HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SD TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN KEBON BARU TAHUN 2014 Puti Shabrina Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. D Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 E-mail:
[email protected]
Abstrak Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit endemik yang dapat menyebabkan kematian. Tahun 2013 jumlah kasus DBD tertinggi di Kecamatan Tebet berada di Kelurahan Kebon Baru yakni 67 kasus. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengandesain crosssectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tinggi, perilaku pencegahan DBD cukup baik, dan paparan sumber informasi cukup. Dari analisa bivariat tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan (P=0,144), sikap (P=1,000),dan jenis kelamin (P=1,000) dengan perilaku pencegahan DBD. Ada hubungan yang signifikan antara paparan sumber informasi (P=0,001)dengan perilaku pencegahan DBD. Dari hasil penelitian, perlu dilakukan upaya promosi kesehatan pada siswa SD dengan melibatkan guru serta orang tua. Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, DBD, siswa SD.
The Relationship Between Knowledge And Attitudes Elementary School Students To Behavioral Prevention Of Dengue In Kebon Baru 2014 Abstract Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an endemic diseases that can cause death. In 2013 the highest number of dengue cases in Tebet is in Kebon Baru was 67 cases. This research is a quantitative study with cross-sectional design. The results showed that the respondents belong to the high knowledge, preventive behavior quite well, and exposure to information resources. From the bivariate analysis no significant relationship between knowledge (P = 0.144), attitude (P = 1.000), and gender (P = 1.000) with dengue prevention behavior. There is a significant relationship between exposure to sources of information (P = 0.001) with the behavior of dengue prevention. Health promotion efforts should be made to the elementary students with the involvement of teachers and parents. Keywords: knowledge, attitude, behavior, DHF, elementary school.
1 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Pendahuluan Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Penyakit ini dapat mengakibatkan dampak ekonomi tidak langsung, yaitu kehilangan waktu kerja, waktu untuk pendidikan dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti biaya untuk transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita. Selain dampak ekonomi tidak langsung, dampak yang paling berat yang ditimbulkan oleh Demam berdarah dengue (DBD) adalah kematian (Depkes RI 2007, dalam Hidayah, Ahmad nur 2009). Sekitar 2,5 miliar orang atau 2/5 dari penduduk dunia hidup di negara-negara endemik dengue dan beresiko tertular demam dengue dan demam berdarah dengue. 10 negara dari WHO Asia Tenggara (SEA) dengan 1,3 miliar orang hidup di wilayah yang merupakan daerah endemik DBD, termasuk Indonesia. Diperkirakan 50 juta infeksi dengue terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya, dan
500 000 orang dengan DBD memerlukan rawat inap setiap tahun. Aedes
(Stegomyia) aegypti adalah vektor epidemi utama. Indonesia merupakan salah satu negara di SEA region dengan endemisitas kategori A. Variabel endemisitas demam dengue dan demam berdarah dengue di
Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi
penyebab rawat inap dan kematian utama pada anak-anak. (WHO, 2011). Pada tahun 2012, terdapat empat provinsi dengan jumlah kasus demam berdarah terbesar yaitu Jawa barat, Jawa timur, Jawa tengah dan DKI Jakarta. Keempat provinsi tersebut memiliki resiko penyebaran demam berdarah, disebabkan oleh jumlah penduduk yang besar dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi (Direktorat P2PL, 2013). Berdasarkan data surveilans Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2012 terdapat 12.254 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kematian 7 orang. Selain itu, angka kesakitan Demam Berdarah Dengue pada tahun 2012 lebih tinggi di bandingkan target nasional yaitu 68, 48 per 100.000 penduduk. Dua wilayah DKI Jakarta dengan jumlah kasus demam berdarah terbesar adalah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur (Provil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2012). Kecamatan Tebet merupakan Kecamatan di Jakarta Selatan dengan jumlah peningkatan kasus dan Inciden rate demam berdarah yang tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Kecamatan Tebet, jumlah kasus demam berdarah pada tahun 2011 sebanyak 165 kasus, kemudian turun pada tahun 2012 menjadi 115 kasus dan pada tahun 2013 kasus demam berdarah mengalami peningkatan dua kali lipat yaitu 295 kasus. Selain peningkatam jumlah 2 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
kasus demam berdarah, Inciden rate kasus demam berdarah di Kecamatan Tebet mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 Inciden rate DBD sebesar 78,9% kemudian turun pada tahun 2012 menjadi 55% dan mengalami peningkatan dua kali lipat pada tahun 2013 sebesar 140,9%. Di Kecamatan Tebet, Kelurahan dengan jumlah kasus tertinggi adalah kelurahan Kebon Baru yaitu 67 kasus (Puskesmas Kecamatan Tebet). Penularan demam berdarah dapat terjadi di tempat-tempat umum, salah satunya adalah sekolah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suskamdi et al, penularan demam berdarah yang terjadi di sekolah sebesar 32,2% (Suskamdi et al, 1997. dalam Hayani A,dkk). Sekolah merupakan perpanjangan tangan orang tua, bukan saja menanamkan tetapi juga mengembangkan kemampuan hidup (life skills) untuk memasuki dunia kerja. Untuk itu maka sekolah harus menjadi lingkungan yang kondusif bagi terbentuknya dan berkembangnya perilaku hidup sehat, sebagai prasyarat untuk berkembangnya potensi anak didik atau murid secara optimal (Notoadmojo, dkk. 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Tri Krianto di Kota Depok tahun 2009 menyimpulkan bahwa sekolah memiliki peran strategis dalam pengendalian DBD sehingga anak sekolah harus memperoleh informasi yang memadai untuk mendapatkan perilaku yang positif. Namun, hasil studi menunjukkan bahwa paparan informasi dan tingkat pengetahuan anak sekolah tentang DBD masih rendah. Berdasarkan data Ditjen PP & PL Depkes RI (2009) dua kelompok umur terbesar kasus DBD di Indonesia pada kelompok umur ≥15 tahun dan umur 5-14 tahun. Di DKI Jakarta diantara umur 5-14 tahun, kelompok umur 7-12 tahun merupakan kelompok umur yang paling rentan tertular DBD. Pada kelompok umur 7-12 tahun, terdapat 229 orang yang terkena DBD per 100.000 orang. Angka tersebut paling tinggi dibandingkan kelompok umur di bawah 7 tahun sebesar 178 per-100.000 orang dan kelompok umur 13-15 tahun sebesar 173 per-100.000 orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor waktu aktif nyamuk Aedes Aegypti yang berlangsung pada saat anak berada di sekolah atau di luar rumah, yaitu 08.00-10.00 dan 15.00-17.00, sehingga anak rentan terjangkit penyakit DBD (menkokesra.go.id, 2010). Peningkatan pemahaman, kesadaran, sikap dan perubahan perilaku masyarakat terhadap DBD akan sangat mendukung percepatan upaya memutus rantai penularan penyait (Ginanjar, 2008). Berdasarkan penelitian yang ada, Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas penduduk, dan kepadatan penduduk (Fathi,dkk. 2005). Selain 3 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
kondisi lingkungan, mobilitas penduduk dan kepadatan penduduk, faktor lain seperti, pengetahuan, sikap dan perilaku mempengaruhi risiko terkena penyakit DBD (Koenraadt CJ, dkk. 2005). Berdasarkan penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa pengetahuan, sikap pencegahan demam berdarah berhubungan dengan perilaku pencegahan Demam Berdarah ( Rahmaditya,2011, Indah, Rosaria, dkk. 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, sumber informasi, dan jenis kelamin terhadap perilaku pencegahan Demam Berdarah (DBD) pada siswa SD di Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet Tahun 2014.
Metode Penelitianini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian dilakukan pada 10 Sekolah Dasar Kelurahan Kebon Baru pada Bulan Desember 2014. Kelurahan Kebon Baru dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan wilayah dengan jumlah kasus DBD tertinggi di wilayah Kecamatan Tebet. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar kelas 4 dan 5 yang berada di Wilayah Kelurahan Kebon Baru, berjumlah 728 siswa. Jumlah sampel yang dikumpulkan adalah 114 siswa SD yang tersebar di di 10 sekolah dasar yang berada pada wilayah kelurahan Kebon Baru. Responden pada penelitian ini adalah siswa SD kelas empat dan lima. Pengumpulan data dilakukan di sekolah responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling atau sering disebut sebagai penarikan sampel berstrata proporsional. Teknik ini dilakukan dengan pengambilan sampel pada setiap strata secara random dengan memperhatikan proporsi individu pada setiap strata (Budiarto, 2002). Sampel pada setiap sekolah dibagi berdasarkan besarnya atau banyaknya strata. Setelah itu penarikan sampel pada setiap kelas dilakukan dengan metode acak sederhana menggunakan nomor absen dan nama siswa. Random dilakukan dengan menggunakan program komputer. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini berupa kuesioner. Pertanyaan dibagi menjadi empat bagian yaitu bagian A untuk pengetahuan, bagian B untuk sikap, bagian C pertanyaan mengenai perilaku pencegahan demam berdarah, dan bagian D untuk pertanyaan mengenai paparan sumber informasi pada siswa SD di Kelurahan Kebon Baru. Kemudian di uji cobakan kepada 55 orang siswa SD. 4 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Sebelum instrumen (kuesioner) digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas konten dengan cara response proses atau disebut juga proses respon. Uji ini dilakukan dengan mengevaluasi tanggapan dari peserta untuk masing-masing item pada instrumen. Penilaian kognitif merupakan salah satu metode yang dirancang untuk menilai bagaimana individu memahami dan menanggapi item (tourangeau dan Rasinski, 1988). Cara ini dilakukan dengan mewawancarai responden,
menanyakan istilah yang tidak dimengerti, apa saja item yang
dipahami dan tidak oleh responden. Dengan memahami bagaimana responden menafsirkan atau menjawab item tertentu, peneliti dapat menentukan apakah item dijawab dengan cara yang seharusnya maupun interpretasi alternatif yang digunakan untuk menaggapi item. Selain itu, untuk item sikap dilakukan uji validitas korelasi Product Moment. Hasil uji dikatakan valid apabila r hitung > r tabel (Budiman, 2013). Berdasarkan hasil uji validitas dapat disimpulkan bahwa r hitung > t tabel (0,313) sehingga dapat disimpulkan bahwa uji validitas valid. Berikut ini hasil uji validitas: Tabel 1. Hasil Uji Validitas No 1
2
3 4
5
6
7
8
9 10
Pernyataan Jika saya menggantung pakaian lebih dari seminggu, maka akan menjadi tempat sarang nyamuk di rumah. Jika saya menggunakan obat nyamuk bakar/obat nyamuk semprot, maka saya dapat terhindar dari gigitan nyamuk. Jika saya tidak digigit nyamuk, maka saya tidak akan terkena demam berdarah. Untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk, Saya mendukung pelaksanaan 3M (menguras, menutup, dan mengubur). Saya melakukan pencegahan demam berdarah, agar tidak tertular demam berdarah. Jika saya mengalami tanda dan gejala demam berdarah, maka saya akan segera ke dokter Setiap orang dapat tertular demam berdarah, maka saya harus waspada terhadap penyakit demam berdarah. Saya merasa takut ketika terkena demam berdarah, maka saya tidak boleh tertular demam berdarah. Jika saya mengubur barang-barang bekas, maka jentik nyamuk akan berkurang. Jika saya menggunakan losion anti nyamuk (autan,sari puspa, sofel), maka saya tidak akan digigit oleh nyamuk.
Nilai r tabel 0,313
Nilai r hitung 0,673
Kesimpulan Valid
0,313
0,635
Valid
0,313
0,793
Valid
0,313
0,690
Valid
0,313
0,656
Valid
0,313
0,547
Valid
0,313
0,663
Valid
0,313
0, 704
Valid
0,313
0,551
Valid
0,313
0,553
Valid
5 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diisi langsung oleh responden (self administered). Responden mengisi kuesioner. Data dikumpulkan langsung oleh tim peneliti yaitu mahasiswa. Kuesioner diperiksa terlebih dahulu sebelum dikumpulkan untuk memastikan semua pertanyaan telah dijawab oleh responden, sehingga validitas data dapat terjaga. Selain itu peneliti juga menggunakan data sekunder untuk memperkuat gambaran penelitian.
Hasil Penelitian Distribusi responden berdasarkan Umur, Jenis kelamin, dan Kelas Berdasarkan distribusi responden menurut umur, jenis kelamin, dan kelasterlihat bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini adalah perempuan sebanyak 58 (81,6%) orang, sebagian besar usia responden pada penelitian ini adalah 8-10 tahun sebanyak 93 (81,6%) orang. Responden sebagian besar berada di kelas lima yaitu sebanyak 60 (52,6%) orang.
Perilaku Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Butir Perilaku NO 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10
Butir Perilaku Menguras dan menyikat bak mandi minimal seminggu sekali. Menggunakan obat nyamuk bakar. Menggunakan obat nyamuk semprot. Menggantung pakaian di rumah lebih dari 1 minggu (di tempat terbuka belakang pintu). Menggunakan losion anti nyamuk (autan,sari puspa, sofel). Mengubur barang-barang bekas (sampah, kaleng, botol dan ban bekas) yang dapat menampung air. Memeriksa jentik nyamuk. Menutup tempat penampungan air. Menaburkan bubuk abate pada bak penampungan air (1 kali dalam 3 bulan). Tidur menggunakan kelambu.
Ya
Tidak
n 93
% 81,6
N 21
% 18,4
71 95 23
62,3 83,3 20,2
43 19 91
37,7 16,7 79,8
102
89,5
12
10,5
40
35,1
74
64,9
67 76 40
58,8 66,7 35,1
47 38 74
41,2 33,3 64,9
41
36,0
73
64,0
Perilaku dalam penelitian ini adalah segala usaha yang dilakukan untuk mencegah penyakit DBD. Berdasarkan tabel 2. terlihat bahwa sebagian besar perilaku responden untuk mencegah demam berdarah pada penelitian ini adalah menggunakan losion anti nyamuk sebanyak 102
6 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
orang (89,5%). Sedangkan perilaku yang paling sedikit dilakukan adalah mengubur barangbarang bekas dan menaburkan bubuk abate sebanyak 40 orang (35,1%). Tabel 3. Deskripsi Nilai Perilaku Responden Parameter Mean Median Minimum Maximum
Nilai 5,80 6,00 1 10
Berdasarkan tabel 3. diketahui bahwa mean dari nilai perilaku adalah 5,80. Nilai terendah yang diperoleh responden adalah 1 dan nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 10. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Perilaku Kurang baik Cukup baik Total
Frekuensi 55 59 114
Presentase (%) 48,2 51,8 100,0
Berdasarkan tabel 4. terlihat bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki perilaku yang cukup baik yaitu sebanyak 59 orang (51,8%). Sedangkan yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 55 orang (48,2%).
7 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Pengetahuan Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Butir Pengetahuan No 1
2
3
4
5
6
7
8
Butir Pengetahuan Demam, perdarahan, nyeri otot, kemerah-merahan pada kulit, sakit kepala, Demam, nyeri otot, kaki menjadi bengkak, sakit kepala, pegal-pegal Tidak tau Cara penularan DBD Gigitan nyamuk Berbagi makanan dengan penderita DBD Tidak tau Waktu nyamuk penular DBD Jam 6 sore sampai jam 6 pagi menggigit Jam 9-10 pagi dan jam 4-5 sore Tidak tahu Tempat pekembang biakan nyamuk Genangan air kotor DBD Genangan air bersih Galian tanah Apakah yang dimaksud dengan 3M Menguras bak mmenutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas Memasak air , menutup tempat penampungan air limbah, dan membersihkan selokan Tidak tau Tujuan 3M Membuat lingkungan sedap dipandang Menjalankan program pemerintah Untuk memberantas jentik nyamuk Tujuan dilakukan fogging Untuk memberantas nyamuk dewasa Menjalankan program pemerintah Untuk memberantas jentik nyamuk Siapa saja yang bisa terkena DBD Orang tua saja Anak-anak saja Gejala demam berdarah
9
Tindakan yang dapat mencegah gigitan nyamuk penular demam berdarah di sekolah
10
Berapa kali kita harus menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, drum bekas air
Semua orang Tidak melakukan apapun Menggunakan losion anti nyamuk (autan,sari puspa, sofel) Membersihkan lantai Paling sedikit seminggu sekali Paling sedikit dua minggu sekali Tidak tau
n 89
% 78,1
15
13,2
10 65 40
8,8 57,0 35,1
9 41 47 26 97 13 4 87
7,9 36,0 41,2 22,8 85,1 11,4 3,5 76,3
11
9,6
15 20
13,2 17,5
2
1,8
91
79,8
53
46,5
14
12,3
46
40,4
1 1
0,9 0,9
112 10 78
98,2 8,8 68,4
26 89 18
22,8 72,8 15,8
13
11,4
Berdasarkan 5. terlihat bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini memahami gejala DBD 78,1%, mengetahui cara penularan melalui gigitan nyamuk 57,0%, namun untuk pertanyaan tempat pekembang biakan nyamuk 85,1% responden tidak mengetahuinya. 8 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Responden mengetahui waktu nyamuk/vektor mengigit 41,2%, kepanjangan dari 3M 76,3%, tujuan 3M 79,%, dan tujuan dilakukan fogging 46,5%. Untuk pertanyaan siapa saja yang dapat tertular DBD sebagian besar menjawab dengan benar 98,2% yaitu semua orang. Untuk tindakan yang dilakukan untuk mencegah gigitan nyamuk 68,4% responden menjawab dengan benar. Tabel 6. Deskripsi Nilai Pengetahuan Responden Parameter Mean Median Minimum Maximum
Nilai 6,15 6,00 2 9
Berdasarkan 6. diketahui bahwa median dari nilai perilaku adalah 6,00. Nilai terendah yang diperoleh responden adalah 2 dan nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 9.
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan Rendah Tinggi Total
Frekuensi 37 77 114
Presentase (%) 32,5 67,5 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki pengetahuan yang tinggi tentang DBD yaitu sebanyak 77 orang (67,5%), sedangkan sebanyak 37 orang (32,5%) memiliki pengetahuan rendah tentang DBD.
Sikap Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Butir Sikap NO
1
2
Butir Sikap
Sangat Setuju
Jika saya menggantung pakaian lebih dari seminggu, maka akan menjadi tempat sarang nyamuk di rumah. Jika saya menggunakan obat nyamuk bakar/obat nyamuk semprot, maka saya dapat terhindar dari gigitan nyamuk.
Setuju
n 25
% 21,9
n 26
% 22,8
Netral (antara setuju dan tidak setuju) n % 13 11,4
51
44,7
52
45,6
8
7,0
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
n 32
% 28,1
n 18
% 15,8
3
2,6
-
-
9 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
NO
3
4
5
6
7
8
9
10
Butir Sikap
Sangat Setuju
Jika saya tidak digigit nyamuk, maka saya tidak akan terkena demam berdarah. Untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk, Saya mendukung pelaksanaan 3M (menguras, menutup, dan mengubur). Saya melakukan pencegahan demam berdarah, agar tidak tertular demam berdarah. Jika saya mengalami tanda dan gejala demam berdarah, maka saya akan segera ke dokter Setiap orang dapat tertular demam berdarah, maka saya harus waspada terhadap penyakit demam berdarah. Saya merasa takut ketika terkena demam berdarah, maka saya tidak boleh tertular demam berdarah. Jika saya mengubur barang-barang bekas, maka jentik nyamuk akan berkurang. Jika saya menggunakan losion anti nyamuk (autan,sari puspa, sofel), maka saya tidak akan digigit oleh nyamuk.
Setuju
n 52
% 45,6
n 35
% 30,7
Netral (antara setuju dan tidak setuju) n % 17 14,9
65
57,0
35
57,0
7
55
48,2
42
36,8
62
54,4
40
67
58,8
29
Tidak Setuju
n
Sangat Tidak Setuju
7
% 6,1
n 3
% 2,6
6,1
4
3,5
3
2,6
6
5,3
4
3,5
7
6,1
35,1
4
3,5
5
4,4
3
2,6
37
32,5
3
2,6
4
3,5
3
2,6
25,4
52
45,6
23
20,2
5
4,4
5
4,4
38
33,3
44
38,6
18
15,8
9
7,9
5
4,4
46
40,4
47
41,2
13
11,4
5
4,4
3
2,6
Berdasarkan tabel 8. dapat terlihat sikap responden. Dari semua item sikap dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden memiliki sikap positif terhadap perilaku pencegahan DBD. Namun terdapat 28,15% dari responden yang tidak setuju bahwa menggantung pakaian lebih dari seminggu,akan menjadi tempat sarang nyamuk di rumah.
10 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Tabel 9. Deskripsi Nilai Sikap Responden Parameter Nilai 40,63 Mean 41,00 Median 26 Minimum 50 Maximum
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mean dari nilai sikap adalah 40,63. Nilai terendah yang diperoleh responden adalah 26 dan nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 50.
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Sikap Negatif Positif Total
Frekuensi 51 63 144
Presentase (%) 44,7 55,3 100
Berdasarkan tabel 10. terlihat bahwa sebagian besar responden siswa SD pada penelitian ini memiliki sikap positif mengenai DBD yaitu sebanyak 63 orang (55,3%), sedangkan 51 orang (44,7%) memiliki sikap yang negatif terhadap DBD.
Paparan Sumber Informasi Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Butir Sumber Informasi NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Butir Sumber Informasi
Mendapatkan informasi mengenai berdarah dari orang tua Mendapatkan informasi mengenai berdarah dari guru Mendapatkan informasi mengenai berdarah dari petugas kesehatan Mendapatkan informasi mengenai berdarah dari teman Mendapatkan informasi mengenai berdarah dari televisi Mendapatkan informasi mengenai berdarah dari koran Mendapatkan penyuluhan mengenai berdarah Mendapatkan informasi mengenai berdarah dari dokter cilik Mendapatkan informasi mengenai berdarah dari radio Mendapatkan informasi mengenai berdarah dari majalah
YA
TIDAK n %
N
%
demam
95
83,3
19
16,7
demam
92
80,7
22
19,3
demam
90
78,9
24
21,1
demam
52
45,6
62
54,4
demam
103
90,4
11
9,6
demam
63
55,3
51
44,7
demam
59
51,8
55
48,2
demam
59
51,8
55
48,2
demam
57
50,0
57
50,0
demam
93
81,6
21
18,4
11 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Berdasarkan tabel 11.dapat terlihatdistribusi paparan sumber informasi responden. Dari seluruh item dapat diketahui bahwa seluruh responden mendapatkan informasi DBD. Paparan sumber informasi yang paling banyak didapatkan oleh responden adalah televisi (90,4%), orang tua (83,3%), majalah (81,6%), dan guru (80,7%).
Tabel 12. Deskripsi Nilai Sumber Informasi Responden Parameter Nilai 6,51 Mean 6,00 Median 1 Minimum 10 Maximum
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa median dari nilai paparan sumber informasi adalah 6,00. Nilai terendah yang diperoleh responden adalah 1 dan nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 10.
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Paparan Sumber Informasi Paparan informasi Kurang Cukup Total
sumber
Frekuensi
Presentase (%)
36 78 114
Berdasarkan
31,6 68,4 100,0
tabel 12. terlihat bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini
memiliki paparan informasi yang cukup mengenai DBD yaitu sebanyak 78 orang (68,4%), sedangkan 36 orang (31,6%) memiliki paparan informasi yang kurang mengenai DBD.
Tabel 13. Analisis Bivariat Kategori Perilaku pencegahan DBD Kurang baik Cukup baik
Pengetahuan
N
%
n
%
Rendah Tinggi Total Sikap
22 33 55
59,5 42,9 48,2
15 44 59
40,5 57,1 51,8
N
%
n
%
49,0 47,6 48,2
26 33 59
51,0 52,4 51,8
Negatif Positif Total
25 30 55
Jumlah
37 77 114 51 63 114
P value
100 100 100
0,144
100 100 100
1,000
12 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Kategori Sumber informasi Kurang Cukup Total Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Perilaku pencegahan DBD Kurang baik Kurang baik
N
%
N
%
26 29 55 N 28 27 55
72,2 37,2 48,2 % 48,3 48,2 48,2
10 49 59 N 30 29 59
27,8 62,8 51,8 % 51,7 51,8 51,8
Jumlah
P value
36 78 114
100 100 100
0,001
58 56 114
100 100 100
1,000
Dari tabel 13. dapat terlihat bahwa terdapat 15 (40,5%) responden dengan kategori pengetahuan rendah melakukan perilaku pencegahan DBD cukup baik. Responden dengan kategori pengetahuan tinggi yang melakukan perilaku pencegahan DBD cukup baik sebanyak 44 (57,1%) responden. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai P value = 0,144 > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan perilaku pencegahan DBD. Selain itu, terdapat 26 (51,0%) responden dengan kategori sikap negatif melakukan perilaku pencegahan DBD cukup baik. Responden dengan kategori sikap positif yang melakukan perilaku pencegahan DBD cukup baik sebanyak 33 (52,4%) responden. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai P value = 1,000> 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan perilaku pencegahan DBD. Untuk hubungan antara paparan sumber informasi siswa SD dengan perilaku pencegahan DBD. Terdapat 10 (27,8%) responden dengan paparan sumber informasi kurang melakukan perilaku pencegahan DBD cukup baik. Responden dengan paparan sumber informasi cukup yang melakukan perilaku pencegahan DBD cukup baik sebanyak 49 (62,8%).Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai P value = 0,001< 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara paparan sumber informasi dengan perilaku pencegahan DBD. Dan yang terakhir, hubungan antara paparan jenis kelamin dengan perilaku pencegahan DBD. Terdapat 30 (51,7%) responden dengan jenis kelamin perempuan perilaku pencegahan DBD cukup baik. Responden
yang melakukan
dengan jenis kelamin laki-laki
yang
melakukan perilaku pencegahan DBD cukup baik sebanyak 29 (51,8%).Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai P value = 1,000> 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan DBD.
13 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak59 (51,8%) responden berperilaku cukup baik dalam
melakukan pencegahan DBD.Namun berdasarkan nilai mean yang dijadikan
parameter deskripsi pengkategorian, nilai mean perilaku pencegahan DBD pada siswa Sekolah Dasar di Kelurahan Kebon Baru masih rendah yaitu 5,80. Perilaku pencegahan yang paling banyak dilakukan adalah menggunakan losion anti nyamuk sebanyak 102 orang (89,5%). Sedangkan perilaku yang paling sedikit dilakukan adalah mengubur barang-barang bekas dan menaburkan bubuk abate sebanyak 40 orang (35,1%). Pada penelitian ini, pengetahuan dikelompokan menjadi dua kategori yaitu responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan rendah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
responden
dengan kategori pengetahuan rendah sebanyak 37 (32,5%) responden. Sedangkan responden dengan kategori pengetahuan tinggi sebanyak 44(57,1%) responden. Namun berdasarkan nilai medianyang dijadikan parameter deskripsi pengkategorian, nilai
median pengetahuan
respondenmasih rendah yaitu 6,00. Sebagian besar responden telah mejawab dengan baik beberapa item pertanyaan, antara lain gejala DBD (78,1%), kepanjangan dari 3M (76,3%), tujuan 3M (79,8%), dan siapa saja yang dapat tertular DBD (98,2%). Analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan DBD pada penelitian ini menunjukkan dari 37 responden yang memiliki pengetahuan
rendah terdapat 22 (59,5%)
responden yang memiliki perilaku pencegahan DBD kurang baik, sedangkan 15 (40,5%) responden lainnya memiliki perilaku pencegahan DBD yang baik. Selain itu, dari 77 responden yang memiliki pengetahuan tinggi terdapat 33 (42,9%) responden yang memiliki perilaku pencegahan DBD kurang baik dan 44 (51,8%) responden memiliki perilaku pencegahan DBD cukup baik. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan DBD (p=0,144). Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh pujiyanti dan trapsilowati (2009) mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku pencegahan demam
berdarah (r=0,959;p>0,05). Hairil (2003) menyatakan bahwa
pengetahuan yang baik tidak selalu menunjukkan perilaku yang baik pula hal ini kemungkinan besar karena praktek-praktek tertentu seperti penyimpanan air untuk keperluan rumah tangga, yang sangat mendarah daging di masyarakat.
14 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Sikap pada penelitian ini, dikelompokan menjadi dua kategori yaitu responden yang memiliki sikap positif dan responden yang memiliki sikap negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kategori sikap negatif sebanyak 51 (44,7%) responden. Sedangkan responden dengan kategori sikap positif sebanyak 63 (55,3%) responden. Analisis hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan DBD pada penelitian ini menunjukkan dari 51 responden yang memiliki sikap negatif terdapat 25 (49,0%) responden yang memiliki perilaku pencegahan DBD kurang baik, sedangkan 26 (51,0%) responden lainnya memiliki perilaku pencegahan DBD yang baik. Selain itu, dari 63 responden yang memiliki sikap positif terdapat 30 (47,6%) responden yang memiliki perilaku pencegahan DBD kurang baik dan 33 (52,4%) responden memiliki perilaku pencegahan DBD cukup baik. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan DBD (p=1,000). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh pujiyanti dan trapsilowati (2009), hasil penelitian tersebut mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku pencegahan demam berdarah (r=0,063;p>0,05). Sigarlaki (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa responden yang memiliki sikap yang baik memiliki presentase terkena DBD yang tinggi (78,2%). Hal ini dapat terjadi karena sikap seseorang yang baik tidak bisa menjamin orang tersebut bebas dari DBD. Sikap seseorang tidak menjamin pada praktiknya orang tersebut menerapkan sikapnya tersebut. Paparan sumber informasi dikelompokan menjadi dua kategori yaitu responden yang memiliki paparan sumber informasi kurang dan cukup.Hasil penelitian menunjukkan bahwa respondenyang memiliki paparan sumber informasi kurang sebanyak 36 (31,6%) responden. Sedangkan responden dengan paparan sumber informasi cukupsebanyak 78 (64,8%) responden.Namun berdasarkan nilai medianyang dijadikan parameter deskripsi pengkategorian, nilai medianpaparan sumber informasi respondenmasih kurang yaitu 6,00. Analisis hubungan antara paparan sumber informasi dengan perilaku pencegahan DBD pada penelitian ini menunjukkan dari 36 responden yang memiliki paparan sumber informasi kurang terdapat 26 (72,2%) responden yang memiliki perilaku pencegahan DBD kurang baik, sedangkan 10 (27,8%) responden lainnya memiliki perilaku pencegahan DBD yang baik. Selain itu, dari 78 responden yang memiliki paparan sumber informasi cukup terdapat 29 (37,2%) responden yang memiliki perilaku pencegahan DBD kurang baik dan 49 (62,8%) responden 15 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
memiliki perilaku pencegahan DBD cukup baik. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan signifikan antara paparan sumber informasi dengan perilaku pencegahan DBD (p=0,001). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh putri (2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara paparan sumber informasi dengan perilaku pencegahan DBD (pv = 0,04, p-value = 0,05). Responden yang kurang mendapatkan paparan informasi DBD beresiko 3,402 kali lebih besar melakukan perilaku kurang baik dalam pencegahan demam berdarah. Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh rohimat (2001) yang dikutip oleh putri (2008) yang mengungkapkan bahwa upaya penyuluhan dan penggerakan PSN perlu ditanamkan kepada anak sejak dini sehingga dapat menghindari jumlah kasus yang tinggi dan berulang pada anak setiap tahun. Sumber informasi yang paling banyak didapatkan oleh responden pada penelitian ini adalah televisi (90,4%), hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krianto (2009) bahwa sebagian besar murid SD memperoleh informasi mengenai demam berdarah (DBD) dari siaran televisi. Menurut krianto (2009) Televisi merupakan sumber informasi utama karena memiliki berbagai keunggulan, antara lain dapat dilihat, bergerak, dan dapat di dengar (visible, motion, audible). Selain itu sumber informasi lainnya yang cukup banyak diperoleh responden adalah orang tua (83,3%) dan guru (80,7%). Jumlah responden perempuan lebih banyak bila dibandingkan dengan responden laki-laki. Responden perempuan sebanyak 58 (50,9%) dan responden laki-laki 56 (49,1%). Analisis hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan DBD pada penelitian ini menunjukkan dari 58 responden perempuan terdapat 28 (48,3%) responden yang memiliki perilaku pencegahan DBD kurang baik, sedangkan 30 (51,7%) responden lainnya memiliki perilaku pencegahan DBD yang baik. Selain itu, dari 56 laki-laki terdapat 27 (48,2%) responden yang memiliki perilaku pencegahan DBD kurang baik dan 29 (51,8%) responden memiliki perilaku pencegahan DBD cukup baik. Berdasarkan hasil analisis tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan DBD (p=1,000) Perilaku kesehatan termasuk pencegahan demam berdarah tidak membedakan antara perempuan dan laki-laki. Hal tersebut dapat terjadi diakibatkan oleh subjek penelitian hanya dikategorikan sebagai anak sekolah.
16 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
Kesimpulan Jika dilihat dari kategori perilaku, Sebanyak 59% responden melakukan perilaku pencegahan DBD cukup baik, namun nilai mean masih rendah yaitu 5,80. Perilaku pencegahan yang paling banyak mereka lakukan adalah menggunakan losion anti nyamuk sebanyak 102 orang (89,5%).Pengetahuan responden mengenai DBD tinggi dengan presentase 67,5%. namun nilai median masih rendah yaitu 6,00. Sebagian besar responden telah mejawab dengan baik beberapa item pertanyaan, antara lain gejala DBD (78,1%), kepanjangan dari 3M (76,3%), tujuan 3M (79,8%), dan siapa saja yang dapat tertular DBD (98,2%).Sebesar 63% responden memiliki sikap positif terhadap demam berdarah. Paparan sumber informasi responden cukup dengan presentase 68,4%. Namun nilai median masih rendah yaitu 6,00. Sumber informasi yang paling banyak didapatkan oleh responden pada penelitian ini adalah televisi (90,4%), sedangkan sumber informasi lainnya yang banyak diterima siswa adalah dari orang tua (83,3%) dan guru (80,7%).Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan jenis kelamin dengan perilaku pencegahan DBD (nilai p=0.144).Ada hubungan yang signifikan sumber informasi dengan perilaku pencegahan DBD (nilai p=0.001). Responden yang memiliki paparan sumber informasi yang cukup lebih banyak yang melakukan perilaku pencegahan DBD cukup baik.
Saran Upaya peningkatan pengetahuan, sumber informasi dan perilaku mengenai demam berdarah perlu dilakukan pada siswa SD di Kebon baru, agar nilai mean dan median yang digunakan sebagai parameter meningkat. Rendahnya perilaku berdasarkan nilai mean di sebabkan oleh kurangnya paparan sumber informasi yang diperoleh siswa SD. Oleh karena itu penting sekali koordinasi antara guru, orang tua, dan UKS untuk mempromosikan perilaku pencegahan DBD sejak dini pada siswa SD. Salah satu cara yang dapat dilakukan sekolah adalah dengan lomba kelas bersih serta mengadakan piket PSN secara bergilir yang dipandu oleh guru.
Daftar Referensi 1.
2.
Agustiani, Neni. 2005. Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan index jentik DBD (Container Index) pada 8 kabupaten/kota di Indonesia. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Agustinawati, Krisna dwi. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) di Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan, [Tesis], Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas indonesia.
17 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15.
16. 17. 18. 19. 20.
21.
22. 23. 24. 25. 26. 27.
28.
29. 30.
Alport, G. W. 1935. Attitudes dalam buku Handbook for sosial psychology. C. Murchison Wolcester, Mass: Clare University Press. Anton, Sitio. 2008. Hubungan Perilaku tentang PSN dan Kebiasaan Keluarga Dengan Kejadian DBD di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan [Tesis], Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Azwar, S. 2009. Sikap Manusia; Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiarto, eko. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran. EGC: Jakarta Budiman, Riyanto Agus. 2013. Kapita selekta pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. B.F. Skinner. 1938. The Behavior of Organisms: An Experimental Analysis. Cambridge, Massachusetts: B.F. Skinner Foundation. Bloom, B. S. 1974. Taxonomi Of Educational Objective: Handbook Of Cognitife Domain. London: Logman Group LTD. Campbell. D. T and Russo, M; J. 2001. Sosial measurement. Thousand Oaks, CA: Sage. Collen, Konicki. 2005. Measurement In Health Behavor: Methods For Research And Education. San Fransisco: Jossey-Bass. Depkes RI. 2008. Tatalaksana demam berdarah dengue di indonesia. Jakarta: Dirjen PPM dan PL. Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 2012, Profil Kesehatan Profinsi DKI Jakarta. Jakarta: Dinas Kesehatan. Dwiputra, Anggara gilang. 2009. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Mengenai Vektor Demam Berdarah Dengue dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan di Paseban Barat Jakarta Pusat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Fathi., Keman, S., Wahyuni, C.U. 2005. Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No.2 1, Juli 2005: 110. Fathi, Keman. S, Wahyuni, C. V. 2005. Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah degue di kota mataram, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 2 no2.1. Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah: A survival Guide. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Hadinegoro, dkk. 2014. Pedoman Diagnosis Dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue Pada Anak. UKK Infeksi Dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia. ISBN: 978-979-8421-86. Hairil F et.al. 2003. A Knowledge, Attitude and Practices (KAP) Study on Dengue among Selected Rural Communities in the Kuala Kangsar District. Pacific Journal of Public Health, 37-43. 2003. Hayani A, dkk. 2006. Pengaruh Pelatihan Guru UKS Terhadap Efektivitas Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue Di Tingkat Sekolah Dasar, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. P2B2: Donggala. Hidayah, Ahmad Nur. 2009. Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Keluarga Tentang Pencegahan DBD Di Rw 09 Kelurahan Kramatpela Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan Tahun 2009. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan : Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Indah, dkk. 2011. Studi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat aceh dalam pencegahan demam berdarah dengue (AKP study on dengue prevention in aceh). Banda aceh: TDMRC-issn-2088-4532. Kasl, Stanislav & Sidney Cobb. 1966. Health Behavior, Illness Behaviorand Sick Role Behavior. Dalam Archives of Environmental Health, 12: 246-266. Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta: Kemenkes Kementrian Kesehatan RI. 2011. Atlas Vektor Penyakit Di Indonesia. Salatiga: Balai penelitian dan pengenbangan vektor dan reservoir penyakit. Khan. 2008. Research Methodology. APH Publishing corporation: New Delhi. Krianto, Tri. 2009. Tidak Semua Anak Sekolah Mengerti Demam Berdarah. Departemen Pendidikan Departemen Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia. Kusnadi, 2004, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Dalam Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Padang Barat Kota Padang, [Tesis], Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas indonesia. Koendraat. C. J. et al. 2008. Knowledge, Awarness, And Practice, Regarding Dengue Fever Among Adult Population Of Dengue. Hit Cosmopolitan: Plus one Lawrence W Green et al. 2005. Health Program Planning An Educational and Ecological Approach. McGraw-Hill Companies : New York.
18 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
31. Lestari, Keri. 2007. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Indonesia. Jatinangor: Universitas Padjadjaran. 32. Lubis, Ummi Muthia. 2011. Pengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Keluarga Di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur Kota Tanjung Balai Tahun2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. 33. Maulana, 2009. Promosi Kesehatan. EGC: Jakarta. 34. Mra’at. 1981. Sikap Manusia, Perunaham, Serta Pengukurannya. Bandung: Ghalia Indonesia. 35. Nadesul, Hendrawan. 2007. Cara mudah mengalahkan DBD. Jakarta: Kompas. 36. Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta 37. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. 38. Notoadmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset : Yogyakarta 39. Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: EGC 40. Putri, Indah sukmawati, 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan DBD Pada Murid SD Di Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 41. Rahmaditya; Suharto. 2011. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesma Tlogosari Wetan Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro. 42. Ratag, Budi; dkk. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Anak Di Irna E BLU RSUP Prof. DR. Kandou Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi. 43. Rohimat. 2001. Dalam Putri, Indah Sukmawati, 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan DBD Pada Murid SD Di Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 44. Rokeach, M. 1972. Beliefs, Attitude, And Values: A Theory Of Organization And Change. San Fransisco: Jossey-Bass. 45. Sarafino, Edward; Smith, Thimoty. 2011. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. United States Of America: R.R. Donnelley-Von Hoffman. 46. Sigarlaki, Herke. J.O. 2007. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Ibu Terhadap Penyekit Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia. 47. Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue: Dengue Haemorragic Fever. Jakarta: Sagung Seto. 48. Suhardiono. 2005. Sebuah Anlisis Faktor Resiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Helvetia Tengah. Medan. 49. Swarjana, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Andi Offset: Yogyakarta. 50. Torangeau Dan Rasinski. 1988. Dalam Collen, Konicki. 2005. Measurement In Health Behavor: Methods For Research And Education. San Fransisco: Jossey-Bass. 51. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penulatan, Pencegahan Dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga. 52. World Health Organization. 2011. Comprehensive Guidelines For Prevention And Control Of Dengue Haemorrhagic Fever Revised And Expended Edition. Seareo Publication Series: No 60 53. World Health Organization. 1999. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan Dan Pengendalian. Jakarta: EGC. 54. World Health Organization. 2009. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention And ControlNew Edition. WHO Library Cataloguing-In-Publication Data ISBN 978 92 4 154787 1. Di Unduh Pada Tanggal 12/08/2014. Pukul 09:45. 55. Zaeri. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung, [Tesis]. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 56. Menko Kesra. 2010. Jumlah Anak Yang Terkenan DBD Di Jakarta.
19 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
20 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015
21 Hubungan pengetahuan..., Puti Shabrina, FKM, 2015