HUBUNGAN PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA DENGAN PERILAKU PESERTA (Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)
PARTHOGI S SIALLAGAN
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Abstract
Society empowerment constitutes a remedial process that is attributed to give ability to whoever to be able to does something worthwhile. One of effort to hasten fix up 's process in society empowerment is assistance. The objective of the study was to determine 1) to what extent is the relation of assistance program Posdaya to participant knowledge. 2) to what extent is the relation of assistance program Posdaya to participant attitude. 3) to what extent is the relation of assistance program Posdaya to participant skill. The respondents of this study consist of 65 participantsin program jambu kristal development, rabbit breed, and compost makings. Conclusion of this study show that Training performing concerning significantly with knowledge, attitude, and skill. . In which affected to participant behavior, the higher the training performing, the higher the knowledge, attitude, and skill participant program Posdaya. Counselling performing unconcerning significantly with knowledge and attitude, but its concerning with skill participant. Counseling activity not given influenced to much for knowledge and attituted, because the counseling activity don’t get character of participant.
Keywords:
assistance program, participant behavior, knowledge, attitude, training, counseling
RINGKASAN PARTHOGI S SIALLAGAN. HUBUNGAN PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA DENGAN PERILAKU PESERTA. kasus di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor (Dibawah bimbingan Dr. Ir. Saharuddin, MSi). Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada siapapun agar mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat. Salah satu upaya untuk mempercepat proses perbaikan
dalam
pemberdayaan
masyarakat
adalah
pendampingan.
Pendampingan pada dasarnya merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Program pemberdayaan masyarakat di Desa Cikarawang melalui Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan program pendampingan dengan empat bidang utama yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Pelaksanaan program Posdaya di Cikarawang adalah untuk menyegarkan modal sosial melalui potensi sumber daya yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1) Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Pengetahuan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang. 2) Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Sikap peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang. 3) Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Keterampilan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang. Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) sesuai dengan kriteria penelitian dan program yang dilaksanakan. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta program Posdaya dari tiga bidang program, yaitu pengembangan jambu Kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos yang berjumlah 65 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah tiga puluh peserta dengan menggunakan teknik quota sampling dimana dari masing-masing program diambil sebanyak 15 orang untuk program jambu Kristal, 5 orang untuk ternak kelinci dan 10 orang untuk pupuk kompos. Analisis data
menggunakan
crosstabs
yang
mana
merupakan
analisis
dasar
untuk
menghubungkan antar variabel kategori (nominal atau ordinal) dimana analisis crosstabs yang digunakan adalah analisis Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara manfaat pelatihan yang diperoleh dengan tingkat peningkatan pengetahuan peserta menunjukkan hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat pelatihan yang diperoleh dengan penentuan sikap peserta menunjukkan hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat pelatihan yang diperoleh dengan tingkat keterampilan peserta menunjukkan hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat penyuluhan dengan tingkat pengetahuan peserta tidak menunjukkan adanya hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat penyuluhan dengan sikap peserta tidak menunjukkan adanya hubungan signifikan. Hubungan antara manfaat penyuluhan dengan tingkat keterampilan peserta menunjukkan hubungan signifikan.
HUBUNGAN PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA DENGAN PERILAKU PESERTA (Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)
Oleh Parthogi S Siallagan I34062263
SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa
:
Parthogi S Siallagan
NIM
:
I34062263
Mayor
:
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
:
Hubungan Program Pendampingan Posdaya Dengan Perilaku Peserta (Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Saharuddin, MSi NIP. 19641203 199303 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus: __________________
PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
YANG
BERJUDUL “HUBUNGAN PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA DENGAN
PERILAKU
PESERTA”
BELUM
PERNAH
DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Maret 2011
Parthogi S Siallagan
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Parthogi S Siallagan yang dilahirkan pada tanggal 10 Maret 1988 di Bogor. Penulis adalah anak kedua dari Empat bersaudara dari pasangan Bapak Horas Saragih dan Ibu Sri Maryani. Pendidikan yang pertama kali ditempuh adalah Taman Kanak-kanak Baptis Bogor pada tahun 1993-1994. Kemudian penulis melanjutkan di Sekolah Dasar Budi Mulia Bogor pada tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Budi Mulia Bogor pada tahun 2000-2003, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Bogor pada tahun 20032006. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan memilih Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis selain kuliah juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, khususnya menjadi Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia tahun 2008. Selain itu, berkat ijin Allah SWT, penulis juga dapat mengukir prestasi lainnya yaitu Juara Lomba Theater Se-IPB pada Tahun 2009.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan nikmat-Nya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan Insya Allah memuaskan. Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Saharuddin, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Rilus A Kinseng, MA sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat melengkapi skripsi ini menjadi lebih baik 3. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan kritik dan saran shingga naskah skripsi dapat memenuhi standar penulisan skripsi 4. Pak Nur Ali dan seluruh warga Desa Cikarawang yang telah membantu peneliti dalam kelengkapan data. 5. Papah, Mamah, Ka Bunga, Ade Wili, Ade Zori yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, dan dukungannya. Terima kasih atas doanya. 6. Sahabatku Azis, Cecep, Hendra, Untung, Yayan, Kapten, Adha, Bedhil, Arif, Bayu, Ipung, Adji, Andris, Tia, Iren dan Dea. 7. Seluruh staf pengajar KPM yang telah memberikan ilmu dan berbagi pengalaman. 8. KPM’ers, angkatan 43-45. Semoga semangat dan sukses selalu mengiringi kita semua. Amin. Semoga kita semua dapat meraih kesuksesan di dunia dan bahagia di akhirat. Amin.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...................................................................................................x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR......................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1 1.1. Latar Belakang.........................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................2 1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................3 1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................................3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS................................................................5 2.1. Tinjauan Pustaka .....................................................................................5 2.1.1. Konsep Pemberdayaan ......................................................................... 5 2.1.2. Pendampingan ...................................................................................... 7
2.1.3. Pelatihan ......................................................................................8 2.1.4. Penyuluhan ..................................................................................9 2.1.5. Posdaya ......................................................................................10 2.1.6. Perilaku ......................................................................................11 2.1.7. Faktor-faktor yang Membentuk Perilaku ..................................13 2.2. Kerangka Pemikiran ..............................................................................18 2.3. Hipotesis Uji ..........................................................................................20 2.4 Definisi Operasional ..............................................................................20 BAB III PENDEKATAN LAPANG ..............................................................24 3.1. Metode Penelitian ..................................................................................24 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................24 3.3. Populasi dan Teknik Sampling ..............................................................24 3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................25
3.5. Teknik Analisis Data .............................................................................25 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG ............................27 4.1. Letak dan Keadaan Fisik .......................................................................27 4.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian............................................28 4.3. Gambaran Kegiatan Posdaya Desa Cikarawang (Posdaya Mandiri Terpadu) ...................................................................29 4.4. Profil Program Pengembangan Jambu Kristal ......................................30 4.5. Profil Program Ternak Kelinci ..............................................................30 4.6. Profil Program Pembuatan Pupuk Kompos ...........................................31 4.7. Karakteristik Peserta Pendampingan Desa Cikarawang........................32 BAB V PENGARUH PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA TERHADAP PERILAKU BERPOSDAYA PESERTA ...................35 5.1. Deskripsi Input Program Pendampingan Posdaya................................35 5.1.1. Pelatihan ...............................................................................................35 5.1.2. Penyuluhan ..................................................................................36 5.2. Deskripsi Faktor Pembentuk Perilaku ..................................................37 5.2.1. Pengetahuan .................................................................................37 5.2.2. Sikap ............................................................................................38 5.2.3. Keterampilan ...............................................................................39 5.3. Hubungan antara Input Program dengan Faktor Pembentuk Perilaku .39 5.3.1. Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta ..........................................................................................39 5.3.2. Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Sikap Peserta ...................42 5.3.3. Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Keterampilan Peserta ...................................................................45 5.3.4. Hubungan Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta ....................................................................47 5.3.5. Hubungan Manfaat Penyuluhan dengan Sikap Peserta ...............49
5.3.6. Hubungan Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat Keterampilan Peserta ...................................................................52 BAB VI PENUTUP........................................................................................54 6.1. Kesimpulan ............................................................................................54 6.2. Saran ......................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................58 LAMPIRAN ...................................................................................................59
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Sebaran Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Cikarawang, 2009..........................................................................................................28 Tabel 2. Sebaran Responden menurut Jenis Kelamin di Desa Cikarawang, 2011 32 Tabel 3. Sebaran Responden menurut Usia di Desa Cikarawang, 2011 ................32 Tabel 4. Sebaran Responden menurut Pendidikan Terakhir di Desa Cikarawang, 2011 ....................................................................................33 Tabel 5. Sebaran Responden menurut Mata Pencaharian di Desa Cikarawang, 2011 ....................................................................................34 Tabel 6. Sebaran Responden menurut Pendapatan di Desa Cikarawang, 2011 .....34 Tabel 7. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Manfaat Pelatihan, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolut dan Persen) .....................................................................36 Tabel 8. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Manfaat Penyuluhan, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen) ...................................................................37 Tabel 9. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Tingkat Pengetahuan, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen) ...................................................................38 Tabel 10 Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Sikap, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen) ...................................................................38 Tabel 11. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Tingkat Keterampilan, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen) .................................................................39 Tabel 12. Hubungan Antara Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 ......................................40 Tabel 13. Hubungan Antara Manfaat Pelatihan dengan Sikap Peserta, Desa Cikarawang, 2011 .........................................................................43
Tabel 14. Hubungan Antara Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Keterampilan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 .....................................45 Tabel 15. Hubungan Antara Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 ......................................48 Tabel 16. Hubungan Antara Manfaat Penyuluhan dengan Sikap Peserta, Desa Cikarawang, 2011 .........................................................................50 Tabel 17. Hubungan Antara Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat Keterampilan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 .....................................52
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Tahapan Pemberdayaan (Randy dan Riant, 2007) .........................6 Gambar 2. Kerangka Pemikiran .....................................................................20
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Kuesioner ........................................................................................................61 Panduan Pertanyaan........................................................................................77 Hasil Pengolahan Data ...................................................................................78
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) Maret 2006 menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006 sebanyak 39,05 juta atau 17,75 persen dari total 222 juta penduduk. Penduduk miskin bertambah empat juta orang dibanding yang tercatat pada Februari 2005. Angka pengangguran berada pada kisaran 10,8% sampai dengan 11% dari tenaga kerja yang masuk kategori sebagai pengangguran terbuka. Masalah pengangguran dan kemiskinan akan berdampak negatif terhadap stabilitas sosial dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan pemberdayaan yang ditujukan kepada masyarakat yang menganggur dan miskin. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada siapapun agar mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat. Ife (1995) dikutip Nasdian (2003), menerangkan bahwa pemberdayaan masyarakat berarti melengkapi masyarakat dengan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk turut berpartisipasi dalam memberi pengaruh pada kehidupan masyarakat mereka. Oleh karena itu, proses dalam pemberdayaan masyarakat selalu bersumber pada keswadayaan lokal serta mengandung unsur partisipasi dan kemandirian warga. Salah satu upaya untuk mempercepat proses perbaikan dalam pemberdayaan
masyarakat
adalah
pendampingan.
Pendekatan
melalui
pendampingan timbul dengan adanya kesadaran baru bahwa masyarakat bukanlah pihak yang tidak tahu dan tidak mau maju sebaliknya saat ini mulai dikenali bahwa masyarakat adalah pihak yang mau, memiliki pengetahuan lokal, mempunyai potensi besar serta kearifan tradisional. Pendampingan pada dasarnya merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memfasilitasi pada proses pengambilan keputusan berbagai kegiatan yang
2
terkait
dengan
kebutuhan
masyarakat,
membangun
kemampuan
dalam
meningkatkan pendapatan, melaksanakan usaha yang berskala bisnis serta mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang partisipatif. Dalam Pelaksanaan Program pendampingan ini diperlukan ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu berperan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator selama program berlangsung dan berfungsi sebagai konsultan sewaktu diperlukan oleh kelompok dalam pelatihan dan penyuluhan. Program pemberdayaan masyarakat di Desa Cikarawang melalui Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan program pendampingan dengan empat bidang utama yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Pelaksanaan program Posdaya di Cikarawang adalah untuk menyegarkan modal sosial melalui potensi sumber daya yang ada. Program Posdaya merupakan wadah program pemberdayaan dalam mewujudkan kemandirian dan pemanfaatan sumber daya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi dengan ciri bottom up melalui proses pendampingan. Oleh karena itu, peneliti merasa penting untuk mengetahui dan menganalisis Hubungan Program Pendampingan Posdaya Terhadap Perilaku Peserta di Desa Cikarawang. 1.2.
Rumusan Masalah Pemberdayaan merupakan upaya untuk memperkuat posisi seseorang
melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu yang bersangkutan untuk mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah mengatasinya. Inti dari kegiatan pemberdayaan adalah motivasi untuk memahami kondisi dan situasi kerja sehari-hari dalam menumbuhkan kemampuan serta keberanian untuk bersikap kritis terhadap kondisi yang di hadapi. Adapun input utama dari program Posdaya yang menjadi bagian penelitian adalah Pelatihan dan Penyuluhan, dan untuk Perilaku akan dilihat dari hubungan input program dengan unsur-unsur perilaku, yaitu Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan. Berdasarkan hal ini, penulis merasa penting untuk mengetahui dan menganalisis: 1.
Sejauh
mana
Hubungan
Program
Pendampingan
Posdaya
dengan
Pengetahuan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang?
3
2.
Sejauh mana Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Sikap peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang?
3.
Sejauh
mana
Hubungan
Program
Pendampingan
Posdaya
dengan
Keterampilan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1.
Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Pengetahuan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang
2.
Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Sikap peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang
3.
Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Keterampilan peserta dalam melaksanakan program Posdaya di Desa Cikarawang
1.4.
Kegunaan Penelitian Kajian tentang Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan
Perilaku Peserta di Desa Cikawarang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. Dengan demikian, selain akan menjadi sumber pengetahuan ataupun informasi, juga di harapkan akan memotivasi masyarakat dalam mengikuti dan melaksanakan program pendampingan Posdaya. Adapun kegunaan penelitian ini antara lain adalah : 1.
Bagi Peneliti: dapat mengetahui dan menganalisis bagaimana Hubungan Program Pendampingan Posdaya dengan Perilaku peserta di Desa Cikarawang.
2.
Bagi Akademisi: dapat dijadikan sebagai sumber informasi ataupun referensi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Disamping itu juga, dapat menambah khasana ilmu pengetahuan untuk yang membacanya.
3.
Bagi masyarakat: kegunaannya antara lain adalah ; bagi masyarakat setempat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang program pendampingan bagi kehidupan mereka, terutama sebagai media untuk
4
menambah pengetahuan dan informasi tentang program Posdaya. Sementara bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan akan berkontribusi dalam memberikan informasi tentang manfaat dari adanya program pemberdayaan. 4.
Bagi pemerintah: penelitian ini dapat dijadikan informasi yang diharapkan akan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan. Dengan demikian, diharapkan kebijakan tersebut akan selaras dan memperhatikan pelaksanaan program pemberdayaan yang tepat di suatu wilayah Di Indonesia.
5
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1.
Tinjauan Pustaka
2.1.1. Konsep Pemberdayaan Suharto (2005) mengungkapkan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang/kelompok/masyarakat yang rentan dan lemah, sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan, dan kesakitan, b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Pemberdayaan adalah “membantu” komunitas dengan sumberdaya, kesempatan, keahlian, dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga komunitas (Nasdian, 2006). Berarti pemberdayaan adalah bagaimana membuat komunitas bisa bekerja sendiri berdasarkan kemampuan yang telah mereka miliki. Tetapi sebelumnya kemampuan komunitas harus ditingkatkan agar mereka dapat berpartisipasi dan menyesuaikan diri dalam memenuhi kebutuhan sekarang dan nanti. Sehingga mereka dapat menentukan dan mereancang masa depan mereka sendiri. Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat dan community-based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat), dan tahap selanjutnya muncul istilah community driven development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang diarahkan masyarakat atau diistilahkan pembangunan yang digerakkan masyarakat (Randy dan Riant, 2007). Pemberdayaan adalah sebuah proses menjadi, bukan sebuah proses instan. Artinya, perlu ada suatu tahapan dimana setiap tahap terjadi proses perkembangan
6
menuju perbaikan. Proses tersebut memerlukan waktu yang relatif lama dan partisipasi menyeluruh dari komunitas itu sendiri. Tidak bisa dijadikan dalam waktu sehari atau hanya sekedar mengenalkan program ke komunitas, kemudian hilang sampai program berikutnya datang. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan : penyadaran, pengkapasitasan, pendayaan. penyadaran
pengkapasitasan
pendayaan
Gambar 1. Tahapan Pemberdayaan (Randy dan Riant, 2007) Pemberdayaan merupakan proses “pemetaan” dari hubungan atau relasi subyek dengan obyek. Proses ini mementingkan adanya pengakuan subyek akan kemampuan atau daya yang dimiliki obyek. Secara garis besar proses ini melihat pentingnya mengalirkan daya (kuasa) (flow of power) dari subyek ke obyek. Dalam pengertian yang lebih luas, mengalirnya daya ini merupakan upaya atau cita-cita untuk mensinerjikan masyarakat miskin ke dalam aspek kehidupan yang lebih luas. Hasil akhir dari pemberdayaan adalah “beralihnya fungsi individu atau kelompok yang semula sebagai obyek menjadi subyek (yang baru)”, sehingga relasi sosial yang ada nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi antar “subyek” dengan subyek yang lain. Dengan demikian, proses pemberdayaan mengubah pola relasi lama subyek-obyek menjadi subyek-subyek (Nasution, 2006). Berdasarkan konsep-konsep di atas, dari berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Melalui upaya pemberdayaan masyarakat, diharapkan mereka dapat memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memenuhi kebutuhan pokok juga dapat menjangkau sumbersumber produktif yang memungkinkan bagi mereka untuk meningkatkan pendapatan, pengetahuan dan keterampilan, serta ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan.
7
2.1.2. Pendampingan Konsep
pendampingan
memberikan
gambaran
umum
sebuah
pendampingan bagi peneliti secara teoritis. Peneliti dapat memanfaatkannya sebagai pembanding dengan kenyataan di lapangan. Menurut Sumodiningrat (1999), pemberdayaan yang bertahan lama dapat dicapai dengan pendampingan. Begitu juga menurut Bachtiar (2009), salah satu faktor pendukung keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan. Implementasi yang mampu menggerakkan dan berlangsung kontinu memerlukan adanya pendampingan. Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan maupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan kelompok. Pendampingan diupayakan untuk menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar masyarakat yang didampingi dapat hidup secara mandiri. Jadi pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu individu maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yang didampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari, oleh, dan untuk anggota kelompok serta mengembangkan kesetiakawanan dan solidaritas kelompok dalam rangka tumbuhnya kesadaran sebagai manusia yang utuh, sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Oleh sebab itu, pemberdayaan melalui pendampingan ini dilakukan untuk membantu masyarakat memiliki akses terhadap pasar, teknologi yang efektif dan efisien, serta kemudahan pada sarana produksi dan sumber pembiayaan yang nantinya dapat dijadikan modal usaha. Menurut Supriatna dalam Sumodiningrat (1999), hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pendampingan yaitu: 1. Pembinaan penduduk miskin dilakukan dengan cara membentuk kelompokkelompok kecil, misalnya kelembagaan kelompok tani. 2. Kelompok yang telah terbentuk tersebut kemudian dibimbing menyusun rencana kegiatan dan rencana kebutuhan dana untuk membiayai kegiatan usaha anggota. 3. Pemberian motivasi kepada anggota kelompok agar aktif menabung dengan cara menyisihkan sebagian hasil usahanya.
8
4. Dana yang terkumpul dari kegiatan menabung dihimpun untuk dijadikan alat bantu. 5. Pendamping membantu dalam proses pengelolaan kegiatan kelompok mulai dari
penyusunan
Rencana
Definitif
Kebutuhan
Kelompok
(RDKK),
pengawasan, dan pengembangan usaha. 6. Pembinaan kelompok untuk meningkatkan produksi, mempelajari strategi pemasaran, dan pendistribusian hasil produksi anggota kelompok.
2.1.3. Pelatihan Kirkpatrick (1994) mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku, serta mengembangkan keterampilan. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan para pimpinan mendukung adanya pelatihan karena melalui pelatihan, para pekerja akan menjadi lebih trampil dan karenanya akan lebih produktif sekalipun manfaat-manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika pekerja sedang dilatih” . Pelatihan menurut Strauss dan Syaless di dalam Notoatmodjo (1998) berarti mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek daripada teori. Menurut Pusat Pendidikan dan Pelatihan (2002), pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan menggunakan pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu. Sedangkan pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi antara peserta dengan
lingkungannya yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Peserta program pemberdayaan perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan peningkatan keterampilan yang
9
dapat disesuaikan dengan perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
Menurut
Garry
Dessler,
pelatihan
memberikan
seseorang
keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan yakni: a) membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan masalah secara lebih baik; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri; d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menanggapi tugas-tugas baru (Justine Sirait, 2006) 2.1.4. Penyuluhan Penyuluhan bukanlah sekedar penerapan tentang kebijakan penguasa, bukan hanya diseminasi teknologi, bukan program charity yang bersifat darurat, dan bukan program untuk mencapai tujuan yang tak merupakan kepentingan pokok kelompok sasaran. Tetapi adalah program pendidikan luar sekolah yang bertujuan memberdayakan sasaran, meningkatkan kesejahteraaan sasaran secara mandiri dan membangun masyarakat madani;
pembelajaran yang berfungsi
secara berkelanjutan dan tidak bersifat adhoc, serta program yang menghasilkan perubahan perilaku dan tindakan sasaran yang menguntungkan sasaran dan masyarakatnya. Penyuluhan juga
merupakan pendidikan bagi petani dan keluarganya
agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment). Metode penyuluhan dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi (teknologi baru). Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumberatau penyuluh dalam memilih serta menata
ehavi dan
10
isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan. (Slamet 2000). Menurut Kartasapoetra (1994) dalam Alim (2010) penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” ( behavior) yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, dll) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya). 2.1.5. Posdaya Pembangunan ekonomi yang akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi perlu melibatkan partisipasi masyarakat agar pembangunan yang dilakukan seimbang dan mencapai sasaran. Pembangunan ekonomi harus diimbangi dengan peningkatan partisipasi sosial. Sosial advokasi juga perlu dilakukan agar komitmen pembangunan lebih kuat. Dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dapat dibahas dalam sebuah forum yang disebut “Posdaya” (Pos Pemberdayaan Keleuarga dan Masyarakat). Posdaya itu sendiri dapat dibentuk di antara kalangan keluarga maupun antar keluarga, sehingga Posdaya dapat saja memiliki basis pribadi, basis kelompok, misalnya Posdaya berbasis masjid, Posdaya berbasis tanaman, atau Posdaya berbasis pendidikan, dan lainnya. Mengenai program utama Posdaya terbagi dalam empat hal yang pokok. Pertama, pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, kewirausahaan, dan lingkungan. Pengentasan kemiskinan diarahkan bukan untuk memberi uang, tetapi lebih ditonjolkan kepada pemberian pekerjaan. Program pendidikan yang dimaksudkan adalah untuk memberikan dorongan kepada masyarakat agar semua anak usia sekolah mengenyam pendidikan. Solusinya dapat dicarikan orangtua asuh atau donatur. Sedangkan bidang kesehatan lebih ditonjolkan upaya-upaya hidup sehat. Dan kewirausahaan diartikan dapat diawali dengan pembentukkan koperasi dalam melakukan pembangunan usaha kecil. Pembangunan lngkungan pun tidak hanya menyulap sekitar rumah tangga menjadi ijo royo-royo, tetapi suasana itu yang dapat juga
11
dimanfaatkan masyarakat. Bukan tanaman obat saja yang menghiasi rumah namun ada produk yang dapat langsung dimanfaatkan, misalnya sayuran. Posdaya adalah forum silahturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsikekeluargaan secara terpadu (Suyono dan Rohadi, 2007). Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik. Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan, dan kemiskinan dalam arti luas. Sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggaranya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Dalam rangka pelaksanaan MDGs, pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan kepada lima prioritas sasaran utama, yaitu komitmen pada pimpinan dan sesepuh tingkat desa dan pendukuhan, kecamatan dan kabupaten, pengembangan fungsi keagaman, fungsi KB dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi kewirausahaan dan fungsi lingkungan hidup yang memberi makna terhadap kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera. 2.1.6. Perilaku Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terbentuk dalam wujud pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku manusia merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif dan aktif (tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap). Sumardi et al. (1997) menyatakan bahwa perilaku seseorang terhadap keberadaan suatu obyek, dalam hal ini sumber daya. Perilaku merupakan reaksi dari hasil interaksi antar individu dengan rangsangannya atau lingkungannya. Lutfiyah
12
(2007) mengatakan perilaku adalah sesuatu yang benar-benar dilakukan oleh seseorang.
Perilaku
individu
meliputi
segala
sesuatu
yang
meliputi
pengetahuannya (knowledge) yang menjadi sikapnya (attitude) dan yang bisa dikerjakan (action). Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya dan benar-benar dilakukan seseorang dalam bentuk tindakan. Perilaku menurut Sukanto (2000) dalam Panduwinata (2009) adalah jawaban atau tanggapan seseorang terhadap suatu keadaan. Sementara menurut Sarwono (1992), dalam Budhiarty (2004), mengartikan perilaku sebagai perbuatan-perbuatan manusia baik yang kasat mata (memukul, menendang) atau yang tidak kasat mata (sikap, minat, dan emosi). Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah reaksi atau tindakan nyata yang terjadi dari hasil interaksi dengan rangsangan atau lingkungannya dan yang benar-benar dilakukan oleh seseorang dalam bentuk tindakan. Dalam perilaku menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (1998) terbagi tiga teori yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keterampilan, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi. 2. Faktor
pemungkin
(enabling
factor)
adalah
faktor-faktor
yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan .Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku. 3. Faktor-faktor penguat (reinforcing) adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari adanya faktor-faktor yang mempermudah untuk terjadinya perilaku. Adapun faktor-faktor tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, perilaku yang akan diteliti adalah perilaku peserta dalam menerima dan melaksanakan program Posdaya.
13
2.1.7. Unsur-unsur Pembentuk Perilaku Peserta Perilaku peserta pendampingan Posdaya dapat terbentuk oleh adanya fakto-faktor pendukung, yaitu faktor Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan. Adapun penjelasan dari masing-masing faktor tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan Menurut Notoadmojo (1998), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan/ perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih sulit untuk diubah dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan ini mampu dikembangkan disebabkan dua hal utama yaitu: a) Manusia mempunyai bahasa dan jalan fikiran yang melatar belakangi informasi tersebut. b) Manusia mempunyai kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka tertentu. Notoadmojo (1998) membagi domain pengetahuan menjadi 6 tingkatan yaitu: a) Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan tingkat rendah.
14
b) Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan cara benar tentang objek yang diketahui yang dapat diimplementasikan materi tersebut secara benar. c) Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau pada kondisi yang sebenarnya. d) Analisis Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama yang lain. e) Sintesis Sintesis menunjukkan pada suatu komponen untuk menetapkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruh yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f) Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada. Penelitian tentang pengetahuan yang dilakukan oleh Rogers (1974) dalam Notoadmojo (1998) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari pengetahuan, dan sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi urutan proses : a) Adoption, yakni penerapan perilaku sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. b) Awareness (kesadaran) yakni kesadaran terhadap stimulus (objek) c) Evaluation (evaluasi) perpindahan terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya. d) Interest (daya tarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
15
e) Trial, yakni mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus. 2. Sikap Sikap atau attitude adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. Pembahasan yang berkaitan dengan psikologi (sosial) hampir selalu menyertakan unsur sikap baik sikap individu maupun sikap kelompok. Menurut hasil penelitian Wismanto (2002), bahwa terdapat hubungan antara sikap dan perilaku. Sarwono (2002) menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai obyek tertentu (orang, perilaku, situasi, benda) juga mengandung penilaian setuju atau tidak setuju, suka tidak suka. Perbedaan terletak pada proses selanjutnya dan penerapan konsep tentang sikap mengenai proses terjadinya, sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karena itu sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah. Peter dan Olson (1996) dalam Wismanto (2002) mengartikan sikap sebagai evaluasi umum konsumen terhadap suatu obyek. Sedangkan Winkel (1991) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan subyek menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang berguna (sikap positif) atau berguna (sikap negatif). Berdasarkan uraian Suranto (1997), sikap merupakan suatu kesiapan atau kecenderungan untuk bereaksi atau bertindak terhadap suatu obyek lingkungan tertentu berdasarkan penilaian atau penghayatan terhadap obyek yang bersangkutan. Jadi sikap dalam hal ini sebagai suatu kesiapan seseorang untuk merespon sesuatu. Dengan demikian sikap belum merupakan suatu tindakan atau perilaku melainkan berupa “pre-disposisi” tingkah laku. Selanjutnya dengan melihat adanya satu kesatuan serta hubungan atau keseimbangan dari sikap dan tingkah laku, maka kita harus melihat sikap sebagai suatu sistem atau hubungan diantara komponen-komponen sikap. Sikap memiliki komponen-komponen, dalam hal ini jika dilihat dari strukturnya, menurut Sears (1988), Azwar (1988), Winkel (1991), dan Rakhmat (1986) dalam Suranto (1997), sikap terdiri dari tiga komponen yang saling
16
menunjang, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Selanjutnya dijelaskan bahwa komponen kognitif berupa kepercayaan (seluruh kognisi) seseorang mengenai obyek sikap, komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional seseorang terhadap obyek, dan komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku terhadap obyek. Demikian halnya Secord dan Backman (1964) serta Rosernborg (Gibson et al 1984) dalam Suranto 1997 mengemukakan bahwa sikap mengandung tiga komponen meliputi : 1. Komponen
kognitif
yang
mencakup
pengetahuan,
persepsi,
kepercayaan, dan sebagainya. Kepercayaan evaluatif diwujudkan dalam bentuk kesan baik atau tidak baik, yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek. 2. Komponen afektif yaitu komponen emosional yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Rasa senang bersifat positif sedangkan rasa tidak senang bersifat negatif. 3. Komponen konatif berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap suatu obyek. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor pendukung lain. Tingkat-tingkat tindakan/praktek, yaitu : 1. Persepsi (perseption) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respons Terpimpin (guided respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
17
3. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
3. Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.
Keterampilan
juga
merupakan
kemampuan
untuk
memperoleh
kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan. Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku, melalui proses pembelajaran dan praktek. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat (Notoadmojo, 1998). Keterampilan merupakan kemampuan dalam menghubungkan sebabakibat, mentransformasi, serta menemukan hubungan dan memberikan kualifikasi, pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Presseisen, 1985 dalam Ikhsanuddin dan Widhiyanti, 2007). Keterampilam digunakan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus dilakukan, untuk menganalisis informasi dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari proses belajar (Liliasari, 2005 dalam Ikhsanuddin dan Widhiyanti, 2007). Indikator keterampilan dibagi menjadi lima kelompok (Presseisen, 1985 dalam Ikhsanuddin dan Widhiyanti, 2007) yaitu: memberikan penjelasan sederhana dalam praktek, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan hasil dalam praktek, membuat penjelasan lebih lanjut, serta mengatur strategi dan taktik.
18
2.2.
Kerangka Pemikiran Program
pemberdayaan
ditujukan
untuk
membantu
masyarakat
memperoleh kemampuan dalam pengambilan keputusan dan menentukan tindakan (perilaku) yang akan dilakukan terkait dengan kebutuhan dalam diri mereka, termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan potensi yang dimiliki, antara lain melalui potensi sumber daya lokal yang dapat dimanfaatkan. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam peningkatan kualitas hidup mereka. Proses pemberdayan masyarakat dilakukan melalui input-input yang berfungsi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, serta mengubah sikap mereka. Adapun input tersebut adalah pelatihan dan penyuluhan. Pelatihan merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran yang diberikan dalam proses pemberdayaan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengubah sikap masyarakat dalam melaksanakan program (dalam hal ini pelaksanaan program Posdaya). Proses pelatihan ini akan membantu masyarakat dalam menentukan tindakan (perilaku) yang akan dilakukan. Sedangkan penyuluhan merupakan pembelajaran sosial sebagai proses peyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai kegiatan penerangan yang tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan, dan juga proses pembentukan tindakan (perilaku) yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Melaui penyuluhan masyarakat diberikan informasi dan pengetahuan tentang program yang sedang mereka laksanakan, sehingga masyarakat dapat menentukan bermanfaat atau tidaknya program yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka. Faktor penyuluhan ini juga sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan (perilaku) yang dilakukan oleh masyarakat
dalam
menyikapi
program
pemberdayaan.
Sehingga
dapat
19
disimpulkan bahwa pelatihan dan penyuluhan merupakan faktor dalam pembentukkan perilaku dalam masyarakat terkait dengan program pemberdayaan. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus yang terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) dan kebutuhan yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, dalam hal ini pengetahuan peserta akan program pendampingan Posdaya dapat mendorong mereka untuk melaksanakan program. Perilaku juga muncul karena adanya sikap (kecenderungan) terhadap suatu obyek. Sikap peserta terhadap program Posdaya akan menentukan tindakan mereka sebagai respon dalam melaksanakan program tersbut. Selain itu, faktor penting lain dalam pembentukkan tindakan adalah keterampilan. Keterampilan dalam menggunakan dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki dapat menentukan arah tindakan yang akan dilakukan. Peserta yang memiliki keterampilan yang cukup akan lebih termotivasi dalam melaksanakan program Posdaya.
20
Program Posdaya : 1. Pengembangan Jambu Kristal 2. Pembuatan Pupuk Kompos 3. Ternak Kelinci
Input Program: 1. Manfaat Pelatihan 2. Manfaat Penyuluhan
Pengetahuan Tentang Program Posdaya yang dilaksanakan peserta
Sikap terhadap program
Keterampilan dalam melaksanakan progam
Perilaku Peserta Gambar 2. Kerangka Pemikiran 2.3.
Hipotesis Uji 1.
Terdapat hubungan
signifikan
antara
manfaat
Pelatihan
dan
Penyuluhan dengan Pengetahuan, sehingga membentuk Perilaku 2.
Terdapat hubungan
signifikan
antara
manfaat
Pelatihan
dan
Penyuluhan dengan Sikap, sehingga membentuk Perilaku 3.
Terdapat hubungan
signifikan
antara
manfaat
Pelatihan
dan
Penyuluhan dengan Keterampilan, sehingga membentuk Perilaku 2.4.
Definisi Operasional Dalam mengukur variabel-variabel yang akan digunakan untuk penelitian
ini, maka perumusan dari masing-masing variabel akan dijabarkan dan dibatasi secara operasional. Perilaku peserta pendampingan terbentuk oleh adanya unsur Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan, yang dihubungkan dengan input Program Pemberdayaan yaitu pelatihan dan penyuluhan. Adapun Definisi Operasional
21
Penelitian ini adalah 1. Pengetahuan peserta pendampingan adalah hasil dari proses pembelajaran melalui Pelatihan dan penyuluhan dalam membentuk Perilaku. Total pernyataan dari faktor Pengetahuan adalah 19 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Benar dan Salah dengan bobot Benar = 2 dan Salah = 1. Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Pengetahuan sebagai berikut; nilai minimal = 30, nilai maksimal = 34, nilai rata-rata = 32,7 dengan standar deviasi = 1,3. Kriteria faktor Pengetahuan dalam hubungannya dengan Pelatihan dan Penyuluhan peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut: a. Baik
: Apabila skor total variabel berada pada rentang 32,8 - 34
b. Sedang
: Apabila skor total variabel berada pada rentang 31,4 - 32,7
c. Kurang Baik
: Apabila skor total variabel berada pada rentang 30 - 31,3
2. Sikap peserta pendampingan, yaitu kesiapan atau kecenderungan peserta terhadap penerimaan dan pelaksanaan program pendampingan Posdaya. Total pernyataan dari faktor Sikap adalah 28 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Ya dan Tidak dengan bobot Ya = 2 dan Tidak = 1. Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Sikap sebagai berikut; nilai minimal = 49, nilai maksimal = 56, nilai rata-rata = 53,7 dengan standar deviasi = 2,3. Kriteria faktor Sikap dalam hubungannya dengan Pelatihan dan Penyuluhan peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut: a. Baik
: Apabila skor total variabel berada pada rentang 53,8 - 56
b. Sedang
: Apabila skor total variabel berada pada rentang 51,4 - 53,7
c. Kurang baik
: Apabila skor total variabel berada pada rentang 49 - 51,3
3. Keterampilan peserta pendampingan yaitu bentuk tindakan yang dilakukan dan diterapkan oleh peserta setelah mendapat pelatihan dan penyuluhan dalam pendampingan Posdaya. Total pernyataan dari faktor Keterampilan adalah 21 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Ya dan Tidak dengan bobot Ya = 2 dan Tidak = 1.
22
Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Keterampilan sebagai berikut; nilai minimal = 33, nilai maksimal = 42, nilai rata-rata = 37,3 dengan standar deviasi = 3,6. Kriteria Keterampilan peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut: a. Baik
: Apabila skor total variabel berada pada rentang 37,4 - 42
b. Sedang
: Apabila skor total variabel berada pada rentang 36,7 - 37,3
c. Kurang baik
: Apabila skor total variabel berada pada rentang 33 - 36,6
4. Pelatihan Pendampingan Posdaya adalah suatu proses pembelajaran untuk meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan peserta, serta merubah Sikap dalam melaksanakan program Posdaya. Total pernyataan dari faktor pelatihan adalah 25 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Ya dan Tidak dengan bobot Ya = 2 dan Tidak = 1. Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Pelatihan sebagai berikut; nilai minimal = 48, nilai maksimal = 50, nilai rata-rata = 49,3 dengan standar deviasi = 0,6. Kriteria faktor Pelatihan dalam hubungannya dengan faktor pembentuk Perilaku peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut: a. Banyak : Apabila skor total variabel berada pada rentang 49,4 - 50 b. Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 48,7 – 49,3 c. Sedikit : Apabila skor total variabel berada pada rentang 48 – 48,6 5. Penyuluhan Pendampingan Posdaya adalah proses pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran dalam melaksanakan program. Total pernyataan dari faktor Penyuluhan adalah 10 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam dua kategori Ya dan Tidak dengan bobot Ya = 2 dan Tidak = 1. Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor Penyuluhan sebagai berikut; nilai minimal = 16, nilai maksimal = 20, nilai rata-rata = 18,7 dengan standar deviasi = 1,3. Kriteria faktor Penyuluhan dalam hubungannya dengan faktor pembentuk Perilaku peserta diukur dengan skala ordinal dan sebagai berikut:
23
a. Banyak : Apabila skor total variabel berada pada rentang 18,8 - 20 b. Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 17,4 – 18,7 c. Sedikit : Apabila skor total variabel berada pada rentang 17,3 – 16 6. Perilaku Peserta yaitu bentuk reaksi atau tindakan nyata yang terjadi dari hasil interaksi dengan rangsangan atau lingkungannya dan yang benar-benar dilakukan oleh seseorang dalam bentuk tindakan dalam hal ini hasil dari hubungan antara input program (Pelatihan dan Penyuluhan) dengan faktor pembentuk Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan)
24
BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survai, dengan pendekatan kuantitatif
yang bermaksud untuk penjelasan, yaitu menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel melalui pengujian hipotesa. Dalam metode survai ini, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuesioner dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. (Singarimbun dan Effendi, 1986). 3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga,
Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) sesuai dengan kriteria penelitian dan program yang dilaksanakan. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan mulai Januari 2011 hingga Febuari 2011. Kurun waktu penelitian yang dimaksud mencakup waktu semenjak penelitian intensif berada di lokasi penelitian, sehingga penjajagan tidak termasuk dalam kurun waktu tersebut. 3.3.
Populasi dan Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah peserta program Posdaya dari tiga
bidang program, yaitu pengembangan jambu Kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos yang berjumlah 65 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah tiga puluh peserta dengan menggunakan teknik quota sampling dimana dari masing-masing program diambil sebanyak 15 orang untuk program jambu Kristal, 5 orang untuk ternak kelinci dan 10 orang untuk pupuk kompos. Pemilihan responden dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa responden merupakan peserta yang mengikuti dan melaksanakan program pendampingan, sehingga dapat berpikir kritis dan memiliki persepsi mengenai
25
program pendampingan. Selain itu, responden dapat dengan mudah untuk ditemui secara langsung. Informan dalam penelitian ini adalah peserta pendampingan itu sendiri. Penentuan informan dengan teknik snowball (teknik bola salju). Selain itu, informan tidak dibatasi guna menambah gambaran yang lebih mendalam. 3.4.
Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan sumber data pertama dimana sebuah data dihasilkan, yaitu data yang didapat peneliti melalui pengisian kuesioner oleh responden dan wawancara mendalam dengan informan. Data sekunder adalah sumber data kedua yang didapat sesudah data primer. Data diperoleh melalui dokumen, data atau studi kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian. Pernyataan dalam kuesioner juga berkaitan langsung dengan hipotesis dan tujuan penelitian. Pernyataan-pernyatan dalam kuesioner disusun berdasarkan hasil penjajagan peneliti ke lapangan. Dengan melakukan penjajagan terlebih dahulu, peneliti lebih mudah dalam menyusun kuesioner dan mendapatkan gambaran akurat mengenai perilaku peserta dalam melaksanakan program Posdaya. 3.5.
Teknik Analisis Data Data yang telah didapatkan dari kuesioner yang berupa Raw data
kemudian dikelompokkan berdasarkan variabelnya dalam bentuk transfer sheet. Adapun variabel yang dikelompokkan yaitu input program (pelatihan dan penyuluhan) dan unsur-unsur pembentuk perilaku peserta yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Selanjutnya data yang terkumpul diolah dengan menghitung jumlah dan persentase responden menurut kategori variabel-variabel tersebut. Pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 15. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui input program (pelatihan dan penyuluhan) dengan unsur-unsur pembentuk perilaku peserta yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan adalah analisis crosstabs yang menunjukkan hubungan kausal antara dua variabel. Analisis crosstabs merupakan analisis dasar untuk menghubungkan antar variabel kategori (nominal atau ordinal) dimana analisis crosstabs yang digunakan adalah analisis Pearson. Hasil uji Pearson
26
ditampilkan dalam bentuk tabel silang antara variabel pengaruh; pelatihan, penyuluhan, motivasi dan sikap dengan variabel terpengaruh; perilaku peserta pendampingan. Tabel silang dari uji Pearson membantu peneliti dalam mendeskripsikan apakah hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
27
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG 4.1.
Letak dan Keadaan Fisik Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor. Letak Desa Cikarawang tidak terlalu terpencil karena hanya berjarak 10 km dari kota kecamatan dan dapat ditempuh selama 45 menit dengan kendaraan umum. Desa Cikarawang relatif lebih dekat dengan Kota Bogor dibanding Kabupaten Bogor, karena merupakan desa perbatasan dengan Kota Bogor. Jarak ke ibukota kabupaten kurang lebih 40 km dan harus ditempuh selama 1-2 jam. Desa Cikarawang terdiri dari 3 dusun, salah satunya adalah Dusun Cangkrang yang memiliki permasalahan dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. Dusun Cangkrang termasuk dalam wilayah RW 01 Desa Cikarawang dan mempunyai 5 RT, dimana RT 1 dan 2 terletak di sepanjang aliran irigasi teknis sehingga dekat dengan lahan pertanian sedangkan RT 3 – 5 di bagian lain yang dipisahkan dengan RT 1 dan 2 oleh jalan raya. Secara geografis Desa Cikarawang berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah Utara, Sungai Ciapus di sebelah Selatan, Kelurahan Situ Gede, Bogor Barat, Kota Bogor di sebelah Timur dan Sungai Cisadane/Ciapus disebelah Barat. Desa Cikarawang memiliki ketinggian tanah sebesar 700 m dari permukaan laut, termasuk daerah bertopografi atau berdataran tinggi, dengan suhu rata-rata yaitu berkisar antara 250-300C. Desa Cikarawang meliputi wilayah seluas 263 hektar. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan persawahan dan perkebunan. Areal yang berfungsi untuk persawahan meliputi lahan seluas 194,6 hektar atau lebih kurang 73 % dari seluruh luas wilayah Desa Cikarawang, sedangkan perkebunan rakyat meliputi wilayah seluas 18,2 hektar (6,9 %) dan perkebunan negara seluas delapan hektar (3 %). Kawasan permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 37,9 hektar (14,4 %) dan 4,3 hektar (2,7 %) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya misalnya kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman dan lain-lain. Dengan lahan untuk pertanian seluas 194,6 hektar,
28
Desa Cikarawang memiliki potensi terutama untuk komoditas padi sawah dan palawija yang sangat besar. Komoditas palawija yang banyak dibudidayakan oleh petani Cikarawang adalah ubi jalar dan kacang tanah. 4.2.
Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian Hingga September 2009, penduduk Desa Cikarawang berjumlah 8227 jiwa
yang terdiri atas 4199 orang laki-laki dan 4028 orang perempuan. Sebagian besar penduduk termasuk dalam kelompok usia produktif yaitu 15 – 55 tahun. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia produktif berjumlah ± 4721 orang (57%) dari total jumlah penduduk. Untuk di Dusun Cangkrang, Dari total KK yang ada (400 KK), 87,5 persen diantaranya (350 KK) merupakan KK miskin. Proporsi tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah Tidak Tamat dan Tamat SD (32%) disusul Tamat SMP dan Tamat SMA. Adapun jenis pekerjaan penduduk Desa Cikarawang pada umumnya adalah sebagai buruh bangunan, petani, supir dan pedagang. Kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor kecamatan Dramaga berjumlah empat kelompok, yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya. Secara lengkap Tabel 1 menyajikan berbagai jenis profesi penduduk Desa Cikarawang. Tabel 1. Sebaran Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Cikarawang, 2009 No Mata Pencaharian Persentase 1.
Petani dan Buruh Tani
20,8
2.
Buruh Tani
15,1
3.
Pembantu Rumah Tangga
20,1
4.
Karyawan Swasta
14,8
5.
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
14,1
6.
PNS
11,7
7.
Lain-lain
3,4 Jumlah
100,0
29
4.3.
Gambaran Kegiatan Posdaya Desa Cikarawang (Posdaya Mandiri Terpadu) Sejak tahun 2007 P2SDM LPPM IPB telah mengembangkan posdaya di
kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) adalah sebuah upaya pemberdayaan masyarakat dengan menghidupkan modal sosial kegotongroyongan pemberdayaan dan kemandirian di masyarakat. Posdaya bertujuan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui empat bidang utama kegiatan, yaitu Pendidikan, Kesehatan, Kewirausahaan dan Lingkungan. Bentuk kerjasama kemitraan untuk pengembangan masyarakat. Pada tahun 2009, P2SDM LPPM IPB bekerjasama denagan PT. AkzoNobel
Car
Refinishes
Indonesia
(ANCRI)
melaksanakan
program
pemberdayaan masyarakat melalui posdaya di Desa Cikarawang berbasis kelompok tani. Kelompok tani dianggap memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk memberdayakan masyarakat di Desa Cikarawang. Kelompok tani menjadi wadah bagi para petani untuk belajar, berdiskusi, bertukar pengalaman dan untuk menyalurkan aspirasi para petani. Posdaya Mandiri Terpadu dibentuk melalui lokakarya mini yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2009 di Balai Desa Cikarawang yang dihadiri oleh 85 peserta berasal dari P2SDM LPPM IPB, aparat desa, tokoh masyarakat, dan berbagai perwakilan kelembagaan yang ada di masyarakat (kelompok tani, PAUD, Posyandu, pemuda, dan DKM). Posdaya dibentuk dengan nama Mandiri Terpadu. Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan di Posdaya Mandiri Terpadu berasal dari keswadayaan anggota-anggota dan bantuan donatordonatur. Unsur kepengurusan Posdaya Mandiri Terpadu meliputi Koordinator Umum, Sekretaris dan Bendahara. Dikarenakan cakupan wilayah kegiatan yang luas, maka koordinator umum dibantu oleh koordinator dari masing-masing dusun. Koordiantor Dusun dibantu oleh 4 orang koordinator bidang yang menjadi focus kegiatan Posdaya. Adapun beberapa kegiatan Posdaya Mandiri Terpadu Desa Cikarawang yaitu, Intensifikasi Pertanian ubi jalar, pengembangan varietas unggul, pengembangan alat pengupas ubi jalar, pengembangan pertanian organik ubi jalar
30
dan pembentukan koperasi. Selain itu, terdapat beberapa program lain yang termasuk dalam empat bidang utama program Posdaya, diantaranya 1) bidang Kesehatan yaitu pelatihan kader Posyandu dan Posbindu Lansia, 2) bidang Pendidikan yaitu pelatihan guru PAUD, Asosiasi PAUD Cikarawang, APE, Pembinaan Remaja dan Perpustakaan Warga, 3) bidang Lingkungan yaitu saung Posdaya, lanjutan komposting, pelatihan pengolahan sampah plastic, komposting skala RT, Gerakan Lingkungan Sehat, Kebun Bergizi, pengembangan pertania organik dan TOGA, 4) bidang Ekonomi yaitu pembinaan potensi kerajinan dan usaha ekonomi mikro, pengembangan koperasi dan pertanian, peternakan, dan perikanan. 4.4.
Profil Progam Pengembangan Jambu Kristal Desa Cikarawang tidak akan terkenal seperti sekarang ini bila tidak ada
jambu kristal. Namun, buah yang dikenal hanya ada di desa ini pun tidak akan banyak diketahui orang bila Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) tidak terbentuk. Sejak dibentuk Posdaya Mandiri Terpadu, warga Desa Cikarawang yang enggan menanam jambu kristal jadi tertarik. Jambu kristal yang menjadi salah satu produk unggulan Posdaya Mandiri Terpadu sebenarnya berasal dari Taiwan. Dari 13 orang penanam jambu kristal, kini sudah ada sekitar 35 orang dengan 7.000 pohon. Jambu kristal tak ubahnya jambu Bangkok. Disebut kristal, karena jambu ini memiliki keistimewaan yang unik. Kulit permukaannya putih dan lapisan dalamnya pun putih, bahkan hampir tanpa biji. Sehingga semuanya bisa dimakan tanpa harus ada yang dibuang. Harga jambu kristal untuk 1 kg yang bias berisi 1 – 3 buah sebesar Rp 45.000 – Rp 50.000. Program pengembangan jambu Kristal ini diketuai oleh Bapak Nur Ali yang sekaligus sebagai ketua Posdaya. Adapun anggota yang mengikuti program ini telah mencapai 35 orang. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah pelatihan dan penyuluhan.
4.5.
Profil Progam Ternak Kelinci Banyak kreatifitas masyarakat yang tumbuh untuk mencari peluang usaha
dengan menggali potensi diri dan potensi sumberdaya yang ada di wilayah
31
masing-masing. Posdaya melalui salah satu programnya yakni ternak kelinci berusaha untuk meningkatkan pendapatan peserta yang mengikuti program ini. Program ini diketuai oleh bapak Ujang dengan jumlah anggota adalah 10 orang. Para peserta yang melaksanakan program ini menunjukan keingintahuan yang tinggi dalam budidaya kelinci karena sebagian besar peserta tidak memiliki pengalaman tentang pemeliharaan kelinci sehingga diharapkan mereka mampu mempraktikan budidaya kelinci setelah. Adapun jumlah kelinci yang saat ini dibudidayakan mencapai kurang lebih 13 ekor. Jumlah ini mengalami pengurangan karena banyaknya kelinci yang mati. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah pelatihan dan penyuluhan.
4.6.
Profil Progam Pembuatan Pupuk Kompos Pupuk Kompos merupakan suatu proses penguraian yang terjadi secara
biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung. Peningkatan produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk buatan/anorganik dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida saat ini oleh petani kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis yang dianjurkan, sehingga menggangu keseimbangan ekosistem, disamping itu tanah cendrung menjadi tandus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat renik, cacing-cacing tanah menjadi habis. Pemakaian pupuk pada waktu yang bersamaan (awal musim hujan) oleh petani, mengakibatkan sering terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga sebagian petani tidak sanggup membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk, produksi tidak optimal. Perlu ada trobosan untuk mengatasi hal tersebut, salah satu diantaranya adalah pembuatan pupuk organik (kompos). Program ini diketuai oleh Bapak Dedi, dengan jumlah anggota sebanyak 17 orang. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah pelatihan dan penyuluhan.
32
4.7.
Karakteristik Peserta Pendampingan Desa Cikarawang Wilayah yang menjadi fokus penelitian adalah Desa Cikarawang, dimana
pada wilayah ini dilaksanakan program pemberdayaan melalui Posdaya Mandiri Terpadu. Adapun program pemberdayaan dari Posdaya yang menjadi pilihan penelitian adalah program Pengembangan Jambu Kristal, program Ternak Kelinci, dan program Pembuatan Pupuk Kompos. Jumlah reponden yang menjadi fokus penelitian adalah 30 orang peserta yang masing-masing mengikuti tiga program tersebut. Tabel 2 menunjukkan persentase responden yang mengikuti program berdasark jenis kelamin. Semua peserta yang menjadi fokus penelitian adalah laki-laki dengan persentase 100%. Hal ini membuktikan bahwa ketiga program diatas banyak dikerjakan oleh laki-laki. Berikut ini adalah data yang menyajikan jenis kelamin responden di Desa Cikarawang : Tabel 2. Sebaran Responden menurut Jenis Kelamin di Desa Cikarawang, 2011 Jenis Kelamin Responden (%) Laki-laki 100,0 Perempuan 0,0 Total (%) 100,0 Tabel 3 menunjukkan persentase responden berdasarkan usia. Responden terbagi menjadi tiga kelompok usia, yaitu sebesar 13,3 persen respon berusia antara 20 sampai dengan 30 tahun. Sebesar 23,3 persen responden yang melaksanakan program berusia antara 31 sampai dengan 40 tahun, dan sebagian besar responden berada pada usia 41 – 50 tahun yaitu sebesar 63,3 persen. Hal ini membuktikan bahwa usia rata-rata diatas 40 tahun memiliki minat yang lebih besar dalam mengikuti dan melaksanakan program pemberdayaan. Berikut ini adalah data yang menyajikan usia responden di Desa Cikarawang : Tabel 3. Sebaran Responden menurut Usia di Desa Cikarawang, 2011 Usia (Tahun) Responden (%) 20 – 30 31 – 40 41 – 50 Total (%)
13,3 23,3 63,3 100,0
33
Tabel 4 menunjukkan persentase responden berdasarkan pendidikan terakhir yang dijalani. Adapun sebagian besar responden merupakan lulusan SMA/ sederajat yaitu sebesar 46,7 persen. Pendidikan terakhir responden yang tersisa adalah sebesar 6,7 persen merupakan lulusan SD/ sederajat, 36,7 persen merupakan lulusan SMA/ sederajat, dan 10,0 persen merupakan lulusan S1/ sederajat. Hal ini menunujukkan pula bahwa pendidikan peserta yang mengikuti program pemberdayaan dalam Posdaya sudah dapat dikatakan sangat baik. Karena secara umum, masyarakat desa yang memiliki akses terbatas terhadap pendidikan sebagian besar hanya dapat mengenyam pendidikan sampai dengan setingkat SLTA. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang tidak tamat SD atau tidak pernah sama sekali duduk di bangku sekolahan. Berikut ini adalah data yang menyajikan pendidikan terakhir responden di Desa Cikarawang : Tabel 4. Sebaran Responden menurut Pendidikan Terakhir di Desa Cikarawang, 2011 Pendidikan Terakhir Responden (%) SD/ Sederajat 6,7 SMP/ Sederajat 36,7 SMA/ Sederajat 46,7 S1/ Sederajat 10,0 S2/ Sederajat 0,0 Total (%) 100,0 Tabel 5 menunjukkan responden peserta pendampingan di Desa Cikarawang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani yaitu sebesar 36,7 persen. Berdasarkan data yan telah diperoleh, yang berprofesi sebagai petani dan buruh tani sebagian besar adalah kaum laki-laki. Sementara perempuan lebih banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mata pencaharian yang kedua adalah sebagai pegwai atau karyawan swasta yaitu sebesar 20,0 persen. Sementara Pensiunan PNS/TNI/POLRI menempati peringkat ketiga yaitu sebesar 13,3 persen. Responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS juga cukup banyak yaitu sebesar 10 persen. Responden yang tersisa yaitu sebesar 20,0 persen memiliki pekerjaan yang beragam (lain-lain). Data juga menunjukan bahwa
34
ternyata buruh tani jumlahnya relatif lebih banyak dari pada petani pemilik. Berikut ini akan disajikan tabel yang menunjukan mata pencaharian responden: Tabel 5. Sebaran Responden menurut Mata Pencaharian di Desa Cikarawang, 2011 No Mata Pencaharian Responden (%) 1. Petani dan Buruh Tani 36,7 2. Karyawan Swasta/ Pegawai 20,0 3. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 13,3 4. PNS 10 5. Lain-lain 20,0 Jumlah (%) 100,0 Tabel 6 menunujukkan responden peserta pendampingan di Desa Cikarawang sebagian besar memiliki pendapatan antara Rp. 150.000 sampai dengan Rp. 500.000 yaitu sebesar 43,3 persen. Pendapatan yang kedua adalah kurang dari Rp. 150.000 yaitu sebesar 30,0 persen. Sementara pendapatan antara Rp. 510.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 menempati peringkat ketiga yaitu sebesar 20 persen. Pendapatan diantara Rp. 1.100.000 sampai dengan Rp. 2.000.000 yaitu sebesar 6,7 persen. Dan tidak terdapat responden yang memiliki pendapatan diatas Rp. 2.000.000. Data juga menunjukan bahwa ternyata pendapatan yang dimiliki oleh sebagian besar responden terbilang cukup kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Berikut ini akan disajikan tabel yang menunjukan jumlah pendapatan responden: Tabel 6. Sebaran Responden menurut Pendapatan di Desa Cikarawang, 2011 No Pendapatan (Rp) Responden (%) 1. < 150.000,30,0 2. 150.000,- - 500.000,43,3 3. 510.000,- - 1.000.000,20,0 4. 1.100.000,- - 2.000.000,6,7 5. > 2.000.000,0,0 Jumlah (%) 100,0
35
BAB V HUBUNGAN PROGRAM PENDAMPINGAN POSDAYA DENGAN PERILAKU PESERTA Penyajian data dimulai dengan mendeskripsikan variabel-variabel yang akan diuji. Deskripsi variabel faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu Input Program
(Pelatihan
dan
Penyuluhan)
dan
faktor
Pembentuk
Perilaku
(Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan) yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang sebaran peserta yang mengikuti program pendampingan Posdaya menurut variabel faktor tersebut. Setelah setiap variabel faktor yang akan diuji dideskripsikan, maka penyajian data berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan antara variabel faktor Input terhadap variabel faktor pembentuk perilaku peserta. Dimulai dari uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam mengenai hubungan antar variabel faktor-faktor tersebut. 5.1.
Deskripsi Input Program Pendampingan Posdaya
5.1.1. Pelatihan Pelatihan merupakan bagian kegiatan yang dilakukan dalam program pemberdayaan Posdaya di Cikarawang untuk mengisi bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan tabel 7 terlihat sebanyak 53,3% peserta memperoleh manfaat yang banyak dari pelatihan, 26,7% memperoleh manfaat yang sedang dari pelatihan, dan 20% lainnya memperoleh manfaat yang sedikit dari pelatihan pengembangan jambu Kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Artinya sebagian peserta memperoleh manfaat yang banyak dari pelatihan, baik itu pengetahuan maupun keterampilan. Kegiatan pelatihan ini ditujukan untuk dapat lebih mendorong timbulnva
aktivitas,
kreativitas
dan
pemikiran
inovatif
peserta
dalam
menyelesaikan permasalahan yang timbul di lapangan saat mereka melaksanakan program, dalam hal ini program pengembangan jambu Kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos.
36
Tabel 7.
Sebaran Peserta yang Mengikuti Menurut Manfaat Pelatihan bagi (dalam Absolute dan Persen) Manfaat Pelatihan bagi Peserta (n) Peserta Sedikit Sedang Banyak Total
Program Pendampingan Posdaya peserta, Desa Cikarawang, 2011 Persentase (%) 6 8 16 30
20,0 26,7 53,3 100,0
5.1.2. Penyuluhan Penyuluhan merupakan salah satu input program yang dapat membentuk perilaku peserta pendampingan. Penggunaan metode Penyuluhan yang efektif akan mempermudah peserta untuk memahami permasalahan dalam melaksanakan program. Penyuluhan merupakan proses pembelajaran yang diberikan kepada peserta agar dapat merangsang terjadinya proses pembentukan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Manfaat penyuluhan bagi peserta yang akan dilihat
meliputi
manfaat penyuluhan tentang
pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan tabel 8 terlihat sebanyak 46,7% peserta memperoleh manfaat yang banyak dari penyuluhan, 26,7% memperoleh manfaat yang sedang dari penyuluhan, dan 26,7% lainnya memperoleh manfaat yang sedikit dari penyuluhan pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Artinya sebagian besar peserta pendampingan telah memperoleh manfaat yang banyak dari penyuluhan. Melalui aktivitas penyuluhan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan membuka wawasan peserta untuk merespon atau menerima ide-ide baru.
37
Tabel 8.
Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Manfaat Penyuluhan bagi Peserta, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen) Manfaat Penyuluhan bagi Peserta (n) Persentase (%) Peserta Sedikit 8 26,7 Sedang 8 26,7 Banyak 14 46,7 Total 30 100,0
5.2.
Deskripsi Unsur Pembentuk Perilaku
5.2.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan faktor penting dalam pembentukan perilaku. Melalui peningkatan pengetahuan, peserta pendampingan Posdaya dapat mengembangkan ide-ide baru untuk mendukung dalam pelaksanaan program. Pengetahuan juga dapat menjadi dorongan bagi peserta dalam melaksanakan program, karena peserta akan memahami cara pengimplementasian program, dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki pada saat praktek, dapat memecahkan masalah yang kemudian menyusun formulasi pemecahannya memutuskan tindakan yang akan dilakukan. Pengetahuan peserta yang akan dianalisis meliputi pengetahuan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan Tabel 9 terlihat sebanyak 53,3% peserta mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, 26,7% berada pada kategori pengetahuan sedang, dan 20% lainnya berada dalam kategori kurang baik. Artinya sebagian besar peserta pendampingan tidak hanya tahu dan memahami tentang program Posdaya yang mereka laksanakan, tetapi juga dapat melakukan penilaian tentang apa yang harus dilakukan dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
38
Tabel 9.
Sebaran Peserta yang Mengikuti Menurut Tingkat Pengetahuan, Absolute dan Persen) Tingkat Pengetahuan Peserta (n) Peserta Kurang Baik Sedang Baik Total
Program Pendampingan Posdaya Desa Cikarawang, 2011 (dalam Persentase (%) 6 8 16 30
20,0 26,7 53,3 100,0
5.2.2. Sikap Sikap merupakan salah satu unsur kepribadian yang perlu dimiliki oleh peserta pendampingan dalam menentukan tindakan terhadap program Posdaya yang dilaksanakan peserta. Sikap memiliki komponen kognisi (kepercayaan), afeksi (penilaian baik atau buruk) dan konasi (kecenderungan bertingkah laku) yang
berhubungan
dengan
penerapan
program
pendampingan.
Peserta
pendampingan yang memiliki ide-ide baru dalam hal pengembangan program diharapkan dapat meningkatkan produktivitasnya, yang dalam hal ini merupakan sikap mental dan upaya untuk membuat lebih baik dari sebelumnya. Sikap peserta yang akan dianalisis meliputi sikap tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan Tabel 10 terlihat sebanyak 53,3% peserta mempunyai sikap yang baik, 30% berada pada kategori sikap sedang, dan 16,7% lainnya berada dalam kategori kurang baik. Artinya peserta pendampingan yang melaksanakan program pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos telah memiliki kesan yang baik, perasaan senang terhadap program yang dilaksanakan dan kecenderungan untuk terus melaksanakan program. Tabel 10 Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Sikap, Desa Cikarawang, 2011 (dalam Absolute dan Persen) Sikap Peserta Peserta (n) Persentase (%) Kurang Baik 5 16,7 Sedang 9 30,0 Baik 16 53,3 Total 30 100,0
39
5.2.3. Keterampilan Tabel 11 menunjukkan sebaran tingkat keterampilan peserta program pendampingan Posdaya tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos di Desa Cikarawang. Peserta pendampingan di Desa Cikarawang pada umumnya memiliki keterampilan yang tergolong baik dalam melaksanakan
program
pendampingan
tersebut.
Sebanyak
50%
peserta
mempunyai keterampilan yang baik, 30% berada pada kategori keterampilan sedang, dan 20% lainnya berada dalam kategori kurang baik. Hal ini nampaknya dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh oleh peserta, sikap yang baik yang ditunjukkan peserta, manfaat dari pelatihan dan penyuluhan bagi peserta, sehingga peserta dapat meningkatkan keterampilannya. Tabel 11. Sebaran Peserta yang Mengikuti Menurut Tingkat Keterampilan, Absolute dan Persen) Tingkat Keterampilan Peserta (n) Peserta Kurang Baik Sedang Baik Total 5.3.
Program Pendampingan Posdaya Desa Cikarawang, 2011 (dalam Persentase (%) 6 9 15 30
20,0 30,0 50,0 100,0
Hubungan antara Input Program dengan Faktor Pembentuk Perilaku
5.3.1. Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta Pengetahuan tentang program, dalam hal ini pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos merupakan domain yang sangat penting bagi setiap peserta untuk melaksanakan program tersebut. Pengetahuan yang baik tentang pemeliharaan, perawatan ataupun pengembangan masingmasing program akan meningkatkan kualitas dalam pelaksanaannya. Pengetahuan tersebut sebagian besar diperoleh peserta, salah satunya melalui pelatihan. Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta pendampingan Posdaya pada bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos di desa Cikarawang telah memperoleh manfaat yang besar melalui pelatihan, yaitu sebesar 53,3 persen. Sedangkan, sebaran peserta yang mengikuti program menurut tingkat pengetahuan yang baik, yaitu sebesar 53,3 persen (Tabel 9). Hal ini
40
menunjukkan bahwa manfaat pelatihan menjadi hal penting bagi peserta program pendampingan karena dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan peserta pendampingan terkait program yang dilaksanakan. Melalui manfaat pelatihan dan peningkatan pengetahuan dapat memberikan dorongan kepada peserta untuk melaksanakan program yang dalam hal ini pembentukkan perilaku bagi peserta. Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan, sehingga membentuk Perilaku peserta. Agar dapat dilihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikan (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari a (0,05) maka Ho ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabelvariabel yang diuji. Tabel 12. Hubungan Antara Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 Manfaat Tingkat Pengetahuan Peserta (%) Total (%) Pelatihan (%) Kurang baik Sedang Baik Sedikit 0,0 0,0 20,0 20,0 Sedang 3,3 0,0 23,3 26,6 Banyak 6,7 16,7 30,0 53,4 Total 10,0 16,7 73,3 100,0 Hubungan antara manfaat pelatihan dengan tingkat pengetahuan, sesuai dengan
pendapat
Kirkpatrick
(1994)
bahwa
pelatihan
sebagai
upaya
meningkatkan pengetahuan. Apabila peserta memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang program yang mereka laksanakan, maka mereka akan dapat mengerjakan program tersebut dengan baik, dan demikian sebaliknya. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 12 menunjukkan bahwa 20 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang sedikit, tingkat pengetahuannya baik. 23,3 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang sedang, tingkat pengetahuannya baik. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 30 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang banyak, tingkat pengetahuannya tinggi. Angka-angka tersebut menunjukkan adanya kecenderungan, dimana semakin banyak manfaat pelatihan yang diperoleh maka semakin baik pula tingkat
41
pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang baik merangsang peserta untuk dapat menunjukkan perilaku yang positif
dalam pelaksanaan
program
pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk hubungan antara Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan peserta pendampingan adalah 0,007. Hal ini berarti terdapat hubungan signifikan antara manfaat pelatihan yang diperoleh dengan tingkat peningkatan pengetahuan peserta. Nilai 0,007 menunjukkan hubungan yang signifikan, dimana dengan semakin banyak manfaat pelatihan yang diperoleh peserta maka semakin baik pula peningkatan pengetahuan yang terjadi, hal ini juga akan berhubungan dengan pembentukkan perilaku pada peserta, yaitu pada tahap trial, peserta mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus. Peningkatan pengetahuan yang baik didukung oleh manfaat pelatihan yang diperoleh. Pengetahuan mengumpulkan atau mendapatkan informasi tentang program yang dilaksanakan merupakan aspek yang penting dalam proses pengembangan program itu sendiri. Peserta yang dapat mengumpulkan informasi yang banyak tentang pelaksanaan program akan mampu memahami program lebih baik, mampu mengaplikasikan materi pelatihan dalam pelaksanaan program lebih baik, mampu memilihat masalah yang terjadi dan mampu untuk mengambil keputusan untuk langkah-langkah penyelesaiannya. Begitu pula dalam pembentukkan perilaku, bahwa perilaku yang didasari pada tingkat pengetahuan akan sulit diubah, daripada perilaku yang tidak didasari tingakat pengetahuan. Artinya, perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih lambat, tetapi perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keunggulan baru yang diyakininya memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi. Peserta yang telah menentukan untuk melaksanakan program pendampingan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya terkait program, tetap melaksanakan program secara berkelanjutan. Karena mereka sadar dan merasa tertarik untuk terus melaksanakan program. Berbeda dengan perilaku yang terbentuk tidak
42
didasari pengetahuan, atau karena bujukan/hadiah atau pemaksaan, perilaku tersebut biasanya terjadi dalam waktu yang relatif singkat, tetapi lebih cepat pula meluntur, yaitu jika bujukan/hadiah/pemaksaan tersebut dihentikan, berhenti atau tidak mampu lagi melanggengkan kegiatannya. Jadi dapat dikatakan bahwa melalui manfaat yang diperoleh dari pelatihan, peserta dapat meningkatkan pengetahuan tentang program yang kemudian menerapkan perilaku sesuai dengan pengetahuan dan kesadarannya. Contohnya, pada program pengembangan jambu kristal, pengetahuan peserta tentang cara penanaman jambu kristal dapat dikatakan baik, karena semua peserta menjawab benar bahwa penanaman jambu kristal lebih baik pada saat musim panas dan dengan kondisi tanah yang gembur. Pada program ternak kelinci, semua peserta mengetahui bahwa tempat yang lembab dan basah dapat menyebabkan penyakit kulit pada kelinci. Begitu pula, pada program pembuatan pupuk kompos, semua peserta mengetahui kelemahan dalam penggunaan pupuk kompos yakni pupuk menjadi sumber hama dan penyakit bagi tanaman. 5.3.2. Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Sikap Peserta Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sikap diartikan sebagai kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman, dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap suatu hal, objek, dan situasi yang berhubungan dengannya. Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta pendampingan Posdaya pada bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos di desa Cikarawang telah memperoleh manfaat yang besar melalui pelatihan, yaitu sebesar 53,3 persen. Sedangkan, sebaran peserta yang mengikuti program menurut sikap yang baik, yaitu sebesar 53,3 persen (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa manfaat pelatihan menjadi hal penting bagi peserta program pendampingan karena dapat membantu dalam membentuk dan mengembangkan sikap yang baik terkait program yang dilaksanakan. Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara manfaat Pelatihan dengan Sikap peserta, sehingga membentuk Perilaku. Agar
43
dapat dilihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikan (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari a (0,05) maka Ho ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 13. Hubungan Antara Manfaat Pelatihan dengan Sikap Peserta, Desa Cikarawang, 2011 Manfaat Sikap Peserta (%) Total (%) Pelatihan (%) Kurang baik Sedang Baik Sedikit 0,0 6,7 13,3 20,0 Sedang 0,0 3,3 23,3 26,6 Banyak 16,7 20,0 16,7 53,4 Total 16,7 30,0 73,3 100,0 Sikap selalu berkaitan dengan komponen emosional, komponen kognitif (pendapat, keyakinan) dan perilaku. Artinya peserta akan melaksanakan program dengan baik apabila ketiga komponen tersebut sesuai dengan kepribadiannya. Suatu sikap belum langsung terwujud dalam tindakan untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari pihak lain (pada kondisi ini adalah manfaat dari pelatihan). Tingkatan sikap yang paling tinggi adalah adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan. Tabel 13 menunjukkan bahwa 13,3 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang sedikit, memiliki sikap yang baik terhadap program. 23,3 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang sedang, memiliki sikap yang baik terhadap program. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 16,7 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang banyak, memiliki sikap yang baik terhadap program. Angka-angka tersebut menunjukkan adanya kecenderungan, dimana semakin banyak manfaat pelatihan yang diperoleh maka semakin baik pula sikap yang ditunjukkan terhadap program. sikap yang baik merangsang peserta untuk dapat menunjukkan perilaku yang positif dalam pelaksanaan program pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos.
44
Hasil uji menunjukkan, nilai signifikan (Approx. Sig.) untuk hubungan antara manfaat Pelatihan dengan Sikap peserta adalah 0,003. Hal ini berarti terdapat hubungan signifikan antara manfaat pelatihan yang diperoleh peserta dengan penentuan sikap peserta. Nilai signifikan sebesar 0,003 menunjukkan hubungan yang signifikan, dimana dengan semakin banyak manfaat yang diperoleh melalui pelatihan maka semakin baik pula kecenderungan untuk berperilaku (Sikap). Penentuan sikap yang baik terhadap pelaksanaan program pendampingan dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos didukung oleh manfaat pelatihan yang diperoleh pada proses pendampingan. Manfaat yang diperoleh tersebut, menjadi motivasi bagi peserta untuk menentukan kecenderungan bertindak mereka. Pandangan dan kepercayaan yang baik terhadap program Posdaya merupakan aspek yang penting dalam proses pelaksanaan program. Karena dengan pandangan dan kepercayaan yang baik bahwa program dapat manfaat positif dan memberikan keuntungan serta dapat memenuhi kebutuhan mereka, maka timbul perasaan senang dalam melaksanakan program. Pemahaman dan kesan yang baik terhadap program itu yang kemudian medorong kecenderungan peserta untuk bertindak terhadap program, yaitu dengan melaksanakan program tersebut. Contohnya pada ketiga bidang program Posdaya, yaitu program pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos, semua peserta memiliki sikap yang baik bahwa program pendampingan yang dilaksanakan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos dan juga semua peserta mempunyai kemauan untuk mengembangkan kemampuan dalam
pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk
kompos. 5.3.3. Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Keterampilan Peserta Keterampilan adalah kecapakapan yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan dan dipergunakan oleh peserta pada waktu yang tepat, yaitu ketika melaksanakan program. Keterampilan menjadi hal yang penting dalam membantu peserta untuk terus dapat melaksanakan program. Tabel 7 menunjukkan bahwa
45
sebagian besar peserta pendampingan Posdaya pada bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos di desa Cikarawang telah memperoleh manfaat yang besar melalui pelatihan, yaitu sebesar 53,3 persen. Sedangkan,
sebaran
peserta
yang
mengikuti
program
menurut
tingkat
keterampilan yang baik, yaitu sebesar 50 persen (Tabel 11). Hal ini menunjukkan bahwa manfaat pelatihan yang diperoleh peserta menjadi hal penting bagi peserta program pendampingan karena dapat membantu dalam membentuk dan meningkatkan keterampilan peserta, sehingga peserta dapat lebih percaya diri dalam pelaksanaan program. Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara manfaat Pelatihan dengan tingkat Keterampilan, sehingga membentuk Perilaku. Agar dapat dilihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikan (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari a (0,05) maka Ho ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 14. Hubungan Antara Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Keterampilan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 Manfaat Tingkat Keterampilan Peserta (%) Total (%) Pelatihan (%) Kurang baik Sedang Baik Sedikit 6,7 6,7 6,7 20,1 Sedang 10,0 13,3 3,3 26,6 Banyak 3,3 10,0 40,0 50,3 Total 20,0 30,0 50,0 100,0 Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan kedalam bentuk
tindakan.
Keterampilan
merupakan
kemampuan
dalam
menghubungkan sebab-akibat, mentransformasi, serta menemukan hubungan dan memberikan kualifikasi, pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Tabel 14 menunjukkan bahwa 6,7 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang sedikit, memiliki tingkat keterampilan yang baik dalam melaksanakan program. 3,3 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang sedang,
memiliki tingkat keterampilan yang baik dalam
melaksanakan program. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 40 persen peserta
46
yang memperoleh manfaat pelatihan yang banyak, memiliki tingkat keterampilan yang
baik
dalam
melaksanakan
program.
Hasil
angka-angka
tersebut
menunjukkan adanya kecenderungan, dimana semakin banyak manfaat pelatihan yang diperoleh maka semakin baik pula tingkat keterampilan yang dimiliki peserta dalam melaksanakan program. Tingkat keterampilan yang baik dapat digunakan oleh peserta untuk menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus dilakukan dalam menjalankan program, untuk menyaring informasi dan memunculkan wawasan baru yang dapat di manfaatkan, untuk mengembangkan pola pikir saat praktek lapangan, dan lebih memahami dasar dari proses belajar melalui pelatihan. Contoh pada program pengembangan jambu kristal, semua peserta memiliki tingkat keterampilan yang baik dalam mempersiapkan areal lahan untuk penanaman jambu kristal. Pada program ternak kelinci, semua peserta memiliki tingkat keterampilan yang baik dalam menyapih anak kelinci. Begitu pula pada program pembuatan pupuk kompos, semua peserta memiliki keterampilan yang baik dalam menentukan tempat pembuatan pupuk dan proses pembakaran untuk pembuatan pupuk. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikan (Approx. Sig.) untuk hubungan antara manfaat pelatihan dengan tingkat keterampilan peserta adalah 0,003. Hal ini berarti terdapat hubungan signifikan antara manfaat pelatihan yang diperoleh peserta dengan peningkatan keterampilan peserta. Nilai signifikan sebesar 0,003 menunjukkan hubungan yang signifikan, dimana semakin banyak manfaat pelatihan yang diperoleh peserta, maka semakin baik pula tingkat keterampilan peserta dalam melaksanakan program sehingga terbentuk pula dorongan untuk terus melaksanakan dan menindaklanjuti program. Pelatihan menjadi hal umum dalam program pemberdayaan, begitu pula pada bidang program Posdaya dalam bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Adapun tujuan dan manfaat yang diperoleh
dari
pelatihan,
salah
satunya
adalah
mengembangkan
atau
meningkatkan keterampilan. Melihat data pada Tabel 14 dan nilai signifikan hubungan antara manfaat pelatihan dan tingkat keterampilan telah menegaskan
47
bahwa tingkat keterampilan peserta pendampingan Posdaya di desa Cikarawang dapat dihubungkan dengan manfaat pelatihan yang diperoleh, dengan adanya manfaat dari pelatihan para peserta menjadi lebih terampil dalam melaksanakan program Posdaya. Hal ini pula yang kemudian memotivasi peserta pendampingan untuk terus mengembangkan dan melaksanakan program. 5.3.4. Hubungan Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta sebagian besar diperoleh melalui penyuluhan. Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta pendampingan Posdaya pada bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos di desa Cikarawang telah memperoleh manfaat yang besar melalui penyuluhan, yaitu sebesar 46,7 persen. Sedangkan, sebaran peserta yang mengikuti program Posdaya menurut tingkat pengetahuan yang baik, yaitu sebesar 53,3 persen (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa manfaat penyuluhan menjadi hal penting bagi peserta program pendampingan dalam membantu meningkatkan pengetahuan peserta pendampingan terkait program yang dilaksanakan. Melalui manfaat yang diperoleh dari penyuluhan dan peningkatan pengetahuan dapat memberikan dorongan kepada peserta untuk melaksanakan program. Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara manfaat Penyuluhan dengan tingkat Pengetahuan, sehingga membentuk Perilaku. Agar dapat dilihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikan (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari a (0,05) maka Ho ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 15. Hubungan Antara Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 Manfaat Tingkat Pengetahuan Peserta (%) Total (%) Penyuluhan (%) Kurang baik Sedang Baik Sedikit 0,0 0,0 26,7 26,7 Sedang 6,7 3,3 16,7 26,7 Banyak 3,3 13,3 30,0 46,6 Total 10,0 16,6 73,4 100,0
48
Tabel 15 menunjukkan bahwa 26,7 persen peserta yang memperoleh manfaat penyuluhan yang sedikit, memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam melaksanakan program. 16,7 persen peserta yang memperoleh manfaat penyuluhan yang sedang,
memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam
melaksanakan program. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 30 persen peserta yang memperoleh manfaat penyuluhan yang banyak, memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam melaksanakan program. Angka-angka tersebut menunjukkan
adanya
kecenderungan,
dimana
semakin
banyak
manfaat
penyuluhan yang diperoleh peserta maka semakin baik pula tinggkat pengetahuan yang diperoleh. Tingkat pengetahuan yang baik merangsang peserta untuk menerapkan perilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki dan juga menentukan keputusan atas perilaku dalam pelaksanaan program. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi (Approx. Sig.) untuk hubungan antara manfaat penyuluhan dengan tingkat pengetahuan peserta pendampingan adalah 0,089. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan signifikan antara manfaat penyuluhan yang diperoleh peserta dengan tingkat pengetahuan peserta. Tingkat pengetahuan yang berasal dari penyuluhan dalam hal ini materi yang diberikan saat penyuluhan, seringkali tidak sesuai dengan kondisi, baik ditinjau dari kondisi fisik, teknis, ekonomis, sosial/budaya, maupun kesesuainnya dengan kebutuhan pengembangan program oleh peserta pendampingan, materi penyuluhan tidak teruji oleh waktu, dalam artian belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya, materi yang diberikan kurang sesuai bila diterapkan pada kondisi/ tempat pelaksanaan program sehingga masyarakat tidak mengimplementasikan materi ataupun metode yang diajarkan, materi penyuluhan yang diberikan kurang memiliki kesesuaian dengan kebutuhan untuk pengembangan program yang dilaksanakan oleh peserta. Hal ini kemudian yang menyebabkan tidak terlalu berpengaruhnya manfaat penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan, sehingga sulit bagi peserta untuk dapat mengembangkan program yang mereka jalankan. Kondisi ini akan mempengaruhi perilaku peserta dalam pelaksanaan program, peserta menganggap tidak adanya keseriusan dalam memberdayakan masyarakat melalui program Posdaya. Misalnya pada pengembangan jambu kristal, semua
49
peserta memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam hal pemberian air untuk perawatan jambu kristal sesuai dengan materi penyuluhan, tetapi dalam praktek dilapangan hal itu tidak sesuai dengan materi. Pada program ternak kelinci, semua peserta menerapkan pengetahuan mereka yang diperoleh melalui materi penyuluhan, yaitu dalam pemberian pakan bagi kelinci sesuai dengan yang dianjurkan. Tetapi terdapat beberapa pakan yang kurang sesuai deberikan kepada kelinci pada kondisi tertentu (pakan kol). Begitu pula pada program pembuatan pupuk kompos, hampir semua peserta memiliki pengetahuan dalam pembuatan pupuk sesuai dengan materi pada penyuluhan, tetapi terdapat beberapa metode yang kurang sesuai dengan kondisi yang ada, seperti pada proses pembakaeran kotoran pada lahan gambut. 5.3.5. Hubungan Manfaat Penyuluhan dengan Sikap Peserta Sikap adalah kecenderungan subyek menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang berguna (sikap positif) atau berguna (sikap negatif). Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta pendampingan Posdaya pada bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos di desa Cikarawang telah memperoleh manfaat yang besar melalui penyuluhan, yaitu sebesar 46,7 persen. Sedangkan, sebaran peserta yang mengikuti program Posdaya menurut sikap yang baik, yaitu sebesar 53,3 persen (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa manfaat dari penyuluhan menjadi hal penting bagi peserta program pendampingan karena dapat membantu dalam membentuk dan mengembangkan sikap yang baik terkait program yang dilaksanakan. Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara manfaat penyuluhan dengan Sikap, sehingga membentuk Perilaku. Agar dapat dilihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikan (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari a (0,05) maka Ho ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji.
50
Tabel 16. Hubungan Antara Manfaat Penyuluhan dengan Sikap Peserta, Desa Cikarawang, 2011 Manfaat Sikap Peserta (%) Total (%) Penyuluhan (%) Kurang baik Sedang Baik Sedikit 3,3 6,7 16,7 26,7 Sedang 0,0 6,7 20,0 26,7 Banyak 13,3 16,7 16,7 46,7 Total 16,6 30,1 53,4 100,0 Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor pendukung lainnya (dalam hal ini manfaat penyuluhan). Pada tingkatan terendah sikap adalah persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Sedangkan pada tingkatan tertinggi yaitu Adaptasi yang merupakan suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Tabel 16 menunjukkan bahwa 16,7 persen peserta yang memperoleh manfaat penyuluhan yang sedikit, memiliki sikap yang baik terhadap program. 20 persen peserta yang memperoleh manfaat penyuluhan yang sedang,
memiliki sikap yang baik terhadap program. Pada
tingkat yang lebih tinggi, sebesar 16,7 persen peserta yang memperoleh manfaat penyuluhan yang banyak, memiliki sikap yang baik terhadap program. Hasil angka-angka tersebut menunjukkan adanya kecenderungan, dimana manfaat yang diperoleh dari penyuluhan dapat menentukan arah sikap yang ditunjukkan oleh peserta terhadap program. Sikap yang baik dapat merangsang peserta untuk menentukan keputusan atas perilakunya untuk melaksanakan program. Kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penjelasan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada peserta yang mengikuti program pendampingan yang akan menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka benar-benar memahami seperti yang dimaksudkan dalam materi pembelajaran. Penyampaian metode penyuluhan tidak bisa hanya bersifat searah melainkan harus berlangsungnya komunikasi timbal-balik. Hal ini
51
penting dalam proses penentuan sikap dalam melaksanakan program oleh peserta. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikan (Approx. Sig.) untuk hubungan antara manfaat penyuluhan dengan sikap peserta adalah 0,096. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan signifikan antara manfaat yang diperoleh dari penyuluhan peserta dengan penentuan sikap peserta. Nilai signifikan sebesar 0,096 menunjukkan tidak adanya hubungan antara penyuluhan dan sikap, sehingga penyuluhan juga tidak berpengaruh terhadap perilaku peserta dalam melaksanakan program. Kegiatan penyuluhan tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap pembentukkan sikap ataupun Perilaku bagi peserta. Hal ini dimungkinkan karena tidak berkelanjutannya proses penyuluhan, peserta menganggap informasi atau manfaat yang mereka peroleh melalui penyuluhan tidak menjawab permasalahan mereka terkait program. Artinya peserta hanya dapat mengenal dan memilih materi yang mungkin dapat diterapkan dalam program, peserta belum dapat mengembangkan pemikirannya kedalam suatu bentuk kecenderungan tindakan atau perilaku. Selain itu, manfaat penyuluhan yang diberikan kepada peserta program pendampingan Posdaya dirasa belum dapat meningkatkan kapasitas mereka, dalam artian kemampuan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efesien serta berkelanjutan, sehingga pembentukan perilaku berposdaya pada peserta pun menjadi terhambat. Misalnya pada ketiga bidang program, yaitu pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos, hamper sebagian peserta memiliki sikap bahwa peserta kuarang puas terhadap manfaat penyuluhan yang diperoleh dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos. 5.3.6. Hubungan Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat Keterampilan Peserta Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta pendampingan Posdaya pada bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos di desa Cikarawang telah memperoleh manfaat yang besar melalui penyuluhan, yaitu sebesar 46,7 persen. Sedangkan, sebaran peserta yang mengikuti program Posdaya menurut tingkat keterampilan yang baik, yaitu
52
sebesar 50 persen (Tabel 11). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan menjadi hal penting bagi peserta program pendampingan karena dapat membantu dalam membentuk dan meningkatkan keterampilan peserta yang mengikuti, sehingga peserta lebih percaya diri dalam pelaksanaan program Posdaya. Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara manfaat penyuluhan dengan tingkat keterampilan, sehingga membentuk Perilaku. Agar dapat dilihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikan (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari a (0,05) maka Ho ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 17. Hubungan Antara Manfaat Penyuluhan dengan Tingkat Keterampilan Peserta, Desa Cikarawang, 2011 Manfaat Tingkat Keterampilan Peserta (%) Total (%) Penyuluhan (%) Kurang baik Sedang Baik Sedikit 10,0 10,0 6,7 26,7 Sedang 6,7 6,7 13,3 26,7 Banyak 3,3 13,3 30,0 46,6 Total 20,0 30,0 50,0 100,0 Tabel 17 menunjukkan bahwa 6,7 persen peserta yang memperoleh manfaat penyuluhan yang sedikit, memiliki tingkat keterampilan yang baik dalam melaksanakan program. 13,3 persen peserta yang memperoleh manfaat penyuluhan yang sedang,
memiliki tingkat keterampilan yang baik dalam
melaksanakan program. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 30 persen peserta yang memperoleh manfaat penyuluhan yang banyak, memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam melaksanakan program. Penyuluhan sebagai proses pembelajaran, tidak berlangsung vertikal yang lebih bersifat menggurui tetapi merupakan proses pembelajaran yang lebih bersifat partisipatif. Dalam kaitan ini, keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari seberapa banyak materi yang disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang partisipatif dan manfaat yang diterima peserta, yang mampu menumbuhkan keterampilan baru yang mampu membentuk atau mengubah perilaku peserta ke arah kegiatan dan kehidupan yang lebih baik. Jadi, pembelajaran dalam penyuluhan adalah
53
proses belajar bersama. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikan (Approx. Sig.) untuk hubungan antara manfaat penyuluhan dengan Keterampilan peserta adalah 0,030. Hal ini berarti terdapat hubungan signifikan antara manfaat yang diperoleh oleh peserta dari penyuluhan program pendampingan dengan tingkat keterampilan peserta. Nilai signifikan sebesar 0,030 menunjukkan hubungan yang signifikan, dimana semakin banyak manfaat yang diterima peserta dari penyuluhan program, maka semakin baik tingkat keterampilan peserta sehingga ada dorongan untuk melaksanakan dan menindaklanjuti program. Proses belajar bersama dalam penyuluhan, sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan belajar secara kebetulan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar secara berkelanjutan. Melihat kembali data pada Tabel 14 dan nilai signifikan hubungan antara penyuluhan dan keterampilan telah menunjukkan bahwa tingkat keterampilan peserta pendampingan bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos dapat dihubungkan dengan input program Posdaya yaitu manfaat dari penyuluhan, dengan adanya manfaat yang diterima dari penyuluhan, para peserta dapat belajar bersama untuk memecahkan masalah, mengembangkan ide-ide yang inovatif dalam pelaksanaan program dan secara berkelanjutan melaksanakan program.
54
BAB VI PENUTUP 6.1.
Kesimpulan Desa Cikarawang adalah salah satu desa yang memiliki program Pos
Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Dalam program ini terdapat empat bidang utama yaitu ekonomi, pendidikan, lingkungan, dan kesehatan. Pada studi ini, program yang menjadi fokus penelitian terdapat pada bidang ekonomi, yaitu program pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pupuk kompos. Program pengembangan jambu kristal menjadi salah program dengan produk unggulan yang berasal dari Taiwan, awalnya program ini hany diikuti oleh 13 orang tapi kini sudah ada sekitar 35 orang dengan 7.000 pohon. Program ternak kelinci, diketuai oleh Bapak Ujang dengan jumlah anggota adalah 10 orang, program ini terbilang baru bagi masyarakat, oleh karena itu peminatnya tidak terlalu banyak. Sedangkan program pupuk kompos terbentuk karena adanya isu kebersihan untuk menarik minat masyarakat aga lebih dapat menjaga kebersihan untuk kesehatan. Berwal dengan menempatkan tempat sampah organik dan anorganik, ynag kemudian sampah organik digunakan untuk membuat pupuk. Studi penelitian ini, bertujuan melihat perilaku peserta program Posdaya dengan menghubungkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta dengan input program yang mereka ikuti yaitu pelatihan dan penyuluhan. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar peserta pendampingan dari masing-masing program memperoleh manfaat yang banyak dari pelatihan dan penyuluhan yang mereka ikuti, walupun tidak sedikit juga yang tidak merasakan manfaat dari pelatihan dan penyuluhan. Untuk pengetahuan yang dimiliki peserta mengenai program posdaya ataupun tentang program yang mereka laksanakan, sebagian besar peserta memiliki pengetahuan yang baik, selain itu mereka juga merasa senang dalam melaksanakan program tersebut. Keterampilan yang dimiliki oleh sebagian peserta juga cukup baik, peserta dapat menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam praktek dilapangan.
55
Pengetahuan peserta yang baik tentang program yang mereka laksanakan memiliki hubungan dengan manfaat pealtihan yang mereka dapat. Hal ini kemudian berpengaruh pada pembentukkan perilaku peserta dalam menjalankan progam. Peserta lebih termotivasi karena mereka dapat memahami baik keunggulan dan kelemahan program yang mereka jalankan. Disatu sisi, peserta pengetahuan yang mereka miliki tidak memiliki hubungan dengan manfaat penyuluhan, hal ini dirasa karena adaya anggapan dari peserta bahwa informasi yang mereka dapat dari penyuluhan kurang sesuai bagi program yang mereka ikuti sehingga hal ini kurang memberikan pengaruh terhadap pembentukan perilaku peserta. Begitu pula dengan sikap, peserta yang memperoleh manfaat dari pelatihan memiliki sikap yang baik terhadap program. Peserta percaya bahwa program yang mereka jalankan memiliki efek positif dalam hidup mereka. Selain itu dengan adanya peningkatan pengetahuan dan pengenalan terhadap progam yang lebih baik, hal ini membentuk sikap peserta pada tahapan yang tinggi yaitu adaptasi, dimana peserta mulai memiliki kecenderungan yang tinggi dalam inisitif melakukan tindakan untuk melaksanakan program. Di sisi lain, hal ini serupa dengan pengetahuan, input program yaitu manfaat penyuluhan kurang memiliki hubungan dalam pembentukkan sikap peserta. Hal ini dikarena telah adanya pandangan bahwa penyuluhan kurang memberikan manfaat bagi peserta, terutama dalam segi pemahaman/ pengetahuan. Pelatihan menjadi hal umum dalam program pemberdayaan, begitu pula pada bidang program Posdaya dalam bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Adapun tujuan dan manfaat yang diperoleh
dari
pelatihan,
salah
satunya
adalah
mengembangkan
atau
meningkatkan keterampilan. Sedangkan, manfaat dari penyuluhan, dengan adanya manfaat yang diterima dari penyuluhan, para peserta dapat belajar bersama untuk memecahkan masalah, mengembangkan ide-ide yang inovatif dalam pelaksanaan program dan secara berkelanjutan melaksanakan program.
56
6.2.
Saran Program Posdaya dipandang banyak membantu masyarakat, keberadaan
program Posdaya harus tetap dipertahankan dan terus dikembangkan. Karena melalui program Posdaya masyarakat dapat hidup mandiri dan berswadaya dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang mereka miliki. Jika mekanisme program Posdaya dijalankan dengan
baik, maka akan lebih menguntungkan
masyarakat baik dari segi perbaikan ekonomi maupun kepuasan dalam pelaksanaan program. Seperti tujuan adanya program Posdaya yaitu untuk menyegarkan modal sosial seperti hidup gotong royong dalam masyarakat untuk membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu dan membangun keluarga bahagia dan sejahtera, ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil, yaitu keluarga yang dapat menjadi perekat masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi, memberi kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat digunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Posdaya juga turut membantu masyarakat keluar dari masalah sosialekonomi masyarakat itu sendiri. Sebenarnya, keberadaan program Posdaya telah banyak membantu masyarakat dalam memperoleh pengetahuan, informasi dan keterampilan. Dengan mekanisme pembelajaran serta praktek, masyarakat dapat dengan cepat melaksanakan program secara mandiri. Namun, disisi lain masyarakat juga merasa tidak puas dengan sistem pelaksanaan program yang dianggap tidak berkelanjutan. Masyarakat tidak lagi menerima pelatihan atau penyuluhan yang dianggap sangat penting dan sangat dibutuhkan. Begitu pula dengan bantuan modal serta inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas usaha meraka dalam pelaksanaan program. Berdasarkan hal ini, maka saran yang dapat saya berikan antara lain : Perlu adanya pelatihan dan penyuluhan berkala lebih lanjut tentang pengembangan usaha dalam program Posdaya sehingga peserta dapat lebih banyak mendapatkan manfaat dari input program. Mengingat keterbatasan masyarakat dalam memperoleh inovasi teknologi untuk peningkatan produktivitas usaha mereka. Misalnya pada program ternak kelinci, hasil ternak yang dirawat
57
oleh peserta pendampingan banyak yang mati, karena kurangnya pengetahuan, informasi dan keterampilan dari masyarakat untuk pengelolan ternak ini. Peserta hanya diberi pengarahan awal, dan kemudian tidak ada tindak lanjut. Peserta juga perlu untuk diberi contoh tentang program berhasil yang telah dilaksanakan dalam Posdaya, sehingga masyarakat akan lebih termotivasi dalam melaksanakan program-program
dalam
Posdaya.
Misalnya
dalam
contoh
program
pengembangan jambu kristal, masyarakat akan lebih termotivasi menjalankan program ini jika terdapat contoh yang baik dalam tata cara atau mekanisme pengembangan jambu kristal tersbut. Selain itu, bantuan modal untuk masyarakat baik melalui instansi pemerintahan ataupun pihak terkait yang memiliki kepentingan dalam program Posdaya ini juga menjadi hal yang penting, contohnya pada program ternak kelinci, program ini untuk sementara waktu tidak bisa berjalan karena kurangnya bantuan modal untuk mendapatkan/membeli bibit kelinci. Penguatan kelembagaan untuk masing-masing program kegiatan Posdaya. Penguatan disini, bersifat timbal-balik, di satu pihak, penguatan diarahkan untuk melebih mampukan individu peserta agar lebih mampu berperan di dalam kelompok. Di satu sisi, penguatan kelembagan ini diarahkan untuk melihat peluang yang berkembang di lingkungan kelompok dan masyarakat secara luas agar dapat dimanfaatkan bagi perbaikan kehidupan pribadi dan kelompok.
58
DAFTAR PUSTAKA Alim, Syahirul. 2010. Penyuluhan Pertanian. Bahan Ajar Sosiologi Dan Penyuluhan. Universitas Padjadjaran Azwar, Saifudin. 1988. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Liberty. Jogya Bachtiar, Andi. 2009. Menuju Kebijakan ProMasyarakat Miskin Melalui Penelitian. Lembaga Penelitian SMERU. Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Direktorat Kelembagaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional Budhiarty, D. 2004. Hubungan Antara Minat Menonton Program Berita Kriminal Di Televisi Dengan Tingkah Laku Agresi Pemirsanya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Gibson et al. 1984. Organisasi Dan Manajemen. Erlangga. Jakarta Iskandar, Srini M.. 2002. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Universuitas Terbuka. Depdikbud. Ikhsanuddin dan Widhiyanti, Tuszie. 2007. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Kirk Patrick, DL. 1994. Evaluating Training Program, Barret-Publishers, Inc., San Fransisco. Lutfiyah, U. 2007. Persepsi Dan Perilaku Remaja Dalam Menggunakan Ponsel. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Nasdian, Fredian Tonny. 2003. Pengembangan Masyarakat. Bogor: Bagian Ilmuilmu Sosial, Komunikasi dan Ekologi Manusia. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian IPB Rakhmat, Jalaluddin. 1986. Psikologi Komunikasi. Remadya Karya. Bandung Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Modul Pengembangan Masyarakat: Bagian Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat. Bogor: KPM FEMA Institut Pertanian Bogor. Nasution, S. 2006. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara Notoatmodjo, S. 1998. Dasar-dasar Pendidikan dan Pelatihan, BPKM UI. Jakarta, 66. Panduwinata, G G E. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Program Public Awareness (Studi Kasus Kampanye Flu Burung Oleh Badan Karantina Pertanian Di Jakarta). Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor Pusat Pendidikan dan Pelatihan, 2002. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara, Pusdiklat, Jakarta. Rakhmat, J. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Catatan Kedelapan. Bandung: Remaja Rosdakarya
59
Randy R W dan Riant N D. 2007. Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: Elex Media. Sarwono. S. w. 2002. Psikologi Sosial Individu Dan Teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Bogor Sears, David, O. 1988. Psikologi Sosial Jilid 1. Erlangga. Jakarta Secord, P.F., dan C. Backman. 1964. Social Psycology. Mc Graw Hill. Kogakusha. Tokyo Singarimbun, M. dan Effendi, S. (Editor). 1989. Metode Penelitian Survai. Penerbit Pustaka LP3ES. Jakarta Slamet, M. 2000. Pemantapan Posisi dan Meningkatkan Peran Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan.Di dalam: Pambudy R dan Kardi A.K. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat : Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,, Bandung : Refika Aditama. Sumardi et al. 1997. Penerapan Nilai Budaya Daerah Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dirjen Kebudayaan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Yogyakarta Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Suranto, Anto. 1997. Sikap Anggota Kelompok Masyarakat (POKMAS) IDT Terhadap Peran Dan Karakteristik Pendamping (Studi Kasus Di Wilayah Pemabantu Gubernur Jawa Tengah Wilayah Surakarta). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Suyono, Haryono dan Rohadi Haryanto. 2007. Buku Pedoman Pembentukan Dan Pengembangan Posdaya. Balai Pustaka. Jakarta Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Garsindo. Jakarta Wismanto, Y Bagus. 2002. Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Kajian Meta Analisis Korelasi. Thesis
60
LAMPIRAN
61
LAMPIRAN I KUESIONER Diisi oleh peneliti Nomor Responden : Hari/tanggal Pengisian :
KUESIONER Assalamualaikum wr.wb Saya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 2006. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Program Pendampingan Terhadap Peserta (Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1). Saya berharap Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apa adanya. Apapun jawaban Bapak/Ibu, akan menjadi data berharga bagi kelancaran penelitian ini. Identitas dan jawaban Bapak/Ibu akan saya jamin kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Atas ketersediaan dan waktu Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini, saya ucapkan banyak terima kasih. Hormat saya, Parthogi S S I. Karakteristik Peserta Lingkari dan isilah titik-titik pada kolom pernyataan dibawah ini sesuai dengan identitas anda 1. Nama
………………………………………………..
2. Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
62
3. Umur
……................. Tahun
4. Pendidikan terakhir
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. S1 5. S2
5. Pekerjaan
……………………………………………………
6. Pendapatan
1. < Rp. 150.000 2. Rp. 150.000 – Rp. 500.000 3. Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 4. Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 5. Rp. 2.000.000
6. Jenis Pendampingan
………………………………………………….
7. Apakah Bapak/ibu mengetahui jenis program Pendampingan yang dilakukan saat ini ? a. Ya b. Tidak 8. Jika Ya, apa saja jenis program pendampingan yang dilakukan? a. Program di bidang Kesehatan b. Program di bidang Pendidikan c. Program di bidang Ekonomi d. Program di Lingkungan
63
II. PENGETAHUAN PESERTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM Beri tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang menunjukan keadaan yang sebenarnya BUKAN harapan anda PERNYATAAN Pengembangan Jambu Kristal: 1. Jambu kristal merupakan produk yang berasal dari Taiwan. 2. Penanaman jambu kristal lebih baik pada area lahan yang banyak terkena sinar matahari 3. Jika pada kondisi lahan yang lembab hasil jambu kristal tidak akan baik 4. Perawatan jambu kristal harus diberikan air setiap 2 jam sekali 5. Untuk penanaman bibit jambu kristal diperlukan tanah yang telah gembur 6. Jambu kristal tidak boleh berlebihan terkena air dan matahari 7. 1 Kg jambu kristal dapat berjumlah 3 buah atau lebih 8. Jambu kristal dapat dipanen ketika berumur 8 bulan 9. Paling baik mengembangkan jambu kristal pada musim panas
Ternak Kelinci: 10. Tempat pemeliharaan kelinci diusahakan selalu kering 11. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan penyakit kulit pada kelinci
Benar
Salah
64
12. Pakan untuk kelinci meliputi rumput lapang atau gajah, kol, sawi, wortel, kangkung, dan lain-lain 13. Kegiatan program ternak kelinci meliputi pelatihan dan penyuluhan 14. Pemisahan berdasarkan kelamin perlu dilakukan untuk mencegah dewasa dini
Pembuatan Pupuk Kompos: 15. Kompos adalah pupuk yang berasal dari bahan organik melalui proses pembusukan 16. Jenis pupuk kompos adalah pupuk kandang, kompos, dan jerami 17. Pupuk kompos memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas lahan 18. Pupuk kompos menjadi sumber hama dan penyakit bagi tanaman 19. Pupuk kompos tidak menimbulkan polusi lingkungan
65
III SIKAP PESERTA TERHADAP PROGRAM Beri tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda. PERNYATAAN 1. Program Pendampingan yang dilaksanakan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 2. Program Pendampingan yang dilaksanakan dapat meningkatkan keterampilan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 3. Program Pendampingan yang dilaksanakan dapat meningkatkan pendapatan 4. Saya mempunyai kemauan untuk mengembangkan kemampuan saya dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 5. Program Pendampingan yang dilaksanakan dapat meningkatkan kualitas pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 6. Program Pendampingan yang dilaksanakan dapat member alternatif dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 7. Saya ragu-ragu pendampingan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos
Ya
Tidak
66
8. Saya ragu-ragu pendampingan dapat meningkatkan keterampilan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 9. Saya ragu-ragu pendampingan dapat meningkatkan pendapatan 10. Saya ragu-ragu pendampingan dapat memberi alternatif dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 11. Saya ragu-ragu pendampingan dapat meningkatkan kualitas dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 12. Saya puas terhadap program pendampingan dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 13. Pendampingan tidak menjamin peningkatan kualitas dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 14. Pendampingan tidak menjamin peningkatan pengetahuan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 15. Pendampingan tidak menjamin peningkatan keterampilan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 16. Pendampingan tidak menjamin alternatif dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos
67
17. Saya merasa terbebani dengan pelaksanaan pendampingan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 18. Saya ragu-ragu terhadap kemampuan saya untuk mengikuti pendampingan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 19. Saya yakin terhadap kemampuan saya untuk mengikuti pendampingan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 20. Saya tidak puas terhadap cara pelaksanaan pendampingan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 21. Saya puas terhadap cara pelaksanaan pendampingan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 22. Pengetahuan tidak jaminan untuk meningkatkan kualitas dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 23. Keterampilan tidak jaminan untuk meningkatkan kualitas dalam pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 24. Saya mengikuti pendampingan karena kepuasan yang saya peroleh 25. Saya mengikuti pendampingan karena sesuai dengan kemampuan saya
68
untuk pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 26. Saya mengikuti pendampingan karena pengetahuan yang saya peroleh untuk pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 27. Saya mengikuti pendampingan karena informasi yang saya peroleh untuk pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 28. Saya mengikuti pendampingan karena keterampilan yang saya peroleh untuk pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos
69
IV KETERAMPILAN PESERTA TERHADAP PROGRAM Beri tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda. PERNYATAAN Pengembangan Jambu Kristal: 1. Apakah anda sudah mengikuti pelatihan dan penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal 2. Apakah anda dapat menerapkan ilmu yang didapat dari pelatihan dan penyuluhan dalam mengembangkan jambu kristal 3. Program Pendampingan yang dilaksanakan dapat meningkatkan pendapatan 4. Apakah anda mempersiapkan tanah gembur yang telah diberikan pupuk untuk menanam jambu kristal 5. Apakah anda membungkus pentil jambu yang baru berumur 3 minggu 6. Apakah anda memberikan pupuk kimia pada tanaman jambu kristal 7. Apakah anda memberikan jumlah air yang cukup (3 kali sehari)
Ternak Kelinci: 8. Apakah anda sudah mengikuti pelatihan dan penyuluhan tentang ternak kelinci 9. Apakah anda mempersiapkan tempat pemeliharaan yang selalu kering untuk kelinci
Ya
Tidak
70
10. Apakah anda melakukan pengontrolan penyakit pada kelinci 11. Apakah anda menyapih anak kelinci setelah berumur lebih dari 7 minggu 12. Apakah anda menempatkan anak sapihan pada kandang tersendiri 13. Apakah anda memberikan pakan kelinci 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam 14. Apakah pada kandang anda memberikan alas, tempat pakan dan minum 15. Apakah anda menggunakan kreolin/Lysol untuk membersihkan kandang
Pembuatan Pupuk Kompos: 16. Apakah anda sudah mengikuti pelatihan dan penyuluhan tentang pembuatan pupuk kompos 17. Apakah anda membuat kompos pada tempat yang terlindungi matahari dan hujan 18. Apakah anda memotong kecil-kecil sisa tanaman/semak untuk pembuatan pupuk agar proses pembusukan berlangsung lebih cepat 19. Apakah anda menaburkan kapur diatas kotoran ternak 20. Apakah tempat pembuatan pupuk kompos berukuran 2x2 meter 21. Apakah pembakaran untuk pembuatan kompos dilakukan langsung diatas tanah gambut
71
V PELATIHAN PROGRAM PENDAMPINGAN Beri tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda. PERNYATAAN 1.
Pelatihan pendampingan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos dilaksanakan tepat waktu
2.
Peserta memahami materi yang diberikan pada pelatihan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos
3.
Peserta tertarik dengan materi yang diberikan pada pelatihan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos
4.
Materi yang diberikan pada pelatihan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos mudah dimengerti.
5.
Metode pelatihan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos yang diterapkan membantu peserta memahami materi dengan lebih baik.
6.
Metode pelatihan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos yang digunakan memfasilitasi peserta untuk aktif berpartisipasi.
7.
Pendamping menyampaikan materi tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos dengan jelas.
Ya
Tidak
72
8.
Pendamping memberikan contoh tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos yang memudahkan peserta memahami materi.
9.
Pendamping memberikan mengajukan pendapat.
kesempatan
kepada
peserta
untuk
10. Pendamping menjawab pertanyaan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos yang diberikan oleh peserta dengan jelas. 11. Pendamping memberikan jawaban tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos yang konstruktif. 12. Pendamping bersedia membantu peserta yang mengalami kesulitan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos. 13. Pendamping memanfaatkan alat bantu (misal LCD Proyektor, OHP, Papan Tulis, dll) dengan baik. 14. Program pelatihan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos dilaksanakan berdasarkan kebutuhan peserta pendampingan 15. Semua peserta memperoleh pelatihan dan pengembangan ketrampilan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos secara teratur 16. Semua peserta dilatih ketrampilan untuk menyelesaikan masalah
73
tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 17. Semua peserta memperoleh pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 18. Pelatihan menigkatkan keterampilan saya tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 19. Pelatihan menambah keterampilan saya tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 20. Pelatihan menumbuhkan keinginan saya untuk berusaha mengembangkan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 21. Pelatihan memberikan alternatif inovasi tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 22. Pelatihan membuat saya dapat melakukan pengembangan untuk jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos 23. Saya memperoleh alternatif cara pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos setelah mengikuti pelatihan 24. Hasil pelatihan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos telah saya terapkan dalam pengelolaan program tersebut
74
25. Pelatihan membentuk perilaku saya dalam melakukan kegiatan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos
75
VI PENYULUHAN PROGRAM PENDAMPINGAN Beri tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda. PERNYATAAN 1. Kegiatan penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos dalam program pendampingan ini memberikan manfaat dalam kehidupan peserta 2. Hasil pembelajaran dari penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi dalam penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos dapat diterapkan dalam kegiatan pekerjaan peserta 4. Topik penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos sesuai dengan usaha yang sedang dilaksanakan 5. Topik penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi 6. Topik penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos dapat meningkatkan produktivitas usaha yang dilaksanakan peserta 7. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos peserta langsung
Ya
Tidak
76
dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari 8. Setelah mengikuti program penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos, peserta teratur dalam melakukan kegiatan usaha 9. Kegiatan penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos menjawab semua masalah peserta dalam pelaksanaan program pemberdayaan 10. Kegiatan penyuluhan tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos membentuk perilaku peserta dalam melaksanakan kegiatan di lapangan
77
LAMPIRAN II PANDUAN PERTANYAAN PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM Pengaruh Program Pendampingan Terhadap Perilaku Peserta (Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor) Informan : Pihak masyarakat yang mengikuti program Pendampingan Hari/tanggal : Lokasi wawancara : Nama : Jabatan : Keikutsertaan dalam Pendampingan : Ya/Tidak Jenis Pendampingan : Pertanyaan Penelitian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Apa saja permasalahan desa terkait dengan demografinya?(informasi, modal, dan pekerjaan) Apakah Bapak/Ibu mengikuti program Pendampingan yang dilakukan? Program Pendampingan Apa yang Bapak/Ibu ikuti? Kapan program pendampingan mulai dilaksanakan di desa ini? Apakah dalam penetapan jenis program pendampingan Bapak/Ibu diikutsertakan? Apakah dalam pelaksanaan program pendampingan Bapak/Ibu aktif dalam mengemukakan permasalahan yang dihadapi? Sejauhmana Pendamping mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam pelaksanaan program? Apakah menurut Bapak/Ibu program Pendampingan ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar? Apakah terdapat proses survai sebelum melakukan program Pendampingan? Bagaimana prosesnya? Apakah terdapat sosialisasi sebelum melaksanakan program Pendampingan? Apakah program Pendampingan masih berjalan sampai saat ini? Apakah kebutuhan utama yang diperlukan warga dapat terpenuhi dari program pendampingan? Apa yang Bapak/Ibu rasakan setelah dilakukannya program Pendampingan? Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program Pendampingan? Apakah terdapat perubahan perilaku dari masyarakat sebelum dan setelah dijalankan program pendampingan? Siapa yang mengajak Anda untuk mengikuti program Pendampingan ini? Apakah program ini memperbaiki pola hidup dan pola pikir Anda? Sejauhmana ketergantungan usaha Anda terhadap program ini? Apa harapan Bapak/Ibu terhadap program Pendampingan ini?
78
LAMPIRAN III HASIL PENGOLAHAN DATA Case Processing Summary Cases Valid N Manfaat Pelatihan * Tingkat Pengetahuan
Missing Percent
30
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 30
100.0%
Manfaat Pelatihan * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation Count Tingkat Pengetahuan Manfaat Pelatihan
sedikit
kurang baik 0
sedang
Total baik
0
6
kurang baik 6
Sedang
1
0
7
8
banyak
2
5
9
16
3
5
22
30
Total
Directional Measures
Ordinal by Ordinal
Somers' d
Value -.359
Asymp. Std. Error(a) .116
Approx. T(b) -2.708
Approx. Sig. .007
Manfaat Pelatihan Dependent
-.435
.147
-2.708
.007
Tingkat Pengetahuan Dependent
-.305
.112
-2.708
.007
Symmetric
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Case Processing Summary Cases Valid N Manfaat Pelatihan * Sikap Peserta
Missing Percent
30
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
30
Manfaat Pelatihan * Sikap Peserta Crosstabulation Count Sikap Peserta Manfaat Pelatihan Total
sedikit
kurang baik 0
Sedang
Total baik
2
4
Percent
kurang baik 6
Sedang
0
1
7
8
banyak
5
6
5
16
5
9
16
30
100.0%
79 Directional Measures
Ordinal by Ordinal
Somers' d
Value -.410
Asymp. Std. Error(a) .133
Approx. T(b) -3.004
Approx. Sig. .003
Manfaat Pelatihan Dependent
-.413
.130
-3.004
.003
Sikap Peserta Dependent
-.408
.142
-3.004
.003
Symmetric
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Symmetric Measures
Interval by Interval
Pearson's R
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
Value -.431
Asymp. Std. Error(a) .125
Approx. T(b) -2.526
Approx. Sig. .017(c)
-.459
.145
-2.730
.011(c)
N of Valid Cases
30
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
Manfaat Pelatihan * Tingkat Keterampilan
30
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 30
100.0%
Manfaat Pelatihan * Tingkat Keterampilan Crosstabulation Count Tingkat Keterampilan Manfaat Pelatihan
sedikit
kurang baik 2
sedang
Total baik
2
2
kurang baik 6
Sedang
3
4
1
8
banyak
1
3
12
16
6
9
15
30
Total
Directional Measures
Ordinal by Ordinal
Somers' d
a Not assuming the null hypothesis.
Value .439
Asymp. Std. Error(a) .149
Approx. T(b) 2.984
Approx. Sig. .003
Manfaat Pelatihan Dependent
.434
.144
2.984
.003
Tingkat Keterampilan Dependent
.445
.155
2.984
.003
Symmetric
80 b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Symmetric Measures
Interval by Interval
Pearson's R
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
Value .433
Asymp. Std. Error(a) .163
Approx. T(b) 2.541
Approx. Sig. .017(c)
.482
.161
2.908
.007(c)
N of Valid Cases
30 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. Case Processing Summary Cases Valid N Manfaat Penyuluhan * Tingkat Pengetahuan
Missing Percent
30
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 30
100.0%
Manfaat Penyuluhan * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation Count Tingkat Pengetahuan Manfaat Penyuluhan
sedikit
kurang baik 0
sedang
Total baik
0
8
kurang baik 8
Sedang
2
1
5
8
baik
1
4
9
14
3
5
22
30
Total
Directional Measures
Value Ordinal by Ordinal
Somers' d
Asymp. Std. Error(a)
Approx. T(b)
-.230
.130
-1.702
.089
Manfaat Penyuluhan Dependent
-.288
.168
-1.702
.089
Tingkat Pengetahuan Dependent
-.191
.110
-1.702
.089
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Symmetric Measures
Interval by Interval
Pearson's R
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
N of Valid Cases
Approx. Sig.
Symmetric
Value -.231
Asymp. Std. Error(a) .127
Approx. T(b) -1.259
Approx. Sig. .219(c)
-.264
.144
-1.447
.159(c)
30
81 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
Manfaat Penyuluhan * Sikap Peserta
30
N
Total
Percent
100.0%
0
N
Percent
.0%
30
100.0%
Value -.269
Asymp. Std. Error(a) .162
Approx. T(b) -1.662
Approx. Sig. .096
Manfaat Penyuluhan Dependent
-.279
.166
-1.662
.096
Sikap Peserta Dependent
-.260
.159
-1.662
.096
Manfaat Penyuluhan * Sikap Peserta Crosstabulation Count Sikap Peserta kurang baik Manfaat Penyuluhan
Total
Sedang
baik
kurang baik
sedikit
1
2
5
8
Sedang
0
2
6
8
baik
4
5
5
14
5
9
16
30
Total
Directional Measures
Ordinal by Ordinal
Somers' d
Symmetric
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Symmetric Measures
Interval by Interval
Pearson's R
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
Value -.277
Asymp. Std. Error(a) .177
Approx. T(b) -1.524
Approx. Sig. .139(c)
-.297
.178
-1.644
.111(c)
N of Valid Cases
30
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. Case Processing Summary Cases Valid N Manfaat Penyuluhan * Tingkat Keterampilan
Missing Percent
30
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 30
100.0%
82 Manfaat Penyuluhan * Tingkat Keterampilan Crosstabulation Count Tingkat Keterampilan Manfaat Penyuluhan
sedikit
kurang baik 3
sedang
Total baik
3
2
kurang baik 8
Sedang
2
2
4
8
baik
1
4
9
14
6
9
15
30
Total
Directional Measures
Ordinal by Ordinal
Somers' d
Value .321
Asymp. Std. Error(a) .146
Approx. T(b) 2.169
Approx. Sig. .030
Manfaat Penyuluhan Dependent
.326
.148
2.169
.030
Tingkat Keterampilan Dependent
.316
.145
2.169
.030
Value .369
Asymp. Std. Error(a) .161
Approx. T(b) 2.101
Approx. Sig. .045(c)
.360
.162
2.041
.051(c)
Symmetric
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Symmetric Measures
Interval by Interval
Pearson's R
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
N of Valid Cases
30
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.