GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) DI KELURAHAN PULUBALA KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Fadlun Lapaleo. 841409036. Skripsi, Program Studi Keperawatan, Fakultas IlmuIlmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Rini Fahriani Zees dan Pembimbing II Nanang R Paramata. Abstrak Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Distribusi penderita DBD di kota Gorontalo setiap tahunnya meningkat. Distribusi penderita DBD pada periode Januari - Desember 2012 dari 7 kecamatan yang berada di Gorontalo tertinggi di Kecamatan Kota Tengah khusunya di Kelurahan Pulubala sebanyak 7 penderita (Dinkes Kota Gorontalo, 2012). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan demam berdarah dengue di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah kepala keluarga di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah. Jumlah sampel minimal yang harus dicapai adalah sebanyak 131 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Proportional Sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan demam berdarah dengue dalam kategori baik sebanyak 35 orang (26.7 %), dalam kategori cukup sebanyak 64 orang (48.9 %), dan untuk kategori kurang sebanyak 32 orang (24.4 %). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan demam berdarah dengue di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah berada dalam kategori cukup baik. Diharapkan pemerintah dalam hal ini dapat lebih mengoptimalkan tenaga keperawatan yang berkerja di puskesmas untuk melakukan penyuluhan tentang perawatan DBD Kata Kunci : Pengetahuan, Perawatan, Demam Berdarah Dengue
1
2
I. PENDAHULUAN
Masalah Kesehatan dunia semakin bertambah kompleks dengan munculnya berbagai macam penyakit menular. DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang, mengakibatkan kesakitan dan kematian, terutama pada anak-anak, dan juga dapat menjadi suatu wabah bahkan Kejadian Luar Biasa (KLB) (Soegijanto, 2006: 39). Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di dalam Program Kesehatan Indonesia Sehat 2010, dinyatakan bahwa tiga penyakit utama yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia adalah HIV, malaria, dan DBD (Depkes RI 2005). Kasus DBD secara nasional tahun 2008 adalah 137.469 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.187 penderita (case fatility rate sebesar 0.86 %), tahun 2009 sebanyak 158.192 kasus dengan jumlah kematian 1.420 (case fatility rate 0.89 %) penderita (IR 68.22/100.000), pada tahun 2010 sebanyak 95.126 kasus dengan jumlah kematian 879 (case fatility rate 0.78 %) penderita (IR 36.57/100.000) sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 65.432 kasus dengan jumlah kematian 595 (case fatility rate 0.91 %) penderita (IR 27.57/100.000) (DepKes RI, 2012).
Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Gorontalo tahun 2008 sebanyak 172 penderita (IR 18.2/100.000) dengan jumlah kematian sebanyak 4 penderita (case fatility rate 2.33%), tahun 2009 sebanyak 109 penderita (IR 11.00/100.000) dengan 2 kematian (CFR 1.83%) , tahun 2010 sebanyak 467 penderita (IR 46.1/100.000) dengan jumlah kematian 8 penderita (CFR 1.70%) tahun 2011 sebanyak 23 penderita (IR 2.27/100.000) jumlah kematian 2 (CFR 8.69 %), tahun 2012 sebanyak 212 penderita (IR 20.9/100.000) dengan jumlah kematian 5 penderita (CFR 2.35 %) (Dinkes Provinsi Gorontalo, 2012). II. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang menjadi pilihan peneliti yaitu kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yang dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2013. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif. Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi dalam suatu populasi tertentu. Sampel Teknik sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik Proporsional Sampling, didapatkan sebanyak 131 KK sebagai responden. Analisa Data Data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat
3
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berikut adalah data hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah dengan 131 KK sebagai responden Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 ditunjukan bahwa sebagian besar responden berumur 46-55 tahun dengan jumlah responden 45 responden yang terdiri dari 31 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang perawatan DBD. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah
Gambar 4.1 menunjukan sebagian besar responden berumur 46-55 tahun sebanyak 45 responden (34.4 %), dan sebagian kecil berumur > 65 tahun sebanyak 1 orang responden (0.8 %). Distribusi Proporsi Pengetahuan Berdasarkan Umur Responden Tentang Perawatan DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Tingkat Pengetahuan Total Umur
17-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun 56-65 Tahun >65 Tahun Total
Kurang
Cukup
Baik
n
%
n
%
n
%
n
4
66.7
1
16.7
1
16.7
6
5
21.7
11
47.8
7
30.4
23
13
29.5
16
36.4
15
34.1
44
6
13.3
31
68.9
8
17.8
45
3
25.0
5
41.7
4
33.3
12
1
100
0
0
0
0
1
32
24.4
64
48.9
35
26.7
131
%
Gambar 4.3 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan setingkat SMU yaitu sebanyak 54 orang responden atau sebesar 41.2 %
100 100 100
Distribusi Proporsi Pengetahuan berdasarkan Pendidikan Responden Tentang Perawatan DBD .
100 100 100 100
Tingkat Pengetahuan Pendidik an SD
Total
Kurang
Cukup
Baik
n
%
n
%
n
%
n
%
6
42.9
6
42.9
2
14.3
14
100
4
SLTP
7
33.3
12
57.1
2
9.5
21
100
SMU
11
20.4
24
44.4
19
35.2
54
100
Akademi Sarjana
2
24.0
9
52.0
6
24.0
17
6
24.4
13
48.9
6
26.7
25
100 100
32
24.4
64
48.9
35
26.7
13 1
Total
reponden (85.5 %) pengertian DBD.
yang mengetahui
100
Pengetahuan Responden Penyebab DBD 120 100 80 60 40 20 0
Penyebab DBD 86.3
13.7
Salah
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.4 ditunjukan bahwa sebagian besar responden berasal dari tingkat pendidikan SMU dengan jumlah responden 54 responden yang terdiri dari 24 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang perawatan DBD. Pengetahuan Responden Pengertian DBD
Responden
Benar
Gambar 4.6 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang penyebab DBD. Hal ini ditunjukan sebanyak 113 responden (86.3 %) responden yang mengetahui penyebab DBD.
Tentang Pengetahuan Responden Tanda Dan Gejala DBD
Pengertian DBD
150
Tentang
Tentang
Tanda dan Gejala DBD
85.5
100 14.5
Responden
50 0
Salah
Benar
120 100 80 60 40 20 0
68.7
31.3
Salah
Gambar 4.5 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengettahuan yang baik tentang pengertian DBD. Hal ini ditunjukan sebanyak 112
Responden
Benar
Gambar 4.7 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat
5
pengetahuan yang cukup tentang tanda dan gejala DBD. Hal ini ditunjukan Sebanyak 90 responden (68.7 %) yang mengetahui tanda dan gejala DBD.
Pengetahuan Responden Tentang Cara Perawatan DBD
Cara Perawatan DBD 53.8
75 70 65 60 55 50
46.2
Responden
Salah
Benar
Gambar 4.8 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang cara perawatan DBD. Hal ini ditunjukan sebanyak 71 responden (53.8 %) responden yang mengetahui cara perawatan DBD. Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan DBD 80 60 40
Baik
20
Cukup
0
Kurang
KATEGORI HASIL
Berdasarkan Gambar 4.9 frekuensi responden mengenai tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan DBD, sebesar 32 responden (24.4 %) mempunyai tingkat pengetahuan kurang, 64 responden (48.9 %) mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan 35 responden yang mempunyai tingkat pengetahun yang baik. Pembahasan Penelitian ini seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit DBD. Penelitian ini dilaksanakan selama Bulan Mei 2013 di daerah RW 06 Kelurahan Pulubala dengan pengumpulan data menggunakan kuisioner yang dilakukan oleh peneliti kepada 131 responden. Menurut Bloom (dalam Notoadmodjo, 2012) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengetahuan keluarga tentang cara perawatan DBD. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan DBD sebanyak 32 responden (24.4 %) mempunyai tingkat pengetahuan kurang, 64 responden (48.9 %) mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan 35 responden yang mempunyai tingkat pengetahun yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 64 responden (48.9%) Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden yang berada di
6
Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah memperoleh informasi dari media elektronik karena hampir seluruh responden mempunyai televisi, tetapi ada juga sebagian responden mendapat informasi dari media cetak, namun tidak ada penyuluhan secara langsung oleh tenaga kesehatan tentang DBD dan perawatannya. Oleh sebab itu, pengetahuan responden tentang perawatan DBD masih kurang. Hal ini juga dapat dilihat dari pengetahuan responden mengenai pengertian DBD sebanyak 112 responden, penyebab DBD sebanyak113 responden, tanda dan gejala sebanyak 90 responden, dan cara perawatan DBD sebanyak 71 responden. Selain itu, dari hasil pengetahuan responden tentang cara perawatan DBD, dimana dari seluruh responden sebanyak 131 responden, hanya ada 71 responden yang mengetahui cara perawatan DBD dengan tindakan observasi maupun mandiri. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan keluarga tentang cara perawatan DBD masih kurang, hal ini dilihat dari hasil penelitian masih banyak keluarga yang belum mengetahui cara perawatan DBD dan dilihat dari jawaban responden tentang cara perawatan DBD masih banyak yang salah mengenai tindakan observasi dan mandiri pada tanda dan gejala awal DBD khususnya muntah dan kurang nafsu makan. Sebagian responden menjawab untuk tindakan awal pada muntah dan untuk tindakan lain yang dilakukan jika muncul tanda dan gejala kurang nafsu makan adalah di perbanyak istirahat, sedangkan menurut Sardjana : 2007 (dalam Ahmad 2009), dikatakan bahwa tindakan awal untuk tanda dan gejala seperti muntah adalah beri banyak
minum dan untuk tindakan lain yang dilakukan jika muncul tanda dan gejala kurang nafsu makan adalah bantu untuk kebersihan mulut. Hasil analisis lain didukung oleh umur responden. Dari hasil penelitian berdasarkan gambar 4.1 ditunjukan bahwa distribusi frekuensi responden menurut umur, didapatkan umur terbanyak adalah lansia awal,. Dikatakan lansia awal berumur 46-55 tahun (Depkes RI, 2009). Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. (Nursalam, 2008). Peneliti berasumsi bahwa umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik, namun pada penelitian ini sebagian besar responden berumur 46-55 tahun sehingga mengalami penurunan fisik, biologis dan psikologi, hal ini mempengaruhi daya tangkap dan pola pikirnya sehingga dari hasil penelitian didapatkan untuk pengetahuan responden tentang perawatan DBD adalah cukup. Hal tersebut dapat dilihat dari distribusi proporsi pengetahuan berdasarkan umur responden tentang perawatan DBD di kelurahan pulubala kecamatan kota tengah pada tabel 4.1 dan gambar 4.8 bahwa sebagian besar responden berumur 46-55 tahun yang terdiri dari 31 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang perawatan DBD. Selain itu, hasil analisis juga dipengaruhi oleh pendidikan responden. Berdasarkan hasil penelitian dimana sebagian besar responden berpendidikan SMU yaitu sebanyak 54 orang responden. Proporsi pengetahuan responden
7
berdasarkan tingkat pendidikan dengan perawatan DBD di kelurahan pulubala kecamatan kota tengah, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMU yang terdiri dari 24 responden memiliki tingkat pengetahuan cukup. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah masih cukup. Peneliti bersumsi bahwa pengetahuan masyarakat tentang perawatan DBD untuk tingkat pendidikan khususnya SMU masih kurang, karena pada pendidikan SMU biasanya untuk pengetahuan tentang penyakit masih diajarkan secara umum. Sehingga upaya peningkatan pendidikan masyarakat harus terus ditingkatkan khusunya dalam perawatan DBD. Baderudin (2002) menyatakan secara umum seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi biasanya akan lebih mudah memahami tentang penyakit karena mereka lebih mudah memahami informasi tentang suatu hal termasuk tentang perawatan penyakit. Muzaham (2000) menyatakan bahwa pendidikan formal pada dasarnya akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berpikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah hidup terutama yang berkaitan dengan penyakit DBD. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan diikuti oleh semakin tingginya tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang. Hasil penelitian lainnya mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue (DBD) di desa lemah ireng kecamatan karangmalang kabupaten sragen menunjukan sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 19 responden. Hal ini didukung oleh sumber informasi baik dari media cetak, atau
media elektronik sekaligus adanya penyuluhan secara langsung oleh tenaga kesehatan di wilayah tersebut. Peneliti berpendapat bahwa tingginya keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup di sebabkan karena pemerintah dalam hal ini adalah Depkes RI melakukan sosialisasi informasi tentang DBD berupa penyuluhan melalui media cetak dan media elektronik. Namun di Kelurahan tersebut tidak melakukan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, sehingga informasi mengenai perawatan DBD yang didapatkan keluarga masih kurang. WHO dalam (Notoadmodjo, 2003) mengatakan bahwa pendekatan edukasi berupa pendidikan kesehatan akan lebih tepat bila digunakan untuk pembinaan dan peningkatan kesehatan di dalam keluarga karena dapat meningkatkan pengetahuan dan menimbulkan kesadaran tentang kesehatannya serta perubahan yang dicapai dapat bertahan lebih lama. Tingginya tingkat pengetahuan keluarga tentang DBD juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Tingkat pengetahuan keluarga yang tinggi tentang DBD dan perawatannya akan sangat mempengaruhi tugas kesehatan yang dimiliki oleh keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan yang ada didalam keluarga. Dengan tingkat pengetahuan yang tinggi diharapkan keluarga mampu mengenali dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga. Kesadaran akan tumbuh pada tiap anggota keluarga untuk melakukan tindakan perawatan terhadap DBD jika keluarga sudah dapat mengenal masalah kesehatan yang berhubungan dengan DBD (Wahit, 2006).
8
Dengan demikian diharapkan pemerintah dalam hal ini dapat lebih mengoptimalkan tenaga keperawatan yang berkerja di puskesmas untu melakukan penyuluhan tentang perawatan DBD dan kunjungan rumah sekaligus penerapan asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan keluarga. Hal ini berfungsi untuk lebih meningkatkan pengetahuan keluarga tentang tindakan observasi dan tidakan mandiri tentang perawatan DBD sehingga kasus-kasus penyakit subtropis seperti DBD dapat ditanggulangi. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah Pengetahuan responden tentang Perawatan DBD di RW 6 Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah adalah cukup. Hal ini ditunjukan sebesar 48.9 % responden yang mengetahui Perawatan DBD. Dapat dilihat dari hasil pengetahuan responden tentang pengertian DBD dominan baik. Hal ini ditunjukan sebesar 85.5 % responden yang mengetahui pengertian DBD, pengetahuan responden tentang penyebab DBD dominan baik. Hal ini ditunjukan sebesar 86.3 % responden yang mengetahui penyebab DBD. Selain itu dilihat pula dari pengetahuan responden tentang tanda dan gejala DBD dominan cukup. Hal ini ditunjukan sebesar 68.7 % responden yang mengetahui Tanda dan gejala DBD. Dan dilihat dari pengetahuan responden tentang Cara perawatan DBD di RW 6 Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah dominan kurang. Hal ini ditunjukan
sebesar 53.8 % responden yang mengetahui cara perawatan DBD. Dengan melihat jumlah persentasi dari hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa seseorang dapat mengetahui tentang perawatan DBD jika dia mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan cara perawatan DBD itu sendiri. Saran 1. Keluarga Dalam upaya perawatan penyakit DBD, partisipasi keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat sangat diperlukan. Untuk itu diharapkan masing-masing keluarga dapat secara tanggap dan aktif dalam melihat atau mengenali penyakit DBD di lingkungan keluarganya. 2. Puskesmas Kelurahan Pulubala Puskesmas diharapkan membuat suatu kebijakan baru terkait dengan perawatan DBD secara mandiri dan mengoptimalkan kembali program yang sudah dibuat berupa penyuluhan kesehatan dan penyebaran panflet atau poster tentang penyakit DBD 3. Bagi Peneliti Lain Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam dengan menggunakan penelitian kualitatif untuk menggali lebih dalam cara perawatan DBD di dalam keluarga pada khususnya dan di masyarakat pada umunya.
9