HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh : Imba Wahyu Ginandra J 50011 0075
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA Yang diajukan Oleh :
ii
ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta Imba Wahyu Ginandra, Burhannudin Ichsan, Erika Diana Risanti Latar Belakang: Demam berdarah dengue merupakan penyakit akibat virus melalui perantara nyamuk yang penyebarannya sangat cepat dan merupakan salah satu contoh penyakit yang dapat menyebabkan kedaruratan kesehatan. Upaya promotif dan preventif melalui peningkatan kualitas pengetahuan dan perilaku kepala keluarga dapat menjadi alternatif karena mahalnya upaya kuratif dan rehabilitatif. Kurangnya pengetahuan dan buruknya perilaku pencegahan dapat menjadi permasalahan dalam pemberantasan demam berdarah dengue. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan demam berdarah dengue. Metode: Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 36 kepala keluarga yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan demam berdarah dengue digunakan uji Chi-square. Hasil: Sebagian besar kepala keluarga berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 23 orang (63,9 %) dan yang pengetahuannya rendah sebanyak 13 orang (36,1 %). Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p = 0,005. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan demam berdarah dengue di Desa Sendangmulyo Kabupaten Blora. Kata kunci: pengetahuan, perilaku, demam berdarah dengue.
ABSTRACT The Correlation between Patriarchs’ Knowledge Level with the Prevention Behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever in Sendangmulyo, Blora District. Medical Faculty Muhammadiyah University of Surakarta. Imba Wahyu Ginandra, Burhannudin Ichsan, Erika Diana Risanti Introduction: Dengue Hemorrhagic Fever is a disease caused by a virus through the intermediary of mosquitoes that spread very quickly and is one example of a disease that can cause public health emergencies. Promotive and preventive efforts through improving the quality of the knowledge and behaviour of the patriarchs can be an alternative since the expensiveness of curative and rehabilitative efforts. The lack of knowledge and poor prevention behaviour can be a problem in the eradication of Dengue Hemorrhagic Fever. Objective: This research aimed to know the correlation between patriarchs’ knowledge level and prevention behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever. Method: The design of this research is an analytic observational with a crosssectional approach. The total of respondents is thirty six (36) patriarchs who are chosen by using cluster random sampling technique. The researcher uses Chisquare test by SPSS 21 to find out the correlation between patriarchs’ knowledge level and prevention behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever. Result: The total of patriarchs who have high level of knowledge is twenty-three patriarchs (63. 9 %) and those who have poor level of knowledge are thirteen patriarchs (36. 1 %). The statistical analysis shows the value of p is 0. 005. Conclusion: There is a significant correlation between patriarchs’ knowledge level and the prevention behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever in Sendangmulyo, Blora. Key words: knowledge, behaviour, Dengue Hemorrhagic Fever.
PENDAHULUAN Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akibat virus dengue melalui perantara nyamuk yang penyebarannya paling cepat. Demam berdarah termasuk contoh penyakit yang dapat menyebabkan kedaruratan kesehatan. Penyakit DBD ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes Aegypti (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2012). Terdapat sekitar 2,5 miliar orang tinggal di negara endemik dan terjadi 50 juta infeksi virus dengue setiap tahunnya. DBD umumnya banyak ditemukan di daerah yang beriklim tropis dan subtropis seperti Asia Tenggara, diantaranya yaitu Indonesia (WHO, 2009). Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2012 ditemukan sejumlah 90.245 kasus dengan angka kematian 816 orang (Depkes RI, 2013). Angka kejadian DBD di Provinsi Jawa Tengah mencapai 19,29 per 100.000 penduduk di tahun 2012. Jumlah kasus di Kabupaten Blora mencapai 752 kejadian dengan angka kematian sebesar 12 orang (Dinkes Jateng, 2012). Permasalahan pada pengendalian penyakit DBD dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan serta perilaku dan sosialisasi pemerintah tentang upaya pengendalian DBD (Bahtiar, 2012). Upaya pencegahan DBD melalui peningkatan kualitas pengetahuan masyarakat tentang cara penyebaran dan pemberantasan penyakit DBD melalui upaya promotif dan preventif bisa menjadi jalan alternatif. Sementara itu, upaya kuratif dan rehabilitatif membutuhkan waktu yang lebih lama, biaya yang cenderung lebih mahal, dan masyarakat yang bergantung pada upaya pemerintah (Waris & Yuana, 2013). Menurut
KEPMENKES
No
581/MENKES/SK/VII/1992
tentang
Kebijakan Nasional pengendalian DBD, pemberantasan DBD dapat dilakukan melalui peningkatan ilmu pengetahuan serta peningkatan perilaku hidup sehat dan kemandirian dalam pengendalian DBD. Beragamnya tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dapat menjadi penghambat tindakan pengendalian DBD (Depkes, 2011).
Pengetahuan ditujukan untuk mengetahui cara pencegahan, gejala dan tanda, serta penanganan penyakit DBD agar keluarga dan dirinya sendiri tidak terjangkit
DBD.
Pengetahuan
seseorang
tentang
kesehatan
dapat
mempengaruhi perilaku kesehatannya sebagai hasil dari intermediate impact, yang selanjutnya akan meningkatkan indikator kesehatan (Farida & Anugerahwati, 2012). Faktor lain yang lebih penting dalam pemberantasan penyakit DBD adalah perilaku pencegahan DBD dalam masyarakat itu sendiri. Perilaku muncul sebagai wujud dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Menurut Lefcourt (1982), pengendalian perilaku kesehatan pada seseorang berkaitan dengan informasi yang dimilikinya atau dalam hal ini disebut sebagai pengetahuan (Chotidjah, 2012). Menurut studi yang dilakukan oleh Indah et al (2011) tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat Aceh dalam pencegahan DBD menunjukakan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan perilaku pencegahan DBD dengan nilai p = 0,000 (Indah et al, 2011). Fungsi pengetahuan sebagai wujud perilaku pencegahan DBD dalam masyarakat bisa dinilai dari lingkungan yang lebih sederhana yaitu keluarga, terutama kepala keluarga. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 menyebutkan fungsi keluarga termasuk kepala keluarga di dalamnya mempunyai fungsi dalam pembinaan lingkungan, yaitu mengelola kehidupan keluarga dengan tetap memelihara lingkungan sekitarnya (Puspitawati, 2012). METODE PENELITIAN Rancangan
penelitian
ini
adalah
analitik
observasional
dengan
pendekatan cross sectional. Survei cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada waktu saja (Notoatmojo, 2010). Tempat penelitian ini adalah Desa Sendangmulyo Kabupaten Blora, penelitian diselesaikan pada bulan Desember 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang bertempat tinggal di Desa Sendangmulyo Kabupaten Blora. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga dari total populasi yang tinggal di Desa Sendangmulyo Kabupaten Blora yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel yang dipilih adalah 36 sampel. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah pengambilan sampel secara kelompok (cluster random sampling), yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan unit geografis, unit organisasi, dan sebagainya, kemudian mengambil sampel dari kelompok tersebut (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini antara lain variabel bebas yaitu pengetahuan kepala keluarga tentang demam berdarah dengue dan variabel terikat yaitu perilaku pencegahan demam berdarah dengue. Data diperoleh dari sampel dengan penilaian langsung dari hasil jawaban pada kuesioner pengetahuan dan perilaku yang telah dijawab responden. Analisis data yang digunakan adalah uji Chi square. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden a. Umur Kepala Keluarga Tabel 1 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Umur 20 – 29 tahun 30 – 49 tahun 50 – 60 tahun Total
Frekuensi 2 29 5 36
Presentase (%) 5,6 80,6 13,9 100,0
Berdasarkan hasil analisis distribusi usia kepala keluarga yang ditampilkan pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden didominasi oleh kelompok umur 30-49 tahun yaitu sebanyak 29 kepala keluarga (80,6 %). Kepala keluarga dengan kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 2 orang (5,6 %), sedangkan pada kelompok umur 50 – 60 tahun terdapat 5 kepala keluarga (13,9 %).
b. Pendidikan Kepala Keluarga Tabel 2 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Tingkat Pendidikan Tamat SD SMP SMA Akademi/Perguruan Tinggi Total
Frekuensi 17 13 3 3 36
Presentase (%) 47,2 36,1 8,3 8,3 100,0
Berdasarkan hasil analisis distribusi pendidikan kepala keluarga pada tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan tamatan SD dengan jumlah sebanyak 17 orang (47,2 %), kemudian diikuti sebanyak 13 kepala keluarga (36,1 %) yang
lulus SMP.
Sedangkan untuk kepala keluarga yang berpendidikan SMA sebanyak 3 orang (8,3 % ) dan lulus Akademi atau Perguruan Tinggi juga sebanyak 3 orang (8,3 %). c. Pekerjaan Kepala Keluarga Tabel 3 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Petani Swasta PNS Total
Frekuensi 21 12 3 36
Presentase (%) 58,3 33,3 8,3 100,0
Berdasarkan hasil analisis distribusi jenis pekerjaan kepala keluarga pada tabel 3 didapatkan bahwa pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan yang paling banyak ditekuni, yaitu sebanyak 21 orang (58,3 %). Kepala keluarga dengan pekerjaan swasta sebanyak 12 orang (33,3 %), serta pekerjaan sebagai PNS sebanyak 3 orang (8,3 %).
d. Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Demam Berdarah Dengue Tabel 4 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue Tingkat Pengetahuan Rendah Tinggi Total
Frekuensi 13 23 36
Presentase (%) 36,1 63,9 100,0
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan kepala keluarga pada tabel 4,
menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga
sudah berpengetahuan baik, yaitu sebanyak 23 orang (63,9 %). Sedangkan untuk kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 13 orang (36,1 %). e. Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Kepala Keluarga Tabel 5 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Perilaku Tidak Baik Baik Total
Frekuensi 14 22 36
Presentase (%) 38,9 61,1 100,0
Berdasarkan hasil penelitan perilaku pencegahan DBD oleh kepala keluarga pada tabel 5, didapatkan bahwa kepala keluarga dengan perilaku pencegahan yang baik sebanyak 22 orang (61,1 %) dan yang berperilaku tidak baik dalam pencegahan sebanyak 14 orang (38,9 %). 2. Analisis Bivariat Tabel 6 : Hasil Uji Chi Square Tingkat Pengetahuan
Perilaku Pencegahan
Rendah
Tidak Baik % N 9 69,2
Baik N % 4 30,8
Total N % 13 100
Tinggi
5
21,7
18
78,3
23
100
Total
14
38,9
22
61,1
36
100
(P)
0,005
Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil uji statistik Chi square menggunakan program SPSS 21 didapatkan nilai probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,005. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan DBD di desa Sendangmulyo, kecamatan Ngawen, Blora. Hasil uji Chisquare menunjukkan bahwa dari 36 responden didapatkan 18 orang (78,3 %) kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan baik memiliki tindakan yang baik dalam pencegahan DBD. Kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan rendah akan tetapi perilaku pencegahannya baik ditemukan sebanyak 4 orang (30,8 %). PEMBAHASAN Penelitian yang melibatkan 36 kepala keluarga sebagai responden ini menunjukkan hasil bahwa kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan tinggi sebagian besar besar juga berperilaku baik dalam pencegahan DBD yaitu sebanyak 18 orang (78,3 %), sementara kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan tinggi tetapi perilakunya dalam pencegahan DBD tidak baik hanya berjumlah 5 orang (21,7 %). Kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan rendah dan berperilaku tidak baik dalam pencegahan DBD didapatkan sejumlah 9 orang (69,2 %), sedangkan untuk kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan rendah tetapi berperilaku baik hanya berjumlah 4 orang (30,8 %). Menurut Notoatmodjo (2007), Sebelum beperilaku terutama dalam menghadapi perilaku baru, seseorang harus lebih dulu mengethaui manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya (Notoatmodjo, 2007). Hasil dari analisis data menggunakan uji Chi square menunjukkan nilai p sebesar 0,005 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kepala keluarga tentang DBD dengan perilaku pencegahan DBD. Hasil tersebut sesuai dengan tingkat pengetahuan kepala keluarga yang tinggi disertai dengan perilaku pencegahan DBD yang baik pula. Pengetahuan merupakan salah satu penentu perilaku kesehatan yang timbul dari seseorang atau masyarakat disamping tradisi, kepercayaan, sikap,
dan sebagainya. Ketersediaan fasilitas serta perilaku dan sikap para petugas kesehatan juga berperan dalam mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Pengetahuan menurut teori Lawrence Green digolongkan sebagai faktor predisposisi bersama dengan keyakinan, sikap, kepercayaan, dan nilainilai. Sedangkan ketersediaan fasilitas dapat dikategorikan sebagai faktor pendukung dan perilaku serta sikap petugas kesehatan sebagai faktor pendorong. Ketiga faktor inilah yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Perilaku seseorang juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Besarnya pengaruh faktor lingkungan yang terkadang melebihi karakteristik individu itu sendiri dapat menentukan perilaku yang ditimbulkannya. Hal ini terjadi karena nilai-nilai, motif, sikap, serta sifat kepribadian saling berinteraksi satu sama lain dan selanjutnya juga berinteraksi dengan faktor lingkungan. Manusia memiliki karakteristik reaksi perilaku yang menarik, salah satunya yaitu sifat diferensialnya. Artinya bahwa, satu stimulus yang diterima seseorang dapat menghasilkan tanggapan-tanggapan yang berbeda, ataupun sebaliknya jika seseorang menerima banyak stimulus yang berbeda dapat menimbulkan satu tanggapan yang sama. Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Brehm dan Kassin yang dikutip oleh Azwar (2013), menjelaskan secara sederhana bahwa suatu tindakan akan dilakukan oleh seseorang apabila tindakan tersebut dianggapnya positif dan ingin agar orang lain melakukan hal yang sama (Azwar, 2013). Sebagian besar tingkat pendidikan kepala keluarga yang menjadi responden hanya tamat SD yaitu sebanyak 17 orang (47,2 %), akan tetapi sebanyak 63,9 % kepala keluarga memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dalam
mengetahui
gejala,
penyebab,
upaya
pertolongan,
tempat
perkembangbiakan nyamuk Ae. Aegypti, pencegahan serta pemberantasan penyakit DBD. Umumnya semakin rendah tingkat pendidikan akan dapat menghambat berkembangnya sikap seseorang dalam menerima informasi dan nilai-nilai baru yang didapatkannya sehingga dapat berpengaruh pada perilaku sesorang dalam pecegahan DBD (Harmani & Hamal, 2013). Fakta
yang terjadi dari hasil penelitian ini dapat disebabkan karena sebagian besar kepala keluarga mengaku telah mendapatkan informasi mengenai DBD yang jelas melalui kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta informasi dari media elektronik seperti televisi dan radio. Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan DBD dengan nilai p sebesar 0,005. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah et al (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan DBD (Indah et al, 2011). Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ayudhya et al (2014), didapatkan nilai p value = 0,042 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dan tindakan pecegahan DBD (Ayudhya et al, 2014). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora dan pembahasan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan demam berdarah dengue. DAFTAR PUSTAKA Anugerahwati, N., Farida, I., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penyakit DHF dengan Prevalensi DHF. Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya. Vol. 3, No. 2:67-77 Ayudhya, P., Ottay, R.I., Kaunang, W.P.J., Kandou, G.D., Pandelaki, A.J., 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penyakit Demam Berdarah dengan Pencegahan Vektor di Kelurahan Malalayang 1 Barat Kota Manado. Jurnal Kedokteran Tropik. Vol. 2, No. 1:9-13 Azwar, S., 2013. Sikap Manusia : Teori dan Pegukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bahtiar, Y., 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tokoh Masyarakat dengan Perannya dalam Pengendalian Demam Berdarah di Wilayah Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya. Aspirator. Vol. 4, No. 2:73-84
Chotidjah, S., 2012. Pengetahuan Tentang Rokok. Pusat Kendali Eksternal dan Perilaku Merokok. Makara. Vol. 16, No. 1:49-56 Depkes
RI 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. http://depkes.go.id /index.php?vw=2&pg=vwSecPublikasiData. Diakses pada tanggal 6 Mei 2014.
Dinkes
Jateng 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. www.depkes.go.id/downloads/RE%20Jateng%20%2020%20Feb%.2013. pdf. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014
Harmani, N., Hamal, D.K., 2013. Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan Perilaku Pencegahan Penyakit DBD di Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Tahun 2013. http://lemlit.uhamka.ac.id/files/dbd.pdf. Diakses pada tanggal 12 Januari 2015. Indah, R., Dahlia , Hermawati, D., 2011. Studi Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Aceh dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Prosiding Seminar Hasil Kebencanaan TDMRC Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. http://www.tdmrc.org/id/wp-content/uploads/2011/04/3439_studi _pengetahuan_sikap.pdf. Diakses pada tanggal 30 November 2014. Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. , S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. , S., 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Puspitawati, H., et al., 2013. Fungsi Keluarga, Pembagian Peran dan Kemitraan Gender dalam Keluarga. ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/kemitraan_gender. pdf. Diakses pada tanggal 28 Mei 2014. Waris, L., Yuana, W.T., 2013. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat terhadap Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang. Vol. 4, No. 3:144-49 WHO 2009. Dengue Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871. eng.pdf?ua=1. Diakses pada tanggal 6 Mei 2014.