di semua ibu nifas di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang sebanyak 21 ibu nifas pada bulan juni 2016. Data diolah melauli tahap-tahap: editing, Scoring, coding, dan tabulating. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat berisi disrtibusi frekuensi dan presentase. Analisis bivariat menggunakan uji kendall tau. Etika penelitian dalam penelitian ini meliputi: Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Informend concent(lembar persetujuan responden),Anonymity (tanpa nama), danConfidentiality ( kerahasiaan). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1 Distribusi frekuensi pengeta huan ibu nifas tentang pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabu paten Semarang Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total
Frekuensi 4 9 8 21
Persentase (%) 19,0 42,9 38,1 100,0
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden cukup sebanyak 9 responden (42,9%), baik sebanyak 8 responden (38,1%) dan kurang sebanyak 4 responden (19,0%). Tabel 2 Distribusi frekuensi pengeta huan ibu nifas tentang pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabu paten Semarang Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total
Frekuensi 4 9 8 21
Persentase (%) 19,0 42,9 38,1 100,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden cukup sebanyak 9 responden (42,9%), baik sebanyak 8 responden (38,1%) dan kurang sebanyak 4 responden (19,0%).
4
Tabel 3 Hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan sikap melakukan pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabu paten Semarang . Sikap Pengetahuan Negatif Positif f % f % Kurang 4 100,0 0 0 Cukup 3 33,3 6 66,7 Baik 1 12,5 7 87,5 Jumlah 8 38,1 13 61,9
Jumla h p f % 4 100,0 0,009 9 100,0 8 100,0 21 100,0
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya kurang semua mempunyai sikap yang negatif untuk melakukan pijat oksitoksin sebanyak 4 responden (100,0%), responden yang berpengetahuan cukup sebagian besar mempunyai sikap positif melakukan pijat oksitoksin sebanyak 6 responden (66,7%) dan responden yang berpengetahuan baik sebagian besar mempunyai sikap positif melakukan pijat oksitoksin sebanyak 7 responden (87,5%). Hasil uji kendall tau didapat nilai p 0,009< =0,05 yang artinya Ha diterima sehingga ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan sikap melakukan pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Pembahasan 1. Pengetahuan ibu nifas tentang pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden cukup sebanyak 9 responden (42,9%). Pengetahuan cukup yang didapatkan dari hasil penelitian ini disebabkan responden telah mendapatkan informasi dari bidan mengenai pijat oksitoksin yaitu pijatan untuk merangsang ASI. Bidan memberikan konseling kepada responden saat melahirkan dan setelah melahirkan. Hasil penelitian
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
pengetahuan tentang pijat oksitoksin ada yang baik sebanyak 8 responden (38,1%). Pengetahuan baik dapat dilihat dari 100,0 % responden paling banyak menjawab benar pertanyaan no 4 dimana ibu mengetahui bahwa tujuan pijat oksitoksin memberikan kenyamanan dan relaksasi pada ibu, 90,5 % menjawab benar pertanyaan no 9 yaitu sebelum melakukan pijat oksitosin sebaiknya ibu cuci tangan terlebih dahulu dan no 9 yaitu kompres air panas untuk mengurangi rasa sakit. Pengetahuan seseorang dapat meningkat disebabkan penyerapan informasi yang baik. Hal ini didukung pendidikan responden dimana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menyerap informasi yang diberikan. Pendidikan responden menengah sebanyak 9 responden (42,9%) dan pendidikan tinggi sebanyak 2 responden (9,5%). Hasil penelitian pengetahuan tentang pijat oksitoksin ada yang kurang sebanyak 4 responden (19,0%). Pengetahuan kurang dapat dilihat dari pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah 81,0% menjawab salah pertanyaan no 15 dengan pertanyaan saat memijat Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan posisi duduk, 61,9% menjawab salah pertanyaan no 16 dengan pertanyaan pemijatan dilakukan dengan memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepala tangan dan 38,1% menjawab salah pertanyaan no 5 dengan pertanyaan manfaat pijat oksitoksin mengurangi pijat oksitoksin untuk mengurangi bengkak (engorgement). 2. Sikap melakukan pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap positif tentang pijat oksitoksin sebanyak 13 responden (61,9%). Sikap positif disebabkan ibu 5
pengetahuannya banyak yang cukup dan baik sehingga menganggap pijat oksitoksin baik untuk kesehatannya. Sikap tentang pijat oksitoksin dalam penelitian ini sebagian besar positif juga disebabkan ibu mengetahui manfaat dari pijat oksitoksin di karenakan bidan memberikan konseling tentang pijat oksitosin serta cara melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin juga boleh di lakukan dengan keluarga maupun suami saat di rumah. Sikap positif dilihat dari 28,6% sikapnya positif dengan menjawab sangat setuju pada pertanyaan no 2 dimana ibu sangat setuju bahwa pijat oksitoksin akan saya lakukan untuk merangsang hormone menyusui, no 9 dimana ibu setuju jika di pijat oksitosin untuk rasa nyaman dan rileks dan no 12 dimana saya setuju jika pijat oksitosin itu agar ASI saya lancar. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Hasil penelitian masih ada responden yang sikap nya negatif sebanyak 8 responden (38,1%). Sikap negatif terlihat pada 42,9% tidak setuju dengan pernyataan no 13 dimana akan melakukan pijat oksitoksin untuk mempertahankan produksi ASI, 38,1% tidak setuju dengan pernyataan no 7 dimana menurut ibu pemijaatan di lakukan oleh suami atau keluarga saya dan tidak setuju dengan pernyataan no 6 dimana ibu akan melakukan pijat oksitoksin untuk membantu rahim kembali seperti semula setelah melahirkan. 3. Hubungan pengetahuan ibu nifas dengan sikap melakukan pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan sikap melakukan pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Adanya hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan sikap Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
melakukan pijat oksitosin disebabkan pengetahuan responden yang sebagian besar cukup tentang pijat ok sitosin. Pengetahuan berhubungan dengan sikap agar diperoleh perilaku yang baik dalam pijat oksitoksin disebabkan pijat oksitoksin banyak kegunaannya bagi kelancaran ASI ibu Hal ini didukung penelitian oleh Nia Gustrian tahun 2015 tahun pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada pasien post secsio sesarea di ruangan nifas rumah sakit wilayah Makassar dimana hasilnya jumlah ASI yang dikeluarkan kelompok perlakuan rata – rata 1,89 cc sedangkan kelompok kontrol adalah rata–rata 0,95 cc Waktu pengeluaran ASI tidak lanjutkan penelitiannya karena semua sampel sudah mengeluarkan ASI 24 jam pertama post secsio sesaria dan penelitian. PENUTUP Kesimpulan 1. Sebagian besar pengetahuan responden cukup sebanyak 9 responden (42,9%), baik sebanyak 8 responden (38,1%) dan kurang sebanyak 4 responden (19,0%). 2. Sebagian besar responden mempunyai sikap positif tentang pijat oksitoksin sebanyak 13 responden (61,9%) dan yang sikapnya negatif sebanyak 8 responden (38,1%). 3. Ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan sikap melakukan pijat oksitosin di BPM Isna Junaedi Dusun Bandungan Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang (p=0,009). Saran 1. Bagi Responden Responden yang pengeta huannya kurang dan cukup diharapkanmeningkatkan pengetahuannya dengan mencari informasi baik dari tenaga kesehatan ataupun media lain tentang pijat oksitosin sehingga mempunyai sikap yang positif tentang pijat oksitoksin.
6
2. Bagi Bidan Bidan disarankan melakukan pijat oksitoksin dan menjelaskan manfaatnya kepada ibu sehingga pengetahuan ibu meningkat dan sikapnya positif terhadap pijat oksitoksin. 3. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan diharapkan menambah referensi tentang pijat oksitoksin sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian tentang pijat oksitoksin. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan penelitian yang terkait tentang pijat oksitoksin.
Notoatmodjo.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rhieneka Cipta ; 2010
DAFTAR PUSTAKA Arikunto.Prosedur penelitian Suatu Penelitian. Jakarta. Rhineka Cipta ;2010.
Riyanto. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuhha Mediak ;2011
Azwar
. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ;2013
Azwar.
Sikap Manusia, Teori dan pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ;2009
Bahiyatun. Buku Ajrar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta : EGC ; 2009 Dahlan. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta, Salemba Medika. Departemen Kesehatan RI. Pelatiha Konseling Meyusui Sejak Lahir sampai Enam Bulan hanya ASI saja. Jakarta : Departemen Kesehatan RI ;2007 Hidayat. Metode Penelitian Kecemasan. Surabaya : Kelapa Pariwara ;2014 Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhieneka Cipta ; 2010
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metode Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika ; 2008 Profil Kesehatan Indonesia 2015. Depkes RI Profil Kesehatan Jawa Tengah 2014. Jawa Tengah Profil Kesehatan Kab Semarang 2015. Semarang Riwidikdo. Statistika Kesehatan. Jogyjakarta : Mitra Cendekia Press; 2009.
Roesli.
ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu Media ; 2009.
Roesli. Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : Pustaka Bunda ; 2009. Saifudin. Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Saryono. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika ; 2011. Soetjiningsih ,ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC ;2007. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta ; 2009. Suherni. Perawatn Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya ;2008. Varney.Buku Ajar Asuahan Kebidanan. Jakarta : EGC ;2004. Wawan dan Dewi. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta. Medical Books ; 2011.
7