HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MENYUSUI ASI DENGAN BODY IMAGE Widhi Sumirat Abstrak Khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia (WHO). Selain itu Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang. Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisa hubungan pengetahuan ibu menyusui ASI dengan Body Image Di BPS S. Sinande Ds.Merjoyo. Desain penelitian yang digunakan adalah desain analitik cross sectional. Populasi yang diteliti adalah 34 dengan 15 sampel dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Untuk variable independent ( pengetahuan ibu tentang menyusui ASI ) didapatkan 6 responden (40%) berpengetahuan baik, 6 responden (40%) berpengetahuan cukup, 3 responden (20%) berpengetahuan kurang. Sedangkan variabel dependent ( body image ) didapatkan 11 responden (73%) positif dan 4 responden (27%) negatif. Hasil penelitian diolah dengan tabulasi silang, dari 15 responden terdapat 6 responden (40%) pengetahuan baik dan body image positif, 5 responden (33%) pengetahuan cukup dan body image positif, 1 responden (7%) pengetahuan cukup dan body image negatif, 3 responden (20%) pengetahuan kurang dan body image negatif. Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik lebih cenderung membentuk body image yang positif dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang. Sehingga ada hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan body image. Berdasarkan hasil penelitian bagi pihak institusi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dengan memberikan penyuluhan tentang menyusui dan ASI serta body image pada ibu menyusui. Kata kunci : Pengetahuan ibu tentang Menyusui ASI, Body Image . Abstract Properties of breast milk is so great, but not many mothers who want or are willing to give exclusive breastfeeding for 6 months as recommended World Health Organization (WHO). In addition I am afraid if the forms of breast feeding and damaged her beauty will be lost. The purpose of this study was analyze the relationship of knowledge breastfeeding mothers with Body Image In BPS S. Sinande Ds.Merjoyo. The design study is a cross sectional analytic design. Population studied was 34 to 15 samples using consecutive sampling technique. For the independent variables (knowledge about breastfeeding mothers) got six respondents (40%) both knowledgeable, 6 respondents (40%) knowledgeable enough, three respondents (20%) are less knowledgeable. While the dependent variables (body image) obtained 11 respondents (73%) positive and 4 respondents (27%) negative. The results processed by cross tabulation, of the 15 respondents there were 6 respondents (40%) knowledge of good and positive body image, five respondents (33%) adequate knowledge and positive body image, one respondent (7%) and sufficient knowledge of negative body image, 3 respondents (20%) and lack of knowledge of negative body image. From the results mentioned above can be concluded that the knowledge of good is more likely to establish a positive body image than the less knowledgeable. So there is a relationship of knowledge about breastfeeding mothers with body image. Based on the results of research for the health institutions are expected to increase knowledge by providing information about breastfeeding and breastfeeding and body image in nursing mothers. Keywords: Knowledge of mothers about breastfeeding, Body Image. Latar Belakang ASI mempunyai keunggulan baik ditinjau dari segi gizi, daya kekebalan tubuh ,psikologi,dan ekonomi (Nugroho,2011). Meskipun khasiat ASI begitu besar , namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan
Jurnal AKP
27
dunia (WHO). Selain itu salah kaprah tentang dampak menyusui terhadap bentuk payudara masih menghantui sebagian perempuan indonesia. Ketakutan para ibu akan perubahan bentuk payudaranya menjadi salah satu kendala dalam pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi. Sebagian bayi yang lahir di Indonesia Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
kurang beruntung karena tidak mendapatkan ASI yang merupakan kebutuhan utama saat lahir ke dunia. Selain mitos negatif, kendala dalam pemberian ASI adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang ASI ( www.jakartastage.com ). Saat ini ,jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan masih rendah yaitu kurang dari 2% dari jumlah total ibu melahirkan,( Yuliarti, 2010). Data tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah (Riskesdas, 2010). Menurut Dirjen Gizi dan KIA masalah utama masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI. Faktor lain yang berpengaruh semakin berkurangnya keinginan untuk menyusui sendiri , dihubungkan dengan pengalaman masa kecil ibu ketika dibesarkan . karena fungsi payudara di masa sekarang simbolisme seksualnya, banyak ibu memaksakan keyakinan kepada anak – anak gadisnya bahwa payudara adalah zona terlarang. Harus disembunyikan dan tidak pernah diekspos. Disamping itu Tidak sempurnanya Pemberian ASI sering disebabkan adanya berbagai mitos yang berkembang di masyarakat, seperti ASI akan mempengaruhi bentuk dan keindahan payudara, pemberian ASI dilarang bagi bayi yang diare , dan lain sebagainya (Yuliarti , 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPS S Sinande Desa Merjoyo dengan Jumlah ibu yang mempunyai bayi berusia 0 - 1 tahun sebanyak 34 bayi. Dengan Jumlah bayi yang diberi ASI oleh ibunya sebanyak: 19 bayi dengan alasan yang bermacam – macam yaitu Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula dan peralatannya,menyusui ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Sedangkan jumlah bayi yang tidak diberi ASI oleh ibunya sebanyak :15 bayi, dengan alasan ibu bekerja sehingga tidak biasa menyusui ASI kepada bayinya,serta Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang. Saat ini ,jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan masih rendah hal tersebut lebih disebabkan oleh beberapa alasan ,antara lain karena pengetahuan
Jurnal AKP
28
ibu tentang pentingnya ASI masih rendah ( Yuliarti, 2010).Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh seseorang tingkat pendidikan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang berperilaku secara ilmiah.Tingkat pendidikan yang rendah akan susah mencerna pesan atau informasi yang disampaikan, (Notoatmodjo, 2003). Dalam garis besar ada tiga tingkatan pendidikan yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan tinggi. Masing-masing tingkat pendidikan tersebut memberikan tingkat pengetahuan tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan tentang pemberian ASI yang dimiliki, (Tarmudji, 2003). Pendidikan tentang pemberian ASI merupakan suatu proses mengubah kepribadian, sikap, dan pengertian tentang ASI sehingga tercipta pola kebudayaan dalam memberikan ASI secara tanpa tambahan bahan makanan apapun. Berpedoman pada tujuan pendidikan diperkirakan bahwa semakin meningkatnya pendidikan yang dicapai sebagian besar penduduk, semakin membantu kemudahan pembinaan akan pentingnya pemberian ASI pada bayi (dr suparyanto,2011).Pemberian ASI jarang membawa hasil yang memuaskan jika ibu bersikap antagonis terhadap gagasan ini. Sebagian ibu mempunyai sikap defentif karena mereka telah dikhotbahi dan bukan didorong serta dibiarkan untuk menggali perasaan mereka mengenai pemberian ASI kepada bayi mereka (Helen Farrer,1999). Perlu diketahui bahwa semakin lama bayi mendapatkan ASI saja maka semakin menguntungkan bayi. Bayi akan terhindar dari pengaruh pemberian makanan di luar ASI, apabila jika selepas pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan,status gizi anak menurun drastis (Yuliarti, 2010). Guna meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) dilakukan sosialisasi tentang perlunya penyampaian ASI bagi bayi tidak hanya ditujukan kepada perempuan, namun juga perlu dukungan dari kaum pria. Serta terbentuk Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dari kepedulian beberapa ibu mengenai pentingnya untuk bayi secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga 2 tahun. Serta Berkaitan dengan peningkatan pemberian ASI, telah ditandatangani Peraturan Bersama antara Menteri Kesehatan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Peningkatan Pemberian ASI Selama Waktu Kerja Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
di Tempat Kerja yang disaksikan Presiden RI pada Peringatan Hari Ibu ke - 80 tanggal 22 Desember 2008 (Depkes, 2011). Dengan memperhatikan kondisi seperti penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “ Hubungan Pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan Body Image “ di BPS S. Sinande Ds.Merjoyo”. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan Body Image 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang menyusui ASI b. Mengidentifikasi Body Image ibu dalam menyusui ASI c. Menganalisa hubungan pengetahuan ibu menyusui ASI dengan Body Image Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik kolerasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu desain penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dan efek , dengan cara pendekatan ,observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu saat ( point time approach )( Notoatmodjo,2010). Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel pengetahuan ibu tentang menyusui sebagai bebas dan body image sebagai variabel terikat. Penelitian dilakukan pada bulan April 2012 di BPS S. Sinande Desa Merjoyo Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 0 - 1 tahun di BPS S. Sinande Desa Merjoyo. Sampel yang digunakan adalah ibu yang tidak memberikan ASI di BPS S. Sinande Desa Merjoyo . maka sampel penelitian sebanyak 15 responden. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti ( tujuan / masalah dalam penelitian) , sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam ,2008). Alat ukur pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner. lembar Kuesioner adalah lembar pertanyaan yang diajukan peneliti, baik pertanyaan terstuktur atau pertanyaan tidak tertruktur
Jurnal AKP
29
(Nursalam,2008) .pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terstruktur. Pertanyaan terstruktur adalah pertanyaan yang mana subyek hanya menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan. Kuesioner memuat aspek pengetahuan tentang menyusui yang meliputi pertanyaan tentang : Cara menyusui yang benar, posisi menyusui yang benar, langkah – langkah menyusui yang benar, faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui dan tips untuk menyusui. Kuesioner tentang body image mencoba mengklarifikasi tentang perilaku terkait body image seperti : menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah, tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh, mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri, perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan ditolak, depersonalisasi ataupun menolak penjelasan tentang perubahan tubuh. Pengolahan data dilakukan dengan teknik editing, coding, scoring dan tabulating. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan analisis tabulasi silang (Cross tabulation). Prinsip etika yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : penggunaan lembar persetujuan menjadi responden (informed concent), ketanpanamaaan (anonimity) serta penggunaan azas kerahasiaan (confidentiality). Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 7% 27%
13%
53%
< 20
21-30
31-40
> 41
Berdasarkan diagram diatas diketahui dari total 15 reponden sebagian besar berumur 21-30 tahun yaitu sebanyak 8 responden (53%), sedangkan sebagian kecil berumur 41 tahun yaitu sebanyak 1 responden (7%). Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 7%
33%
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah Mendapatkan Informasi Mengenai Menyusui ASI.
20%
100%
40%
SD
SMP
SMA
pernah
PT
Berdasarkan diagram diatas diketahui dari total 15 responden. Responden yang berpendidikan SD sebanyak 1 reponden (7%), Responden yang berpendidikan SMP sebanyak 3 responden (20%), berpendidikan SMA 6 responden (40%). Sedangkan yang berpendidikan PT 5 responden ( 33%). 3. Karakteristik Pekerjaan
Responden
33%
Berdasarkan
40%
wirawasta/ swasta
buruh
PNS
Berdasarkan diagram diatas diketahui dari total 15 reponden, Responden yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 3 responden (20%). Responden sebagai Wiraswasta / Swasta sebanyak 6 responden (40%), responden yang bekerja sebagai Buruh sebanyak 1 reponden (7%). sedangkan yang sebagai PNS sebanyak 5 responden (33%).
Jurnal AKP
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Mengenai Menyusui ASI. 7%
Media cetak petugas kesehatan
7% ibu rumah tangga
Berdasarkan diagram diatas diketahui dari total 15 responden. Semua responden pernah mendapatkan informasi mengenai ASI dan Menyusui.
53%
20%
30
tidak pernah
20% 20%
Media elektronik saudara
Berdasarkan diagram diatas diketahui dari total 15 responden sebagian besar responden mendapatkan informasi mengenai menyusui ASI dari tenaga kesehatan yaitu sebanyak 8 responden (53%) sedangkan sebagian kecil responden mendapatkan informasi mengenai menyusui ASI dari Saudara yaitu sebanyak 1 responden (7%).
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
6. Pengetahuan Responden tentang Menyusui ASI 20%
Pengetahuan Ibu Tentang menyusui ASI
40%
Baik 40%
Cukup Kurang
Baik
Cukup
Kurang
Berdasarkan diagram diatas menunjukan dari total 15 responden diketahui bahwa responden yang mempunyai Pengetahuan Baik yaitu sebanyak 6 responden (40%), responden yang mempunyai Pengetahuan cukup yaitu sebanyak 6 responden (40%) sedangkan responden yang mempunyai Pengetahuan kurang yaitu sebanyak 3 responden (20%) 7. Body Image Pada Ibu Menyusui
27% 73%
positif
negatif
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui dari total 15 responden bahwa Body Image Pada Ibu Menyusui yang positif yaitu sebanyak 11 responden (73%) serta Body Image responden yang negatif yaitu sebanyak 4 responden (27%). 8. Hubungan Pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan Body Image Hubungan antara pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan Body Image dapat digambarkan melalui table berikut :
Jurnal AKP
31
Body Image Pada Ibu Menyusui
positif 6 (40%) 5 (33%) 0 (0%) 11 (73%)
negatif 0 (0%) 1 (7%) 3 (20%) 4 (27%)
Total 6 (40%) 6 (40%) 3 (20%) 15 (100%)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang menyusui ASI baik sebanyak 6 reponden (40%) dengan body image pada ibu yang positif . Sedangkan dilihat dari pengetahuan ibu tentang menyusui ASI kurang dengan body image pada ibu yang negatif yaitu sebanyak 3 responden (20%). Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu sudah mau memberikan ASI dilihat dari kriteria pengetahuan yang masuk dalam kriteria baik sehingga body image ibu menjadi positif sedangkan pengetahuan yang kurang cenderung body image menjadi negative. Hal ini menunjukkan Semakin tinggi tingkat pengetahuan yang diperoleh ibu tentang menyusui ASI ,akan mempengaruhi body image ibu menuju positif. Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik lebih cenderung membentuk body image yang positif dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang. Sehingga ada hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan body image. Pembahasan 1. Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui ASI Berdasarkan diagram 4.6 Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui ASI diketahui dari total 15 responden dapat di ketahui memiliki tingkat pengetahuan tentang Menyusui ASI dengan kriteria baik yaitu sebanyak 6 responden (40%) , Pengetahuan tentang Menyusui ASI dengan kriteria cukup yaitu sebanyak 6 responden (40%) kemudian tingkat pengetahuan tentang Menyusui ASI paling sedikit dengan kriteria kurang yaitu sebanyak 3 responden (20%). Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu . Pengetahuan seseorang dapat dikategorikan Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
menjadi pengetahuan baik , cukup dan kurang ( Nursalam 2003). Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal terdiri atas Umur , Pendidikan , Pekerjaan. Dilihat dari Segi Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini dapat dibuktikan dari data yang ada sebagian besar responden yang berumur 21-30 tahun dengan pengetahuan cukup sebanyak 6 responden (40%) sedangkan yang berumur < 20 tahun mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 responden (13%). Menurut fakta dari hasil penelitian , hal ini dikarenakan pada usia ini terdapat banyak responden belum memahami tentang menyusui ASI. Hal ini didukung dari hasil penelitian responden yang berusia masih muda masih malas untuk mengetahui hal tentang menyusui ASI, lebih baik digunakan untuk bermain maupun digunakan untuk mengerjakan hal - hal yang lain, Serta Responden beranggapan bahwa dengan berjalannya waktu pengetahuan tentang menyusui ASI akan dimengerti walaupun tidak dipelajari tetapi sudah mengalami hal tersebut. Selain faktor umur, faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003), Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh factor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan , dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi bahwa didapatkan 2 responden (13%) berpengetahuan kurang pada pendidikan SMP. Sehingga jika pendidikan responden tinggi maka pengetahuan responden tentang menyusui ASI juga tinggi. Hal ini didukung dari hasil penelitian responden yang memiliki pendidikan tinggi tidak pernah malas membaca buku maupun media - media lain yang berisi tentang menyusui ASI, dan saling berinteraksi dengan orang yang mempunyai
Jurnal AKP
32
pendidikan tinggi pula sehingga dapat menambah wawasan tentang menyusui ASI. Namun perlu di tekankan , bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula, hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Hal ini dibuktikan bahwa meskipun responden berpendidikan rendah tetapi pengetahuan responden juga baik dikarenakan mereka sering ikut dalam acara yang diadakan oleh desa maupun petugas kesehatan. Selain faktor pendidikan, faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pekerjaan.Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi dari 15 responden, 3 responden (20%) berpengetahuan cukup dengan pekerjaan wiraswasta/swasta sedangkan yang berpengetahuan kurang masing - masing 1 responden (7%) dengan pekerjaan buruh, 1 responden (7%) dengan pekerjaan ibu rumah tangga serta 1 responden (7%) dengan pekerjaan wiraswasta. Sehingga peneliti berpendapat bahwa pekerjaan juga dapat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini dikarenakan informasi yang didapat tentang menyusui ASI dapat diperoleh dari tempat kerja masing – masing responden. Dan yang paling penting adalah responen harus dapat mengetahui positi maupun negatif dari informasi yang responden dengar. Untuk itu upaya untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang Menyusui ASI yaitu bagi pelayanan kesehatan harus memberi penyuluhan kesehatan sesering mungkin kepada ibu yang mempunyai bayi 0 – 1 tahun, khususnya mengenai Menyusui Dan ASI dengan memperhatikan pola penyampaian atau komunikasi dengan teknik yang benar agar ibu – ibu tidak salah dalam memahaminya serta mudah diterima oleh semua ibu. 2. Body Image Pada Ibu Menyusui Berdasarkan diagram 4.7 dapat diketahui dari total 15 responden dapat di ketahui bahwa Body Image Pada Ibu Menyusui yang paling banyak adalah Body Image positif yaitu Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
sebanyak 11 responden (73%) sedangkan Body Image responden yang negatif sebanyak 4 responden (27%). Body image adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu ( Wartonah, 2006). Serta Menurut Melliana (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi body image antara lain: Proses pembelajaran. Body image merupakan hal yang dipelajari. hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi dari 15 responden , 2 responden ( 13 %) Body image negatif dengan pendidikan SMP. Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat , lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan body image seseorang. Melalui pendidikan akan membuka wawasan dan menambah pengetahuan tentang body image seseorang dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan. Diharapkan seseorang yang mempunyai pendidikan akan mudah menentukan body image dalam bertindak. Melalui pendidikan , responden diharapkan akan mudah menerima informasi dan banyak pula pengetahuan yang didapat, sehingga dapat menunjang body image dalam menghadapi respon dari luar. Dari hasil tersebut diketahui bahwa responden beranggapan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka harus mengutamakan body image orang tersebut , Namun pada kenyataannya , masih terdapat sebagian kecil responden yang sudah mengerti tentang menyusui ASI dengan baik tetapi body image responden yang negatif, Misalnya banyak responden yang sudah tahu tentang manfaat dari ASI , akan tetapi body image responden berlawanan dari yang responden tahu dan jika responden tidak melakukan itu maka responden akan malu jika badannya tidak bagus seperti orang - orang yang seumuran dengannya, serta responden takut jika badannya tidak bagus maka teman – teman maupun lingkungannya akan mengejekknya sampai menjauhi dirinya. . Menurut Blyth, dkk yang dikutip Suryanie (2005) menyatakan faktor sosio kultural berperan penting dalam body image. Ada anggapan masyarakat dalam lingkungan sosial tertentu mengenai tubuh ideal seperti harapan tubuh ramping dan wajah menarik. Citra seperti ini banyak digambarkan melalui media massa
Jurnal AKP
33
dan tubuh ideal cenderung disukai oleh wanita. hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi, bahwa terdapat 3 responden (20%) mempunyai Body image negatif dengan sumber informasi media cetak. Responden beranggapan bahwa tubuhnya harus ideal seperti yang ada di media massa terutama media cetak karena orang – orang maupun lingkungannya akan menilai bahwa tubuhnya bagus seperti yang ada di media cetak . Data di lapangan menunjukan bahwa body image seseorang itu dipengaruhi oleh anggapan masyarakat dalam lingkungan sosial mengenai tubuh ideal seperti harapan tubuh ramping dan menarik yang banyak digambarkan melalui media massa, untuk itu upaya untuk merubah anggapan ibu terhadap tubuhnya dari cukup menjadi baik dan dari kurang menjadi cukup, tidak lain yaitu bisa memilih contoh dari media massa yang terbaik yang bisa diterapkan pada dirinya , mencari sisi positif dari tindakan yang dilakukan dan ibu merasakan bangga dan menerima bentuk badannya yang unik, tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan perubahan yang terjadi serta merasa yakin dan nyaman dengan kondisi badannya selama menyusui. 3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui ASI dengan Body Image Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh dari 15 responden terdapat pengetahuan ibu tentang menyusui ASI baik yang tercapai 6 responden (40%) dengan body image pada ibu yang positif . Sedangkan diketahui juga bahwa pengetahuan ibu tentang menyusui ASI cukup dengan body image pada ibu yang positif sebanyak 5 responden (33%) dan sebaliknya pengetahuan ibu tentang menyusui ASI cukup dengan body image pada ibu yang negatif yaitu sebanyak 1 reponden (7%). kemudian dilihat dari pengetahuan ibu tentang menyusui ASI kurang dengan body image pada ibu yang negatif yaitu sebanyak 3 responden (20%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik lebih cenderung membentuk body image seseorang menjadi positif dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang. Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu . Penginderaan terhadap suatu objek tertentu ( Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
Notoatmodjo, 2003 ). Pengetahuan seseorang dapat dikategorikan menjadi pengetahuan baik , cukup dan kurang ( Nursalam 2003). Menurut peneliti adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan body image, menunjukan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap body image seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin positif juga body image orang tersebut. Sebab pengetahuan dipengaruhi oleh usia, pendidikan, pekerjaan. Hal ini didukung dari hasil penelitian didapatkan responden yang dewasa sudah mengetahui tentang menyusui ASI. Dan semakin cukup umur maka kematangan dan pengalaman jiwa seseorang terbentuk yang dibuktikan dengan sebagian responden berusia < 20 tahun. Beritu juga dengan pendidikan dan pekerjaan saling berhubungan. Sedangkan body imege dipengaruhi oleh pendidikan serta sumber informasi yang didapatkan oleh seseorang tersebut. Melalui pendidikan , responden akan semakin mudah menerima informasi dan banyak pula pengetahuan yang dimiliki sehingga pendidikan dapat menunjang body image seseorang dalam menentukan hal yang harus dilakukan. Dari data di lapangan menunjukan bahwa body image seseorang itu dipengaruhi oleh anggapan masyarakat dalam lingkungan sosial mengenai tubuh ideal seperti harapan tubuh ramping dan menarik yang banyak digambarkan melalui media massa. Untuk itu upaya yang harus dilakukan adalah pelayanan kesehatan harus mampu memberi penyuluhan kesehatan tidak hanya mengenai menyusui ASI melainkan body image ibu pada saat menyusui. Dukungan keluarga dan masyarakat juga tidak kalah penting untuk menjaga body image ibu agar tidak berubah. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian “Hubungan Pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan Body Image ” dapat di ambil kesimpulan: 1. Pengetahuan ibu tentang menyusui ASI di BPS S. Sinande Tahun 2012 didapatkan kriteria baik yaitu sebanyak 6 responden (40%) , setelah itu pengetahuan tentang Menyusui ASI dengan kriteria cukup yaitu sebanyak 6 responden (40%) kemudian tingkat pengetahuan tentang Menyusui ASI dengan kriteria kurang yaitu sebanyak 3 responden (20%).
Jurnal AKP
34
2. Body Image Pada Ibu Menyusui di BPS S.Sinande Tahun 2012 didapatkan Body Image Pada Ibu Menyusui yang paling banyak adalah Body Image positif yaitu sebanyak 11 responden (73%) sedangkan Body Image responden yang negatif sebanyak 4 responden (27%). 3. Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh dari 15 responden terdapat pengetahuan ibu tentang menyusui ASI baik yang tercapai 6 reponden (40%) dengan body image pada ibu yang positif . Sedangkan pengetahuan ibu tentang menyusui ASI kurang dengan Body Image pada ibu yang Negatif yaitu sebanyak 3 reponden (20%).Dari data tersebut menunjukkan semakin baik pengetahuan ibu tentang menyusui ASI semakin sedikit angka Body Image pada ibu yang negatif, dan sebaliknya semakin menurun pengetahuan ibu tentang menyusui ASI semakin tinggi angka peningkatan Body Image pada ibu yang Negatif. Sehingga ada hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan body image. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian Hubungan Pengetahuan ibu tentang menyusui ASI dengan Body Image ini dapat digunakan untuk melengkapi referensi tentang menyusui ASI dan body image. 2. Bagi Lahan Penelitian Disarankan pada tenaga kesehatan di BPS S.Sinande untuk tetap meningkatkan pengetahuan dengan memberikan penyuluhan tentang menyusui dan ASI pada ibu yang mempunyai bayi dengan usia 0-1 tahun. bukan hanya di tempat pelayanan kesehatan saja melainkan di posyandu ,kegiatan agama dan sebagainya agar ibu-ibu tetap memiliki pengetahuan yang baik maupun cukup. 3. Bagi Masyarakat Disarankan untuk memberikan dukungan kepada ibu- ibu yang memiliki kemauan untuk menyusui ASI serta mau datang ketempat pelayanan kesehatan , mengikuti penyuluhan kesehatan, atau aktif dalam kegiatan kesehatan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan untuk melakukan penelitian dengan judul yang sama dengan jumlah responden lebih banyak sebagai bahan perbandingan dengan hasil penelitian ini. Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
M
DAFTAR PUSTAKA Alimul H, Aziz . ( 2003 ). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah Jakarta: Salemba Medika Anwar , Lalu M. ( 2009 ) . Body Image pada Remaja http://anwarsasake. Wordpress .com (diunduh tanggal 16 oktober 2011) Arikunto, Suharsimi.( 1998) . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka cipta Budiharja . ( 2011 ). Banyak Sekali Manfaat Asi Bagi Bayi Dan Ibu. http://www.bppsdmk.depkes.go.id. (diunduh tanggal 16 oktober 2011) Chandra,Budiman. ( 1995 ).Pengantar Statistik Kesehatan, Jakarta: EGC Chayatin Nurul , Wahit Iqbal Mubarak.( 2007 ) . Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi Dalam Praktek .Jakarta :EGC dyahsari .(2003).Body http://dyahsari05.blogspot.com. Tanggal 19 Oktober 2011)
Image. (Diunduh
Dewi , A Wawan. ( 2010 ). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia.Yogjakarta:Nuha Medika
Minarto. ( 2011 ). Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010 -2014 , www.gizikia.depkes.go.id(diunduh tanggal 16 oktober 2011) Notoatmodjo,Soekidjo. ( 2010 ). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho , Taufan . ( 2011 ). ASI Dan Tumor Payudara.Yogjakarta : Nuha Medika Nursalam. ( 2008 ). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Salbiah.( 2003 ).Konsep Diri. repository.usu.ac.id.(Diunduh Tanggal 20 Oktober 2011) Suparyanto . ( 2010 ). Konsep Asi Eksklusif . http : dr suparyanto . blogspot . com . (Diunduh Tanggal 15 Oktober 2011) Suparyanto.(2011). Konsep Ibu . http : dr suparyanto . blogspot . com . (Diunduh Tanggal 17 Oktober 2011)
Farrer,Helen.( 1999 ).Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC Jones,Derek Llewellyn.( 2005 ). Setiap Manusia : Delaratasa Publishing
Wartonah , Tarwoto . ( 2006 ). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta :Salemba
Keliat ,B,A. ( 1992 ). Gangguan Konsep Diri. Jakarta:EGC
Yuliarti, Nurheti. ( 2010 ).Keajaiban ASI. Yogjakarta : Andi
Kristiyansari, weni. ( 2009 ). ASI,Menyusui &Sadari. Yogjakarta: Nuha Medika
Jurnal AKP
35
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015