PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN SELF REGULATED LEARNING DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMP KRISTEN HARAPAN 1 DENPASAR
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Adisti Wastu Kirana Lembut 119114038
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketolah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Matius 7:7-8)
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6)
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi ini saya persembahkan untuk Yang Maha Kuasa, Tuhan Yesus Kristus Kedua orangtua yang kusayang, ibu dan bapak Para sahabat
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan Keaslian Karya Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Desember 2016 Penulis,
Adisti Wastu Kirana Lembut
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN SELF REGULATED LEARNING DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMPK HARAPAN I DENPASAR Adisti Wastu Kirana Lembut ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self regulated learning dengan kenakalan remaja. Variabel self regulated learning terdiri dari tiga aspek, yaitu metakognitif, motivasi, dan perilaku. Sedangkan kenakalan remaja terdiri dari dua golongan, yaitu kenakalan yang tidak melanggar hukum dan kenakalan yang dianggap melanggar hukum. Subjek penelitian ini berjumlah 240 orang siswa/siswi dengan menggunakan metode pengambilan sampel teknik convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala regulasi diri dan skala kenakalan remaja yang dikembangkan oleh peneliti. Skala self regulated learning ini terdiri dari 25 item dengan nilai reliabilitas alpha berstrata sebesar 0,828 (α s = 0,828), skala kenakalan remaja terdiri dari 24 item dengan nilai reliabilitas berstrata sebesar 0,853 (α s = 0,853). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik Spearman Rho. Hasil uji hipotesis hubungan self regulated learning dengan kenakalan remaja diperoleh nilai signifikansi sebesar -0,302 (p < 0,05). Hasil ini menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self regulated learning dengan kenakalan remaja. Kata kunci: self regulated learning, remaja, kenakalan remaja
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE RELATION OF SELF REGULATED LEARNING WITH JUVENILE DELINQUENCY IN HOPE JUNIOR HIGH SCHOOL DENPASAR Adisti Wastu Kirana Lembut ABSTRACT The purpose of this study was to understand the relation of self regulated learning with juvenile delinquency. Self regulated learning has three aspects: metacognitive, motivation, and behavior. While the juvenile delinquency consist of two categories: illegal deliquency and non illegal deliquency. The subject of this study were 240 students, selected using convenience sampling. Data collection was carried out by using the self regulated learning and juvenile delinquency scales developed by researchers. The scale of self regulated learning consisted of 25 items with the reliability of alpha 0,828 (αs = 0,828), juvenile delinquency scale consisted of 24 item with reliability of alpha 0,853 (αs = 0,853). The research is quantitative research, spearman rho. The results of the hypothesis relations of self regulated learning with juvenile delinquency obtained value significance of -0,302 (p < 0,05). The results showed significant corelation between self regulated learning with juvenile delinquency. Keywords: self regulated learning, teenager, juvenile delinquency
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Adisti Wastu Kirana Lembut
NIM
: 119114038
Demi membangun ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul: “HUBUNGAN SELF REGULATED LEARNING DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMP KRISTEN I DENPASAR” Berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 5 Desember 2016 Yang menyatakan,
(Adisti Wastu Kirana Lembut)
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing dalam setiap proses pembuatan skripsi, sehingga sejak awal dapat berjalan dengan baik dan pada akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun tidak dipungkiri bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang dialami oleh penulis selama proses pembuatan skripsi. Salah satu tujuan dan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.). Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada 1.
Bapak Dr. T. Priyono Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2.
Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3.
Bapak Prof. A. Supratiknya., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberi masukan dan wejangan ketika pertemuan bimbingan KRS setiap awal semester.
4.
Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu membimbing dan memberikan semangat dalam proses penulisan skripsi.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
Bapak Robertus Landung Eko Prihatmoko, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu membimbing, memberi semangat, memberi saran serta solusi ketika penulis mengalami hambatan dalam penulisan skripsi.
6.
Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajarkan dan memberikan ilmu serta pengalaman selama proses perkuliahan, sehingga penulis dapat menerapkan ilmu-ilmu tersebut dalam penulisan skripsi ini.
7.
Segenap karyawan Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji, dan Pak Gi) yang telah melayani, memberikan berbagai informasi dan membantu
proses
administrasi
selama
proses
perkuliahan
hingga
penyelesaian skripsi. 8.
Ibu Yuli Arsini S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Kristen I Harapan Denpasar yang telah memberikan izin dan informasi untuk melakukan penelitian sejak observasi hingga pengambilan data melalui kuisioner.
9.
Teman-teman yang menjadi responden penelitian.
10.
Keluarga tersayang; Ibu Ratih Purnawati, Bapak I Ketut Sudana Astawa Lembut, dan Adik Ni Made Dinda Wastu Diyana Lembut yang selalu setia mendoakan, memberikan nasihat, dan dukungan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11.
Keluarga besar Sibret Lembut dan keluarga besar Soekidjo Digdowiratmo yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.
Saudara Kenny Sundoro Rahardjo yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
13.
Sahabat yang telah memberikan dukungan dan semangat: Putri Bunga, Lia Erosvita, Maria Angelicha dan Tommy.
14.
Sahabat yang selalu setia untuk menjadi teman berbagi dalam proses pembuatan skripsi, berbagi suka dan duka sehingga penulis selalu mampu untuk kuat dan tegar dalam menyelesaikan skripsi: Akwila, Mira Toby dan Arinda.
15.
Seluruh teman-teman angkatan 2011 yang telah berjuang bersama, selalu mampu menguatkan satu sama lain selama masa kuliah aktif hingga masa penyelesaian skripsi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
banyak pihak. Selain itu, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bahi pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
.............................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ v ABSTRAK .......................................................................................................... vi ABSTRACT ........................................................................................................ vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7 1.
Manfaat Teoritis ............................................................................. 7
2.
Manfaat Praktis .............................................................................. 7
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9 A. Remaja .................................................................................................. 9 1.
Pengertian ...................................................................................... 9
2.
Batasan Usia .................................................................................. 10
3.
Perkembangan Kognitif Remaja .................................................... 10
4.
Perkembangan Sosial dan Emosional Remaja ............................... 14
5.
Tugas Perkembangan Remaja ........................................................ 20
B. Kenakalan Remaja ................................................................................ 21 1.
Pengertian ...................................................................................... 21
2.
Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ............................................. 22
3.
Bentuk Kenakalan Remaja............................................................. 32
C. Self Regulated Learning ........................................................................ 36 1.
Pengertian ...................................................................................... 36
2.
Proses Self Regulated Learning ..................................................... 36
3.
Aspek-aspek Self Regulated Learning ........................................... 39
4.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Self Regulated Learning .......... 41
D. Dinamika Hubungan Self Regulated Learning dengan Kenakalan Remaja…………………………………………………………… ....... 44 E. Hipotesis ............................................................................................... 48 F. Kerangka Berpikir ................................................................................. 49 BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 50 A. Jenis Penelitian...................................................................................... 50 B. Identifikasi Variabel Penelitian............................................................. 50
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Definisi Operasional ............................................................................. 50 1.
Self Regulated Learning................................................................. 50
2.
Kenakalan Remaja ......................................................................... 51
D. Subjek Penelitian..................................................................................... 51 E. Metode dan Alat Pengambilan Data ....................................................... 52 F. Uji Coba Alat Ukur ................................................................................. 54 G. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 54 1.
Validitas ......................................................................................... 54
2.
Seleksi Item.................................................................................... 55
3.
Uji Reliabilitas ............................................................................... 58
H. Metode Analisis Data .............................................................................. 59 1. Uji Asumsi ........................................................................................ 59 1.1 Uji Normalitas ........................................................................... 59 1.2 Uji Linearitas ............................................................................. 59 2. Uji Hipotesis ..................................................................................... 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 61 A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 61 B. Deskripsi Subjek ..................................................................................... 61 C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 61 D. Analisis Data Penelitian .......................................................................... 63 1. Uji Asumsi ........................................................................................ 63 a. Uji Normalitas ............................................................................. 63 b. Uji Linearitas ............................................................................... 64
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Uji Hipotesis ..................................................................................... 65 E. Pembahasan ............................................................................................. 66 BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 71 A. Kesimpulan ............................................................................................. 71 B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 71 C. Saran ........................................................................................................ 72 1. Bagi Pihak Sekolah .......................................................................... 72 2. Bagi Subjek Penelitian ..................................................................... 72 3. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 74
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Skor Jawaban ............................................................................... 52
Tabel 2
Proporsi Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba ................. 53
Tabel 3
Proporsi Kenakalan Remaja Sebelum Uji Coba .......................... 54
Tabel 4
Proporsi Self Regulated Learning Setelah Uji Coba ................... 57
Tabel 5
Proporsi Kenakalan Remaja Setelah Uji Coba ............................ 58
Tabel 6
Identitas Subjek ........................................................................... 61
Tabel 7
Data Penelitian............................................................................. 62
Tabel 8
Hasil Uji Normalitas .................................................................... 63
Tabel 9
Uji Linearitas Data Self Regulated Learning dengan Kenakalan Remaja ......................................................................................... 64
Tabel 10
Kriteria Koefiensi Kolerasi.......................................................... 65
Tabel 11
Uji Hipotesis ................................................................................ 66
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Reliabilitas dan Seleksi Item ........................................... 78
Lampiran 2
Skala Final ................................................................................ 84
Lampiran 3
Hasil Uji Beda Mean (Uji-t) ..................................................... 92
Lampiran 4
Hasil Uji Normalitas ................................................................. 94
Lampiran 5
Hasil Uji Linearitas................................................................... 96
Lampiran 6
Uji Hipotesis ............................................................................. 98
Lampiran 7
Blueprint Rancangan Item Skala Regulasi Diri........................ 100
Lampiran 8
Blueprint Rancangan Item Skala Kenakalan Remaja ............... 104
Lampiran 9
Blueprint Skala Regulasi Diri ................................................... 107
Lampiran 10 Blueprint Skala Kenakalan Remaja .......................................... 111
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fase remaja adalah fase perantara dari anak-anak menuju dewasa. Santrock (2003) mendefinisikan masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Fase remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Pada fase remaja, biasanya seorang anak akan mengalami suatu perubahan. Perubahan tersebut bukan hanya dari fisik namun juga dari psikologisnya. Pada masa transisi ini kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya kenakalan pada remaja. Menurut Santrock (2003) kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. Masalah kenakalan remaja bukan suatu yang timbul dalam lingkup yang kecil, tetapi hampir terjadi baik di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Ujung Pandang, tidak sedikit remaja yang melakukan tindakan yang melanggar norma-norma sosial. Mereka tidak mau mengikuti aturan. Melanggar aturan justru merupakan kebanggaan tersendiri kelompoknya (Dariyo, 2004).
1
diantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Berdasarkan data dari Mabes Polri dalam penyajian data informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indonesia pada tahun 2009, tingkat gangguan keamanan dan ketertiban nasional (Kamtibnas) pelaku kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas) berdasarkan laporan dari Mabes Polri tahun 2008 memperlihatkan tingkat yang cukup memprihatinkan, yaitu pelaku Laka Lantas profesi mahasiswa/pelajar menduduki peringkat ke dua dengan jumlah pelaku sebesar 12.298 kejadian di bawah urutan profesi lainlain sebesar 37.764 kejadian. Begitu pula dengan kenakalan remaja yang terjadi di Indonesia tercatat kenakalan remaja tertinggi tercatat di Provinsi Jawa Barat sebesar 10 kejadian diikuti Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara masing-masing sebesar 9 dan 4 kejadian. Selain itu gambaran pelaku kriminalitas tahun 2008 ditandai kekhawatiran dengan meningkatnya jumlah pelaku tindak kriminalitas yang masih berusia anak-anak dan remaja. Terungkap pada tahun 2008 berdasarkan laporan Polri secara keseluruhan, jumlah anak-anak dan remaja pelaku tindak kriminalitas sebanyak 3.280 orang, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.797 orang dan perempuan sebanyak 483 orang, meningkat sebesar 4,3 persen dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 3.145 orang. Kenakalan remaja mulai menjelma menjadi satu tindakan kriminal. Seperti yang terjadi di Jakarta seorang anak berusia 15 tahun kedapatan membawa parang saat hendak tawuran (Muchlisa Choiriah, 2016). Selain itu kenakalan juga terjadi di Bandung. Seperti penuturan Kapolrestabes Bandung, Kombes Angesta Romano Yoyol tingkat konsumsi minuman keras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
di wilayahnya mengkhawatirkan. Sebab, dia kerap menemukan banyak anakanak menjadi peminum miras hingga mabuk, dan berkeliaran di jalanan pada akhir pekan (Aryo Putranto Saptohutomo & Andrian Salam Wiyono, 2015). Bali pun tak luput dari perilaku nakal remaja. Sebuah video perkelahian dua gadis yang diunggah di media sosial Facebook membuat heboh netizen (pengguna internet) hingga menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat (NIV & REZ, 2016). Setelah itu berselang sehari pasca video dua gadis Bali berkelahi yang menjadi viral di media sosial Facebook, muncul lagi video serupa yang diduga dilakukan oleh pelajar di Kota Denpasar. Adalah video perkelahian berujung pengeroyokan oleh sejumlah pelajar pria mengenakan seragam SMA terhadap seorang pelajar yang mengenakan seragam serba putih (NVI & REZ, 2016). Kenakalan remaja juga terjadi di Sekolah SMP Kristen 1 Harapan Denpasar. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap pihak sekolah pada tanggal 10 hingga 15 Agustus 2015, peneliti mendapati bahwa ada cukup banyak siswa yang datang terlambat ke sekolah, membolos pada saat jam pelajaran berlangsung, dan tidak pekerjaan rumah (PR). Hasil wawancara dengan pihak sekolah, beberapa siswa yang datang terlambat sebagian mengaku disebabkan karena jalan macet, sebagian lagi disebabkan karena orangtua terlambat mengantar mereka ke sekolah. Sedangkan siswa yang kedapatan membolos pada saat jam pelajaran berlangsung disebabkan karena mereka merasa bosan dan jenuh berada di kelas, biasanya mereka pergi ke kantin untuk menghilangkan rasa bosan dan jenuhnya. Siswa juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
seringkali tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dengan berbagai alasan, seperti lupa, soal terlalu sulit, dan memang malas mengerjakannya. Pihak sekolah merasa jika para siswa kurang memiliki rasa tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan. Sebenarnya pihak sekolah sudah memiliki peraturan yang harus ditaati oleh siswa, namun terkadang siswa mengabaikannya. Pihak sekolah sudah melakukan tindakan untuk mengendalikan masalah ini. Tindakan yang dilakukan oleh sekolah ialah memanggil dan menegur siswa
yang
melakukan
pelanggaran,
menghukum
siswa
dengan
membersihkan toilet sekolah, memasang cctv dibeberapa sudut sekolah untuk memantau kegiatan siswa, bahkan hingga memanggil orangtua siswa untuk mengadakan pertemuan membahas kenakalan siswa, namun tidak semua orangtua bersedia datang ke sekolah. Jensen (dalam Sarwono, 2005) mengkategorikan kenakalan remaja ke dalam empat kategori, yaitu kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain; kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi, seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain; kenakalan remaja sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain, seperti pelacuran dan penyalahgunaan obat; kenakalan remaja yang melawan status misalnya mengingkari status sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua dengan cara minggat dari rumah. Berdasarkan empat kategori kenakalan remaja yang ada, maka diduga kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMP Kristen Harapan 1 Denpasar termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
kenakalan remaja yang melawan status, yaitu datang terlambat ke sekolah, membolos pada saat jam pelajaran berlangsung, dan tidak pekerjaan rumah (PR). Perilaku ketidakdisiplinan siswa di sekolah juga menjadi salah satu bentuk kenakalan pada remaja yang melawan status. Hal ini sejalan dengan penelitian Sutrisno (2009) yang mengatakan bahwa remaja kebanyakan berperilaku sebagai siswa yang tidak disiplin. Hal ini ditunjukan oleh perilaku remaja sehari-hari di sekolah, seperti membolos, datang terlambat, melalaikan tugas, catatan tidak lengkap, tidak berseragam lengkap, malas mengikuti pelajaran, acuh tak acuh pada jam pelajaran, merokok, tidak sopan, mempengaruhi teman untuk melanggar disiplin, nongkrong di kantin. Ketika remaja tidak disiplin, maka ia membutuhkan strategi belajar. Salah satu strategi belajar yang diperlukan oleh remaja adalah self regulated learning (SRL). Self regulated learning dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana pelajar melakukan strategi dengan meregulasi kognisi, metakognisi, dan motivasi. Straregi kognisi meliputi usaha mengingat kembali dan melatih materi terus-menerus, elaborasi, dan strategi mengorganisir
materi.
Strategi
metakognisi
meliputi
merencanakan,
memonitor, dan mengevaluasi. Strategi motivasional meliputi nilai belajar sebagai kebutuhan diri atau sisi intrinsik, melakukan penghargaan terhadap diri sendiri, dan tetap bertahan ketika menghadapi kesulitan (Chin, 2004 dalam Kristiyani, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Remaja yang tidak mampu mengembangkan self regulated learning dengan baik memiliki kecenderungan melakukan kenakalan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara, di mana beberapa siswa datang terlambat. Datang terlambat merupakan salah satu bentuk self regulated learning yang rendah, terutama dalam strategi metakognisi. Strategi metakognisi yang rendah dalam hal memonitor. Oleh karena hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan self regulated learning dengan kenakalan remaja”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka diperoleh rumusan permasalahan, di antaranya mengenai “bagaimana hubungan self regulated learning terhadap kenakalan remaja”. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan Self Regulated Learning dengan Kenakalan Remaja di SMP Kristen Harapan I Denpasar”.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan self regulated learning dengan kenakalan remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil dan memberikan manfaat antara lain: 1.
Manfaat Teoretis Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan self regulated learning dan kenakalan remaja di sekolah. Khusunya bagi psikologi perkembangan dan psikologi sosial agar dapat lebih memahami bagaimana hubungan self regulated learning terhadap kenakalan remaja. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu psikologi.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi remaja Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
gambaran
mengenai bagaimana self regulated learning yang baik, sehingga dapat mengurangi perilaku kenakalan. b.
Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan mendapatkan informasi tentang self regulated learning pada remaja, sehingga dapat menekan perilaku kenakalan pada remaja di sekolah.
c.
Bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan atau data awal untuk melakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
kenakalan remaja, baik menggunakan variabel-variabel lain ataupun menyempurnakan kekurangan yang terdapat pada penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja 1.
Pengertian Santrock & Adelar (2003) mengatakan bahwa remaja (adolescence) dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencangkup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Fase remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Pada fase remaja, biasanya seorang anak akan mengalami suatu perubahan. Perubahan tersebut bukan hanya dari fisik namun juga dari psikologisnya. Berk (2007) mengatakan bahwa masa remaja adalah periode transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Para teoretikus awal memandang masa remaja sebagai periode kekacauan dan ketertekanan biologis atau sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Perjalanan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa ditandai oleh periode transisional panjang yang dikenal dengan masa remaja. Masa remaja secara umum dianggap dimulai dengan pubertas, proses yang mengarah kepada kematangan seksual. Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar saling betautan dalam semua ranah perkembangan (Papalia, 2008).
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja ialah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
2.
Batasan Usia Menurut Santrock (2003) fase remaja dimulai sekitar usia 10 tahun hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Ia juga membagi fase remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal menunjuk kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencangkup kebanyakan perubahan pubertas, dan masa remaja akhir menunjuk kirakira setelah usia 15 tahun. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa batasan usia remaja ialah mereka yang berusia 10 tahun hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil batasan usia remaja dari usia 11 hingga 15 tahun.
3.
Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Piaget (dalam Berk, 2007) di sekitar usia 11 tahun remaja memasuki tahap operasional formal, sebuah tahap di mana mereka mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, sistematis, dan ilmiah. Papalia (2008) mengatakan bahwa perkembangan ini memberikan cara baru yang lebih fleksibel kepada mereka untuk mengolah informasi. Mereka dapat menggunakan simbol untuk menyimbol, mereka dapat menghargai lebih baik metafora dan alegori sehingga bisa menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
makna yang lebih dalam. Mereka dapat berpikir dalam rangka apa yang mungkin akan terjadi, bukan hanya apa yang terjadi. Mereka dapat membayangkan kemungkinan dan dapat meyusun dan menguji hipotesis. Selain itu, mereka juga dapat mengintegerasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan di masa mendatang dan membuat rencana untuk masa datang. Piaget (dalam Berk, 2007) percaya bahwa di masa remaja, anak muda pertama-tama mampu melakukan penalaran hipotetis-deduktif. Ketika dihadapkan pada masalah, mereka mulai membuat hipotesis atau prediksi tentang variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi sebuah hasil yang kemudian menjadi dasar mereka menarik kesimpulan logis dan teruji. Selanjutnya, mereka secara sistematis akan memisahkan dan menggabungkan variabel-variabel untuk melihat kesimpulan. Perkembangan kognitif remaja ditandai dengan pemikirannya yang lebih abstrak, idealistis, dan logis daripada saat masih anak-anak. Piaget meyakini munculnya suatu bentuk egosentrisme baru di mana remaja sulit membedakan antara perspektif sendiri dan perspektif orang lain. Piaget mengatakan bahwa di sini muncul dua citra keliru tentang hubungan antara diri dan orang lain (Berk, 2007). Egosentrisme remaja menggambarkan meningkatnya kesadaran diri remaja yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian amat besar, sebesar perhatian mereka terhadap diri mereka dan terhadap perasaan akan keunikan pribadi mereka (Santrock, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
David Elkind, 1978 (dalam Santrock, 2003) yakin bahwa egosentrisme remaja dapat dibagi mejadi atas dua jenis berpikir sosial, yaitu penonton imajiner (imaginary audience) dan dongeng pribadi (personal fable). Penonton imajiner menggambarkan peningkatan kesadaran remaja yang tampil pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian yang amat besar terhadap diri mereka, sebesar perhatian mereka sendiri. Gejala penonton imajiner mencakup berbagai perilaku untuk mendapatkan perhatian, keinginan agar kehadirannya diperhatikan, disadari oleh orang lain, dan menjadi pusat perhatian. Remaja ingin menghindari perilaku yang “salah” di mata orang lain, terutama teman-temannya. Sehingga membuat mereka berperilaku berlebihan agar diterima oleh teman-temannya baik cara berbicara, berpakaian, dan berperilaku. Apabila remaja berada di tempat yang “salah”, memiliki teman kelompok yang “nakal” maka ia cenderung berbuat sesuai dengan ideologi kelompoknya tersebut tanpa merasa bahwa ia akan mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya sendiri. Dongeng pribadi memunculkan adanya anggapan kalau dirinya mempunyai kebebalan terhadap hal-hal yang bersifat negatif dan cenderung merugikan. Sedangkan dongeng pribadi adalah bagian egosentrisme remaja berkenaan dengan perasaan keunikan pribadi yang dimilikinya. Bahwa segala peristiwa, kejadian atau pengalaman buruk mungkin terjadi pada orang lain, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi pada dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Remaja menjalankan tugas-tugas kognitif secara lebih efektif daripada sebelumnya. Akan tetapi dalam pengambilan keputusan seharihari, mereka kerap kali berpikir tidak rasional. Remaja tidak mengidentifikasi pro dan kontra mengenai setiap alternatif, menilai kemungkinan berbagi hasil, mengevalusai pilihan mereka berdasarkan pertimbangan apakah tujuan mereka terpenuhi dan jika tidak, belajar dari kesalahan dan mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan (Berk, 2007). Selain itu, Jacobs & Klaczynski (2002, dalam Berk, 2007) mengemukakan bahwa dalam mengambil keputusan, remaja lebih sering daripada orang dewasa (yang juga mengalami kesulitan) beralih pada putusan intuitif. Hal itu dikarenakan dalam banyak jenis pengalaman, mereka belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk memprediksi hasil-hasil yang mungkin muncul. Mereka juga menghadapi banyak situasi kompleks yang melibatkan tujuan-tujuan yang saling bersaing. Di samping itu, remaja jugaa sering merasa kewalahan ketika dihadapkan dengan banyak sekali pilihan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja akan mengalami perkembangan kognitif, yaitu muncul suatu bentuk egosentrisme baru di mana remaja sulit membedakan antara perspektif sendiri dan perspektif orang lain. Elkind membagi menjadi dua jenis berpikir sosial, yaitu penonton imajiner (imaginary audience) dan dongeng pribadi (personal fable). Dalam hal ini remaja memiliki kencederungan untuk ingin diperhatikan oleh orang lain dan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
pusat perhatian. Selain itu, remaja juga memiliki anggapan kalau dirinya mempunyai kekebalan terhadap hal-hal yang bersifat negatif. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teori Elkind.
4.
Perkembangan Sosial dan Emosional Remaja Masa remaja merupakan masa peluang sekaligus resiko. Para remaja berada diantara kehidupan cinta, pekerjaan, dan partisipasi dalam masyarakat dewasa. Belum lagi masa remaja adalah masa di mana para remaja terlibat dalam perilaku yang penyempitan pandangan dan membatasi pilihan mereka. Pencarian identitas sebagai konsepsi tentang diri, penentuan tujuan, nilai, dan keyakinan yang dipegang teguh oleh seorang remaja (Papalia, 2008). Menurut Erikson (1968, dalam Papalia, 2008) tugas utama masa remaja adalah memecahkan “krisis” identitas versus kebingungan identitas, untuk dapat menjadi orang dewasa unik dengan pemahaman akan diri yang utuh dan memahami peran nilai dalam masyarakat. Kroger (1993, dalam Papalia, 2008) mengatakan bahwa remaja tidak membentuk identitas mereka dengan meniru orang lain, sebagaimana yang dilakukan anak yang lebih muda, tetapi dengan memodifikasi dan menyintensis identifikasi lebih awal ke dalam struktur psikologi baru yang lebih besar. Remaja juga dapat menunjukkan kebingungan dengan mundur ke masa kanak-kanak untuk menghindari pemecahan konflik atau dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
melibatkan diri mereka secara impulsif ke dalam serangkaian tindakan buruk. Erikson (1982, dalam Papalia, 2008) mengatakan bahwa remaja yang
berhasil
mengembangkan
mengatasi “moral”
krisis
tersebut
kesetiaan:
dengan
memuaskan
mempertahankan
loyalitas,
keyakinan atau perasaan dimiliki oleh yang tercinta atau kepada teman. Kesetiaan dapat berarti identifikasi serangkaian nilai, ideologi, agama, gerakan politik, pencarian kreatif, atau kelompok. Indentifikasi diri muncul ketika anak muda lebih memilih nilai dan orang tempat dia memberikan loyalitasnya, bukan sekedar mengikuti pilihan orang tuanya. Kesetiaan merupakan perpanjangan dari rasa percaya (trust). Pada masa bayi, mempercayai orangtua merupakan hal yang penting untuk menekan ketidakpercayaan, pada masa remaja merupakan hal yang penting untuk mempercayai diri sendiri. Fuligni, Eccles, Barber, & Clement (2001, dalam Papalia, 2008) mengatakan
bahwa
ketika
remaja
mendapatkan
otonomi
dan
mengembangkan hubungan keluarga yang lebih dewasa, para remaja terus merujuk orangtua mereka demi kenyamanan, dukungan, dan saran. Laursen, Coy, & Collins (1998, dalam Papalia, 2008) mengemukakan bahwa konflik keluarga paling sering terjadi pada awal masa remaja ketika emosi negatif mencapai puncaknya akan tetapi konflik semakin intens pada pertengahan masa remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Fuligni & Eccles (1993, dalam Papalia, 2008) mengatakan bahwa gaya pengasuhan yang sangat ketat dan otoriter mungkin tidak lagi sesuai ketika anak memasuki masa remaja dan ingin diperlakukan lebih dewasa. Ketika orangtua tidak menyesuaikan diri, seorang remaja mungkin menolak pengaruh orangtua dan mencari dukungan serta persetujuan teman sebaya, apapun risikonya. Orangtua otoritatif akan bersikap tegas terhadap nilai penting peraturan, norma, dan nilai tetapi bersedia mendengar, menjelaskan dan bernegoisasi (Lamborn, Mounts, Steinberg, & Dornbusch, 1991, dalam Papalia, 2008). Mereka melatih kontrol yang tepat terhadap perilaku anak tetapi tidak mengatur pemahaman eksistensi diri sang anak (Steinberg & Darling, 1994, dalam Papalia, 2008). Orangtua yang menunjukan ketidaksetujuan kesalahan perilaku remaja akan lebih efektif memotivasi mereka untuk berperilaku yang benar ketimbang orangtua yang menghukum mereka dengan kejam (Krevans & Gibbs, 1996, dalam Papalia, 2008). Sekolah menawarkan peluang untuk belajar informasi, menguasai keterampilan baru, dan menajamkan keterampilan yang sudah ada, berpartisipasi dalam olahraga, seni dan aktivitas lain, mengeksporasi pilihan pekerjaan, dan tempat berkumpul bersama teman. Sekolah juga meluaskan horison intelektual dan sosial. Walaupun demikian, sebagian remaja merasakan sekolah bukan sebagai peluang tetapi sebagai rintangan di jalan menuju masa dewasa (Papalia, 2008). Linney &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
Seidman (1989, dalam Papalia, 2008) mengungkapkan bahwa kualitas sekolah sangat mempengaruhi prestasi sekolah siswa. Sekolah yang bagus memiliki atmosfer yang teratur dan tidak oppressive; kepala sekolah yang aktif dan energik; dan guru yang berpatisipasi dalam pengambilan keputusan. Remaja yang melewati perubangan fisik yang cepat mendapatkan kenyamanan dengan bersama orang lain yang juga sedang melewati perubahan yang sama. Penentangan remaja terhadap standar orang dewasa dan otoritas orangtua menguatkankannya untuk merujuk pada masukan dari teman yang berada di posisi yang sama. Kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman, dan panduan moral, tempat bereksperimen, dan setting untuk mendapatkan otonomi dan independensi dari orangtua. Kelompok tersebut merupakan tempat membentuk hubungan intim yang berfungsi sebagai “latihan” bagi intimasi orang dewasa (Gecas & Seff, 1990; Buhrmester, 1996; Laursen, 1996, dalam Papalia, 2008). Pengaruh teman sebaya mencapai puncaknya pada awal masa remaja, biasanya pada usia 12 sampai 13 tahun dan menurun pada masa remaja pertengahan serta akhir. Keterikatan kepada teman sebaya pada masa remaja awal tidak menghasilkan masalah kecuali apabila keterikatan tersebut terlalu kuat sampai si remaja bersedia melanggar aturan
rumah,
tidak
mengerjakan
tugas
sekolah,
dan
tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
mengembangkan bakatnya sebagai usaha mendapat pengakuan teman sebaya dan popularitas (Fuligni et al., 2001, dalam Papalia, 2008). Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Namun demikian kadang-kadang orang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda perilaku tersebut. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen (dalam Walgito, 2003) yang dikenal dengan display rules, yaitu masking, modulation, dan simulation. Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi alaminya. Emosi yang dialaminya tidak tercetus keluar melalui ekspresi tingkah laku. Contoh dari sikap masking tersebut adalah menutupi kesedihan, mengendalikan
amarah,
tidak
menampakkan
kebahagiaannya.
Modulation adalah orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat menguranginya. Contoh dari sikap modulation adalah bersikap biasa jika keadaan jengkel, bersikap cuek. Simulation adalah orang tidak mengalami emosi, tetapi ia seolaholah
mengalami
emosi
dengan
menampakkan
gejala-gejala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
kejasmaniannya.
Contoh
dari
sikap
simulation
adalah
sering
memberontak, meledakkan amarahnya, egois, bertindak kasar. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1981) mengatakan bahwa remaja cenderung untuk menggabungkan diri dalam kelompok teman sebaya. Kelompok sosial yang baru ini merupakan tempat yang aman bagi mereka. Pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkan seringkali melebihi pengaruh keluarga. Kelompok remaja bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara mereka bersikap, bertingkah laku dan melakukan hubungan sosial. Namun, kelompok ini juga dapat bersifat negatif bila ikatan antar mereka menjadi sangat kuat sehingga kelakuan mereka menjadi overacting dan energi mereka disalurkan ke tujuan yang bersifat merusak. Pada masa ini, juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain. Peer group, pembentukan kelompok membuat kelompok-kelompok yang sama dengan karakteristik dirinya ingin menonjolkan kelompok mereka. Keinginan untuk bisa sama dengan yang lain dan bisa diterima oleh suatu kelompok cukup tinggi. Maka, tidak heran jika terkadang remaja akan bersedia melakukan apapun selama ia bisa diterima oleh kelompok tersebut. Karena bagi sebagian orang, mereka yang akan dikucilkan oleh kelompok merupakan hal yang dapat menyebabkan stress, frustasi, dan rasa sedih (Santrock, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Dalam menghadapi ketidanyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang mereaksinya secara defensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya (Hurlock, 1955). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa gaya pengasuhan otoritatif baik pada masa remaja. Selain itu, kualitas sekolah juga memperngaruhi prestasi siswa. Pada masa remaja, remaja memiliki kecenderungan untuk menggabungkan diri pada kelompok teman sebayanya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin memfokuskan pada remaja memiliki kecenderungan untuk menggabungkan diri pada kelompok teman sebayanya.
5.
Tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Yusuf, 2006), remaja mempunyai tugas perkembangan sebagai berikut: a.
Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita.
b.
Mencapai peran sosial pria dan wanita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
c.
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d.
Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e.
Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya.
f.
Mempersiapkan karier ekonomi.
g.
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h.
Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas
perkembangan remaja ialah mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, menerima keadaan fisiknya, mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mandiri secara emosional, mempersiapkan karir ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, memperoleh nilai dan sistem etis sebagai pegangan dalam mengembangkan ideologi. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi tugas perkembangan remaja pada mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya, serta mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
B. Kenakalan Remaja 1.
Pengertian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
M. Gold dan J. Petronio (dalam Sarwono, 2005) mendifinisikan penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan anak sebagai tindakan oleh seorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman. Menurut Santrock (2003) kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial (misalnya bersikap berlebihan di sekolah) sampai pelanggaran status (seperti melarikan diri) hingga tindak kriminal (misalnya pencurian). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah suatu hal yang mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial (misalnya bersikap berlebihan di sekolah) sampai pelanggaran status (seperti melarikan diri) hingga tindak kriminal (misalnya pencurian).
2.
Faktor Penyebab Kenakalan Remaja Remaja yang melakukan kenakalan pada umumnya kurang memiliki kontrol diri atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut dan suka menegakan standar tingkah laku sendiri, disamping meremehkan keberadaan orang lain. Kenakalan yang mereka lakukan itu pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu untuk mencapai satu obyek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Pada umumnya anak-anak muda tadi sangat egoistis, dan suka sekali menyalahgunakan atau melebih-lebihkan harga dirinya (Kartono, 2007). Berdasarkan penelitian Murtiyani (2011) pola asuh otoriter yang mana orangtua tidak pernah berunding kepada anaknya untuk menentukan peraturan dan orangtua memaksakan peraturan yang dibuatnya untuk anak dapat menjadi salah satu faktor kenakalan remaja. Orangtua menentukan peraturan pada anak dan tidak pernah melihat apakah anak bersedia dan mau mengikuti apa yang telah dibuat oleh orangtua. Hal ini memungkinkan remaja atau anak tidak diberi keempatan untuk bebas bahkan menentang orangtua karena orangtua sangat mengekang remaja atau anak, menyebabkan anak jarang keluar rumah atau jarang berkomunikasi dengan dunia luar sehingga pada kemudian hari anak akan mersa menikmati dunia luar dengan bebas. Philip Graham (dalam Sarwono, 2005) mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris dari sudut kesehatan mental anak dan remaja. Ia membagi faktor-faktor penyebab itu kedalam dua golongan, yaitu: a.
Faktor lingkungan: 1) Malnutrisi (kekurangan gizi). 2) Kemiskinan di kota- kota. 3) Gangguan di kota-kota besar. 4) Migrasi (urbanisasi, pengungsian karena perang, dan lain-lain). 5) Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lainlain).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
6) Keluarga yang tercerai-berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama, dan lain-lain). 7) Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga: i.
Kematian orangtua.
ii. Orangtua sakit berat atau cacat. iii. Hubungan antar keluarga tidak harmonis. iv. Orangtua sakit jiwa. v.
Kesulitan
dalam
pengasuhan
karena
pengangguran,
kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syaratsyarat, dan lain-lain. b.
Faktor pribadi: 1) Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan lain-lain) 2) Cacat tubuh 3) Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri Santrock (2007) menyebutkan ada beberapa faktor penyebab
kenakalan remaja, antara lain: a.
Identitas Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erik Erikson (1968, dalam Santrock, 2007), masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus diatasi. Erikson percaya bahwa perubahan biologis berupa pubertas menjadi awal dari perubahan yang terjadi bersamaan dalam harapan sosial yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
dimiliki keluarga, teman sebaya, dan sekolah terhadap remaja. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi
terjadi
pada
kepribadian
remaja,
yaitu
pertama
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya dan kedua tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan, dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja. Erikson percaya bahwa kenakalan terutama ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan berbagai aspek-aspek peran identitas. Remaja yang memiliki masa balita, masa kanak-kanak, atau masa remaja yang membatasi mereka dari berbagai peranan sosial yang dapat diterima atau yang membuat mereka merasa bahwa mereka tidak mampu mematuhi aturan yang dibebankan pada mereka mungkin akan memilih perkembangan identitas yang negatif. Oleh karena itu, bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identias tersebut negatif. b.
Kontrol diri Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam mengembangkan kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan orang muda telah memperlajari perbedaan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin sebenarnya mereka sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka. Oleh karena itu, untuk memahami kenakalan remaja, kita haru menkaji berbagai aspek yang berbeda dalam perkembangan kontrol diri, sebagai contoh penundaan pemenuhan kebutuhan dan standar tingkah laku yang ditentukan sendiri. Kegagalan menunda pemenuhan suatu kebutuhan berhubungan dengan tingkah laku mencontek/curang dan ketiadaan tanggung jawab sosial. Remaja pelaku kenakalan juga mungkin saja mengembangkan standar tingkah laku yang tidak memadai. Remaja yang melakukan tindakan antisosial memerlukan pemikiran kritis terhadap dirinya sendiri agar bisa meghambat kecenderungan untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum. Standar kritis terhadap diri sendiri ini sangat dipengaruhi oleh model peran yang dimiliki oleh remaja. Oleh sebab itu, remaja yang memiliki orangtua, guru, dan teman sebaya yang menunjukan adanya standar kritis terhadap diri sendiri biasanya mengambangkan kontrol diri yang diperlukan untuk menahan diri dari tindakan melanggar hukum atau antisosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Konsekuensi yang diharapkan muncul akibat suatu tindakan negatif juga berpengaruh pada keputusan remaja untuk melakukan atau menjauhi kenakalan. Bila remaja mengharapkan suatu penghargaan atau reward atas kenakalannya, mereka akan cenderung melakukan
tindakan
antisosial
dibandingkan
bila
mereka
berpendapat bahwa kenakalan akan menghasilkan hukuman. Apakah seorang remaja akan melakukan tindak kenakalan juga diperngaruhi oleh kompetisi yang telah ia capai dalam berbagai aspek kehidupan yang berbeda-beda. Orang-orang yang berprestasi baik, aktif berpatisipasi di berbagai klub yang diterima oleh masyarakat, atau memiliki kemampuan dibidang atletik cenderung akan mengembangkan cara pandang yang positif terhadap diri mereka sendiri dan menerima reinforcement atau penguat dari orang lain karena tingkah laku mereka yang prososial. Namun demikian, kebanyakan remaja yang melakukan kenakalan tidak banyak memiliki kemampuan dalam berbagai kompetisi yang dapat meningkatkan cara pandangnya terhadap dirinya sendiri. Tingkah laku antisosial menjadi satu cara di mana mereka bisa menunjukan kompetisi diri dan menerima penguatan dari lingkungan yang juga terdiri dari pelaku kenakalan (Kazdin, 1995, dalam Santrock, 2007). c.
Proses keluarga Terganggunya atau ketiadaan penerapan pemberian dukungan keluarga dan praktek manajemen oleh orangtua secara konsisten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
berhubungan dengan tingkah laku antisosial oleh anak-anak remaja (Rosenbaum, 1989; Novy, et al., 1992; Moran, Chang, & Pettit, 1994, dalam Santrock, 2007). Selain itu, Offord & Boyle (1988, dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa dukungan keluarga dan praktek manajaeman seperti ini meliputi pengawasan keberadaaan remaja, menerapkan disiplin yang efektif bagi tingkah laku antisosial, menerapkan keterampilan pemecahan masalah yang efektif, dan mendukung berkembanganya keterampilan prososial. Orangtua yang memiliki remaja pelaku kenakalan biasanya tidak terlatih untuk bersikap tidak mendukung tingkah laku antisosial daripada orangtua yang memiliki remaja yang tidak melakukan kenakalan. Pengawasan orangtua terhadap remaja terutama penting dalam menentukan apakah remaja akan melakukan kenakalan atau tidak. Perselisihan dalam keluarga serta penerapan disiplin yang tidak konsisten dan tidak sesuai juga berhubungan dengan kenakalan. d.
Kelas sosial/komunitas McCord (1990, dalam Santrock, 2007) berpendapat bahwa norma yang berlaku di antara teman-teman sebaya dan geng dari kelas sosial yang lebih rendah adalah antisosial dan berlawanan dengan tujuan dan norma masyarakat secara meluas. Terlibat dalam suatu masalah atau menghindari masalah mejadi ciri yang mencolok dalam kehidupan beberapa remaja yang datang dari kelas sosial yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
lebih rendah (Miller, 1958, dalam Santrock 2007). Status dalam kelompok teman sebaya dapat
ditentukan dari seberapa sering
seorang remaja melakukan tindakan anti sosial dan tetap tidak dipenjara. Karena remaja dari kelas sosial yang lebih rendah memiliki kesempatan yang lebih terbatas untuk mengembangkan keterampilan yang diterima oleh masyarakat, mereka mungkin saja merasa bahwa bisa mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan antisosial. Chesney-Lind (1989) dan Fegueira & McDonough (1992) (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa komunitas juga dapat berperan serta dalam munculnya kenakalan. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas yang tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil dari atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering kali ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan terisisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor-faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja. Bila dukungan keluarga tidak memadai, maka dukungan dari masyarakat seperti ini akan menjadi suatu hal yang penting dalam mencegah kenakalan. Laird et al., 2005 (dalam Berk, 2007) mengatakan bahwa tempramen, kecerdasan rendah, kinerja buruk di sekolah, penolakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
teman sebaya di masa kecil, dan hubungan dengan teman antisosial terkait dengan kenakalan remaja. Salah satu temuan Capaldi et al., (2002) dan Barnes et al., (2006) (dalam Berk, 2007) tentang remaja nakal adalah keluarga mereka tidak hangat, penuh konflik, dan ditandai dengan disiplin kasar dan tidak konsisten serta pengawasan rendah. Farrington, (2004, dalam Berk, 2007) mengemukakan bahwa oleh karena transisi pernikahan
kerap
kali
menyebabkan
perselisihan
keluarga
dan
tanggungunya pengasuhan, anak laki-laki yang mengalami perpisahan dan perceraian orangtua sangat rentan menjadi remaja nakal. Pengasuhan yang tidak efektif dapat menumbuhkan dan menopang agresi anak. Dibanding anak perempuan, anak laki-laki lebih cenderung menjadi sasaran amarah dan disiplin tidak konsisten karena mereka lebih aktif dan implusif dan dengan demikian sulit dikendalikan. Bila anakanak memiliki karakteristik ini dengan sangat parah dan kemudian mengalami pengasuhan tidak layak dan secara emosional negatif, agresi meningkat selama masa kanak-kanak, mengakibatkan tindakan kekerasan di masa remaja, dan tetap bertahan hingga masa dewasa (Berk, 2007). Krevans & Gibbs (1996) dan Staub (1996) (dalam Papalia, 2008) mengemukakan bahwa
pada tahun-tahun awal,
orangtua
mulai
membentuk perilaku prososial atau antisosial dengan memenuhi kebutuhan emosional dasar sang anak. Orangtua dari anak dengan kenakalan kronis biasanya gagal menegakkan perilaku yang baik pada awal masa kanak-kanak dan bersikap keras atau tidak konsisten, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
kedua-duanya, dalam hal menghukum perilaku yang tidak patut. Beberapa tahun kemudian orangtua tipe ini biasanya tidak terlibat secara rapat dan positif dalam kehidupan anak mereka (G. R. Patterson, DeBaryshe, & Ramsey, 1998, dalam Papalia, 2008). Anak-anak mungkin mendapatkan imbalan dari perilaku antisosialnya ketika mereka tertangkap, mereka mendapatkan perhatian atau menemukan jalan mereka sendiri (Papalia, 2008). Simons, Chao, et al. (2001, dalam Papalia, 2008) mengatakan bahwa anak-anak “bermasalah” ini terus menerus mendapatkan pengasuhan yang tidak efektif, yang sering kali mengarah kepada perilaku nakal pada masa remaja dan berteman dengan teman sebaya yang berperilaku menyimpang. Selain itu, Neiderhiser, Reiss, et al. (1999, dalam Papalia, 2008) menambahkan bahwa remaja antisosial cenderung memiliki konflik dengan orangtua, yang biasanya disebabkan oleh faktor genetik. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan dapat dikatakan sebagai upaya untuk membentuk suatu identitas walaupun identitas tersebut negatif. Selain identitas, kontrol diri juga menjadi faktor kenakalan remaja di mana mereka gagal mengembangkan kontrol diri dalam hal tingkah laku mereka. Proses keluarga menjadi faktor kenakalan remaja yang cukup besar. Hal ini meliputi ketidakadaan penerapan dukungan keluarga dan praktek manajemen oleh orangtua secara konsisten, kurangnya pengawasan terhadap keberadaan remaja, dan menerapkan disiplin yang efektif. Keluarga yang tidak hangat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
penuh konflik dapat meyebabkan remaja melakukan perilaku nakal. Kelas sosial/komunitas juga menjadi penyumbang faktor kenakalan remaja. Kelas sosial yang rendah cenderung melakukan kenakalan karena mereka memiliki kesempatan yang terbatas untuk mengembangkan keterampilan mereka yang dapat diterima di masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi faktor kenakalan remaja dalam hal kontrol diri dan proses keluarga.
3.
Bentuk Kenakalan Remaja Jensen (1985, dalam Sarwono, 2005) membagi kenakalan menjadi empat jenis. Pertama, kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain. Kedua, kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain. Ketiga, kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, seperti pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini. Keempat, kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya. Pada usia mereka, perilaku-perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
adalah status-status dalam lingkung primer (keluarga) dan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci. Delinkuen merupakan produk konstitusi mental serta emosi yang sangat labil dan defektif, sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan buruk terhadap pribadi anak, yang dilakukan oleh anak muda tanggung usia, puber, dan adolesens (Kartono, 2007). Adler (1952, dalam Kartono, 2007) menjabarkan bentuk-bentuk perilaku delinkuen sebagai berikut: a.
Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.
b.
Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan, yang mengacaukan ketentraman sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energi dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan menteror lingkungan.
c.
Perkelahian antar gang, antar kelompok, antar sekolah, antar suku (tawuran), sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa.
d.
Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi
di
tempat-tempat
terpencil
sambil
melakukan
eksperimen bermacam-macam kedurjanaan dan tindakan asusila. e.
Kriminalitas anak remaja seperti perbuatan mengancam, memeras, mencuri dan pelanggaran lainnya.
f.
Berpesta-pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
g.
Perkosaan, agresivitas seksual, dan pembunuhan dengan motif seksual.
h.
Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan.
i.
Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan sehingga mengakibatkan ekses kriminalitas.
j.
Penyimpangan tingkah-tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi, disebabkan adanya organorgan yang inferior. Mulyono (1995) mengatakan bahwa pada dasarnya perilaku
kenakalan dapat di golongkan menjadi dua golongan, di antaranya adalah: a.
Kenakalan remaja yang tidak digolongkan pada pelanggaran hukum, antara lain: 1) Berbohong, memutar balikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan. 2) Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. 3) Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orangtua atau menentang keinginan orangtua. 4) Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, dan mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif. 5) Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
6) Bergaul dengan teman yang berpengaruh buruk. 7) Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan. 8) Membaca buku-buku porno, melihat film porno dan kebiasaan menggunakan bahasa yang tidak sopan. 9) Berpakaian tidak pantas. b.
Kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran hukum, antara lain: 1) Berjudi dengan menggunakan uang dan taruhan dengan benda lain. 2) Mencuri, mencopet, menjambret, merampas dengan atau tanpa kekerasan. 3) Minum-minuman keras atau menghisap ganja sehingga merusak diri. 4) Penggelapan barang. 5) Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan ekonomi maupun yang lainnya. 6) Penipuan dan pemalsuan. 7) Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno, pemerkosaan. 8) Tindakan-tindakan antisosial: perbuatan yang merugikan orang lain. 9) Menyebabkan kematian orang lain, percobaan pembunuhan dan turut dalam pembunuhan. 10) Pengguguran kandungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
11) Penganiayaan berat. Sebagaimana
yang telah disebutkan
di
atas
bahwa untuk
mendefinisikan bentuk perilaku kenakalan merupakan hal yang sulit apakah tingkah laku seorang remaja semata-mata merupakan kenakalan remaja atau hanya merupakan kelainan tingkah laku sesuai dengan tahap perkembangan. Maka dalam hal ini peneliti membatasi bentuk perilaku kenakalan yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu kenakalan yang tidak digolongkan pada pelanggaran hukum dan kebakalan yang tergolong pelanggaran hukum.
C. Self Regulated Learning 1.
Pengertian Self regulated learning didefinisikan sebagai suatu proses di mana pelajar melakukan strategi dengan meregulasi kognisi, metakognisi, dan motivasi. Straregi kognisi meliputi usaha mengingat kembali dan melatih materi terus-menerus, elaborasi, dan strategi mengorganisir materi. Strategi
metakognisi
meliputi
merencanakan,
memonitor,
dan
mengevaluasi. Strategi motivasional meliputi nilai belajar sebagai kebutuhan diri atau sisi intrinsik, melakukan penghargaan terhadap diri sendiri, dan tetap bertahan ketika menghadapi kesulitan (Chin, 2004, dalam Kristiyani, 2016).
2.
Proses Self Regulated Learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Proses self regulated learning dilakukan agar seseorang atau individu dapat mencapai tujuan yang diharapkannya. Dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan seseorang perlu mengetahui kemampuan fisik, kognitif, sosial, dan pengendalian emosi yang baik sehingga membawa seseorang kepada regulasi diri yang baik. Miller & Brown (dalam Neal & Carey, 2005) memformulasikan sebanyak tujuh tahap, yaitu: a.
Receiving atau menerima informasi yang relevan, yaitu langkah awal individu dalam menerima informasi dari berbagai sumber. Dengan informasi-informasi tersebut, individu dapat mengetahui karakter yang lebih khusus dari suatu masalah. Seperti kemungkinan adanya hubungan dengan aspek lainnya.
b.
Evaluating atau mengevaluasi. Setelah kita mendapatkan informasi, langkah berikutnya adalah menyadari seberapa besar masalah tersebut. Dalam proses evaluasi diri, individu menganalisis informasi dengan membandingkan suatu masalah yang terdeteksi di luar diri (eksternal) dengan pendapat pribadi (internal) yang tercipta dari pengalaman yang sebelumnya yang serupa. Pendapat itu didasari oleh harapan yang ideal yang diperoleh dari pengembangan individu sepanjang hidupnya yang termasuk dalam proses pembelajaran.
c.
Triggering atau membuat suatu perubahan. Sebagai akibat dari suatu proses perbandingan dari hasil evaluasi sebelumnya, timbul perasaan positif atau negatif. Individu menghindari sikap-sikap atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan informasi yang didapat dengan norma-norma yang ada. Semua reaksi yang ada pada tahap ini yaitu disebut juga kecenderungan kearah perubahan. d.
Searching atau mencari solusi. Pada tahap sebelumnya proses evaluasi menyebabkan reaksi-reaksi emosional dan sikap. Pada akhir proses evaluasi tersebut menunjukkan pertentangan antara sikap individu dalam memahami masalah. Pertentangan tersebut membuat individu akhirnya menyadari beberapa jenis tindakan atau aksi untuk mengurangi perbedaan yang terjadi. Kebutuhan untuk mengurangi pertentangan dimulai dengan mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.
e.
Formulating atau merancang suatu rencana, yaitu perencanaan aspek-aspek pokok untuk meneruskan target atau tujuan seperti soal waktu, aktivitas untuk pengembangan, tempat-tempat dan aspek lainnya yang mampu mendukung efesien dan efektif.
f.
Implementing atau menerapkan rencana, yaitu setelah semua perencanaan telah teralisasi, berikutnya adalah secepatnya megarah pada aksi-aksi atau melakukan tindakan-tindakan yang tepat yang mengarah ke tujuan dan memodifikasi sikap sesuai dengan yang diinginkan dalam proses.
g.
Assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat. Pengukuran ini dilakukan pada tahap akhir. Pengukuran tersebut dapat membantu dalam menentukan dan menyadari apakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
perencanaan yang tidak direalisasikan itu sesuai dengan yang diharapkan atau tidak serta apakah hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses self regulated learning terdiri dari receiving atau menerima, evaluating atau mengevaluasi, triggering atau membuat suatu perubahan, searching atau mencari solusi, formulating atau merancang suatu rencana, implementing atau menerapkan rencana, assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat.
3.
Aspek-aspek Self Regulated Learning Menurut Schunk dan Zimmerman (1998) menyatakan bahwa self regulated learning mencakup tiga aspek, yaitu: a.
Metakognisi Matlin
(1998,
dalam
Schunk
dan
Zimmerman,
1998)
mengatakan bahwa metakognitif adalah pemahaman dan kesadaran tentang proses kognitif atau pikiran tentang berpikir. Metakognitif merupakan suatu proses penting. Hal ini disebabkan pengentahuan seseorang tentang kognisinya dapat membimbing dirinya mengatur atau menata peristiwa yang akan dihadapi dan memilih strategi yang sesuai agar dapat meningkatkan kinerja kognitifnya ke depan. Hal yang penting bagi individu yang melakukan regulasi diri adalah kempampuan individu dalam merencanakan, mengorganisasi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. b.
Motivasi Motivasi merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu.
c.
Perilaku Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar. Berdasarkan penjelesan di atas dapat disimpulkan aspek self
regulated learning ialah metakognisi, motivasi, dan perilaku. Didalam aspek metakognisi terdapat kempampuan individu dalam merencanakan, mengorganisasi atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. Aspek motivasi mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu. Aspek perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
penelitian ini, peneliti menggunakan aspek self regulated learning sebagai dasar penelitian.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning Menurut Zimmerman (1989, dalam Kristiyani, 2016), ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan self regulated learning, yaitu: a.
Faktor internal Berdasarkan perspektif kognitif, faktor-faktor internal yang mempengaruhi perkembangan self regulated learning ialah pengaruh personal dan pengaruh perilakuan. Pengaruh faktor personal terhadap self regulated learning, yaitu pengetahuan siswa dapat dibedakan menjadi pengetahuan deklaratif dan pengetahuan regulasi diri. Pengetahuan deklaratif diorganisasikan berdasarkan struktur verbal, urutan dan hirarkinya, sedangkan pengetahuan regulasi diri berupa strategi belajar atau standar siswa. Proses metakognisi meliputi perencanaan dan kontrol perilaku. Pembutan keputusan metakognisi tergantung juga pada tujuan jangka panjang siswa. Tujuan siswa dan penggunaan proses kontrol metakognitifnya secara teoritis tergantung pada persepsi efikasi diri dan afeksi. Pengaruh perilakuan terdiri dari tiga jenis respon siswa yang relevan dengan self regulated learning, yaitu observasi diri, penilaian diri, dan reaksi diri. Observasi diri merupakan respon siswa yang meliputi pemantauan secara sistematis terhadap informasi mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Proses ini dapat menghasilkan informasi mengenai seberapa baik seseorang mengalami kemajuan dalam mencapai tujuan. Observasi diri dipengaruhi oleh beberapa proses personal seperti efikasi diri, penetapan tujuan, dan perencanaan metakognisi. Penilaian diri merupakan
respon
siswa
yang
meliputi
secara
sistematis
membandingkan performansinya dengan strandar atau tujuan yang sudah ditetapkan, sedangkan reaksi diri meliputi beberapa proses diri seperti penetapan tujuan, persepsi efikasi diri, dan perencanaan metakognisi, di mana hubungan ketiganya bersifat timbal balik. b.
Faktor eksternal Kendati bersifat individual, perkembangan self regulated learning seorang siswa juga diperngaruhi oleh faktor-faktor di luar dirinya. Faktor-faktor tersebut adalah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor teman sebaya. Pola asuh dan keterlibatan orangtua dalam pendidikan terbukti mempengaruhi regulasi diri dalam bidang akademik siswa. Pola asuh yang ideal dalam mendukung perkembangan self regulated learning siswa adalah pola asuh demokratis, sedangkan pola asuh permisif terbukti berkolerasi negatif dengan regulasi diri di bidang akademik siswa. Pengasuhan yang dilakukan oleh ayah dan ibu juga memiliki dampak yang berbeda dalam jenis regulasi siswa. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan terbukti meningkatkan kemampuan regulasi siswa dalam belajar (Abar, Carter, & Winsler, 2009, dalam Kristiyani, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Dukungan orangtua juga sangat memengaruhi perkembangan self regulated learning siswa. Semakin besar besar dukungan dari orangtua yang dirasakan siswa, semakin besar pula kemungkinan siswa tersebut melakukan belajar bedasar regulasi diri. Faktor sekolah yang mempengaruhi self regulated learning adalah relasi guru-siswa (Leutwyler & Merki, 2009, dalam Kristiyani, 2016), dukungan otonomi guru (Leutwyler & Merki, 2009; Sierens, et al., 2009, dalam Kristiyani, 2016), dan model pengajaran yang diberikan guru (Vassallo, 2011, dalam Kristiyani, 2016). Guru memiliki pengaruh besar pada perkembangan self regulated learning (Greene & Azevedo, 2007, dalam Kristiyani, 2016). Dalam faktor teman sabaya, Zimmerman dan Cleary (2006, dalam Kristiyani, 2016) mengatakan bahwa pada masa remaja kepercayaan pada kemampuan sendiri, yang merupakan bagian dari self regulated learning, sangat dipengaruhi oleh perilaku atau umpan balik dari orang-orang penting di sekitar siswa, seperti teman sebaya. Newman (2002, dalam Kristiyani, 2016) menyatakan bahwa siswa yang memiliki self regulated adalah siswa yang memiliki perasaan otonomi yang tinggi. Tetapi hal ini bukan berarti mereka terisolasi dan tidak membutuhkan bantuan orang lain, teman sebaya adalah orang-orang yang dapat memanifestasikan kebutuhan ini. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor self regulated learning terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada faktor internal, yaitu pengaruh personal dan pengaruh perilakuan.
D. Dinamika Hubungan Self Regulated Learning dengan Kenakalan Remaja Masa remaja adalah masa di mana seseorang lebih mementingkan kehidupan sosialnya di luar ikatan sosialnya dalam keluarga, berpikir tentang apa yang terjadi pada pikiran orang lain, emosi yang tinggi, serta mulai melihat lebih dekat diri mereka sendiri untuk mendefinisikan bahwa diri mereka berbeda. Mereka mudah menjadi tidak puas dengan diri mereka sendiri, mengkritik sifat-sifat pribadi mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba mengubah seperti diri orang lain atau teman lain. Pada fase remaja, biasanya seorang anak akan mengalami suatu perubahan. Perubahan tersebut bukan hanya dari fisik namun juga dari psikologisnya. Pada masa transisi ini kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya kenakalan pada remaja. Menurut Santrock (2003) kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. Perilaku ketidakdisiplinan siswa di sekolah juga menjadi salah satu bentuk kenakalan pada remaja yang melawan status. Hal ini sejalan dengan penelitian Sutrisno (2009) yang mengatakan bahwa remaja kebanyakan berprilaku sebagai siswa yang tidak disiplin. Hal ini ditunjukan oleh perilaku remaja sehari-hari di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
sekolah, seperti membolos, datang terlambat, melalaikan tugas, catatan tidak lengkap, tidak berseragam lengkap, malas mengikuti pelajaran, acuh tak acuh pada jam pelajaran, merokok, tidak sopan, mempengaruhi teman untuk melanggar disiplin, nongkrong di kantin. Ketika remaja tidak disiplin, maka ia membutuhkan strategi belajar. Salah satu strategi belajar yang diperlukan oleh remaja adalah self regulated learning (SRL). Self regulated learning dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana pelajar melakukan strategi dengan meregulasi kognisi, metakognisi, dan motivasi. Straregi kognisi meliputi usaha mengingat kembali dan melatih materi terus-menerus, elaborasi, dan strategi mengorganisir
materi.
Strategi
metakognisi
meliputi
merencanakan,
memonitor, dan mengevaluasi. Strategi motivasional meliputi nilai belajar sebagai kebutuhan diri atau sisi intrinsik, melakukan penghargaan terhadap diri sendiri, dan tetap bertahan ketika menghadapi kesulitan (Chin, 2004 dalam Kristiyani, 2016). Schunk dan Zimmerman (1998) mengatakan bahwa self regulated learning yang terdiri dari tiga aspek, yaitu metakognitif, motivasi, dan perilaku. Pada aspek metakognitif, Matlin (1998) mengatakan bahwa metakognitif adalah pemahaman dan kesadaran tentang proses kognitif atau pikiran tentang berpikir. Metakognitif merupakan suatu proses penting. Hal ini disebabkan pengentahuan seseorang tentang kognisinya dapat membimbing dirinya mengatur atau menata peristiwa yang akan dihadapi dan memilih strategi yang sesuai agar dapat meningkatkan kinerja kognitifnya ke depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Sehubungan dengan itu, Zimmerman (1998) menyatakan bahwa hal yang penting bagi individu yang melakukan regulasi diri adalah kempampuan individu
dalam
merencanakan,
mengorganisasi
atau
mengatur,
menginstruksikan diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. Apabila seorang remaja memiliki self regulated learning yang tinggi akan maka ia mampu merencanakan kegiatan sehari-hari, mampu mengatur diri,
serta
dapat
memonitor kegiatannya,
dan melakukan
evaluasi
kegiatannya. Sebaliknya, apabila seorang remaja memiliki self regulated learning yang rendah maka ia akan kesulitan untuk membuat suatu perencanaan kegiatan sehari-hari, kesulitan mengatur diri, kesulitan mengontrol kegiatannya, dan kesulitan dalam mengevaluasi kegiatan. Pada aspek motivasi, Zimmerman (1998) mengatakan bahwa motivasi merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu. Apabila seorang remaja memiliki self regulated learning yang tinggi maka ia merasa percaya bahwa dirinya mampu mengorganisasikan dan memutuskan tindakan yang akan dilakukan dalam berbagai situasi. Selain itu, ia mempunyai tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai dengan melakukan usaha tertentu. Sebaliknya, apabila seorang remaja memiliki self regulated learning yang rendah maka ia akan merasa kurang percaya diri, ia tidak memiliki tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Pada aspek perilaku, Zimmerman dan Pons (1998) menyatakan bahwa perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan
lingkungan
maupun
menciptakan
lingkungan
yang
mendukung aktivitas belajar. Apabila seorang remaja memiliki self regulated learning yang tinggi maka ia mampu untuk melihat perilakunya sendiri dengan memberikan perhatian atas kualitas pada perilaku yang sedang dilakukannya. Selain itu, mereka juga mampu untuk mengevaluasi perilakunya sendiri dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Self regulated learning yang tinggi juga dapat dilihat dari bagaimana remaja mampu untuk merespon secara postitif atau negatif perilakunya yang bergantung pada standar personal dalam mengukur perilaku dengan memberikan reward atau punishment. Apabila serorang remaja memiliki self regulated learning yang rendah, maka ia merasa kurang mampu untuk melakukan evaluasi diri dengan memberikan perhatian atas apa yang mereka lakukan. Tambahan pula, remaja yang memiliki self regulated learning yang rendah akan kesulitan merespon secara positif maupun negatif perilakunya. Pada kenakalan remaja, self regulated learning memiliki pengaruh pada remaja untuk mengatur diri, mengevaluasi diri, mengorganisasikan dan memutuskan suatu tindakan, serta merespon secara positif maupun negatif perilaku yang dilakukannya. Hal ini menentukan pengambilan keputusan remaja untuk melakukan suatu tindakan. Remaja yang memiliki self regulated learning yang tinggi akan mampu menyadari perilakunya dan mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga remaja dapat mengantisipasi terjadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
kenakalan. Sebaliknya, remaja dengan tidak memiliki self regulated learning yang baik cenderung kurang mampu menyadari perilakunya dan kurang mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga remaja melakukan kenakalan.
E. Hipotesis Berdasdarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara self regulated learning dengan kenakalan remaja. Apabila tingkat kecenderungan kenakalan tinggi, maka self regulated learning rendah. Sebaliknya, jika tingkat kecenderungan kenakalan rendah, maka self regulated learning tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
F. Kerangka Berpikir
Self Regulated Learning (SRL)
Mampu mengatur strategi belajar
Kurang mampu mengatur strategi belajar
Kenakalan Rendah
Kenakalan Tinggi
SRL Tinggi
SLR Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Desain survey tergantung pada penggunaan jenis kuisoner (Creswell, 2012).
B. Indentifikasi Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah self regulated learning.
2.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kenakalan remaja.
C. Definisi Operasional 1.
Self Regulated Learning Self regulated learning didefinisikan sebagai suatu proses di mana pelajar melakukan strategi dengan meregulasi kognisi, metakognisi, dan motivasi. Self regulated learning memiliki tiga aspek, yaitu metakognisi, motivasi,
dan
perilaku.
Didalam
aspek
metakognisi
terdapat
kempampuan individu dalam merencanakan, mengorganisasi atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. Aspek motivasi mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu. Aspek perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar. 2.
Kenakalan remaja Pada dasarnya prilaku kenakalan dapat di golongkan menjadi dua golongan, yaitu kenakalan remaja yang tidak digolongkan pada pelanggaran hukum dan kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran hukum.
D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini diambil dengan teknik non probability sampling, yaitu tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan atau pelurang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Siregar, 2013). Secara khusus teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Menurut Somantri (2006) convenience sampling merupakan teknik penarikan sampel yang dilakukan dengan alasan kemudahan atau kepraktisan menurut peneliti. Sasaran atau target dari penelitian ini ialah subjek merupakan siswa/siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan menempuh pendidikan di SMP Kristen Harapan I Denpasar. Dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 240 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
E. Metode dan Alat Pengambilan Data Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah dalam bentuk skala, yaitu skala self regulated learning dan skala kenakalan remaja. Skala menggunakan metode summated rating yang merupakan penskalaan model Likert. Model penskalaan ini merupakan metode penskalaan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Gable dalam Azwar, 2000). Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan. Subjek akan diminta untuk menyatakan kesusuaian atau ketidaksesuaiannya terhadap isi pernyataan dalam empat macam kategori jawaban, yaitu “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “setuju” (S), dan “sangat setuju” (SS). Rentang skor pada setiap butir item adalah 1 sampai 4. Tabel 1 Skor Jawaban Jawaban
Pernyataan Favorabel
Unfavorable
STS (Sangat Tidak Setuju)
1
4
TS (Tidak Setuju)
2
3
S (Setuju)
3
2
SS (Sangat Setuju)
4
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Skala self regulated learning terbagi dalam tiga aspek, yaitu aspek metakognitif, aspek motivasi, dan aspek perilaku. Proporsi persebaran item dalam setiap aspek dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 2 Proporsi Item pada Skala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba Aspek
Indikator Merencanakan
Metakognitif
Motivasi
Mengorganisasi/ mengatur Menginstruksikan diri, memonitor & melakukan evaluasi Dorongan yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri Kompetensi otonomi Mengatur diri Menyeleksi
Perilaku
Menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar
Nomer Item F 2,12 UF 9,10 F 1,6 UF 3,11
Jumlah 4 item (11.11%) 4 item (11.11%)
F
7,8
UF
4,5
F
14,17,22
UF
19,21,23
6 item (16.67%)
F UF F UF F UF
13,16,20 15,18,24 30,35 25,28 27,34 29,33
6 item (16.67%) 4 item (11.11%) 4 item (11.11%)
F
26,36
UF
31,32
Jumlah
4 item (11.11%)
4 item (11.11%) 36 (100%)
Skala yang kedua adalah skala kenakalan remaja terdiri dari dua aspek, yaitu kenakalan remaja yang tidak digolongkan pada pelanggaran hukum dan kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran hukum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Tabel 3 Proporsi Item pada Skala Kenakalan Remaja Sebelum Uji Coba Aspek Tidak tergolong pelanggaran hukum
Tergolong pelanggaran hukum Jumlah
Nomer Item F
2,5,7,9,11,13,14
UF
1,3,4,6,8,10,12
F
15,17,20,22,23,25,28
UF
16,18,19,21,24,26,27
Jumlah 14 item (50%)
14 item (50%) 28 item (100%)
F. Uji Coba Alat Ukur Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba alat ukur. Tujuannya adalah untuk menguji kesahihan alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan pada Rabu, 26 Mei 2016 secara online. Lama proses uji coba alat ukur adalah dua hari. Jumlah subjek dalam uji coba alat ukur adalah 53 orang. Masing-masing subjek diberi skala yang terdiri dari dua bagian, yaitu self regulated learning (bagian I) dan kenakalan remaja (bagian II). Hasil yang diperoleh dari uji coba ini adalah item-item yang memenuhi kriteria untuk menjadi alat ukur yang sahih.
G. Validitas dan Reliabilitas 1.
Validitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya. Artinya, sejauh mana skala tersebut mampu mengukur atribut yang akan diukur. Validitas yang digunakan peneliti adalah validitas permukaan (face validity) yang dinyatakan berdasarkan format penampilan tes, apabila penampilan tes telah menyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi. Kedua, validitas yang bersifat logis (logical validity). Dalam validitas ini, setiap aspek yang akan diungkapkan, ditetapkan lebih dahulu definisinya sebagai pengukur apakah materi tiap item benar-benar tercakup di dalamnya, maka jika item dipandang telah menampung materi didalam definisi tertentu, berarti alat pengumpul data cukup valid (Hadari, 1985). Validitas permukaan dan validitas logis dari skala ini diselidiki dengan bantuan dosen pembimbing sebagai professional judgement dengan cara melihat penampilan tes telah meyakinkan, memberikan kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur dan apakah item dipandang telah menampung materi dalam definisi tertentu. 2.
Seleksi Item Seleksi item dilakukan setelah melakukan uji coba alat ukur. Seleksi item dilakukan untuk melihat apakah item-item yang ada layak untuk menjadi alat ukur penelitian atau tidak. Seleksi item dilakukan dengan melihat corrected item-total correlation atau koefisiensi kolerasi item-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
total (rix) yang dihitung menggunakan alat bantu program SPSS for windows versi 16. Berdasarkan koefisien korelasi item-toato bergerak dari nilai 0-1,00 dengan tanda positif dan negatif. Batasan kriteria seleksi item dengan menggunakan koefisien korelasi item-total adalah rix ≥ 0,30. Oleh sebab itu, item yang memiliki koefisien korelasi item-total lebih atau sama dengan 0,30 dianggap memiliki daya diskriminasi yang baik. Sebaliknya item yang memiliki koefisien korelasi item-total kurang dari 0,30 dianggap daya diskriminasinya rendah (Azwar, 2000). Apabila item yang memiliki indeks diskriminasi ≥ 0,30 jumlahnya melebihi jumlah item yang direncanakan untuk dijadikan skala, maka kita dapat memilih item-item yang memiliki indeks daya diskriminasi tertinggi. Sebaliknya apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang di inginkan, kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 misalnya sehingga jumlah item yang di inginkan dapat tercapai. Apabila hal ini tidak juga menolong, maka sangat mungkin kita harus merevisi seluruh item-item baru sama sekali dan kemudian melakukan field testing kembali karena menurunkan batas kriteria rix dibawah 0,20 sangat tidak di sarankan (Azwar, 2000). Berdasarkan analisis item pada skala self regulated learning didapat 25 item yang sahih dari 36 item yakni item 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
13, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 29, 31, 34, 35, dan 36. Dibawah ini proporsi item yang sahih.
Tabel 4 Proporsi Item pada Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba Aspek
Indikator Merencanakan
Metakognitif
Motivasi
Mengorganisasi/ mengatur Menginstruksikan diri, memonitor & melakukan evaluasi Dorongan yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri Kompetensi otonomi Mengatur diri Menyeleksi
Perilaku
Jumlah
Menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar
F UF F UF
2,12 9,10 6 3,11
Item yang lolos 2 2 1 2
F
7,8
2
UF
5
1
F
17,22
2
UF
19,21,23
3
5 item (20%)
F UF F UF F UF
13,16,20 18 35 25 34 29
3 1 1 1 1 1
4 item (16%) 2 item (8%) 2 item (8%)
F
36
1
UF
31
1
Nomer Item
Jumlah 4 item (16%) 3 item (12%) 3 item (12%)
2 item (8%) 36 (100%)
Berdasarkan analisis item pada skala kenakalan remaja didapat 24 item yang sahih dari 28 item yakni item 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
14, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, dan 28. Di bawah ini proporsi item yang sahih. Tabel 5 Proporsi Item pada Skala Kenakalan Remaja Setelah Uji Coba Aspek Tidak tergolong pelanggaran hukum Tergolong pelanggaran hukum
Nomer Item
Jumlah 12 item (50%)
F
5,9,11,13,14
5
UF
1,3,4,6,8,10,12
7
F
17,20,22,23,25,28
6
UF
16,19,21,24,26,27
6
Jumlah
3.
Item yang lolos
12 item (50%) 24 item (100%)
Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan suatu pengukuran (Azwar, 2000). Alat ukur dianggap reliabel jika alat tersebut dapat mengukur gejala yang sama dari waktu ke waktu dengan konsisten (Siregar, 2013). Koefisien reliabilitas (rix) berada pada kisaran angka 0 sampai 1,00. Ketika koefisien relibilitas semakin mendekati angka 1,00 maka semakin reliabel pula alat ukurnya (Azwar, 2000). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan analisis pada nilai koefisien alpha cronbach. Alat ukur dianggap reliabel ketika koefisien alpha cornbach menunjukan angka > 0,6 dan semakin baik ketika koefisien alpha cornbach mendekati 1,00 (Sujarweni & Endrayanto, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Koefisien alpha cornbach dari skala self regulated learning setelah uji coba adalah 0,758. Sedangkan koefien alpha cornbach dari skala kenakalan remaja setelah uji coba adalah 0,807.
H. Metode Analisis Data 1.
Uji Asumsi Penelitian ini melakukan uji asumsi dengan tujuan untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya korelasional yang digunakan untuk uji hipotesis. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dan linearitas hubungan antar variabel. 1.1 Uji Normalitas Penelitian ini melalukan uji normalitas dengan tujuan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal. Hal ini dapat dilihat melalui data dengan nilai p < 0,05 menunjukan bahwa data tersebut memiliki perbedaan yang signifikan dengan data yang normal. Sebaliknya, apabila data yang didapat memiliki nilai p > 0,05 menunjukan bahwa data tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal. Data semacam ini yang merupakan data dengan sebaran yang normal (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Komolgorov-Smirnov Test melalui SPSS for windows versi 16. 1.2 Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Penelitian ini melaukan uji normalitas dengan maksud untuk mengetahui hubungan antar kedua variabel yang hendak dianalisis apakah mengikuti garis lurus atau tidak. peningkatan atau penurunan ada suatu variable makan akan diikuti pula secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas pada variabel lainnya (Santoso, 2010). Pengujian linearitas dilakukan dengan uji linearitas menggunakan alat bantu program SPSS for windows versi 16. Jika data memenuhi syarat yaitu p < 0,05 maka data tersebut dapat dikatakan linear. 2.
Uji Hipotesis Penelitian ini melakukan uji hipotesis dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson untuk menguji hipotesis yang telah dijabarkan sebelumnya, yaitu hubungan self regulated learning dengan kenakalan remaja, apabila data yang dihasilkan berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila data yang dihasilkan berdistribusi tidak normal, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Sprearman Rho. Hal ini dapat dilakukan karena teknik tersebut tidak mensyaratkan normalitas data (Santoso, 2010). Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di SMPK. Harapan I Denpasar pada tanggal 11 Juni 2016. Pengambilan data untuk penelitian dilaksanakan di dalam ruang aula. Sampel diambil secara acak dengan jumlah total subjek sebanyak 240 orang. Proses pengambilan data penelitian dilakukan selama satu hari.
B. Deskripsi Subjek Subjek penelitian adalah siswa kelas VII. Berdasdarkan hasil penyebaran skala, didapatkan identitas subjek sebagai berikut: Tabel 6 Identitas Subjek No.
Jenis Kelamin
1 2
Laki-laki Perempuan Jumlah
No.
Kelas
1 2 3 4 5 6 7 8
A B G H I J K L Jumlah
Jumlah Orang Persentase (%) 102 42.5 138 57.5 240 100 % Jumlah Orang Persentase (%) 26 10.8 1 0.4 30 12.5 37 15.4 35 14.6 40 16.7 28 11.7 43 17.9 240 100 %
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
C. Deskripsi Data Penelitian Berikut ini data hasil penelitian yang dapat dilihat dalam tabel yang ada dibawah ini: Tabel 7 Data Penelitian Skor Teoritis
Mean Empiris
Max
Min
Max
Min
SRL
100
25
94
58
Kenakalan Remaja
96
24
57
26
Teoritis
Empiris
SD
Sig. Hasil Uji-t
62.5
77.88
6.653
0.000
50
38.83
6.948
0.000
Dari tabel data di atas diketahui self regulated learning subjek tergolong tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean empiriknya yaitu 77,88 yang lebih tinggi dibandingkan nilai mean teoritiknya yaitu 62,5. Hasil uji t juga menunjukan bahwa mean teoritik dan mean empirik self regulated learning menunjukan taraf signifikansi yaitu p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Standar deviasi self regulated learning yaitu sebesar 6,653. Berdasarkan tabel data di atas, dapat dilihat bahwa kenakalan subjek tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean empiriknya yaitu 38,83 yang lebih rendah dibandingkan mean teoritiknya yaitu 50. Hasil uji t juga menunjukan bahwa mean teoritik dan mean emprik kenakalan remaja menunjukan taraf signifikansi yaitu p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
terdapat perbedaan yang signifikan. Standar deviasi kenakalan remaja yaitu sebesar 6,948.
D. Analisis Data Penelitian 1.
Uji Asumsi a.
Uji Normalitas Uji normalitas merupakan analisis statistik yang pertama kali dilakukan dalam rangka analisis data. Uji normalitas ini betujuan untuk mengetahui apakah data self regulated learning dan kenakalan remaja normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00 dengan statistik uji explore. Pengambilan keputusan didasarkan pada besaran probabilitas (p). Apabila p > 0.05 maka sebaran dikatakan normal, namun sebaliknya jika p < 0.05 maka sebaran dikatakan tidak normal. Tabel 8 Hasil Uji Normalitas
SLR Kenakalan Remaja
Statistik 0.058 0.083
Signifikansi 0.929 0.000
Keterangan Normal Tidak Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukan bahwa variabel self regulated learning memiliki taraf signifikansi sebesar 0,929 (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa sebaran data pada variabel tersebut memiliki data yang normal. Pada variabel kenakalan remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
memiliki taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menujukan bahwa sebaran data pada variabel tersebut memiliki data yang tidak normal. b.
Uji Linearitas Uji lineraritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara dua skor variabel self regulated learning dan kenakalan remaja merupakan garis lurus atau tidak. Peningkatan atau penurunan kuantitas pada suatu variabel maka akan diikuti pula secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas pada variabel lainnya (Santoso, 2010). Uji linearitas ini dilakukan dengan melihat nilai p. Jika p < 0.05, maka data tersebut linear. Tabel 9 Uji Linearitas Data Self Regulated Learning dengan Kenakalan Remaja
Skor Self Regulated Learning dan Kenakalan Remaja (between groups)
(combined) Linearity Deviation from Linearity
F
Sig.
1.935 27.467
0.004 0.000
1.055
0.397
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh nilai F sebesar 27,467 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang linear antara self regulated learning dengan kenakalan remaja karena memiliki nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
2.
Uji Hipotesis Penelitian ini melakukan uji hipotesis dengan menggunakan korelasi Product-Moment Pearson untuk menguji hipotesis yang telah dijabarkan sebelumnya, yaitu hubungan self regulated learning dan kenakalan remaja, apabila data yang dihasilkan normal. Sebaliknya, apabila data yang dihasilkan tidak normal, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Spearman Rho. Distribusi data dalam penelitian ini bersifat tidak normal maka pengujian hipotesis dialakukan dengan menggunakan Spearman Rho. Berikut merupakan kriteria koefisien kolerasi menurut Sarwono (2006) yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 10 Kriteria Koefiensi Kolerasi Koefisien Kolerasi
Kategori
0
Tidak Ada Kolerasi
0,00 – 0,25
Kolerasi Sangat Lemah
0,025 – 0,5
Kolerasi Cukup
0,5 – 0,75
Kolerasi Kuat
0,75 – 0,99
Kolerasi Sangat Kuat
1
Kolerasi Sempurna
Hasil uji korelasi antara self regulated learning dengan kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Tabel 11 Uji Hipotesis Korelasi r = -0.302
p < 0.05
Sig. (1-tailed) 0.000
r2 0.091
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai pearson’s r sebesar -0,302 dengan signifikan sebesar 0,000 (p < 0,05) yang diuji menggunakan one-tailed test antara variabel self regulated learning dan variabel kenakalan remaja. Berdasarkan hal ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan dengan kategori cukup antara self regulated learning dan kenakalan remaja. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi self regulated learning, maka semakin rendah perilaku kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah self regulated learning, maka semakin tinggi perilaku nakal yang dilakukan oleh remaja.
E. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara self regulated learning dengan kenakalan remaja. Pada uji korelasi antara self regulated learning dan kenakalan remaja membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan dengan kategori cukup. Hal ini dapat dilihat melalui hasil analisis data yang menunjukan koefisiensi korelasi r = -0,302 dengan signifikansi 0,000 (p <0,5) yang diuji menggunakan one-tailed test. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi self regulated learning, maka semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
rendah perilaku kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah self regulated learning, maka semakin tinggi perilaku nakal yang dilakukan oleh remaja. Hasil analisis ini membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan koefisiensi determinansi (r2) sebesar 0.901 yang menunjukan bahwa self regulated learning memberi sumbangan terhadap kecenderungan kenakalan remaja sebesar 9.01%. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan yang belum cukup untuk menangkap maksud item dalam kuesioner sehingga terjadi perbedaan pemahaman oleh subjek. Selain itu, pemilihan kata atau kalimat pada penulisan item kurang baik sehingga kurang dapat dipahami oleh subjek. Sisanya sebesar 90.99% dipengaruhi oleh faktor lain. Santrock (2007) mengatakan bahwa identitas, kontrol diri, proses keluarga, dan kelas sosial dapat juga mempengaruhi kenakalan remaja. Selain hal di atas, faktor lain yang mempengaruhi kenakalan remaja dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtiyani (2011) di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota, Kabupaten Sidoarjo yang menemukan bahwa pola asuh berpengaruh terhadap kenakalan remaja, yaitu pola asuh otoriter yang mana orangtua tidak pernah berunding kepada anaknya untuk menentukan peraturan dan orangtua memaksakan peraturan yang dibuatnya untuk anak. Dari pola asuh tersebut anak akan senantiasa menuruti orangtua sewaktu dirumah dan anak akan melakukan suatu kenakalan diluar rumah, karena anak beranggapan kalau dirinya bebas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
tidak ada yang mengaturnya di luar rumah. Anak akan melakukan suatu perilaku menyimpang (kenakalan remaja) antara lain kebut-kebutan dijalan, merokok, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Selain itu, perilaku ketidakdisiplinan siswa di sekolah juga menjadi salah satu faktor kenakalan pada remaja. Berdasarkan penelitian Sutrisno (2009) yang mengatakan bahwa remaja kebanyakan berprilaku sebagai siswa yang tidak disiplin. Hal ini ditunjukan oleh perilaku remaja sehari-hari di sekolah, seperti membolos, datang terlambat, melalaikan tugas, catatan tidak lengkap, tidak berseragam lengkap, malas mengikuti pelajaran, acuh tak acuh pada jam pelajaran, merokok, tidak sopan, mempengaruhi teman untuk melanggar disiplin, nongkrong di kantin. Hal ini sejalan dengan yang terjadi di Sekolah SMPK 1 Harapan Denpasar. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap pihak sekolah, peneliti mendapati bahwa ada cukup banyak siswa yang datang terlambat ke sekolah, membolos pada saat jam pelajaran berlangsung, dan tidak pekerjaan rumah (PR). Sanksi sebagai usaha menegakan disiplin di sekolah bukan merupakan pelanggaran hak asasi manusia asalkan peraturan disiplin berserta sanksi sudah disosialisasikan kepada siswa terlebih dahulu. Hal ini seiring dengan pihak sekolah yang telah melakukan tindakan untuk mengendalikan masalah ini. Tindakan yang dilakukan oleh sekolah ialah memanggil dan menegur siswa yang melakukan pelanggaran, menghukum siswa dengan membersihkan toilet sekolah, memasang cctv dibeberapa sudut sekolah untuk memantau kegiatan siswa, bahkan hingga memanggil orangtua siswa untuk mengadakan pertemuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
membahas kenakalan siswa, namun tidak semua orangtua bersedia datang ke sekolah. Tidak hanya itu, latar belakang mengapa siswa sering melakukan pelanggaran disiplin di sekolah ditinjau dari konteks terjadinya perilaku siswa tersebut berdasarkan penelitian Sutrisno (2009) ternyata disebabkan karena mereka tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar atau mengerjakan tugas-tugas sekolah, sulit menangkap pelajaran, malas belajar, bosan dalam mengikuti pelajaran, sulit memahami pelajaran, kesulitan belajar sendiri dirumah, dan merasa kesulitan dalam mengatur waktu. Selain itu, di rumah mereka tidak ada yang membantu bila mengalami kesulitan, kurang perhatian orangtua, dan orangtua bercerai. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan pihak sekolah, beberapa siswa yang datang terlambat sebagian disebabkan karena jalan macet, sebagian lagi disebabkan karena orangtua mereka terlambat mengantar mereka ke sekolah. Sedangkan siswa yang kedapatan membolos pada saat jam pelajaran berlangsung disebabkan karena mereka merasa bosan dan jenuh berada di kelas, biasanya mereka pergi ke kantin untuk menghilangkan rasa bosan dan jenuhnya. Siswa juga seringkali tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dengan berbagai alasan, seperti lupa, soal terlalu sulit, dan memang malas mengerjakannya. Pihak sekolah merasa jika para siswa kurang memiliki rasa tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan. Sebenarnya pihak sekolah sudah memiliki peraturan yang harus ditaati oleh siswa, namun terkadang siswa mengabaikannya. Pada penelitian ini juga melakukan analisis deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui masing-masing variabel. Pada variabel self regulated
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
learning memiliki mean empirik sebesar 77,88 yang lebih tinggi dibandingkan niali mean teoritiknya yaitu 62,5. Hal ini berarti bahwa siswa/i dalam penelitian ini self regulated learning yang tergolong tinggi. Semakin efektif siswa dalam mengembangkan perencanaan strategi pengelolaan diri, perilaku, dan lingkungannya maka semakin tinggi tingkat self regulated learning siswa tersebut (Schunk dan Zimmerman, dalam Robbin, 1999). Analisis deskriptif juga dilakukan pada variabel kenakalan remaja yang memiliki mean empirik 38,83 yang lebih rendah dibandingkan mean teoritiknya yaitu 50. Hal ini berarti bahwa siswa/i dalam penelitian ini memiliki tingkat kenakalan yang tergolong rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Penelitian ini melakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik Spearman Rho yang menunjukan koefiensi korelasi sebesar -0,302 (p < 0,05). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self regulated learning remaja, maka semakin rendah pula tingkat kenakalannya, dan begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian, self regulated learning memberi sumbangan terhadap kenakalan remaja sebesar 9.01%. Sisanya sebesar 90.99% dipengaruhi faktor lain.
B. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti juga perlu untuk menyampaikan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Pengambilan sampel kurang ideal. Peneliti menggunakan teknik convenience sampling, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut, sehingga hasilnya kurang dapat diandalkan untuk mencankup seluruh variasi dari masing-masing variabel penelitian.
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
2.
Pemilihan subjek yang dinilai kurang memiliki tingkat pendidikan yang cukup. Sehingga subjek kurang mampu untuk menangkap maksud item dalam kuesioner sehingga terjadi perbedaan pemahaman oleh subjek.
3.
Pemilihan kata atau kalimat pada penulisan item kurang baik sehingga kurang dapat dipahami oleh subjek.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, berikut adalah saran-saran yang dapat peneliti berikan: 1.
Bagi Pihak Sekolah Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan dengan kategori cukup antara self regulated learning dan kenakalan remaja. Maka dari itu diharapkan kepada pihak sekolah untuk lebih meningkatkan sistem manajemen komunikasi antara pihak sekolah, orangtua, dan siswa sehingga terjalin komunikasi yang baik guna meningkatkan kerjasama.
2.
Bagi Subjek Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki self regulated learning yang tinggi dan kenakalan yang rendah. berdasarkan hal ini maka diharapkan subjek penelitian untuk tetap mempertahankannya sehingga dapat menekan terjadinya perilaku nakal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya 3.1 Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat lebih cermat untuk melakukan pemilihan kata dalam penyusunan alat ukur sehingga alat ukur tersebut dapat memberikan stimulus yang lebih baik kepada subjek sesuai dengan tujuan ukur agar tidak terjadi bias. 3.2 Sumbangan efektif dalam penelitian ini sebesar 9.01%. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kenakalan remaja di antaranya, identitas, kontrol diri, proses keluarga, kelas sosial, dan lain-lain. 3.3 Peneliti selanjutnya sekiranya juga dapat mengambil sampel yang lebih ideal agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2000). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Berk, L. E. (2007). Through the life span. Boston : Person Education. Choiriah, M. (2016, Juni 6). Bawa parang saat tawuran, bocah 15 tahun ini dibekuk
polisi.
Merdeka.com.
Dipungut
20
Januari,
2017,
dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/bawa-parang-saat-tawuran-bocah-15tahun-ini-dibekuk-polisi.html. Creswell, J. W. (2009/2012). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches [Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed] (Achmad F., Trans). Ed. ke-3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Ghufron & Rini. (2011). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: AR-RUZZ Media. Gunarso, J. D., & Singgih, D. G. (1981). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock, E. B. (1955). Adolescent development. New York: McGraw–Hill. Kartono, K. (2007). Patologi sosial 2: Kenakalan remaja. Jakarta: Rajawali. Kementrian Pemuda dan Olahraga. 2009. Penyajian Data dan Informasi Kementrian Pemuda dan Olahraga. Dipungut 20 Januari, 2017, dari http://www.kemenpora.go.id/pdf/PENYAJIAN%20DATA%20INFORMAS I%20KEMENTERIAN%20PEMUDA%20DAN%20OLAHRAGA%20TA HUN%202009.pdf.
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Kristiyani,
T.
(2016).
Self-regulated
learning:
konsep,
implikasi,
dan
tantangannya bagi siswa di Indonesia. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Larry, A., Daniel H., & Ziegler, J. (1981). Personality theories: Basic assumptions,
reseacrh,
and
applications.
London:
McGraw-Hill
International Book. Matlin, M. W. (1998). Cognition. Forth Worth: Harcourt Brace College. Murtiyani, N. (2011). Hubungan pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo. Jurnal Keperawatan, 01(01). Nawawi, H. (1985). Metode penelitian bidang sosial. Cetakan II. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Neal, D., & Carey, K. (2005). A follow-up psychometric analysis of the selfregulation questionnaire. Psychology of Addictive Behaviors, 19(4), 414– 422. NVI & REZ. (2016, November 1). Heboh Video Perkelahian Dua Gadis Bali. Nusabali.com.
Dipungut
20
Januari,
2017,
dari
http://www.nusabali.com/berita/8516/heboh-video-perkelahian-dua-gadisbali. NVI &REZ. (2016, November 2). Giliran Kekerasan Pelajar Pria Bikin Heboh. Nusabali.com.
Dipungut
20
Januari,
2017,
dari
http://www.nusabali.com/berita/8537/giliran-kekerasan-pelajar-pria-bikin heboh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Papalia, D. E., & Olds, S. W. (2008). Human development (Psikologi Perkembangan): Bagian V sampai dengan IX (Ed. ke-9). Jakarta: Kencana. Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2010). Psikologi kepribadian : teori dan penelitian (Ed. ke- 9). Jakarta: Kencana. Robbins, S. P. (1999). Organizational behavior: Concepts, controversies, aplications. New Jersey: Prentice-Hall. Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi: Dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Santrock, J. W. (2003). Perkembangan remaja. Ed. ke-6. Jakarta: Erlangga. Saptohutomo, A. P., & Adrian, S. M. (2015, November 6). Anak-anak di Kota Kembang kini doyan tenggak miras. Merdeka.com. Dipungut 20 Januari, 2017,
dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/anak-anak-di-kota-
kembang-kini-doyan-tenggak-miras.html. Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sarwono, S. W. (2005). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali. Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. (1998). Self-regulated learning: from teaching to self-reflective practice. New York: The Guilford Press. Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: Pranada Media Group. Soekanto, S. (1989). Remaja dan masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Somantri, A., & Muhidin, S. A. (2006). Aplikasi statistika dalam penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta. Sujarweni, V. W., & Endrayanto, P. (2012). Statistika untuk penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sutrisno, H. (2009). Kasus Perilaku Pelanggaran Disiplin Siswa di Sekolah Ditinjau dari Kerangka Teori Sosiologi Fungsionalisme. Jurnal Pendidikan Inovatif, 4(2), 60-66. Walgito, B. (2003). Psikologi sosial suatu pengantar. Yogyakarta: Fakultasi Psikologi UGM. Yusuf, S. (2006). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Zimmerman, B. J. (1998). A social cognitive view of self-reglated academic learning. Journal of Educational Psychology. 81 (3), 329-339.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Lampiran 1 Lampiran Hasil Reliabilitas dan Seleksi Item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
A. Reliabilitas dan Korelasi Item Skala Regulasi Diri 1.
Hasil Awal
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .822
35
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
item1
96.42
89.555
-.024
.827
item2
96.72
85.822
.269
.819
item3
96.47
82.792
.489
.812
item4
95.70
87.292
.221
.820
item5
96.06
84.862
.334
.817
item6
96.42
85.671
.297
.818
item7
95.70
85.484
.454
.815
item8
96.21
85.398
.266
.819
item9
97.06
84.285
.347
.816
item10
97.06
80.401
.579
.808
item11
96.36
80.696
.681
.806
item12
97.19
83.887
.426
.814
item13
95.81
84.579
.525
.813
item14
96.81
86.579
.213
.821
item15
96.77
89.294
-.005
.827
item16
96.43
82.327
.523
.811
item17
96.32
85.299
.384
.816
item19
96.21
84.014
.368
.816
item20
96.74
80.890
.465
.812
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
2.
item21
95.98
86.442
.257
.819
item22
96.13
84.886
.365
.816
item23
95.96
85.229
.420
.815
item24
97.30
87.869
.145
.822
item25
96.30
83.330
.502
.812
item26
96.42
85.786
.199
.822
item27
96.91
88.818
-.001
.831
item28
96.13
86.848
.198
.821
item29
96.91
82.202
.552
.810
item30
96.79
86.360
.147
.825
item31
96.23
85.640
.252
.820
item32
96.43
86.366
.173
.823
item33
97.30
88.715
.023
.828
item34
97.47
83.177
.334
.817
item35
97.19
84.194
.291
.819
item36
96.94
81.939
.530
.810
Hasil Setelah Seleksi Item
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .758
25
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
item1
3.05
.485
240
item2
3.26
.587
240
item3
3.15
.732
240
item4
3.44
.610
240
item5
3.58
.543
240
item6
3.32
.685
240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
item7
3.05
.710
240
item8
3.00
.706
240
item9
3.33
.569
240
item10
3.03
.696
240
item11
3.64
.489
240
item12
3.27
.624
240
item13
3.10
.535
240
item14
2.82
.951
240
item15
2.63
.933
240
item16
3.34
.627
240
item17
3.31
.604
240
item18
3.58
.543
240
item19
2.23
.663
240
item20
3.12
.906
240
item21
2.56
1.013
240
item22
3.32
.629
240
item23
2.42
.845
240
item24
2.98
.627
240
item25
3.33
.683
240
B. Reliabilitas dan Korelasi Item Total Skala Kenakalan Remaja 1.
Hasil Awal
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .853
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
item1
51.34
75.575
.466
.846
item2
51.42
76.440
.243
.853
item3
51.55
76.176
.398
.848
item4
51.21
72.014
.689
.839
item5
51.08
72.725
.522
.843
item6
51.02
74.865
.411
.847
item7
49.64
84.004
-.385
.864
item8
49.58
85.555
-.567
.867
item9
50.91
72.741
.518
.844
item10
51.64
76.042
.479
.847
item11
51.81
73.925
.709
.841
item12
51.85
74.861
.662
.843
item13
50.70
73.830
.443
.846
item14
51.58
72.247
.594
.841
item15
50.94
77.247
.162
.857
item16
51.66
74.652
.399
.848
item17
51.43
74.250
.420
.847
item18
51.77
78.640
.094
.859
item19
51.85
77.169
.355
.849
item20
51.43
73.904
.391
.848
item21
51.26
75.352
.265
.854
item22
51.77
76.179
.375
.849
item23
51.36
72.042
.557
.842
item24
51.60
74.898
.539
.845
item25
52.04
77.537
.425
.849
item26
51.66
72.652
.552
.843
item27
51.74
75.083
.536
.845
item28
51.77
73.640
.648
.841
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
2.
Hasil Setelah Seleksi Item Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .807
24
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
item1
1.92
.689
240
item2
1.59
.549
240
item3
1.81
.588
240
item4
1.72
.646
240
item5
2.08
.584
240
item6
1.49
.600
240
item7
1.87
.768
240
item8
1.58
.608
240
item9
1.44
.590
240
item10
1.41
.564
240
item11
2.28
.720
240
item12
1.40
.599
240
item13
1.95
.969
240
item14
1.59
.697
240
item15
1.51
.627
240
item16
1.21
.482
240
item17
2.06
1.100
240
item18
1.38
.558
240
item19
1.58
.693
240
item20
1.57
.723
240
item21
1.27
.547
240
item22
1.41
.818
240
item23
1.45
.598
240
item24
1.27
.545
240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Lampiran 2 Skala Final
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
SKALA PENELITIAN HUBUNGAN REGULASI DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
SKALA PENELITIAN
Salam sejahtera, Saya Adisti Wastu Kirana Lembut adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya sedang mengadakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi. Berkaitan dengan itu, saya mengharap kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dengan cara mengisi kuesioner ini. Sebelum mengisi kuesioner ini saya harapkan teman-teman mengisi data pribadi ada kolom yang tersedia. Data pribadi beserta hasil pengisian kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan penggunaannya akan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Perlu teman-teman ketahui, bahwa kuesioner ini terdiri dari 2 (dua) bagian. Teman-teman diminta untuk teliti dalam setiap pengerjaannya. Dalam kuesioner ini tidak ada jawaban yang salah. Semua jawaban adalah benar asalkan sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang teman-teman alami dan rasakan. Saya sangat berterima kasih dan menghargai partisipasi teman-teman dalam peneltian ini. Akhirnya semoga kita semua tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Hormat saya,
Adisti Wastu Kirana Lembut Nama/inisial :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Jenis kelamin : L/P* Kelas
:
Sekolah
:
*coret yang tidak perlu
1. Apa saja kegiatanmu selain sekolah?
2. Pekerjaan orangtua: a. Ayah : b. Ibu :
3. Pendidikan orangtua: a. Ayah : b. Ibu :
4. Usia orangtua: a. Ayah : b. Ibu :
5. Keadaan ayah dan ibu bercerai atau tidak? Ya/Tidak
*coret yang tidak perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
SKALA REGULASI DIRI
BAGIAN I: Petunjuk Pengerjaan
1. Pada lembar-lembar berikutnya terdapat pernyataan-pernyataan. 2. Teman-teman diminta untuk menyatakan tanggapan terhadap pernyataan tersebut, dengan cara memilih: STS : (Sangat Tidak Setuju) jika merasa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. TS : (Tidak Setuju) jika merasa tidak setuju dengan pernyataan yang ada. S : (Setuju) jika merasa setuju dengan pernyataan tersebut. SS : (Sangat Setuju) jika merasa sangat menyetujui pernyataan yang ada. 3. Teman-teman bebas menentukan pilihan yang sesuai dengan keadaan diri temanteman. 4. Semua pilihan adalah benar selama itu sesuai dengan keadaan diri teman-teman. 5. Cara menyatakannya adalah dengan memberi tanda silang (X) pada tempat yang telah tersedia. Contoh:
No Pernyataan 1.
Saya adalah anak yang rajin.
STS
Skala TS S X X
SS
Periksa kembali jawaban teman-teman sebelum di kumpulkan. Selamat mengerjakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
No.
Pernyataan
1
Saya selalu belajar meskipun tidak ada ulangan. Saya akan tetap pergi dengan teman-teman meskipun PR belum saya kerjakan. Saya jarang menyisihkan waktu untuk quality time dengan keluarga. Saya akan pergi dengan teman-teman setelah selesai menyelesaikan tugas dirumah. Saya datang ke sekolah tepat waktu. Saya selalu menyisihkan waktu untuk quality time dengan keluarga. Saya malas menulis jadwal kegiatan sehari-hari. Saya hanya belajar ketika ada ulangan saja. Saya akan tetap pergi dengan teman-teman meskipun belum menyelesaikan tugas dirumah. Saya selalu menulis jadwal kegiatan sehari-hari. Saya selalu berjuang mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Jika saya mendapat nilai ulangan yang jelek maka saya akan menambah jam belajar. Saya mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. Saya enggan berusaha mendapat nilai yang baik dengan belajar. Saya mengerjakan PR karena takut dihukum guru. Saya berani menjadi diri sendiri tanpa takut dianggap aneh oleh teman-teman. Saya sering terlambat mengumpulkan tugas. Saya mengerjakan PR karena itu adalah kewajiban. Saya membutuhkan bantuan orang lain ketika mengerjakan tugas. Pada malam hari saya malas menyiapkan bukubuku untuk pelajaran besok. Saya bergaul dengan siapa saja tanpa mempertimbangkan dampak positif atau negatif yang mungkin saya terima. Saya membiarkan meja belajar berantakan ketika saya akan belajar. Saya lebih senang belajar sendiri daripada belajar berkelompok. Dirumah saya mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan di sekolah. Saya merapikan meja belajar ketika akan belajar.
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
STS
Skala TS S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
SKALA KENAKALAN REMAJA
BAGIAN II: Petunjuk Pengerjaan
1. Pada lembar-lembar berikutnya terdapat pernyataan-pernyataan. 2. Teman-teman diminta untuk menyatakan tanggapan terhadap pernyataan tersebut, dengan cara memilih: STS : (Sangat Tidak Setuju) jika merasa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. TS : (Tidak Setuju) jika merasa tidak setuju dengan pernyataan yang ada. S : (Setuju) jika merasa setuju dengan pernyataan tersebut. SS : (Sangat Setuju) jika merasa sangat menyetujui pernyataan yang ada. 3. Teman-teman bebas menentukan pilihan yang sesuai dengan keadaan diri temanteman. 4. Semua pilihan adalah benar selama itu sesuai dengan keadaan diri teman-teman. 5. Cara menyatakannya adalah dengan memberi tanda silang (X) pada tempat yang telah tersedia. Contoh:
No
Pernyataan
1.
Saya suka bolos
STS X
Skala TS S
SS
X
Periksa kembali jawaban teman-teman sebelum di kumpulkan. Selamat mengerjakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Pernyataan Saya tetap mendengarkan guru menjelaskan pelajaran meskipun teman mengajak ngobrol. Saya rajin mengikuti pelajaran hingga selesai. Saya selalu jujur pada guru. Saya lebih senang ngobrol dengan teman daripada mendengarkan guru menjelaskan pelajaran. Saya selalu jujur pada teman saya. Saya datang terlambat ke sekolah. Saya pernah berbohong pada guru. Saya menyelesaikan masalah dengan orangtua secara baik-baik. Saya malas memakai atribut sekolah dengan lengkap. Saya selalu memakai atribut sekolah dengan lengkap. Saya pernah membohongi teman saya. Saya pernah bolos pada saat jam pelajaran. Saya merasa malu ketika tertangkap basah mengambil barang teman. Saya pernah mengambil barang orang tanpa izin. Saya selalu menjalin hubungan yang baik dengan teman. Saya pernah minum minuman beralkohol. Saya menghindari taruhan dengan teman. Saya merasa biasa saja ketika tertangkap basah mengambil barang teman. Saya pernah taruhan dengan teman. Saya selalu mematuhi peraturan lalu lintas. Saya pernah ikut tawuran. Saya menghindari minum minuman beralkohol. Saya meminta izin apabila meminjam barang orang lain. Saya suka ugal-ugalan ketika mengendarai kendaraan.
STS
Skala TS S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Lampiran 3 Hasil Uji Beda Mean (Uji-t)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F Nilai Equal variances assumed Equal variances not assumed
2.305
Sig.
t
.130 62.882
df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
Difference Lower
Upper
478
.000
39.046
.621 37.826 40.266
62.882 477.109
.000
39.046
.621 37.826 40.266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Regulasi Diri
.058
240
.050
.991
240
.177
Kenakalan Remaja
.083
240
.000
.973
240
.000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Lampiran 5 Hasil Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
ANOVA Table Sum of Squares Regulasi Diri *
Between Groups (Combined)
Kenakalan Remaja
df
Mean Square
F
2299.827
30
76.661
1.935
.004
Linearity
1088.223
1
1088.223
27.467
.000
Deviation from Linearity
1211.604
29
41.779
1.055
.397
8280.423
209
39.619
10580.250
239
Within Groups Total
Measures of Association R Regulasi Diri * Kenakalan Remaja
Sig.
-.321
R Squared .103
Eta .466
Eta Squared .217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Lampiran 6 Hasil Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Correlations Kenakalan Regulasi Diri Spearman's rho
Regulasi Diri
Correlation Coefficient
Remaja
1.000
Sig. (1-tailed)
-.302
**
.
.000
240
240
**
1.000
Sig. (1-tailed)
.000
.
N
240
240
N Kenakalan Remaja Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
-.302
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Lampiran 7 Blueprint Rancangan Item Skala Regulasi Diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
No. Aspek Indikator 1. Metakognitif 1. Merencanakan
2. Mengorganisasi/ mengatur
3. Menginstruksikan diri, memonitor & melakukan evaluasi
2.
Motivasi
1. Dorongan yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri
Item Favorable 1.1.1 Saya selalu menulis jadwal kegiatan sehari-hari. 1.1.3 Saya selalu belajar meskipun tidak ada ulangan.
Item Unfavorable 1.1.2 Saya malas menulis jadwal kegiatan seharihari. 1.1.4 Saya hanya belajar ketika ada ulangan saja.
Jumlah 4 item (11.11%)
1.2.1 Saya akan pergi dengan temanteman setelah selesai mengerjakan PR. 1.2.3 Saya akan pergi dengan temanteman setelah selesai menyelesaikan tugas dirumah.
1.2.1 Saya akan tetap pergi dengan teman-teman meskipun PR belum saya kerjakan.
4 item (11.11%)
1.3.1 Saya selalu menyisihkan waktu untuk quality time dengan keluarga. 1.3.3 Saya datang ke sekolah tepat waktu. 2.1.1 Saya mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. 2.1.3 Saya dapat mengerjakan tugas tanpa bantuan orang lain. 2.1.5
1.2.4 Saya akan tetap pergi dengan teman-teman meskipun belum menyelesaikan tugas dirumah. 1.3.2 Saya jarang menyisihkan waktu untuk quality time dengan keluarga.
4 item (11.11%)
1.3.4 Saya sering terlambat datang ke sekolah. 2.1.2 Saya sering terlambat mengumpulkan tugas. 2.1.4 Saya membutuhkan bantuan orang lain ketika mengerjakan tugas. 2.1.6 Saya mengerjakan
6 item (16.67%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
2. Kompetensi otonomi
3.
Perilaku
1. Mengatur diri
Saya mengerjakan PR karena itu adalah kewajiban.
PR karena takut dihukum guru.
2.2.1 Saya menjadi diri sendiri dan tidak takut dicap aneh oleh temanteman.
2.2.2 Saya berani menjadi diri sendiri tanpa takut dianggap aneh oleh teman-teman.
2.2.3 Jika saya mendapat nilai ulangan yang jelek maka saya akan menambah jam belajar. 2.2.5 Saya selalu berjuang mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. 3.1.1 Dirumah saya mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan di sekolah. 3.1.3 Pada malam hari saya selalu menyiapkan buku-buku untuk pelajaran besok.
6 item (16.67%)
2.2.4 Saya malas menambah jam belajar meskipun nilai ulangan jelek. 2.2.6 Saya enggan berusaha mendapat nilai yang baik dengan belajar.
3.1.2 Dirumah saya malas mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan di sekolah. 3.1.4 Pada malam hari saya malas menyiapkan bukubuku untuk pelajaran besok.
4 item (11.11%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
2. Menyeleksi
3.2.1 Saya lebih senang belajar sendiri daripada belajar berkelompok.
3.2.3 Saya menjadi diri sendiri tanpa takut dianggap aneh oleh temanteman.
3. Memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar
3.3.1 Saya merasa bangga meskipun saya menyelesaikan tugas dalam waktu yang lama. 3.3.3 Saya merapikan meja belajar ketika akan belajar.
3.2.2 Saya lebih senang belajar berkelompok daripada belajar sendiri.
4 item (11.11%)
3.2.4 Saya bergaul dengan siapa saja tanpa mempertimbangkan dampak postifi dan negatif yang mungkin saya terima. 3.3.2 4 item Saya merasa (11.11%) bersalah jika menyelesaikan tugas dalam waktu yang lama. 3.3.4 Saya membiarkan meja belajar berantakan ketika saya akan belajar.
36 item (100%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Lampiran 8 Blueprint Rancangan Item Skala Kenakalan Remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
No. 1.
Aspek Tidak digolongkan pada pelanggaran hukum
Item Favorable
Item Unfavorable
1. Saya pernah berbohong pada guru. 3. Saya pernah membohongi teman saya. 5. Saya pernah bolos pada saat jam pelajaran. 7. Ketika saya memiliki masalah dengan orangtua, saya ingin kabur dari rumah. 9. Saya datang ke sekolah tepat waktu. 11. Saya lebih senang ngobrol dengan teman daripada mendengarkan guru menjelaskan pelajaran. 13. Saya malas memakai atribut sekolah dengan lengkap.
2. Saya selalu jujur pada guru. 4. Saya selalu jujur pada teman saya. 6. Saya rajin mengikuti pelajaran hingga selesai. 8. Saya menyelesaikan masalah dengan orangtua secara baik-baik. 10. Saya datang terlambat ke sekolah. 12. Saya tetap mendengarkan guru menjelaskan pelajaran meskipun teman mengajak ngobrol. 14. Saya selalu memakai atribut sekolah dengan lengkap.
Jumlah 14 item (50%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
2.
Digolongkan pada pelanggaran hukum
1. Saya pernah berkelahi dengan teman. 3. Saya pernah taruhan dengan teman. 5. Saya pernah mengambil barang orang tanpa izin. 7. Saya pernah minum minuman beralkohol. 9. Saya merasa biasa saja ketika tertangkap basah mengambil barang teman. 11. Saya suka ugal-ugalan ketika mengendarai kendaraan. 13. Saya pernah ikut tawuran.
2. 14 item Saya selalu menjalin (50%) hubungan yang baik dengan teman. 4. Saya menghindari taruhan dengan teman. 6. Saya meminta izin apabila meminjam barang orang lain. 8. Saya menghindari minum minuman beralkohol. 10. Saya merasa malu ketika tertangkap basah mengambil barang teman. 12. Saya selalu mematuhi peraturan lalu lintas. 14. Saya menolak ajakan teman untuk tawuran.
28 item (100%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Lampiran 9 Blueprint Skala Regulasi Diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
No. Aspek
Indikator
1.
1.1.1 Saya selalu menulis jadwal kegiatan seharihari. 1.1.3 Saya selalu belajar meskipun tidak ada ulangan. 2. 1.2.1 Mengorganisasi/menga Saya akan pergi tur dengan temanteman setelah selesai menyelesaikan tugas dirumah.
Metakognitif 1. Merencanakan
3. Menginstruksikan diri, memonitor & melakukan evaluasi
2.
Item Favorable
Motivasi
1. Dorongan yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri,
1.3.1 Saya datang ke sekolah tepat waktu. 1.3.3 Saya selalu menyisihkan waktu untuk quality time dengan keluarga. 2.1.1 Saya mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. 2.1.3 Saya
Item Unfavorable 1.1.2 Saya malas menulis jadwal kegiatan seharihari. 1.1.4 Saya hanya belajar ketika ada ulangan saja 1.2.2 Saya akan tetap pergi dengan teman-teman meskipun PR belum saya kerjakan. 1.2.3 Saya akan tetap pergi dengan teman-teman meskipun belum menyelesaikan tugas dirumah. 1.3.2 Saya jarang menyisihkan waktu untuk quality time dengan keluarga.
Jumlah
2.1.2 Saya sering terlambat mengumpulkan tugas. 2.1.4 Saya membutuhkan
5 item (20%)
4 item (16%)
3 item (12%)
3 item (12%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
mengerjakan PR karena itu adalah kewajiban.
2. Kompetensi otonomi
2.2.1 Saya selalu berjuang mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
bantuan orang lain ketika mengerjakan tugas. 2.1.6 Saya mengerjakan PR karena takut dihukum guru. 2.2.2 Saya enggan berusaha mendapat nilai yang baik dengan belajar.
4 item (16%)
2.2.3 Jika saya mendapat nilai ulangan yang jelek maka saya akan menambah jam belajar. 2.2.4 Saya menjadi diri sendiri dan tidak takut dicap aneh oleh teman-teman. 3.
Perilaku
1. Mengatur diri
3.1.1Dirumah saya mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan di sekolah.
2. Menyeleksi
3.2.1 Saya lebih senang belajar sendiri daripada belajar berkelompok.
3.1.2 Pada malam hari saya malas menyiapkan buku-buku untuk pelajaran besok. 3.2.2 Saya bergaul dengan siapa saja tanpa mempertimban gkan dampak postifi dan negatif yang mungkin saya terima.
2 item (8%)
2 item (8%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
3. Memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar
3.3.1 Saya merapikan meja belajar ketika akan belajar.
3.3.2 Saya membiarkan meja belajar berantakan ketika saya akan belajar.
2 item (8%)
25 item (100%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Lampiran 10 Blueprint Skala Kenakalan Remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
No. Aspek 1. Tidak digolongkan pada pelanggaran hukum
Item Favorable 1. Saya pernah berbohong pada guru. 3. Saya pernah membohongi teman saya. 5. Saya pernah bolos pada saat jam pelajaran. 7. Saya lebih senang ngobrol dengan teman daripada mendengarkan guru menjelaskan pelajaran. 9. Saya malas memakai atribut sekolah dengan lengkap.
Item Unfavorable 2. Saya selalu jujur pada teman saya. 4. Saya rajin mengikuti pelajaran hingga selesai. 6. Saya menyelesaikan masalah dengan orangtua secara baik-baik. 8. Saya datang terlambat ke sekolah.
10. Saya tetap mendengarkan guru menjelaskan pelajaran meskipun teman mengajak ngobrol. 11. Saya selalu memakai atribut sekolah dengan lengkap.
12. Saya selalu jujur pada guru.
Jumlah 12 item (50%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
2.
Digolongkan pada pelanggaran hukum
1. Saya pernah taruhan dengan teman. 3. Saya pernah mengambil barang orang tanpa izin. 5. Saya pernah minum minuman beralkohol. 7. Saya merasa biasa saja ketika tertangkap basah mengambil barang teman. 9. Saya suka ugal-ugalan ketika mengendarai kendaraan. 11. Saya pernah ikut tawuran.
2. Saya selalu menjalin hubungan yang baik dengan teman. 4. Saya menghindari taruhan dengan teman. 6. Saya meminta izin apabila meminjam barang orang lain. 8. Saya menghindari minum minuman beralkohol. 10. Saya merasa malu ketika tertangkap basah mengambil barang teman. 12. Saya selalu mematuhi peraturan lalu lintas.
12 item (50%)
24 item (100%)