HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMBERIAN ASI DI DESA KENOKOREJO POLOKARTO SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : SRI HANDAYANI NIM ST 13066
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
ii
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dengan Perilaku dalam Pemberian ASI Di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan ini dengan lancer. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat: 1.
Drs. Agnes Sri Harti, M. Si Selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep Selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Wahyuning Safitri, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan saran serta membantu dalam penyusunan skripsi.
iv
4.
Maria Wisnu Kanita, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Pendamping yang senantiasa memberikan saran serta membantu dalam pembuatan skripsi.
5.
Suami dan Anak saya yang telah memberikan dukungan moral dan material dalam pembuatan skripsi ini.
6.
Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Transfer Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual. Akhir kata penulis berharap semoga dengan doa, dukungan, dan nasehat
yang telah diberikan, dapat bermanfaat bagi penulis untuk menjadi orang yang lebih baik, dan semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 18 Agustus 2015
Sri Handayani
v
DAFTAR ISI
COVER DEPAN ...........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN ..............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
DAFTAR ISI .................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
x
ABSTRAK ....................................................................................................
xi
ABSTRAC ......................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................
5
2.1.1 Pengetahuan .................................................................
5
2.1.2 Manajemen Laktasi ......................................................
11
2.1.3 Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang Manajemen Laktasi ..........................................................................
18
2.1.4 Ibu Bekerja ...................................................................
18
2.1.5 Dukungan Tempat Kerja ..............................................
19
2.1.6 Perilaku Dalam Pemberian ASI ...................................
20
2.2 Kerangka Teori ......................................................................
23
2.3 Kerangka Konsep ..................................................................
24
2.4 Hipotesis ................................................................................
24
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................
25
3.2 Populasi dan Sampel ..............................................................
25
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................
27
3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala .............................
27
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ........................
29
3.6 Teknik Pengelolahan dan Analisa Data .................................
32
3.7 Etika Penelitian ......................................................................
35
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
4.1 Karakteristik Responden .......................................................
37
4.2 Analisa Bivariat .....................................................................
40
PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden .......................................................
41
5.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi Dengan Perilaku Dalam Pemberian Asi ...................
42
BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan ............................................................................
47
6.2 Saran ......................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kandungan kolostrum ASI transisi dan ASI Matur
13
Tabel 2 Kandungan Imunoglobulin
13
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
37
Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
38
Tabel 5 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
38
Tabel 6 Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi
39
Tabel 7 Perilaku Perilaku Pemberian ASI
39
Tabel 8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI
40
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cara Menyusui Bayi
15
Gambar 2.2 Posisi Menyusui Bayi
16
Gambar 2.3 Kerangka Teori
23
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
24
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Usulan Topik Penelitian Lampiran 2 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 3 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Lembar Opponent Ujian Sidang Proposal Skripsi Lampiran 5 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Skripsi Lampiran 6 Lembar Konsultasi Lampiran 7 Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Manajemen Laktasi Lampiran 8 Kuesioner Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian Lampiran 10 Uji Validitas Tingkat Pengetahuan Lampiran 11 Uji Reliabilitas Tingkat Pengetahuan Lampiran 12 Uji Validitas Perilaku Pemberian ASI Lampiran 13 Uji Reliabilitas Perilaku Pemberian ASI Lampiran 14 Analisa Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Pemberian ASI
x
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA PRODI S-1 KEPERAWATAN 2015 Sri Handayani HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMBERIAN ASI DI DESA KENOKOREJO POLOKARTO SUKOHARJO Abstrak Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil, atau swasta. Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi. Pemberian ASI esklusif dapat dihambat oleh beberapa hal seperti rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat ASI, cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, faktor sosial budaya, gencarnya pemsaran susu formula, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, dan faktor ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil atau pekerja swasta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif correlation dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bekerja yang menyusui di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p value = 0,016 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI. Kesimpulan penelitian ini Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo Kata Kunci
: ASI Esklusif, Pengetahuan, Perilaku
Kepustakaan : 44 (2005-2014)
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil, atau swasta.Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi (Depkes, 2005).Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang keberhasilan menyusui.Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan dan masa menyusui bayi. Ruang lingkup manajemen laktasi periode post natal meliputi ASI esklusif, cara menyusui, memeras ASI peras, dan memberikan ASI peras (Siregar, 2009 ). World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI esklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan hal yang sama tentang pemberian ASI esklusif sekurang-kuragnya 6 bulan (Suradi, 2010). Data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI esklusif hanya sekitar 28,96 % terjadi sedikit peningkatan dibandingkan Tahun 2007 yang mencapai 27,35 %.
1
2
Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI esklusif Tahun 2010 sebesar 80 % (Dinkes, 2008). Pemberian ASI esklusif dapat dihambat oleh beberapa hal seperti rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat ASI, cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, faktor sosial budaya, gencarnya pemsaran susu formula, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, dan faktor ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, tekink sipil atau pekerja swasta (Dinkes, 2008). Survey Demografi Kesehatan Indonesa (SDKI ) 2007 menunjukkan 57 % tenaga kerja di Indonesia adalah wanita. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asi Di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo”.
1.2 Rumusan Masalah Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi sehingga peneliti mengambil rumusan masalah “ BagaimanaPengetahuan IbuTentang Manajemen Laktasi Dan Perilaku Dalam Pemberian Asi Di DesaKenokorejo Polokarto Sukoharjo?”.
3
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan IbuTentang Manajemen Laktasi Dan Perilaku Dalam Pemberian Asi Di DesaKenokorejo Polokarto Sukoharjo. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik resonden ibu menyusui di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.. 2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.. 3. Untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo. 4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Institusi Diharapkan hasil penelitian ini dapat djadikan sumber referensi dan menambah pustaka dalam manajemen laktasi.
4
1.4.2. Puskesmas Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi serta dapat menambah pengetahuan pihak Puskesmas tentang manajemen laktasi. 1.4.3. Peneliti lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh penelitian lain yang akan meneliti lebih lanjut lagi tentang manajemen laktasi. 1.4.4. Peneliti Diharapakan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang manajemen laktasi. 1.4.5. Perawat Diharapkan dengan penelitian ini perawat dapat menambah pengetahuan manajemen laktasi serta bisa menjadi edukator maupun penyuluh kesehatan kepada ibu yang menyusui.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TINJAUAN TEORI 2.1.1. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari rasa tahu dan ini terjadi karena setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa.Sebagian besar pengetahuan manusia melaui mata dan telinga (Bestable, 2002).Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan panca indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah
dilihat
atau
dirasakan
sebelumnya
(Meliono,
2007).Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarak, 2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau
5
6
segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah : a. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah
reaksi dari
manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah obyek tertentu. b. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan – bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal – hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai. c. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan tehadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran , penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui mata dan telinga. Berdasarkan
definisi
dari
pengetahuan
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera tehadap obyek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus
7
bahasa indonesia (2001), pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar. 2. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yang bergerak dari yang sederhana sampai yang kompleks. a. Tahu (know). Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutka, menyatakan. (Notoatmojo, 2005). b. Memahami (understanding). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan menjelaskan secara benar arti suatu bahan pelajaran atau tentang obyek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan materi tersebut secara benar, seperti menafsirkan, menjelaskan, meringkas tentang sesuatu.Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada tahu (Notoatmodjo, 2005). c. Penerapan (application). Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkrit, seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip, dan
teori.Kemampuan
ini
lebih
pehamaman.(Notoatmodjo, 2005).
tinggi
nilainya
daripada
8
d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian – bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.Kemampuan ini meliputi mengenal masalah – masalah, hubungan antar bagian, serta prinsip yang digunakan dalam organisasi materi pelajaran (Bestable, 2002). e. Sintetis (synthetic) Kemampuan sintetis merupakan kemampuan untuk menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, seperti merumuskan tema, rencana, atau melihat hubungan/ abstrak dari berbagai informasi atau fakta. Jadi kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan informasi dan fakta Bestable, 2002 ). f. Evalusi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan untuk membuat suatu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.Kriteria yang digunakan dapat bersifat internal dan dapat bersifat relevan dengan maksud tertentu (Bestable, 2002). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
9
3. Fakor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005), faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah : a. Pendidikan Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidkan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku, beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi orang, bahwa pada umumnya pendidikan sekolah itu mempertinggi taraf inteligensi orang – orangnya. Hal ini sebenarnya sudah dapat diduga lebih dahulu, tetapi perlu pembuktian eksprimental. b. Usia Usia sangat mempengaruhi perkembangan sesorang didalam memahami sesuatu. Menurut penelitian ilmu psikologi inteligensi sesorang berkembang sesuai dengan pertambahan usia. c. Pengalaman Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar seseorang yang dapat menjadi acuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin banyak strategi seseorang di dalam mengatasi suatu masalah.
10
d. Sumber informasi Sumber informasi adalah data yang diperoleh kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai nyata.Menurut Effendi (1998), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh – pengaruh luas yang mempengaruhi
perkembangan
manusia.
Menurut
berbagai
penelitian lingkungan akan membentuk kepribadian seseorang dimana lingkungan yang banyak menyediakan informasi akan menambah pengetahuan seseorang. 4. Cara memperoleh pengetahuan a. Cara tradisional 1) Cara coba – coba (trial and error) Cara coba coba ini dengan menggunakan kemungkinan dalam memecakan masalah, apabila kemungkinan itu tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain (Notoatmodjo, 2005). 2) Cara kekuasaan atau otoritas Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang disampaikan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji atau membuktikan kebenarannya terlebih dahulu baik secara
empiris
ataupun
(Notoatmodjo, 2005).
berdasarkan
penalaran
sendiri
11
3) Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman
pribadi
dapat
digunakan
sebagai
upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi pada masa–masa yang lalu (Notoatmodjo, 2005). 4) Melalui jalan pikiran. Seiring dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan
penalarannya
dalam
memperoleh
pengetahuan, baik melalui cara berpikir deduksi ataupun induksi (Notoatmodjo, 2005). b. Cara modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian. Melalui metode ini selanjutnya menggabungkan cara berpikir deduktif, induktif, dan verifikatif yang selanjutnya dikenal dengan metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005). 2.1.2. Manajemen laktasi 1.
Pengertian Manajemen laktasi adalah segala upaya yang di lakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui.Ruang lingkup manajemen laktasi di mulai dari masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui
12
selanjutnya. Ruang lingkup manajemen laktasi periode post natal pada ibu bekerja meliputi ASI eksklusif, tehnik menyusui, memeras ASI, memberi ASI peras, menyimpan ASI peras (Siregar, 2009). 2.
Fisiologi Laktasi Amosuat,
all
(2011)
mengungkapkan
bahwa
menyusui
merupakan cara terbaik dalam menyediakan makananideal untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi sehat.Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin dan hipofisis. Sehingga sekresi ASI semakin lancar.Pada ibu ada 2 macam refleks yang menentukan keberhasilan dalam menyusui. Refleks tersebut adalah reflek prolaktin dan reflek aliran (let down reflek). (Perinasi, 2009). 3.
ASI Eksklusif Agampodi. Et.all (2009) dalam riset mengungkapkan ASI eksklusif telah di definisikan WHO dimana bayi hanya mendapatkan ASI, tidak ada cairan lain atau padat dengan pengecualian tetes atau syrup yang terdiri dari vitamin, mineral, suplemen, atau obat – obatan. Menurut AAP (2012) merekomendasikan bahwa pemberian ASI eklusif dapat dilakukan sampai usia 6 bulan.ASI terdiri dari air, alta – laktoalbumin, laktosa, kasein, asam amino, antibodi terhadapkuman, virus, dan jamur. ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi dan juga akan merangsang pertumbuhan bayi normal (Proverawati, 2010).
13
4.
Kandungan ASI Kandungan nutrisi dalam ASI jauh lebih tinggi di bandingkan dengan susu sapi. Kandungan proteindalam kolostrum jauh lebih tinggi daripada ASI. Kolostrum merupakan cairan yang dikeluarkan pada hari pertama sampai hari ketiga setalah bayi lahir yang berwarna kekuning – kuningan, berbentuk agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel – sel epitel. Kolostrum mengandung kadar protein tinggi dan zat antibodi yang mampu melindungi tubuh bayi terhadap infeksi (Kristinasari, 2009). Tabel 1 Kandungan kolostrum ASI transisi dan ASI matur No Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur 1 Energi ( kg kal ) 57,0 63,0 65,0 2 Laktosa ( gr / 100 ml ) 6,5 6,7 7,0 3 Lemak ( gr / 100 ml ) 2,9 3,6 3,8 4 Protein ( gr / 100 ml ) 1,195 0,365 1,324 5 Mineral ( gr / 100 ml ) 0,3 0,3 0,2 Sumber : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia – Jakarta 2003. Table.2 Kandungan Imunoglobulin No Kandungan Kolostrum Transisi ASI matur 1 Lg A ( mg / 100 ml ) 335,9 119,6 2 Lg G ( mg / 100 ml ) 5,9 2,9 3 Lg M ( mg / 100 ml ) 17,1 3,8 4 Lisosin ( mg /100 ml ) 14,2 – 16,4 1,324 5 Laktoferin 420 - 520 0,2 Sumber : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia – Jakarta 2003.
14
5.
Manfaat ASI a. Manfaat ASI untuk bayi Roesli (2005) menjelaskan bahwa ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mengandung komposisi yang tepat, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan
pencernaan
bayi,
sehingga
menghasilkan
pertumbuhan fisik yang optimal. b. Manfaat ASI untuk ibu Perinasia (2009) dengan menyusui isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin. Oksitosin membantu marangsang involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Berkurangnya perdarahan akan mengurangi prevalensi anemia. Selain itu juga mengurangi kemungkinan banyak kanker payudara. Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang sehingga dapat mengurangi kehamilan. 6.
Cara menyusui yang benar Cara menyusui yang benar menurut Kristiyanasari (2009) adalah sebagai berikut : a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan sekitar payudara. b. Bayi di letakkan menghadap perut ibu / payudara ibu, bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan. Kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu.
15
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan satu di depan. d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. e. Bayi diberi rangsang agar membuka mulut dengan cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi. f. Setelah bayi mebuka mulut, dengan cepat kepala bayi di dekatkan ke payudara ibu serta areola payudara di masukkan ke mulut bayi. g. Posisi salah apabila bayi hanya menghisap pada puting saja, akan mengakibatkan masukan ASI tidak kuat dan puting lecet. Gambar 2.1 Cara menyusui bayi
Sumber :https://www.google.com/#psj=1&q=gambar+cara+mennyusui+yang+benar. Dikutip pada 8 Oktober 2013.
Gambar.2 Posisi menyusui bayi
16
Sumber : https://www.google.com/#psj=1&q=gambar+cara+mennyusui+yang+benar. Dikutip pada 8 Oktober 2013.
7.
Cara memerah ASI Mensah (2011) dalam risetnya mengungkapkan banyak ibu yang kembali bekerja setelah melahirkan dan mereka harus meninggalkan bayi mereka di rumah.Mereka tidak dapat menyusui bayinya dengan baik seperti yang dipersyaratkan oleh WHO karena kurangnya fasilitas tempat kerja.Dalam hal ini bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusifselama paling sedikit 4 bulan.Dan ibu bakerja di anjurkan memberikan ASI perah kepada bayinya selama ditinggal ibu bekerja. Manfaat dari pemberian ASI menurut Roesli (2005) selain bayi tetap memperolah ASI saat ibunya bekerja juga dapat menghilangkan bendungan ASI, meghilangkan rembesan ASI, juga menjaga kelangsungan persediaan ASI saat ibu sakit atau bayi sakit.
17
Menurut Bubak (2009) cara memerah ASI dengan tangan adalah sebagai berikut : a.
Cuci tangan sampai bersih, pegang cangkir bersih untuk menampung ASI.
b.
Condongkan badan ke depan dan sanggah payudara dengan tangan.
c.
Mulai dari letakkan jari di atas areola dan jari – jari lain di bawahnya.
d.
Peras ASI dengan menekan payudara sambil ibu jari dan jari – jari lain mengurut ke arah depan.
e.
Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali dengan gerakan berirama sampai ASI mulai mengalir keluar.
f.
Jangan menarik atau memijat puting susu, karena tidak akan mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan sakit.
8.
Penyimpanan ASI Asi yang dekeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat. Perinasi (2009) menyatakan perbedaan lamanya di simpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan yaitu sebagai berikut : a. Di udara bebas / terbuka yaitu 6 – 4 jam. b. Di lemari es / 24 ‘ C yaitu 24 jam. c. Di lemari pendingin / beku ( - 18 ‘ C ) yaitu 6 bulan.
18
9.
Cara mencairkan ASI dan menghangatkan ASI a. ASI beku atau yang dimasukkan di dalam lemari pendingin dapat dihangatkan di panci yang berisi air suam – suam kuku. b. Jangan pernah menggunakan microwave untuk mencairkan atau menghangatkan ASI. c. ASI yang dicairkan harus digunakan dalam 24 jam pencairan. d. ASI yang dicairkan tidak boleh di bekukan atau di simpan lagi. (Codwell and Cindy. 2011).
2.1.3. Pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi. Pada penelitian Elmiyasa (2009) yang merupakan penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, masalah dalam ASI seperti ASI tidak keluar, selain itu pada ibu yang bekerja tidak tahu bagaimana memberikan ASI perah dan menyimpan ASI perah, faktor lain karena ibu menyusui yang bekerja beranggapan ASI tidak cukup di berikan pada bayi dan bayi tidak akan merasa kenyang. 2.1.4. Ibu bekerja Ibu adalah perempuan yang karena fungsinya yang mulia disebut ibu.Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan dan sebagai satu-satunya jenis kelamin yang mampu untuk melahirkan anak, menikah atau tidak mempunyai kedudukan atau tidak, seorang perempuan adalah seorang ibu.Menurut Encyclopedisi of Child’s Health, ibu bekerja adalah
19
seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan disamping membesarkan dan mengurus anak di rumah. 2.1.5. Dukungan tempat kerja. Hak menyusui yang dimaksud di sini tidak hanya seorang ibu memberikan ASI langsung kepada bayi tapi juga hak ibu untuk dapat memerah ASI di kantor untuk diberikan kepada buah hati di rumah.Masalah yang sering terjadi adalah tidak semua tempat kerja menyediakan tempat khusus untuk dapat melakukan hal ini, sehingga ibu terpaksa harus mencari ruangan kosong dimana harus selalu waspada akan adanya orang yang akan masuk, atau mushola atau bahkan toilet yang secara kebersihan belum tentu terjamin. Hal ini menjadi masalah di kantor mana pun. Dilemanya adalah ibu ingin memberikan ASI kepada buah hati, sedangkan di kantor tidak memiliki keleluasaan untuk mendukung hal ini. Keberhasilan seorang ibu untuk menyusui, sangat membutuhkan dukungan dari berbagai macam pihak.Mulai dari pasangan, keluarga, masyarakat, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, pengusaha dan pemerintah.Dukungan dari sesama teman kerja juga merupakan salah satu kunci keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Sehingga dibutuhkan di tiap kantor untuk dapat memberikan fasilitas yang baik dan cukup kepada para perempuan untuk memenuhi hak maternitas mereka termasuk hamil dan menyusui adalah salah satu kunci penting dalam keberhasilan menyusui.
20
Tujuan pengaturan Tata Cara Penyediaan Ruang ASI adalah untuk memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dan memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI Eksklusif dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.Dalam menyediakan ruang ASI, pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus memperhatikan unsur-unsur: 1.
Perencanaan.
2.
Sarana dan prasarana.
3.
Ketenagaan.
4.
Pendanaan. Pengaturan tata cara penyediaan ruang ASI dimaksudkan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 30 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu IBU. Permenkes Nomor 15 Tahun 2013 (96).
2.1.6. Perilaku ibu dalam pemberian ASI Perilaku pemberian ASI adalah suatu tindakan aktif dari seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif yaitu tanpa tambahan makanan dari bayi lahir sampai berusia 6 bulan (Dinkes, 2008).Rendahnya pemberian ASI banyak ditemukan diantara perempuan yang bekerja karena alasan seperti
21
singkat cuti hamil, tempat bekerja dimana tidak diperbolehkan membawa bayi atau tidak ada privasi untuk menyusui bayi (Singh, 2010). Faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI antar lain : 1. Pendidikan Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu berpengaruh dalam praktek menyusui.Penelitian Singh (2010) menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, pengetahuan ibu semakin baik. Hal ini akan memberikan kecenderungan ibu
dalam
bersikap dengan
memberikan ASI eksklusif pada bayi. Penelitian serupa oleh Amosu, et. all (2011) telah menunjukkan bahwa perilaku menyusui sangat rendah diantara perempuan berpendidikan tinggi dan bekerja. 2. Pekerjaan Menurut Encyclopedisi of Child’s Health, ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan disamping membesarkan dan mengurus anak di rumah.Singh (2010) mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja diluar rumah secara signifikans berhubungan dengan tingkat yang lebih rendah dalam menyusui dan lebih pendek waktunya dalam pemberian ASI eksklusif. Dalam penelitian Fayod, at all (2012) menyatakan tentang dampak pekerja terhadap praktek pemberian ASI, bahwa sebagian besar ibu – ibu bekerja menghentikan pemberian ASI setelah kembali bekerja. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penghentian ASI adalah kurangnya fasilitas di tempat
22
kerja terhadap proses pemberian ASI yaitu tempat memerah dan penyimpanan ASI.Berkaitan dengan ibu bekerja yang memiliki bayi, pemerintah mempunyai kebijakan dan strategi mendorong perusahaan – perusahaan dalam mendukung pemberian ASI esklusif pada pekerja wanita dengan menyediakan fasilitas yang mendukung peningkatan pemberian ASI di tempat kerja, antara lain: 1. Menyiapkan sarana ruang memerah ASI. 2. Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI. 3. Menyediakan materi penyuluhan ASI. 4. Mengembangkan dan membina TPA. 5. Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak pengusaha (Repkuri, 2005).
23
2.2. KERANGKA TEORI Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Umur 3. Pengalaman 4. Sumber informasi
Manajemen laktasi
Pengetahuan ibu yang bekerja
Faktor – faktor yang mendukung adanya fasilitas tempat kerja : 1. Perencanaan 2. Sarana dan prasarana 3. Ketenagaan 4. Pendanaan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Fisiologi laktasi ASI eksklusif Kandungan ASI Manfaat ASI Cara menyusui Memeras ASI Menyimpan ASI Memberi ASI
Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Fasilitas tempat kerja
Pemberian ASI : 1. Eksklusif 2. Tidak eksklusif Keterangan :
: yang diteliti : yang tidak diteliti Gambar 3 Kerangka Teori
24
2.3. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas
Variabel Terikat
Pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang
Perilaku ibu dalam pemberian ASI 1. Eksklusif 2. Tidak eksklusif
Dukungan tempat kerja 1. Mendukung 2. Tidak mendukung
Gambar 4 Kerangka Konsep 2.4. HIPOTESIS Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI.
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA Jln. Jaya Wijaya No 11, Kadipiro Surakarta, telp (0271) 857724
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian deskriptif correlation dengan pendekatan Cross Sectional dan tujuan penelitian ini guna menjelaskan penelitian dengan bermacam – macam hubungan (Sugiyono, 2013).Penelitian ini fokus antara variabel dan analisa untuk menguji hipotesa.Karakteristik dari penelitian ini adalah penggambaran dengan mengumpulkan data dari pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi, dukungan tempat kerja dan perilaku ibu dalam pemberian ASI.Dan hasil dari analisanya untuk mengetahui hubungan dari mereka. Penelitian ini menggunakan penjelasan penelitian dengan cross sectional approach sebagai ukurannya (Sugiyono, 2013).
3.2. Populasi Dan Sampel 1. Populasi dan Sampel Populasi merupakan subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut (Aziz, 2003).Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.
25
26
Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bekerja yang menyusui di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo.Penelitian seluruhnya adalah 50 orang. Kriteria responden dalam penelitian a. Kriteria inklusif Adalah subyek yang memenuhi kriteria sebagai responden (Nursalam, 2003). Kriterianya adalah sebagai berikut : 1) Ibu yang mempunyai bayi umur 1 – 6 bulan. 2) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto. 3) Ibu yang bekerja di suatu instansi / perusahaan. 4) Ibu bekerja yang bersedia menjadi responden. 5) Masih menyusui. 6) Pendidikan terakhir. 7) Mampu menulis dan membaca. b. Kriteria eksklusif Menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang dianggap tidak memenuhi kriteria inklusif dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003). Kriterianya adalah sebagai berikut : 1) Ibu yang tidak mempunyai bayi umur 1 – 6 bulan. 2) Tidak bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto. 3) Ibu yang tidak bekerja di suatu instansi / perusahaan. 4) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.
27
5) Tidak menyusui. 6) Tidak mampu menulis dan membaca.
3.3. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo yaitu di posyandu atau kantor tempat ibu – ibu bekerja. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi angket atau selebaran kepada ibu – ibu yang bekerja yang mau menjadi responden dengan mendatangi langsung ke rumah – rumah atau Puskesmas 1 Polokarto yang mempunyai bayi dan masih menyusui yang sesuai kriteria dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 – Juni 2015.
3.4. Variabel, Definisi Operasional, Dan Skala Ukur 3.4.1 Variabel Penelitian 1.
Variabel Bebas Pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi.
2.
Variabel Terikat Perilaku ibu dalam pemberian ASI ekskusif dan tidak eksklusif.
28
3.4.2 Definisi Operasional 1.
Pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi a. Definisi operasional Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang bekerja di instansi/ perusahaan tentang manajemen laktasi yang berhubungan dengan ASI eksklusif, cara mennyusi, cara memerah ASI, dan menyimpan ASI. b. Alat ukur Kuisioner dengan menggunakan Guttman dengan nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah (Arikunto, 2006). c. Kategori Baik
: bila jawaban benar 76 – 100 %
Cukup : bila jawaban benar 56 – 75 % Kurang : bila jawaban benar 55 % d. Skala Ordinal 2.
Perilaku ibu dalam pemberian ASI a. Definisi operasional Suatu tindakan aktif dari seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif jika tanpa makanan. b. Alat ukur Check list
29
c. Kategori Eksklusif
:1
Tidak eksklusif
:0
d. Skala Nominal
3.5. Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Penelitian Instrument
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
berupa
pertanyaan.Skala Guttman digunakan dalam pengukuran pengetahuan yaitu jawaban dikotomi (benar, salah).(Sugiyono, 2013). Dimana : Butir Favorable Jawaban Benar ( B ) Salah ( S )
Nilai 1 ( satu ) 0 ( nol )
Butir Unfavorable Jawaban Benar ( B ) Salah ( S )
Nilai 0 ( nol ) 1 ( satu )
Uji coba instrument sangat diperlukan dalam suatu penelitian untuk mengetahui apakah instrument tersebut layak untuk digunakan.Kuisioner dapat digunakan sebagai alat ukur yang baik apabila terbukti valid dan reabel. Dengan demikian akan digunakan uji validitas dan reabilitas.
30
1. Uji Validitas Validitas merupakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecemasan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data (Singarimbun, 1995). Jenis validitas yang dipakai adalah validitas isi. Validitas isi adalah suatu alat pengukur di tentukan sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili aspek yang dianggap aspek kerangka konsep (Sugiyono, 2013). Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara instrument dengan materi pelayanan yang telah diajarkan. Jenis statistik untuk menilai validitas isi menggunakan korelasi product moment dengan rumus : r= _ N ∑xy-(∑x)(∑y) 2 √(N∑x -(∑x) 2)(N∑y2-(∑y) 2) Keterangan : r = koefisien korelasi suatu butir ( item ) X = skor untuk semua pertanyaan N = jumlah responden Keputusan uji : R xy ≥ r tabel item pertanyaan tersebut valid R xy ≤ r tabel item pertanyaan tersebut tidak valid (Arikunto, 1997 ). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di posyandu Desa Ledok dengan jumlah 30 orang. Hasil uji validitasdidapatkan
31
bahwa butir pertanyaan pengetahuan yang valid adalah no 3, 4, 5, 13, 14, 15, 19, 21, 22, 28 sedangkan perilaku yang valid adalah no 2, 4, 5, 8, 9, 13, 14, 15, 18, 20. 2. Uji Reabilitas Reabilitas merupakan penilaian untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran tetap konsiten bila dilakukan pengukuran ulang terhadap gejala yang sama dan dengan alat pengukur yang sama (Singarimbun, 1995). Uji keandalan (reabilitas) alat ukur pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja menggunakan tehnik Cronbach’s Coefficient alpha yaitu : σ ܵͳଶ ܭ ൰ ቆͳ െ ቇ ݅ݎൌ ൬ σ ܵ ݐଶ ܭെͳ
Keterangan : ri = Cronbach’s coefficient alpha k = jumlah pecahan si = total dari masing – masing varian pecahan St = total varian Keputusan uji : α ≥ r tabel item pertanyaan tersebut reabel α ≤ r tabel item pertanyaan tersebut tidak reabel (Jogiyanto, 2008).
32
Interpretation reliability test dari Cronbach’s Coefficient alpha adalah ; 0,80 – 1,00 adalah sangat tinggi ; 0,40 – 0,60 adalah sedang ; 0,20 – 0,40 adalah rendah dan 0,00 – 0,20 adalah sangat rendah. Hasil uji reliabilitas pada 10 butir pertanyaan pengetahuan adalah 0,850 sehingga tingkat reliabilitas sangat tinggi sedangkan pada 10 butir pertanyaan perilaku didapatkan nilai reliabilitas 0,811 maka tingkat reliabilitas sangat tinggi. 3.5.2 Pengumpulan Data 1.
Pengumpulan data Dalam usaha memperoleh bahan dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka langkah – langkah pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Langkah – langkah pengumpulan data tersebut dinamakan tehnik pengumpulan data. Metode utama yang dipakai dalam pengumpulan data adalahn tes atau kuisioner. Kuisioner adalah rentetan – rentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2005).
33
3.6. Teknik Pengelolahan Dan Analisa Data 3.6.1 Teknik Pengolahan Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut : 1. Editing Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden.Hal ini dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera dapat dilengkapi. Selama proses penelitian ada beberapa data yang tidak terisi sehingga peneliti meminta responden untuk melengkapinya sehingga didapatkan data yang lengkap. 2. Coding Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah mengolah data, hanya 1 variabel diberi kode yaitu variabel dependen (Nursalam 2013).Sikap ada tiga kategori yaitu 1 untuk kurang, 2 untuk sedang dan 3 untuk baik. 3. Entry data Merupakan suatu proses pemasukan data kedalam komputer untuk selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan program komputer. 4. Cleaning Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang dimasukkan kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya atau
34
proses pembersihan data. Dalam proses ini peneliti melakukan pengecekan ulang untuk memastikan bahwa semua data yang dimasukkan dalam program komputer telah sesuai dengan data asli yang didapat di lapangan. 5. Tabulating Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel kemudian diolah dengan bantuan komputer. 3.6.2 Analisa Data Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian.Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif dengan menggunakan analisis unviariat dan bivariat.Pada penelitian ini menggunakan sistem komputer dalam penghitungan data. Adapun analisa yang digunakan sebagai berikut : 1. Analisa Univariat Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu distribusi frekuensi dan prosentase dari masingmasing variabel (Notoatmodjo, 2005). Analisa univariat juga digunakan untuk menggambarkan nilai mean yang digunakan untuk data yang tidak dikelompokkan ataupun data yang sudah dikelompokkan, nilai median yang merupakan nilai yang berada di tengah dari suatu nilai atau pengamatan yang disusun, serta nilai modus yang digunakan untuk menyatakan fenomena yang paling
35
banyak terjadi (Hidayat, 2007). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah distribusi tentang pendidikan, umur, dan pengalaman menyusui pada ibu. 2. Analisa Bivariat Analisis bivariat menggunakan uji Uji Kendall Tav yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo. Analisa hasil uji statistik : Apabila p value ≤ 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo. Apabila p value > 0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.
3.7. Etika Penelitian 1. Informed Consent Informed
Consent
(lembar
persetujuan)
diberikan
kepada
responden yang akan di teliti. Peneliti menjelaskan maksud, dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama, dan sesudah pengumpulan data.Jika responden bersedia untuk di teliti, maka responden
di
minta
untuk
menandatangani
lembar
persetujuan
36
tersebut.Jika responden menolak untuk di teliti, maika peneliti tidak akan memaksa, dan tetap menghormati hak – haknya. 2. Anominity Untuk
menjaga
kerahasian
responden,
peneliti
tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data (kuesioner), cukup dengan memberi atau nomor tertentu pada lembar kuesioner tersebut. 3. Confidentialy Kerahasian informasi yang di berikan oleh responden di jamin oleh penelit, hanya kelompok data tertentu yang akan di sajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset, dan tidak akan di sampaikan kepada pihak lain yang tidak terkait dengan penelitian (Nursalam, 2003).
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Responden 4.1.1. Karakteristik Responden Menurut Umur Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan karakteristik responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin yang telah disusun dalam bentuk tabel serta deskripsi. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Karakteristik responden menurut umur hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur (n=50) Klasifikasi Umur Jumlah (n) Presentase (%) 26-35 Tahun 25 50% 36-45 Tahun 20 40% 46-55 Tahun 5 10% Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 26-35 tahun. 4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik responden menurut jenis kelamin hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
37
38
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin (n=50) Klasifikasi Jenis Jumlah (n) Presentase (%) Kelamin Laki-Laki 0 0% Perempuan 50 100% Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini semua perempuan dengan jumlah 50 responden. 4.1.3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Karakteristik responden menurut tingkat pendidika hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan (n=50) Klasifikasi Tingkat Jumlah (n) Presentase (%) Pendidikan SD 8 16% SMP 12 24% SMA 30 60% Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dostribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 30 orang (60%).
39
4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi (n=50) Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%) Kurang 3 6% Cukup 32 64% Baik 15 30% Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas didapatkan data tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi yang paling banyak adalah cukup yaitu 32 orang (64%). 4.2.2. Perilaku Perilaku Pemberian ASI Tabel 4.5 Perilaku Perilaku Pemberian ASI (n=50) Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%) Kurang 4 8% Cukup 30 60% Baik 16 32% Jumlah 50 100%
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas didapatkan data perilaku pemberian ASI paling banyak adalah cukup yaitu 30 responden (60%) dan yang paling sedikit adalah kurang yaitu 4 responden (8%).
40
4.3. Analisis Bivariat Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI (n=50) Variabel P Value Tingkat Pengetahuan 0,016 Perilaku
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p value = 0,016 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI. .
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Distribusi responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 26-35 tahun yaitu 25 orang (50%) dan paling sedikit usia 46- yaitu 5 orang (10%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2009) yang menunjukkan bahwa karakteristik responden yang paling banyak berdsarkan umur adalah umur 25-30 tahun yaitu 9 orang (36%). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang diambil peneliti memiliki karakteristik umur yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) walaupun berbeda wilayah.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini semua perempuan dengan jumlah 50 responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setiyowati & Khilmiana (2010) yang menunjukkan
bahwa
karakteristik
responden
sepenuhnya
adalah
perempuan dengan jumlah 30 orang. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang diambil peneliti sesuai dengan kriteria inklusi yaitu berjenis
kelamin
karakteristik
jenis
perempuann kelamin
yang
sedang
responden
41
menyusui
semuanya
sehingga
perempuan.
42
3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 30 orang (60%) dan yang paling sedikit SD yaitu 8 orang (16%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2009) yang menunjukkan pendidikan responden yang palng banyak adalah 16 orang (50,5 %). Peneliti lain yang dilakukan oleh Setyorini (2014) bahwa responden yang paling banyak berpendidikan pasca sarjana dan yang paling sedikit adalah SMP. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan wilayah pengambilan responden dan kemajuan SDM di suatu wilayah.
5.1. Analisis 1. Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi Data tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi yang paling banyak adalah cukup yaitu 32 orang (64%) dan yang paling sedikit adalah kurang yaitu 3 orang (6%). Hasil penelitian Sari (2009) menunjukkan data bahwa tingkat pengetahuan ibu yang paling banyak tentang manajemen laktasi adalah cukup yaitu 13 orang (52%). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang (Setiyowati & Khilminia, 2010). Menurut Rini (2008) pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan kelakuan.
43
Pendidikan berkaitan dengan transmisi, pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan dan aspek kelakuan yang lain. Dengan pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pola fikir seseorang untuk bertindak dan mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat kedewasaan disamping itu hal yang mempengaruhi pemberian ASI adalah pengalaman dan pengalaman yang membuat responden tidak memberikan suatu formula pada bayinya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik pula perilaku seseorang dalam hal ini adalah manajemen laktasi. Perilaku yang baik sangat erat hubunganya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut sehingga semakin baik pengetahuannya maka semakin baik pula perilakunya (Sari,2009). Hasil penelitian Setyowati & Khilmiana (2010) menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak akan memberikan ASI esklusif kepda bayi mereka. Sebaliknya ibu dengan pengetahuan yang rendah mengenai ASI akan kurang dalam hal memberikan ASI esklusif kepada bayinya. Dalam hal ini pendidikan merupakan satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Tingkat pengetahuan yang tinggi ikut menentukan mudah tidaknya ibu untuk memahami dan menyerap informasi tentang ASI esklusif. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka semakin tinggi pula ibu dalam menyerap informasi tentang ASI esklusif.
44
2. Perilaku Perilaku Pemberian ASI Data perilaku pemberian ASI paling banyak adalah cukup yaitu 30 responden (60%). Pemberian ASI oleh ibu sejak jaman dulu sudah merupakan sebuah tradisi dan merupakan suatu kewajiban ibu. Mereka para ibu memberikannya lebih beranjak pada naluri dan tuntutan kewajiban mereka. ASI eksklusif mencakup manfaatnya bagi bayi maupun bagi sang ibu maupun bagi keluarga secara umum. Jika dilakukan dengan baik, maka ASI eksklusif merupakan nutrien utama bagi bayi, sedangkan bagi ibu menyusui dapat mencegah beberapa penyakit ibu serta aspek psikologis, Selain itu pemberian ASI eksklusif berdampak pada aspek ekonomi, dimana kebutuhan ASI cukup untuk mmberikan nutrisi kepada bayi dengan tidak diperlukannya susu formula yang berarti akan memperkecil pengeluaran keluarga (Setiyowati & Khilmiana, 2010). Suatu tindakan atau perilaku akan terwujud apabila responden memahami dan mau melakukan manajemen laktasi yang baikm dalam pemberian ASI esklusif. Dari penelitian yang dilakukan oleh Setyorini (2014) didapatkan bahwa perilaku pemberian ASI esklusif dengan kategori yang tidak baik sebanyak 20%. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmojo (2010), bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) yang artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
45
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI Berdasarkan hasil analisis penelitian ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemenlaktasi dengan perilaku pemberian ASI. Menurut Notoatmojo dalam Sari (2009) mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu seperti melihat,mendengar, mencium, merasa dan meraba. Namun sebagian besar pengetahuan itu sendiri diperoleh melalui mata dan telinga, jadi dengan kata lain dari hasil mendengar dan melihat. Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip di Notoatmojo adalah dengan pemberian
informasi
untuk
meningkatkan
pengetahuan
sehingga
menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Perubahan perilaku yang baik sangat erat hubungannya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut sehingga semakin baik pengetahuannya maka semakin baik pula perilakunya (Sari, 2009). Hasil penelitian Setyowati & Khilmiana (2010) menunjukkan bahwa Ada kecenderungan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak akan memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka. Sebaliknya ibu dengan pengetahuan yang rendah mengenai ASI akan kurang mau memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dalam hal ini pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Tingkat pengetahuan yang tinggi ikut menentukan mudah
46
tidaknya ibu untuk memahami dan menyerap informasi tentang
ASI
eksklusif. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka makin tinggi pula ibu dalam menyerap informasi tentang ASI eksklusif. Menurut Bloom dalam Notoatmojo (2005), pengetahuan merupakan salah satu domain terbentuknya perilaku. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan yang baik akan lebh awet daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pengalaman menyusui sebelumnya dan keterpaparan dengan sumber informasi seperti media massa, petugas kesehatan, dan kontak dengan kelompok ibu yang sudah berhasil menyusui.
BAB VI PENUTUP
5.1. Kesimpulan 1. Karakteristik responden ibu menyusui di Desa Kenorejo Polokarto Sukoharjo berdasarkan umur responden yang paling banyak adalah usia 26-35 tahun yaitu 25 orang (50%) dan semua berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 50 responden. 2. Tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi di Desa Kenorejo Polokarto Sukoharjo yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 30 orang (60%). 3. Perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenorejo Polokarto Sukoharjo paling banyak adalah cukup yaitu 30 responden (60%). 4. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo 5.2. Saran 5.2.1. Bagi Puskesmas Diharapkan dengan penelitian ini Puskesmas dapat meningkatkan program penyuluhan kepada masyarakat mengenai perilaku menyusui yang baik.
47
48
5.2.2. Bagi Ibu Diharapkan bagi ibu-ibu yang menyusui dapat meningkatkan kesadaran diri dalam perilaku ibu dalam pemberian ASI eskusif. 5.2.3. Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi serta bahan dalam mengembangkan penelitian tentang ASI esklusif. 5.2.4. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian tentang ASI esklusif guna melancarakan upaya mencerdaskan anak bangsa melalui program ASI esklusif sesuatu ketentuan Depkes. 5.2.5. Peneliti Hasil penelitian ini menjadi sebuah motivasi bagi peneliti untuk lebih belajar lagi serta memberikan sebuah dorongan untuk aktif dalam memberikan program-program penyuluhan ASI esklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S dan Haryanto.(2000). Modul Evaluasi Program Pendidikan.Yogyakarta : Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Arikunto, S. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rieneka Cipta. Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ayu, Rosita. 2011. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Salawa dan Suka Hening Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010. Jurnal Penelitian. Tasikmalaya: Stikes Respati. Azwar, S. (2011).Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bestable, SB. (2002).Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran Dan Pembelajaran. Jakarta : EGC. Cadwell, K. Cindy Turner. (2011). Manajemen Laktasi. Alih Bahasa: Estu Tiar. Jakarta: EGC. Dasi, Ariyana. (2008). Tingkat Pengetahuan tentang Penyimpanan ASI pada Ibu Bekerja di Asrama Polisi Kalisari Semarang Kecamatan Semarang Selatan.Journal Keperawatan.FIKKES.Volume 1 no 208. Depdiknas.(2008). KBBI Daring.Dipetik Agustus 07, 2013.Dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. http://bahasa.kemdiknas.go.id/vkbbi/in dex.php Depkes. RI. (2005). Kebijakan Depkes tentang Peningkatan Pemberian ASI Pekerja Wanita. Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI. Dinas Kesehatan. (2008). Profil Kesehatan Jateng.
Dyah.(2009). Pemodelan Kuantitatif untuk Analisis Faktor Penentu Praktek Pemberian Asi Eksklusif pada Ibu Bekerja di Instansi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Elmiyasna, K. (2009). Kajian Pemberian ASI Eksklusif Kaitannya dengan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Menyusui di Puskesmas Nanggala Padang.Vol. 1.No. 1. Padang. Hidayat, AA. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta. http://www.edukasiana.net/2013/02/pengertian-pengetahuan-dan-tingkatan.html Kristiyana Sari, W. (2009).ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. Meliono.(2007). MPKT modul 1. Jakarta: Lembang penerbitan FEUI. Mubarak, Wahid Iqbal,dkk. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Metode Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mubarok W. I, Chayantin.N. (2009).Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. Muchlisin Riadi. 2013. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. Dipetik Oktober 6, 2013.Dari : Pendidikan Muchlisin Riadi. 2013. Pengertian, Tingkatan dan Cara Meemperoleh Pengetahuan. Dipetik Oktober 6, 2013.Dari : Pendidikan Notoatmojo S. (2005). Metodologi penelitian Kesehatan.Jakarta : Rieneka Cipta. Notoatmojo S. (2007). Pendidikan Perilaku.Yogyakarta : Andi Offset.
Kesehatan
dan
Ilmu
Perubahan
Notoatmojo, S. (2007).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam.(2002). Pendekatan Praktis Metodology Riset Keperawatan.Jakarta : CV Sagung Seto. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Perinasia.(2009). Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Cetakan ke 2, Program Manajemen Laktasi. Jakarta: Perinasia. Proverawati, A, Eni, R. (2010).Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Purwanti, H.S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC. Riwidikdo, H. (2010). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Roesli, U. (2005). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Sinarimbun, M dan Sofian E. (1988).Metode Penelitian Survey Pustaka.Jakarta : LP3ES. Sugiono.(2004). Statisitika untuk Penelitian.Jakarta: CV Alfabeta. Sugitno.(2012). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, (2013).Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, dan R & D.Bandung : Alfabeta.
Pendekatan
Kuantitatif,
Sugiyono.(2004). Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Penerbit Alfabeta. Sari, Maya Maulda.2009.Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi di Kecamatan Peusangan Kabupaten Birauen.Skripsi.Medan.Universitas Sumatra Utara Suradi, R. (2010). Ikatan Dokter Anak Indonesia: Indonesia Menyusui. Badan Penerbit: IDAI. Suriasumantri, J. S. (2001). Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Wawan, Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dsan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Wikipedia.
Pengetahuan.
Dipetik
Agustus
19,
2013,
dari
Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan Winarsunu T. (2004). Statistik Dalam Penelitian Psikologi Pendidikan.Malang : Penerbit Universitas Muhamadiyah Malang.
dan