HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN Yuni Retnowati1, Nurul Muslimah2 1. FakultasIlmuKesehatan, Universitas Borneo Tarakan Email :
[email protected]
ABSTRAK Paritas merupkan wanita yang pernah melahirkan satu keturunan atau lebih yang mampu hidup tanpa memandang apakah anak tersebut hidup pada saat lahir.Faktor yang mempengaruhi pariras yaitu faktor pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi, latar belakang budaya, dan pengetahuan.Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pendapatan yang berhubungan dengan jumlah persalinan di wilayah Puskesmas Mamburungan Kota Tarakan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah data sampel 67 menggunakan metode total sampling. Analisa data menggunakan univariat, bivariat, dan chi-square, dengan menggunakan SPSS for windows versi 22,0. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan chi-square test tingkat pendapatan berhubungan dengan jumlah persalinan, hasil uji chi-squaretest menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah persalinan dengan nilai p = 0,029 < 0,05 sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan jumlah persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan Kota Tarakan sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan Ibu yang memiliki peningkatan persalinan > 4 kali terbanyak yaitu berada pada tingkat pendapatan rendah Kata Kunci: Jumlah Persalinan,tingkat Pendapatan.
42 |
PENDAHULUAN Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia penyebab kematian ibu pada tahun 2012 berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 adalah perdarahan (30,1%), hipertensi (26,9%),infeksi (5,6%), partus lama (1,8%), abortus(1,6%) dan faktor lain (34,5 %) (kemenkes, 2014).Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah; grandemultipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun dan persalinan yang dilakukan dengan tindakan: pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa dan persalinan dengan narkosa (Manuaba,1998).Selain itu, ada juga penyebab lain yang bisa menimbulkan kematian pada ibu hamil, yaitu adanya 4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak) (Sudarma, 2008). Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun, pada grandemultipara yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan dengan grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun (Sumapraja, 2005). Keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi merupakan resiko tinggi pada kehamilan. Menurut Hebert Hutabarat, membagi faktor kehamilan dengan resiko tinggi salah satunya
berdasarkan: komplikasi obstetrik (usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun), paritas (primigravida tua primer atau sekunder, grandemultipara). Menurut J.S. Lesinski faktor risiko yang bekerja saat persalinan yaitu sebagai akibat mekanis dalam hubungan 3P (disproporsi sefalopelvik, kelainan letak: sungsang atau lintang, malpresentasi, ketuban pecah dini, distress janin, perdarahan antepartum, grandemultipara) (Manuaba, 2013).Resiko kehamilan seperti varises disebabkan oleh faktor multipara sampai grandemultipara(Manuaba,1998). Kehamilan dengan ibu berusia lanjut serta multiparitas merupakan faktor predisposisi dari plasenta previa yang merupakan resiko pada persalinan (Kemenkes, 2013). Paritas atau jumlah persalinan adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm dan banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita(Manuaba,1998).Peningkatan paritas dapat meningkatkan resiko timbulnya permasalahan pada kehamilan, persalinan dan nifas (Tiran, 2006).Faktor-faktor yang mempengaruhi paritas salah satunya yaitu kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup (Friedman, 2004).Namun, di negara-negara miskin yang kurang mampu dalam memberikan pelayanan dan infrastruktur pada jumlah penduduk yang meningkat ternyata memiliki fakta bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk yang terbesar. Diproyeksikan bahwa 95% peningkatan populasi yang diantisipasi akan berlangsung di daerah-daerah yang miskin (Chapman, 2008). | 43
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan.Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakitpenyakit tertentu(Chapman, 2008). Penelitian ini memiliki rumusan masalah; Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Jumlah Persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan?sedangkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada Hubungan Tingkat Pendapatan
dengan Jumlah Persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional dan dilanjutkan dengan menggunakan data sekunder dan menggunakan data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang ada di Wilayah Puskesmas Mamburungan.Besar sampel dalam penelitian ini yaitu berjumlah 67 orang dengan tekhnik total sampling. Instrumen yang digunakan adalah checklist serta wawancara langsung dengan responden.
HASIL PENELITIAN A. Analisa Univariat Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat Pendapatan di Wilayah Puskesmas Mamburungan Tingkat Pendapatan
Frekuensi Responden (n)
Presentase (%)
Tinggi Sedang Rendah Total
3 12 52 67
4,5% 17,9% 77,6% 100%
Tabel 1 menunjukkan dari 67 ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang memiliki tingkat pendapatan tinggi sebanyak 4,5% atau sebanyak 3 orang dan 67 ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang memiliki tingkat
pendapatan sedang sebanyak 17,9% atau sebanyak 12 orang serta dari 67 ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang memiliki tingkat pendapatan rendah sebanyak 77,6% atau sebanyak 52 orang.
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat Pekerjaan di Wilayah Puskesmas Mamburungan Tingkat Pekerjaan IRT Wiraswasta Swasta Total
44 |
Frekuensi Responden (n) 61 2 4 67
Presentase (%) 91% 3% 6% 100%
Tabel 2 menunjukkan dari 67 ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 91% atau sebanyak 61 orang dan 67 ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang bekerja sebagai
Wiraswasta sebanyak 3% atau sebanyak 2 orang serta dari 67 ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang bekerja Swasta sebanyak 6% atau sebanyak 4 orang.
Tabel 3.Distribusi frekuensi menurut Jumlah Persalinan Ibu di Wilayah Puskesmas Mamburungan Jumlah Persalinan
Frekuensi Responden (n)
Presentase (%)
≤ 4 kali
3
4,5%
> 4 kali
64
95,5%
Total
67
100%
Tabel 3 menunjukkan sebesar 4,5% atau sebanyak 3 orang dari 67 ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang pernah melahirkan ≤ 4 kali dan sebesar 95,5% atau sebanyak 64 orang dari 67 ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang pernah melahirkan > 4 kali.
B. Analisa Bivariat Setelah dilakukan distribusi frekuensi univariat, selanjutnya menggunakan bivariat untuk deskripsi Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Jumlah Persalinan di Wilayah Puskesmas.
Tabel 4.Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Jumlah Persalinan Tingkat Pendapatan Keluarga Jumlah Persalinan
Tinggi
Sedang
Total
Rendah
≤ 4 kali > 4 kali
∑ 1 2
% 33,3 3,1
∑ 1 11
% 33,3 17,2
∑ 1 51
% 33,3 79,7
∑ 3 64
% 100 100
TOTAL
3
4,5
12
17,9
52
77,6
67
100
Tabel 4 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang pernah melahirkan ≤ 4 kali yang memiliki tingkat pendapatan tinggi sebanyak 1 orang (33,3%) dan yang
pValue
0,029
memiliki tingkat pendapatan sedang sebanyak 1 orang (33,%) serta yang memiliki tingkat pendapatan rendah sebanyak 1 orang (33,3%). Jumlah ibu yang memiliki peningkatan jumlah
| 45
persalinan yang pernah melahirkan > 4 kali yang memiliki tingkat pendapatan tinggi sebanyak 2 orang (3,1%) dan yang memiliki tingkat pendapatan sedang sebanyak 11 orang (17,2%) serta yang memiliki tingkat pendapatan rendah sebanyak 52 orang (77,6%). Perhitungan mencari nilai X2 dengan program statistik menghasilkan nilai X2 hitung sebesar 7.051 dan X2 tabel dihitung dengan rumus df = (k1)(b-1) dan didapat nilai X2 tabel adalah 4,605 dengan derajat kepercayaan 10%. Hal ini berarti bahwa X2 hitung > X2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan. Untuk menguji hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak dapat dengan membandingkan antara X2 hitung dengan X2 tabel. Dalam penelitian ini didapat bahwa X2 hitung > X2 tabel dan nilai p value 0,029 yang berarti p< 0,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan jumlah persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan. PEMBAHASAN A. Tingkat Pendapatan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Mamburungan Tarakan, didapatkan hasil bahwa tingkat pendapatan ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan berada pada kategori tingkat pendapatan rendah. Hal 46 |
tersebut terlihat pada tabel 1 bahwa responden yang memiliki kategori tingkat pendapatan tinggi sebanyak 3 orang(4,5%) dan responden yang memiliki kategori tingkat pendapatan sedang sebanyak 12 orang (17,9%) serta kategori tingkat pendapatan rendah sebanyak 52 orang (77,6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiana Dwi Susanti Aisyan, Dkk (2010) dengan judul ―Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Kematian Perinatal Di Wilayah Kerja Puskesmas Baamang Unit Ii Sampit Kalimantan Tengah‖, yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi keluarga dengan kematian bayi perinatal (Miftakhul, 2004). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ni‘mah Said, Dkk (2015) dengan judul ―Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kecemasan Ibu Primigravida di Puskesmas Tuminting‖ yang menunjukkan ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kecemasan ibu primigravida di Puskesmas Tuminting (Said Ni‘mah, 2015). Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan.Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli.Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan
untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut dan Beri-beri (Kemenkes, 2011). B.
Jumlah Persalinan Pada penelitian ini jumlah ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan berdasarkan tabel 4 didapatkan jumlah persalinan ibu yang pernah melahirkan sebanyak ≤ 4 kali sebanyak 64 orang (95,5%) dan jumlah ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang pernah melahirkan > 4 kali sebanyak 3 orang (4,5%). Paritas atau jumlah persalinan adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm dan banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (Manuaba, 1998). Peningkatan paritas dapat meningkatkan resiko timbulnya permasalahan pada kehamilan, persalinan dan nifas (Tiran, 2006). Paritas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi, latar belakang budaya dan pengetahuan. Salah satu faktor yang mempengaruhi paritas adalah keadaan ekonomi keluarga. Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena
keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup (Friedman, 2004). Faktor pendidikan ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan di wilayah puskesmas mamburungan berdasarkan tabel 2 yaitu pendidikan yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang tamat SD sebanyak 21 orang (31,3%), ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang tamat SMP sebanyak 30 orang (44,8%) dan ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang tamat SMA sebanyak 15 orang (22,4%) serta ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang tamat perguruan tinggi sebanyak 1 orang (1,5%). Tingkat pendidikan terbanyak dari ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yaitu tamat SMP (Sekolah Menengah Pertama) sebanyak 30 orang dan responden terendah yaitu tamat Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang. Faktor pekerjaan ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan di wilayah puskesmas mamburungan berdasarkan tabel 2 yaitu ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang bekerja sebagai ibu rumah rangga sebanyak 61 orang (91%) dan ibu yang memiliki | 47
peningkatan jumlah persalinan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 2 orang (3%) serta ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang bekerja sebagai swasta sebanyak 4 orang (6%). Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. C. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Jumlah Persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan. Sebagian besar ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan memiliki tingkat pendapatan rendah yaitu sebanyak 52 orang (77,6%). Adanya hubungan antara kedua variabel ditunjukkan dari hasil perhitungan Chi-Squarenilai p value 0,029 yang berarti p<0,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan. Melihat adanya hubungan tingkat pendapatan dengan jumlah persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan yang pernah melahirkan ≤ 4 kali memiliki tingkat pendapatan yang bervariasi yaitu berada pada tingkat pendapatan tinggi, sedang dan rendah, sedangkan ibu yang memiliki 48 |
peningkatan jumlah persalinan yang pernah melahirkan > 4 kali memiliki tingkat pendapatan rendah yang berarti bahwa walaupun tingkat pendapatan keluarga rendah ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan pernah melahirkan hingga > 4 kali. Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin banyak pula jumlah riwayat melahirkan, teori tersebut tidak sesuai dengan penelitian diatas dikarenakan ibu yang memiliki peningkatan jumlah persalinan hingga > 4 kali ternyata memiliki tingkat pendapatan rendah. Hal ini juga tidak sesuai dengan pernyataan Friedman (2004) bahwa kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup (kemenkes, 2011). Peningkatan paritas dapat meningkatkan resiko timbulnya permasalahan pada kehamilan, persalinan dan nifas (Chapman, 2008). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ririn Miftakul U. (2004), dengan judul ―Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Paritas pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo‖ yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan paritas ibu di Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Hal ini karena tingkat pendapatan di Kabupaten Sidoarjo sebagian besar adalah pendapatan diatas rata-rata.Walaupun pendapatan diatas rata-rata tetapi responden lebih
memilih untuk memiliki anak >2. Tetapi ada faktor lain yang menyebabkan tinggi rendahnya paritas ibu yakni faktor pandangan ibu yang berbeda-beda tentang paritas. Hal itu yang menyebabkan tidak berpengaruhnya tingkat pendapatan keluarga terhadap paritas ibu (Miftakul, 2004). KESIMPULAN 1. Tingkat pendapatan ibu yang memiliki peningkatan paritas di Wilayah Puskesmas Mamburungan bervariasi berdasarkan jumlah persalinan yang ibu alami baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Ibu yang memiliki peningkatan persalinan yang memiliki tingkat pendapatan tinggi sebanyak 3 orang (4,5%) dan ibu yang memiliki peningkatan persalinan yang memiliki tingkat pendapatan sedang sebanyak 12 orang (17,9%) serta ibu yang memiliki peningkatan persalinan yang memiliki tingkat pendapatan rendah sebanyak 52 orang (77,6%). 2. Jumlah ibu yang memiliki peningkatan persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan yang pernah melahirkan ≤ 4 kali sebanyak 3 orang (4,5%) dan ibu yang pernah melahirkan > 4 kali sebanyak 64 orang (95,5%). 3. Dari hasil pengujian Chi-Square, didapatkan nilai p value 0,029 yang berarti p< 0,05, artinya Ho
ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan jumlah persalinan di Wilayah Puskesmas Mamburungan. Peningkatan paritas dapat meningkatkan resiko timbulnya permasalahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.Kehamilan membutuhkan anggaran khusus seperti biaya ANC, makanan bergizi untuk ibu dan janin, pakaian hamil, biaya persalinan dan kebutuhan bayi setelah lahir sehingga tingkat pendapatan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap jumlah persalinan. REFERENSI Aisyan Septiana Dwi Susanti, Dkk. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Kematian Perinatal Di Wilayah Kerja Puskesmas Baamang Unit Ii Sampit Kalimantan Tengah 2010: 36. Chapman R, Audrey, dkk. Bumi Yang Terdesak. Indonesia: Mizan Pustaka. 2008: 69. Depkes RI. Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia. Jakarta. 2007. Friedman. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2004. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI. 2013: 96. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan | 49
Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI. 2015. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Infodatin. 2014. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011: 16-19. Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 1998: 158, 208 & 295. Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC. 2013: 241-242.
50 |
Miftakul Ririn U. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Paritas pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo Surabaya. UNESA: 2004. 46-47. Said Ni‘mah, Dkk. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kecemasan Ibu Primigravida di Puskesmas Tuminting 2015: 6. Sudarma M. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008: 177. Sumapraja S dan Rachimhadhi T. Perdarahan Antepartum dalam: Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005: 36385. Tiran D. Kamus Saku Bidan Edisi 10. Jakarta: EGC. 2006: 192.