PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP ONSET LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A.Yani Yogyakarta
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S E K I
ST
D
N JE
A
T AR
Disusun Oleh: TRI PUSPITONINGRUM NPM 3208046
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012
HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP ONSET LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
SKRIPSI
Diajukan oleh: TRI PUSPITONINGRUM 08/3208046/PSIK Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
AN
A
A YAK K A OG
T AR
T ANI Y S U .Y Tanggal:.........................
Penguji,
RP
A L A
PEJENDER
Menyetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
S
E K I T
S
Retno Mawarti S.Pd.,M.Kes NIDN. 05-2805-5502
Ida Nursanti,S.Kep.,Ns.,MPH NIDN. 06-1904-7702
Mengesahkan, Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta
Dwi Susanti, S.Kep., Ns NIDN. 05-3005-8401 iii
Yanita Trisetiyaningsih S.Kep.,Ns NIDN. 05-0501-8201
THE INFLUENCE OF MASSAGE OXYTOCIN TO ONSET OF LACTATION IN MOTHER POST PARTUM IN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Tri Puspitoningrum1, Ida Nursanti2, Yanita Trisetiyaningsih3
ABSTRACT
Background: Profile Health of Indonesia in 2010 showed coverage of ASI exclusive in infants aged 0-5 months in Indonesia in 2009 reached 61,3%, while for the DIY reached 63,4% . One of the reasons are not given ASI in infants are breast-feeding mothers feel that ASI is issued less to the needs of infants. Massage oxytocin is one way to facilitate ASI. Study preliminary on the ward postnatal Alamanda RSUD Panembahan Senopati Bantul found that mother postpartum who gave birth normally do not do massage oxytocin in the morning or late afternoon, just get a mother postpartum on breast care and breast-feeding means good and true. When the researchers conducted a survey 6 of 8 his mother postpartum ASI out on the first day, breasts swollen, feels tight and hard. Research Objectives: Know the influence massage of oxytocin to the onset of lactation on mothers postpartum in RSUD Panembahan Senopati Bantul. Research Methods: The method in this study was experimental quasi (Quasi Experiment) and using the design of the Control Group Design. Samples were taken with a technique purposive sampling is the mother who gave birth in RSUD Panembahan Senopati Bantul as many as 40 people. The instrument sheet observation and results were analyzed with analize diskriptif and analize Chi Square. The results: Women who engaging massage oxytocin onset lactation two faster than those who do not do massage oxytocin with presentation result 69% and result Chi Square 7,025. Conclusion: There is effect a massage of oxytocin to the onset of lactation on mothers postpartum in RSUD Panembahan Senopati Bantul. Proposition : It better for postpartum mothers to gave oxytoxin so postpartum mother to have lactation onset faster.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
Keywords: massage oxytocin, onset of lactation
1
Nursing Student of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Health College Lecturer of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Health College 3 Lecturer of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Health College 2
iv
A
T AR
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP ONSET LAKTASI PADA IBU POST PARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Tri Puspitoningrum1, Ida Nursanti2, Yanita Trisetiyaningsih3
INTISARI Latar Belakang : Profil kesehatan Indonesia tahun 2010 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 61,3%, sedangkan untuk DIY mencapai 63,4%. Alasan tidak diberikan ASI pada bayi karena ibu menyusui merasa bahwa ASI yang dikeluarkannya kurang untuk kebutuhan bayi. Pijat oksitosin merupakan salah satu cara untuk melancarkan ASI. Studi pendahuluan di Bangsal Alamanda RSUD Panembahan Senopati Bantul didapatkan bahwa Ibu postpartum yang melahirkan secara normal tidak dilakukan pijat oksitosin di pagi atau sore hari, Ibu hanya mendapatkan perawatan payudara dan cara menyusui yang baik dan benar. Saat peneliti melakukan survey 6 dari 8 Ibu postpartum ASI nya keluar di hari pertama, payudara Ibu bengkak, terasa kencang dan keras. Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh pijat oksitosin terhadap onset laktasi pada Ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode Penelitian : Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan Control Group Design. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu ibu yang melahirkan di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebanyak 40 orang. Instrumen penelitian adalah lembar observasi dan hasil penelitian dianalisis dengan analisa diskriptif dan analisa data Chi Square. Hasil penelitian : Ibu yang dilakukan pijat oksitosin onset laktasinya lebih cepat dua kali dibandingkan ibu yang tidak dilakukan pijat oksitosin. Dengan prosentase hasil 69% dan hasil Chi Square 7,025. Kesimpulan : Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap onset laktasi pada ibu post partum di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Saran : Ibu post partum sebaiknya diberikan pijat oksitosin agar ibu memiliki onset laktasi yang cepat.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
Kata kunci : pijat oksitosin, onset laktasi
1
Mahasiswa PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Dosen PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 3 Dosen PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2
v
A
T AR
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Juli 2012
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
vi
A
T AR
Tri Puspitoningrum
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Onset Laktasi Pada Ibu Postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Skripsi ini dapat terselesaikan atas bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Dan pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. I. Edy Purwoko, Sp.B, selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2. Dwi Susanti,S.Kep.,Ns, selaku Ketua Prodi Keperawatan Stikes Jenderal
AN
Achmad Yani Yogyakarta atas bimbingan dan arahan yang telah
A YAK K A OG
diberikan.
3. Ida Nursanti,S.Kep.,NS.,MPH, selaku Pembimbing I atas segala waktu
T ANI Y S U .Y
untuk membimbing, memberikan arahan, semangat, serta motivasi kepada
P AL A R E ER
penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Yanita Trisetiyaningsih, S.Kep.,NS, selaku Pembimbing II atas segala
P
waktu untuk membimbing, arahan, masukan dalam penulisan, serta
D
N JE
semangat kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
S
E K I T
5. Kepada Ibu/Bapak seluruh staf pengajar, staf administrasi, bagian
S
pendidikan dan perpustakaan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah banyak membantu.
6. Ayahanda Jangkung Siswanto dan Ibunda tercinta Wartini yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan tiada hentinya mendoakan dengan tulus tiap detik waktu serta memberikan dukungan moril, materiil sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini. 7. Kakakku tersayang Uun Kristianto, Eny Handayani dan keponakan tercinta “Ajeng” yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.
vii
A
T AR
8. Seseorang yang berarti dalam hidupku Agus Setyawan yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini. 9. Teman – teman seperjuangan yang empat tahun telah menemaniku dalam suka duka dan membantu dalam Skripsi ini (Wulan, Riski, Eni, Alan, Kristina, Fitri, Danis, Yuni, Sinta, Esa, Dewi, Amel, dan A-Troyer) terima kasih buat dukungan dan semangat yang kalian berikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan usulan penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sehingga penyusunan Skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu keperawatan.
AN
Yogyakarta, Juli 2012
A YAK K A OG Penulis,
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
viii
Tri Puspitoningrum
A
T AR
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................……..ii HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................iii ABSTRACT……………………………………………………………………...iv INTISARI………………………………………………………………………...v HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………….. vi KATA PENGANTAR ..................................................................................…....vii DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ix DAFTAR TABEL..................................................................................................x DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1 A. Latar Belakang……………………………………………………………1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………...3 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………....3 1. Tujuan Umum…………………………………………………….3 2. Tujuan Khusus……………………………………………............3 D. Manfaat Penelitian………………………………………………………..4 E. Keaslian Penelitian……………………………………………………….5
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….8 A. Landasan Teori…………………………………………………………..8 1. Pijat Oksitosin…………………………………………………...8 2. Onset Laktasi…………………………………………………...11 3. Manajemen laktasi…………………………………………….. 23 4. Hubungan Pijat Oksitosin dan Onset Laktasi…………………. 24 B. Kerangka Teori……………………………………………………........25 C. Kerangka Konsep…………………………………………………........26 D. Hipotesa……………………………………………………………….. 26
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………..27 A. Rancangan Penelitian…………………………………………………..27 B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………......27 C. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………......27 D. Variabel Penelitian…………………………………………………......29 E. Definisi Operasional……………………………………………….......30 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data………………………………….31 G. Metode Pengolahan dan Analisa Data…………………………….......33 H. Etika Penelitian……………………………………………………….. 33 I. Pelaksanaan Penelitian………………………………………………...34
ix
A
T AR
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….....36 A. Hasil Penelitian……………………………………………………….36 B. Pembahasan…………………………………………………………..41 C. Keterbatasan Penelitian………………………………………………46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….....47 A. Kesimpulan…………………………………………………………...47 B. Saran………………………………………………………………….47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
x
A
T AR
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian……………………………..30 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden………………………..39 Tabel 4.2 Pengukuran Lama Onset Laktasi……………..………………………41 Tabel 4.3 Jumlah Rata – Rata Onset Laktasi………...…………………………. 41 Tabel 4.4 Onset Laktasi………………………………………………………….42
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
xi
A
T AR
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori…………………………………………………….25 Gambar 2.2 Kerangka Konsep………………………………………………….26
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
xii
A
T AR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Skripsi Mahasiswa Tahun Akademik 2011/2012 Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Inform Consent Lampiran 4. Tabulasi Data Kelompok Eksperimen Lampiran 5. Tabulasi Data Kelompok Kontrol Lampiran 6. Lama Onset Laktasi Per 12 Jam Lampiran 7. Jumlah rata- rata lama Onset Laktasi Lampiran 8. Frequency Table Lampiran 9. Crosstabs Lampiran 10. Lembar Observasi Lampiran 11. Pedoman Pelaksanaan Perawatan Payudara
Lampiran 13. Persetujuan Judul Skripsi
T ANI Y S U .Y
Lampiran 14. Lembar Bimbingan Proposal Skripsi
P AL A R E ER
Lampiran 16. Dokumentasi
P
S
E K I T
D
N JE
S
xiii
A
T AR
A YAK K A OG
Lampiran 12. Cara Menstimulasi Refleks Oksitosin
Lampiran 15. Surat Izin
AN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tuhan menciptakan perempuan dengan memberikan anugerah yaitu untuk dapat mengandung, melahirkan dan menyusui. Kodrat yang diberikan kepada perempuan adalah salah satunya ditandai oleh payudara yang bermanfaat untuk menyusui anak ketika ia sudah dilahirkan, dan semua perempuan berpotensi untuk menyusui anaknya (Sidi, 2007). Saat melahirkan dan minggu pertama melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar seperempat dan separuh kematian bayi berumur kurang dari satu tahun terjadi dalam minggu pertama. Untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir, ASI
AN
diberikan segera setelah lahir dan diberikan secara eksklusif. ASI eksklusif adalah
A
RT pemberian ASI sejak bayi dilahirkan sampai sekitar 6 bulan. Selama itu bayi tidak A AairKjeruk, air Y diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, OG Y teh, madu, dan air putih. I AN tahun 2005-2006 hanya Menurut Survei Demografi KesehatanYIndonesia . A ada empat persen bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya. Salah L A pada bayi adalah para ibu menyusui merasa RASI satu alasan tidak diberikannya E ND kurang untuk kebutuhan bayi. Hal tersebut juga bahwa ASI yang dikeluarkanya E J S ibu diikuti dengan post partum yang melakukan perawatan payudara secara E K I khusus ST yang bertujuan untuk memaksimalkan agar ASI yang keluar dapat
A K A
T S U
P R E
P
maksimal tapi juga masih belum sepenuhnya dilakukan, sehingga kuantitas ASI yang dikeluarkanpun tidak maksimal. Profil kesehatan Indonesia tahun 2010 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 61,3% angka ini termasuk dalam tingkatan bawah di Negara – Negara Asia, sedangkan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 63,4% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Mengingat begitu pentingnya peran dari ASI, maka pemerintah mendukungnya dengan undang – undang antara lain pada Pasal 128 Undang – undang No.39/2009 tentang kesehatan yang isinya: 1) Setiap
2
bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. 2) Selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. 3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan di tempat sarana umum (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). ASI atau Air Susu Ibu merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi yang komposisinya tidaklah sama selama periode menyusui dan sebagai sumber makanan yang terbaik karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes, 2004). ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindarkan bayi dari berbagai penyakit. Banyaknya manfaat dan pentingnya ASI, maka seorang ibu
AN
dan tenaga kesehatan harus memperhatikan kecukupan ASI pada bayi. Oleh
A
T R karena itu, disini peran seorang ibu harus dipersiapkan sebaik mungkin pada A K Anatal. Y proses laktasi baik pada masa prenatal maupun pada masa post Salah G YibuOnifas. Onset laktasi satunya adalah melakukan perawatan payudara pada I N A adalah masa permulaan untuk memperbanyak air susu sampai air susu keluar Y . pertama kali atau persepsi ibu kapanLairA susunya keluar (come in) yang ditandai A sampai air susu atau kolostrum keluar Rbengkak payudara terasa keras, berat, E NDBanyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI (Hruschka et al, 2003). E S Jmakanan Ibu, ketenangan jiwa dan fikiran, penggunaan alat antara lainEfaktor IK perawatan payudara, anatomis buah dada, fisiologi, faktor istirahat, T kontrasepsi, S
A K A
T S U
P R E
P
faktor isapan anak, faktor obat – obatan. Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin dimana kedua hormon ini sangat berpengaruh terhadap pengeluaran dan produksi ASI (Soetjiningsih, 2007). Salah satu cara untuk melancarkan ASI adalah dengan pijat oksitosin. Pijat oksitosin menstimulasi sekresi oksitosin, yaitu hormon yang mengalirkan ASI. Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada
3
kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Hasil penelitian yang menguatkan pernyataan tersebut dilakukan oleh Hidayati (2008) di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil penelitian diketahui adanya pengaruh perawatan payudara terhadap produksi ASI. Berdasarkan studi pendahuluan di Bangsal nifas Alamanda RSUD Panembahan Senopati Bantul pada bulan Februari 2012 didapatkan bahwa Ibu postpartum yang melahirkan secara normal tidak dilakukan pijat oksitosin di pagi hari atau sore hari, Ibu postpartum hanya mendapatkan perawatan payudara dan cara menyusui yang baik dan benar. Saat peneliti melakukan survey 6 dari 8 Ibu postpartum ASI nya keluar di hari pertama, payudara Ibu bengkak, terasa kencang dan keras. Mengingat praktek pijat oksitosin berkaitan dengan onset laktasi maka
AN
penulis ingin mengetahui apakah pijat oksitosin berkaitan dengan kelancaran
A
RT dalam pengeluaran ASI. Melalui penelitian ini penulis akan melihat pengaruh A AK Y pijat oksitosin terhadap onset laktasi pada ibu post partum OG Y I N A B. Rumusan Masalah .Y A Berdasarkan latar belakang yang L diambil di atas, rumusan masalah dalam A penelitian ini adalah “Bagaimana ER pengaruh pijat oksitosin terhadap onset laktasi D pada ibu post partum EdiNRSUD Panembahan Senopati Bantul?”. J S E K I C. Tujuan Penelitian ST
A K A
T S U
P R E
P
1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus a. Diidentifikasi onset laktasi pada ibu post partum yang dilakukan pijat oksitosin di RSUD Panembahan Senopati Bantul. b. Diidentifikasi onset laktasi pada ibu postpartum yang tidak dilakukan pijat oksitosin di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
4
c. Diketahui pengaruh
pijat oksitosin terhadap onset laktasi pada ibu
postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul. D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis a. Bagi Praktik Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi dan masukan bagi perawat terutama perawat maternitas di bangsal Alamanda atau bangsal nifas untuk menerapkan pijat oksitosin pada ibu post partum dalam asuhan keperawatan maternitas. b. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang
AN
laktasi dan peneliti dapat mengetahui seberapa besar hubungan pijat
A
RT oksitosin terhadap onset laktasi pada ibu postpartum di A RSUD AK Panembahan Senopati Bantul. Y OG c. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Y I AN tambahan informasi bagi Hasil penelitian ini dapat dijadikanY sebagai . A tenaga pendidik keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan L RA pengetahuan peserta didik tentang pengaruh maternitas untuk menambah E D N pijat oksitosin terhadap onset laktasi pada ibu post partum. E SJ d. Bagi Ibu E TIK
A K A
T S U
P R E
P
S
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi ibu dalam pentingnya pemberian ASI eksklusif dan meningkatkan pengetahuan ibu bahwa ASI mengandung zat gizi yang paling sempurna baik jumlah dan kualitas serta mencukupi kebutuhan gizi bayi.
2. Secara Praktis Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit, Bidan Praktek Swasta, klinik bersalin dan khususnya RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam menerapkan pijat oksitosin terhadap onset laktasi pada ibu post partum.
5
E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap onset laktasi pada ibu post partum belum pernah dilakukan sebelumnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul, sehingga keaslian dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Adapun penelitian yang sudah pernah dilakukan dan sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian oleh 1. Chapman and Escamilla. (2000), berjudul “Maternal Preception of the Onset Lactation Is a Valid, Public Health Indicator of Lactogenesis Stage II”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah saat terjadinya onset laktasi dapat digunakan sebagai indicator terjadinya laktogenesis tahap II. Cara pengambilan sampel dengan cara random dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi ibu terhadap onset
AN
laktasi dapat dijadikan sebagai indicator terjadinya laktogenesis tahap II.
A
RdanT Persamaan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada onset laktasi dan A K Asampel Y pada jenis penelitiannya yaitu dengan observasional. Desain dan yang G O postpartum dengan Yibu digunakan berbeda, penelitian ini menggunakan sampel I AN menggunakan sampel ibu persalinan sesar dan penelitian yang akan Y dilakukan . ADan postpartum dengan persalinan normal. dari tujuan penelitiannya pun juga L A berbeda. ER D N E J 2. Mardiyaningsih. (2007) berjudul “Efektifitas Kombinasi Teknik Marmer dan Pijat S E Oksitosin IK Terhadap Produksi ASI Ibu Post Seksio di Rumah Sakit Wilayah Jawa T S
A K A
T S U
P R E
P
Tengah”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas teknik marmer dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI Ibu post seksio sesar. Hasil
penelitian ini membuktikan ada perbedaan proporsi kelancaran produksi ASI antara kelompok kontrol dan intervensi dengan p value = 0,000 dan ibu post seksio sesarea yang diberikan kombinasi teknik marmer dan pijat oksitosin berpeluang 11,5 kali lebih besar untuk mempunyai produksi ASI lancar dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR=11,50). Persamaan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada pijat oksitosin dan jenis penelitian quasy eksperimen serta rancangan penelitian yaitu with control group. Sampel yang digunakan berbeda, dan teknik pengambilan sampel
6
dengan non probability sampel, penelitian ini menggunakan sampel ibu dengan persalinan sesar dan penelitian yang akan dilakukan menggunakan sampel ibu postpartum dengan persalinan normal. Dan dari tujuan penelitiannya pun juga berbeda. 3. Hidayati. (2008), berjudul “Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Produksi ASI Ibu Postpartum”. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mengetahui apakah ada pengaruh perawatan payudara terhadap produksi ASI Ibu. Berdasarkan hasil uji didapatkan hasil p = 0,003 karena nilai P dengan taraf kesalahan 0.05 lebih kecil maka disimpulkan bahwa ada pengaruh perawatan payudara terhadap produksi ASI ibu post partum. Persamaan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada tujuan dan rancangan pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling dan dengan instrument
AN
observasional. Sampel yang digunakan berbeda, penelitian ini menggunakan
A
RT sampel ibu primipara dan multipara sedangkan penelitian yang akan dilakukan A AK Y menggunakan sampel ibu postpartum dengan persalinan normal. OGPraktik Pemberian Y 4. Hatini. (2011) berjudul “Pengaruh Onset Laktasi Terhadap NIpenelitian ini adalah untuk A ASI Pada Neonatus di Palangkaraya”. Tujuan dari Y . A mengetahui pengaruh onset laktasi L terhadap praktik pemberian ASI. Hasil A penelitian ini membuktikan ERada hubungan yang bermakna antara onset laktasi D dengan pemberian ENASI pada neonates (RR=1,9 ;95%CI=1,05-3,49) dengan J Svariabel paritas, metode persalinan dan inisiasi menyusui dini mengontrol E K TI memberikan konstribusi sebesar 8% terhadap pemberian ASI pada Sdapat
A K A
T S U
P R E
P
neonatus. Persamaan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada onset laktasi dan dalam pengumpulan data yaitu dengan lembar observasi. Sampel yang digunakan berbeda, penelitian ini menggunakan sampel ibu yang mempunyai bayi yang berusia 0 bulan sampai 1 bulan dan penelitian yang akan dilakukan menggunakan sampel ibu postpartum dengan persalinan normal dan dari variabel penelitian yang dimana penelitian sebelumnya menggunakan onset laktasi sebagai variabel independen, sedangkan pada penelitian ini peneliti
7
menggunakan onset laktasi pada variabel dependen Dan dari tujuan penelitiannya pun juga berbeda
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul merupakan institusi kesehatan terbesar di Kabupaten Bantul berlokasi di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, No 14 Bantul, berdiri di atas lahan seluas 2,5 ha dengan luas bangunan 8.350 m2, dengan usulan pengembangan perluasan sebesar 11.800 m2. Untuk mewujudkan visinya yaitu “Terwujudnya Rumah Sakit Yang Unggul Dan Menjadi Pilihan Utama Masyarakat Kabupaten Bantul dan
AN
Sekitarnya”, RSUD Panembahan Senopati Bantul senantiasa melakukan
A YAK K A OG
tempat tidur di ruang rawat inap. Jumlah tempat tidur per tanggal 2 April 2012
T ANI Y S U .Y
mengalami peningkatan dari tahun lalu yang sebanyak 266 tempat tidur menjadi sebanyak 289 tempat tidur. Hal ini seiring dengan motto RSUD
P AL A R E ER
Panembahan Senopati Bantul yang mengutamakan kepuasan Klien. Motto
P
RSUD Panembahan Senopati Bantul yaitu “Kepuasan Anda adalah
D
N JE
Kebahagiaan Kami”.
A
T AR
peningkatan. Salah satu peningkatannya yaitu dengan menambah jumlah
S E K TI 11 ruang rawat inap, 12 unit instalasi pendukung, selain itu sumber daya Sjalan, RSUD Panembahan Senopati Bantul memiliki 15 unit klinik rawat
manusia yang cukup lengkap memberikan pelayanan bermutu dan terjangkau.
RSUD Panembahan Senopati Bantul menyediakan dua bangsal yang digunakan untuk merawat ibu postpartum yaitu Bangsal Alamanda 2 dan Bangsal Alamanda 3. Bangsal Alamanda 2 merupakan ruang rawat inap untuk ibu postpartum dengan bayi bermasalah. Sedangkan Bangsal Alamanda 3 merupakan ruang rawat inap untuk ibu postpartum dengan bayinya (rawat gabung). Bangsal Alamanda 3 memiliki 12 kamar, jumlah bed 28, jumlah bidan 13 orang, jumlah dokter 3 orang, jumlah perawat 7 orang, jumlah pramusaji 2 orang. Populasi ibu yang melahirkan pada bulan Mei berjumlah
37
211 pasien dan pada bulan Juni berjumlah 197 pasien. Bangsal ini dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan pengamatan dibangsal Alamanda 3 sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian tentang pijat oksitosin dan merupakan bangsal rawat gabung ibu postpartum dengan bayinya yang sehat. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian terhadap 40 orang ibu postpartum dan bayinya di RSUD Panembahan Senopati Bantul, diperoleh karakteristik responden sebagai berikut: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Postpartum dan Bayi di RSUD Panembahan Senopati Bantul Karakteristik Karakteristik Ibu Umur 20-29 tahun 30-40 tahun
Kontrol F %
KA
AN
16 4
80,0 20,0
13 7
65,0 35,0
12 8
60,0 40,0
10 10
50,0 50,0
11 9
55,0 45,0
8 12
30,0 60,0
11 9
55,0 45,0
BBL 2000-2950 gram 3000-4000 gram
8 12
40,0 60,0
8 12
40,0 60,0
Jumlah
20
20
100
Status pekerjaan IRT Ibu pekerja
PEJENDER Karakteristik Bayi Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
S
E K I T
19 1
95,0 5,0
A
T AR
K
A GY
A I YO T S AN
U A. Y P R AL
Usia kehamilan 37-39 minggu 40-42 minggu
S
Eksperimen F %
Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul berumur 20-29 tahun sebanyak 35 orang (87,5%). Umur sebagian besar ibu postpartum pada kelompok kontrol 20-29 tahun sebanyak 16 orang (80%). Umur sebagian besar ibu postpartum pada kelompok eksperimen 20-29 tahun sebanyak 19 orang (95%).
38
Status pekerjaan ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar adalah ibu rumah tangga sebanyak 25 orang (62,5%). Status pekerjaan ibu postpartum pada kelompok kontrol dan eksperimen yaitu 13 orang (65%) dan 12 orang (60%). Usia kehamilan ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar adalah 37-39 tahun sebanyak 21 orang (52,5%). Usia kehamilan ibu postpartum pada kelompok kontrol adalah 37-39 tahun dan 40-42 tahun masing-masing sebanyak 10 orang (50%). Usia kehamilan ibu postpartum pada kelompok eksperimen sebagian besar 37-39 tahun sebanyak 11 orang (55%). Sebagian besar bayi di RSUD Panembahan Senopati Bantul berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (47,5%). Jenis kelamin sebagian besar bayi pada kelompok kontrol adalah perempuan sebanyak 12 orang (60%). Jenis
AN
kelamin sebagian besar bayi pada kelompok eksperimen adalah laki-laki sebanyak 11 orang (55%).
A YAK K A OG
Berat badan bayi di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar
T ANI Y S U .Y
adalah 3000-4000 gram sebanyak 24 orang (60%). Berat badan sebagian besar
P AL A R E ER
bayi pada kelompok kontrol 3000-4000 gram sebanyak 12 orang (60%). Berat badan bayi pada kelompok eksperimen 3000-4000 gram sebanyak 12 orang
P
(60%).
D
N JE
S E K TI dan yang tidak Dilakukan Pijat Oksitosin RSUD Panembahan SOksitosin
3. Pengaruh Onset Laktasi pada Ibu Postpartum yang Dilakukan Pijat
Senopati Bantul Hasil pengukuran onset laktasi pada ibu postpartum yang dilakukan pijat oksitosin dan yang tidak dilakukan pijat oksitosin di RSUD Panembahan Senopati Bantul, jumlah sampel 40 ibu postpartum yang dibagi menjadi dua kelompok, 20 kelompok kontrol dan 20 kelompok eksperimen yang disajikan pada tabel berikut:
A
T AR
39
Tabel 4.2. Lama Onset Laktasi Dalam % No 1 2 3 4 5 6
Eksperimen 2 x 12 3 x 12 4 x 12 5 x 12 6 x 12 7 x 12
Responden (%) 20 20 35 10 10 5
Kontrol 3 x 12 4 x 12 5 x 12 6 x 12 7 x 12 -
Responden (%) 10 10 30 10 40 -
Tabel 4.3. Jumlah rata – rata lama Onset Laktasi Per 12 Jam Jumlah Rata – rata
Eksperimen 46,2 jam 67,2 jam – 46,2jam =
Kontrol 67,2 jam 21 jam (2 x lebih cepat)
46,2 / 67,2
0,69 (69 %)
=
Tabel 4.4. Onset Laktasi Pada Ibu yang dilakukan pijat dan yang tidak dilakukan pijat Onset laktasi Dilakukan Pijat Lambat Cepat Tidak Dilakukan Pijat Lambat Cepat Jumlah Sumber: Data Primer Tahun 2012
A K A 1 19
U A. Y P R AL
I AN
8 12 20
A
RT Prosentase (%) A AK Y OG 5,0
Frekuensi
ST
PEJENDER
AN
Y
95,0
40,0 60,0 100
S menunjukkan bahwa lama onset laktasi pada ibu postpartum Pada tabel.4.2 E K I kelompok ST kontrol sebanyak 40% selama 7x12 jam, 30% (5x12 jam), 10% (3 x 12 jam), 10% (6x12 jam), dan 10% onset laktasinya keluar selama 4x12 jam. Pada kelompok eksperimen sebanyak 35% selama 4x12 jam, sebanyak 20% (3x12jam), 20% (2 x 12 jam), 10% (5x12 jam), 10% (6x12jam), 5% (7 x12 jam). Pada tabel 4.3 menunjukkan rata-rata lama onset laktasi pada kelompok kontrol adalah 67,2 jam, sedangkan pada kelompok eksperimen lama onset laktasinya adalah 46,2 jam. Onset laktasi pada kelompok eksperimen prosentasenya 100% (46,2 jam) dan pada kelompok kontrol 67,2% didapatkan selisih hasil 21 jam. Hal tersebut berarti bahwa Ibu yang dilakukan pijat oksitosin
40
mempunyai onset laktasi 2 kali lebih cepat dibandingkan pada ibu yang tidak diberikan pijat oksitosin. Pada tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar ibu postpartum yang dilakukan pijat oksitosin di RSUD Panembahan Senopati Bantul memiliki onset laktasi cepat sebanyak 19 orang (95%), sedangkan yang memiliki onset laktasi lambat sebanyak 1 orang (5%). Dan sebagian besar ibu postpartum yang tidak dilakukan pijat oksitosin di RSUD Panembahan Senopati Bantul memiliki onset laktasi cepat sebanyak 12 orang (60%), sedangkan yang memiliki onset laktasi lambat sebanyak 8 orang (40%).
4. Hubungan Pijat Oksitosin terhadap Onset Laktasi pada Ibu Postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul
AN
Untuk mengetahui hubungan pijat oksitosin terhadap onset laktasi pada
A
T R ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul menggunakan uji ChiA AK Y Square yang hasilnya disajikan pada table berikut: OG Y Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Chi-Square Hubungan Pijat Oksitosin Terhadap I N Onset Laktasi Pada Ibu Postpartum di RSUD A Panembahan Senopati Bantul Y . Total Pijat Onset laktasi X pCoeff A L Oksitosin Lambat Cepat hitung value A F % FR % F % E D N 12 30,0 20 50,0 7,025 0,008 0,387 Tidak 8 E20,0 Ya 2,5 19 47,5 20 50,0 S 19J 22,5 Total 31 77,5 40 100 E K I ST Tabel 4.5 menunjukkan nilai Chi-Square sebesar 7,025 dan nilai
A K A
T S U
RP
PE
2
signifikan 0,008, dan nilai koefisiennya didapatkan 0,387 (rendah). Hal ini menunjukkan pijat oksitosin berhubungan dengan onset laktasi pada ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
41
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden Usia responden yang tergolong produktif dapat mendukung seseorang untuk mendapatkan pengetahuan yang baik, hal ini disebabkan karena usia yang produktif memiliki pengalaman yang lebih banyak dan antusias yang tinggi untuk mendapatkan informasi yang lebih. Pernyataan ini didukung dari hasil penelitian didapatkan dimana usia responden sebagian besar berusia 2029 tahun sebanyak 16 responden (80%). Menurut Manuaba (2001), usia paling baik untuk melahirkan adalah usia 20-35 tahun. Melahirkan pada usia muda dapat menimbulkan akibat yang buruk bagi kesehatan ibu dan bayinya. Sedangkan melahirkan pada usia lebih dari 35 tahun memiliki resiko
AN
menurunya fungsi alat dan hormon reproduksi. Menurunnya hormon
A
RT reproduksi berpengaruh pada proses pengeluaran ASI sehinggaAdapat AK Y menyebabkan Ibu mengalami onset laktasi yang lama. G YO Bantul sebagian Status pekerjaan ibu di RSUD PanembahanI Senopati AN(62,5 %). Ibu rumah tangga besar adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 25Y orang A.cepat karena lebih rutin melakukan mempunyai onset laktasi yang L lebih RA informasi tentang laktasi dari tenaga antenatal care dan mendapatkan E D Nmemungkinkan kesehatan sehingga pengetahuan ibu tentang kehamilan dan E J S cara meningkatkan ASI lebih banyak dibanding dengan ibu yang sibuk dengan E K I T Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang ASI akan menjadikan Sbekerja.
A K A
T S U
P R E
P
Ibu lebih siap dalam menyusui (Notoatmojo, 2003). Usia kehamilan ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar adalah 37-39 tahun sebanyak 21 orang (52,5%). Menurut Manuaba (2001), umur kehamilan matur adalah umur kehamilan yang sudah mencapai 37 minggu atau lebih. Bayi yang dilahirkan pada umur kehamilan matur mempunyai peluang lebih besar dalam praktik menyusui secara penuh dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan premature. Umur kehamilan menentukan keberhasilan praktik menyusui dalam satu bulan pertama (Qui et al., 2009). Bayi yang dilahirkan pada umur kehamilan matur (≥37 minggu)
42
mempunyai
peluang lebih
besar
dalam
praktik
menyusui
eksklusif
dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan premature (≤37 minggu). Hal ini karena kemampuan tubuh bayi yang dilahirkan matur lebih optimal untuk beradaptasi termasuk metabolisme tubuh bayi dalam menyerap zat gizi yang didapatkan dari ASI. Bayi yang dilahirkan matur mempunyai kemampuan menghisap lebih baik dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan prematur. Berat badan bayi di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar adalah 3000-4000 gram sebanyak 24 orang (60%). Berat bayi lebih dari 3600 gram dapat mempengaruhi onset laktasi. Menurut Dewey et al. (2003), berat bayi lahir yang lebih dari 3600 gram pada ibu primipara dapat terjadi keterlambatan onset laktasi. Onset laktasi yang terlambat diduga karena bayi yang terlalu besar dapat menyulitkan dalam proses persalinan sehingga
AN
membuat proses persalinan semakin lama dan meningkatkan kecemasan pada
A
RT ibu dan bayi dan dapat menghambat produksi oksitosin yang berpengaruh tidak A AK Y sempurnanya reflek let down untuk mengeluarkan ASI. OG Y I N A 2. Onset Laktasi pada Ibu Postpartum yang . YDilakukan Pijat dan yang Tidak A Dilakukan Pijat Oksitosin L A Peneliti ini mencoba ERuntuk melihat pengaruh pijat oksitosin terhadap D onset laktasi pada ENibu postpartum. Peneliti memberikan intervensi pijat J S kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol hanya oksitosin pada E K I SdiT observasi saja. Pada kelompok eksperimen peneliti melakukan pijat
A K A
T S U
P R E
P
oksitosin sebanyak 4 kali selama 2 hari kemudian di observasi onset laktasinya. Berdasarkan analisis pengamatan menunjukkan lama onset laktasi pada kelompok kontrol adalah 7x12 jam (40 %), dan pada kelompok eksperimen lama onset laktasinya adalah 4 x 12jam (35%). Dari hasil diatas Ibu yang dilakukan pijat oksitosin mempunyai onset laktasi lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak diberikan pijat oksitosin. Hasil observasi saat pengumpulan data ditemukan ada ibu yang dilakukan pijat oksitosin tapi onset laktasinya lambat dan Ibu yang tidak diberikan pijat oksitosin tapi onset laktasinya cepat. Pada ibu primipara
43
menyusui merupakan pengalaman pertama sehingga ada ibu yang cenderung tidak mengetahui cara yang baik dan benar dalam menyusui. Frekuensi menghisap dapat mempengaruhi onset laktasi hal ini berkaitan dengan proses pembentukan ASI (reflek prolaktin dan let down). Frekuensi bayi dalam menyusu sangat mempengaruhi dimana semakin sering bayi menyusu maka kemampuan stimulasi hormon dan kelenjar payudara semakin sering sehingga produksi ASI semakin banyak. Maka direkomendasikan untuk frekuensi penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan. Dan ASI keluar dengan baik karena ibu dalam kondisi rileks dan nyaman (Proverawati dan Rahmawati 2010). Onset laktasi adalah masa permulaan untuk memperbanyak air susu sampai air susu keluar pertama kali atau persepsi ibu kapan air susunya keluar
AN
(come in) yang ditandai payudara terasa keras, berat, bengkak sampai air susu
A
T R atau kolostrum keluar (Hruschka, et al., 2003). Periode postpartum dini (0-2 A AK Selama Y hari setelah bayi lahir) adalah waktu yang kritis untuk menyusui. OG Y periode ini pengalaman ibu berada pada masa transisi yaitu produksi kolostrum I N yang sedikit biasanya terjadi 2-3 hari setelah YApersalinan sampai air susu ibu . A masyarakat, onset laktasi dapat keluar banyak. Dari perspektif L kesehatan RA suplai ASI yang adekuat dan kemampun ibu dipengaruhi persepsi ibuE tentang D Npada memberikan nutrisi bayinya dalam masa postpartum dini. Sering terjadi E J Sibu yang berhubungan dengan adekuatnya suplai ASI sehingga kecemasan E K TI melanjutkan pemberian ASI untuk bayinya, selain itu pada periode Stidak
A K A
T S U
P R E
P
postpartum dini pemberian pengganti ASI sebelum onset laktasi sangat mempengaruhi pemberian ASI (Chapman and Escamilla, 1999). Pada masa kehamilan proses laktasi sangat cepat dimana glandula mamae dipersiapkan untuk memproduksi ASI. Sekitar hari ke 2-3 postpartum laktogenesis tahap 2 dimulai dengan banyak pengeluaran ASI. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi onset laktasi pada laktogenesis tahap 2 (pengeluaran ASI) yaitu: faktor hormonal, metode persalinan, frekuensi bayi menghisap dan status nutrisi ibu, Penurunan hormon progesterone setelah plasenta lepas
44
merupakan pendorong yang penting pada onset laktasi tahap 2 (Chapman and Escamilla, 1999). Dalam proses laktasi terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi. Refleks prolaktin terjadi saat bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memicu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus hisapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap (Kristiyanasari, 2009).
AN
Refleks Aliran (let-down refleks) merupakan rangsangan yang
A
RT ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior A AKposterior Y untuk mengeluarkan hormon prolaktin, juga mempengaruhi hipofise G YO oksitosin dilepas untuk mengeluarkan hormon oksitosin. DimanaI setelah AN kedalam darah akan memacu otot – otot polos yang mengelilingi alveoli dan Y . Aair susu dari alveoli, duktus dan sinus duktus berkontraksi sehingga memeras L A dapat dirasakan sebagai sensasi apapun. Rlet-down menuju puting susu. Refleks E NDtetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh Tanda let-down E adalah J S ini bayi. Refleks dipengaruhi oleh kejiwaan ibu (Kristiyanasari, 2009) E K I ST
A K A
T S U
P R E
P
3. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Onset Laktasi Pada Ibu Postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul Hasil analisa pengamatan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara onset laktasi dan pijat oksitosin, dan telah di analisa dengan uji Chi-Square dan didapatkan hasil p-value 0,008, koefisiennya sebesar 0,387 (rendah). Dengan data rata- rata antara dua kelompok diperoleh selisih 21 jam atau dua kali lebih cepat, apabila diprosentasikan percepatan onset laktasi pada kelompok intervensi 69% dibandingkan dengan yang tidak diberikan pijat oksitosin. Hal tersebut berarti bahwa pada kelompok perlakuan memiliki onset
45
laktasi lebih cepat dua kali dibanding dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyaningsih (2007) dan Hidayati (2008) yang menunjukkan bahwa perawatan payudara (pijat oksitosin dan kompres) dapat mempengaruhi produksi ASI. Terdapat perbedaan proporsi kelancaran produksi ASI antara kelompok kontrol dan intervensi dan ibu post seksio sesarea yang diberikan kombinasi teknik marmer dan pijat oksitosin berpeluang 11,5 kali lebih besar untuk mempunyai produksi ASI lancar dibandingkan dengan kelompok kontrol pada ibu post seksio di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi
AN
proses pengeluaran ASI. Perawatan payudara bermanfaat merangsang
A
RT payudara sehingga mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon A AKterhadap Y prolaktin dan oksitosin dimana kedua hormon ini sangat berpengaruh OG pengeluaran dan produksi ASI (Soetjiningsih, 2007).I Y AN Pijat oksitosin merupakan salah satuY cara untuk melancarkan ASI. Pijat . A yaitu hormon yang mengalirkan oksistosin menstimulasi sekresi L oksitosin, RAhormon yang diproduksi di hipotalmus dan ASI. Oksitosin adalah E suatu D Naksoplasmik diangkat lewat aliran ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan E J Syang tepat hormon ini akan dilepas ke dalam darah. Menurut stimulasi E K TI (2001) serta Guyton dan Hall (2007), oksitosin disekresi oleh SManuaba
A K A
T S U
P R E
P
kelenjar hipofisis posterior, yang dimana oksitosin berperan dalam merangsang ejeksi air susu dari payudara (let-down atau milk efection reflex) dan kontraksi rahim. Oksitosin yang dilepaskan ke dalam pembuluh darah akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, dan sinus menuju putting susu. Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Penurunan hormon oksitosin berakibat terhadap reflex let down sehingga dapat menghambat pengeluaran produksi ASI, dan pengeluaran
46
produksi ASI yang terlambat akan berpengaruh terhadap onset laktasi dan menyebabkan lamanya pemberian ASI pada bayi. Banyaknya ibu postpartum yang tidak dilakukan pijat oksitosin yang memiliki onset laktasi cepat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: ibu tidak mengalami obesitas, persalinan normal, payudara normal, ibu melakukan inisiasi menyusu dini, ibu tidak merokok, ibu tidak mengalami kecemasan dan stress, ibu tidak memiliki penyakit infeksi kronis, bayi tidak diberikan susu formula dan factor endokrin yang baik. Selain faktor ibu terdapat juga faktor bayi yang mempengaruhi onset laktasi, yaitu: berat bayi antara 2500 – 3600 gram, umur kehamilan yang telah lebih dari 34 minggu, serta frekuensi menghisap bayi yang tinggi.
C. Keterbatasan Penelitian
AN
A YAK K A OG
Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan
T ANI Y S U .Y
hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi: 1. Kesulitan Penelitian
P AL A R E ER
a. Pasien Drop-out sebanyak 4 orang yaitu pasien sudah menyetujui untuk dilakukan penelitian dan sudah dilakukan intervensi satu atau dua kali
P
ND E b. SeharusnyaJpijat oksitosin dilakukan sampai ASI keluar kurang lebih 3 hari S E tapi efektifnya hanya 2 hari karena pasien pulang. K I T Sc. Saat dilakukan pijat bayi rewel sehingga ibu konsentrasinya menjadi kemudian tidak mau dilakukan intervensi di tahap berikutnya.
terganggu. 2. Kelemahan Penelitian Peneliti belum mengendalikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi onset laktasi seperti cemas atau stress.
A
T AR
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Ibu yang dilkukan pijat oksitosin onset laktasinya lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak dilakukan pijat oksitosin. Ibu yang diberikan pijat oksitosin onset laktasinya dua kali lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang tidak diberikan pijat oksitosin. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian diterima.
B. Saran
AN
Saran yang dapat diberikan peneliti sebagai berikut:
A YAK K A OG
1. Bagi praktik keperawatan
T ANI Y S U .Y
Perawat di bangsal Alamanda atau bangsal nifas hendaknya menerapkan pijat oksitosin pada ibu post partum agar ibu memiliki onset laktasi yang
P AL A R E ER
cepat.
2. Bagi ibu
P
D N E pijat oksitosin J sehingga dapat mempercepat onset laktasi. Dan bagi ibu S E sudah mengetahui tentang perawatan payudara atau pijat oksitosin yang K I T Ibu post partum hendaknya meminta kepada perawat untuk memberikan
S
diharapkan melakukan perawatan payudara secara teratur pada masa kehamilan.
47
A
T AR
48
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E.R. & Wulandari, D. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Anggraini, Yetti. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bobak, Irene M.; Leonard. Lowdermilk; Perry, Shannon E. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Chapman, D.J. & Escamilla, R.P. (1999). Identification of Risk Factors for Delayed Onset of Lactation. American Dietetic Association. Journal of Human Lactation, 114(2):102-107.
AN
___________. (2000). Maternal Preception of the Onset Lactation Is a Valid, Public Health Indicator of Lactogenesis Stage. Journal of Human Lactation, 15(2):107-111.
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Depkes (2004) Profil Kesehatan Yogyakarta. Dinas Kesehatan Propinsi
Dewey, K.G. (2001) Maternal and fetal stress are associated with impaired lactogenesis in humans. The Journal of Nutrition: 3012-3015.
P AL A R E ER
P
Dewey, K.G., Rivers, L.A.N., Heinig, M.J. & Cohen, R.J. (2003). Risk Factor for Suboptimal Infant Breastfeeding Behavior, Delayed Onset of Lactation, and Excess Neonatal Weight Loss. American Academy of Pediatrics, 112, 607619. Grajeda, R. & Escamilla, R.P. (2002). Stress During Labor and Delivery Is Associated with Delayed Onset of Lactation among Urban Guatemalan Women. The Journal of Nutrition, 132, 3055-3060.
S
E K I T
A
T AR
D
N JE
S
Guyton, A.C & Hall, J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Eds 11). Jakarta: EGC. Hatini, E.E. (2011). Pengaruh Onset Laktasi Terhadap Praktik Pemberian ASI Pada Neonatus Di Kota Palangka Raya. Tesis S-2, Program Pascasarjana, IKM.UGM. Yogyakarta. Hidayati (2008). Jurnal Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Produksi ASI Ibu Postpartum.
49
Hruscka, D.J.,Sellen, D.W.,Stein, A.D. & Martorell, R. (2003). Delayed Onset of Lactation and Risk of Ending Full Breast-feeding Early in Rural Guatemala. The Journal of Nutrition, 133, 2592-2599. Hurst, N.M. (2007). Recognizing and Treating Delayed or Failed Lactogenesis II. The America College of Nurse-Midwives, 52 (6), 588-594. Jones, E. & Spencer, S. (2007). The Physiology of Lactation. Pediatric and Child Health, 17 (6), 244-248. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. bps.go.id Kristiyanasari, W. (2009). ASI menyusui dan SADARI. Yogyakarta: Nuha Medika. Manuaba, I.B.G. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsetric Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
AN
Mardiyaningsih, E. Setyowati, Sabri, L. (2007). Jurnal Efektifitas Kombinasi Teknik Marmer dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Seksio di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah.
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Nanny Lia Dewi, Vivian. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
P AL A R E ER
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
P
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
S
E K I T
A
T AR
D
N JE
Nugroho, Taufan. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika. Purwanti, H. S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Untuk Bidan, hal 1. Jakarta : EGC
S
Proverawati, A. & Rahmawati, E. (2010). Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Rasmussen, K.M. & Kjolhede, C.L. (2004). Prepregnant Overweight and Obesity Diminish the Prolactin Response to Suckling in the First Week Postpartum. American Academy of Pediatrics, 113, e465. Rivers, L.A.N., Chantry, C.J.,Peerson, J.M.,Cohen, R.J. & Dewey, K.G. (2010). Delayed Onset of Lactogenesis Among First-Time Mother Is Related to Maternal Obesity and Factors Associated with Ineffective Breastfeeding. Am J Clin Nutr, 92, 574-584.
50
Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Scott, Jane A., Binns, Colin W. dan Oddy, Wendy H. (2007). Predictors of Delayed Onset of Lactation. Department of Nutrition and Dietetics, School of Medicine. Sidi. (2007). ProgramManajemen Laktasi. Cetakan 3. Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) : Jakarta Soetjiningsih. (2007). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. __________. (2008). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. Staf Pengajar Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. (2011). Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Maternitas. Tidak diterbitkan.
AN
Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung. CV Alfabeta.
A YAK K A OG
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan (Eds 3). Jakarta: EGC.
T ANI Y S U .Y
__________(2009). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan (Eds 2). Jakarta: Salemba Medika.
P AL A R E ER
WHO. (2007) Infant and Young Child Feeding. Model Chapter for Textbooks for Medical Students and Allied Health Professionals. Geneva:WHO.
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR