HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SKRIPSI
Oleh : INDAH MULYANI H24104009
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRAK Indah Mulyani. H24104009. Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem MayorMinor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Sjafri Mangkuprawira dan Siti Rahmawati. Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi terbesar di Indonesia, oleh karena itu IPB memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk SDM yang berkualitas. Sumber daya manusia berkualitas dapat terbentuk melalui jalur pendidikan yang berkualitas pula. Hal ini mendorong IPB untuk menyusun kurikulum sistem mayor-minor yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor, (2) Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diterapkan di Institut Pertanian Bogor, (3) Menganalisis hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diteliti adalah perkuliahan mayor, pemilihan minor atau Supporting Course yang mendukung pemahaman mayor dan praktikum sebagai penunjang mayor. Ketiga komponen tersebut kemudian dihubungkan dengan indikator prestasi belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Gambaran tentang penerapan mayor-minor di IPB diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor meliputi penerapan mayor-mayor, mayor-minor, mayor-minor dan Supporting Course, serta mayor dan Supporting Course. Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor dinilai positif oleh mahasiswa namun dalam penerapannya dirasakan masih perlu dilakukan perbaikan terutama pada aspek pengaturan jadwal, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang kelas, sistem teknologi informasi dan fasilitas penunjang lainnya. Persepsi mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem mayor-minor secara keseluruhan memiliki hubungan yang positif dengan peningkatan pengetahuan, sikap pada penguasaan mayor dan pemilihan minor, serta keterampilan pada penguasaan mayor dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang. Hal ini berarti penerapan mayor-minor oleh Institut Pertanian Bogor baru dapat memfasilitasi mahasiswa secara optimal pada peningkatan pengetahuan dan belum optimal dalam memfasilitasi mahasiswa pada peningkatan sikap dan keterampilan yang sesuai dengan disiplin ilmu.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh : INDAH MULYANI H24104009
Menyetujui, Januari 2009
Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira Dosen Pembimbing I
Dra. Siti Rahmawati, M. Pd Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal ujian : 30 Desember 2008
Tanggal lulus:
HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh Indah Mulyani H24104009
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Indah Mulyani, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Lukman (Alm) dan Ibu Indah Hartika. Pada tahun 1998 penulis telah menyelesaikan masa studinya di SDN Cilebut V, kemudian pada tahun 2001 menyelesaikan studi di SLTPN 11 Bogor. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMUN 6 Bogor. Penulis melanjutkan studinya ke tingkat perguruan tinggi dengan mengambil jenjang Strata satu (S1) dengan program studi Manajemen, Departemen Manajemen di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis pernah menerima penghargaan sebagai anak karyawan berprestasi sejak tahun 1992-2004 karena menduduki peringkat 3 besar selama menjalani studi pada tingkat SD, SMP sampai tingkat SMU. Pada tahun 2007, penulis mendapat penghargaan sebagai finalis lomba simulasi bisnis tingkat IPB. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam forum alumni SMUN 6 dan lembaga da’wah fakultas (FORMASI), serta Sharia Economic Student Club (SES-C) sebagai sekretaris divisi. Penulis aktif dalam ketiga organisasi tersebut sampai tahun 2008. Selain pengalaman dalam organisasi kemahasiswaan penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2006.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Segala Puji bagi Allah SWT, Rabb yang telah mencurahkan Rahmat, Karunia, Nikmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul “Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Institut Pertanian Bogor”. Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira selaku dosen pembimbing I atas segala bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan dalam penulisan skripsi ini. 2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M. Pd. selaku dosen pembimbing II atas segala bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Anggraini Sukmawati, S. Pt, MM selaku dosen penguji atas .saran dalam perbaikan skripsi ini. 4. Kedua orang tua, kedua kakakku dan adikku atas segala do’a dan dukungannya. 5. Direktorat AJMP yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian. 6. Bagian SDM IPB dan Kantor Pelayanan Hukum IPB yang telah membantu melengkapi data dalam skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat Manajemen 41 atas dukungan semangat, bantuan, saran dan kebersamaannya selama ini. Semoga tali silaturahmi tetap terjaga. 8. Sahabat-sahabat angkatan 42 IPB yang telah bersedia membantu dalam melengkapi data penelitian. 9. Segenap pihak yang telah membantu dan memberikan sarannya selama penelitian dan dalam penulisan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat. Bogor, Januari 2009 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSRAK RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................
1 4 5 5 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kurikulum ................................................................................. 2.2. Kurikulum Berbasis Kompetensi .............................................. 2.3. Kurikulum Sistem Mayor Minor ................................................ 2.4. Belajar ....................................................................................... 2.4.1. Jenis-jenis Belajar .......................................................... 2.4.2. Prestasi dalam Belajar. ..................................................... 2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................
7 7 10 11 12 16 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ............................................. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 3.2. Hipotesis ...................................................................................
20 21 23
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 4.3. Metode Pengambilan Sampel ................................................... 4.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 4.5. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ............................ 4.5.1. Uji Validitas ................................................................... 4.5.2. Uji Reliabilitas ............................................................... 4.5.3. Korelasi Rank Spearman ................................................ 4.5.4. Analisis Deskriptif .........................................................
25 25 25 26 27 27 28 29 31
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Profil Institut Pertanian Bogor ................................................. 5.1.1. Visi, Misi, Tujuan dan Kebijakan Mutu ........................ 5.1.2. Standar Mutu Pendidikan IPB ........................................ 5.1.3. Sarana Penunjang Pendidikan ........................................ 5.1.4. Lembaga Kemahasiswaan .............................................. 5.2. Pelaksanaan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor .......................................................................... 5.3. Karakteristik Responden .......................................................... 5.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .................................. 5.5. Analisis Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor.......................................................................... 5.6. Persepsi Mahasiswa terhadap Prestasi Belajar ........................... 5.7. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa ..........................................
32 34 36 38 41 41 43 44 45 49 51
VI. IMPLIKASI MANAJERIAL .........................................................
55
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ................................................................................. 2. Saran ............................................................................................
59 59
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
61
LAMPIRAN .............................................................................................
62
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. 2. 3. 4. 5.
26 27 43 45
Sebaran Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Fakultas ........... Nilai Skor Rataan .............................................................................. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................... Klasifikasi Tabel Alpha George ........................................................ Persepsi Mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem MayorMinor ................................................................................................. 6. Kendala dalam Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor............ 7. Persepsi Mahasiswa terhadap Pengetahuan Mayor........................... 8. Persepsi Responden terhadap Sikap Mayor ...................................... 9. Persepsi Responden terhadap Keterampilan Mayor ....................... 10. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Pengetahuan Mayor ........................................................................... 11. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Sikap Mayor ...................................................................................... 12. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Keterampilan Mayor ......................................................................... 13. Rekap Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Mayor ..................... 14. Kendala dalam Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor............
45 46 49 50 51 52 52 53 55 56
DAFTAR GAMBAR
No 1. Kerangka Pemikiran Konseptual ..................................................... 2. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................
Halaman 21 23
DAFTAR LAMPIRAN
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Halaman Struktur Organisasi IPB ................................................................ Kuesioner Penelitian .................................................................... Data Uji Validitas .......................................................................... Data Uji Reliabilitas ...................................................................... Data Korelasi Rank Spearman ...................................................... Surat Keputusan Rektor Institut Pertanian Bogor ......................... Daftar Fakultas, Mayor dan Departemen Pengampu IPB ............. Sebaran Responden (Mahasiswa) Berdasarkan Mayor yang Dipilih Sebaran Responden (Mahasiswa) Berdasarkan Minor dan atau SC yang dipilih...............................................................................
63 64 67 70 71 73 83 84 85
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia telah memasuki era globalisasi, hal tersebut ditandai dengan semakin pesatnya perubahan dan perkembangan di berbagai aspek kehidupan. Hal ini menyebabkan setiap negara harus memiliki kemampuan yang tinggi dalam beradaptasi untuk dapat bersaing menghadapi perubahan tersebut. Faktor utama yang berperan dalam perubahan dan perkembangan suatu negara adalah sumberdaya manusia. Negara yang ingin berhasil menghadapi tuntutan persaingan harus memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah sumberdaya manusia nomor empat terbesar setelah Cina, India dan Amerika Serikat, yang besarnya mencapai 219.205.000 jiwa (BPS, 2005). Sumberdaya manusia Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pembangunan jika dapat dikelola dengan baik. Salah satu pengelolaannya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Dunia pendidikan berfungsi memproduksi tenaga-tenaga yang berkualitas untuk berbagai jenis dan tingkatan keahlian. Dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi diharapkan menghasilkan sarjana, tenaga-tenaga terpilih yang dapat menjadi dinamisator, motivator, inovator dan penggerak pembangunan. Gerak dan laju pembangunan banyak ditentukan oleh jumlah, mutu, kemampuan dan kecocokan sarjana dan lulusan dunia pendidikan yang dihasilkan dengan kebutuhan nyata dalam masyarakat. Departemen Pendidikan Nasional adalah salah satu departemen dalam pemerintahan Indonesia. Departemen ini menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran di seluruh Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan beberapa penyesuaian dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang pernah berkembang diantaranya Sistem Pendidikan Nasional tahun 1947, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1968, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1975, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1984, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1994,
2
dan kemudian dikembangkan menjadi Sistem Pendidikan Nasional tahun 2004 atau yang dikenal dengan Sistem Pendidikan Berbasis Kompetensi. Harapan masyarakat terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia adalah adanya komunikasi dua arah yang memungkinkan kegiatan pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan, baik bagi peserta didik maupun bagi tenaga pengajar. Belajar menyenangkan itulah sebenarnya konsep pendidikan yang dapat membawa peserta didik untuk menguasai kompetensi akademik, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Harapan inilah yang seharusnya diakomodasi dalam penyusunan kurikulum, untuk itu maka lahirlah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sampai saat ini masih berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan pada dasarnya adalah merupakan gagasan dari Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar (KBKD) yang pernah diperkenalkan oleh Boediono dan Ella (1999), yang memfokuskan pada wujud pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik. Berhubung kurikulum 2004 yang memfokuskan aspek kompetensi peserta didik, maka prinsip pembelajaran adalah terpusat pada peserta didik dan
menggunakan
pendekatan
menyeluruh
dan
kemitraan,
serta
mengutamakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Pada pelaksanaan kurikulum yang memegang peran penting adalah pengajar. Keberhasilan kurikulum lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kompetensi pengajar. Pada pelaksanaan KBK dibutuhkan model pengajaran yang lebih interaktif dengan peran yang lebih besar diberikan kepada peserta didik. Tenaga pengajar hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan sebagai penceramah. Seorang fasilitator (tenaga pengajar) harus kreatif mengelola proses pembelajaran di kelas dengan menciptakan kondisi kelas yang hidup dan menarik, menciptakan suasana belajar yang rileks, bervariasi dan membangkitkan rasa keingintahuan yang tinggi. KBK juga bertujuan mengoptimalkan daya pikir peserta didik melalui dengar, lihat dan rasakan, serta mengembangkan daya nalar kritis sehingga mampu menemukan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran.
3
Perguruan
tinggi
adalah
lembaga
pendidikan
penyelenggara
pendidikan tinggi. Terdapat 81 perguruan tinggi negeri dan 2.391 perguruan tinggi swasta di Indonesia (BPS, 2005). Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di Indonesia. IPB didirikan pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 279/1965. Pada perjalanannya IPB senantiasa melakukan penyesuaian dan pengembangan sistem pendidikan yang ada. Program pendidikan yang diselenggarakan di IPB terdiri atas Program Diploma, Sarjana, Dokter Hewan, Spesialis Magister Sains, Doktor Sains, Magister Profesi, Doktor Profesi dan Program Khusus. Program Sarjana merupakan pendidikan tinggi yang menekankan pada kemampuan lulusan
dalam
penguasaan
dasar-dasar
keilmuan
dan
keprofesian
dibidangnya, serta memiliki kesiapan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang lebih tinggi atau untuk dilatih lebih lanjut agar mampu memasuki lapangan kerja. Mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi dan kebijakan dasar pendidikan Program Sarjana, IPB mencoba mengembangkan sistem mayor-minor. Penerapan sistem ini dilakukan mulai tahun 2005 yaitu pada kepemimpinan Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc. Kurikulum sistem mayor-minor diterapkan dengan tujuan untuk menjamin fleksibilitas guna meningkatkan kompetensi dan soft skill lulusan terbaik di Indonesia. Pada sistem ini mahasiswa difasilitasi untuk memiliki kompetensi utama (mayor) dan kompetensi pelengkap (minor). Berdasarkan hasil prastudi terungkap bahwa sistem mayor-minor yang telah dilaksanakan oleh Institut Pertanian Bogor belum menampakkan hasil seperti yang diinginkan oleh institusi. Diduga masalah tersebut disebabkan oleh pihak penyelenggara pada tatanan teknis belum memahami dengan baik terkait sistem mayor-minor dan fasilitas penunjang sistem mayor-minor yang belum memadai sehingga hasilnya kurang sesuai dengan
4
yang diharapkan. Hal tersebut yang melatarbelakangi pentingnya penelitian ini dilakukan, dengan harapan akan memberikan manfaat dan informasi bagi institusi tentang pendapat mahasiswa terhadap pelaksanaan sistem mayorminor dan informasi mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki oleh pihak institusi dalam melaksanakan sistem mayor-minor. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan hasil kajian Tim Penyiapan Proposal Otonomi IPB tahun 2000 menunjukkan bahwa kurikulum program pendidikan sarjana yang ada terlalu terspesialisasi atau memberikan kompetensi yang kurang relevan dengan yang diperlukan untuk program pendidikan sarjana dan tidak efisien. Hal tersebut dapat terjadi bila kurikulum disusun tidak berdasarkan pada kompetensi lulusan yang dibutuhkan, tapi berdasarkan mata kuliah yang ditawarkan oleh dosen. Berdasarkan ketentuan pada Keputusan Mendiknas RI Nomor 045/U/2002 bahwa kurikulum inti ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi bersama-sama masyarakat profesi dan pengguna lulusan. Terkait dalam hal ini departemen dengan koordinasi fakultas dan Institut mempunyai keleluasaan untuk meramu kurikulum menurut kompetensi lulusan yang dibutuhkan masyarakat dan sesuai strata pendidikannya. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan jawaban atas keinginan meningkatkan mutu dan relevansi program pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja serta penguatan peranan departemen sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan akademik. Kurikulum yang demikian akan efektif dan efisien bila terdapat keleluasaan dalam meramu kurikulum guna memperluas wawasan kompetensi tanpa harus memperbanyak jumlah mata kuliah yang ditawarkan dalam suatu departemen. Tujuan kurikulum tersebut dapat tercapai dengan menerapkan kurikulum sistem mayor-minor. Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan sistem mayorminor merupakan hal yang pertama dilakukan di Indonesia. Kemampuan adaptasi yang tinggi dari pihak institusi dibutuhkan untuk menerapkan suatu sistem yang baru. Penerapan kurikulum sistem mayor-minor dapat berjalan dengan baik bila prasyarat tertentu dipenuhi, yaitu: (1) Organisasi yang mantap, (2) Departemen yang distinct, (3) Sistem Informasi akademik yang
5
handal, (4) Dukungan IT yang kuat dan (5) Dukungan segenap stakeholder. Berdasarkan laporan penilaian kinerja manajemen akademik pimpinan institut periode 2002-2007 oleh senat akademik diperoleh pelaksanaan poin 3 dan 4 masih belum memadai. Indikasi lain dari belum berjalannya sistem ini dengan efektif adalah berdasarkan persepsi mahasiswa yang merasakan masih banyak mengalami kendala dalam menjalankan sistem ini, yang berakibat pada kurang tercapainya tujuan sistem ini. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor? 2. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor? 3. Bagaimana hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian disusun sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor. 2. Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diterapkan di Institut Pertanian Bogor. 3. Menganalisis hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar mahasiswa Institut Pertanian Bogor. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah dan lebih mudah dipahami, maka penulis membatasi masalah yang mencakup beberapa hal yaitu: 1. Responden adalah populasi sampel mahasiswa jenjang strata satu Institut Pertanian Bogor tahun ajaran 2005-2006 2. Kurikulum sistem mayor-minor yang dikaji hanya sebatas persepsi dari responden
6
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihakpihak terkait, seperti: 1. Bagi pihak institusi, penelitian ini sebagai alat untuk melihat bagaimana penerapan kurikulum sistem mayor-minor dan sebagai bahan masukan, serta pertimbangan dalam melakukan manajemen SDM sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. 2. Bagi pembaca, penelitian ini sebagai bahan informasi, wawasan dan sebagai sumber referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan penerapan teori yang telah diperoleh selama di bangku kuliah ke dalam praktik yang sebenarnya dan diharapkan dapat mencari solusi dalam setiap permasalahan yang terjadi di dunia nyata.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kurikulum Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Kurikulum dapat diartikan juga sebagai perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus (Kamus Bahasa Indonesia II, 1983). Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sudjipto, 2004). Menurut Brady (1995) dalam Sutjipto, Kurikulum adalah hasil mental curriculum sekumpulan ahli bidang studi, guru dan masyarakat belajar lainnya tentang apa yang direncanakan dan akan dilaksanakan oleh guru dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa. 2.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep kurikulum yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional RI untuk menggantikan kurikulum 1994. KBK dirancang sejak tahun 2000. KBK mulai diterapkan pada tahun 2004. Secara sederhana Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sekolah (R. Nurhadi, 2004). Ada enam dimensi pengembangan kurikulum untuk pendidikan tinggi yaitu pengembangan ide dasar untuk kurikulum, pengembangan program,
rencana
perkuliahan/satuan
pembelajaran,
pengalaman
belajar, penilaian dan hasil. Keenam dimensi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu perencanaan kurikulum, implementasi
kurikulum
dan
evaluasi
kurikulum.
Perencanaan
8
kurikulum berkenaan dengan pengembangan pokok pikiran/ide kurikulum dimana wewenang menentukan pada pengambil kebijakan untuk suatu lembaga pendidikan. Implementasi kurikulum berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum di lapangan (lembaga pendidikan/kelas) dimana yang menjadi pengembang dan penentu adalah dosen/tenaga kependidikan. Evaluasi kurikulum merupakan kategori ketiga dimana kurikulum dinilai apakah kurikulum memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang sudah dirancang ataukah ada masalah lain baik berkenaan dengan salah satu dimensi ataukah keseluruhannya (Nurhadi, 2004). Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Kepmendiknas No. 045/U/2002). Kompetensi juga diartikan sebagai hasil standar dari pekerjaan atau perilaku dalam peran kerja tertentu. Penilaian berbasis kompetensi berarti kumpulan bukti yang memadai mengenai hasil kerja atau kinerja pribadi seseorang untuk menunjukkan bahwa orang tersebut dapat melakukan atau berperilaku sesuai standar tertentu. Penilaian berbasis kompetensi menurut Nurhadi (2004), meliputi: 1. Fokus pada hasil; 2. Penialian bersifat individual; 3. Tidak ada nilai persentase; 4. Tidak ada perbandingan dengan hasil individu lain; 5. Semua standar (persyaratan) harus terpenuhi 6. Proses berkelanjutan (mengarahkan pada pengembangan dan penilaian lebih lanjut) 7. Penilaian hanya bersifat ’kompeten’ dan ’belum kompeten’ Berdasarkan Mangkuprawira (2006), di USA terdapat model kompetensi yang dikembangkan oleh Hay McBer, McBer, dalam Fletcher (2005), mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik individu. Kompetensi adalah sesuatu yang ”dikuasai” atau ”dimiliki”
9
individu dan dibawa dalam menjalankan peran pekerjaannya. Menurut Sutjipto (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dengan perubahan, pertentangan, ketidakpastian dan kerumutrumitan dalam kehidupan. Penyusunan KBK ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten untuk membangun kehidupan dirinya,
masyarakatnya,
bangsanya
dan
negaranya.
KBK
mengakomodasikan berbagai kepentingan sosio-edukatif baik tingkat nasional maupun kepentingan dan kemampuan daerah bahkan sekolah. Berbasis berarti memfokuskan pada atau berdasarkan pada. Kompetensi didefinisikan sebagai hasil dari pengalaman dan pelatihan dari pada hasil yang dapat didemonstrasikan (Brady, 1995 dalam Sutjipto). Definisi lain tentang kompetensi adalah sejumlah kemampuan yang dibutuhkan seseorang dalam melakukan sesuatu secara efektif. Kompetensi adalah performa yang tampak pada kemampuan yang ditunjukkan dan terukur. Kompetensi
merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2003 dalam Sutjipto). Menurut Abdullah (2007), Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar
dan
pemberdayaan
sumberdaya
pendidikan
dalam
pengembangan kurikulum sekolah. Inti dari KBK atau kurikulum 2004 adalah terletak pada empat aspek utama, yaitu: (1) kurikulum dan hasil belajar, (2) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, (3) kegiatan belajar mengajar, (4) evaluasi dengan penilaian berbasis kelas. Penerapan KBK di lembaga pendidikan dalam hal ini IPB didukung oleh sistem mayor-minor. Hal ini berarti IPB berusaha mewujudkan SDM yang berkualitas yang memiliki kompetensi utama dan kompetensi pendukung.
10
2.3 Kurikulum Sistem Mayor-Minor Kurikulum sistem mayor-minor adalah kurikulum berbasis kompetensi dimana setiap mahasiswa mengikuti pendidikan dalam salah satu mayor sebagai bidang keahlian (kompetensi) utama dan dapat mengikuti pendidikan dalam salah satu bidang minor sebagai bidang keahlian (kompetensi) pelengkap. Mayor merupakan bidang keahlian berdasarkan disiplin (keilmuan) utamanya pada suatu departemen atau fakultas, dimana mahasiswa dapat memperdalam kompetensinya (ilmu pengetahuan, keterampilan dan perilaku) tertentu dalam suatu paket mata kuliah. Minor merupakan bidang keahlian pelengkap yang diambil oleh mahasiswa yang berasal dari departemen lain di luar departemen utamanya (mayor) (IPB, 2006). Dasar penerimaan mahasiswa pada program mayor adalah prestasi akademik yang memenuhi patokan (persyaratan) prestasi akademik
yang
ditetapkan
IPB,
daya
tampung
bersangkutan dan kemampuan memenuhi
mayor
yang
syarat khusus
yang
ditentukan oleh mayor yang menjadi pilihan mahasiswa tersebut (IPB, 2006). Penerapan kurikulum sistem mayor-minor memiliki keuntungan bagi mahasiswa, negara/pemerintah dan bagi pihak IPB (Laporan Penilaian Kinerja Manajemen Akademik Pimpinan Institut Periode 2002-2007 oleh Senat Akademik). Keuntungan bagi mahasiswa meliputi: 1. Rencana studi disusun berdasarkan bakat dan minat 2. Memiliki kompetensi yang jelas dan meluas 3. Pada satu masa studi, bisa menambah satu kompetensi baru 4. Peluang pengembangan soft skill lebih besar 5. Peluang mempercepat masa studi lebih besar 6. Peluang lapangan pekerjaan lebih besar Keuntungan bagi negara/pemerintah adalah: 1. Dihasilkannya kompetensi lulusan yang sesuai dengan kebutuhan negara/pemerintah
11
2. Adaptif dalam memenuhi tuntutan kompetensi yang diharapkan tanpa harus membentuk program studi 3. Memperkuat kembali peran perguruan tinggi dalam pemecahan permasalahan bangsa. Keuntungan bagi IPB sendiri berupa: 1. Efisiensi penyelenggaraan kegiatan akademik 2. Memiliki daya respon yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi 3. Departemen lebih fokus mengenai kompetensinya 4. Meningkatkan kapasitas institusi. 2.4.
Belajar Menurut Suparno 2001, pengertian umum belajar adalah aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Belajar juga dihasilkan melalui kegiatankegiatan meniru hal-hal yang diamati dari lingkungan. Beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para pakar psikologi bidang pendidikan dalam Suryabrata (2004) yaitu: a. Menurut Gronbach Belajar yang sebaik-baiknya adalah yang mengalami dan dalam mengalami itu si pembelajar menggunakan panca inderanya. b. Menurut Harorld Spears Belajar adalah suatu proses mengobservasi, membaca, meniru, mencoba beberapa hal sendiri, mendengarkan dan kemudian mengikuti petunjuk. c. Menurut McGeoh Belajar adalah sebuah perubahan dari sikap sebagai hasil dari sebuah penerapan. d. Menurut Hilgard Belajar adalah proses dari aktivitas yang biasa atau perubahan yang dialami akibat adanya pelatihan (misalnya di dalam laboratorium atau di lingkungan alam). Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hal-hal pokok sebagai berikut: a. Belajar itu membawa perubahan;
12
b. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru; c. Perubahan itu terjadi karena usaha. 2.4.1
Jenis-jenis belajar Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang sering kita kenal dengan taksonomi belajar. Salah satu yang dikenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom. Jenis-jenis belajar juga disusun oleh Robert M. Gagne dan yang paling mutakhir dilakukan oleh suatu komisi yang dibentuk oleh Badan Pendidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu UNESCO yang dikenal dengan empat pilar fondasi pendidikan yang disusun oleh sebuah komisi yang diketuai oleh Jacques Delors. 1. Taksonomi Bloom Taksonomi bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal dengan domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah-ranah ini adalah perilaku yang memang diniatkan untuk ditujukan kepada peserta didik atau pembelajar dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berfikir (ranah kognitif), bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah psikomotorik). a. Ranah kognitif Pada ranah kognitif ini terdapat tingkatan yang mulai dari hanya bersifat pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada
proses
intelektual
yang
tinggi
yaitu
dapat
mengevaluasi sejumlah fakta. Tingkatan tersebut adalah: 1) Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3) Aplikasi; 4) Analisis dan sintesis; 5) Evaluasi.
13
b. Ranah Afektif Komponen afektif merupakan keyakinan individu dan penghayatan orang tersebut tentang objek sikap, apakah ia merasa senang atau tidak senang, bahagia atau tidak bahagia. Berdasarkan taksonomi yang dikemukakan (Karthwol, Bloom dan Masia, 1964) sikap disusun lagi sedemikian rupa hingga menunjukkan tahapan yang hirarkis. Tingkatan-tingkatan tersebut dimulai dengan pertama, menerima stimulus secara pasif; kedua memberi respon secara aktif; ketiga, memberi penilaian
terhadap
respon
yang
dilakukan;
mengorganisasikan,
artinya
menjadikan
objek
keempat, tersebut
sebagai bagian dari dirinya; kelima, Karakterisasi. Berikut dibahas lebih rinci mengenai hal-hal tersebut: 1) Menerima atau menaruh perhatian; 2) Memberi respon; 3) Memberi penilaian; 4) Pengorganisasian; 5) Karakterisasi; c. Ranah psikomotorik Belajar psikomotorik menekankan keterampilan motorik yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. 2. Kategori jenis belajar menurut Robert M. Gagne Kategori belajar menurut Gagne meliputi lima jenis kemampuan manusia yaitu: a. Kecakapan intelektual Gagne membagi-bagi jenis belajar ini ke dalam hirarki yang dimulai dengan belajar membedakan kemudian belajar konsep-konsep, dilanjutkan dengan belajar aturan-aturan dan pada tingkatan akhir adalah belajar memecahkan masalah.
14
b. Strategi kognitif Strategi kognitif merupakan cara yang digunakan individu yang belajar mengatur proses dalam dirinya. c. Strategi kognitif Verbal karena informasi dirumuskan dalam kalimat dan dinyatakan dalam tulisan atau percakapan. d. Belajar kecakapan motoris Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu. Kelancaran serta ketepatan waktu kecakapan motoris dapat diperbaiki dengan latihan yang terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. e. Belajar sikap dan nilai Sikap didefinisikan sebagai keadaan internal seseorang yang mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya. Sikap memiliki komponen afektif atau emosional, aspek konatif dan berakibat pada tingkah laku. 3. Kategori jenis belajar menurut UNESCO Menyikapi perkembangan dunia yang sangat cepat berubah, UNESCO membentuk komisi untuk menggali konsep reformasi dalam bidang pendidikan melalui kegiatan penelitian ke berbagai negara anggota. Komisi ini diketuai oleh Jacques Delors. Laporan komisi Delors mengidentifikasikan empat pilar sebagai fondasi yang merupakan pembaharuan dan reformasi pendidikan. Keempat pilar tersebut adalah : a. Learning to Know Pada learning to know terkandung makna belajar bagaimana belajar. Dalam hal ini tercakup paling tidak tiga aspek yaitu apa yang dipelajari, bagaimana caranya agar seseorang bisa
15
mengetahui dan belajar, serta siapa yang melakukan kegiatan belajar. b. Learning to Do Konsep ini menekankan kepada bagaimana mempelajari berbagai keterampilan yang berhubungan dengan dunia kerja, profesi dan perdagangan termasuk bagaimana interaksi antara pendidikan dan pelatihan. Secara konseptual, learning to do mirip dengan learning by doing atau belajar dengan melakukan/mengerjakan, artinya bukan hanya mendengar atau melihat semata-mata. Dalam hal ini pengalaman mempraktekkan suatu kegiatan merupakan alat atau jalan untuk memperoleh pengetahuan dan bukan merupakan hasil kegiatan. Learning to do termanifestasikan oleh berbagai bentuk program latihan dan pendidikan kejuruan. c. Learning to Live Together Konsep ini memiliki pengertian belajar hidup bersama secara harmonis dengan menyikapi perbedaan kultur, geografis dan etnik secara arif sehingga mampu mengatasi berbagai konflik. d. Learning to Be Jenis belajar ini merujuk kepada pengembangan potensi insani
secara
maksimal.
Adanya
kesempatan
untuk
mengaktualisasikan dirinya, dengan kebebasan yang lebih besar dan kearifan melakukan pilihan-pilihan yang terpadu dengan rasa tanggung jawab yang kuat. Menurut Mangkuprawira (2006), paradigma pendidikan (proses pembelajaran) yang terbaru menekankan bahwa sasaran pendidikan diarahkan pada (1) learning to know, (2) lerning to do, (3) learning to be dan (4) learning to live together (UNESCO). Di masa depan dan siapa pun peserta dan penyelenggaranya maka proses pembelajaran perlu diarahkan pada kegiatan ”belajar untuk belajar” sehingga terbentuk suatu masyarakat belajar.
16
2.4.2 Prestasi dalam Belajar Menurut Slameto 2003, Prestasi belajar merupakan output yang sangat penting dan merupakan alat pengukur kemampuan kognitif siswa. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di sekitar kehidupannya baik yang terjadi di rumah tangga maupun di dalam pergaulan masyarakat. Cara belajar juga menentukan keberhasilan anak dalam mencari prestasi. Belajar teratur dan bertahap (mencicil) akan lebih menanamkan ilmu tersebut dalam diri anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain keadaan gizi adalah hereditas, keadaan sosial ekonomi keluarga, faktor lingkungan, stimulus, fasilitas belajar dan daya tahan tubuh. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh cara belajar dan disiplin diri dalam belajar. Belajar disiplin diri sebaiknya diterapkan semenjak usia muda, agar kebiasaan disiplin sudah terbentuk dan memudahkan anak dalam pergaulan dan hubungan sosial dengan teman-teman. Kebiasaan
disiplin
diri
menjadi
pendukung
kelancaran
perkembangan kognitif dan prestasi belajar di sekolah. Kognitif yang tinggi tidak menjamin keberhasilan sepenuhnya bila tidak didukung oleh faktor lain yaitu motivasi (Slameto, 2003). Metode pembelajaran yang dilaksanakan seorang anak, akan menentukan hasil belajar. Jika hasil yang diperoleh tidak memuaskan dapat karena sifat malas belajar seorang anak atau sikap orang tua yang memperlihatkan rasa kecewa atau menekan anak. Anak akan berhasil dalam belajar, bila orang tua mendampingi, membimbing serta mendorong dalam mencapai prestasi yang memuaskan (Gunarsa & Gunarsa, 2004). Keberhasilan prestasi belajar anak tidak hanya dari dukungan orang tua dan kecerdasan kognitif, akan tetapi didukung dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Kecerdasan
emosional
memiliki
peran
yang
besar
dalam
17
memperoleh prestasi. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri anak baik fisik maupun psikis akan mempengaruhi keseluruhan pola perilaku termasuk dalam hal pencapaian prestasi belajar (Goleman, 1999). Berdasarkan hasil penelitian Nurani (2004), aspek kecerdasan emosional yang dapat mendorong prestasi belajar, yaitu variabel motivasi diri, yang meliputi ketekunan, kemauan contoh dalam mencapai tujuan belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, mencapai prestasi, menyelesaikan tugas sesuai dengan target. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh kualitas perkawinan, pengasuhan anak, kecerdasan emosional anak. Prestasi belajar yang dimiliki seorang anak, tidak hanya dilihat dari keberhasilan anak di kelas. Kemampuan remaja dalam bersosialisasi dapat menjadi suatu prestasi juga untuk remaja. Remaja dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki dengan mengikuti berbagai aktivitas, baik aktivitas yang ada di sekolah maupun di luar sekolah (Hurlock, 1994). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Suparno (2001) pada siswa tingkat sekolah dasar, diperoleh fakta terkait dengan
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
proses
belajar
diantaranya disebabkan adanya gangguan emosi yang dialami oleh anak terutama disebabkan orang tua yang sibuk bekerja. Kemudian pengamatan lain yang dilakukan oleh Utomo dan Ruijter terhadap mahasiswa menunjukkan bahwa masalah belajar disebabkan banyak mahasiswa di rumah tidak mempersiapkan diri untuk belajar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan hal lain yang berhubungan dengan cara mengajar dosen. Hasil survei menunjukkan bahwa permasalahan dapat disebabkan mahasiswa merasa sukar mencerna materi yang dianggap sulit, merasa kehilangan gairah belajar karena nilai dari berbagai mata kuliah yang diperolehnya rendah, tidak bisa berkonsentrasi
18
ketika belajar, tidak cukup tekun mengerjakan tugas-tugas belajar dan adanya perasaan bosan pada materi pelajaran. Masalah juga timbul akibat mahasiswa merasa was-was memikirkan biaya kuliah yang berat, adanya ketidakpuasan akan penilaian yang dilakukan oleh dosen, anggapan bahwa dosen tidak cukup menguasai materi, cara-cara kuliah yang kurang menarik dan kesulitan memahami perkuliahan karena mereka berasal dari latar belakang pendidikan yang konsentrasinya kurang mendukung perkuliahan atau jurusan yang dipilihnya (Suparno, 2001). Pada umumnya permasalahan bersumber dari dalam dan luar mahasiswa. Permasalahan yang berasal dari dalam diri mahasiswa tersebut adalah rasa bosan, semangat belajar turun, sulit mencerna pelajaran, sulit mengatur waktu, sukar berkonsentrasi, tidak cakap menganalisis soal, sulit memahami buku teks, sulit memahami tugastugas dan tidak memiliki cukup keterampilan belajar. Sumber kesulitan eksternal meliputi dosen/tenaga pengajar, penyiapan pengajaran monoton, penilaian tidak adil, tuntutan terhadap jawaban tes tepat seperti yang ada dalam buku dan perkuliahan terlalu teoritis. Selain kedua sumber kesulitan tersebut lingkungan fisik dan sosial ekonomi juga mempengaruhi proses belajar. Hal yang berhubungan dengan lingkungan fisik dan sosial ekonomi diantaranya fasilitas laboratorium tidak memadai, ruang belajar tidak nyaman, suara bising, mahasiswa lain mencontek saat ujian, buku diperpustakaan kurang, biaya kuliah mahal dan biaya hidup mahal (Suparno, 2001). 2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang diantaranya oleh Chabibi (2004), Widiyanti (2005), dan Syafrudin (2006). Penelitian Chabibi (2004) dengan menggunakan pendekatan regresi linier. Hasil pengujian parsial dengan menggunakan regresi linier terhadap masingmasing peubah dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi IPK pada mahasiswa jurusan TPG meliputi jalur masuk, pekerjaan orang
19
tua, pendapatan orang tua, nilai NEM dan STTB SMU, serta asal daerah SMU. Widiyanti
(2005)
melakukan
pemodelan
keberhasilan
studi
mahasiswa dengan model logistik ordinal. Hasil analisis model logistik ordinal menunjukkan bahwa lama masa studi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal mahasiswa (pendidikan ayah dan pendapatan orang tua mahasiswa per bulan) dan faktor internal setelah masuk ke IPB (nilai rataan MIPA TPB dan nilai rataan mata kuliah wajib statistika). Pada peubah IPK, faktor yang berpengaruh hanya faktor internal setelah masuk ke IPB (IP TPB dan nilai rataan mata kuliah wajib statistika). Penelitian Syafrudin (2006) dilakukan dengan menggunakan pendekatan SEM. Model keberhasilan studi menggunakan empat peubah laten dengan sembilan peubah manifest, peubah laten sukses hanya diukur oleh peubah IPK. Peubah laten proses diukur oleh total SKS, status pekerjaan, PT asal dan jenis tempat tinggal. Paubah laten eksternal meliputi pendidikan ayah dan penghasilan orang tua. Peubah laten internal meliputi usia dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses studi berpengaruh langsung terhadap keberhasilan studi, baik untuk model SEM IPK dan model SEM masa studi. Status pekerjaan dapat menjadi penduga terbaik untuk proses studi pada kedua model tersebut. Peubah eksternal dan internal berpengaruh secara tidak langsung terhadap keberhasilan studi mahasiswa (IPK dan masa studi), tetapi berpengaruh langsung terhadap proses studi. Adapun peubah-peubah yang berpengaruh signifikan adalah penghasilan orang tua dan usia.
20
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kurikulum tahun 2004 atau yang lebih dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sekolah. Kurikulum ini secara keseluruhan diterapkan dalam tingkat pendidikan tinggi, pendidikan menengah dan pendidikan dasar. Penerapan pada tingkat pendidikan dasar dilakukan pada tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Penerapan pada tingkat pendidikan menengah dilakukan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Output yang diharapkan dari penerapan kurikulum ini adalah peningkatan kualitas SDM yang nantinya akan menjadi input pada jenjang selanjutnya. Penerapan sistem kurikulum berbasis kompetensi khususnya di Institut Pertanian Bogor disesuaikan berdasarkan tujuan, visi dan misi perguruan tinggi ini. Adapun tujuan dari penyelenggaraan program pendidikan sarjana (S1) di Institut Pertanian Bogor adalah menyiapkan mahasiswa menjadi warga negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, memiliki integritas kepribadian yang tinggi, terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan masalah yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan tujuan dan kualifikasi lulusan yang diharapkan maka bidang keahlian pada pendidikan program sarjana diselenggarakan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor, terdiri dari 34 Mayor dengan 37 Departemen Pengampu. Jumlah Departemen Pengampu lebih banyak dikarenakan pada Fakultas Kedokteran Hewan yang memiliki 3 Departemen Pengampu hanya menawarkan satu mayor. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran konseptual dalam penelitian ini, yang ditunjukkan pada Gambar 1.
21
Kurikulum Nasional Tahun 2004/ Kurikulum Berbasis Kompetensi
Penerapan pada tingkat pendidikan dasar
Penerapan pada tingkat pendidikan menengah
Penerapan pada tingkat pendidikan tinggi
Tingkat TK dan Sekolah Dasar
Tingkat SMP dan SMA
Tingkat Perguruan tinggi
Tujuan, Visi dan Misi IPB
Tujuan, Visi dan Misi sekolah
Lulusan yang berkualitas, input bagi tingkat pendidikan menengah
Lulusan yang berkualitas, input bagi perguruan tinggi
Tujuan pendidikan Program sarjana (S1) IPB Sistem Pendidikan AS dan Jepang
Kualifikasi lulusan yang dibutuhkan pasar Kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor di IPB
Peningkatan kualitas lulusan Perguruan Tinggi yang memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi utama (mayor) dan kompetensi penunjang (minor atau SC)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Berdasarkan kualifikasi lulusan jenjang strata satu yang diharapkan oleh Institut Pertanian Bogor sebagai berikut: 1. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya; 2. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif
22
dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; 3. Mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di dalam bidang keahliannya maupun dalam kehidupan bersama dalam masyarakat; 4. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni yang merupakan keahliannya. dikaitkan dengan Keputusan Mendiknas RI No. 045/U/2002, maka dalam rangka pencapaian kualifikasi lulusannya IPB mendapatkan keleluasaan dalam merumuskan kurikulumnya. Sesuai dengan kualifikasi lulusan tersebutlah IPB merumuskan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor. Kondisi penerimaan terhadap penerapan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor di IPB diketahui melalui analisis persepsi responden yang akan memberikan gambaran apakah sistem mayorminor yang telah diterapkan sudah dipahami oleh seluruh mahasiswa khususnya pada jenjang strata satu tahun masuk 2005. Gambaran tersebut dapat diketahui dari beberapa variabel terkait penerapan mayor-minor yang meliputi penguasaan mayor sebagai kompetensi utama, pemilihan minor atau Supporting Course yang mendukung penguasaan mayor dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang. Identifikasi dilakukan terhadap variabel-variabel yang dipengaruhi oleh penerapan mayor-minor, selanjutnya menganalisis persepsi responden terkait dengan prestasi belajar. Persepsi responden terkait dengan prestasi belajar ini meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Analisis hubungan antara
variabel-variabel
penerapan
mayor-minor
dengan
variabel
pangetahuan, sikap dan keterampilan dilakukan dengan menggunakan analisis Rank Spearman Analisa ini dilakukan untuk membantu institusi dalam mencapai tujuannya yaitu mencetak mahasiswa yang berkualitas yang ditunjukkan dengan prestasi belajar yang dicapai sehingga menjadi lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja. Dari hasil analisa tersebut, dapat diketahui juga
23
implikasi manajerial yang perlu dilakukan oleh institusi maupun pihak manajemen sehingga strategi dan kebijakan dapat diambil secara tepat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat secara skematis kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini sebagai berikut: Kualifikasi lulusan jenjang strata satu IPB Keputusan Mendiknas RI No. 045/U/2002 Kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor
Penerapan sistem mayor-minor meliputi : 1. Penguasaan mayor 2. Pemilihan minor 3. Praktikum/Praktek Lapang
4. Pelaksanaan Rank Praktikum/Praktek Lapang Spearman
Persepsi
Prestasi belajar: a. Kognitif b. Afektif c. Psikomotorik
Implikasi manajerial bagi institusi dan manajemen untuk mengelola setiap aspek yang dapat meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap mata kuliah yang diambilnya.
Peningkatan kualitas lulusan Perguruan Tinggi yang memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi utama (mayor) dan kompetensi penunjang (minor atau SC)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional 3.3. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang menyatakan adanya hubungan diantara variabel-variabel tertentu. Hipotesis dapat dirumuskan melalui latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Terdapat hubungan positif mengikuti perkuliahan mayor dengan pengetahuan mayor mahasiswa
2.
Terdapat hubungan positif mengikuti perkuliahan mayor dengan sikap mayor mahasiswa
24
3.
Terdapat hubungan positif mengikuti perkuliahan mayor dengan keterampilan mayor mahasiswa
4.
Terdapat hubungan positif pemilihan minor atau Supporting Course dengan pengetahuan mayor mahasiswa
5.
Terdapat hubungan positif pemilihan minor atau Supoorting Course dengan sikap mayor mahasiswa
6.
Terdapat hubungan positif pemilihan minor atau Supporting Course dengan keterampilan mayor mahasiswa
7.
Terdapat
hubungan
positif
praktikum/praktek
lapang
dengan
pengetahuan mayor mahasiswa 8.
Terdapat hubungan positif praktikum/praktek lapang dengan sikap mayor mahasiswa
9.
Terdapat
hubungan
positif
keterampilan mayor mahasiswa.
praktikum/praktek
lapang
dengan
25
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Darmaga Bogor mulai bulan Februari 2008 sampai Juni 2008. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di Indonesia, penerapan sistem mayorminor hanya di IPB serta adanya kesediaan pihak institusi untuk memberikan informasi dan data yang diperlukan sesuai dengan penelitian. 4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui wawancara dengan mahasiswa, pengamatan secara langsung di lokasi penelitian serta melalui hasil pengisian kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa. Data sekunder dapat diperoleh melalui studi pustaka baik dari buku, internet dan literatur-literatur lain yang sesuai dengan tema penelitian serta data-data yang sudah ada di Institusi. 4.3. Metode Pengambilan Sampel Menurut Sumarsono 2004, Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang merupakan sumber informasi dalam suatu riset. Menurut Umar 1996, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakter tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih untuk menjadi anggota sempel. Populasi target merupakan sumber informasi representatif yang diinginkan. Sedangkan populasi contoh merupakan suatu contoh yang benarbenar diambil sebagaimana ditentukan oleh kerangka contoh. Kerangka contoh adalah suatu daftar dari unit-unit contoh yang merupakan representasi suatu populasi (Sumarsono, 2004). Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat kesalahan 9%. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara convinience sampling yang
proporsional menurut stratifikasi. Cara
26
pengambilan sampel ini digunakan karena sampel yang akan diambil tidak tersebar secara merata, adanya keterbatasan biaya, waktu dan tenaga. Responden yang berjumlah 118 orang ini tersebar di delapan fakultas. Masing-masing fakultas mendapatkan proporsi jumlah responden yang berbeda bergantung pada jumlah populasi di fakultas tersebut. Berikut disajikan tabel sebaran jumlah responden berdasarkan fakultas yang menerapkan sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor. Tabel 1. Sebaran Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Fakultas No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Fakultas Pertanian Perikanan Peternakan Kehutanan Teknologi Pertanian Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Ekonomi dan Manajemen Ekologi Manusia Total
Jumlah populasi (orang) 355 322 172 297 324 532
Jumlah sampel (orang) 16 15 8 14 15 24
368 196 2566
17 9 118
4.4. Metode Pengumpulan Data Metode yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data yaitu pengamatan langsung, wawancara, membagikan kuesioner dan studi pustaka. 1. Kuesioner Pada penelitian ini kuesioner yang disebarkan kepada 118 orang responden terdiri dari 27 pertanyaan. Terdapat 24 pertanyaan tertutup dan 3 pertanyaan terbuka. Pengisian kuesioner menggunakan skala likert. Skala likert berhubungan dengan sikap seseorang terhadap sesuatu, yaitu: 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju Kemudian setiap jawaban dari responden dari pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner akan diberi bobot.
27
Bobot nilai pada setiap jawaban responden akan dihitung untuk mendapatkan nilai rataan. Nilai rataan tersebut menunjukkan tingkat kesetujuan mahasiswa seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Skor Rataan Skor Rataan
Penilaian
1,0 – 1,75
Sangat Tidak Setuju
1,75 – 2,5
Tidak Setuju
2,5– 3,25
Setuju
3,25 – 4,0
Sangat Setuju
2. Wawancara Wawancara dilakukan kepada beberapa mahasiswa yang dipilih secara sengaja. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara lebih cepat dan akurat bagi penguatan pengisian kuesioner. Selain itu wawancara dilakukan kepada staf penunjang yang berhubungan dengan kurikulum untuk mendapatkan informasi tambahan yang dapat mendukung penelitian. 3. Studi pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan buku-buku, literatur yang terkait dengan tema penelitian yang diangkat, dari internet, data yang diperoleh dari institusi diantaranya data jumlah mahasiswa, buku panduan tentang mayor-minor dan sumber pustaka lainnya. 4.5. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 4.5.1. Uji Validitas Validitas instrumen menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang diukur. Pengukuran validitas instrumen diarahkan ke validitas isi yakni sejauh mana alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep. Uji validitas menggunakan rumus Korelasi Rank Spearman sebagai berikut:
28
x2
rs
2
y2 x2
(
d i2
........................ (1)
y2 )
Dimana:
r s = koefisien korelasi Rank Spearman d i2 = selisih antara rank bagi X dan Y x = variabel penerapan mayor-minor y = variabel prestasi belajar 4.5.2. Uji Reliabilitas Koefisien
reliabilitas
adalah
indeks
yang
menunjukkan
sejauhmana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat tersebut reliabel. Uji reliabilitas akan menggunakan rumus Cronbanch’s Alpha sebagai berikut:
............................................... (2) Dimana : reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan varian jumlah butir pertanyaan varian total Untuk menghitung varian digunakan rumus sebagai berikut: ............................................................. (3) Dimana: n = jumlah responden x = nilai skor yang dipilih Pada penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 13.0 for windows.
29
4.5.3. Korelasi Rank Spearman Langkah selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara sistem mayor-minor dengan prestasi belajar digunakan metode uji Rank Spearman. Langkah yang harus dilakukan untuk melakukan korelasi Rank Spearman yaitu: a. Menentukan Hipotesis Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini telah dijelaskan sebelumnya pada poin 3.3 diatas. b. Perhitungan
6 di2 1 n(n 2 1)
rs
………..…………………………. (4)
Dimana :
r s = koefisien korelasi Rank Spearman d i2 = selisih antara rank bagi X dan Y n
= jumlah pasangan pengamatan antara satu peubah terhadap
peubah yang lainnya. Bila banyak terdapat angka bernilai sama, maka rumus yang digunakan adalah :
rs
x2
y2
6
2
x2.
y
n3 n 12
Tx
di2 2
………………………………........….(
5)
x2
y
2
Tx
n3 n 12
tx
3
Ty
………………………………………….…(6)
………………………………………............(7)
tx
12
……………………………………….............(8)
30
Ty
ty
3
ty
…………………………………...........(9)
12
Keterangan : T = Faktor koreksi. tx= Banyaknya observasi untuk X tertentu yang sama. ty= Banyaknya observasi untuk Y tertentu yang sama. Besarnya nilai r terletak antara -1 < r < 1, artinya : r = +1 Hubungan X dan Y sempurna positif ( mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif ). r = -1 Hubungan X dan Y sempurna negatif (mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif ). r = 0 Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan. Kalau r antara 0 sampai 1, maka kedua variabel berkorelasi dengan keeratan relatif. Semakin mendekati 1, maka keeratan hubungan semakin tinggi. Untuk koefisien korelasi pada rentang tersebut digunakan ketentuan sebagai berikut: 1. 0,00-0,25 : No assosiation, menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. 2. 0,26-0,50 :
Moderately
low
assosiation,
menunjukkan
hubungan yang agak lemah antara variabel X dengan variabel Y. 3. 0,51-0,75 :
Moderately
high
assosiation,
menunjukkan
hubungan yang agak kuat antara variabel X dengan variabel Y. 4. 0,76-1,00 : High assosiation, menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel X dengan variabel Y. Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 0.15. Apabila probabilitas atau peluang < α (alpha) maka dapat diartikan terdapat hubungan yang nyata dan positif. Sebaliknya, jika terdapat nilai probabilitas atau peluang > α, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata. Nilai tersebut diambil terkait dengan jumlah sampel yang diambil yaitu hanya sebesar 118 orang dari 2566 orang dan nilai ini masih merupakan nilai yang wajar dalam penelitian sosial.
31
4.5.4. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan melalui pengujian hipotesis deskriptif. Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis penelitian dapat digeneralisasi atau tidak. Jika hipotesis nol (H0) diterima, berarti hasil penelitian dapat digeneralisasi. Analisis deskriptif ini menggunakan satu variabel atau lebih tapi bersifat mandiri, oleh karena itu analisis ini tidak berbentuk perbandingan atau hubungan. Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menggambarkan secara rinci data yang diperoleh dengan membuat tabulasi hasil jawaban koresponden dan kemudian dipersentasekan. Data yang dianalisis dengan menggunakan tabulasi deskriptif adalah penerapan sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor, persepsi mahasiswa terhadap sistem mayor-minor dan indikator prestasi belajar dalam sistem mayor-minor Institut Pertanian Bogor.
32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Profil Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor adalah kelanjutan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian dan kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Sebelum perang dunia II lembagalembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare Landbouw School, Middelbare Bosbouw School dan Nederlandsch Indische Veearsen School. Pada tahun 1940, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian di Bogor dengan nama Landbouw Hogeschool yang pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) ditutup. Pada masa itu Nederlandsch Indische Veeartsenschool tetap berjalan. Hanya namanya diubah menjadi Bogor Zui Gakku (Sekolah Dokter Hewan Bogor) yang pada tahun 1946 ditingkatkan menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH). Pada tahun 1947 Landbouw Hogeschool dibuka kembali dengan nama Faculteit voor landbouw-wetenschappen sebagai kelanjutan Landbouw Hogeschool, yang mempunyai jurusan Pertanian dan Kehutanan. Bersama dengan itu dibentuk faculteit der Diergeneskunde yang sebelumnya adalah Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH). Secara organik kedua fakulteit yang ada di Bogor tersebut bernaung di bawah Universiteit van Indonesie yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Indonesia. Pada tahun 1950 Fakulteit voor Landbouw-wetenschappen berubah nama menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dengan tiga jurusan yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan serta pada tahun 1957 dibentuk Jurusan Perikanan Darat. Sedangkan Faculteit voor Diergeneeskunde berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia yang pada 1960 berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternaka, selanjutnya pada tahun 1962 menjadi fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan Universitas Indonesia. Pada tanggal 1 September 1963, berdasarkan Keputusan Mentri Pendidikan Tinggi dan
33
Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 91 tahun 1963, fakultas Pertanian dan Kedokteran hewan, Peternakan Universitas Indonesia melepaskan diri menjadi Institut Pertanian Bogor dan disahkan oleh Presiden RI dengan Keputusan No. 2791 tahun 1965. Pada awalnya, IPB terdiri dari lima fakultas yaitu: Fakultas Pertanian dan Fakultas Kehutanan yang berasal dari Jurusan Pertanian dan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan yang berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan dan Perikanan Laut Universitas Indonesia, sedangkan Fakultas Perikanan merupakan gabungan Jurusan Perikanan Darat Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dan Jurusan Perikanan Laut Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia. Pada tahun 1964, IPB berkembang menjadi 6 fakultas dengan didirikannya Fakultas Teknologi dan Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (FATEMETA), yang pada tahun 1968 berubah menjadi fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian dan tahun 1981 hingga saat ini bernama fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 1975, Sekolah Pascasarjana pertama di Indonesia dibuka di IPB yang pada tahun 1980 diresmikan menjadi Fakultas Pascasarjana IPB. Berdasarkan PP 30/1990 Fakultas Pascasarjana IPB beralih status menjadi Program Pendidikan Pascasarjana yang dipimpin oleh Direktur Program Pascasarjana. Pada tahun 1981, IPB membuka Fakultas Sains dan Matematika yang pada tahun 1983 berubah nama menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas ini merupakan gabungan dari Departemen Ilmu Pengetahuan Alam , Departemen Botani , Departemen Statistika dan Komputasi Fakultas Pertanian IPB dan Departemen Biokimia dan Departemen Zoologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Pada tahun 1979, IPB memulai menyelenggarakan Program Diploma yang pada tahun 1980 menjadi Fakultas Non-gelar Teknologi yang lebih dikenal dengan nama Fakultas Politeknik Pertanian. Berdasarkan PP 30 tahun 1990 fakultas Politeknik Pertanian ditiadakan. Selanjutnya program studi pendidikan diploma tersebut dikelola oleh Jurusan/Fakultas di lingkungan IPB. Pada
34
tahun 1992 IPB membuka program pendidikan Pascasarjana Profesional setingkat S2 dalam bidang Manajemen Agribisnis (MMA). Hasil pemikiran IPB di tingkat nasional adalah konsep kebijakan BIMAS yang telah membawa Indonesia menjadi negara swasembada beras. Dalam menghadapi era globalisasi IPB telah mencanangkan konsep Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri (PPBI) yang diharapkan dapat menjadi Indonesia sebagai negara industri yang berbasis pertanian yang tangguh. Pada tahun 2000 IPB membuka fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan dua jurusan yaitu Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan Jurusan Manajemen. Pada tanggal 26 Desember 2000, melalui peraturan pemerintah Nomor 154 IPB telah menetapkan menjadi Institut Pertanian Bogor sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dengan penetapan ini maka IPB dalam menyelenggarakan kegiatan bersifat otonom. Sejalan dengan kebijakan Dasar Pendidikan IPB, dilakukan penataan departemen-departemen dengan menetapkan kurikulum sistem mayor-minor dan mulai berlaku bagi mahasiswa tahun masuk 2005-2006. Melalui penataan departemen ini pula IPB pada tahun 2005 membentuk Fakultas Ekologi Manusia. Pada tahun 2008 IPB telah memiliki sembilan Fakultas dan 36 Departemen Pengampu yang terdiri dari Fakultas Pertanian dengan 4 Departemen Pengampu, Fakultas Kedokteran Hewan dengan 3 Departemen Pengampu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan 5 Departemen Pengampu, Fakultas Peternakan dengan 2 Departemen Pengampu, Fakultas Kehutanan dengan 4 Departemen Pengampu, Fakultas Teknilogi Pertanian dengan 3 Departemen Pengampu, Fakultas Matematika dan IPA dengan 8 Departemen Pengampu, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan 4 Departemen Pengampu, serta Fakultas Ekologi Manusia dengan 3 Departemen Pengampu. 5.1.1. Visi, Misi, Tujuan dan Kebijakan Mutu 1. Visi Institut Pertanian Bogor menjadi perguruan tinggi berbasis riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian tropika dan biosains, serta berkarakter kewirausahaan.
35
2. Misi Agar dapat merealisasikan visinya maka Institut Pertanian Bogor menjalankan misi berikut: a. Menyelenggarakan
pendidikan
tinggi
bermutu
tinggi
dan
pembinaan kemahasiswaan yang komprehansif dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa. b. Mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
sesuai
kebutuhan masyarakat agraris dan bahari pada masa sekarang dan kecenderungan pada masa yang akan datang. c. Membangun sistem manajemen perguruan tinggi yang berkarakter kewirausahaan, efektif, efisien, transparan dan akuntabel. d. Mendorong
terbentuknya
masyarakat
madani
berdasarkan
kebenaran dan hak azasi manusia. 3. Tujuan Beberapa hal yang ingin dicapai oleh IPB tertuang dalam tujuan Institusi (berdasarkan Panduan Program Sarjana edisi revisi, 2006) sebagai berikut: a. Menghasilkan
lulusan
yang
berkualitas,
yang
mampu
mengembangkan dan menerapkan IPTEKS b. Inovasi
IPTEKS
ramah
lingkungan
untuk
mendukung
pembangunan nasional dan memperbaiki kesejahteraan umat manusia c. Menjadikan IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi yang siap menghadapi tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan yang berubah dengan cepat dan baik secara nasional maupun secara global d. Menjadikan IPB sebagai kekuatan moral dalam masyarakat madani Indonesia. 4. Kebijakan Mutu Pada proses pelaksanaan pendidikannya Institut Pertanian Bogor mengacu pada kebijakan mutu, yaitu ”Dengan komitmen tinggi terhadap mutu, IPB secara efisien dan akuntabel menghasilkan
36
lulusan
yang
kompeten
dan
IPTEKS
yang
relevan
untuk
kesejahteraan masyarakat”. 5.1.2. Standar Mutu Pendidikan IPB Hal yang tertuang dalam strandar mutu pendidikan di IPB meliputi: a. Visi: visi terumuskan dengan jelas di tingkat institut. b. Misi: misi terumuskan dengan jelas di tingkat institut, fakultas dan departemen, dan merupakan implementasi dari visi IPB, serta dimengerti oleh stakeholder. c. Tujuan pendidikan dan kurikulum: 1) Tujuan dan sasaran kurikulum terumuskan dengan jelas berdasarkan kebutuhan
stakeholder
nasional
dan
global,
dikomunikasikan dan dapat diimplementasikan 2) Tujuan dan sasaran kurikulum sesuai dengan kebutuhan staheholder dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, yang ditunjukkan dengan suatu studi yang sistematis, untuk mencapai suatu kompetensi. b. Calon mahasiswa: calon mahasiswa harus mengetahui persyaratan kemampuan akademik untuk mengikuti proses pembelajaran. c. Perencanaan dan review kurikulum: 1) Kurikulum dirancang seefektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan stakeholder dalam hal lama studi, pola kehadiran, tempat, struktur dan urutan (sekuen penyampaian), mata kuliah pilihan, evaluasi dan beban studi 2) Kurikulum menawarkan keseimbangan yang sesuai antara kemampuan konseptual dan personal, kemampuan umum, kompetensi keahlian khusus serta keterampilan yang dialihkan 3) Kurikulum bersifat mutakhir dan dikaji ulang secara periodik untuk menilai kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kebutuhan stakeholder untuk kemudian disesuaikan dengan rentang waktu yang rasional.
37
d. Dosen 1) Kuantitas dan kualitas dosen harus mencukupi untuk pelaksanaan kurikulum 2) Kebutuhan pengembangan dosen teridentifikasi secara sistematis dalam kaitannya dengan pengembangan diri, kurikulum dan persyaratan institusional. 3) Dosen ditugaskan secara efektif dimana peran dan fungsi mereka didefinisikan secara jelas, tugas yang diberikan sesuai dengan kualifikasinya. 4) Dosen secara teratur mengikuti pengembangan dosen yang terkait dengan kebutuhan yang teridentifikasi: pengangkatan, pelatihan jabatan akademik, pelatihan berkala, konsultasi, riset dan kegiatan pendidikan. e. Sumber Belajar 1) Sumber fisik termasuk peralatan, bahan habis pakai dan teknologi informasi tersedia secara mencukupi untuk melaksanakan kurikulum dan dapat digunakan secara efektif 2) Perpustakaan, audiovisual, komputer dan pelayanan akademik lain memadai untuk kurikulum yang dilaksanakan. f. Lingkungan Belajar 1) Lingkungan belajar kondusif untuk proses pembelajaran dan kegiatan pendidikan pada umumnya 2) Ruang dan fasilitas belajar mencukupi secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan kurikulum yang ditawarkan dan dikelola secara efisien dan efektif 3) Lingkungan, ruang dan sarana pembelajaran terawat dengan baik dalam hal keindahan, kebersihan, kerapihan, keselamatan dan keamanan serta ditingkatkan atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan. g. Organisasi Pembelajaran 1) Program pembelajaran terstruktur dan dikelola secara efektif
38
2) Proses pembelajaran dinyatakan secara jelas, dikomunikasikan kepada mahasiswa dan dipantau secara teratur 3) Perkuliahan, praktikum dan ujiannya terjadwal secara sistematis dan terkoordinasikan dengan seluruh komponen yang terkait. 5.1.3. Sarana Penunjang Pendidikan Sarana penunjang kegiatan pendidikan di Institut Pertanian Bogor meliputi: 1. Perpustakaan Perpustakaan Institut Pertanian Bogor merupakan unit pengelola informasi ilmiah untuk mendukung program pendidikan, pengajaran dan penelitian bagi civitas akademika IPB. Perpustakaan IPB juga menyediakan berbagai layanan informasi ilmiah yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Perpustakaan
IPB
mempunyai
visi
yaitu
menjadikan
Perpustakaan IPB sebagai sistem layanan dan basis pengetahuan global berbasis teknologi informasi yang mendukung riset unggulan bertaraf Internasional. Misi dari perpustakaan IPB adalah: 1 Menyediakan pusat layanan perpustakaan modern bagi civitas akademika IPB dan masyarakat umumnya; 2 Menyediakan informasi yang mendukung tridharma perguruan tinggi; 3 Mengembangkan jaringan perpustakaan global pada lingkup nasional dan internasional; 4 Menciptakan lingkungan gemar baca yang tertib, nyaman dan bersahabat. Sumber informasi yang tersedia terdiri dari berbagai jenis koleksi seperti buku, skripsi, tesis, disertasi, laporan dan jurnal, baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Koleksi yang terdapat di perpustakaan dapat ditelusuri secara cepat dan mudah melalui komputer OPAC (Online Public Access Catalogue) yang tersedia sebanyak 18 komputer.
39
Perpustakaan IPB juga telah melakukan komputerisasi untuk berbagai kegiatan,
diantaranya
adalah
pencatatan
pengunjung
perpustakaan, peminjaman buku yang dilakukan dengan menscan barcode yang ada pada buku tersebut. Hal tersebut menjadikan setiap pengunjung dan peminjaman buku tercatat di pangkalan data. Layanan yang juga tersedia di perpustakaan meliputi layanan sirkulasi, layanan penelusuran informasi, SAC (Self Access Center), Cafe HKI, digital corner, percetakan dan penerbitan, fotokopi scaning, burning, bimbingan pembaca, konsultasi, pelatihan dan magang dalam bidang perpustakaan dan pengelolaan informasi. 2. Kantor Pengembangan Sistem Informasi Kantor Pengembangan Sistem Informasi (KPSI) sebagai salah satu unit pelaksana teknis yang memberi pelayanan Teknologi Informasi bagi seluruh lapisan di IPB. Tugas pokok KPSI adalah mengembangkan dan mengelola sistem informasi institusi melalui jaringan komunikasi berbasis teknologi informasi. Terdapat fasilitas ciber mahasiswa sebanyak lima ciber, homepage IPB,
dan dua
layanan IPB mobile yang menggunakan SMS ponsel. 3. University Farm University Farm dibentuk sebagai pengelola fasilitas lapangan penunjang kegiatan tridharma perguruan tinggi IPB, berupa kebun, padang gembalaan, kolam, stasiun laut, dan hutan pendidikan. University Farm melayani kegiatan penelitian staf dan mahasiswa IPB, dan praktikum mahasiswa IPB, disamping memelihara koleksi material pendidikan. Unit lapangan University Farm antara lain: Kebun Darmaga, Cikabayan, Cikarawang, Babakan, Sindang Barang/Pasir Kuda, Sukamantri, Jonggol A dan B, Pasar Sarongge, Stasiun Lapangan Pelabuhan Ratu dan Ancol, serta Hutan Pendidikan Gunung Walat. 4. UPT Laboraturium Terpadu Unit Pelaksana Teknis Laboraturium Terpadu IPB melayani kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
40
Selain melayani kebutuhan internal Laboraturium Terpadu melayani pula masyarakat umum lainnya dalam empat divisi palayanan yaitu Divisi Analisis Produk, Divisi Kualitas Lingkungan, Divisi Biomedis, dan Divisi Mikrobiologi. Laboraturium Terpadu memiliki berbagai alat yang cukup modern untuk mendukung dari divisi-divisi tersebut. 5. Unit Bahasa Unit Bahasa memberikan pelayanan kegiatan pelatihan bagi mahasiswa, dosen, staf administrasi dan masyarakat umum. Pelatihan bahasa yang dilakukan meliputi Bahasa Inggris, Jepang, Arab, Jerman dan Prancis. Sarana yang dengan kapasitas masing-masing 30 dan 36 orang. 6. Unit Olahraga dan Seni Unit Olahraga dan Seni didirikan dalam rangka menunjang kegiatan minat mahasiswa, dosen dan staf administrasi di bidang olahraga seni. Fasilitas yang dimiliki oleh Unit ini diantaranya adalah lapangan olahraga di kampus Baranangsiang dan kampus Darmaga. 7. Unit Keamanan Kampus Unit Keamanan Kampus (UKK) mempunyai tugas antara lain menciptakan keamanan dan ketertiban, serta membina di lingkungan kampus, melakukan pengamanan atas segala gangguan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar. Bertugas juga menanggulangi ancaman yang menumbulkan kerugian baik materi maupun non materi, mengkoordinasikan situasi di lapangan dengan petugas keamanan setempat dan membuat program pembinaan bagi anggota satuan pengaman lingkungan kampus IPB. 8. Badan Pengelola Asrama mahasiswa TPB Badan pengelola asrama mahasiswa dibentuk berdasarkan SK, Rektor IPB No. 038/K 13/KM/2002 tanggal 25 Maret 2002, tugas dan fungsi Badan Pengelola Asrama IPB adalah a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan Program Pembimbing Akademik dan Multi Budaya mahasiswa TPB-IPB
41
b. Melaksanakan kegiatan pelayanan terkait dengan administratif Asrama TPB-IPB c. Melakukan pemeliharaan Asrama TPB-IPB Layanan yang dimiliki IPB untuk Mahasiswa dan Umum meliputi: 1. Beasiswa 2. Layanan Kesehatan 3. Bimbingan Konseling 4. Asrama 5. Pelayanan Bank 6. Kafetaria 7. Aula/Gedung Serba Guna 8. Tempat Peribadatan 9. Pelayanan Pos dan Telekomunikasi 5.1.4. Lembaga Kemahasiswaan Lembaga Kemahasiswaan tingkat IPB terdiri dari: 1. Majlis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (MPMKM) IPB 2. Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (DPM-KM) IPB 3. Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) IPB 4. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang meliputi UKM Olahraga Bela Diri, UKM Olahraga non Bela Diri, UKM Seni dan Budaya, IKM Kerohanian dan UKM Sidang Khusus. 5.2. Pelaksanaan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor Pada pelaksanaannya kurikulum dijabarkan kedalam sekelompok mata kuliah sesuai dengan mandat departemen masing-masing. Mata kuliah tersebut
memiliki
Garis-garis Besar
Program
Pengajaran
(GBPP).
Kompetensi yang telah ditetapkan dijabarkan kedalam bentuk sekumpulan tujuan instruksional umum mata kuliah. Kurikulum dan tujuan instruksional masing-masing mata kuliah akan berubah jika ada perubahan kompetensi.
42
Kompetensi lulusan S1 IPB meliputi penguasaan terhadap dasardasar ilmiah dan keterampilan tertentu, mampu menerapkan ilmu dan keterampilan tersebut, serta mampu beradaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kompetensi tersebut dibangun melalui mata kuliah institut yang merupakan kompetensi umum yang harus dimiliki, mata kuliah interdep, mata kuliah mayor dan mata kuliah minor atau mata kuliah penunjang. Mata kuliah mayor merupakan seperangkat mata kuliah yang diturunkan dari mandat departemen pengampu yang mencerminkan kompetensi utama lulusannya. Mata kuliah minor adalah seperangkat mata kuliah yang diramu dari mata kuliah mayor departemen pengampu dengan beban SKS tertentu yang mencerminkan kompetensi pelengkap. Komposisi paket mata kuliah minor ditentukan oleh departemen pengampu. Dasar penerimaan mahasiswa pada program mayor adalah prestasi akademik yang memenuhi persyaratan prestasi akademik yang ditetapkan IPB, daya tampung mayor yang bersangkutan dan kemampuan memenuhi syarat khusus yang ditentukan oleh mayor yang menjadi pilihan mahasiswa tersebut (IPB, 2006). Penerapan mayor-mayor, mayor-minor, mayor-minor dan Supporting Course, serta mayor dan SC memiliki ketentuan sebagai berikut : 1. Penerapan mayor-mayor, mayor-minor, mayor-minor dan SC, serta mayor dan SC ditentukan setelah ada keputusan rektor tentang penetapan mayor mahasiswa.
Berdasarkan
keputusan
ini
departemen
menetapkan
Pembimbing akademik (PA) untuk setiap mahasiswa yang diterima di mayor departemen tersebut. PA bersama-sama dengan mahasiswa menetapkan pilihan minor atau mayor-mayor atau komposisi mata kuliah penunjang. Penetapan ini dilaksanakan sebelum semester 3 dimulai. 2. Pada awal semester 3 semua mahasiswa telah menetapkan pilihan minor atau mayor-mayor atau komposisi mata kuliah penunjang guna memudahkan penyusunan Rencana Studi Paripurna (RSP). 3. RSP memuat tentang penetapan mata kuliah selama masa studi yang akan diambil menurut semester sesuai dengan pola struktur kurikulum sistem mayor-minor yang dipilih. RSP dapat berubah jika terjadi penggantian
43
mayor, penggantian minor atau penggantian komposisi mata kuliah penunjang. RSP dapat juga berubah dalam hal tata urutan pelayanan mata kuliah berdasarkan semester. RSP menjadi pegangan mahasiswa dan pembimbing akademik (PA). 4. Rencana pengambilan mata kuliah setiap semester (diisikan dalam KRS) disusun berdasarkan RSP. Dapat terjadi bahwa KRS tidak sesuai dengan RSP dalam hal persyaratan jumlah SKS yang harus diambil pada semester berikutnya berdasarkan Indeks Prestasi (IP) semester sebelumnya. Dengan demikian jumlah SKS yang diambil dalam suatu semester bisa lebih rendah atau lebih tinggi dari jumlah SKS yang tercantum dalam RSP untuk semester tersebut. 5.3. Karakteristik Responden Responden merupakan mahasiswa pada jenjang strata satu program sarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun ajaran 2005 atau angkatan 42. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 3. Karakteristik Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin Fakultas Pertanian Perikanan Peternakan Kehutanan Teknologi Pertanian Matematika dan IPA Ekonomi dan Manajemen Ekologi Manusia Total
Jenis Kelamin
Persentase (%)
Pria
Wanita
Pria
Wanita
4 4 4 8 10 2 2 34
12 11 8 10 7 14 15 7 84
3,39 3,39 0 3,39 6,78 8,5 1,7 1,7 28,8
10,17 9,32 6,78 8,5 5,9 11,87 12,71 5,9 71,2
Terlihat bahwa hampir diseluruh fakultas jumlah responden wanita dominan kecuali pada Fakultas Teknologi Pertanian dimana jumlah laki-laki lebih besar yaitu hanya selisih satu orang. Pada Fakultas Peternakan seluruh mahasiswa yang menjadi responden adalah wanita. Secara keseluruhan Jumlah mahasiswa laki-laki yang menjadi responden adalah 34 orang atau sekitar 28,8% dari total responden dan jumlah responden wanita mencapai 84 orang atau sekitar 71,2%.
44
5.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Hasil Uji Validitas Uji validitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur tersebut mengukur apa yang ingin diukur. Rumus yang digunakan dalam uji validitas adalah korelasi Rank Spearman dan hasilnya akan dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi (nilai r hitung). Uji coba kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner telah memenuhi syarat atau tidak, untuk dijadikan sebagai data utama dalam penelitian dan hasilnya akan diikutsertakan juga dalam pengolahan berikutnya. Pada penelitian ini kuesioner disebarkan kepada 118 orang responden dengan 24 pertanyaan tertutup. Uji validitas dilakukan dengan membagi pertanyaan menjadi dua kelompok variabel yaitu veriabel Y dan variabel X, dimana pada variabel Y merupakan variabel yang menggambarkan prestasi belajar dan variabel X merupakan variabel yang menggambarkan penerapan sistem mayor-minor. Hasil dari uji validitas tersebut terdapat dua pertanyaan pada variabel Y yang tidak valid yaitu pertanyaan no. 10 dengan tingkat signifikansinya 0,154 dengan nilai korelasi spearman 0,267 dan pertanyaan no. 17 dengan tingkat signifikansi 0,050 dan nilai korelasi spearman 0,360 serta satu pertanyaan dari variabel x yang tidak valid yaitu pertanyaan no. 3 dengan tingkat signifikansi 0,85 dan nilai korelasi spearman 0,320 sehingga pertanyaan tersebut tidak dapat diterima dan pertanyaan tersebut kemudian tidak diikutkan dalam pengolahan data berikutnya. Dengan demikian terdapat 21 pertanyaan yang diikutsertakan dalam pengolahan data berikutnya. Uji validitas menggunakan bantuan software SPSS 13.00 dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya dan diandalkan sebagai alat ukur, apabila pengukuran diulangi. Pengujian reliabilitas yang digunakan yaitu teknik Cronbach’s Alpha dengan bantuan software SPSS versi 13.00. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan r alpha sebesar 0.829 pada akhir analisa yang berarti bahwa kuesioner yang disebarkan reliable, mengacu pada
45
klasifikasi tabel alpha George (2003), maka nilai perhitungan tersebut berada pada kesimpulan baik, sehingga dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam penelitian. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4. Klasifikasi tabel alpha George dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Klasifikasi Tabel Alpha George r alpha > 0,9 > 0,8 > 0,7 > 0,6 > 0,5 < 0,5
5.5. Analisis Penerapan Pertanian Bogor
Klasifikasi Sempurna Baik Dapat Diterima Dipertanyakan Buruk Tidak Dapat Diterima
Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut
1. Persepsi Mahasiswa terhadap Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor Sistem mayor-minor merupakan sistem yang didalammya setiap mahasiswa wajib memilih mayor sebagai kompetensi utama dan dapat memilih minor sebagai kompetensi penunjang. Berdasarkan hal tersebut, berikut disajikan Tabel 5 mengenai persepsi mahasiswa tentang penerapan sistem mayor-minor yang meliputi penguasaan mayor, pemilihan minor atau SC dan praktikum sebagai penunjang pemahaman materi kuliah. Tabel 5. Persepsi Mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor No
Deskripsi Pernyataan tentang Mayor-Minor
1.
Mengikuti perkuliahan mendukung pemahaman mayor sebagai kompetensi utama Minor atau SC mendukung pemahaman mayor
2. 3.
Praktikum/Praktek lapang menunjang pemahaman materi kuliah mayor Total
Skor Rataan
Keterangan
3,04
Setuju
2,97
Setuju
3,40
Sangat Setuju
3,14
Setuju
Persepsi mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan mayor yang mereka ambil adalah perkuliahan tersebut dapat membantu penguasaan mayor sebagai kompetensi utama dan minor yang mereka ambil harus sesuai dengan mayor yang dipilih sehingga dapat menunjang pemahaman mahasiswa terhadap mayornya. Praktikum dan praktek lapang merupakan
46
variabel yang menurut mahasiswa sangat membantu dalam pemahaman dan penguasaan mayor yang mereka ambil. 2. Persepsi
Mahasiswa
Berdasarkan
Kendala
dalam
Melaksanakan
Kurikulum Sistem Mayor-Minor Penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor dirasakan oleh para mahasiswa memiliki banyak kendala, oleh karena itu melalui pertanyaan terbuka yang diajukan dalam kuesioner, maka dapat diketahui kendala yang dihadapi mahasiswa diantaranya: a. Jadwal kuliah antara mayor-dan minor yang berbenturan b. Ruang kelas yang tidak memadai c. Padatnya materi perkuliahan sehingga materi menjadi sulit dipahami dengan baik d. Biaya kuliah yang tinggi e. Sistem KRS Online yang bermasalah f. Birokrasi yang rumit g. Tenaga pengajar kurang tersedia h. Kesulitan mengambil minor yang diinginkan Kendala di atas hanya sebagian dari seluruh pernyataan yang dikemukakan oleh mahasiswa, yaitu kendala yang secara kuantitas dialami oleh lebih dari satu mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang mengemukakan kendala tersebut di atas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Kendala dalam Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor Kendala
Jumlah Responden
Persentase
Jadwal kuliah antara mayor dan minor yang berbenturan Ruang kelas yang tidak memadai
88
74,6
22
18,64
Padatnya materi perkuliahan sehingga materi menjadi sulit dipahami dengan baik Biaya kuliah yang tinggi
12
10.17
12
10,17
Sistem KRS Online yang bermasalah
14
11,86
Birokrasi yang rumit
13
11
Tenaga pengajar kurang tersedia
5
4,24
Kesulitan mengambil minor yang diinginkan
5
4,24
Merujuk pada Tabel 6 diketahui bahwa dalam pelaksanaannya kurikulum sistem mayor-minor masih dirasakan memiliki kendala.
47
Kendala terbesar yang terjadi adalah jadwal yang berbenturan antara mayor dan minor, hal ini terlihat dari jumlah mahasiswa yang menyatakan permasalahan ini yaitu sebesar 88 orang atau sekitar 74,6% dari total mahasiswa. Kendala jadwal yang berbenturan ini meliputi jadwal kuliah mayor yang sama waktunya dengan jadwal kuliah minor, jadwal ujian mayor yang sama waktunya dengan jadwal ujian minor, serta ruang kelas yang dipakai untuk mayor digunakan juga untuk minor dalam waktu yang bersamaan. Jadwal kuliah yang berbenturan antara mayor yang diambil dengan minor yang diinginkan ini menyebabkan banyak mahasiswa yang akhirnya harus mengganti minor yang diinginkan dengan minor lain yang jadwalnya tidak berbenturan dengan mayor yang diambil. Kendala yang menjadi urutan kedua adalah tidak tersedianya ruang kelas yang memadai. Jumlah Mahasiswa yang menyatakan kendala ini mencapai 22 orang atau 18,64% dari total mahasiswa. Menurut pemaparan mahasiswa hal ini terjadi karena sering kali kuliah mayor, kuliah minor bahkan kuliah mata kuliah pilihan (SC) digabung menjadi satu, sehingga kelas menjadi sangat padat. Selain itu ada beberapa minor dan mata kuliah pilihan (SC) yang memiliki banyak peminat, sehingga kelas menjadi padat dan mahasiswa mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi mendengarkan materi kuliah yang disampaikan dosen misalnya pada mata kuliah ekonomi syariah. Pada pelaksanaan KRS online mahasiswa masih merasa kesulitan ketika melakukan pengisian KRS online, hal ini terjadi karena pengisian KRS dilakukan secara serempak sehingga jaringan menjadi sangat sibuk dan akhirnya mengakibatkan kekacauan dan waktu tunggu yang cukup lama. Kendala berikutnya adalah birokrasi yang rumit. Apabila terjadi jadwal yang bentrok dan ketidaksesuaian minor atau SC maka untuk mengubahnya membutuhkan proses yang rumit dan membutuhkan waktu tunggu yang cukup lama, sehingga bagi mahasiswa ini menjadi permasalahan yang cukup banyak dirasakan yaitu sebanyak 13 orang atau sekitar 11% dari total mahasiswa memaparkannya.
48
Kendala kepadatan materi perkuliahan yang harus dikuasai disebabkan mahasiswa yang ingin lulus dengan waktu lulus standar yaitu 4 tahun harus memenuhi SKS minimal tiap semesternya yaitu sekitar 25 SKS. Selain itu mahasiswa juga dituntut untuk dapat menguasai mayor sebagai kompetensi utama dan minor sebagai kompetensi penunjang mayor. Kedua hal inilah yang menyebabkan kesulitan bagi mahasiswa untuk menguasai setiap mata kuliah yang dipilihnya. Biaya kuliah yang tinggi merupakan hal yang menjadi kendala bagi mahasiswa dalam kelancaran studinya. Berdasarkan data jumlah mahasiswa yang melakukan penundaan SPP, terlihat jumlah yang semakin berkurang. Pada semester ganjil periode 2006/2007 jumlahnya mencapai 139 orang, kemudian pada semester genap periode 2006/2007 berkurang menjadi 100 orang dan pada data terakhir yaitu untuk periode semester ganjil 2007/2008 jumlahnya hanya 59 orang. Jumlah yang semakin berkurang ini dikarenakan adanya program pemberian beasiswa yang semakin efektif dan sistem pembayaran SPP melalui auto debet. Namun demikian masih terdapat mahasiswa yang melakukan penundaan SPP. Hal ini menunjukkan bagi beberapa mahasiswa SPP masih tinggi. Terlihat pada tabel sekitar 12 orang atau 10,17% dari total keseluruhan mahasiswa menyatakan biaya kuliah semakin berat setelah diterapkannya sistem mayor-minor. Terkait
dengan
ketersediaan
tenaga
pengajar
ini
sangat
berhubungan dengan jumlah optimum yang ditetapkan untuk masingmasing departemen dan terkait juga dengan jumlah SKS (Maksimum 12 SKS, nilai ini termasuk aktivitasnya sebagai tenaga pengajar dan sebagai pejabat dalam struktur institusi) yang dipegang oleh dosen tersebut. Hal ini menyebabkan butuh kajian yang mendalam dari pihak institusi karena dengan posisi tersebut mahasiswa merasakan permasalahan ketersediaan tenaga
pengajar
ini
sangat
mempengaruhi
kelancaran
proses
pembelajaran. Berdasarkan kedua poin yang telah dipaparkan terkait pelaksanaan mayor-minor di IPB maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan mayor-
49
minor dinilai positif oleh para responden namun dalam penerapannya dirasakan masih kurang efektif sehingga perlu dilakukan perbaikan terutama pada aspek pengaturan jadwal, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang kelas, sistem teknologi informasi dan fasilitas penunjang lainnya. 5.6. Persepsi Mahasiswa terhadap Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil (output) dari proses belajar tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari mahasiswa serta organisasi yang bersangkutan. Hasil belajar seseorang dapat terlihat dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan kompetensi yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaan. Sikap merupakan dorongan seseorang terhadap pelaksanaan pekerjaan. Keterampilan dapat meningkatkan prestasi karena keterampilan terkait dengan penguasaan penerapan ilmu, pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dipratekkan dalam melaksanakan pekerjaan. Persepsi mahasiswa tentang pengetahuan, sikap, keterampilan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Persepsi Mahasiswa terhadap Pengetahuan Mayor No
Deskripsi PernyataanTentang Pengetahuan
1
Kemampuan mengingat materi kuliah mayor, minor ataupun SC Kemampuan mengerjakan soal ujian mayor Kemampuan menjawab pertanyaan orang lain tentang mayor Kemampuan menghubungkan teori (mayor) dengan permasalahan sehari-hari Kemampuan menganalisis permasalahan sehari-hari dengan menggunakan pendekatan disiplin ilmu mayor Terdapat hubungan antara mata kuliah dalam mayor, minor atau SC
2 3 4 5
6
7
8
Skor Rataan
Keterangan
2,79
Setuju
2,94
Setuju
2,92
Setuju
2,94
Setuju
2,9
Setuju
3,20
Setuju
Teori kuliah mayor relevan dengan kehidupan nyata
3,08
Setuju
Mengetahui tujuan pembelajaran dan manfaat seluruh mata kuliah mayor
2,95
Setuju
2,97
Setuju
Total
Terlihat pada Tabel 7 persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada sistem mayor-minor dapat menambah pengetahuan
50
mayor. Mahasiswa mampu mengingat pelajaran yang telah disampaikan pada perkuliahan mayor, minor ataupun SC yang diambilnya. Proses pembelajaran dalam perkuliahan yang mahasiswa ikuti juga dapat menambah kemampuan mereka dalam mengingat materi pada mata kuliah yang diambil, menjawab soal-soal ujian, menjawab pertanyaan yang muncul dari orang lain terkait dengan program studi yang diambil, menganalisis permasalahan dan kemampuan mereka dalam menghubungkan materi pelajaran yang satu dengan materi pelajaran yang lain. Mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan juga dapat mengetahui tujuan pembelajaran dan manfaat mata kuliah yang diambilnya. Tabel 8. Persepsi Mahasiswa Terhadap Sikap Mayor No 1
2 3 4 5 6
Deskripsi PernyataanTentang Sikap Mengikuti kegiatan di luar perkuliahan yang dapat menambah pemahaman mata kuliah mayor Tertarik untuk mendalami salah satu disiplin ilmu mayor Menerapkan ilmu yang diperolah dari perkuliahan mayor dalam kehidupan. Pemecahan masalah sesuai dengan disiplin ilmu mayor Keinginan agar orang lain mengetahui tentang ilmu mayor Kemampuan mengarahkan orang lain untuk bertindak berdasarkan ilmu mayor
Skor Rataan
Keterangan
2,96
Setuju
3,22
Setuju
2,92
Setuju
3,08
Setuju
3,14
Setuju
2,74
Setuju
7
Bersikap sesuai dengan disiplin ilmu mayor
2,80
8
Kemampuan mengkritisi teori (mayor) yang tidak sesuai dengan fakta
2,58
Total
2,93
Setuju Setuju Setuju
Berdasarkan Tabel 8 persepsi mahasiswa terhadap sikap yang diambil setelah mengikuti perkuliahan adalah positif. Artinya dengan mengikuti perkuliahan mayor mahasiswa terdorong untuk mengikuti kegiatan diluar perkuliahan yang dapat menambah pemahaman mereka terkait dengan mayor yang diambilnya. Muncul juga ketertarikan dalam diri mahasiswa untuk mendalami salah satu disiplin ilmu dalam mayor yang dipilihnya. Pada akhirnya membentuk komitmen yang tinggi untuk merealisasikan ilmu yang didapatnya dalam perkuliahan, hal ini terlihat dari keinginan mahasiswa
51
untuk dapat memecahkan permasalahan sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya dan keinginan untuk dapat mengarahkan orang lain agar bertindak sesuai dengan tata cara yang benar dalam ilmu yang dipelajarinya. Mahasiswa juga mulai memperhatikan teori-teori perkuliahan yang pada penerapannya harus mengalami beberapa penyesuaian. Tabel 9. Persepsi Mahasiswa Terhadap Keterampilan Mayor No 1
2
Deskripsi PernyataanTentang Keterampilan
Skor Rataan
Keterangan
2,88
Setuju
2,87
Setuju
2,88
Setuju
Menerapkan ilmu yang dipelajari selama mengikuti perkuliahan mayor Kemampuan mengerjakan pekerjaan dengan lebih baik dan benar Total
Pelaksanaan
perkuliahan
dan
praktikum/praktek
lapang
dapat
mendorong penerapan ilmu mayor yang mahasiswa pelajari dalam kehidupan, hal ini terlihat dari pernyataan positif mahasiswa pada Tabel 9. Tidak hanya mendorong penerapannya bahkan penerapan ilmu yang dimiliki menjadi lebih baik setelah mengikuti praktek dalam perkuliahan. 5.7. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Analisis hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji analisis hubungan tersebut dilakukan dengan menghubungkan persepsi mahasiswa tentang penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Apabila terjadi hubungan yang positif dan nyata maka dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap mayor-minor dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan mereka dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Pembuktian adanya hubungan antara persepsi mahasiswa tentang mayor-minor dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta dampaknya terhadap prestasi belajar dilakukan dengan melalukan analisis hubungan antara variabel-variabel tersebut.
52
1. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan pengetahuan sebagai Indikator Prestasi Belajar Hasil uji korelasi antara penguasaan mayor dan pemilihan minor atau SC dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang dengan indikator prestasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. No 1.
2.
3.
Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem MayorMinor dengan Pengetahuan Mayor
Deskripsi Pernyataan tentang Mayor-Minor Mengikuti perkuliahan mendukung pemahaman mayor sebagai kompetensi utama Minor atau SC mendukung pemahaman mayor
Nilai Korelasi 0,604
Nilai Peluang 0,000
0,452
0,000
Praktikum/Praktek lapang menunjang pemahaman materi kuliah mayor
0,285
0,000
Hubungannya dengan Pengetahuan Memiliki hubungan nyata, positif dan agak kuat Memiliki hubungan nyata, positif dan agak lemah Memiliki hubungan nyata, positif dan agak lemah
Mahasiswa menyatakan bahwa dengan mengikuti perkuliahan mayor maka dapat meningkatkan pengetahuan mayor mereka. Variabel mengikuti perkuliahan mayor ini merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap penguasaan mayor sebagai kompetensi utama. Variabel pemilihan minor yang sesuai dengan mayor yang mereka ambil juga dapat mendukung pemahaman mayor, serta praktikum atau praktek lapang yang diikuti terbukti dapat menunjang pemahaman mayor yang mereka ambil. Tabel 11. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Sikap Mayor No 1.
2.
3.
Deskripsi Pernyataan tentang Mayor-Minor Mengikuti perkuliahan mendukung pemahaman mayor sebagai kompetensi utama Minor atau SC mendukung pemahaman mayor
Nilai Korelasi 0,427
Nilai Peluang 0,000
0,179
0,052
Praktikum/Praktek lapang menunjang pemahaman materi kuliah mayor
0,070
0,451
Hubungannya dengan Sikap Memiliki hubungan nyata, positif dan agak lemah Memiliki hubungan positif, nyata dan sangat lemah Tidak memiliki hubungan
Tabel 11 menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara mengikuti perkuliahan mayor dan memilih minor yang mendukung mayor
53
terhadap penerapan sikap dalam kehidupan yang sesuai dengan keahliannya. Mengikuti perkuliahan mayor sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap mahasiswa. Namun pemilihan minor memiliki hubungan yang pengaruhnya sangat lemah. Praktikum atau praktek lapang masih belum menunjukkan dampak yang signifikan dalam pembentukan sikap mahasiswa yang sesuai dengan keilmuan yang dipelajarinya. Tabel 12. Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Keterampilan Mayor No 1.
2.
3.
Deskripsi Pernyataan tentang Mayor-Minor Mengikuti perkuliahan mendukung pemahaman mayor sebagai kompetensi utama Minor atau SC mendukung pemahaman mayor
Nilai Korelasi 0,282
Nilai Peluang 0,002
0,033
0,721
Praktikum/Praktek lapang menunjang pemahaman materi kuliah mayor
0,147
0,112
Hubungannya dengan Keterampilan Memiliki hubungan nyata, positif dan agak lemah Tidak memiliki hubungan Memiliki hubungan positif, nyata dan sangat lemah
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa mengikuti perkuliahan mayor sangat berpengaruh terhadap pembentukan keterampilan mahasiswa terkait dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Hal ini menunjukkan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan mayor dengan baik akan memiliki keterampilan keilmuannya dan juga sebaliknya mahasiswa yang tidak mengikuti perkuliahan mayor dengan baik maka mahasiswa tersebut dapat menjadi kurang terampil dalam disiplin ilmu yang dipelajarinya. Mengikuti praktikum/praktek lapang juga memiliki hubungan dalam peningkatan keterampilan mayor mahasiswa namun hubungannya sangat lemah. Merujuk pada Tabel 10, 11 dan 12 dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan sistem mayor-minor tidak sepenuhnya memiliki hubungan terhadap peningkatan prestasi belajar. Pada penerapan mayor-minor yang dihubungkan dengan pengetahuan secara keseluruhan variabelnya menunjukkan hubungan yang positif. Hal ini berarti hipotesis 1, 2 dan 3 terbukti sehingga dapat disimpulkan sistem mayor-minor yang telah diterapkan mampu meningkatkan pengetahuan mayor mahasiswa.
54
Pada penerapan mayor-minor yang dihubungkan dengan sikap hanya terdapat dua variabel saja yang memiliki hubungan positif dan nyata yaitu variabel mengikuti perkuliahan mayor dan pemilihan minor atau SC. Hal ini berarti hipotesis 4 dan 5 terbukti sehingga dapat disimpulkan perkuliahan mayor dan pemilihan minor atau SC yang mereka ambil mendukung penerapan sikap yang sesuai dengan disiplin ilmu mayor yang dipelajari. Pada
penerapan
mayor-minor
yang
dihubungkan
dengan
keterampilan hanya terdapat dua variabel yang memiliki hubungan positif dan nyata yaitu variabel mengikuti perkuliahan mayor. Praktikum/praktek lapang juga menunjukkan adanya hubungan yang sangat lemah terhadap peningkatan keterampilan mayor mahasiswa. Hal ini menunjukkan hipotesis 7 dan 9 terbukti sehingga dapat disimpulkan perkuliahan mayor dapat mendorong mahasiswa untuk bertindak dengan lebih baik dan benar sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka pelajari.
55
VI. IMPLIKASI MANAJERIAL
Institut Pertanian Bogor adalah salah satu perguruan tinggi yang memiliki visi, misi dan tujuan. Pencapaian visi, misi dan tujuan Institut Pertanian Bogor didukung standar mutu dalam pelaksanaan sistem pendidikannya. Sebagai lembaga pendidikan IPB bertujuan membentuk lulusan yang berkualitas hingga mampu bersaing secara terbuka dalam dunia kerja. SDM lulusan yang berkualitas dapat dicapai melalui penerapan sistem pendidikan yang berkualitas. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi yang disesuaikan dengan tujuan IPB. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi di IPB didukung oleh sistem mayor-minor, dimana mahasiswa memiliki kesempatan untuk memilih mayor sebagai kompetensi utama dan minor sebagai kompetensi pendukung. Tujuan adanya sistem ini agar lulusan IPB tidak hanya memiliki satu kompetensi utama melainkan memiliki kompetensi tambahan yang nantinya akan meningkatkan daya saing lulusan IPB. Berikut disajikan tabel mengenai hubungan persepsi mahasiswa tentang penerapan mayor-minor dengan komponen prestasi belajar: Tabel 13. Rekap Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Mayor No
Nilai Korelasi
Deskripsi Pernyataan tentang Mayor-Minor Pengetahuan
Sikap
Keterampilan
1
Mengikuti perkuliahan mendukung pemahaman mayor sebagai kompetensi utama
0,604
0,427
0,282
2
Minor atau SC mendukung pemahaman mayor
0.452
0,179
0,033
3
Praktikum/Praktek lapang menunjang pemahaman materi kuliah mayor
0,285
0.070
0,147
Hubungan penerapan mayor-minor dapat terlihat disetiap variabelnya kecuali pada variabel minor atau SC dengan keterampilan dan praktikum/praktek lapang dengan sikap. Hal ini menunjukkan perlu adanya perbaikan dalam setiap kendala yang dapat mengganggu kelancaran perkuliahan mayor, pemilihan minor
56
atau SC dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang. Kendala yang dihadapi terkait penerapan kurikulum sistem mayor-minor meliputi:
Tabel 14. Kendala dalam Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor No
Jumlah responden
Persentase (%)
Jadwal kuliah antara mayor dan minor yang berbenturan Ruang kelas yang tidak memadai
88
74,6
22
18,64
12
10.17
4
Padatnya materi perkuliahan sehingga menjadi sulit untuk dipahami Biaya kuliah yang tinggi
12
10,17
5
Sistem KRS Online yang bermasalah
14
11,86
6
Birokrasi yang rumit
13
11
7
Tenaga pengajar kurang tersedia
5
4,24
Kesulitan mengambil minor yang diinginkan
5
4,24
1 2 3
Kendala
Berdasarkan Tabel 13 diperoleh bahwa terdapat hubungan disetiap komponennya kecuali pada variabel pemilihan minor atau SC dengan keterampilan dan praktikum/praktek lapang dengan sikap. Hal ini menunjukkan perlu adanya perbaikan dalam setiap kendala yang dapat mengganggu kelancaran perkuliahan mayor, pemilihan minor atau SC dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang. Beberapa solusi yang dapat ditawarkan untuk penanggulangan kendala penerapan mayor-minor adalah sebagai berikut: 1. Penerapan Sistem IT Penerapan sistem IT sebagai fasilitas penunjang sistem mayor-minor belum efektif. Penerapan sistem ini dinilai kurang berjalan dengan baik oleh mahasiswa, dikarenakan masih terdapat permasalahan misalnya permasalahan dalam pengisian KRS online. Oleh karena itu hendaknya peningkatan kualitas sarana ini lebih diperhatikan. Perencanaan perlu dilakukan secara lebih baik dengan melihat kapasitas optimal yang dibutuhkan untuk lebar jaringan IT atau digunakan sistem antrian dengan menambah server agar lebih mudah dalam pengisian KRS online. 2. Ruang Kelas dan Fasilitas Penunjang di Kelas Ketersediaan ruang kelas dalam proses pembelajaran yang memadai merupakan faktor pendukung proses belajar yang berasal dari luar. Oleh
57
karenanya untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih efektif dibutuhkan ruang kelas yang nyaman dan fasilitas pendukung di kelas yang baik. Selain perbaikan ruang kelas dan fasilitas penunjangnya perbaikan suasana kelas dapat dilakukan dengan perencanaan jumlah/kuota yang sesuai dengan kapasitas kelas dari mata kuliah tersebut, sementara perbaikan fasilitas tidak perlu mewah namun yang terpenting dapat berfungsi dengan baik. Terkait dengan kapasitas kelas, hal yang perlu diperhatikan tidak hanya ruangan dengan kapasitas jumlah yang memadai tetapi juga kapasitas optimum kelas yang menciptakan suasana kondusif dalam penerimaan materi perkuliahan. 3. Penjadwalan Mayor dan Minor Penjadwalan merupakan permasalahan yang sering terjadi dalam penerapan mayor-minor, hal ini terjadi karena tidak ada kesesuaian antara jadwal mayor dan minor secara keseluruhan. Kesulitan dalam membuat jadwal yang menjamin fleksibilitas pengambilan mayor-minor dapat diatasi dengan mengarahkan mahasiswa hanya mengambil minor yang dapat mendukung terhadap penguasaan mayornya saja, hal ini dilakukan agar pengaturan jadwal lebih terarah dan mudah. Diperlukan juga waktu khusus dibeberapa hari dalam satu minggu (misal: Senin, Selasa, Rabu dan Kamis) untuk mata kuliah mayor dan dihari lainnya (misal: Jum’at dan Sabtu) untuk mata kuliah minor. 4. Kepadatan Materi Kuliah Salah satu konsekuensi dari penerapan sistem mayor-minor adalah mahasiswa selain harus menguasai mayor yang diambilnya namun juga harus mengusai minor yang dipilihnya. Hal ini dapat diatasi dengan pengurangan beban studi minor sebagai kompetensi penunjang, lebih mengarahkan mahasiswa untuk memilih minor yang sesuai dan dapat menunjang mayor yang diambilnya, sehingga mata kuliah mayor dan minor bersesuaian. 5. Biaya Kuliah yang Tinggi Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan SDM yang berkualitas, sehingga dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan kemampuan peserta didik dalam hal biaya pendidikan. Dibutuhkan pendataan yang akurat terkait dengan kemampuan membayar dari peserta didik agar pemberian keringanan dapat tepat sasaran. Perlu adanya program sosial dimana setiap
58
tahunnya IPB mengalokasikan dana untuk penerimaan mahasiswa yang tidak mampu. Selain itu mahasiswa diluar program tersebut dapat dibantu melalui beasiswa yang lebih terarah distribusinya yaitu melalui pendataan awal ketika mahasiswa baru masuk. 6. Birokrasi yang Rumit Birokrasi yang rumit dapat disebabkan oleh informasi yang tidak jelas di kalangan mahasiswa oleh karena itu setiap mahasiswa harus diberikan informasi yang benar terkait suatu prosedur dan alur yang benar untuk mengurus prosedur tersebut, yaitu dengan pemberian SOP (Standard Operational Procedure). 7. Tenaga Pengajar Kurang Tersedia Hal yang dapat memberikan pengaruh yang besar dalam penguasaan ilmu pengetahuan adalah tenaga pengajar yang mengajarkan ilmu tersebut haruslah orang yang kompeten dan baik dari segi kemampuan menyampaikan materi. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data bahwa ketersediaan tenaga pengajar dibeberapa minor kurang memadai, oleh karena itu pihak institusi khususnya Fakultas yang bersangkutan harus lebih memperhatikan ketersediaan tenaga pengajar tersebut, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Terkait dengan ketersediaan tenaga pengajar dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Tujuan akhir dari penerapan sistem mayor-minor yaitu peningkatan prestasi belajar. Hasil korelasi rank spearman antara persepsi mahasiswa tentang mayorminor dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai indikator prestasi belajar terdapat variabel-variabel yang memiliki hubungan positif dan nyata. Oleh Karena itu Institut Pertanian Bogor seharusnya memperhatikan pengembangan terhadap metode-metode untuk peningkatan pengetahuan, sikap dan pembentukan keterampilan mahasiswa. Pengembangan tersebut tidak selalu dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Namun dapat dilakukan juga dengan melakukan praktek langsung misalnya melalui pelatihan berbasis kompetensi.
59
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Mengacu pada data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor di IPB meliputi penyusunan mata kuliah mayor dan minor berdasarkan mandat departemennya. Setiap mata kuliah memiliki tujuan instruksional umum dan khusus yang menggambarkan kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Dasar penerimaan mahasiswa pada program mayor adalah prestasi akademik yang memenuhi persyaratan prestasi akademik yang ditetapkan IPB, daya tampung mayor yang bersangkutan dan kemampuan memenuhi syarat khusus yang ditentukan oleh mayor yang menjadi pilihan mahasiswa tersebut. Penerapan kurikulum sistem mayor-minor meliputi penerapan mayor-mayor, mayor-minor, mayor-minor dan Supporting Course, serta mayor dan Supporting Course. 2. Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor dinilai positif oleh mahasiswa namun dalam penerapannya dirasakan masih kurang efektif sehingga perlu dilakukan perbaikan terutama pada aspek pengaturan jadwal, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang kelas, sistem teknologi informasi dan fasilitas penunjang lainnya. 3. Persepsi mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem mayor-minor
secara keseluruhan memiliki hubungan yang positif dengan peningkatan pengetahuan, sikap pada penguasaan mayor dan pemilihan minor, serta keterampilan pada penguasaan mayor dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang. Hal ini berarti penerapan mayor-minor oleh Institut Pertanian Bogor baru dapat memfasilitasi mahasiswa secara optimal pada peningkatan pengetahuan dan belum optimal dalam memfasilitasi mahasiswa pada peningkatan sikap dan keterampilan yang sesuai dengan disiplin ilmu mayornya.
60
2. Saran
Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, dapat direkomendasikan beberapa hal kepada pihak institusi, yaitu: 1. Institusi sebaiknya meningkatkan kualitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses belajar, seperti menyediakan ruang kelas dan fasilitas yang lebih memadai. 2. Terkait dengan IT sebaiknya ada operator yang stand by 24 jam pada waktu-waktu pemakaian jaringan tinggi dan dibutuhkan pula adanya layanan yang mudah diakses bagi mahasiswa apabila terjadi gangguan pada KRS online. 3. Terkait
dengan
pengaturan
jadwal
penting
dilakukan
dengan
pengkoordinasian yang baik dengan memberikan waktu yang berbeda untuk kuliah mayor dan kuliah minor, serta mengarahkan mahasiswa untuk mengambil minor yang mendukung mayornya. 4. Terkait dengan daya tampung perkelas sebaiknya ada pembatasan kuota yang jelas dan tegas dalam penerapannya. 5. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam mayor maupun minor lebih aplikatif misalnya melakukan praktek langsung pada kondisi yang sebenarnya (misalnya melalui bina desa), hal ini merupakan bentuk kontribusi mahasiswa pada pemecahan masalah masyarakat. 6. Penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu meneliti pengaruh kendala dalam penerapan mayor-minor terhadap indeks prestasi mahasiswa
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sepanjang Sejarah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Juli 2007, Tahun ke-13, No. 066, Badan Penelitian dan Pengmbangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Depdikbud. Atkinson, Rita & Richard Atkinson. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Indonesia 2005/2006. Chabibi,M. I. F. 2004. Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa Teknologi Pangan IPB (Skripsi). Bogor: Jurusan Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Goleman, D. 1997. Kecerdasan Emosional: mengapa EI lebih Penting dari IQ. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gunarsa, S. D., Gunarsa, G. Y. 1995. Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia. Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Hurlock. 1994. Perkembangan Anak. Jilid 1. Tjandrasa, Zarkasih M, Pemerjemah, Dharma A, Editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari: Child Development. Institut Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor Menuju Universitas Riset Embrional 2007. http://www.ipb.ac.id. Februari 2008. Mangkuprawira, S. 2006. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurani, A. S. 2004. Pengaruh Kualitas Perkawinan, Pengasuhan Anak, dan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Anak (Tesis). Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Kamus Bahasa Indonesia II. Jakarta: Depdikbud. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sumarsono, HM. Sonny. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu. Suparno, S. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sutjipto. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Memang Lebih Baik, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi September 2004, Tahun ke-10, No. 050, Badan Penelitian dan Pengmbangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Depdikbud.
62
Syafrudin. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Mahasiswa Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (Skripsi). Bogor. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Umar, H. 1998. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Widiyanti, H. 2005. Pemodelan Keberhasilan Studi Mahasiswa Statistik FMIPA IPB Angkatan 1996-1999 (Skripsi). Bogor. Jurusan Statistik. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
63
LAMPIRAN
64
64
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN ”ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TERHADAP KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DENGAN SISTEM MAYOR-MINOR DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR” Terima kasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini akan digunakan untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program Sarjana. Peneliti sangat menghargai kejujuran Anda dalam mengisi kuesioner ini dan menjamin kerahasiaan Anda. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Institut Pertanian Bogor dalam pengelolaan sumber daya manusia khususnya dalam mengelola objek pendidikan yaitu mahasiswa yang ada, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar guna mencetak lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing secara terbuka. Atas kerjasama dan bantuan Anda, kami ucapkan terima kasih. Peneliti
: Indah Mulyani
NRP
: H24104009
Departemen
: Manajemen
Fakultas
: Ekonomi dan Manajemen
Perguruan Tinggi
: Institut Pertanian Bogor
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Fakultas
:
Mayor
:
Minor
:
SC
:
IPK
:
Perempuan
65
Lanjutan Lampiran 2 PETUNJUK PENGISIAN Berilah tanda Ceklis (ν) pada kotak jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda. Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
A. MAYOR-MINOR NO
1.
PERNYATAAN Perkuliahan dalam mayor mendukung penguasaan mayor (sebagai kompetensi utama) yang saya ambil.
2.
Minor atau SC yang Anda pilih mendukung penguasaan Mayor yang yang Anda ambil
3.
Penerapan sistem teknologi yang menunjang sistem mayor-minor sudah memadai Praktikum/praktek lapang yang dilakukan mendukung pemahaman dan merupakan bentuk aplikasi materi kuliah (mayor) yang saya pelajari.
4.
STS
JAWABAN TS S
SS
STS
JAWABAN TS S
SS
STS
JAWABAN TS S
SS
B. KOGNITIF NO
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
PERNYATAAN Saya mampu mengingat materi pelajaran yang diberikan pada saat kuliah mayor, minor ataupun SC. Saya mampu mengerjakan soal ujian pada mayor yang saya pilih. Saya mampu menjawab pertanyaan orang lain yang berhubungan dengan mayor yang saya ambil. Saya mampu menghubungkan teori (mayor) yang saya terima dengan permasalahan sehari-hari. Saya mampu menganalisis permasalahan sehari-hari dengan menggunakan pendekatan disiplin ilmu (mayor) yang saya pelajari. Terdapat hubungan yang erat antara satu mata kuliah dengan mata kuliah yang lain dalam mayor, minor atau SC yang saya ambil. Teori yang saya pelajari ketika kuliah mayor relevan dengan kehidupan nyata. Saya mengetahui tentang tujuan pembelajaran dan manfaat seluruh mata kuliah mayor yang saya pelajari.
C. AFEKTIF NO
1. 2. 3. 4. 5.
PERNYATAAN Saya mengikuti kegiatan di luar perkuliahan (seperti seminar) yang dapat menambah pemahaman mata kuliah (mayor) yang saya pelajari. Saya mengikuti kegiatan (seperti perlombaan) yang dapat menguji pemahaman saya terkait dengan teori (mayor) yang saya pelajari. Saya tertarik untuk mendalami salah satu disiplin ilmu (mayor) yang saya pelajari Saya menerapkan ilmu yang saya perolah dari perkuliahan (mayor) dalam kehidupan. Saya suka jika dalam pemecahan masalah sesuai dengan disiplin ilmu
66 (mayor) yang saya pelajari.
Lanjutan Lampiran 2 6. 7. 8. 9. 10.
Saya ingin agar orang lain mengetahui tentang ilmu (mayor) yang saya pelajari. Saya mampu mengarahkan orang lain untuk bertindak berdasarkan ilmu (mayor) yang saya pelajari. Saya bersikap sesuai dengan disiplin ilmu (mayor) yang saya pelajari. Teori yang saya pelajari dari perkuliahan (mayor) disesuaikan dengan fakta-fakta dalam kehidupan. Saya mampu mengkritisi teori (mayor) yang tidak sesuai dengan fakta.
D. PSIKOMOTORIK NO
1. 2.
PERNYATAAN Saya menerapkan ilmu yang saya pelajari (mayor) selama mengikuti perkuliahan. Setelah mengikuti perkuliahan (mayor) saya dapat mengerjakan pekerjaan dengan lebih baik dan benar.
JAWABAN STS TS S
1. Menurut saya kurikulum Mayor-Minor yang telah dilaksanakan sudah efektif? Alasannya! 2. Apa saran yang diberikan untuk perbaikan penerapan sistem Mayor-Minor di IPB? 3. Kendala apa yang dialami selama melaksanakan sistem Mayor-Minor?
SS
64
65
Lanjutan Lampiran 3 Uji Validitas
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78