HUBUNGAN KEAKTIFAN BERORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS) DENGAN KEMATANGAN BERAGAMA PADA PENGURUS ROHIS SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : TAUFIK NIM : 111 07 154
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
HUBUNGAN KEAKTIFAN BERORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS) DENGAN KEMATANGAN BERAGAMA PADA PENGURUS ROHIS SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : TAUFIK NIM : 111 07 154
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Taufik
NIM
: 111 07 154
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: Hubungan Keaktifan Berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) dengan Kematangan Beragama pada pengurus Rohis SMA Negeri 2 Salatiga Tahun 2011
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 12 Agustus 2011 Pembimbing
Drs. Miftahuddin, M.Ag NIP. 19702209 199403 1 002
SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN BERORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS) DENGAN KEMATANGAN BERAGAMA PADA PENGURUS ROHIS SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN 2011 DISUSUN OLEH : TAUFIK NIM : 111 07 154
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20 Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, M.Pd
Sekretaris Penguji
: Miftachur Rifah, M.Ag
Penguji I
: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd
Penguji II
: Fatchurrohman, S.Ag M.Pd
Pengujiu III
: Drs. Miftahuddin, M.Ag
Salatiga, 20 Agustus 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827 198303 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Taufik
NIM
: 111 07 154
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 11 Agustus 2011 Yang menyatakan
Taufik 111 07 154
MOTTO ”Berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan”
PERSEMBAHAN
1. Terima kasih kepada bapak dan ibuku (Bp Solikin & Ibu Sumiyati). Adanya doa serta dukungan dari beliau skripsi ini dapat selesai. 2. Terima kasih kepada adik-adikku (Cholidah & Heni Listiyowati) atas do‟anya. 3. Kepada Adikku Tersayang (Rita Fatmawati S.Pdi) yang selalu memberi semangat dalam hidupku sehingga sekripsi ini dapat selesai. 4. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan (PAI E Angkatan 2007) atas motivasinya. 5. Sahabat-sahabatku yang telah memberi motivasi, sehingga saya bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik dan lancar. Judul yang penulis ambil "HUBUNGAN KEAKTIFAN BERORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS) DENGAN KEMATANGAN BERAGAMA PADA PENGURUS ROHIS SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN 2011" Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari semua pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs Miftahuddin, M.Ag, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dorongan agar cepat terselesainya skripsi ini. 2. Bapak, Ibu dosen yang telah memberikan moivasi sehingga insya Allah penulis dapat wisuda pada tahun ini. 3. Bapak Drs. Purwanto selaku kepala sekolah SMA N 2 Salatiga yang telah memberi izin penulis untuk dapat melaksanakan penenlitian di SMA N 2 Salatiga. 4. Bapak Ngaidin selaku pembina Rohis di SMA N 2 Salatiga yang telah membantu menyebarkan angket guna memperoleh data untuk skripsi. 5. Adik-adikku pengurus Rohis SMA N 2 Salatiga. 6. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan skripsi ini yang penulis tidak mampu menuliskan semuanya.
Semoga dengan adanya skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya adik-adikku di STAIN Salatiga. Penulis meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Mungkin hanya itu saja yang dapat penulis sampaikan. Assalamu alaikum wr.wb
Salatiga, 11 Agustus 2011 Yang menyatakan
Taufik 111 07 154
ABSTRAK Taufik. 2011. Hubungan Keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) dengan Kematangan Beragaman Pada Pengurus Rohis SMA N 2 Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Miftahuddin, M.Ag. Kata kunci: Keaktifan Berorganisasi Rohis dan Kematangan Beragam Pengurus Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tingkat keaktifan pengurus Rohis dalam mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan Rohis SMAN 2 Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penenlitian ini adalah (1) Bagaimana keaktifan pengurus Rohis berorganisasi Rohis di SMA N 2 Salatiga? (2) Bagaimana tingkat kematangan beragama pada Pengurus Rohis SMAN 2 Salatiga? Dan (3) Adakah hubungan keaktifan berorganisasi kerohanian islam dengan kematangan beragam pengurus di SMA N 2 Salatiga? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Pengurus Rohis di SMA N 2 Salatiga ini heterogen artinya ada beberapa macam agama yang dianut oleh siswa SMA N 2 Salatiga. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui tingkat keaktifan pengurus dalam mengikuti kegiatan Rohis sangat berpengaruh pada kematangan beragam pada pengurus Rohis itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA N 2 Salatiga ternyata mayoritas anggota yang aktif dalam mengikuti kegiatan Rohis dapat dikatakan sedang dengan prosentase sebesar (46,8%). Dan pada tingkat kematangan beragama siswa juga dikatakan sedang (59,7%) dengan taraf signifikansi 5%, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keaktifan berorganisasi kerohanian islam (Rohis) dengan kematangan beragama Pengurus Rohis.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR BERLOGO ........................................................................................ ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii PENGESAHAN ................................................................................................. iv SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................. v MOTTO ............................................................................................................. vi PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii ABSTRAK ........................................................................................................ x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6 D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 6 E. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 7 F. Definisi Operasional ............................................................................... 7 G. Metode Penelitian ................................................................................... 10 H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 13 A. Keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) ................................ 13 B. Kematangan Beragama Siswa ................................................................. 25 1. Pengertian Kematangan Beragama .................................................... 25 2. Kriteria Kematangan Beragama ........................................................ 29 C. Hubungan antara keaktifan Berorganisasi Kerohanian Islam dengan Kematangan Beragama Siswa ................................................................. 33 BAB III. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 40 A. Gambaran Umum SMA N 2 Salatiga ...................................................... 40 B. Data Penelitian ....................................................................................... 52 BAB IV. PEMBAHASAN ................................................................................. 60 A. Analisis Pertama ..................................................................................... 60 B. Analisis Kedua ....................................................................................... 72 C. Analisis Ketiga ....................................................................................... 83 D. Interpretasi Data ..................................................................................... 87 BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 90 A. Kesimpulan ........................................................................................... 90 B. Saran ...................................................................................................... 91 C. Penutup .................................................................................................. 92 Daftar Pustaka Lampiran-lampiran Daftar Riwayat Hidup Penulis
DAFTAR TABEL
TABEL I Sarana dan Prasarana ....................................................................... 48 II Daftar Guru SMA N 2 Salatiga ....................................................... 49 III Daftar Karyawan SMA N 2 Salatiga. .............................................. 53 IV Data Siswa ..................................................................................... 55 V Daftar Nama dan Sample ................................................................. 57 VI Data Keaktifan Berorganisasi Rohis ............................................... 59 VII Data Kematangan Beragama ......................................................... 62 VIII Data Kriteria tingkat Keaktifan Berorganisasi Rohis .................... 66 IX Data Prosentase tingkat Keaktifan Berorganisasi Rohis ................. 69 X Data Prosentase Jawaban Angket Keaktifan Berorganisasi Rohis ... 70 XI Data Kriteria Kematangan Beragama ............................................. 77 XII Data Prosentase Kematangan Beragama ....................................... 81 XIII Data Prosentase Jawaban Angket Kematangan Beragama ............. 81 XIV Data Tabel Product Moment ........................................................ 89
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Potensi dasar manusia atau fitrah dalam Islam pada hakikatnya adalah kesediaan berjanji untuk mengakui Allah sebagai Tuhannya, tentu saja fitrah yang dimaksud adalah keadaan bersih (tanpa dosa) tetapi pada diri manusia dibekali potensi Ilahiyah (Islamiyah,2006:8). Konsep Islam mengenai hakikat manusia secara mendasar telah diajarkan oleh Allah SWT dalam kitab Al-Qur‟an yang dikembangkan lebih lanjut oleh Nabi Muhammad SAW dalam sunnahnya. Manusia diciptakan oleh Allah selain menjadi hamba-Nya juga menjadi pemimpin (khalifah) di atas bumi. Selaku hamba dan kholifah, manusia telah diberi kelengkapan kemampuan jasmaniah (biologis) dan rohaniah (psikologis) yang dapat ditumbuhkembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat budaya, guna dalam ihtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas kehidupan di dunia (Arifin, 1991: 156). Sebagaimana dalam psikologi, konsep manusia menjadi konsep sentral dalam psikologi agama. Konsep ini menjadi arahan dalam membangun konsepkonsep lanjutan termasuk di dalamnya konsep sumber psikologis agama. Oleh karenanya masalah tersebut tidak dapat dipisahkan dari konsepsi manusia (Islamiyah,1998:3).
Menurut Langgulung (1986: 60), berbagai gejala aktifitas psikologis, yang dianggapnya merupakan tanda-tanda kesehatan mental wajar antara lain kesediaan seseorang menerima kesanggupannya secara realistik, kesanggupan seseorang menikmati hubungan-hubungan sosialnya, kejayaan seseorang dalam pekerjaannya, kegembiraan hidup secara umum, kesanggupan menghadapi kekecewaan hidup sehari-hari, luasnya horizon kehidupan psikologis, ketetapan sikap, dan kesanggupan memikul tanggungjawab pekerjaan, keputusan dan keseimbangan emosi. Sebagai keluarga muslim, tentu tidak ingin jika anak-anak kita tumbuh dan berkembang dengan kepribadian dan akhlak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Mempunyai anak yang berperilaku sesuai dengan ajaran agama merupakan dambaan dari setiap orang tua. Namun usaha untuk membentuk mereka supaya menjadi anak yang shalih yang berperilaku sesuai dengan ajaran agama bukanlah pekerjaan yang mudah, perlu perencanaan, usaha gigih, serta istiqomah dari orang tua. Menurut Daradjat (1995: 64), dalam ajaran Islam menyemai rasa agama kepada anak dimulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan berdoa kepada Allah. Selanjutnya memanjatkan doa dan harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak shalih”. Salah satu metode dalam mendidik dan mengajarkan anak tentang agama yaitu dengan cara memberikan pendidikan dan keteladanan dalam perilaku untuk
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang ini, banyak sekali anak-anak yang berperilaku menyimpang terhadap ajaran agama dan tidak merasa butuh kepada agama, karena sejak kecil tidak mendapatkan didikan dan tidak dibiasakan melaksanakan ajaran agama. Orang yang pada kecilnya dulu tidak mendapatkan didikan agama, atau mendapatkan ajaran agama hanya di sekolah saja, semua itu tidak akan cukup untuk membekali dirinya agar tingkat kematangan beragamanya tinggi, terutama dalam hal ibadah. Maka setelah dewasa nanti mereka tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama, sehingga sikap mereka menjadi acuh-tak acuh, bahkan mungkin menjadi anti terhadap agama. Suatu dimensi pada manusia yang tidak kalah pentingnya, dan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia adalah dimensi kejiwaan yang mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tenteram dan bahagia. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, masalah kejiwaan menjadi penentu dari berbagai aspek kehidupan manusia. Ia merupakan kekuatan dari dalam yang memadukan semua unsur pada diri manusia, ia menjadi penggerak dari dalam yang membawa manusia kepada pencapaian tujuannya, memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya, pribadi dan kelompok. Akhir-akhir ini, masalah kejiwaan itulah yang banyak mengganggu ketenteraman batin manusia, yang juga dapat menyebabkan berbagai penyakit dan gangguan kejiwaan yang membias pula kepada penyakit jasmani (psiko-somatik).
Akibat dari penyakit dan gangguan kejiwaan itu adalah terganggunya kemampuan memanfaatkan kecerdasan, sehingga prestasi menurun, mudah lupa dan patah semangat. Mungkin pula, terjadi penyimpangan kelakuan, yang menimbulkan berbagai kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. Salah satu ayat yang berisikan tentang ilmu pendidikan adalah firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 104 sebagai berikut:
Artinya: ”Hendaklah
kamu
semua
menjadi
umat
yang
mengajak
kebaikan,memerintah yang ma’ruf dan mencegah yang munkar”. Allah SWT memberi karunia kepada manusia dorongan-dorongan (motivasi)yang merupakan daya yang menggariskan tujuan dan cita-cita hidup manusia, mendapatkan keseimbangan dan keserasian intern agar dipersiapkan dalam rangka penyesuaian diri yang baik dengan lingkungan luar. Allah maha mengetahui perasaan dan kejiwaan manusia. Rasa takut, cemas, ragu, putus asa dan sebagainya, baik dengan alasan yang jelas dan obyektif. Oleh karena itu, dengan beriman kepada Allah, manusia akan terhindar dari kegoncangan jiwa dan berbagai gangguan penyakit kejiwaan. Islam bagaikan sebuah bangunan yang sempurna dengan pondasi aqidah akhlak yang mulia. Peraturan dal;am syariat Allah adalah yang memperkuat
bangunan tersebut, manakala dakwah dan jihat merupakan pagar-pagar yang menjaga dari kerusakan musuh-musuh Islam. Melihat fenomena sekarang kematangan beragama di kalangan anak sekolah, khususnya pada pengurus organisasi sekolah yaitu Organisasi Kerohanian Islam (Rohis)sangat kurang dalam melaksanakan ajaran agama. Kerohanian Islam yang merupakan organisasi sekolah dalam bidang ke-Islaman sangat penting hubungannya dengan peningkatan kematangan beragama pada anak sekolah. Sebagian
pengurus Rohis aktif dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab di dalam organisasi dan ada yang kurang aktif dalam berorganisasi. Kerohanian Islam merupakan bagian dari kesatuan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)yang mempunyai tujuan untuk pembinaan diri dan pengembangan potensi diri yang berkenaan dengan agama Islam. Jadi keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis)dalam hal ini yaitu di mana pengurus giat/aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi Rohis. Akhirnya apabila pengurus Rohis aktif dalam berorganisasi maka kematangan beragama akan semakin meningkat. Berangkat dari hal tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang hal tersebut yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: ”Hubungan Keaktifan Berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) Dengan Kematangan Beragama Pada Pengurus Rohis SMA Negeri 2 Salatiga Tahun 2011”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengambil suatu pokok masalah yang dapat dirumusan sebagai berikut: 1. Bagaimana variasi keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) di SMA Negeri 2 Salatiga? 2. Bagaimana variasi kematangan beragama pengurus Rohis dii SMA Negeri 2 Salatiga? 3. Adakah hubungan antara keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) dengan kematangan beragama pengurus Rohis di SMA Negeri 2 Salatiga?
C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, ada beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu: 1. Untuk mendapatkan data tentang keaktifan pengurus dalam kegiatan organisasi Kerohanian Islam (Rohis). 2. Untuk mengetahui kematangan beragama pengurus kerohanian Islam (Rohis). 3. Untuk mengetahui tingkat hubungan keaktifan pengurus dalam kegiatan organisasi Kerohanian Islam (Rohis) dengan kematangan beragama pengurus.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah “jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Kata hipotesis berasal
dari 2 penggalan kata yaitu „hypo‟ yang artinya dibawah dan „thesa‟ yang artinya kebenaran. (Arikunto,1998;67-68) Dengan demikian, hipotesis adalah merupakan kesimpulan dari awal sehingga untuk dapat terwujudnya kesimpulan akhir masih perlu adanya pengujian lewat hasil penelitian. Relevan dengan judul penelitian tersebut, maka dapat penulis ajukan rumusan hipotesis sebagai berikut: ”ada hubungan positif antara keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) terhadap kematangan beragama pengurus Rohis di SMA Negeri 2 Salatiga”.
E. Kegunaan Penelitian Terhadap tema yang penulis ambil, mengharapkan dapat bermanfaat baik dari segi ilmiah atau sosial. Dari segi ilmiah, diharapkan hasil penelitian dapat memperoleh temuan dibidang psikologis pendidikan. Sementara dari aspek sosial, telah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama pada pengurus Rohis. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan tentang agama dan seberapa jauh juga mereka (pengurus)terapkan dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Definisi Operasional Untuk memperoleh gambaran yang jelas, agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka perlu kiranya diperjelas dan dibatasi pengertiannya sebagai berikut: 1. Hubungan adalah korelasi antara satu dengan yang lain atau keterkaitan antara variabel satu dengan yang lain. Dalam hal ini yang dimaksud yaitu hubungan keaktifan berorganisasi kerohanian Islam (Rohis)terhadap kematangan beragama siswa. 2. Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat (bekerja, berusaha), kektifan adalah kegiatan atau kesibukan. Keaktifan berarti usaha yang dilandasi ketekunan untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Depdikbud, 1994: 19). 3. Berorganisasi: berasal dari kata organisasi yang artinya susunan dan aturan dari berbagai bagian (orang dsb)sehingga merupakan kesatuan yang teratur. Berorganisasi berarti bergiat dalam organisasi (Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga,2006:814). 4. Kerohanian Islam (Rohis)adalah sekelompok dalam suatu organisasi yang di dalamnya terdapat beberapa pengurus, yang mengurusi kegiatan di bidang keIslaman. Kerohanian Islam merupakan bagian dari kesatuan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)yang mempunyai tujuan untuk pembinaan diri dan pengembangan potensi diri yang berkenaan dengan agama Islam. Jadi keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis)dalam hal ini yaitu di mana
pengurus giat/aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi Rohis. Adapun indikator dari keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis)antara lain: a. Aktif menjadi pengurus Rohis b. Aktif menghadiri rapat-rapat Rohis c. Aktif menjadi panitia kegiatan Rohis d. Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Rohis e. Aktif mensosialisasikan kegiatan Rohis 5. Kematangan Beragama: di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kematangan beragama adalah kedewasaan seseorang dalam mematuhi perintah agama (Depdikbud,1994:103). Dalam studi psikologis, kematangan beragama bisa disebut dengan religious maturity atau maturitas beragama. Maturitas adalah kondisi kematangan yakni satu kondisi dimana diferensiasi dan integrasi antara badan, jiwa, dan mental yang telah sempurna dan terkonsolidasi, dan ketika ada kesiapan dari individu dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Maturitas agama atau kematangan beragama dapat dipahami sebagai suatu kondisi ideal dari perkembangan keagamaan seseorang sebagai hasil dari proses penghayatan terhadap agamanya (Islamiyah,2006:17). Jadi yang dimaksud kematangan beragama dalam skripsi ini adalah kesadaran siswa dalam mematuhi ajaran agama Islam tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Adapun indikator dalam kematangan beragama yaitu:
a. Memiliki diferensiasi yang baik b. Memiliki motifasi kehidupan beragama yang dinamis c. Melaksanaan ajaran agama secara konsisten dan produktif d. Memiliki pandangan hidup yang komprehensif dan integral e. Memiliki semangat pencarian dan pengabdian kepada Tuhan
G. Metode Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, (Arikunto, 1998: 115120). Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh pengurus Rohis SMA Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 62 orang. 2. Metode Pengumpulan Data Adapun beberapa metode yang digunakan dalam memeperoleh dan mengumpulkan data yaitu: a. Metode observasi, yaitu metode untuk mencari data dengan menggunakan pengamatan langsung maupun tidak langsung terhadap gejala yang dihadapi (Ali, 1987: 91). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan keaktifan pengurus Rohis dalam mengikuti kegiatan kerohanian Islam dan situasi sekolah. b. Metode angket Metode angket merupakan cara pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan kepada responden untuk
mendapatkan informasi atau jawaban yang berkenaan dengan keaktifan siswa mengikuti kegiatan kerohanian Islam dan sejauh mana kematangan beragama pengurus Rohis. Metode angket ini merupakan metode yang paling diutamakan dari metode lainnya. 3. Analisis Data Analisis uji hipotesis Untuk menguji hipotesis yang sudah diajukan, digunakan analisis product moment, sebagai berikut (Hadi, 1987: 294).
rxy
(X )(Y ) N 2 2 ( X ) 2 ( Y ) 2 X Y N N XY
Keterangan: rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan y xy : Perkalian antara variabel x dan y x
: Variabel kektifan berorganisasi pengurus
y
: Variabel kematangan beragama pengurus
N : Jumlah sampel yang diteliti
: Sigma (Jumlah dari variabel)
H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan skripsi, maka penulis membuat susunan yang sederhana yakni terdiri dari beberapa bab dan tiap-tiap bab dibagi atas sub bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1: PENDAHULUAN, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II: KAJIAN PUSTAKA, yaitu : keaktifan pengurus Rohis mengikuti kegiatan kerohanian Islam, meliputi: Organisasi Kerohanian Islam (Rohis), faktor-faktor penunjang keberhasilan organisasi Rohis dan proses sosioalisasi. Kematangan beragama siswa meliputi: pengertian, ciri-ciri kematangan beragama pengurus Rohis di sekolah serta hubungan keaktifan Rohis mengikuti organisasi kerohanian Islam. BAB III: HASIL PENELITIAN, gambaran umum lokasi dan subyek penelitian, meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis, keadaan sarana dan prasarana, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa. Penyajian data meliputi: data responden, jawaban angket keaktifan pengurus rohis mengikuti kegiatan Rohis, dan jawaban angket kematangan beragama pengurus Rohis. BAB IV: ANALISIS DATA, analisis data tentang pengaruh keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis)terhadap kematangan beragamaan pengurus Rohis SMA Negeri 2 Salatiga tahun 2011. BAB V: PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan rekomendasi berdasarkan atas hasil penelitian yang dilakukan penulis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keaktifan Berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) 1. Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakan “organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu (http://duniabaca.com:2011). Organisasi dapat pula dikatakan sebagai sistem, pandangan bahwa organisasi adalah sistem susungguhnya bukanlah sesuatu hal yang baru. Kita semua sudah memahami bahwa dalam organisasi selalu terdapat berbagai macam unsur yang kaitanya erat antara satu dengan yang lain. Sebagai suatu sistem yang mempunyai unsur saling berkaitan, organisasi sesungguhnya merupakan suatu sistem yang terbuka. Sebagai suatu sistem yang terbuka maka setiap organisasi mempunyai karakteristik sebagi berikut : a. Masukan, setiap organisasi memasukkan berbagai macam energi dari lingkungan seperti: modal, orang-orang, fasilitas fisik, teknologi dan informasi.
b. Proses transformasi, dengan menggunakan berbagai transformasi, organisasi merubah energi menjadi suatu hasil produksi, baik yang berupa barang maupun jasa. c. Keluaran,
setiap
organisasi
memberikan
keluaran
(output)untuk
digunakan oleh masyarakat. d. Tapal/batas (boundry), penggunakan tapal ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan mengenai bidang yang termasuki atau yang tidak termasuk dalam suatu sistem. e. Umpan balik, organisasi memasukan energi dan memberi keluaran ke lingkungan.
Kedua
hal tersebut
mempengaruhi dan dipengaruhi
lingkunagan. f. Keterbukaan, organisasi pada dasarnya adalah merupakan sistem yang terbuka. g. Enteropy.Agar organisasi dapat bertahan hidup, maka ia harus berusaha agar unsur-unsur tidak mengalami kematian (Adam I, 1983:22-23). Di dalam skripsi ini organisasi yang dibahas yaitu Kerohanian Islam (Rohis). Kerohanian adalah pusaka keagamaan Islam yang dimulai dari nabi Muhammad SAW sampai kepada sahabatnya, kepada tabiin-tabiin, dan sampai kepada masa sekarang, dengan alasan bahwa kesadaran pengakuan Tauhid adalah dasar pokok kebenaran dan ber-Agama. Pengakuan dan penyaksian Tuhan itu terjadi sejak manusia itu berada dalam alam arwah.
Karena itu, setiap manusia di dalam batin kesadarannya mendengar pertanyaan. Dalam hal ini kita sadar bahwa manusia itu mempunyai naluri berTuhan. Tetapi naluri ber-Tuhan yang terdapat menurut kejadian dalam diri seseorang, mungkin akan hilang jika tidak dipupuk dan dipelihara, apalagi kalau memang sengaja untuk dihilangkan atau dimatikan dengan jalan melepaskan diri dari pengaruh kerohanian dan rasa ke-Tuhanan, dengan tertariknya diri kepada pengaruh-pengaruh kebendaan/ sebagai sikap hidup yang sikular atau anti agama. Terlebih-lebih pada masa yang akhir ini di mana dunia pada umumnya telah dilanda dekadensi moral terutama pada generasi muda. Dengan pengaruh kebendaan itu telah membentuk sifat-sifat mental dalam sikap hidup yang menguasai diri, baik jasmani maupun rohani. Maka apabila terjadi hal yang demikian, maka manusia baik diri sendiri maupun bersama-sama dalam bentuk ideologi atau golongan, pasti akan menggunakan atau menghalalkan segala macam cara dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dengan dorongan hawa nafsu belaka, asal mencapai tujuan. Dengan jalan ini maka kejahatan, pencurian, korupsi dan lain-lain kejahatan merajalela. Perbuatan-perbuatan yang keji itu telah merasuk dan membelenggu jiwa kemanusiaan serta menjerumuskan manusia ke dalam jurang kemaksiatan dan kegelapan. Akibatnya semua bidang pembangunan baik yang bersifat sosial, politik, ekonomi maupun kebudayaan, semuanya itu
akan melucuti dari cahaya kerohanian dan ke-Tuhanan dan duniapun tersiksalah dengan rupa kemaksiatan, kedzaliman, dan ketidak adilan. Di tanah air kita pada dewasa ini para remaja telah dilanda bahaya “dekadensi moral” yang merupakan racun bagi kekuatan generasi muda. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kebudayaan hippis peniruan-peniruan hal-hal yang menurut ukuran norma-norma bangsa Indonesia sangat bertentangan dengan kepribadian pancasila. Maka untuk menyelamatkan generasi muda dari kebudayaan hippis harus ada kewaspadaan di bidang pariwisata, jangan sampai merusak nilai-nilai keagamaan dan kepribadian pancasila. Gejalagejala tersebut akan menghambat pembangunan yang sedang dibina sekarang ini. Karena itu kemakmuran sebagai tujuan pembangunan, tetapi kemakmuran hanya didasarkan atas kebendaan saja, maka tidak akan membawa perbaikan masyarakat, justru sebaliknya akan merusak masyarakat. Oleh karena itu pembangunan sangat erat hubungannya dengan hidup kerohanian bahkan kerohanian merupakan dasar kuat bagi pembangunan. Karena apabila bathin/rohani yang rusak maka jasmanipun akan rusak. Di situlah nampak pentingnya hidup kerohanian (Mustofa, 19-91 :20-22). Oleh karena itu nabi Muhammad SAW dalam memulai pembangunan Islam maupun dalam menyiarkan agama Islam selalu bersendikan dengan hidup kerohanian. Ilmu kerohanian adalah sebagai kunci mengenal Tuhan, Ghazali berkata
dalam
bukunya
“Kimyausaadah”
bahwa
ilmu
kerohanian
(kebatinan)dengan sifat-sifatnya itulah yang merupakan kunci kearah mengenal Tuhan (Mustofa,1991:31). Ilmu kerohanian disebut juga tasawwuf. Tasawwuf dalam arti bahasa, dalam
“babut-tafaul”
dengan
wazan,
tasawwufa,
yatasawwufu,
tasawwufan.Tasawwufal-rojulu yakni seorang laki-laki telah berpindsah halnya daripada kehidupan biasa menjadi kehidupan sufi. Jadi orang yang bertasawuf itu adalah orang yang mensucikan dirinya lahir dan bathin dalam suatu pendidikan etika (budi pekerti)dengan menempuh jalan atas dasar tiga tingkatan yang ada dalam istilah ilmu tasawwuf yaitu: a. Takhalli yakni mengosongkan diri dari sifat tercela dan maksiat. b. Tahalli yakni mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji dan taat. c. Tajalli yakni merasakan akan rasa ke-Tuhanan yang sampai mencapai kenyataan Tuhan (Mustofa,1991:45). Jadi kerohanian Islam merupakan bidang tasawuf yang di dalamnya mengandung unsur pensucian hati dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Adapun indikator dalam kerohanian Islam yaitu : 1. Aktif menjadi pengurus Rohis 2. Aktif menghadiri rapat-rapat Rohis 3. Aktif menjadi panitia kegiatan Rohis 4. Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Rohis 5. Aktif mensosialisasikan kegiatan Rohis
Kerohanian Islam yang penulis maksud dalam skripsi ini
adalah
organisasi siswa yang berasaskan Islam yang didirikan oleh pelajar muslim di SMA Negeri 2 Salatiga. Organisasi ini adalah termasuk organisasi terbesar ke dua setelah OSIS. Organisasi ini bernama Kerohanian Islam (Rohis). Rohis ini dibedakan menjadi 2, yaitu Rohis pasif (umum)untuk semua anggota Rohis, dan aktif aktif, untuk semua pengurus. Organisasi ini termasuk lembaga dakwah di sekolah. Adapun cara dakwah yang dilakukan: -
Pengajian
-
Tadarus Al-Qur;an
-
Kegiatan-kegiatan, pada bulan Ramdhan mengadakan pesantren kilat, kegiatan dalam Idul Adha, penyembelihan hewan kurban. Organisasi ini juga menjadi dewan penasehat, yang selalu mengajak
anggota maupun pengurusnya untuk amar ma‟ruf nahi munkar. Sebagaimana dalam anggaran dasar seksi kerohanian Islam, didirikan dengan tujuan mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan cara mendorong dan mengembangkan dakwah Islam. Allah SWT telah memberi pedoman dakwah dengan firmanNya di dalam surat An Nahl ayat 125:
Artinya: “Serulah kepada jalan Rab-mu dengan penuh hikmah dan teladan yang baik”(Muhammad,1990:111). Dan Rohis ini juga mengajak para anggota dan pengurusnyanya untuk memerintah yang makruf dan mencegah yang munkar. Seperti di dalam hadis riwayat Ahmad dan Tabrani menyatakan “Seseorang menghadap Nabi SAW ketika beliau sedang di atas mimbar, Ia berkata : Wahai rasulullah, manusia mana yang paling baik? Rasulallah menjawab : mereka yang konsekuen, paling takwa dan memerintah yang makruf dan mencegah yang munkar, serta menyambung silaturahmi” (Muhammad,1990:108) 2. Faktor-faktor penunjang keberhasilan Kerohanian Islam (Rohis) Adapun faktor-faktor penunjang keberhasilan Rohis (Wahyu, 1986:6164) adalah sebagai berikut: a. Resmi menjadi organisasi intra sekolah yang sejajar dengan OSIS. Organisasi ini merupakan wadah untuk mengasah dan memperdalam ilmu agama pelajar muslim. Kemudian organisasi ini, dimasukkan dalam seksi kerohanian Islam yang merupakan bagian dari bidang ketaqwaan terhadap ketuhanan yang Maha Esa OSIS SMA Negeri 2 Salatiga. Sehingga memudahkan seksi kerohanian Islam dalam bergerak dan mewujudkan visi-misinya. b. Dukungan guru yang baik dalam setiap kegiatan Guru merupakan faktor yang sangat mendukung gerak dan langkah dari seksi kerohanian Islam, karena guru memiliki peran yang besar dalam
dakwah ini. Guru memiliki posisi sebagai pemimpin dalam aktivitas belajar mengajar.Beliau adalah orang yang mendidik, mengajar dan membimbing para siswanya. Kedudukan guru dalam hal ini akan menjadikannya sebagai sosok yang memiliki nilai tambah di mata siswa, apalagi jika ia memiliki kelebihan-kelebihan dan menjadi teladan yang baik. Dengan demikian, arahan dari guru akan banyak didengar oleh siswa. Sehingga dengan kehadiran guru sebagai seksi Pembina Kerohaniam
Islam
sangat
mendukung
setiap
kegiatan
yang
diselenggarakan. Khususnya guru agama Islam yang memberi nilai tambah untuk anak yang aktif dalam seksi kerohanian Islam. Misalnya, keaktifan siswa dalam kegiatan kajian rutin yang di dalamnya ada presensi, kemudian presensi tersebut diserahkan kepada guru agama Islam untuk dijadikan nilai tambah bagi siswa khususnya pelajaran agama Islam. c. Eksistensi Pengurus diakui sebagai kekuatan dakwah sekolah. Adanya Kerohanian Islam (Rohis) yang mensosialisasikan nilai-nilai Islam kepada seluruh elemen sekolah dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang riil, diantaranya memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah seperti mading, masjid untuk sarana informasi sebagai corong dakwah dan pembentukan opini keIslaman.
Pengembangan kreatifitas melalui seni-
seni Islami. Dan juga dengan program kerja yang lain seperti memanfaatkan momentum hari besar Islam, pesantren kilat, festival lomba Islam, dan penyembelihan hewan korban. Kemudian, upaya dari pengurus
Rohis dalam berinteraksi dengan seluruh elemen sekolah yang berusaha mencerminkan nilai-nilai Islam dalam kesehariannya. Dengan begitu, eksistensi pengurus Rohis diakui sebagai kekuatan dakwah sekolah, karena memberikan nilai tambah yang positif, yaitu meningkatkannya moralitas sekaligus sikap keagamaan pengurus Rohis di sekolah. d. Adanya alumni yang memberikan kontribusi cukup tinggi. Adanya alumni yang masih aktif dalam mendorong dan membantu eksistensi Rohis memberikan kontribusi yang cukup tinggi. Karena keberadaan alumni adalah sumber daya yang sangat vital bagi perkembangan dakwah sekolah. Selain diandalkan sebagai murabbi atau Pembina, mereka juga bisa menjadi konsultan dan nara sumber dari berbagai kegiatan seiring dengan meluasnya pengalaman mereka. Seorang alumni pernah berkata bahawa seorang ketua Rohis tidak hanya jadi pemimpin tapi juga bisa jadi ulama. Perkataan itu sudah jelas bahwa pemimpin tidak hanya sekedar pemimpin, akan tetapi dia juga harus bisa berdakwah seperti halnya ulama. Dengan kontribusi dari alumni ini, diharapkan bisa memberikan semangat bagi aktifis dakwah dan menyebarkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. e. Adanya masjid di sekolah Dengan adanya masjid di sekolah, banyak sekali manfaatnya dalam proses dakwah (menyiarkan agama Islam), adapun manfaatnya yaitu
sebagai pusat koordinasi dan konsolidasi bagi pengurus Rohis, dalam hal yang lain masjid dapat digunakan sebagai tempat berkumpulnya orang muslim untuk menyembah kepada Allah, dengan cara melaksanakan shalat dhuhur berjama‟ah, dan yang menjadi Imam adalah ketua Rohis itu sendiri, bukan dari guru. Dengan adanya rutinitas shalat berjamaah yang dilaksanakan setiap hari akan berdampak positif bagi semua guru dan siswa, karena dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. 3.
Proses Sosialisasi Sosialisasi adalah suatu proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana bertindak dan berfikir agar ia dapat berperan dan berfungsi baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat (Wahyu, 1986: 65). Guna menopang setiap kegiatan yang dilaksanakan Rohis, selain dalam rangka mencetak aktivitas dakwah (pengkaderan) juga untuk menyiarkan Islam, maka diperlukan sosialisasi akan keberadaan seksi kerohanian Islam tersebut. Adapun proses sosialisasi dan seksi kerohanian Islam, meliputi: a. Ta‟aruf melalui Masa Orientasi Siswa (MOS) MOS merupakan wahana bagi siswa baru dalam rangka pengenalan terhadap situasi dan kondisi di SMA Negeri 2 Salatiga secara umum, baik itu meliputi keadaan guru, karyawan, sarana dan prasarana,
ataupun organisasi-organisasi yang ada di sekolah. Sehingga dengan adanya MOS, seksi kerohanian Islam mempunyai kesempatan
untuk
ta‟aruf dengan siswa baru. Adapun acara ta‟aruf yaitu dibuka atau diawali dengan tausiyah atau nasihat dari Pembina kerohanian Islam (Rohis). Kemudian pengurus seksi kerohanian Islam memperkenalkan diri diteruskan denan mensosialisasikan keberadaan Rohis itu sendiri, baik dari Visi, Misi, tujuan sampai program kerja yang telah dilaksanakan. Ini merupakan sosialisasi pertama seksi kerohanian Islam bagi siswa baru. b. Temu siswa baru Temu siswa baru dalah serangkaian kegiatan yang diselenggarakan seksi kerohanian Islam dalam rangka pengkaderan. Tesis ini merupakan langkah awal bagi siswa masuk sebagai anggota Rohis. Dalam proses pengkaderan itu, pengurus menilai beberapa anggota, yang nantinya akan dipilih menjadi pengurus Rohis yang baru. Dalam proses pengkaderan ini, pengurus Rohis berharap, pengurus Rohis yang baru dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, sehingga kegiatan Rohis terus berjalan lancar dan dapat mengajarkan Islam. c. Kajian rutin Kajian rutin adalah kajian yang sifatnya rutin, yang diadakan seksi kerohanian Islam dengan pemateri dari alumni atau guru pembina. Adapun materi kajian berupa materi-materi keIslaman dan materi kontemporer.
d. Pembinaan muslimah Pembinaan muslimah berupa kajian muslimah yang ditujukan khusus untuk pelajar muslimah. Dalam kajian ini, banyak dikupas mengenai seputar wanita, baik itu berkenaan dengan fiqih wanita ataupun yang lainya. Sehingga dengan kajian ini, diharapkan para muslimah bisa memahami tentang hakikat sebagai muslimah. e. Buletin Merupakan salah satu wadah dalam rangka menyiarkan Islam yaitu berupa materi keIslaman yang terkandung dalam Al-Qur‟an. Karena buletin ini memiliki fungsi-fungsi yang kurang lebih sama dengan fungsifungsi yang dimiliki oleh media cetak lainnya. Yakni anatara lain fungsi informasi , fungsi mendidik, fungsi kritik, fungsi pengawasan sosial dan fungsi menyalurkan aspirasi masyarakat dan fungsi menjaga lingkungan. Fungsi yang disebut terakhir adalah media massa senantiasa membuat masyarakat memperoleh informasi tentang keadaan sekitar, baik itu dalam lingkungan sendiri maupun lingkungan mereka (Muis, 2001:9). Selain itu sosialisasi adanya buletin juga merupakan wadah untuk menyalurkan bakat pelajar dalam menulis. Setiap hasil karya atau kretifitas bisa diespos dalam buletin walaupun harus melalui penjaringan dahulu. Sehingga dengan adanya buletin ini, selain menambah wawasan bagi pelajar, juga dapat memberikan semangat bagi pelajar dalam memunculkan kreatifitas dalam bentukl tulisan.
f. Majalah dinding Mading merupakan salah satu sarana dari sekolah dalam rangka untuk memberikan layanan kepada siswa yang berbentuk informasi, pengetahuan maupun info terkini. Seksi kerohanian Islam memanfaatkan mading untuk memberikan informasi keIslaman, pengetahuan maupun info dunia Islam. Jadi, mading selain untuk sosialisasi keberadaan Rohis juga memberikan opini yang positif bagi siswa dalam berkreatifitas dan pewacanaan keIslaman.
B. Kematangan Beragama Siswa 1. Pengertian Kematangan Agama Agama merupakan sesuatu yang sulit didevinisikan,karena merupakan sesuatu hal yang kompleks. Kemudian orang mengurai agama bukan dari devinisinya maupun aspek dimensi-dimensinya.Betapapun banyak dan beragam definisi maupun dimensi agama telah dikemukakan orang, pada dasarnya apa yang disebut orang sebagai agama tidak bisa lepas dari dua komponen penting yaitu iman dan amal.Iman sering disebut dimensi vertikal dan amal disebut dimensi horizontal keberagamaan (Islamiyah, 2006:14). Ada tiga alasan orang sulit mendefinisikan agama yaitu: Pertama karena pengalaman agama merupakan pengalaman yang subyektif dan bersifat batini.Kedua,agama bagi setiap orang merupakan sesuatu yang suci dan luhur,setiap orang ingin dikatakan sebagai orang yang
beragama.Ketiga,konsepsi tentang Tuhan sering kali dipengaruhi oleh tujuantujuan dari orang-orang yang mendefinisikan agama. Namun begitu William James yang dikutip Islamiyah, (2006:21) mengemukakan pengertian agama dengan,”Religion is the fillings,act,and experiences of individual men in their solitude, so far as they apprehend themselves to stand in relation to whatever they may consider the divine”.Agama adalah sebagai pengalaman individual ketika seseorang dalam kesendiriannya merasa berkomunikasi dengan sesuatu yang dipandang sebagai Tuhan.Sementara menurut Thouless definisi dari agama adalah “ Hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dipercayai sebagai makhluk atau wujud yang lebih tinggi dari pada manusia”. Dalam studi psikologis kematangan beragama biasa disebut dengan maturitas agama
yang dapat
diartikan sebagai kondisi
ideal dari
perkembangan keagamaan seseorang sebagai hasil dari proses penghayatan terhadap ajaran agamanya (G.W.Allport, 1971: 64), sebagaimana dikutip Islamiyah (2006:16)menggambarkan perasaan agama yang matur sebagai berikut: “a disposition,built up through experience to respond favorably,and in certain habitual ways,to conceptual objects and principles that the individual regards as of ultimate importance in his own life and as having to do with what he regards as permanent or central in the nature of things”. Artinya sebagai satu pembawaan yang terbentuk melalui pengalaman merespon
prinsip-prinsip dan obyek-obyek konseptual yang dipandang individu sebagai yang maha penting dan sebagai yang permanent atau sentral di dalam kehidupannya dan dalam hakikat segala sesuatu. Respon tersebut dilakukan dengan perasaan yang senang dan dengan cara yang sudah merupakan kebiasaan (Islamiyah, 2006:17). Dalam perkembangan jiwa seseorang pengalaman kehidupan sedikit demi sedikit makin mantab sebagai unit yang otonom dalam kepribadiannya. Unit tersebut merupakan organisasi yang dinamakan kesadaran beragama sebagai hasil peranan funsi kejiwaan terutama motivasi, emosi dan intelegensi. Motivasi berfungsi sebagai penggerak mental, emosi sebagai landasaan danm yang mewarnainnya, dan intelegensi sebagai yang mengorganisasi dan mempolakannya. Bagi seseorang yang memiliki kesadaran agama yang matang, pengalaman kehidupan beragama yang terorganisasi tadi merupakan pusat kehidupan mental yang mewarnai seluruh aspek kepribadiannya (Abdul,1987:49). Seseorang yang sudah rusak moralnya, maka akan goncang agama dan keimanannya. Kejujuran, kebenaran, keadilan dan keberanian tertutup oleh penyelewengan-penyelewengan, baik yang terlihat ringan maupun berat. Banyak terjadi adu domba dan fitnah, menjilat, menipu, mengambil hak orang sesuka hati, dan perbuatan-perbuatan maksiat lainya. Yang dihinggapi oleh kemerosotan moral itu, tidak saja orang-orang yang telah dewasa, akan tetapi telah menjalar sampai kepada tunas-tunas
muda yang diharapkan untuk melanjutkan perjuangan membela kebenaran, keadilan dan perdamaian. Sebenarnya faktor-faktor yang menimbulkan gejalagejala kemerosotan moral dalam masyarakat modern sangat banyak dan yang terpenting diantaranya adalah kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati tiaptiap orang. Dan tidak dilaksanakan agama dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh individu maupun masyarakat. Adapun faktor-faktor lainnya, adalah tidak terlaksanya pendidikan moral menurut biasanya, baik dalam rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Agar seseorang tidak merusak moralnya sendiri, sebelumnya perlu ada pembinaan-pembinaan. Pembinaan moral seharusnya dilakukan sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak yang lahir belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tau batas-batas dan ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik buat penumbuhan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa pengenal moral itu. Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama, karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan beragama. Keyakinan itu harus ditanamkan sejak kecil, sehingga menjadi bagian dari kepribadian anak. Karena itu, pendidikan moral tidak lepas dari pendidikan agama. Dalam agama Islam misalnya, setiap bayi lahir segera diazankan. Ini berarti bahwa
pengalaman pertama yang diterimanya diharapkan kalimah-kalimah suci dari tuhan. 2. Kriteria Kematang Beragama Menurut Allport (1961:28)kriteria tentang kematangan beragama akan lebih obyektif digambarkan berdasarkan teori yang dapat dipertahankan tentang kepribadian seseorang. Allport mengatakan kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psychophicics yang menentukan karakteristik perilaku dan pola pikirnya. Berikut tanda-tanda atau ciri-ciri kematangan beragama menurut G.W. Allport (1962) sebagaimana dikutip dalam (Abdul A., 1987 : 50 59) adalah: a. Differensiasi yang baik Dalam perkembangan kejiwaan, diferensiasi berarti semakin bercabang, makin bervariasi, makin kaya dan makin majemuk suatu aspek psikis dimiliki seseorang. Pemikirannya makin kritis dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan berlandaskan ke-Tuhanan. b. Motifasi kehidupan beragama yang dinamis Motif beragama akan timbul sebagai realisasi dari potensi manusia yang merupakan makhluk rohaniah serta berusaha mencari dan memberi makna pada hidupnya. Motifasi kehidupan beragama pada mulanya berasal dari dorongan biologis seperti rasa lapar. Dapat pula berasal dari kebutuhan psikologis seperti rasa kasih sayang. Apabila semua kebutuhan
tersebut dapat memuaskan dalam kehidupan maka timbul motifasi beragama yang lama kelamaan akan menjadi otonom. c. Pelaksanaan ajaran agama yang konsisten dan produktif Kematangan beragama terletak pada konsistensi atau keajegan pelaksanaan
hidup
beragama
secara
bertanggung
jawab dengan
mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan sesuai kemampuan. d. Pandangan hidup yang komprehensif Kepribadian yang matang memiliki filsafat hidup yang utuh dan komprehensif.
Keanegaragaman
kehidupan
harus
diarahkan
pada
keteraturan. Keteraturan ini berasal dari analisis terhadap fakta yang ternyata mempunyai hubugan satu sama lainnya. e. Pandangan hidup yang integral Filsafat hidup yang komprehensif ini meliputi berbagai poila pandangan, pemikiran dan perasaan yang luas. Di samping komprehensif, pandangan dan pedoman hidup itu harus terintegrasi yakni merupakan landasan hidup yang menyatukan hasil differensiasi aspek kejiwaan yang meliputi: fungsi kognitif, afektif, konatif atau psikomotorik. f. Semangat pencarian dan pengabdian kepada Tuhan Ciri lain tentang kematangan beragama yakni semangat mencari kebenaran,keimanan,rasa ke-Tuhanan dan cara-cara terbaik untuk hubungan dengan manusia dan alam sekitar (Abdul A, 1987:50-59).
Sedangkan menurut William James yang dikutip Islamiyah (2006:2520), orang-orang yang matang agamanya (saintliness) memiliki empat kriteria antara lain: a. Seseorang dapat merasakan kehidupan yang lebih luas dari interes-interes keduniaan yang rendah dan merasakan adanya suatu keyakinan tentang eksistensi ideal power (Tuhan)bukan semata bersifat intelektual tetapi keyakinan itu dapat dirasakan.kondisi batin semacam ini akan melahirkan kehidupan yang asketik dengan ciri utamanya adanya perasaan senang “berkurban” sebagai loyalitasnya kepada Tuhan. b. Orang-orang yang matang agamanya memiliki perasaan secara kontinu yang begitu dekat antara Tuhan dan kehidupannya, dan suatu penyerahan diri pada pengawasannya. Kondisi batin semacam ini akan memunculkan strength soul, sehingga jauh dari ketakutan dan kecemasan. c. Orang-orang yang matang agamanya akan merasa bahagia dan perasaaan bebas yang luar biasa karena batas batas keakuan diri telah melebur. Konsekuensinya aka muncul sikap “purity” dengan salah satu cirinya adalah semakin bertambahnya perasaan peka terhadap hal-hal yang bertentangan dengan semangat spiritual. d. Orang-orang yang matang agamanya akan ada perubahan pusat-pusat emosi kearah cinta kasih dan keharmonisan atau menurut istilah James dari emosi “no” menjadi “yes” yang berkenaan dengan klaim yang bersifat
nonego. Kondisi seperti ini akan melahirkan sikap “charity” yang artinya kedermawaan dan cinta terhadap sesama makhluk. Dari penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pribadi seseorang yang matang agamanya terdapat keseimbangan antara dimensi vertikal dan horizontal dalam kehidupan keagamaanya. Terkait hal ini nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa “yang paling sempurna imannya diantara orangorang yang mukmin adalah mereka yang paling baik budi pekertinya”. Dan tentu saja budi pekerti dalam arti cakupan yang luas. Sementara dalam Al-Qur‟an juga disebutkan bahwa kepribadian seseorang yang dikategorikan orang matang beragama cukup bervariasi. Seperti dalam firman Allah pada sepuluh ayat pertama Surat Al-Mu‟minun dan bagian akhir dari Qur‟an Surat Al-Furqan, yakni sebagai berikut: a. Mereka yang khusu‟ shalatnya. b. Menjauhkan diri dari (perbuatan serta perkataan) yang tiada berguna. c. Menunaikan zakat. d. Menjaga kemaluannya kecuali kepada istri-istrinya yang sah. e. Jauh dari perbuatan yang melampaui batas,yakni tidak berlebihan. f. Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya. g. Memelihara shalatnya. h. Merendahkan diri dan bertawadlu‟, atau tidak sombong. i.
Menghidupkan malamnya dengan bersujud.
j.
Selalu takut dan selalu meminta ampunan dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.
k. Membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak kikir. l.
Tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh, dan tidak berzina.
m. Suka bertaubat, beramal salih, tidak memberi persaksian palsu, jauh dari perbuatan sia-sia, memperhatikan Al-Qur‟an, bersabar dan mengharap keturunan yang bertaqwa.
C. Hubungan Antara Keaktifan Berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) Dengan Kematangan Beragama Siswa 1. Keaktifan dalam Berorganisasi Rohis Adapun beberapa hal penting yang menentukan dalam berorganisasi yaitu: a. Mempunyai peran dalam organisasi Di dalam organisasi yang efektif, manajemen membantu suatu proses keseluruhan secara positif, yaitu suatu keseluruhan yang lebih besar dari sekedar penjumlahan dari bagian-bagian yang ada (Suwarto, 1999: 2). Maka dari itu, manajemen yang telah diterapkan bagaimana sekumpulan orang tersebut bisa memunculkan keefektifan individu, kelompok, dan organisasi.
b. Berinisiatif demi kemampuan organisasi Organisasi harus memiliki kemajuan dalam bidang pemasaran (sosialisasi) atau sebaliknya akan mati karena digebrak persaingan. Dengan demikian, semua anggota harus mengubah diri untuk untuk maju sebagian besar dari mereka harus selalu memeperbaiki dan meningkatkan diri, tumbuh dan berkembang demi kesinambungan gerak maju organisasi (Gordon, 1986: 284). Jadi, semua sumbangan pikiran ataupun tenaga dari semua unsur organisasi sangat berpengaruh sekali terhadap kemajuan organisasi tersebut. c. Disiplin dengan kode etik organisasi Organisasi dengan manajemennya, akan terlaksana dengan baik, dapat
dilihat
dari
tampilan
individu
atau
kelompok
dalam
mengembangkan disiplin terhadap kode etik organisasi. Setiap jenis kelompok akan berfungsi baik apabila mampu mengembangkan kebanggaan dan identitas yang kuat (Peel, 1993: 59). Karena disiplin memang sangat diharapkan dalam setiap hal dan kehidupan, baik secara individu maupun bermasyarakat, baik dalam hubungan manusia dengan sang kholiq, maupun hubungan antar manusia. d. Bertanggung jawab pada tugas organisasi Tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan adalah merupakan bagian dari tugas atau pekerjaan sesuai dengan peran individu
dalam suatu organisasi yang bersangkutan. Tim manjemen tidak akan pernah berfungsi seefektif bila semua anggota tidak melaksanakan fungsifungsi tertentu dengan penuh tanggung jawab (Gordon, 1986: 166). Setiap anggota harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan melapor kepadanya karena proses ini mempermudah berlangsungnya proses koordinasi, pelaporan dan pengendalian (Soedjadi, 1990: 49). e. Mempunyai daya kreativitas yang tinggi dalam berorganisasi Seorang anak menunjukkan kreativitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya dalam melukis, menggambar, olahraga, organisasi, kesenian dan dalam kegiatan
kurikuler lainnya. Mereka selalu ingin
memecahkan masalah, berani menanggung resiko yang sulit, lebih senang bekerja sendiri dan percaya diri sendiri. Jadi, dalam kegiatan berorganisasi anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu menyelesaikan masalah-masalah. f. Kemampuan membedakan yang urgen dan yang kurang urgen. Titik tolak yang biasanya digunakan untuk menentukan kategori kegiatan organisasional menjadi urgen dan penting ialah bahwa sesuatu yang urgen harus diselesaikan segera untuk mana kecepatan bertindak merupakan criteria utama. Biasanya, sesuatu yang urgen telah jelas prosedur dan mekanisme kerja yang digunakan dan oleh karenanya,
pelaksanaannyapun dapat diserahkan kepada orang lain. Artinya, keterlibatan langsung pimpinan yang bersangkutan mungkin tidak diperlukan. Sebaliknya, sesuatu yang kategorikan sebagai hal penting, mungkin mempunyai sifat-sifat seperti: 1) Merupakan hal baru bagi organisasi 2) Memerlukan pendekatan khusus 3) Tidak ditampung oleh struktur yang ada 4) Tidak bersifat repetitife 5) Tidak terdapat keterampilan melaksanakannya dikalangan para bawahan. Sifat-sifat demikian berarti bahwa untuk pelaksanaan sesuatu hal yang dipandang penting, faktor kecepatan bukan merupakan faktor yang menentukan, yang lebih diperlukan adalah ketelitian dan pemikiran yang matang. g. Keteladanan Seorang pimpinan harus mampu memproyeksikan kepribadian yang tercermin antara lain dalam bentuk: kesetiaan organisasi, kesetiaan kepada bawahan, dedikasi pada tugas, disiplin kerja, landasan moral dan etika yang digunakan, kejujuran perhatian kepada kepentingan dan kebutuhan bawahan dan berbagai nilai-nilai hidup lainnya yang bersifat positif.
Efektifitas kepemimpinan seseorang akan lebih besar lagi apabila keteladanannya tidak hanya tercermin dalam kehidupan organisasional, akan tetapi juga dalam kehidupan pribadinya, seperti kehidupan keluarga yang harmonis, gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan dengan memperhatikan keadaan lingkungan, dan kepekaan terhadap kondisi sosial sekitarnya. 2. Keaktifan siswa mengikuti kegiatan Kerohanian Islam (Rohis) hubungannya dengan Kematangan beragama Siswa di Sekolah. Pendidikan memang sangat dibutuhkan bagi anak-anak. Pendidikan diperoleh tidak hanya dilingkungan keluarga saja, akan tetapi pendidikan dapat diperoleh di lingkungan sekolah. Karena keterbatasan orang tua untuk mendidik anak-anaknya, maka orang tua menyerahkan ke sekolah-sekolah. Sejalan dan kepentngan masa depan anak-anak, terkadang para orang tua sangat selektif dalam menentukan tempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mungkin saja, para orang tua yang berasal dari keluarga yang taat beragama akan memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah agama. Sebaiknya, para orang tua lain lebih mengarahkan anak mereka untuk masuk ke sekolahsekolah agama. Sebaiknya, para orang tua lain lebih mengarahkan anak mereka untuk masuk ke sekolah-sekolah umum. Atau sebaliknya, para orang tua yang sulit mengendalikan tingkah laku anaknya, akan memasukkan anakanak mereka ke sekolah agama dengan harapan secara kelembagaan sekolah
tersebut dapat memberi pengaruh dalam membentuk kepribadian anak-anak tersebut. Pendidikan agama di lembaga pendidikan, bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh dimaksud sangat tergantung berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama. Jika melalui pendidikan keluarga pembentukan jiwa keagamaan dapat dilakukan dengan menggunakan kebiasaan, maka melalui kelembagaan pendidikan dengan cara disengaja dan direncanakan, tampaknya akan lebih efektif. Dengan demikian, pengaruh pembentukan jiwa keagamaan pada anak di sekolah, barangkali banyak tergantung dari bagaimana perencanaan pendidikan agama yang diberikan di sekolah. Fungsi sekolah dalam kaitanya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga. Dalam konteks ini, guru agama harus mampu mengubah sikap anak didiknya agar menerima pendidikan agama yang diberikannya.
Pengaruh
kelembagaan
pendidikan
dalam
pembentukan
jiwa
keagamaan pada anak, sangat tergantung dari kemampuan para pendidik untuk menimbulkan perhatian, pemahaman, dan penerimaan. Pertama, pendidikan agama yang diberikan harus dapat menarik perhatian peserta didik. Untuk menopang pencapaian itu, maka guru agama harus dapat merencanakan materi, metode, serta alat-alat bantu yang memungkinkan anak-anak memberikan perhatiannya. Kedua, para guru agama harus mampu memberikan pemahaman kepada anak didik tentang materi pendidikan yang diberikannya. Pemahaman ini akan lebih mudah diserap jika pendidikan agama yang diberikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Ketika penerimaan siswa terhadap materi pendidikan agama yang diberikan. Penerimaan ini sangat tergantung dengan hubungan antara materi dengan kebutuhan dan nilai bagi kehidupan anak didik. Keaktifan berorganisasi Rohis ini ada hubungan dengan kematangan beragama. Di mana seseorang aktif dalam berorganisasi Islam maka akan lebih banyak pengalaman – pengalaman yang didapat dalam ajaran agama Islam. Dengan hal tersebut, maka kematangan beragamapun semakin meningkat.
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Salatiga 1. Sejarah berdirinya SMA Negeri 2 Salatiga SMA Negeri 2 Salatiga berdiri pada tahun 1983, yang sebelumnya masih bergabung dengan SMA Negeri 1 Salatiga. Namun penggabungan kedua sekolah tersebut sangat singkat setelah menempati tanah sendiri di Jl. Tegalrejo No. 79 Salatiga. Meskipun awalnya hanya berdiri beberapa gedung yang digunakan dalam proses belajar mengajar, namun seiring waktu dan bertambahnya peserta didik maka pembangunan gedung semakin berkembang dan sudah mendekati tahap sempurna. SMA Negeri 2 Salatiga berdiri di atas tanah seluas 28850 m2. Berdasarkan keputusan sidang Badan Akreditasi Sekolah Propinsi Jawa Tengah, SMA Negeri 2 Salatiga memperoleh akreditas dengan predikat sangat baik dengan skor 93 yang ditandatangani pada tanggal 28 April 2004 di Semarang oleh Kepala Badan Akreditasi Sekolah Propinsi Jawa Tengah Drs. Sudharto, M.A. Adapun profil sekolah dari SMA Salatiga yaitu: a. Nama sekolah
: SMA Negeri 2 Salatiga
b. Alamat sekolah
: Jl. Tegalrejo No. 79 Salatiga
c. Desa/Kelurahan
: Tegalrejo
d. Kecamatan
: Argomulyo
e. Kabupaten/Kota : Salatiga f. Propinsi
: Jawa Tengah
g. Kode Pos
: 50733
h. No Telp
: (0298) 322250
2. Letak Geografis Secara geografis, letak SMA Negeri 2 Salatiga adalah di Jl. Tegalrejo No. 79 Salatiga,desa Tegalrejo ,Kecamatan Argomulyo,Kota Salatiga. Adapun batas-batas wilayah SMA Negeri 2 Salatiga sebagai berikut: a. Sebelah Utara b. Sebelah Selatan
: Jl. Tegalrejo Permai : SDN Tegalrejo IV
c. Sebelah Barat
: Jl. Raya Tegalrejo
d. Sebelah Timur
: Perumahan Tegalrejo
Secara geografis, daerah ini cocok untuk proses kegiatan belajar mengajar karena dengan hawa yang sejuk dan jauh dari keramaian kota. Selain itu SMA Negeri 2 Salatiga mudah dijangkau kendaraan baik mobil maupun sepeda motor, sehingga dapat memperlancar para guru dan peserta didik menuju ke SMA Negeri 2 Salatiga.
3. Visi dan misi a. Visi Terwujudnya satuan pendidikan dengan lulusan yang unggul dalam prestasi, beriman, bertakwa, dan peduli lingkungan, serta mampu bersaing di era global. b. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut di atas SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai misi sebagai berikut: 1) Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. 2) Melaksanakan kerjasama dengan perguruan tinggi maupun instansi lain. 3) Menyelenggarakan kegiatan akademik dan nonakademik sebagai wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi diri secara optimal. 4) Menerapkan peraturan sekolah secara konsisten. 5) Meningkatkan semangat hidup yang religius dan mewujudkan kerukunan antarumat beragama. 6) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara berkala yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian sosial para peserta didik.
7) Menciptakan budaya sekolah yang mencintai lingkungan. 8) Melibatkan orang tua/wali peserta didik untuk memberikan bimbingan tentang budi pekerti yang baik. 9) Mengadakan
koordinasi
dan
komunikasi
dengan
orang
tua,
masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta. 10) Melaksanakan program pengembangan diri bagi peserta didik untuk mengenal potensi diri. 4. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Salatiga ini adalah sekolah yang mengalami perkembangan
pesat
sehingga
tidak
mungkin
mampu
dikelola
perorangan.Karena itu, perlu adanya suatu organisasi untuk mengatur dan mengelola SMA Negeri 2 Salatiga ini.Untuk kelanjutan jalannya kegiatan sekolah ini dipimpin oleh Kepala Sekolah yang menjadi sentral figur yang pertama dan yang mengelola semua bidang yang ada di SMA Negeri 2 Salatiga, dan dibantu wakil-wakil kepala sekolah yang menangani bidangbidang lainnya,sehingga proses kegiatan belajar mengajar maupun manajemen sekolah dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Dalam hal ini dapat digambarkan skema atau bagan struktur organisasi sekolah SMA Negeri 2 Salatiga sebagai berikut:
Struktur Organisasi Sekolah di SMA Negeri 2 Salatiga KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH KOORDINATOR TU
WAKASEK KURIKULUM
WAKASEK SARANA PRASARANA
WAKASEK KESISWAAN
WAKASEK HUMAS
WALI KELAS GURU
MURID
Keterangan : 1. Ketua Komite
: Drs. Soenardi
2. Kepala Sekolah
: Drs. Purwanto
3. Wakasek Kurikulum
: Dra. Hendrawati
4. Wakasek Kesiswaaan
: Dra. Sulastri
5. Wakasek Sarpras
: Siti Purwatiningsih,S.Pd
6. Wakasek Humas
: Dra. Yuliati Eko Atmojo,M.Pd
7. Koordinator TU
: Giyarni
Adapun pembagian tugas wali kelas SMA Negeri 2Salatiga I.
KELAS X 1. Kelas X.1
: Dra. Maria Sumarsini, M.Pd
2. Kelas X.2
: Kun Murtiastuti, S.Pd
3. Kelas X.3
: Dra. Verina Dyah Peni Puspita
4. Kelas X.4
: Dra. Rr. Yuli Suryani
5. Kelas X.5
: Mahani Assagaff, S.Pd
6. Kelas X.6
: Tri Hastuti, S.Pd
7. Kelas X.7
: Sofatinajah, S.Pd
8. Kelas X.8
: Drs. Fy. Sigit Supriyanto
9. Kelas X.9
: Dra. Sri Sulasmini
II. KELAS XI 1. Kelas XI.IPA 1
: Drs. Waqof Adro‟i, M.Pd I
2. Kelas XI.IPA 2
: Dra. Ani Nurhayati
3. Kelas XI.IPA 3
: Yuli Hartati, S. Sas
4. Kelas XI.IPS 1
: Suprapti Rahayu, S.Pd
5. Kelas XI.IPS 2
: Moh Tohari, S.Pd
6. Kelas XI.IPS 3
: Dra. Suratmini
7. Kelas XI.IPS 4
: Dra. Puniyem
8. Kelas XI.IPS 5
: Ariyanto Wibowo
9. Kelas XI.BAHASA
: Indah Ismiyati, S.Pd
III. KELAS XII 1. Kelas XII.IPA 1
: Sulistiyaningsih, S.Pd
2. Kelas XII.IPA 2
: Sri Rahayu S.Pd
3. Kelas XII.IPA 3
: Drs. Guyub Widadi
4. Kelas XII.IPS 1
: Nani Widiastuti, S.Pd
5. Kelas XII.IPS 2
: Eni Handayaningsih, S.Pd
6. Kelas XII.IPS 3
: Dra. Tri Wariyatun
7. Kelas XII.IPS 4
: Wwik Indriastuti
8. Kelas XII.BAHASA
: Dra. Budiani Dwi Santoso
5. Sarana Prasarana Untuk menunjang proses belajar mengajar dan demi kelancaran KBM, maka SMA Negeri 2 Salatiga menyediakan Sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk mencapai visi dan misi yang akan dicapai. Adapun Sarana dan prasarana yang disediakan SMA Negeri 2 Salatiga sebagai berikut: TABEL I SARANA DAN PRASARANA SMA NEGERI 2 SALATIGA
No
Ruang
Jumlah
Luas (M2)
Keterangan
1
Ruang Teori/Kelas
26
1.644
Baik
2
Laboratorium Kimia
1
219
Baik
3
Laboratorium Fisika
1
225
Baik
4
Laboratorium Biologi
1
225
Baik
5
Laboratorium Bahasa
1
225
Baik
6
Laboratorium IPS
1
180
Baik
7
Laboratorium Komputer
2
126
Baik
8
Laboratorium Multimedia
1
63
Baik
9
Ruang Perpustakaan Konvensional
1
150
Baik
10
Ruang perpustakaan Multimedia
1
96
Baik
11
Ruang Serba Guna/ Aula
1
600
Baik
12
Ruang UKS
1
16
Baik
13
Koperasi/Toko
1
24
Baik
14
Ruang BP/BK
1
21
Baik
15
Ruang Kepala Sekolah
1
63
Baik
16
Ruang Guru
1
108
Baik
17
Ruang TU
1
63
Baik
18
Ruang OSIS
1
9
Baik
19
Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki
2
12
Baik
20
Kamar
2
12
Baik
Mandi/WC
Guru
Perempuan 21
Kamar Mandi/WC Siswa
20
113
Baik
22
Gudang
1
12
Baik
23
Ruang Ibadah/Masjid
1
117
Baik
24
Rumah Penjaga Sekolah
1
36
Baik
6. Keadaan Guru dan siswa a. Keadaan guru Keadaan guru di SMA Nergeri 2 Salatiga berjumlah 64 orang. Berikut tabel guru SMA Negeri 2 Salatiga: TABEL II DAFTAR GURU SMA NEGERI 2 SALATIGA NO
NAMA
NIP
GOL
1
Siti Purwatiningsih,S.Pd
19640218 198603 2 007
Pembina TK.I,IV/b
2
Dra. Yuli Eko Atmojo,M.Pd
19610728 198203 2 007
Pembina Tk.I, IV/b
3
Drs. Purwanto
19620710 198303 1 014
Pembina, IV/a
4
Drs. Guyup Widadi
19581031 198403 1 005
Pembina, IV/a
5
Dra. Istiani
19600817 198703 2 006
Pembina, IV/a
6
Drs. Hartawan
19520321 197803 1 002
Pembina, IV/a
7
Drs. Moch Slamet
19540801 198603 1 008
Pembina, IV/a
8
Dra. Sri Sulasmini
19600516 198603 2 006
Pembina, IV/a
9
Dra. Sulastri
19620304 198703 2 004
Pembina, IV/a
10
Dra. Tri Waryatun
19620810 198803 2 006
Pembina, IV/a
11
Dra. Peny Setyaningsih
19600626 198603 2 007
Pembina, IV/a
12
Dra. Eni Haristiyati
19621129 198703 2 003
Pembina, IV/a
13
Sri Rahayu, S.Pd
19540520 197803 2 002
Pembina, IV/a
14
Dra.Kadarwati
19581113 198701 2 001
Pembina, IV/a
15
Dra. Hendrawati
19561127 198603 2 003
Pembina, IV/a
16
Dra. Budiani DS
19581201 198403 2 003
Pembina, IV/a
17
Sri Subekti, S.Pd
19540314 198003 2 005
Pembina, IV/a
18
Sugiyanto, S.Pd
19631010 198601 1 005
Pembina, IV/a
19
Ning Wulantin, BA
19540525 197903 2 005
Pembina, IV/a
20
Dra. Ronna Simangunsong
19620914 198903 2 004
Pembina, IV/a
21
Suprapti Rahayu, S.Pd
19560626 198601 2 001
Pembina, IV/a
22
Dra. Nur Rochmah
19650221 199003 2 006
Pembina, IV/a
23
Sri Sawarti, S.Pd
19531117 198003 2 003
Pembina, IV/a
24
Eny Handayaningsih,SPd
19630206 198601 2 002
Pembina, IV/a
25
Partijah, S.Pd
19650801 198811 2 003
Pembina, IV/a
26
Nani Widiastuti,S.Pd
19610822 198601 2 002
Pembina, IV/a
27
Dra. Pramastuti SM
19650821 199412 2 002
Pembina, IV/a
28
Dra. Puniyem
19680125 199512 2 001
Pembina, IV/a
29
Dra. Maria Suharsini, M.Si
19690519 199403 2 006
Pembina, IV/a
30
Dra. Suratmini
19600416 198503 2 006
Penata Tk I, III/d
31
Drs. FY.Sigit Supriyanto
19670511 199512 1 003
Penata Tk I, III/d
32
Ngaidin,S.Ag
19731118 199903 1 002
Penata Tk I, III/d
33
Mahani Assagaf, S.Pd
19661012 198901 2 002
Penata Tk I, III/d
34
Moh Tohari, S.Pd
19680902 199803 1 007
Penata Tk I, III/d
35
Masnun Suaedi, S.Pd
19680622 199802 1 002
Penata Tk I, III/d
36
Agus Supriyadi
19620604 198703 1 002
Penata,III/c
37
Drs. Waqof Adroi, M.Ag
19650405 199803 1 002
Penata,III/c
38
Rohmat, S.Pd
19690816 200212 1 004
Penata,III/c
39
Suratno, S.Pd
19740218 199903 1 004
Penata,III/c
40
Yuli Hartati, S.Sas
19700711 200212 2 002
Penata,III/c
41
Sofatinajah, S.Pd
19700328 200212 2 002
Penata,III/c
42
Kun Murtiastuti, S.Pd
19770530 200212 2 005
Penata,III/c
43
Paryadi, S.Pd
19700715 200212 1 009
Penata,III/c
44
Ariyanto Wibowo, S.Pd
19710115 200212 1 008
Penata,III/c
45
Suwandi, S.Pd
19720421 200212 1 001
Penata,III/c
46
Sri Lestari, S.Pd
19641113 198703 2 006
Penata,III/c
47
Nur Endah, S.Pd
19740828 200212 2 004
Penata,III/c
48
Sulistyaningsih, S.Pd
19660826 200312 2 001
Penata Md TK1,III/b
49
Sugiono, S.Pd
19760516 200312 1 004
Penata Md TK1,III/b
50
Wiwik Indriastuti, S.Pd
19691207 200312 2 003
Penata Md TK1,III/b
51
Tri Hastuti, S.Pd
19720131 200312 2 002
Penata Md TK1,III/b
52
Indah Ismiyati, S.Pd
19741017 200501 2 013
Penata Md TK1,III/b
53
Dra. Ani Nurhayati
19670304 200501 2 008
Penata Md TK1,III/b
54
Dra. V.Dyah Peni P
19670927 200604 2 001
Penata Md TK1, III/b
55
Paulina Linda P, S.Psi
19800125 200604 2 006
Penata Md TK1, III/b
56
Dra. Rr. Yuli Suryani
19660703 200701 2 013
Penata Muda, III/a
57
Bambang Murtioso,S.Pd
19661108 200701 1 021
Penata Muda, III/a
58
Cahyo Eko Martono,S.Pd.
19710318 200701 1 009
Penata Muda, III/a
59
Festi Ika Pradita, S.Pd
19860820 201001 2 021
Penata Muda, III/a
60
Bernabas Ambon, S.Pd
19841120 201001 1 010
Penata Muda, III/a
61
Dwi Sukoco, S.Sn
19771215 201001 1 012
Penata Muda, III/a
62
Andreas Sayat, MTh
-
-
63
Soendari, S.Ag
-
-
64
Surya Apriliyanto
-
-
b. Keadaan Karyawan SMA Negeri 2 Salatiga juga mempunyai karyawan sebanyak 26 karyawan. Berikut table daftar karyawan: TABEL III DAFTAR KARYAWAN SMA NEGERI 2 SALATIGA
No
Nama
NIP
Golongan
1
Giyarni
19580202 198203 2 007
Pen Muda Tk.I,III/b
2
Titin Sugiharti
19670309 199002 2 001
Pen Muda Tk.I,III/b
3
Heri Tri Agung BS
19591103 198803 1 004
Penata Muda, III/a
4
Sri Winasih
19750218 200003 2 004
Penata Muda, III/a
5
Retno Hastuti
19750218 200003 2 004
Pengatur Tk I, II/d
6
Munjamil
19650501 199403 1 008
Pengatur Tk I, II/d
7
Sumaedi
19560208 198201 1 002
Pengatur, II/c
8
Leena Widhikusumastuty,A.Md
19821018 201001 2 013
Pengatur, II/c
9
Chasmim Rohmadhan M, A.Md
19880511 201101 1 012
Pengatur, II/c
10
Kasmadi
19551031 198603 1 006
Pengatur Muda, II/a
11
Slamet Jami'at
-
-
12
Sri Murtini
-
-
13
Sutatmi
-
-
14
Mukri
-
-
15
Ramelan
-
-
16
Siti Yuliati
-
-
17
Sardi
-
-
18
Setyono
-
-
19
Sutrasno
-
-
20
Arif Susanto
-
-
21
Sri Wulandari, S.Pd
-
-
22
Danang Sulistya
-
-
23
Siyamto
-
-
24
Sri Sulasmi
-
-
25
Gito Mulyono
-
-
26
Jujur Pitanto
-
-
27
Kabul Istiyono
-
-
c. Keadaan siswa Jumlah siswa SMA Negeri 2 Salatiga pada tahun ajaran 2011/2012 berjumlah. Untuk lebih jelas dapat dilihat table berikut : TABEL IV DATA SISWA SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN 2011 Tahun Ajaran
2010-2011 Jumlah Kelas
-
Jumlah Siwa
Jumlah Siswa
Jumlah siswa
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
307
294
Jumlah
601 601
7. Keadaan Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) a. Susunan Pengurus SUSUNAN KEPENGURUSAN ROHIS SMA N 2 SALATIGA
Penasehat
: Drs. Purwanto
Pembina Rohis
: Bp. Ngaidin
Ketua Umum
: Rifan
Sekretaris I : 1. Dinda Permata 2. Bagus Adi Bendahara I : 1. Sorra Devina 2. Wahyu Candra Seksi Dakwah
: 1. Ika anisa
2. Rohmatika 3. Afga Seksi Bakat Minat
: 1. Johan
2. Winda 3. Bagus Seksi Humas
: 1. Aditya 2. Annisa 3. Haryanto
Seksi Koordinasi : 1. Muhammad Syukron 2. Pandu 3. Ari Syarifudin b. Program Kerja 1) Kajian rutin setiap hari Jum‟at di Mushola SMA N 2 Salatiga 2) Kajian Muslimah bagi perempuan setiap hari Jum‟at 3) Pengajian Akbar memperingati hari besar Islam 4) Kegiatan Pesantren Kilat pada Bulan ramadhan
B. DATA PENELITIAN Adapun jumlah siswa yang dapat dijadikan sampel sebanyak 150 siswa. Berikut daftar nama sampel : TABEL V DAFTAR NAMA DAN SAMPEL
NO
NAMA SISWA
JENIS KELAMIN L
P
KELAS
1
ASP
L
-
X IA1
2
DP
-
P
X IA1
3
HM
-
P
X IS1
4
NB
-
P
XI IS3
5
AN
-
P
XI IA1
6
FKU
L
-
XI IS5
7.
FN
-
P
XI BAHASA
8.
WD
-
P
XI IA1
9.
NL
-
P
XI BAHASA
10
MA
L
-
XI IA3
11
MJ
L
-
XI IS4
12
AIS
-
P
X4
13
BAC
L
-
X5
14
NR
-
P
XI IS1
15
VV
-
P
XII IA1
16
WC
-
P
XII IA1
17
IA
-
P
XII IS5
18
DKW
-
P
XI IS4
19
IW
-
P
XI IA1
20
RM
-
P
XI BAHASA
21
RT
L
-
XI IS1
22
CM
-
P
XI IS2
23
UA
-
P
XI IA3
24
LO
L
-
XI IS3
25
RKE
-
P
XI IA1
26
RR
-
P
XII IA1
27
BY
L
-
XI IS1
28
SD
-
P
XI IA1
29
NF
-
P
XII IA1
30
AUA
-
P
XI IA1
31
THA
L
-
XII IS5
32
AH
L
-
XIIBAHASA
33
NB
L
-
XII IS5
34
FTA
L
-
XII IS1
35
FKU
L
-
XII IS2
36
AM
L
-
XII IS5
37
NN
L
-
XII IS5
38
TMP
-
P
XII Bahasa
39
AWS
-
P
XII Bahasa
40
TO
-
P
XII Bahasa
41
MD
-
P
XI IA3
42
HT
L
-
XI IS4
43
MH
L
-
X4
44
AN
-
P
X5
45
IWU
L
-
XI IS1
46
AS
L
-
XI IS4
47
EV
-
P
X4
48
TP
L
-
XII Bahasa
49
FS
L
-
X5
50
WA
-
P
XI IS1
51
NA
L
-
XII IA1
52
LAA
-
P
XII IA1
53
DYS
-
P
XII IS5
54
IP
L
-
XI IS4
55
KF
-
P
XII IS5
56
TF
-
P
XI IS5
57
AC
-
P
XI IS1
58
PB
L
-
XI IS3
59
MS
L
-
XI IS1
60
AS
L
-
XI IS3
61
EAA
L
-
XI IS1
62
NS
L
-
XI IS1
TABEL VI DATA TENTANG KEAKTIFAN BERORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS)
NO
NAMA SISWA
JAWABAN A
B
C
1
ASP
9
1
-
2
DP
6
2
2
3
HM
3
5
2
4
NB
4
5
1
5
AN
5
4
1
6
FKU
7
3
-
7.
FN
2
8
-
8.
WD
6
3
1
9.
NL
6
4
-
10
MA
7
3
-
11
MJ
8
2
-
12
AIS
8
1
1
13
BAC
7
1
2
14
NR
7
1
2
15
VV
8
1
1
16
WC
8
2
-
17
IA
8
1
1
18
DKW
8
1
1
19
IW
4
4
2
20
RM
5
3
2
21
RT
6
3
1
22
CM
1
9
-
23
UA
5
5
-
24
LO
8
1
1
25
RKE
8
2
-
26
RR
6
1
3
27
BY
7
2
1
28
SD
5
5
-
29
NF
6
4
-
30
AUA
6
4
-
31
THA
8
2
-
32
AH
5
3
2
33
NB
9
1
-
34
FTA
5
3
2
35
FKU
3
6
1
36
AM
5
5
-
37
NN
7
1
2
38
TMP
5
3
2
39
AWS
3
5
2
40
TO
8
1
1
41
MD
5
5
-
42
HT
5
4
1
43
MH
7
2
1
44
AN
7
1
2
45
IWU
7
2
1
46
AS
10
-
-
47
EV
9
1
-
48
TP
5
3
2
49
FS
6
3
1
50
WA
5
3
2
51
NA
7
2
1
52
LAA
5
5
-
53
DYS
4
6
-
54
IP
9
1
-
55
KF
6
3
3
56
TF
8
1
1
57
AC
4
6
-
58
PB
6
4
-
59
MS
6
4
-
60
AS
6
3
1
61
EAA
5
4
1
62
NS
7
2
1
TABEL VII DATA KEMATANGAN BERAGAMA SISWA
NO
NAMA SISWA
JAWABAN A
B
C
1
ASP
7
3
-
2
DP
5
4
1
3
HM
5
4
1
4
NB
2
7
1
5
AN
8
2
-
6
FKU
5
4
1
7.
FN
8
1
1
8.
WD
5
5
-
9.
NL
8
2
-
10
MA
9
1
-
11
MJ
6
2
2
12
AIS
7
2
1
13
BAC
6
4
-
14
NR
5
2
3
15
VV
7
2
1
16
WC
5
3
2
17
IA
4
7
-
18
DKW
6
4
-
19
IW
6
3
1
20
RM
8
1
1
21
RT
4
4
2
22
CM
5
4
1
23
UA
7
3
-
24
LO
6
4
-
25
RKE
7
3
-
26
RR
6
3
1
27
BY
5
4
1
28
SD
6
3
1
29
NF
7
3
-
30
AUA
5
4
1
31
THA
9
1
-
32
AH
7
2
1
33
NB
6
2
2
34
FTA
7
2
1
35
FKU
6
3
1
36
AM
4
6
-
37
NN
6
3
1
38
TMP
7
3
-
39
AWS
4
5
1
40
TO
8
2
-
41
MD
5
5
-
42
HT
5
4
1
43
MH
7
2
1
44
AN
7
2
1
45
IWU
8
1
1
46
AS
3
5
2
47
EV
7
3
-
48
TP
1
9
-
49
FS
5
5
-
50
WA
5
3
2
51
NA
5
5
-
52
LAA
6
3
1
53
DYS
6
4
-
54
IP
4
6
-
55
KF
2
7
1
56
TF
7
2
1
57
AC
2
6
2
58
PB
8
2
-
59
MS
5
5
-
60
AS
3
7
-
61
EAA
6
3
1
62
NS
4
3
3
BAB IV PEMBAHASAN
Setelah data terkumpul, maka yang penulis tempuh selanjutnya adalah menganalisis data, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari pokok permasalahan yang ditanyakan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat keaktifan Pengurus dalam berorganisasi Rohis? 2. Bagaimana kematangan beragama Pengurus Rohis SMA Negeri 2 Salatiga? 3. Bagaimanakah hubungan keaktifan berorganisasi Rohis terhadap kematangan beragama pengurus Rohis SMA N 2 Salatiga?
Secara berturut-turut penulis menganalisis sebagai berikut: A. Analisis Pertama Analisis tentang data keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis). Dalam analisis ini dibagi 4 cara: 1. Analisis Penilaian Data Untuk mencari nilai dari jawaban-jawaban yaitu dengan mengalikan frekuensi A dengan bobot C yang ditentukan, begitu pula dengan nilai B dan C. Disini ditentukan bahwa: a. Siswa yang menjawab A diberi nilai 3 b. Siswa yang menjawab B diberi nilai 2
c. Siswa yang menjawab C diberi nilai 1 Selanjutnya untuk mencari nominasi didasarkan pada jumlah nilai yang 60 diperoleh dari hasil angket untuk para siswa, nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan sekaligus memberi kriteria pada tingkat keaktifan siswa berorganisasi Rohis di SMA Negeri 2 Salatiga. Lebih jelasnya lihat tabel berikut: TABEL VIII KRITERIA PADA TINGKAT KEAKTIFAN BERORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS)
NO 1
JAWABAN A B C 9 1 -
JUMLAH A B C 27 2 -
JUMLAH
2
6
2
2
18
4
2
24
3
3
5
2
9
10
2
21
4
4
5
1
12
10
1
23
5
5
4
1
15
8
1
24
6
7
3
-
21
6
-
27
7.
2
8
-
6
16
-
22
8.
6
3
1
18
6
1
25
9.
6
4
-
18
8
-
26
10
7
3
-
21
6
-
27
11
8
2
-
24
4
-
28
12
8
1
1
24
2
1
27
13
7
1
2
21
2
2
25
14
7
1
2
21
2
2
25
29
15
8
1
1
24
2
1
27
16
5
3
2
15
6
2
23
17
8
1
1
24
2
1
27
18
8
1
1
24
2
1
27
19
4
4
2
12
8
2
22
20
5
3
2
15
6
2
23
21
6
3
1
18
6
1
25
22
1
9
-
3
18
-
21
23
5
5
-
15
10
-
25
24
8
1
1
24
2
1
27
25
8
2
-
24
4
-
28
26
6
1
3
18
2
3
23
27
7
2
1
21
4
1
26
28
5
5
-
15
10
-
25
29
6
4
-
18
8
-
26
30
6
4
-
18
8
-
26
31
8
2
-
24
4
-
28
32
5
3
2
15
6
2
23
33
9
1
-
27
2
-
29
34
5
3
2
15
6
2
23
35
3
6
1
9
12
1
22
36
5
5
-
15
10
-
25
37
7
1
2
21
2
2
25
38
5
3
2
15
6
2
23
39
3
5
2
9
10
2
21
40
8
1
1
24
2
1
27
41
5
5
-
15
10
-
25
42
5
4
1
15
8
1
24
43
7
2
1
21
4
1
26
44
7
1
2
21
2
2
25
45
7
2
1
21
4
1
26
46
10
-
-
30
-
-
30
47
9
1
-
27
2
-
29
48
5
3
2
15
6
2
23
49
6
3
1
18
6
1
25
50
5
3
2
15
6
2
23
51
7
2
1
21
4
1
26
52
5
5
-
15
10
-
25
53
4
6
-
12
12
-
24
54
9
1
-
27
2
-
29
55
6
3
3
18
6
3
27
56
8
1
1
24
2
1
27
57
4
6
-
12
12
-
24
58
6
4
-
18
8
-
26
59
4
6
-
12
12
-
24
60
6
3
1
18
6
1
25
61
5
4
1
15
8
1
24
62
7
2
1
21
4
1
26
Berdasarkan nilai hasil angket keaktifan berorganisasi kerohanian Islam diperoleh nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 21. Kemudian ditetapkan menjadi interval sebanyak:
i
xt x r 1 ket 3
xt = Nilai tertinggi
xr = Nilai terendah i
30 21 1 3
i
10 3,3 3
2. Analisis Berdasarkan Skor Untuk analisis ini digunakan teknis presentase dengan rumus: P
Ket
F x100% N
F = Frekuensi N = jumlah responden (150 siswa)
Adapun langkah dalam analisis ini adalah sebagai berikut: a. Mencari individu yang tergolong mempunyai keaktifan berorganisasi (Rohis) Kerohanian Islam A (tertinggi), B (sedang), C (rendah). Dari tabel VIII tentang keaktifan berorganisasi Rohis: 1) Tinggi (kategori A) mencapai 18 siswa 2) Sedang (kategori B) mencapai 29 siswa 3) Rendah (kategori C) mencapai 15 siswa b. Mencari presentase masing-masing kategori 1). Kategori A
18 x100% 29,0% 62
2). Kategori A
29 x100% 46,8% 62
3) Kategori A
15 x100% 24,2% 62
untuk lebih jelasnya disajikan tabel berikut: TABEL IX PERSENTASE TINGKAT KEAKTIFAN BERORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS) TINGKAT NO
INTERVAL
FREKUENSI
PERSENTASE
KEAKTIFAN 1
Tinggi
28-30
18
29,0%
2
Sedang
24-27
29
46,8%
3
Rendah
21-23
15
24,2%
62
100%
Jumlah
3. Analisis berdasarkan item-item angket Dengan analisis ini dimaksudkan untuk melihat lebih jauh jawabanjawaban siswa dalam kaitannya dengan keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis). Jawaban item-item pertanyaan tentang keaktifan berorganisasi Rohis disajikan tabel berikut:
TABEL X PROSENTASE JAWABAN ANGKET KEAKTIFAN BERORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS) No
Item A
1
Jawaban B C
A
Prosentase B C
Apakah anda dalam satu tahun terakhir ini aktif menjadi pengurus Rohis? a. Selalu aktif
30
b. Kadang-kadang aktif
48,4 2
c. Tidak aktif 2
51,6 -
-
Apakah Anda selalu aktif memberikan saran untuk program kerja pengurus Rohis? a. Selalu aktif
57
b. Kadang-kadang aktif
91,9 4
c. Tidak aktif 3
6,5 1
1,6
Apakah Anda aktif mengikuti rapat rutin Rohis? a. Selalu aktif b. Kadang-kadang aktif c. Tidak aktif
4
Apakah anda selalu mengikuti rapat
48
77,5 11
17,7 3
4,8
dalam
rangka
pelaksanaan
kegiatan
Rohis? 46
74,2
a. Selalu 14
22,6
b. Kadang-kadang 5
2
3,2
c. Tidak Apakah Anda giat dalam melaksanakan tugas sebagai panitia kegiatan Rohis? 57
91,9
a. Selalu giat 5
8,1
b. Kadang-kadang giat -
-
c. Tidak giat
6 Apakah Anda selalu siap ketika ditunjuk diselenggarakan Rohis? 46
74,2
a. Selalu siap 12
19,3
b. Kadang-kadang siap 4
6,5
c. Tidak siap Apakah Anda sungguh-sungguh dalam 7 melaksanakan atau mengikuti kegiatankegiatan yang diadakan Rohis? 48
77,4
a. Selalu sungguh-sungguh 12
19,4
b. Kadang-kadang sungguh-sungguh 2
3,2
c. Tidak sungguh-sungguh 8 Apakah Anda aktif dalam kepanitiaan peringatan
hari
besar
Islam
yang
diadakan Rohis? 25
40,3
a. Selalu aktif 35
56,5
b. Kadang-kadang 2
3,2
c. Tidak 9 Apakah anda sering mengajak teman untuk
menghadiri
kegiatan
yang
diselenggarakan Rohis? 20 a.
32,2
Sering 35
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak
56,5 7
11,3
10 Apakah Anda sering membuat majalah dinding yang menyangkut tentang Rohis? 40
64,5
a. Sering 19
30,7
b. Kadang-kadang 3 c. Tidak
4,8
4. Analisis Bobot Item Setelah diketahui jawaban pada tiap-tiap item dari variable tentang keaktifan pengurus Rohis dalam berorganisasi, maka selanjutnya penelitian akan manganalisis berdasarkan jawaban tiap-tiap bobot pada itemnya, yaitu: a. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu aktif) ada 30 siswa dengan persentase sebesar 48,4%, memilih b (kadangkadang aktif) ada 32 orang dengan persentase sebesar 51,6%, yang memilih jawaban c (tidak aktif) ada 0 siswa dengan persentase sebesar 0%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas kadang-kadang aktif berorganisasi rohis, terbukti yang menjawab a, dari 62 siswa sebanyak 95,2%. b. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu aktif) ada 57 siswa dengan prosentase sebesar 91,9%, memilih b (kadangkadang) ada 4 siswa dengan prosentase sebesar 6,5%, yang memilih jawaban c (tidak aktif) ada 1 siswa dengan prosentase sebesar 1,6%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas aktif memberi saran kepada pengurus Rohis terbukti yang menjawab a, dari 62 siswa sebanyak 91,9%. c. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu aktif) ada 48 siswa dengan prosentase sebesar 77,5%, memilih b (kadangkadang aktif) ada 11 siswa dengan prosentase sebesar 17,7%, yang memilih jawaban c (tidak aktif) ada 3 siswa dengan prosentase sebesar 4,8%.
Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas tidak aktif mengikuti rapat rutin Rohis, terbukti yang menjawab a, dari 62 siswa sebanyak 77,5%. d. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu mengikuti rapat kegiatan Rohis) ada 46 siswa dengan prosentase sebesar 74,2%, memilih b (kadang-kadang) ada 14 siswa dengan prosentase sebesar 22,6%, yang memilih jawaban c (tidak) ada 2 siswa dengan prosentase sebesar 3,2%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas selalu mengikuti rapat kegiatan Rohis, terbukti yang menjawab a, prosentase sebanyak 74,2% dari 62 siswa. e. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu giat) ada 57 siswa dengan prosentase sebesar 91,9%, memilih b (kadangkadang ) ada 5 siswa dengan prosentase sebesar 8,1%, yang memilih jawaban c (tidak giat) ada 0 siswa dengan prosentase sebesar 0%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas giat melaksanakan tugas sebagai panitia kegiatan Rohis, terbukti yang menjawab , dari 64 siswa sebanyak 91,9%. f. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu siap) ada 12 siswa dengan prosentase sebesar 19,3%, memilih b (kadangkadang siap) ada 46 siswa dengan prosentase sebesar 74,2%, yang memilih jawaban c (tidak siap) ada 4 siswa dengan prosentase sebesar 6,5%.
Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas kadang-kadang siap menjadi ketua panitia kegiatan yang diadakan Rohis, terbukti yang menjawab c, dari 62 siswa sebanyak 74,2%. g. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu sungguh-sungguh) ada 12 siswa dengan prosentase sebesar 19,4%, memilih b (kadang-kadang sungguh-sungguh) ada 48 siswa dengan prosentase sebesar 72,4%, yang memilih jawaban c (tidak sungguhsungguh) ada 2 siswa dengan prosentase sebesar 3,2%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas kadang-kadang sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan Rohis, terbukti yang menjawab b dari 62 siswa sebanyak 77,4%. h. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu aktif) ada 25 siswa dengan prosentase sebesar 40,3%, memilih b (kadangkadang) ada 35 siswa dengan prosentase sebesar 56,5%, yang memilih jawaban c (tidak) ada 2 siswa dengan prosentase sebesar 3,2%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas kadang-kadang aktif dalam kepanitiaan peringatan hari besar yang diadakan pengurus Rohis, terbukti yang menjawab c dari 62 siswa sebanyak 56,5%. i.
Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (sering mengajak) ada 20 siswa dengan prosentase sebesar 32,2%, memilih b (kadang-kadang mengajak) ada 35 siswa dengan prosentase sebesar
56,5%, yang memilih jawaban c (tidak mengajak) ada 7 siswa dengan prosentase sebesar 11,3%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas kadang-kadang mengajak teman untuk menghadiri kegiatan yang diselenggarakan Rohis , terbukti yang menjawab b (kadang-kadang) dari 62 siswa sebanyak 56,5%. j.
Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (sering) ada 40 siswa dengan prosentase sebesar 64,5%, memilih b (kadangkadang) ada 19 siswa dengan prosentase sebesar 30,7%, yang memilih jawaban c (tidak) ada 2 siswa dengan prosentase sebesar 4,8%. Jadi siswa dapat dikatakan sering membuat majalah dinding tentang Rohis, terbukti yang menjawab c dari 62 siswa sebanyak 64,5%
Kesimpulan : Dari berbagai macam pertanyaan yang telah dijawab responden, kita dapat mengetahui bahwa responden memilih jawaban a dan b, dibandingkan c. Jadi kemungkinan ada juga yang terkadang aktif mengikuti kegiatan Rohis, ada juga yang aktif. Tapi kita juga dapat menilai bahwa apa yang telah dilakukan responden dalam keaktifan mengikuti organisasi Rohis, mulai dari individu sendiri ataupun pengaruh dari responden lain, sudah baik.
B. Analisis Kedua Analisis tentang sikap kematangan beragama pada pengurus Rohis. Dalam analiis ini dibagi dalam 4 cara:
1. Analisis Penilaian Data Untuk mencari nilai dari jawaban-jawaban yaitu dengan mengalikan frekuensi A dengan bobot nilai C yang ditentukan, begitu pula dengan nilai B dan C. Disini ditentukan bahwa: a. Siswa yang menjawab A diberi nilai 3 b. Siswa yang menjawab B diberi nilai 2 c. Siswa yang menjawab C diberi nilai 1 Selanjutnya untuk mencari nominasi didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket untuk para siswa, nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan sekaligus memberi criteria pada kematangan beragama pengurus Rohis di SMA N 2 Salatiga. Lebih jelasnya lihat tabel berikut: TABEL XI KRITERIA PADA TINGKAT KEMATANGAN BERAGAMA PENGURUS ROHIS NO 1
JAWABAN A B C 7 3 -
JUMLAH A B C 21 6 -
JUMLAH
2
5
4
1
15
8
1
24
3
5
4
1
15
8
1
24
4
2
7
1
6
14
1
21
5
8
2
-
24
4
-
28
6
5
4
1
15
8
1
24
7.
8
1
1
24
2
1
27
8.
5
5
-
15
10
-
25
27
9.
8
2
-
24
4
-
28
10
9
1
-
27
2
-
29
11
6
2
2
18
4
2
24
12
7
2
1
21
4
1
26
13
6
4
-
18
8
-
26
14
5
2
3
15
4
3
22
15
7
2
1
21
4
1
26
16
5
3
2
15
6
2
23
17
4
7
-
12
14
-
26
18
6
4
-
18
8
-
26
19
6
3
1
18
6
1
25
20
8
1
1
24
2
1
27
21
4
4
2
12
8
2
22
22
5
4
1
15
8
1
24
23
7
3
-
21
6
-
27
24
6
4
-
18
8
-
26
25
7
3
-
21
6
-
27
26
6
3
1
18
6
1
25
27
5
4
1
15
8
1
24
28
6
3
1
18
6
1
24
29
7
3
-
21
6
-
27
30
5
4
1
15
8
1
24
31
9
1
-
27
2
-
29
32
7
2
1
21
4
1
26
33
6
2
2
18
4
2
24
34
7
2
1
21
4
1
26
35
6
3
1
18
6
1
25
36
4
6
-
12
12
-
24
37
6
3
1
18
6
1
25
38
7
3
-
21
6
-
27
39
4
5
1
12
10
1
23
40
8
2
-
24
4
-
28
41
5
5
-
15
10
-
25
42
5
4
1
15
8
1
24
43
7
2
1
21
4
1
26
44
7
2
1
21
4
1
26
45
8
1
1
24
2
1
27
46
7
3
-
21
6
-
28
47
7
3
-
21
6
-
27
48
1
9
-
3
18
-
21
49
5
5
-
15
10
-
25
50
5
3
2
15
6
2
23
51
5
5
-
15
10
-
25
52
6
3
1
18
6
1
25
53
6
4
-
18
8
-
26
54
4
6
-
12
12
-
24
55
7
2
1
21
4
1
26
56
7
2
1
21
4
1
26
57
3
7
-
9
14
-
23
58
8
2
-
24
4
-
28
59
5
5
-
15
10
-
25
60
3
7
-
9
14
-
23
61
6
3
1
18
6
1
25
62
5
5
-
15
10
-
25
Berdasarkan nilai hasil angkat tingkat kematangan beragama pada pengurus Rohis diperoleh nilai tertinggi 29 dan nilai terendah 21, kemudian ditetapkan menjadi interval sebanyak:
i
xt x r 1 3
i
29 21 1 3
i
9 3 3
2. Analisis berdasarkan skor Untuk analisis ini digunakan presentase dengan rumus: P
F x100% N
Adapun langkah dalam analisis ini adalah sebagai berikut: a. Mencari individu yang tergolong tingkat kematangan beragama siswa A (tertinggi), B (sedang), C (rendah). Dari tabel X tentang kematangan beragama siswa: 1) Tinggi (kategori A) mencapai 16 siswa 2) Sedang (kategori B) mencapai 37 siswa 3) Rendah (kategori C) mencapai 9 siswa b. Mencari presentase masing-masing kategori 1). Kategori A
16 x100% 25,8% 62
2). Kategori A
37 x100% 59,7% 62
3) Kategori A
9 x100% 14,5% 62
Untuk lebih jelasnya disajikan tabel berikut:
TABEL XII PERSENTASE KEMATANGAN BERAGAMA SISWA Kematangan No
Interval
Frekuensi
Persentase
Beragama Siswa 1
Tinggi
27-29
16
25,8%
2
Sedang
24-26
37
59,7%
3
Rendah
21-23
9
14,5%
62
100%
Jumlah
3. Analisis berdasarkan item-item angket Dengan analisis ini
dimaksudkan untuk melihat lebih jauh jawaban-
jawaban siswa dalam kaitannya dengan tingkat kematangan beragamanya. Jawaban item-item pertanyaan tentang kematangan beragama pengurus Rohis disajikan dalam tabel berikut:
TABEL XIII PROSENTASE JAWABAN ANGKET KEMATANGAN BERAGAMA
NO 1
ITEM
JAWABAN A B C
PRESENTASE A B C
Jika anda tidak lulus ujian mata pelajaran, apakah anda bertawakal kepada Allah? a. Selalu tawakal
17
b. Kadang-kadang
27,4 37
c. Tidak 2
59,7 8
12,9
Jika anda mendapat masalah kesulitan belajar, apakah anda selalu sabar dan berdo‟a kepada Allah? a. Selalu
50
b. kadang-kadang
80,7 9
c. tidak 3
14,5 3
4,8
Apakah Anda selalu mengikuti jama'ah sholat dhuhur ketika di sekolah? a. Selalu mengikuti b. Kadang-kadang mengikuti c. Tidak pernah mengikuti
4
Apakah anda penah menyontek ketika ujian mata pelajaran berlangsung?
45
72,6 13
20,9 4
6,5
a. Pernah
25
40,3
b. Kadang-kadang 35
56,5
c. Tidak pernah 2
3,2
Apakah Anda selalu melaksakan salat 5 fardhu lima waktu ? a. Selalu 29
46,8
b. Kadang-kadang 33
53,2
c. Tidak pernah -
-
Apakah anda selalu membaca Al-Qur‟an 6 setiap hari? a. Selalu membaca 20
32,3
b. Kadang-kadang membaca 39
62,9
c. Tidak pernah membaca 3
4,8
Dalam mencapai tujuan hidup, apakah anda 7 selalu berdo‟a dan berusaha sesuai kemampuan? a. Selalu 19
30,6
b. Kadang-kadang 39
62,9
c. Tidak 4 Apakah
anda
selalu
8 mmenghadapi musibah?
bersabar
dalam
6,5
a. Selalu 35
56,5
b. Kadang-kadang 25
40,3
c. Tidak 2
3,2
Apakah anda selalu mengajak teman untuk 9 mengikuti majlis taklim? a. Selalu 47
75,8
b. Kadang-kadang 17
24,2
c. Tidak pernah -
-
Apakah Anda selalu menasehati atau 10 menegur teman anda yang tidak menjalankan sholat? a. Selalu 25
59,7
b. Kadang-kadang 37
40,3
c. Tidak pernah -
-
4. Analisis Bobot Item Setelah diketahui jawaban pada tiap-tiap item dari variable tentang kematangan beragama Pengurus Rohis, maka selanjutnya penenlitian akan menganalisis berdasarkan jawaban tiap-tiap bobot pada itemnya, yaitu: a. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu tawakal) ada 17 siswa dengan prosentase sebesar 27,4%, memilih b
(kadang-kadang tawakal) ada 37 siswa dengan prosentase sebesar 59,7%, yang memilih jawaban c (tidak tawakal) ada 8 siswa dengan prosentase sebesar 12,9%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas kadang-kadang tawakal kepada Allah jika tidak lulus ujian mata pelajaran, terbukti yang menjawab b dari 62 siswa sebanyak 59,7%. b. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu sabar) ada 50 siswa dengan prosentase sebesar 80,7%, memilih b (kadangkadang) ada 9 siswa dengan prosentase sebesar 14,5%, yang memilih jawaban c (tidak sabar) ada 3 siswa dengan persentase sebesar 4,8%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas selalu sabar jika mendapat kesulitan belajar, terbukti yang menjawab a dari 62 siswa sebanyak 80,7%. c. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu mengikuti) ada 45 siswa dengan persentase sebesar 72,6%, memilih b (kadang-kadang mengikuti) ada 13 siswa dengan prosentase sebesar 20,9%, yang memilih jawaban c (tidak mengikuti) ada 4 siswa dengan prosentase sebesar 6,5%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas selalu mengikuti jama'ah sholat dzuhur ketika di sekolah yang diadakan Rohis, terbukti yang menjawab a dari 62 siswa sebanyak 72,6%. d. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (pernah menyontek) ada 25 siswa dengan prosentase sebesar 40,3%, memilih b
(kadang-kadang) ada 35 siswa dengan prosentase sebesar 56,5%, yang memilih jawaban c (tidak pernah) ada 2 siswa dengan persentase sebesar 3,2%. Jadi siswa dapat dikatakan kadang-kadang menyontek ketika ujian berlangsung terbukti yang menjawab a dari 62 siswa sebanyak 56,5%. e. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu melaksanakan) ada 29 siswa dengan prosentase sebesar 46,8%, memilih b (kadang-kadang) ada 33 siswa dengan prosentase sebesar 53,2%, yang memilih jawaban c (tidak) ada 0 siswa dengan persentase sebesar 0%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas kadang-kadang melaksanakan salat fardhu lima waktu, terbukti menjawab b dari 62 siswa sebanyak 53,2%. f. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu membaca Al Qur‟an) ada 20 siswa dengan prosentase sebesar 32,3%, memilih b (kadang-kadang) ada 39 siswa dengan persentase sebesar 62,9%, yang memilih jawaban c (tidak pernah membaca) ada 3 siswa dengan prosentase sebesar 4,8%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas kadang-kadang membaca Al Qur‟an, terbukti yang menjawab b dari 62 siswa sebanyak 62,9%. g. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu berdo‟a) ada 19 siswa dengan persentase sebesar 30,6%, memilih b (kadang-kadang) ada 39 siswa dengan prosentase sebesar 62,9%, yang
memilih jawaban c (tidak berdo‟a) ada 4 siswa dengan persentase sebesar 6,5%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas terkadang selalu berdo‟a dan berusaha sesuai kemampuan dalam mencapai tujuan hidup, terbukti yang menjawab a dari 62 siswa sebanyak 6,5%. h. Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu) ada 35 siswa dengan prosentase sebesar 56,5%, memilih b (kadangkadang) ada 25 siswa dengan prosentase sebesar 40,3%, yang memilih jawaban c (tidak) ada 2 siswa dengan persentase sebesar 3,2%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas selalu sabar dalam menghadapi musibah, terbukti yang menjawab a dari 62 siswa sebanyak 56,5%. i.
Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu mengajak) ada 47 siswa dengan prosentase sebesar 75,8%, memilih b (kadang-kadang) ada 15 siswa dengan prosentase sebesar 24,2%, yang memilih jawaban c (tidak) ada 0 siswa dengan prosentase sebesar 0%. Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas selalu mengajak teman untuk mengikuti majlis taklim, terbukti yang menjawab a dari 62 siswa sebanyak 75,8%.
j.
Dari 62 siswa yang menjadi responden, yang memilih jawaban a (selalu menasehati) ada 37 siswa dengan prosentase sebesar 59,7%, memilih b (kadang-kadang) ada 25 siswa dengan prosentase sebesar 40,3%, yang memilih jawaban c (tidak) ada 0 siswa dengan prosentase sebesar 0%.
Jadi siswa dapat dikatakan mayoritas selalu menasehati atau menegur teman apabila tidak menjalankan shalat, terbukti yang menjawab a dari 62 siswa sebanyak 59,7%. Kesimpulan: Dari berbagai macam pertanyaan yang telah dijawab responden, kita dapat mengetahui bahwa responden lebih memilih jawaban a dan b, dibanding jawaban c (selalu dan kadang - kadang). Jadi kemungkinan ada responden dengan sikap kematangan beragama siswa sedang-sedang saja. Apa yang responden lakukan sudah cukup baik.
C. Analisi Ketiga Analisis hubungan keaktifan berorganisasi Rohis dengan
kematangan
beragama pada pengurus Rohis. Maka, penulis menggunakan teknik analisis statistik. Alasan menggunakan tekhnik statistik adalah: 1. Karena data yang diperoleh merupaka data kuantitatif yang berupa angka. 2. Dengan menggunakan analisis statistik akan diperoleh kesimpulan yang bersifat obyektif dan tidak diragukan. 3. Sebagai penutup dalam langkah kerja, penulis menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
rxy
XY
X Y N
X 2 X N
2
Y 2 2 Y N
Rxy
: koefisien korelasi antara variable x dan y
XY
: perkalian antara x dan y
X
: variable keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam(Rohis)
Y
: variable kematangan beragama pengurus Rohis
N
: jumlah sample yang diteliti
: sigma (jumlah dari variable) Dalam penyajian data pada bab ini, akan dikorelasikan dalam tabel
koefisien korelasi dimana keaktifan berorganisasi Rohis sebagai variabel x dan kematangan beragama pengurus Rohis sebagai variabel y. Untuk lebih jelasnya, penulis menyajikan dalam tabel berikut: TABEL XIV TABEL KERJA PRODUCT MOMENT KORELASI ANTARA VARIABEL X (KEAKTIFAN BERORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS)) DENGAN VARIABEL Y (KEBERAGAMAN SISWA) No
(X)
(Y)
X2
Y2
XY
1
29 24 21 23
27 24 24 21
881
729
783
576
576
576
441
576
504
529
441
483
2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
24 27 22 25 26 27 28 27 25 25 27 23 27 27 22 23 25 21 25 27 28 23 26 25 26 26 28 23 29 23 22 25 25 23 21 27
28 24 27 25 28 29 24 26 26 22 26 23 26 26 25 27 22 24 27 26 27 25 24 24 27 24 29 26 24 26 25 24 25 27 23 28
576
784
672
729
576
648
484
729
594
625
625
625
676
784
728
729
841
783
784
576
672
729
676
702
625
676
650
625
484
550
729
676
702
529
529
529
729
676
702
729
676
702
484
625
550
529
729
621
625
484
550
441
576
504
625
729
675
729
676
702
784
729
756
529
625
575
676
576
624
625
576
600
676
729
702
676
576
624
784
841
812
529
676
598
841
576
696
529
676
598
484
625
550
625
576
600
625
625
625
529
729
621
441
529
483
729
784
756
41
25 24 26 26 27 28 27 21 25 23 25 25 26 24 26 26 23 28 25 23 25 25
625
625
625
576
576
576
676
676
676
625
676
650
676
729
702
900
784
840
841
729
783
529
441
483
625
625
625
529
529
529
676
625
650
625
625
625
576
676
624
841
576
696
729
676
702
729
676
702
576
529
552
676
784
728
576
625
600
625
529
575
576
625
600
62
25 24 26 25 26 30 29 23 25 23 26 25 24 29 27 27 24 26 24 25 24 26
676
625
650
Jml
1563
1568
39723
39858
39620
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
Diket: X
: 1563
Y
: 1568
X2
: 39723
Y2
: 39858
XY
: 39620
N
: 62
rxy
X Y
XY
N
X 2 X N
2
39620
Y 2 2 Y N
15631568
1563 39723 62
62 2
2 1568 39858 62
39620 39528,8
39723 39402,7 39858 39655,2 91,2
320,3202,8 91,2 6495 7 91,2 254,16
0,358829 0,359 D. Interpretasi Data Berdasarkan perhitungan tinggi,
rendah,
sedang siswa yang
aktif
berorganisasi (Rohis) Kerohanian Islam dan Kematangan beragama siswa pada kelas sedang. Untuk mencari nilai dari jawaban-jawaban angket yang telah diisi siswa, dengan kategori siswa yang menjawab A mendapat nilai 3, yang menjawab B mendapat nilai 2, dan yang menjawab c mendapat nilai 1. Adapaun jumlah populasi yang yang diambil sampel sebanyak 62 siswa.
Berdasarkan hasil nilai angket tentang keaktifan berorganisasi Rohis, dengan niai yang tertinggi 30 dan nilai terendah 21. Sedangkan untuk mencari nilai tentang kematangan beragama pengurus Rohis, jika siswa memilih jawaban A maka akan mendapat nilai 3, siswa yang menjawab B akan mendapat nilai 2 dan siswa yang menjawab C akan mendapat nilai 1, berdasarkan nilai hasil angket keberagaman siswa diperoleh nilai tertinggi 29 dan nilai terendah 16. Dari hasil yang telah diuji, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel. Dengan jumlah responden 62 siswa dengan taraf signifikan 5% diperoleh dari r tabel: 0,249 dan r hitung: 0,359. Bila dibandingkan ternyata r hitung lebih besar dari r tabel (0,359>0,249). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) dengan kematangan beragama pada pengurus Rohis. Adapun keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) pada pengurus Rohis keseluruhan, berdasarkan perhitungan kelas interval tinggi, rendah dan sedang menunjukkan kelas interval yang sama yaitu sedang. Berarti pengurus Rohis yang aktif berorganisasi dengan keberagaman cukup seimbang. Dari hasil temuan penelitian ini, diketahui tingkat keaktifan berorganisasi Rohis dan kematangan beragama pada pengurus Rohis adalah tidak tinggi dan juga tidak rendah, dalam arti bahwa hasil penelitian kejiwaannya dapat berubah suatu saat. Maka, dalam pendidikan agama sejak kecil harus sudah ditanamkan pada diri remaja.
Menurut darajat (1996: 1) siswa SMA juga bisa dikatakan masa remaja awal (13-16) dan masa remaja akhir (17-21). Masa remaja awal pertumbuhan jasmani yang ada pada umur sekolah tampak serasi, seimbang, dan tidak terlalu cepat berubah menjadi goncang, dapat menyebabkan remaja mengalami kesukaran pertumbuhan yang paling menonjol terjadi pada umur. Umur ini adalah pertumbuhan jasmani cepat, dengan adanya pertumbuhan jasmani yang cepat itu menimbulkan kecemasan pada remaja, sehingga menyebabkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan kekawatiran. Bahkan kepercayaan diri kepada agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami keguncangan karena ia kecewa terhadap dirinya. Batas yang tegas antara tahap-tahap perkembangan anak dan remaja itu tidak terlalu tajam, masa remaja akhir dapat dikatakan bahwa anak pada waktu itu dari segi jasmani dan kecerdasan telah mendekati kesempurnaan. Akibat pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta kecerdasan yang telah mendekati sempurna atau yang dalam istilah agama mungkin dapat dikatakan telah mencapai tingkat baligh berakal. Di samping pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan kecerdasannya itu, pengetahuan remaja yang telah berkembang pula, berbagai ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh bermacam-macam guru, sesuai dengan bidang keahliannya. Kecerdasan remaja telah sampai pada menuntut agar ajaran agama yang dia terima itu masuk akal dapat dipahami dan dijelaskan secara ilmiah, rasional, namun perasaan masih memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama
remaja. Maka remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang satu sama lain bertentangan sehingga remaja menjadi terombangambing antara berbagai gejolak emosi yang saling bertentangan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Tingkat keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) pada penguus Rohis SMA N 2 Salatiga yaitu kategori tinggi dengan prosentase sebesar 29,0% berjumlah 18 orang , kategori sedang sebesar 46,8% berjumlah 29 orang, dan kategori rendah 14,5% berjumlah 15 orang. 2. Kematangan beragama pada pengurus Rohis SMA N 2 Salatiga variasinya sebagai berikut: 3. Kematangan beragama siswa yang tinggi ada 16 siswa dengan prosentase 25,8%. 4. Kematangan beragama siswa yang sedang ada 37 siswa dengan prosentase 59,7%. 5. Kematangan beragama siswa yang rendah ada 9 siswa dengan prosentase 14,5%. 6. Setelah dianalisis dengan menggunakan rumus product moment di dalam bukunya Sugiyono (2009:315), terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) dengan Kematangan Beragama pada pengurus Rohis di SMA N 2 Salatiga dengan jumlah responden yang diteliti ada 62 siswa dengan taraf signifikasi 5% diperoleh dari r tabel: 0,249 dan r hitung:0,359. Bila dibandingkan ternyata r hitung
lebih besar dari r tabel yaitu 0,249>0,359. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
ada
hubungan yang
signifikan antara
keaktifan
berorganisasi Rohis dengan kematangan beragama siswa. Sehingga hipotesis yang penulis kemukakan dapat diterima kebenarannya.
B. Saran 1. Bagi guru-pembina ROHIS Guru sebagai pemotivasi siswa-siswinya dalam melangkah untuk maju siswa tidak akan bisa bergerak dengan sendirinya tanpa ada dukungan dari guru. ROHIS tidak akan hidup bila guru dan siswa tidak ada hubungan sama sekali. Jadi, guru adalah faktor utama dalam mengembangkan kemajuan Kerohanian Islam (Rohis) SMA N 2 Salatiga. 2. Pengurus Kerohanian Islam (Rohis) Dalam setiap organisasi pasti ada yang mengurusi organisasi itu yang disebut sebagai pengurus Kerohanian Islam (Rohis). Pengurus adalah pilihan dari semua siswa-siswi SMAN 2 Salatiga, yang dianggap mampu melaksanakan tugas serta dapat bertanggung jawab dengan tugas masing-masing. Sebuah organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya pengurus, yang mengurusi program kerja dalam setiap tahunnya. Pengurus juga merupakan faktor terpenting setelah guru pembina sebuah organisasi, tanpa adanya pengurus, sebuah organisasi juga tidak dapat berjalan dengan baik.
3. Anggota (Rohis) Setiap organisasi pasti didalamnya ada guru pembina, pengurus dan juga anggota. Anggota disiapkan untuk mengganti pengurus yang lama menjadi pengurus baru. Jadi, anggota harus benar-benar aktif mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pengurus supaya dalam pemilihan pengurus baru anggota benar-benar siap dalam melaksanakan amanat yang telah diberikan. Antara pembina, pengurus dan anggota harus bekerjasama dengan baik. Demi kemajuan serta kejayaan organisasi Rohis di SMA N 2 Salatiga.
C. Penutup Alhamdulilahirabbil 'alamin, segala puji bagi Allah yang telah meridhoi setiap apa yang penulis kerjakan, sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis mohon maaf apabila dalam penulisan masih banyak kesalahan. Penulis hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari salah dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muhammad, Filsafat Pendidikan, 1991, Jakarta. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi IV,1998. Jakarta. Rineka Cipta. Ali, Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategis, 1987. Bandung: Angkasa. Islamiyah,
Djamiatul,
Jurnal
Attarbiyah
”Perkembangan
Anak
Tinjauan
Karakteristik Psikologis”, 2006. Salatiga: STAIN. Ahyadi, Aziz, Abdul, Psikologi Agama, Bandung : CV. Sinar Baru. I, Adam, Perubahan dan Pengenbangan Organisasi, 1983, Bandung: CV. Sinar Baru. Langgulung, Hasan, Teori Teori Kesehatan Mental 1986, Jakarta Pustaka Al Husna. Depag RI, Al-Qur’anul Karim, dan terjemahannya, 1996. Semarang: CV. Toha Putra. Suryabrata, Sumadi, Metodologi penelitian, 1995. Jakarta: Rajawali. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, !994. Jakarta Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, 1991. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, 1987. Bandung: Angkasa. Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, 1990, Bandung: Mandar Maju. Hicks, Herbert, Organisasi Teori Dan Tingkah Laku, 1987. Jakarta: Bumi Aksara.
Islamiyah, Djamiatul, Jurnal Attarbiyah ”Kajian tentang Sumber Psikologi Anak”, 1998. Salatiga. Islamiyah, Djamiatul, Jurnal Attarbiyah ”Kajian tentang Sumber Psikologi Agama”, 1998. Salatiga. Islamiyah, Djamiatul, Jurnal Attarbiyah ”Kajian tentang Sumber Psikologi Kematangan Beragama”, 2006. Salatiga. A.Muis, Komunikasi Islam, 2001, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Soedjadi, Organization and Methods, 1990, Jakarta: CV Haji Masayung. Gordon, Thomas, Kepemimpinan yang Efektif, 1986, Jakarta: CV Rajawali. Hadi, Sutrisno, Metedologi Research jilid 1, 1983, UGM, Yogyakarta. Suwarto, Perilaku Keorganisasian, 1999, Andi Offset, Yogyakarta. W. J. S. Poerwa Darminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2006, Jakarta: Balai Pustaka. Zahri, Mustofa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, 1991. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Hasyimi, A, Muhammad, Apakah anda Berkepribadian Muslim?, 1990. Jakarta: Gema Insani Press. Http://Dunia Baca.com, Pengertian Organisasi, 2011.html.
Lampiran 1 Angket Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kerohanian Islam (Rohis) 1. Apakah anda dalam satu tahun terakhir ini aktif menjadi pengurus Rohis? d. Selalu aktif e. Kadang-kadang aktif f. Tidak aktif 2. Apakah Anda selalu aktif memberikan saran untuk program kerja pengurus Rohis? a. Selalu aktif b. Kadang-kadang aktif c. Tidak aktif 3. Apakah Anda aktif mengikuti rapat rutin Rohis? d. Selalu aktif e. Kadang-kadang aktif f. Tidak aktif 4. Apakah anda selalu mengikuti rapat dalam rangka pelaksanaan kegiatan Rohis? d. Selalu e. Kadang-kadang f. Tidak 5. Apakah Anda giat dalam melaksanakan tugas sebagai panitia kegiatan Rohis? d. Selalu giat e. Kadang-kadang giat f. Tidak giat 6. Apakah Anda selalu siap ketika ditunjuk menjadi ketua panitia kegiatan yang diselenggarakan Rohis? a. Selalu siap b. Kadang-kadang siap c. Tidak siap 7. Apakah Anda sungguh-sungguh dalam melaksanakan atau mengikuti kegiatankegiatan yang diadakan Rohis?
d. Selalu sungguh-sungguh e. Kadang-kadang sungguh-sungguh f. Tidak sungguh-sungguh 8. Apakah Anda aktif dalam kepanitiaan peringatan hari besar islam yang diadakan Rohis? d. Selalu aktif e. Kadang-kadang f. Tidak 9. Apakah anda sering mengajak teman untuk menghadiri kegiatan yang diselenggarakan Rohis? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak 10. Apakah Anda sering membuat majalah dinding yang menyangkut tentang Rohis? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak
Lampiran II Angket Tingkat Kematangan Beragama Siswa 1. Jika anda tidak lulus ujian mata pelajaran, apakah anda bertawakal kepada Allah? d. Selalu tawakal e. Kadang-kadang f. Tidak 2. Jika anda mendapat masalah kesulitan belajar, apakah anda selalu sabar dan berdo‟a kepada Allah? a. Selalu b. kadang-kadang c. tidak 3. Apakah Anda selalu mengikuti jama'ah sholat dhuhur ketika di sekolah? d. Selalu mengikuti e. Kadang-kadang mengikuti f. Tidak pernah mengikuti 4. Apakah anda penah menyontek ketika ujian mata pelajaran berlangsung? d. Pernah e. Kadang-kadang f. Tidak pernah 5. Apakah Anda selalu melaksakan salat fardhu lima waktu ? d. Selalu e. Kadang-kadang f. Tidak pernah 6. Apakah anda selalu membaca Al-Qur‟an setiap hari? d. Selalu membaca e. Kadang-kadang membaca f. Tidak pernah membaca
7. Dalam mencapai tujuan hidup, apakah anda selalu berdo‟a dan berusaha sesuai kemampuan? d. Selalu e. Kadang-kadang f. Tidak 8. Apakah anda selalu bersabar dalam mmenghadapi musibah? d. Selalu e. Kadang-kadang f. Tidak 9. Apakah anda selalu mengajak teman untuk mengikuti majlis taklim? d. Selalu e. Kadang-kadang f. Tidak pernah 10. Apakah Anda selalu menasehati atau menegur teman anda yang tidak menjalankan sholat? d. selalu e. kadang-kadang f. tidak pernah
SURAT KETERANGAN KEGIATAN (SKK) Nama NIM Jurusan Prodi
: Taufik : 111 07 154 : Tarbiyah : PAI
No 1
Jenis kegiatan OPSPEK
Jabatan Peserta
Waktu 28-31 Agustus 2007
Nilai 3
2
Amalan Ramadhan Racana
Peserta
5-9 September 2007
3
3
Pelatihan
Dakwah
3
Mahasiswa
Peserta
8 September 2007
4
PLCPP Racana
Peserta
9-12 September 2007
5
Buka
bersama,Semalam
sehati,dan
temu
Bedah
film
dan
Peserta
29 September 2007
buka
bersama LDK 7
2
kangen
Alumni PMII Salatiga 6
2 Peserta
1 Oktober 2007
Konsolidasi alumni,Kader & Tabligh Kerakyatan PMII
2 Peserta
8
6 November 2007 16-18
November
MAPABA I PMII
Peserta
2007
9
MAPABA II PMII
Panitia
4-6 April 2008
10
Pelatihan
Legal
3
Drafting
4 3
BEM
Peserta
9-10 April 2008
11
Seminar Nasional BEM
Peserta
23 April 2008
12
Saerasehan
MILAD
3
IV
6 2
LDK
Pesrta
6 Mei 2008
13
PKD PMII
Peserta
28-30 Juni 2008
3
14
WORKSHOP Multimedia
Peserta
7-10 Juli 2008
3
15
TOT PMII
16
OPSPEK
Peserta
14 Agustus 2008
STAIN
4
SALATIGA
Panitia
25-27 Agustus 2008
17
Sarasehan Keagamaan
Panitia
9 September 2008
18
Buka sehati,dan
bersama,Semalam temu
2
Peserta
19
21 September 2008 21-25
September
4
ARR RACANA
Panitia
2008
PLCPP XVIII
Panitia
6-9 Nopember 2008
4
14-16
Nopember
3
Nopember
4
21 MAPABA PMII
Peserta
22
2008 26-29
Workshop PAR 23
3
kangen
Alumni PMII Salatiga
20
4
Seminar
dan
Panitia
2008
Silaturahmi
6
Nasional Aliansi DPD
Peserta
15-17 desember 2008
24
SK HMJ TARBIYAH
Pengurus
31 Desember 2008
25
Seminar
Pembiayaan
5 4
Pendidikan Kota Salatiga (DEMA) 26
Panitia
25 Maret 2009
Seminar
6
KebangsaanNasional
dan
Musda IMAKIPSI
Peserta
30-31 Maret 2009
27
MTQ (JQH & ITTAQO)
Peserta
2 April 2009
28
Bedah
Film
“Laskar
3 2
Pelangi”
Panitia
4 April 2009
29
MAPABA PMII
Panitia
9-10 Mei 2009
30
Pendidikan Dasar
4
Pertahanan Wilayah Bagi
Peserta
25-27 Mei 2009 3
ORMAS Pemuda 31
LKTI HMJ TARBIYAH
Panitia
1 Juni 2009
3
32
ARR RACANA
Panitia
6-10 September 2009
4
33
PLCPP XIX
Panitia
18-21 Oktober 2009
4
34
Seminar
Nasional
Konsolidasi
dan
6
BEM
FKIP/FIP/TARBIYAH SeJatim
Peserta
17-19 Oktober 2009
35
5 Seminar
Regional
HMJ
TARBIYAH
Panitia
16 Desember 2009
36
SK PENGURUS KPUM
Ketua
3 Mei 2010
37
Pelatihan KSM SLBM DAK tahun 2010
38
28 Juli 2010
SK Kepengurusan Karang
7 Ketua
24 Oktober 2010
Seminar Nasional HMJ
6
Syari‟ah tentang KORUPSI 40
3 Peserta
Taruna desa Plumutan 39
5
Peserta
22 Juni 2011
SK Pembangunan Penataan Lingkungan desa Plumutan
6 Ketua Jumlah
30 Juni 2011 152 Salatiga,10 Agustus 2011 Mengetahui, Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
H.Agus Waluyo,M.Ag NIP.19750211 11 200003 1 001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Taufik
Tempata tinggal Lahir
: Kab. Semarang, 24 November 1987
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Golongan Darah
:A
Alamat
: Plumutan Rt ½ Kec.Bancak Kab.Semarang
Riwayat Pendidikan 1. MI Plumutan tahun 1993 – 1994 2. SD N I Plumutan tahun 1994 – 2000 3. SMP N I Bringin tahun 2000 – 2003 4. SMA N 2 Salatiga tahun 2003 – 2006 5. STAIN Salatiga jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam 2007 – 2011
Riwayat Organisasi 1. Ketua Umum ROHIS di SMA N 2 Salatiga tahun 2005– 2006 2. Pengurus komsat PMII STAIN Salatiga 2007 – 2008 di bidang Sie Keagamaan 3. Pengurus DEMA STAIN Salatiga tahun 2008-2009 di bidang Litbang 4. Pengurus HMJ TARBIYAH STAIN Salatiga tahun 2009-2010 di bidang Advokasi 5. Ketua KPUM STAIN Salatiga tahun 2010 6. Ketua Umum KARANG TARUNA desa Plumutan tahun 2010-2015 7. Ketua LKMD desa Plumutan tahun 2010-2015