148
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI DENGAN PERILAKU IBU SAAT MENYUSUI DI KABUPATEN BANTUL Reni Merta Kusuma1, Ristiana Ariningtyas1 1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
ABSTRACT Background: Breastmilk is essential for baby’s growth and development as well as for maternal health. Basic Health Research has reported that exclusive breastmilk coverage in Indonesia has only reached 42% in 2012. In Special Regency of Yogyakarta, the coverage was fluctuative along the years of 2008 to 2012. There has been a decrease in exclusive breastmilk coverage that leads to a need to conduct some interventions. The interventions are required in order to prevent lower nutritional status in babies. Methods: This research was a retrospective research, with cross sectional approach. This research employed survey to test the relationship between knowledge and mothers’ attitude during breastfeeding. Results: Research showed the relationship between knowledge and mothers’ attitude during breastfeeding had the score of r=0,104 and p=0,14, which meant that there was not a significant relationship between knowledge and mothers’ attitude during breastfeeding Conclusion: There was not a significant relationship between knowledge and mothers’ attitude during breastfeeding Keywords: Knowledge, breastfeeding, breastmilk
PENDAHULUAN
para ibu untuk menyusui eksklusif selama 6
Air Susu Ibu sangat diperlukan bagi
bulan.2
kesehatan dan tumbuh kembang anak serta
Kegiatan pemantauan ASI eksklusif
kesehatan ibu. Rekomendasi World Health
pada sasaran berusia 0-6 bulan yang diberi
Organization (WHO) tahun 2002 bahwa
ASI saja tanpa makanan atau cairan lain
Standar Emas pemberian makanan bagi bayi
kecuali obat dan mineral, berdasarkan recall
(Golden
dari
24 jam, dari 8.505 bayi yang ada, hanya
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI eksklusif 6
sebanyak 5.987 bayi (70,4%) pada tahun
bulan, pemberian Makanan Pendamping ASI
2012, ini masih dibawah yang harus dicapai
(MP-ASI) setelah bayi usia 6 bulan dengan
sebesar 80%.3
Standart
Feeding)
dimulai
tetap memberikan ASI sampai anak usia 2 tahun atau lebih.1
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012
yang
Cakupan pemberian ASI Eksklusif di
diputuskan tanggal 1 Maret 2012, berisi
Indonesia baru mencapai angka 42%, jika
tentang Pemberian ASI Eksklusif. Peraturan
dibandingkan dengan target WHO yang
ini dilahirkan guna menjamin pemenuhan hak
mencapai
dari
bayi untuk mendapatkan sumber makanan
melalui
terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6
Kementerian Kesehatan merekomendasikan
bulan, kebijakan ini juga melindungi ibu
50%,
target.Pemerintah
ini
masih Indonesia
jauh
149
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015
dalam memberikan ASI eksklusif kepada 5
bayinya. Bayi
ibu
memberikan ASI kepada bayinya dipengaruhi
tinggi
oleh pengetahuan terkait dengan ASI di
dibandingkan yang tidak, hal ini didukung
antaranya pentingnya kandungan ASI yang
data bahwa bayi yang diberi ASI lebih dari 6
sangat bermanfaat dan dibutuhkan bayi dan
bulan memiliki ketahanan hidup sebesar 33,3
zat kekebalan yang dapat diterima bayi
kali dibandingkan yang diberi ASI kurang dari
dengan meminum ASI. Ibu menyusui tidak
4 bulan.4
akan berkeinginan dan bertekad memberikan
ketahanan
mendapatkan
seorang
ASI
memiliki
yang
Kemampuan
hidup
lebih
ASI eksklusif merupakan salah satu
ASI eksklusif jika di dalam dirinya tidak
program yang cukup sulit dikembangkan
memahami
karena
eksklusif sangat bermanfaat bagi ibu dan
berkaitan
dengan
berbagai
dengan
bahwa
bayinya
ASI eksklusif di Provinsi DIY sampai tahun
perkembangan bayi. Hal ini seperti hasil
2008 baru mencapai 39,9%, menurun pada
penelitian Widiyanto bahwa ada hubungan
tahun
kuat antara pengetahuan, dan sikap ibu
sebesar
34,56%,
tetapi
meningkat menjadi 40,03% pada tahun 2010,
pertumbuhan
ASI
permasalahan sosial di masyarakat. Cakupan
2009
terutama
benar
dan
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif.7
sedangkan tahun 2011 kembali menunjukkan
Faktor intrinsik ibu menyusui dalam
peningkatan menjadi 49,5%. Capaian ASI
memberikan
eksklusif tahun 2012 sedikit menurun yaitu
motivasi.Motivasi ibu menyusui memberikan
sebesar 48%.4
ASI kepada bayinya sangat memengaruhi
Rendahnya
cakupan
ASI
tidak
ASI
keberlangsungan
kepada
pemberian
bayinya
ASI
yaitu
sampai
hanya berdasarkan faktor ekstrinsik atau
anak berusia 2 tahun. Jika motivasi ibu untuk
pengaruh eksternal dari ibu menyusui, tetapi
menyusui
juga faktor intrinsik yaitu motivasi diri dan
pelaksanaan dan proses menyusui yang
tekad untuk mampu memberikan ASI terlebih
terlihat dalam perilaku juga rendah. Perilaku
lagi yang diberikan secara eksklusif pada
menyusui
bayinya.Hasil penelitianRacine menemukan
kemungkinan
bahwa
dapat
pendeknya lama memberikan ASI kepada
dalam
bayi, dengan kata lain sebelum bayi usia 2
yang
tahun sudah tidak disusui ibunya lagi. Hal ini
pengalaman
menyusui
memengaruhi
motivasi
memberikan
6
ASI.
Faktor
ibu intrinsik
rendah,
yang
kurang dapat
kemungkinan
tepat
besar
menyebabkan
berpengaruh yaitu pemberian informasi dan
akan
pengetahuan untuk menyusui, sedangkan
ketidaksanggupan menyusui (salah satunya
faktor
dukungan
yang terlihat dari perilaku menyusui) terjadi
petugas
pada saat bayi masih berusia 0-6 bulan. Usia
ekstrinsiknya
keluarga, kesehatan.
adalah
masyarakat,
dan
semakin
besar
memrihatinkan
jika
0-6 bulan merupakan masa bayi berhak
150
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015
mendapatkan
ASI
saja
tanpa
ditambah
ASI sangat membantu dan mendukung ibu
dengan makanan lain. Masa tersebut dikenal
menyusui
dengan
kepada
masa
ASI
eksklusif.Perilaku
untuk
terus
bayinya
memberikan
sampai
kedua
usia
hal
2
tahun.
tersebut
yang
memberikan ASI eksklusif dipengaruhi oleh
Setidaknya
pengetahuan dan motivasi ibu menyusui
menguatkan
dalam memberikan ASI eksklusif. Hal itu
wilayah Kabupaten Bantul Yogyakarta.
penelitian
ASI
ini
dilakukan
di
sesuai dengan hasil penelitian Suharti yang menyatakan motivasi
bahwa
pengetahuan
berpengaruh
seseorang.
terhadap
dan
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
perilaku
8
Rancangan
penelitian
ini
adalah
penelitian retrospektif dengan pendekatan
Berdasarkan
atas,
cross-sectional.Penelitian ini menggunakan
penelitian ini hendak meneliti pengetahuan
metode survei untuk menguji hubungan-
ibu
yang
hubungan yang terkait antara pengetahuan
terdapat dalam ASI, motivasi ibu untuk
ibu tentang ASI dan perilaku ibu saat
menyusui bayinya, dan perilaku ibu saat
menyusui.
menyusui
menyusui
uraian
tentang
dalam
di
kandungan
konteks
ibu
mampu
Lokasi
penelitian
dilakukan
di
melakukan teknik menyusui yang benar.
Kabupaten Bantul Yogyakarta, yaitu di Desa
Ketiga
terkait
Bantul, Desa Guwosari, Desa Bangunjiwo,
keberlangsungan seorang ibu memberikan
dan Desa Pleret.Penelitian ini dilaksanakan
ASI baik secara langsung bayi menyusu
Juli-Agustus 2015.
hal
tersebut
saling
kepada ibu atau bayi memperoleh ASI perah
Sumber
data
berasal
dari
ibu
sampai bayi berusia 2 tahun, sehingga
menyusui yang memiliki bayi berusia 6-12
penelitian lebih fokus pada pengetahuan ibu
bulan sebagai responden.Responden diminta
tentang ASI, motivasi memberikan ASI, dan
untuk mengisi lembar soal untuk mengambil
perilaku menyusui yang tergambar selama
data pengetahuan tentang ASI dan kuesioner
menyusui/ teknik menyusui.
tentang perilaku ibu saat menyusui.
Tempat
penelitian
yang
dipilih
Data penelitian diperoleh dari ibu
adalah Kabupaten Bantul Yogyakarta dengan
yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan dan
alasan Kabupaten Bantul merupakan salah
masih
satu kabupaten yang memiliki cakupan ASI
pengambilan
tertinggi di Yogyakarta.Prestasi yang dimiliki
diambil
tersebut didukung dengan program dari
ditemukan
Dinas Kesehatan Bantul yaitu salah satunya
memberikan ASI kepada bayinya dan lebih
adanya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI).
memilih memberikan susu formula kepada
Beberapa sumber menuliskan adanya KP-
bayinya.
menyusui
sampai
data.
karena juga
dengan
Ketentuan
di ibu
dalam
masa
tersebut
masyarakat
menyusui
tidak
151
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015
Metode pengumpulan data dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan cara menentukan tempat penelitian
Hasil Penelitian
di
Ibu
Hasil penelitian ini menemukan beberapa
menyusui yang memiliki bayi usia 6-12 bulan
data yaitu karakteristik responden yang
di
Kabupaten
tempat
responden. dengan
Bantul
Yogyakarta.
penelitian
diambil
sebagai
dilakukan
Responden
diambil
datanya
variabel penelitian (pengetahuan responden
mengisi
disiapkan.Data
kuesioner yang
yang
telah
telah
didapatkan
penelitian
dan
hasil
analisis
tentang ASI dan perilaku responden saat menyusui).
kemudian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam program komputer agar lebih aman
Tabel 1. Karakteristik responden
untuk penyimpanannya dan lebih mudah
Jenis
Kriteria
Jumlah
Prosentase
untuk pelaksanaan analisis.
Usia
15-20
2
1%
123
60,9%
74
36,6%
>40 tahun
3
1,5%
SD
9
4,5%
tahun
Populasi dalam penelitian ini adalah
21-30
semua ibu menyusui di wilayah Kabupaten
tahun
Bantul
2.176
31-40
orang.Sampel dalam penelitian ini adalah ibu
tahun
Yogyakarta
menyusui
di
wilayah
berjumlah
Kabupaten
Bantul
Yogyakarta yang memiliki bayi berusia 6-12
Pendidi
bulan dan tidak memiliki riwayat penyakit yang
menghalangi
kan
ibu
untuk
SLTP
39
19,3%
sampel
dilakukan
SLTA
143
70,8%
PT
11
5,4%
Buruh
51
25,2%
random sampling yang dipadukan dengan
PNS
2
1%
cluster random sampling sehingga semua ibu
Pegawai
61
30,2%
menyusui
Swasta 88
43,6%
menyusui.Pengambilan
secara acak di seluruh wilayah Kabupaten Bantul dengan jumlah 202 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple
di
memiliki
wilayah
kesempatan
Kabupaten yang
sama
Pekerja an
Bantul
Tidak
untuk
Bekerja
menjadi responden dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini dianalisis untuk mencari
Responden terbanyak berusia 21-30 tahun
hubungan
menyusui
sebanyak
ibu
berpendidikan
tentang
pengetahuan
ASI
dengan
ibu
perilaku
menyusui menggunakan chi-square.
saat
36,6%.
Responden
SLTA
terbanyak
sebanyak
70,8%.
Pekerjaan responden paling banyak sebesar 43,5% masuk dalam kategori lain-lain, yaitu ibu
rumah
tangga
yang
murni
tidak
152
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015
melakukan sesuatu yang tidak menghasilkan
Tabel 3. Deskripsi Faktor Agregat Sub
pendapatan keluarga dan ibu rumah tangga
Faktor
yang punya pekerjaan sambilan meskipun
Minim
Maxim
um
um
202
66.67
100.00
89.75
5.39
202
50.00
100.00
81.83
9.60
N
kadang menghasilkan pendapatan keluarga kadang juga tidak menghasilkan pendapatan tambahan untuk keluarga.
Faktor
Ibu (%)
Menyusui (%)
Tabel 2. Analisis Deskripsi
Sub faktor pengetahuan memiliki nilai
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASIdan
Mean 89,75 yang artinya pengetahuan ibu
Perilaku Ibu Saat Menyusui Minim
Maksi
um
mum
Mean
Std.
tentang ASI masuk dalam kategori sangat
Deviasi
baik.Sub faktor perilaku memiliki nilai Mean
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI 1. Kandunga
81,83% yang artinya Perilaku Ibu Saat
202
46,67
100
85,38
8,48
202
40
100
85,84
12,12
n ASI (%) 2. Faktor
Menyusui masuk dalam kategori baik.
Tabel 4.Korelasi Pengetahuan
Kekebalan (%) 3. Makanan
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang 202
60
100
98,01
6,62
ASIdan Perilaku Ibu Saat Menyusui
Penunjang (%) Perilaku Ibu Saat Menyusui Perilaku
Deviation
Pengetahuan
Faktor Perilaku
N
Std.
Mean
202
50
100
81,83
9,60
Menyusui (%)
Analisis deskripsi pada variabel Pengetahuan
Faktor
Pearson
Pengetahu
Correlation
an Ibu (%)
Sig. (2-
Faktor
Faktor
Pengetahuan
Perilaku
Ibu (%)
Menyusui (%)
1
.104
.140
Ibu Menyusui tentang ASI nilai Mean paling
tailed)
tinggi adalah sub pokok materi Makanan
N
202
202
Perilaku
Pearson
.104
1
Menyusui
Correlation
(%)
Sig. (2-
Penunjang yaitu sebesar 98,01 dengan Standar Deviasi 6,62. Analisis deskripsi pada variabel Perilaku Ibu Saat Menyusui memang
tailed)
tidak dibagi menjadi beberapa sub pokok
N
materi, sehingga hanya diperoleh nilai Mean
.140
202
202
Analisis korelasi antara pengetahuan
81,83 dengan Standar Deviasi 9,6 tanpa ada
dengan
perilaku
sub pokok materi lainnya.
r=0,104
dan
didapatkan
p=0,14
artinya
hasil
nilai
tidak
ada
hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Perilaku Ibu Saat Menyusui.
153
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015
Pembahasan
adalah pengetahuan ibu menyusui tentang
Responden dalam penelitian ini
ASI dan pentingnya memberikan ASI kepada
60,9% berumur 21-30 tahun. Range umur 21-
anaknya. Tingkat pendidikan dapat dikaitkan
30 tahun merupakan umur produktif bagi
dengan pola pikir seseorang.
perempuan yang termasuk usia reproduksi
Pola pikir ibu menyusui yang
sehat atau dikenal dengan Wanita Usia
berpendidikan
Subur (WUS). Usia reproduksi sehat yang
berbeda dengan ibu yang berpendidikan
dimaksud adalah sehat untuk mampu melalui
lebih rendah dari SLTA. Pendidikan setingkat
masa kehamilan,
SLTA dapat dikaitkan dengan pola pikir ibu
persalinan,
nifas,
dan
menjadi akseptor kontrasepsi. Gambaran
SLTA besar
kemungkinan
menyusui tentang pemberian asupan terbaik
responden
dalam
untuk bayinya, dalam hal ini adalah ASI.
penelitian ini dapat dikategorikan baik karena
Informasi
responden yang berusia muda (15-20 tahun)
diupayakan agar ibu menyusui tersebut dapat
dan
memiliki
memberikan ASI kepada bayinya terutama
presentase sedikit. Usia yang terlalu muda
ASI saja sampai usia 6 bulan dan dilanjutkan
dan tua sangat tidak sehat dalam melalui
sampai bayi berusia 2 tahun. Mayoritas
masa reproduksi karena dikaitkan dengan
responden dalam penelitian ini berpendidikan
kemampuan fisik seseorang. Kemampuan
SLTA
fisik salah satunya sangat erat kaitannya
pengetahuan yang baik tentang ASI.
berusia
tua
(>40
tahun)
dengan kemampuan otot-otot
yang
yang
responden
untuk melalui fase-fase reproduksi.
dibutuhkan
tentu
memungkinkan
akan
memiliki
Mayoritas pekerjaan responden (43,6%) masuk dalam kategori lain-lain, yaitu
Fase menyusui terutama sejak
ibu
rumah
tangga
yang
murni
tidak
bayi lahir sampai beberapa bulan berikutnya
melakukan sesuatu yang tidak menghasilkan
dapat dikatakan fase yang berat karena
pendapatan keluarga dan ibu rumah tangga
selain ibu mengalami adaptasi hormonal,
yang punya pekerjaan sambilan, meskipun
perubahan fisik, dan psikologi dalam dirinya
kadang menghasilkan pendapatan keluarga
sendiri,
dan
ibu
juga
harus
memperhatikan
kadang
juga
tidak
kecukupan dan kebutuhan bayinya, sehingga
pendapatan
usia 21-30 tahun merupakan masa yang
Kondisi
ideal seorang perempuan melalui fase ini.
memiliki tuntutan dan aturan yang lebih
Sebanyak
70,8%
responden
Tingkat
pendidikan
rendahnya
dengan
tingkat
pengetahuan
seseorang
terhadap suatu hal dalam konteks kali ini
keluarga.
kemungkinan
rendah daripada ibu menyusui yang harus bekerja
dikaitkan
untuk
pekerjaan tersebut
masuk dalam pendidikan terakhir SLTA. biasanya
tambahan
menghasilkan
dalam
suatu
tuntutan
memungkinkan
ibu
dan
instansi.
Lebih
aturan
dapat
menyusui
memiliki
154
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015
perhatian dan waktu lebih banyak untuk
tentunya tidak hanya diperoleh dari proses
memberikan ASI kepada bayinya.
pembelajaran di sekolah formal tetapi dapat
Argumentasi
tersebut
juga diperoleh dari artikel atau publikasi
menyatakan bahwa pekerjaan ibu menyusui
media massa tentang pentingnya ASI untuk
tidak memengaruhi ibu tersebut
dalam
pertumbuhan dan perkembangan seorang
memberikan ASI eksklusif meski ada andil
bayi. Namun dalam penelitian ini tidak
dari
terbukti
jenis
pekerjaan
seseorang.
Besar
kemungkinan ibu yang tidak mampu ASI secara
optimal,
berpikir
cukup
antara
pengetahuan dengan perilaku. KESIMPULAN
eksklusif yang diberikan kepada bayi. Ibu
hubungan
untuk
memberikan ASI meskipun tidak harus ASI
Pengetahuan
adanya
Kesimpulan
Menyusui
dalam
penelitian
ini
adalah:
tentang ASI nilai Mean paling tinggi adalah
1. Karakteristik responden dalam penelitian
sub pokok materi Makanan Penunjang yaitu
ini adalah 60,9% responden berusia 21-
sebesar 98,01 dengan Standar Deviasi 6,62.
30
Materi Makanan Penunjang yang ada di
berpendidikan
dalam
responden
alat
ukur
pengetahuan
lebih
mengupas tentang makanan yang dapat
tahun,
70,8% SLTA,
masuk
responden dan
dalam
43,6% kategori
pekerjaan lain-lain
dikonsumsi ibu menyusui sehingga asupan
2. Tidak ada hubungan secara bermakna
tersebut dapat mendukung ketersediaan dan
antara pengetahuan dengan perilaku ibu
keberlanjutan
menyusui
pemberian
ASI.
Makanan
pendukung produksi ASI sangat penting diketahui
oleh
merupakan
ibu
salah
menyusui satu
faktor
sebab
KEPUSTAKAAN
yang
1. WHO, (2003). Implementing The Global
memengaruhi kuantitas ASI. Ketersediaan
Strategy for Infant and Young Child
ASI yang didukung oleh makanan penunjang
Feeding.
ASI dapat dikaitkan dengan rasa percaya diri
Adolescent Health and Development.
seorang ibu dalam memberikan ASI kepada
Departemen of Nutrition for Health and
bayinya secara eksklusif selama 6 bulan dan
Development. Geneva, Swiss.
berlanjut sampai 2 tahun. Pemberian ASI sampai
bayi
berusia
2
tahun
Departement
2. Kementerian
Kesehatan
of
Child
RI.
and
(2013).
dapat
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar.
memengaruhi kualitas fisik dan kecerdasan
Badan Penelitian dan Pengembangan
bayi tersebut.
Kesehatan. Kementerian Kesehatan, R.I.
Perilaku juga dapat dipengaruhi dari pengetahuan seseorang. Pengetahuan
Jakarta.
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. (2013).
Laporan
Profil
Kesehatan.
Sleman 4. Nurmiati, Besral. (2008). Pengaruh Durasi Pemberian Hidup
Bayi
ASI
terhadap
di
Ketahanan
Indonesia.
Makara
Kesehatan, 12 (2), 47-52 5. Dinas Kesehatan Propinsi Yogyakarta. (2013). Laporan Profil Kesehatan. Daerah Istimewa Yogyakarta 6. Racine, E. F., Friock, KD., Strobino, D., Laura M. Carpenter , L.M., Milligan, R., & Pugh,
L.C.
(2011).
How
Motivation
Influences Breastfeeding Duration Among Low Income Women. J Hum Lact , 25 (2), 173-18 7. Widiyanto, Subur; Aviyanti, Dian; Tyas, Merry. (2012). Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif.
Jurnal
Kedokteran
Muhammadiyah, 1 (1), 25-9. 8. Lisa, Ulfa Farrah. (2012). Hubungan Pemberian
ASI
Eksklusif
dengan
Perkembangan Motorik Kasar Balita di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan Yogyakarta` Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah, 1 (2), 34-7. 9. Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafiq. (2003).
Hubungan
antara
Menyusui
Segera (Immediate Breastfeeding) dan Pemberian ASI Eksklusif sampai dengan Empat Bulan. J Kedokter Trisakti, 2 (22), 47-54
155