PENGARUH AROMATERAPI PEPPERMINT TERHADAP PENURUNAN SKALA MUAL PADA PASIEN KEMOTERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh DWI NOVI SUSANTI 20120320164
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
i
1
The Effect of Peppermint Aromatherapy on Reduction of Chemotherapy Patient’s Nausea Scale in RSUD Panembahan Senopati Bantul Pengaruh Aromaterapi Peppermint Terhadap Penurunan Skala Mual Pada Pasien Kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul Dwi Novi Susanti1, Arianti2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY Abstract The prevalence of cancer increases year by year as well as the need of cancer therapy. Chemotherapy becomes the cancer modality therapy which is often used as the only option for an effective method. Mostly cancer patients are complaining about nausea as the side-effect of chemoterapy. Chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV) can be a bad impact for their quality of life, physical condition, and it can even change the patient’s obedience to the medication. The failure in handling CINV using antiemetic can cause the need for other therapy as a complementary and alternative therapy in handling CINV. This research aims to analyze the effect of peppermint aromatherapy on reduction of chemotherapy patient’s nausea scale in RSUD Panembahan Senopati Bantul. This research was pre-experiment with one group pra-post test design. The research sample consists of 15 chemotherapy patient who experience nausea which were determined by purposive sampling technique. The measuring instrument in this research was Numeric Rating Scale (NRS). The data analysis used paired t-test with p value = < 0,05. The result showed that mean of the nausea scale before giving peppermint aromatherapy was 7,3 and after giving peppermint aromatherapy is 3,7. The difference of mean value was 3,6 with p value=0,000 (p<0,05). It means that cthere are significant effect of peppermint aromatherapy on reduction of chemotherapy patient’s nausea scale in RSUD Panembahan Senopati Bantul. Keyword: cancer, chemotherapy, nausea, peppermint aromatherapy Abstrak Prevalensi kanker semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan peningkatan kebutuhan untuk terapi kanker. Kemoterapi menjadi terapi modalitas kanker yang paling sering digunakan dan menjadi satu-satunya pilihan metode terapi yang efektif. Sebagian besar pasien kanker mengeluh mual sebagai efek samping dari kemoterapi. Mual dan muntah akibat kemoterapi (CINV) dapat berdampak buruk pada kualitas hidup, keadaan fisik, serta dapat mengubah kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Kegagalan dalam penanganan mual menggunakan obat antiemetik menyebabkan kebutuhan untuk melakukan terapi lain sebagai terapi komplementer dan alternatif dalam menangani masalah mual akibat kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aromaterapi peppermint terhadap penurunan skala mual pada pasien kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimental dengan rancangan pra-paska tes dalam satu kelompok (one group pra-post test design). Sampel penelitian ini terdiri dari 15 pasien kemoterapi yang mengalami mual yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Analisis data yang digunakan adalah paired t-test dengan nilai p = < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skala mual sebelum pemberian aromaterapi peppermint adalah 7,3 dan rata-rata skala mual setelah pemberian aromaterapi peppermint adalah 3,7. Perbedaan rata-rata skala mual sebelum dan setelah pemberian aromaterapi peppermint sebesar 3,6 dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penurunan skala mual antara sebelum dan setelah pemberian aromaterapi peppermint pada pasien kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Kata kunci: kanker, kemoterapi, mual, aromaterapi peppermint
2
kemoterapi
PENDAHULUAN Prevalensi penyakit kanker
mencapai
>10
jenis
kanker atau 5% dari seluruh pasien
semakin meningkat dari tahun ke
kanker. Menurut
tahun. Berdasarkan data dari World
(2011), 52% pasien kanker payudara
Cancer Report 2014 diperkirakan
yang
bahwa ada 14 juta kasus baru kanker
mengalami
di tahun 2012 dan diperkirakan akan
Complite Response).
meningkat menjadi 22 juta dalam 2 dekade
yang
datang.25
akan
Fasching,
menjalani
dapat
kemoterapi
PCR
Obat-obatan
dkk.
(Prognosis
kemoterapi
menimbulkan
beberapa
Berdasarkan data dari GLOBOCAN
toksisitas atau efek samping bagi
(Global Burden Cancer) tahun 2012,
pasien.
kondisi
nausea
ini
diperkirakan
akan
chemotherapy and
induced
vomiting
(CINV)
meningkat mencapai 19,3 juta kasus
merupakan efek samping kemoterapi
per tahun di tahun 2025.24
yang paling sering dikeluhkan oleh
Prevalensi
kanker
yang
pasien,
yaitu
sekitar
70-80%
semakin meningkat menyebabkan
pasien.7,16
peningkatan kebutuhan untuk terapi
menyatakan bahwa sebanyak 80%
kanker.
pasien yang menerima kemoterapi
Kemoterapi
merupakan
penelitian
lain
juga
terapi modalitas kanker yang paling
Siklofosfamid
sering digunakan dan sering menjadi
Anthracycline,
satu-satunya pilihan metode terapi
beberapa derajat mual dan muntah.4
yang efektif.6 Hingga saat ini, kanker yang dapat disembuhkan dengan
berbasis akan
Chemotherapy
mengalami
Induced
Nausea and Vomiting (CINV) adalah
3
salah satu dari efek samping yang
mengurangi
paling bermasalah dari kemoterapi
kemoterapi. Salah satu terapi yang
dan sering berlangsung hingga 5 hari
telah banyak direkomendasikan yaitu
atau
herbal supplement dalam bentuk
lebih
setelah
kemoterapi
efek
samping
diberikan serta dapat berdampak
aromaterapi.15
buruk, pada kualitas hidup, keadaan
bark, peppermint, chamomile, fennel,
fisik, dan dapat mengubah kepatuhan
dan rosewood merupakan bahan-
pasien terhadap pengobatan.5,17
bahan yang biasa digunakan karena
Sampai saat ini, intervensi dalam
penanganan
CINV
yaitu
memiliki
Ginger,
aktivitas
Cinnamon
antiemetik,
antispasmodik, dan meningkatkan
dengan farmakologi pemberian obat
kesehatan
anti mual (antiemetik). Namun, tidak
(pencernaan).11,13,15 Oleh karena itu
semua
yang
perlu dilakukan penelitian untuk
tersebut
menganalisis pengaruh aromaterapi
merasakan manfaatnya. Berdasarkan
peppermint terhadap penurunan skala
studi
40%
mual pada pasien kemoterapi di
pasien dari 10 pasien kemoterapi
RSUD Panembhana Senopati Bantul.
masih merasakan mual ketika sudah
METODE PENELITIAN
pasien
menerima
kemoterapi
obat-obatan
pendahuluan,
Sekitar
diberikan obat antiemetik. Selain
terapi
sistem
Penelitian
ini
digestif
adalah
farmakologi,
penelitian pra-eksperimental dengan
terdapat beberapa intervensi yang
rancangan pra-paska tes dalam satu
dapat
kelompok (one group pra-post test
digunakan
sebagai
terapi
komplementer dan alternatif untuk
design).
4
Populasi dalam penelitian ini
yang
digunakan
yaitu
uji
t
adalah semua pasien kemoterapi di
berpasangan (paired t-test) dengan
RSUD Panembahan Senopati Bantul
nilai p=<0,05
yang berjumlah 47 pasien sedangkan
HASIL PENELITIAN
sampel penelitian terdiri dari 15
A. Karakteristik Responden
responden dengan kriteria inklusi:
Hasil
usia 18 – 60 tahun, mengalami mual,
berdasarkan
tidak
responden
memiliki
riwayat
alergi
analisis
data
karakteristik
dari
penelitian
ini
pernapasan, kooperatif dan bersedia
diperlihatkan pada tabel distribusi
menjadi responden.
frekuensi dan persentase sebagai
Penelitian ini telah dilakukan di
berikut.
RSUD Panembahan Senopati
Pada Tabel 1 terlihat bahwa
Bantul pada bulan Maret 2016 – Juni
responden berusia minimal 32 tahun
2016.
dan maksimal 60 tahun. Rata-rata Alat ukur dalam penelitian ini
menggunakan Numeric Rating Scale
usia responden tersebut adalah 49,3 tahun dengan standar deviasi 8,4.
(NRS) sebagai alat untuk mengukur skala mual. Sedangkan analisis data Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di RSUD Panembahan Senopati Bantul Variabel
N Minimal Usia 15 32 Sumber: Data Primer, diolah 2016
Maksimal 60
Rerata 49,3
SD 8,4
5
Tabel
2
menunjukkan
karakteristik responden
mammae
merupakan
diagnosis
penelitian
kanker yang paling banyak diderita
berdasarkan jenis kelamin, diagnosis
oleh responden, yaitu berjumlah 12
kanker,
responden
dan
siklus
kemoterapi.
(80%).
Berdasarkan
berdasarkan jenis kelamin, sebagian
karakteristik siklus kemoterapi dapat
besar responden berjenis kelamin
dilihat
perempuan,
yaitu
13
responden saat ini berada pada siklus
responden
(86,7%).
Sedangkan
ke 9 dan 10, yaitu berjumlah masing-
sisanya
untuk
berjumlah
laki-laki
hanya
masing
bahwa
5
sebagian
responden
besar
(33,3%),
berjumlah 2 responden (13,3 %). Jika
sedangkan sisanya bervariasi dari
dilihat dari karakteristik diagnosis
siklus ke 3 – 12.
kanker, kanker payudara atau ca Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Diagnosis Kanker, dan Siklus Kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=15) No 1
2
3
Variabel Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total Diagnosis kanker ca cervix ca mammae melanoma maligna tumor bully Total Siklus kemoterapi 3 7 8 9
Frekuensi
Persentase (%)
2 13 15
13,3 86,7 100
1 12 1 1 15
6,7 80 6,7 6,7 100
1 1 2 5
6,7 6,7 13,3 33,3
6
10 12 Total
5 1 15
33,3 6,7 100
Sumber: Data Primer, diolah 2016
sisanya
B. Karakteristik Mual Karakteristik
mual
pada
(20%)
mengalami
anticipatory nausea, yaitu berjumlah
responden penelitian disajikan dalam
3 responden.
tabel frekuensi dan persentase di
C. Skala
Mual
Sebelum
bawah ini.
Setelah
Tabel 3 Distribusi Mual Pada Pasien Kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul (N=15)
Aromaterapi Peppermint
Variabel n % Anticipatory 3 20 Acute 6 40 Delayed 6 40 Total 15 100 Sumber: Data Primer, diolah 2016 Berdasarkan
di atas, responden yang mengalami mual akut atau acute nausea (40%) seimbang dengan responden yang mengalami
mual
tertunda
atau
delayed nausea (40%), yaitu masingmasing
berjumlah
Sedangkan
6
responden.
Pemberian
Tabel 4 menunjukkan skala mual sebelum dan setelah pemberian aromaterapi peppermint pada pasien kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
karakteristik
mual yang ditunjukkan pada tabel 3
dan
Pada tabel 4 terlihat bahwa skala
mual
sebelum
pemberian
aromaterapi peppermint (pre test) yaitu minimal skala 3 dan maksimal skala
10.
Rata-rata
responden
merasakan mual pada skala 7,3 dengan Sedangkan
standar skala
deviasi mual
2,5. setelah
pemberian aromaterapi peppermint
7
(post test) yaitu minimal skala 0 dan
deviasi 2,5 dan rata-rata skala mual
maksimal
setelah
skala
6.
Rata-rata
pemberian
aromaterapi
responden merasakan mual pada
peppermint (post test) adalah 3,7
skala 3,7 dengan standar deviasi 1,5.
dengan
D. Perbedaan skala mual sebelum
Sedangkan perbedaan rata-rata skala
dan
setelah
pemberian
aromaterapi peppermint Tabel
5
standar
deviasi
1,5.
mual sebelum dan setelah pemberian aromaterapi peppermint sebesar 3,6
menunjukkan
dengan standar deviasi 1,8, interval
perbedaan skala mual sebelum dan
kepercayaan (IK) sebesar 95% antara
setelah
aromaterapi
2,6 – 4,6, dan nilai p = 0,000.
dianalisis
Sehingga berdasarkan keterangan di
berpasangan
atas, dapat dianalisis lebih lanjut
pemberian
peppermint
yang
menggunakan
uji
t
(paired sampel t-test).
bahwa rata-rata skala mual sebelum
Pada tabel 5 terlihat bahwa rata-rata
skala
mual
dan setelah pemberian aromaterapi
sebelum
peppermint menunjukkan perbedaan
pemberian aromaterapi peppermint
yang bermakna/ signifikan yang
(pre test) adalah 7,3 dengan standar
ditunjukkan dengan nilai p < 0.05.
Tabel 4 Distribusi Skala Mual Sebelum dan Setelah Pemberian Aromaterapi Peppermint Pada Pasien Kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul Variabel N Min 15 3 Skala mual pre test 15 0 Skala mual post test Sumber: Data Primer, diolah 2016
Maks 10 6
Mean 7,3 3,7
SD 2,5 1,5
8
Tabel 5 Hasil Analisis Paired Sampel T-Test pada Kelompok Eksperimen Variabel
N
Rerata ± SD
Perbedaan Rerata ± SD
15 7,3 ± 2,5 Pre-test 3,6 ± 1,8 15 3,7 ± 1,5 Post-test Keterangan: *bermakna/ signifikan pada p value < 0,05
IK 95%
P value
2,6 - 4,6
0,000*
Diskusi Dari karakteristik responden
A. Karakteristik Responden Berdasarkan diketahui
bahwa
hasil
analisis
rata-rata
usia
berdasarkan diagnosis kanker terlihat bahwa 80% responden terdiagnosis
responden adalah 49,3 tahun dan
kanker
sebagian besar responden berjenis
sebelumnya
kelamin
(86,7%).
bahwa diagnosis kanker terbanyak
juga
yang diderita oleh pasien CINV
perempuan
Beberapa
penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata usia
payudara. telah
Penelitian menunjukkan
adalah kanker payudara (53%).14
pasien yang mengalami CINV adalah
Untuk
karakteristik
49 tahun dan lebih dari 50% berjenis
responden
kelamin perempuan (70%).4,19 Usia <
kemoterapi terlihat bahwa paling
55
kelamin
banyak responden berada pada siklus
perempuan juga menjadi faktor risiko
ke 9 (33,3%) dan 10 (33,3%)
yang berhubungan dengan derajad
sedangkan sisanya bervariasi dari
mual pada fase akut dan hanya
siklus ke 3 – 12. Keanekaragaman
perempuan yang menjadi salah satu
siklus
faktor
disesuaikan dengan diagnosis kanker
tahun
dan
risiko
tertunda.20
jenis
mual
pada
fase
berdasarkan
kemoterapi
siklus
tersebut
itu sendiri yang setiap jenis kanker
9
memiliki
protokol
standar
anticipatory nausea sedangkan fase
kemoterapi masing-masing.3,22
acute emesis dan delayed emesis
B. Karakteristik Mual
merupakan
Berdasarkan
hasil
analisis
respon
terbanyak
yang
mual
muntah
ditimbulkan
karakteristik mual pada responden
pemberian agen kemoterapi.15,23
menunjukkan acute nausea (40%)
C. Skala Mual Hasil
seimbang dengan delayed nausea
penelitian
ini
(40%) dan sisanya (20%) adalah
menunjukkan
anticipatory nausea. Sehingga hasil
perbedaan yang signifikan antara
tersebut
skala
menunjukkan
bahwa
mual
anticipatory nausea lebih sedikit atau
aromaterapi
jarang terjadi pada pasien CINV.
setelah
bahwa
oleh
terdapat
sebelum
pemberian
peppermint
pemberian
dengan
aromaterapi
sebelumnya
peppermint dengan p value = 0,000.
menjelaskan bahwa sekitar 1 dari 3
Sehingga ada pengaruh aromaterapi
orang
mengalami
peppermint terhadap penurunan skala
anticipatory nausea dan 1 dari 10
mual pada pasien kemoterapi di
orang
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Penelitian
pasien
pasien
akan
akan
mengalami
Beberapa
anticipatory vomiting.1 Selain itu, beberapa penelitian juga menjelaskan
sebelumnya
bahwa
yang
bahwa
siklus
efektif
30%
mengalami
dari
mual
pasien selama
penelitian
telah
menjelaskan
aromaterapi diberikan
peppermint
sebagai
terapi
awal
dalam mencegah atau menurunkan
mengalami
efek samping kemoterapi seperti
penanganan
kemoterapi
dilaporkan
telah
mual dan muntah.19,21 Berdasarkan
10
analisis menggunakan GC–MC (Gas
dosis yang sama yaitu Ondansetron
Chromatography–Mass
16 mg, namun setelah minum obat
Spectrometry), essential oil (EO)
tersebut
atau minyak atsiri Peppermint (M. x
mengeluh
piperita) mengandung 5 komponen
merupakan obat selektif terhadap
dari 14 komponen yang dievaluasi
reseptor
dapat berfungsi sebagai anti mual
Triptamin (5-HT3) di otak dan pada
muntah.
aferen vagal saluran cerna sehingga
Komponen
tersebut
responden
masih
mual.2
Ondansetron
antagonis
5-Hidroksi-
diantaranya yaitu Limonene (5,96%),
selektif
cis-Dihydrocarvone
(19,19%),
mencegah mual dan muntah setelah
Carvone
operasi, radioterapi dan pengobatan
(42,53%), β-Caryphyllene (6,78%).21
lain seperti kemoterapi.18 Waktu
Sehingga
peppermint
paruh atau waktu kerja dari obat
dapat menurunkan skala mual akibat
golongan antagonis serotonin seperti
kemoterapi.
Ondansetron yaitu 3,9 jam.8 Oleh
Pulegone
(13,30%),
aromaterapi
Berdasarkan data primer dari penelitian sebelumnya
ini
dan yang
penelitian
karena
dan
tetap
itu,
merasakan
kompetitif
pasien mual
untuk
masih
tetap
walapun
telah
sama-sama
minum obat anti mual karena waktu
dilakukan pada pasien kemoterapi di
kerja obat Ondansetron lebih lama
RSUD Panembahan Senopati Bantul
dibandingkan dengan aromaterapi
menyatakan bahwa 100% responden
peppermint.
telah mendapatkan obat anti emetik dari rumah sakit dengan jenis dan
Penggunaan
inhalasi
aromaterapi peppermint selama 5
11
menit dapat berpengaruh terhadap
terhadap saraf-saraf di otak setelah
penurunan skala mual pada pasien
melewati barier darah di otak.12
kemoterapi. Hal ini karena inhalasi
Sedangkan
Ondansetron
aromaterapi peppermint berpengaruh
bekerja dengan memblok reseptor di
secara langsung terhadap saraf-saraf
gastrointestinal dan area postrema
di otak sehingga efeknya dapat
yang berikatan dengan serotonin di
dirasakan
oleh
chemoreseptor triger zone (CTZ)
pasien setelah menghirupnya. Secara
menuju medulla oblongata sehingga
farmakologi, wewangian dari EO
mencegah reflek mual dan muntah.18
dapat
secara
Karena semua obat Ondansetron
langsung pada sistem saraf pusat dan
yang diberikan adalah per oral, maka
sadar.9
obat ini membutuhkan waktu yang
Melalui inhalasi, molekul-molekul
lebih lama untuk dapat dirasakan
volatile
yang
efeknya oleh pasien. Selain itu, tidak
melewati reseptor olfaktori di hidung
semua obat yang diminum oleh
mengenali karakteristik molekuler
pasien akan bekerja secara maksimal.
tersebut dan mengirimkan sinyal ke
Hal ini dapat disebabkan karena
otak melalui saraf olfaktori. Selain
proses absorbsi obat yang kurang
itu, beberapa unsur pokok dari
bagus
molekul tersebut masuk ke dalam
dipengaruhi oleh kelarutan obat,
aliran darah melalui paru-paru dan
kemampuan obat berdifusi melalui
berpengaruh
membran sel, kadar yang diberikan,
sistem
secara
langsung
mengirimkan
endokrin
minyak
efek
tanpa
esensial
secara
langsung
di
dalam
tubuh
yang
luas permukaan kontak obat, bentuk
12
sediaan obat dan rute pemberian obat
Kesimpulan
sehingga kerja obat juga tidak akan
1. Karakteristik responden penelitian
maksimal.10
dari pasien kemoterapi di RSUD
Penelitian
sebelumnya pengguaan
Panembahan
menjelaskan
bahwa
aromaterapi
minyak
esensial
responden
peppermint
memiliki
potensial
didominasi
Senopati
Bantul
menunjukkan bahwa rata-rata usia 48,5 oleh
tahun
yang
perempuan
keuntungan dalam mengurangi mual
dengan kanker terbanyak yang
dan muntah pada pasien post operasi
diderita adalah ca mammae dan
dan onkologi karena tidak hanya
sebagian besar responden berada
mengurangi insiden dan keparahan
pada siklus kemoterapi ke 9 dan
mual
10.
dan
mengurangi antiemetik
muntah,
tetapi
penggunaan dan
sebagai
juga obat
2. Karakteristik mual yang dialami
akibat
oleh pasien kemoterapi di RSUD
peningkatan kepuasan pasien.12 Oleh
Panembahan
Senopati
Bantul
karena itu, intervensi pemberian
menunjukkan
bahwa
jumlah
aromaterapi
peppermint
dapat
responden yang mengalami acute
dijadikan
sebagai
terapi
nausea
sama
banyak
komplementer dan alternatif untuk
responden
menangani
delayed nausea.
masalah
pasien kemoterapi.
mual
pada
yang
dengan
mengalami
3. Skala mual sebelum pemberian aromaterapi pasien
peppermint
kemoterapi
di
pada RSUD
13
Panembahan
Senopati
menunjukkan
bahwa
Bantul rata-rata
berada pada skala 7,3.
pasien
peppermint
kemoterapi
pada
di
RSUD
Panembahan
Senopati
Bantul
menunjukkan
bahwa
pengaruh
signifikan
terhadap
yang
1.
3.
setelah
pemberian
4.
penurunan
skala mual antara sebelum dan
5.
aromaterapi 6.
peppermint
pada
pasien 7.
kemoterapi di RSUD Panembahan Senopati Bantul. 8.
Saran
9.
Dari
penelitian
di
atas, 10.
disarankan untuk perlunya sebuah penelitian selanjutnya
lanjutan
bagi
peneliti
11.
dengan menggunakan 12.
metode penelitian yang lain dan menggunakan jumlah sampel yang
itu,
perlu
efektivitas
waktu
Daftar Pustaka
berada pada skala 3,7. 5. Terdapat
Selain
aromaterapi pada pasien CINV.
2.
rata-rata
besar.
dilakukan juga penelitian lanjutan tentang
4. Skala mual setelah pemberian aromaterapi
lebih
13.
American Cancer Society. (2013). Nausea and Vomiting. Amerika. Angkara, S.B. (2016). Penanganan Delayed Nausea Akibat Kemoterapi Oleh Pasien dan Keluarga di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Apriany, D. (2010). Pengaruh terapi musik terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah yang menderita kanker di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Thesis, Universitas Indonesia, Depok. Bourdeanue, L., Frankel, P., Yu, W., Hendrix, G., Pal, S., Badr, L., dkk. (2012). ChemotherapyInduced Nausea and Vomiting in Asian Women With Breast Cancer Receiving AnthracyclineBased Adjuvant Chemotherapy. The journal of supportive oncology,10(4), 149-154. Chan, A., Kim, H., Hsieh R.K., Yu, S., Lopes, G.L., Su,W. dkk. (2015). Incidence and predictors of anticipatory nausea and vomiting in Asia Pacific clinical practice—a longitudinal analysis. Supportive Care in Cancer, 23(1), 283-291. Desen, W. (2008). Buku Ajar Onkologi Klinis (ed. 2) (W. Japris, penerjemah). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Firmansyah, MA, (2010), Penatalaksanaan Mual Muntah Yang Diinduksi Kemoterapi. Cermin Dunia Kedokteran Vol. 37. Jakarta, Kalbe Farma.Fitzpatrick, J. J. & Kazen M. (2011). rd Encyclopedia of Nursing Research (3 ed.). New York: Springer publishing company. Goodman & Gilman. (2011). Dasar Farmakologi Terapi (ed. 10). Jakarta: EGC. Herz RS. Aromatherapy facts and fictions: A scientific analysis of olfactory effects on mood, physiology and behavior.Int J Neurosci 2009;119:263–290 Kuntarti. 2011. Pengantar Farmakologi (Online). diakses pada 3 Desember 2015, http://www.staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti /material/pengantarfarmakologi.pdf. Lua, P. L., Salihah, N., & Mazlan, N. (2015). Effects of inhaled ginger aromatherapy on chemotherapy-induced nausea and vomiting and health-related quality of life in women with breast cancer. Complementary Therapies in Medicine. Lua, P.L & Zakaria, N. S. (2012). A brief review of current scientific evidence involving aromatherapy use for nausea and vomiting. The Journal of Alternative and Complementary Medicine,18(6), 534-540. McKenna, D.J., Jones, K., Hughes, K., Humphrey, S. (2011). Botanical Medicines: The Desk
14
14.
15.
16. 17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Reference for Major Herbal Suplements (2nd ed.). New York: Routledge. Molassiotis, A., dkk. (2014). Evaluation of risk factors predicting chemotherapy-related nausea and vomiting: results from a European prospective observational study. Journal of pain and symptom management, 47(5), 839-848. Mustian, K.M., Devine, K., Ryan, J.L., Janelsins, M.C., Sprod, L.K., Peppon, L.J., dkk. (2011). Treatment of nausea and vomiting during chemotherapy. US oncology & hematology, 7(2), 91-97. Otto, S.E. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC. Perwitasari, D. A., Atthobari, J., Mustofa, M., Dwiprahasto, I., Hakimi, M., Gelderblom, H., dkk. (2012). Impact of chemotherapy-induced nausea and vomiting on quality of life in indonesian patients with gynecologic cancer. International Journal of Gynecological Cancer, 22(1), 139-145. Putri, K.N.D. (2010). Perbandingan Efektifitas Ondansentron dan Metoklopramid dalam Menekan Mual Muntah Paska Laparatomi. Skripsi Strata Satu di Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Santosh, D., Joseph, S., Jose, A., Satheendran, S., Ratnakar, U. P., Rao, S. P., & Ojeh, N. (2011). Anxiolytic and Antiemetic effects of Aromatherapy in cancer Patients on Anticancer Chemotherapy. Pharmacologyonline, 3, 736-744. Sekine, I., Segawa, Y., Kubota, K., & Saeki, T. (2013). Risk factors of chemotherapy‐induced nausea and vomiting: Index for personalized antiemetic prophylaxis. Cancer science, 104(6), 711-717. Tayarani-Najaran, Z., Talasaz-Firoozi, E., Nasiri, R., Jalali, N., & Hassanzadeh, M. K. (2013). Antiemetic activity of volatile oil from Mentha spicata and Mentha × piperita in chemotherapyinduced nausea and vomiting. ecancermedicalscience,7. Utami, S. (2012). Aku Sembuh dari Kanker Payudara, Mendeteksi Gejala Dini, Pencegahan dan Pengobatan. Jakarta: Oryza. Utaminingrum, W., Hakim, L., & Raharjo, B. (2013). Evaluasi Kepatuhan Dan Respon Mual Muntah Penggunaan Antiemetik Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pharmacy, Jurnal Farmasi Indonesia, 10(02). WHO. 2013. Latest World Cancer Statistics. International Agency for Research on Cancer (IARC). WHO. (2015). Cancer. Diakses 17 November 2015, dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/e n/