HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHIS DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Dwi Oktorianto NIM 109011000187
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAKSI Dwi Oktorianto “Hubungan Antara Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis Dengan Prestasi Belajar PAI Di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta” Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata Kunci : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kegiatan Rohis terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif Deskriptif, yaitu “pendekatan yang mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian, dan variabelvariabel tersebut harus didefinsikan dalam bentuk operasionalisasi dari masingmasing variabel”. Kemudian Untuk memudahkan data, dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui penelitian survei (Survei Reasearch) dengan teknik korelasional. Jenis penelitian survei ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data mengenai Keaktifan Siswa dalam kegiatan Rohis dengan prestasi belajar PAI melalui kuesioner/angket yang akan disebarkan di SMA Muhammadiyah 3. Hasil penelitian diperoleh korelasi sebesar 0,159. Sehingga nilai r hitung berkisar antara 0,00-0,20 Antara variabel X (kegiatan ekstrakurikuler Rohis) dan variabel Y (prestasi belajar) memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan. Sementara itu setelah penulis menghitung koefisien determinasi, diketahui berdasarkan koefisien determinasi kegiatan ekstrakurikuler Rohis mempunyai kontribusi hanya sebesar 2,5281% dalam mempengaruhi hasil belajar siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta. Dan 97,4719% lagi dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, faktor strategi belajar, faktor guru dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa baik dari dalam sekolah maupun di luar sekolah.
iii
ABSTRAC Dwi Oktorianto “Relation Between Rohis Extracuriculair Activity With Study Achievement PAI in Muhammadiyah High School 3 Jakarta” Paper of Islamoic Study Faculty of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Key Words : This experiement‟s pupose is to knowing the relation ship Rohis activites in student goal on Islamic study. This observation using the quantitative descriptive objection that pointing the variables as an observation object “those variables have to defined into varibles opertionalization” to minimizing data and information that explain the problems that exist in this observation, the writer use the analysis descriptive methodology toward experimental surveys (survey research) with the corelational technique. This survey research is use to have student activity data in rohis activities with study activity data in rohis activities with study activity in PAI toward quisioner which is given in Muhammadiyah 3 high school. At this observation achievement, the survey gets 0,159 correlation, with r calculation point between 0,00 – 0,20. Between X varible (extracuriculair Rohis activity) and Y variable (study achievement) has made correlation, but those correlation are very law and weak so it has to uncount. Meanwhile when the writer calculating determination coefisiency, it is found that Rohis extracuricular activity has only contribute in 2,5281% in parameter study activity on the Muhammadiyah 3 high school student. Therefore 97,4719% is get with another factors, such as familiy enviroment and society enviroment, learning strategy, teacher factor, and others which are contribute in parameter activity of student even in shcool or out of shcool.
iv
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur tiada terbatas kepada Allah „Azza wa Jalla yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna dengan anugerah akal pikiran yang luar biasa. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka dengan adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada yang terhormat: 1. Nurlena Rifa‟i, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Abdul Majid Khon, M. Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Uin Syarif Hdayatullah Jakarta. 4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan. 5. Bapak Muhammad Zuhdi M.Ed, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik 6. Bapak Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Bapak Mulyadi S. Ag, sebagai guru pembina Rohis di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta, Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMA Muhammadiyah 3 Jakarta, atas bantuan dan informasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian.
v
8. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Bpk Sunarto dan Ibu Suci Irianti serta para guru yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan do‟a yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Untuk saudara dan sahabatku Mardhaney. S.Pd. I, Umayroh S.Pd. I, Imran Satria Muchtar, S.pd. I, Prasetyo Andi Sabarkah. dan teman-teman seperjuangan yang lain terimakasih telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis. 10. Serta semua pihak yang berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga Allah memberikan semoga Allah memberikan kebaikan dan padala kepada kita semua amiin dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya. Amin ya Robbal „Alamin.
Jakarta
2014
Penulis
Dwi Oktorianto
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................. i LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii ABSTRAC ................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................ v DAFTAR ISI .............................................................................................. vii DAFTAR TABEL ...................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5 C. Pembatasan Masalah ................................................................. 6 D. Perumusan Masalah .................................................................. 6 E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7 F. Kegunaan Penelitian .................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Rohis ....................................................................................... 8 1. Pengertian Rohis ................................................................. 8 2. Rohis Sebagai Ekstrakurikuler ............................................ 9 3. Tujuan Rohis ...................................................................... 10 B. Pendidikan Agama Islam .......................................................... 11 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .................................... 11
vii
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ......................................... 13 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................ 15 4. Metode Pendidikan Islam..................................................... 16 C. Prestasi Belajar ......................................................................... 18 1. Pengertian Prestasi Belajar ................................................... 18 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ............. 19 3. Jenis-jenis prestasi Belajar .................................................. 23 D. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................... 25 .
E. Kerangka Berpikir ..................................................................... 26 F. Hipotesis Penelitian ................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan WaktuPenelitian ..................................................... 28 B. Metode Penelitian ...................................................................... 28 C. Populasi dan Sampel .................................................................. 29 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 30 E. Teknik Pengolahan Data............................................................ 33 F. Instrumen Penelitian ................................................................. 34 G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .......................... 35 1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................... 35 2. Pengujian Hipotesis .............................................................. 36 H. Hipotesis Stasitik ....................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ........................................................................ 39 1. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis (Variabel X) ....................... 39 2. Prestasi Belajar (Variabel Y) ................................................ 43 B. Uji Instrumen Penelitian........................................................... 48 1. Uji Validitas ........................................................................ 48 2. Uji Realibilitas ..................................................................... 49 C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ........... 50 viii
1. Uji Normalitas ...................................................................... 50 2. Uji Homogenitas ................................................................... 52 3. Pengujian Hipotesis ............................................................. 52 D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 56 1. Interpretasi Data .................................................................. 56 2. Temuan Penelitian ................................................................ 58 3. Pembahasan Penelitian.......................................................... 70 E. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan.............................................................................. 72 B. Implikasi ................................................................................. 72 C. Saran ........................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Angket Tabel 3.2 Interpretasi r Product Moment Tabel 4.1 Hasil Jawaban Responden Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keaktifan Berorganisasi Intra Sekolah Tabel 4.3 Deskripsi Data Keaktifan Berorganisasi Tabel 4.4 Prestasi Belajar Yang Dicapai Siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Tabel 4.6 Deskripsi Data Rata-rata Nilai Raport Siswa Tabel 4.7 Hasil Pengumpulan Data Tentang Keaktifan Berorganisasi Siswa Intra Sekolah Dan Prestasi Belajar Siswa Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kuesioner Keaktifan Berorganisasi Siswa Tabel 4.9 Hasil Uji Realibilitas menggunakan SPSS 20 Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tabel 4.12 Nilai Angket dan Nilai Rata-rata Raport Siswa Tabel 4.13 Jumlah Variabel X dan Variabel Y Tabel 4.14 Interpretasi r Product Moment Tabel 4.15 Saya aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis di sekolah (+) Tabel 4.16 Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis untuk meningkatkan prestasi belajar PAI (+) Tabel 4.17 Saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rohis meskipun tidak menjadi penyelenggara acara (+) Tabel 4.18 Saya menjadi bagian pelaksanaan setiap kegiatan Rohis (+) Tabel 4.19 Saya menyalurkan bakat saya melalui kegiatan Rohis (+) Tabel 4.20 Saya mengikuti dan membantu pelaksanaan kegiatan Rohis (+) Tabel 4.21 Saya hadir dalam setiap kegiatan Rohis (+) Tabel 4.22 Saya mengikuti kegiatan Rohis karena kemauan diri sendiri (+)
x
Tabel 4.23 Saya lebih disiplin dalam mengikuti pelajaran PAI setelah mengikuti kajian dalam kegiatan Rohis (+) Tabel 4.24 Saya aktif mengikuti kegiatan Rohis sebagai bekal ketika bermasyarakat (+) Tabel 4.25 Saya bergabung dalam kegiatan Rohis karena kegiatan Rohis memiliki daya tarik (+) Tabel 4.26 Saya berakhlak baik selama mengikuti kegiatan Rohis (+) Tabel 4.27 Kegiatan Rohis menambah penguasaan materi keagamaan saya (+) Tabel 4.28 Sarana dan prasarana yang diberikan sekolah membantu para siswa dalam melaksanakan kegiatan Rohis (+) Tabel 4.29 Guru membimbing siswa selama kegiatan Rohis berlangsung (+) Tabel 4.30 Guru membiasakan setiap anggota Rohis berprilaku disiplin (+) Tabel 4.31 Saya datang ke masjid lebih awal selama kegiatan Rohis (+) Tabel 4.32 Saya mempraktekan materi dalam kegiatan Rohis pada proses pembelajaran PAI (+) Tabel 4.33 Guru membiasakan setiap anggota rohis berprilaku religius (+) Tabel 4.34 Rohis meningkatkan rasa percaya diri ketika berbicara di depan umum (+) Tabel 4.35 Saya terpilih menjadi panitia pada setiap kegiatan Rohis (+) Tabel 4.36 Guru pembimbing Rohis memberikan motivasi untuk selalu belajar (+) Tabel 4.37 Rohis menumbuhkan jiwa kepeminpinan saya (+)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Nilai Keaktifan Berorganisasi Siswa Intra Sekolah (variabel X) Gambar 4.2 Diagram Prestasi Belajar yang Diperoleh Siswa (variabel Y)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Soal Angket Lampiran 2 : Uji Validitas Lampiran 3 : Distribusi Frekuensi Lampiran 4 : Homogenitas Lampiran 3 : Foto-foto Kegiatan Rohis
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.1 Karena berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional bab V mengenai peserta didik pasal 12 ayat 1 (a) “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”2 Dengan begitu terangkat status pendidikan agama dengan tidak dibedakan lagi dari pendidikan umumnya. Maka sudah sewajarnya pendidikan agama memiliki fasilitas-fasilitas penunjang yang lengkap seperti mushalla atau masjid. Sebagaimana terpenuhinya fasilitas-fasilitas pada mata pelajaran umum.3 Bila di sekolah ada laboratorium IPA, Biologi, Bahasa, maka sebetulnya sekolah juga membutuhkan laboratorium agama di samping masjid. Yang berisi fasilitas yang membawa siswa untuk lebih menghayati agama, misalnya video dan nyanyian yang bernapaskan keagamaan, dan alatalat peraga pendidikan agama.4 Dalam pendidikan sekolah, pendidikan agama diberikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Namun untuk sekolah umum, kurikulum pendidikan agama masih kurang memberikan materi keagamaan bagi siswa. Bahkan “di sekolah-sekolah negeri sejak dari pendidikan dasar sampai pendidikan 1
Himpunan Peraturan Perundang-undangan SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2013), h. 146. 2 Ibid., h. 8. 3 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 10. 4 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006),h. 40.
1
2
menengah, pendidikan agama dilaksanakan dua jam pelajaran setiap minggunya”.5 Hal ini perlu mendapat perhatian, mengingat pendidikan agama merupakan mata pelajaran wajib yang harus ada di setiap sekolah. Bagaimana memberikan pelajaran agama dengan durasi 2 jam perminggu, sementara lingkungan sekolah dan setelah pulang kerumah, seorang siswa menghadapi suasana yang berbeda, bahkan cenderung berlawanan dengan nasehat-nasehat agama yang diterimanya sewaktu berada di sekolah.6 Towaf (1996) sebagaimana dikutip oleh Muhaimin menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan pendidikan Islam di sekolah antara lain sebagai berikut: (1) Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. (2) Kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi ataupun minimum informasi, tetapi pihak guru Pendidikan Agama Islam seringkali terpaku padanya sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh. (3) Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut diatas maka guru Pendidikan Agama Islam kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa diapakai untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. (4) Keterbatasan sarana dan prasarana, mengakibatkan pengolahan cenderung seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting seringkali kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.7 Selama ini terdapat anggapan bahwa kegiatan pendidikan agama di sekolah (sebagai suatu mata pelajaran) sebenarnya sukar disebut sebagai kegiatan pendidikan, tetapi lebih tepat disebut sebagai kegiatan pengajaran. Artinya tidak banyak yang dapat dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam lewat kegiatan pendidikan jenis ini untuk memberikan sumbangan, baik
5
Ibid., h. 38. Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru), (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 41. 7 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 89-90. 6
3
bagi
proses
peremajaan sistem pendidikan formal
pengembangan pendidikan nonformal.
maupun proses
8
Anggapan tersebut memang beralasan bila hanya dilihat dari segi formalitasnya. Yaitu kegiatan pembelajaran yang hanya memiliki porsi dua jam pelajaran dalam seminggu. Tetapi jika dilihat dari sistem pendidikan nonformalnya, ternyata kegiatan pendidikan agama khususnya Islam di sekolah umum semakin hidup dan berkembang dengan pesat. Munculnya kegiatan badan dakwah Islam, kegiatan halaqah dan kajian-kajian keislaman, penciptaan suasana religius, kegiatan belajar baca tulis Al-Qur’an, optimalisasi pemanfaatan sarana ibadah dan lain-lain, merupakan beberapa indikator dari meningkatnya kegiatan keagamaan di sekolah umum.9 Mengingat dalam intra kurikuler Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di dalam kelas tidak cukup waktu, maka perlu tambahan melalui ekstra kurikuler/kegiatan-kegiatan keagamaan. Adapun kegiatan keagamaan yang ada di sekolah biasanya dilaksanakan oleh Rohis (Kerohanian Islam) yang merupakan organisasi sub dari OSIS yang ada di sekolah.10 Yang memberikan suatu alternatif untuk melakukan bimbingan dan pelatihan mempelajari agama Islam. Bentuk kegiatan ini seperti, pelatihan alat-alat musik yang bernuansakan Islam, diskusi keagamaan, bakti sosial, peningkatan pengetahuan dan keterampilan keagamaan, seperti pesantren kilat, peringatan hari besar Islam dan praktek-praktek keagamaan seperti sholat berjama’ah. Dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menambah pengetahuan agama Islam, yang mungkin belum sempat diajarkan di kelas. Karena keterbatasan waktu sehingga penyampaian materi-materi juga terbatas. Kegiatan Rohani Islam (Rohis) merupakan suatu bentuk kegiatan ekstrakulikuler sekolah yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dalam
8
Ibid., h. 124. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 124. 10 Abd Rahman, Paradigma Baru Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Sekolah, (Jakarta: Faris2 – UIN Jakarta, 2012), h. 27. 9
4
rangka pembentukan mental dan spiritual anak-anak didik yang merupakan generasi muda agar memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam sehingga kelak diharapkan mampu menjadi pemimpin yang baik bagi dirinya, keluarganya, dan orang lain.11 Oleh karena itu keberadaan ektrakurikuler Rohis sebagai kegiatan keagamaan.
Diharapkan
dapat
membantu
dan
menyempurnakan
pembelajaran di kelas sehingga menghasilkan kompetensi siswa yang kurang memuaskan karena keterbatasan penyampaian materi-materi ajar. Maka Melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam ekstrakurikuler Rohis ini dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang telah disampaikan, atau menambah materi baru yang belum di sampaikan di dalam kelas. Pada dasarnya penyelenggaraan ekstrakurikuler di sekolah bertujuan menggali dan memotivasi siswa-siswa pada bidang tertentu. Karena itu aktivitas ektrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi dan kondisi siswa, sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat memperjelas identitas dirinya. Kegiatan itupun harus ditunjukkan untuk membangkitkan semangat dinamika dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai sekolahnya dan menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat.12 Agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik, maka sangat diperlukan bimbingan dari guru yang bersangkutan, yaitu guru agama, agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sebagian pendidik barat memandang bahwa kegiatan tambahan itu merupakan sarana langsung untuk proses belajar mengajar sehingga mereka memasukkannya dalam materi kurikulum yang akan diajarkan. Biasanya kegiatan ekstrakurikuler disusun bersamaan dengan penyusunan kisi-kisi kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelajaran di sekolah dan kelulusan siswa pun dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.13
11
Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 1. 12 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,Terj. Dari ‘Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama’ oleh Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1995), h. 187. 13 Ibid.
5
Rohis mempunyai peran yang penting dalam kegiatan pengembangan damn bimbingan keagamaan yang dapat meningkatkan kompetensi agama Islam dan kualitas keimanan serta ketaqwaan siswa yang dapat diamalkan dalam kehidupan pribadi, baik di sekolah, rumah atau keluarga, maupun di masyarakat sekitar.14 kegiatan Rohis ini diselenggarakan agar siswa mempunyai wawasan dan pengetahuan yang lebih di bidang agama Islam. Meteri-materi yang diajarkan lebih variatif, sehingga lebih menyenangkan bagi para siswa. Dengan demikian kegiatan ini dapat membantu siswa dalam memahami materi-materi yang diajarkan juga di dalam kelas. Jika para siswa sudah dapat memahami materi-materi ajar yang diajarkan di dalam kelas, kemungkinan para siswa akan berprestasi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Dari latar belakang di atas, menyadari betapa pentingnya kegiatan Rohis dalam membantu pembelajaran agama di kelas yang hanya dua jam perminggu. Sehingga sulit untuk menyampaikan materi-materi ajar yang begitu banyak. maka inilah yang mendorong penulis untuk memlilih judul “HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHIS DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 JAKARTA”.
B. Identifikasi Masalah Setiap lembaga pendidikan pasti ingin agar para siswanya memliki prestasi dalam setiap pelajaran. Tidak terkecuali mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Namun yang menjadi masalah adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah umum hanya diberikan waktu dua jam pelajaran perminggu. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Anggapan siswa bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kurang penting. 14
Abd Rahman, Paradigma Baru Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Sekolah, (Jakarta: Faris2 – UIN Jakarta, 2012), h. 28.
6
2. Waktu yang diberikan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terlalu sedikit, padahal materi-materi ajar yang harus diajarkan begitu banyak. 3. Penyampaian materi yang terbatas, karena waktu yang diberikan sedikit. 4. Kurangnya keinginan siswa untuk mengikuti kegiatan Rohis.
C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian skripsi ini, penulis akan mengadakan penelitian di sekolah umum yang hanya mempunyai waktu untuk belajar agama dua jam pelajaran perminggu. Dan memfokuskan pada program ekstrakurikuler dalam bidang keagamaan yaitu ROHIS (Rohani Islam). Penulis membatasi masalah pada hubungan kegiatan Rohis dengan prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun kegiatan Rohis disini adalah kegiatan Rohis yang ada di sekolah dan di bawah pengawasan sekolah berupa kegiatan mentoring dan pembinaan. Kegiatan Rohis di sekolah yang akan diteliti juga dikenal dengan sebutan Kader Muballigh Muhammadiyah (KMM). Sedangkan yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu mata pelajaran di sekolah yang di ajarkan di kelas sembilan pada semester satu tahun ajaran 2013-2014 dan sering juga disebut mata pelajaran Al-Islam.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kegiatan Rohis di sekolah? 2. Adakah hubungan kegiatan Rohis di sekolah dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?
7
E. Tujuan Penelitian Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini di antaranya adalah: 1. Mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan ekstrakurikuler Rohis. 2. Mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). 3. Untuk mengetahui antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran agar dapat meningkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai informasi ilmiah untuk diri sendiri yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan prestasi siswa. 2. Sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan kualitas belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah.
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Rohis 1. Pengertian Rohis Rohis adalah kepanjangan dari dua kata, yaitu Rohani dan Islam. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia rohani yaitu yang bertalian atau berkenaan dengan roh, sedangkan roh yaitu sesuatu yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan), jika sudah berpisah dari badan, berakhirlah kehidupan seseorang. Atau makhluk hidup yang tidak berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan.1 Sedangkan Islam Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.2 Sementara itu pengertian Islam menurut Mohammad Daud Ali adalah “ketundukkan, ketaatan, kepatuhan, (kepada kehendak Allah). Berasal dari kata salama yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari akar kata itu juga terbentuk kata-kata
salm, silm yang berarti kedamaian,
kepatuhan, penyerahan (diri).3 Dari berbagai pendekatan istilah/pengertian tersebut di atas ekskul Rohani Islam (ROHIS) mempunyai arti sebuah program ekstrakurikuler yang kegiatannya terfokus kepada peningkatan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap berbasis ke-Islaman yang pada akhirnya dapat mengantarkan siswa menjadi Generasi Masdiri Berakhlaq Mulia.4
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1179 2 Ibid., h. 549. 3 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), h. 49. 4 Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 4.
8
9
2. Rohis Sebagai Ekstrakurikuler Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler (ekskul). Padahal fungsi Rohis yang sebenarnya adalah forum, mentoring, dakwah, dan berbagi. Susunan dalam Rohis layaknya OSIS, di dalamnya terdapat ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing.5 Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum, seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.6 Rohis merupakan suatu bentuk kegiatan ekstrakulikuler sekolah yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dalam rangka pembentukan mental dan spiritual anak-anak didik yang merupakan generasi muda agar memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam sehingga kelak diharapkan mampu menjadi pemimpin yang baik bagi dirinya, keluarganya, dan orang lain.7 Pada dasarnya penyelenggaraan ekstrakurikuler disekolah bertujuan menggali dan memotivasi siswa-siswa pada bidang tertentu. Karena itu aktivitas ektrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi dan kondisi siswa, sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat memperjelas identitas dirinya. Kegiatan itupun harus ditunjukkan untuk membangkitkan semangat dinamika dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai sekolahnya dan menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat. Hal lain yang dapat tergali dari kegiatan tersebut adalah pemenuhan kebutuhan psikologis siswa, baik itu kebutuhan akan penghargaan, permainan dan kegembiraan. Boleh jadi, ide pengadaan kegiatan di luar proses belajar mengajar formal itu tumbuh dari niat untu mengistirahatkan siswa dari kelelahan berpikir yang menuntut mereka berjuang sungguh-sungguh agar berprestasi. 5
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, diakses: 14 Februari 2014, 00:05, http://id.wikipedia.org/wiki/Rohis 6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 360. 7 Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 1.
10
Sebagian pendidik barat memandang bahwa kegiatan tambahan itu merupakan sarana langsung untuk proses belajar mengajar sehingga mereka memasukkannya dalam materi kurikulum yang akan diajarkan. Biasanya kegiatan ekstrakurikuler disusun bersamaan dengan penyusunan kisi-kisi kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelajaran di sekolah dan kelulusan siswa pun dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.8
3. Tujuan Rohis Tujuan dibentuk dan dilaksanakannya kegiatan Rohis pada SMA Muhammadiyah 3 Jakarta adalah untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang kerap terjadi pada para generasi muda dan menciptakan generasi muda yang berakhlakul karimah yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.9 Tujuan Rohis dibagi menjadi 2 yaitu: a.
Tujuan Umum Membantu
siswa
dalam
menuntaskan
pembelajaran
secara
menyeluruh serta mempunyai kecakapan hidup berbasis Iman dan Taqwa (Imtaq) b.
Tujuan khusus Dapat membaca Al-qur’an dengan baik dan benar, mempunyai semangat dalam melaksanakan ibadah, Berakhlak mulia, Mengetahui dasar-dasar dalam berda’wah, mengetahui dasar-dasar pembinaan remaja
masjid,
mengetahui
dasar-dasar
manajemen
Masjid,
Menguasai method pembelajaran IQRO’, Mengetahui manajemen pendirian dan pengelolaan pengajian anak-anak.10
8
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,Terj. Dari „Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama‟ oleh Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1995), h. 187. 9 Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 2. 10 Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 4.
11
B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah inisering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.11 Kata pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap, dan tata laku seseorang, atau kelompok orang, dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.12 Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.13 Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.14
Dari semua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama adalah sebuah bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh 11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet. 4, h. 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 326. 13 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet ke-4 h. 4 14 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif, 1981), cet. 5, h. 19 12
12
pendidik, sebagai proses pengubahan sikap, dan tata laku seseorang atau kelompok orang, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Setelah definisi pendidikan secara umum telah diungkapkan, maka akan penulis ungkapkan definisi-definisi pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan AlHadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.15 Sedangkan menurut Ahmad Marimba, pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuranukuran Islam.16 Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaranajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.17 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu bimbingan, pengajaran atau pelatihan jasmani dan rohani dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup. 15
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11 16 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif, 1981), cet. 5, h. 23 17 Dr. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), cet. 2, h. 86.
13
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.18 Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai-nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai ajaran agama Islam. melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.19 Ada beberapa tujuan pendidikan yang perlu kita ketahui yaitu: a.
Tujuan Umum Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda
18
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 16. 19 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 78-79.
14
pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkahtingkah tersebut.20 b.
Tujuan Akhir Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat menglami naik turun, bertambah dn berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.
Perasaan,
lingkungan
dan
pengalaman
dapat
mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,memelihara dan memperthankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.21 c.
Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberis sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU danTIK). Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.22
d.
Tujuan Operasional Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan
20
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2, h.
21
Ibid., h. 42. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2, h.
41-42. 22
43.
15
mencapai
tujuan
tertentu
disebut
tujuan
operasional.
Dalam
pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran.23
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan al-hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama
Islam
mencakup perwujudan keserasian,
keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungan.24 Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut. a.
Al-Qur’an-Hadis Merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan), syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut.
b.
Keimanan atau Aqidah Merupakan akar atau pokok agama. Ibadah, muamalah dan akhlak bertitik tolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup).
c.
Akhlak Merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia
23
Ibid., h. 44. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 3, h. 131. 24
16
dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian
hidup
manusia
dalam
menjalankan
sistem
kehidupannya.25 d.
Fiqih/ibadah (syariah) Merupakan sistem norma (aturan) yeang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungan dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas (thaharah, salat, zakat, puasa, dan haji) dan dalam hubungan dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas.
e.
Sejarah (tarikh) Merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermualah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.26 Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan,
dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.27 4. Metode Pendidikan Agama Islam Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan untuk mengajarkan pendidikan agama Islam a.
Metode Mutual Education Yaitu suatu metode mendidik secara kelompok yang pernah dicontohkan oleh Nabi. Misalnya Nabi dicontohkan Nabi sendiri dalam mengajarkan shalat dengan mendemonstrasikan cara-cara shalat yang baik.28
25
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 80. 26 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 80. 27 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006, Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2, (http://bsnpindonesia.org/id/?page_id=63/). 28 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2, h. 110.
17
b.
Metode Mendidik dengan Bercerita Yaitu dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah Tuhan yang dibawakan oleh Nabi atau Rasul yang hadir di tengah mereka.29 Sebagaimana Allah Swt berfirman:
... “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Yusuf [12]: 111) Metode Pemberian Contoh dan Teladan Metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah metode pemberian contoh dan teladan. Allah telah menunjukkan bahwa contoh keteladanan Nabi Muhammad adalah mengandung nilai paedagogis bagi manusia.30 Sebagaimana Allah berfirman: ...
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 21) c.
Metode Diskusi Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri. Metode diskusi bukan hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena adanya masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacammacam.31
29 30
Ibid., h. 111. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2, h.
117. 31
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 4, h. 292.
18
d.
Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah dicermahakan.32
C. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi belajar berasal dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan “belajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).”33 Dalam perspektif psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.34 Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah “tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik, maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.”35 Menurut Sardiman menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.36 32
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 4, h. 307. 33 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1101. 34 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi), (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), h. 59. 35 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 85. 36 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi), (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), h. 59.
19
Secara umum belajar dapat dipahami bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.37 Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri yang disebabkan oleh pengalaman. Sementara itu pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): “penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.”38 Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan kegiatan belajar tertentu yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setelah mengikuti tes-tes tertentu tentang apa yang telah dipelajari. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar seorang siswa dengan siswa lain tentunya berbeda. Perbedaan
tersebut
disebabkan
oleh
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Secara garis besarnya faktor itu dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa) dan faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa). a.
Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan dan kondisi jasmani siswa, meliputi dua aspek yakni: 1) Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
37
Fadhilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. 1, h. 63. 38 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1101
20
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.39 2) Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esesnsial itu adalah sebagai berikut: a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa Intelegensi
pada
umumnya
dapat
diartikan
sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran-peran organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas manusia.40 b) Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan
untuk
mereaksi
atau
merespon
(responsetedency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.41 Sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar dalam hal ini sikap yang akan
39
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 130. 40 Ibid., h. 131. 41 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 132.
21
menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar, seperti kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya.42 c) Bakat Siswa Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat sama dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual.43 d) Minat Siswa Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.44 Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.45 e) Motivasi Pengertian
dasar
motivasi
ialah
keadaan
internal
organismeyang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
42
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 84. Syah, op cit., h. 133. 44 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15,, h. 134. 45 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 157. 43
22
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.46 b.
Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut: 1) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan temanteman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya yang menjadi lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.47 2) Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.48
c.
Faktor Pendekatan Belajar Di
samping
faktor-faktor
internal
dan
eksternal
siswa
sebagaimana yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekeatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface.49 Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan mempengaruhi. Misalnya, seorang siswa yang memiliki kemampuan intelegensi yang 46
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 100. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 135. 48 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 135. 49 Ibid, h. 136. 47
23
tinggi namun tidak didukung dengan lingkungan yang baik serta sarana dan prasarana sekolah yang kurang baik, bisa jadi dapat membuat siswa enggan untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu setiap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi harus diperhatikan. Agar dapat meningkatkan siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan meminimalkan siswa-siswa yang berprestasi rendah atau gagal sama sekali. 3. Jenis-jenis Prestasi Belajar Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Bloom mengemukakan tipe hasil belajar adalah:50 a.
Ranah Kognitif (Cognitive domain / ranah cipta) Adalah keberhasilan belajar yang diukur oleh taraf penguasaan intelektuallitas,
keberhasilan
ini
biasanya
dilihat
dengan
bertambahnya pengetahuan siswa, yang terbagi menjadi : 1) Pengetahuan (Knowledge) adalah ranah pengetahuan yang meliputi ingatan yang pernah dipelajari meliputi metode, kaidah, prinsip dan fakta. 2) Pemahaman
(Comprehension)
meliputi
kemampuan
untuk
menangkap arti, yang dapat diketahui dengan kemampuan siswa dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan. 3) Penerapan (Application), kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Penerapan ini dapat meliputi hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip dan teori. 4) Analisis (Analysis), meliputi kemampuan untuk memilah bahan ke dalam bagian-bagian atau menyelesaikan sesuatu yang kompleks
50
ke
bagian
yang
lebih
sederhana.
Contohnya
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2001), h. 23
24
mengidentifikasikan bagian-bagian, menganalisa hubungan antar bagian-bagian dan membedakan antara fakta dan kesimpulan. 5) Sintetis (Syntesis), meletakkan bagian-bagian yang dihubungkan sehingga tercipta hal-hal yang baru. 6) Evaluasi
(Evaluation),
kemampuan
memberikan
penilaian
terhadap sesuatu. b.
Ranah Afektif (ranah rasa) Adalah keberhasilan belajar yang diukur dalam taraf sikap dan nilai. Keberhasilan ini tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti berakhlaqul karimah, disiplin dan mentaati norma-norma yang baik, yang terdiri dari: 1) Penerimaan (Recieving), kesediaan siswa untuk memperhatikan tetapi masih berbentuk pasif. 2) Partisipasi (Responding), siswa aktif dalam kegiatan. 3) Penilaian/penentuan sikap(Valuing), kemampuan menilai sesuatu, dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut. 4) Organisasi (Organizing), kemampuan untuk membawa atau mempersatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. 5) Pembentukan Pola Hidup (Characterization by value or value complex),
yaitu kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sehingga dapat menjadi pegangan hidup. c.
Psikomotorik (ranah karsa) Adalah keberhasilan belajar dalam bentuk skill (keahlian) bisa dilihat dengan adanya siswa yang mampu mempraktekkan hasil belajar dalam bentuk yang tampak, yaitu meliputi: 1) Persepsi (Perceptio), dapat dilihat dari kemampuan untuk membedakan dua stimuli berdasarkan ciri-ciri masing-masing. 2) Kesiapan (Set), kesiapan mental dan jasmani untuk melakukan suatu gerakan.
25
3) Gerakan terbimbing (Guided respons), melakukan gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan. 4) Gerakan
yang
terbiasa
(Mechanical
respons),kemampuan
melakukan gerakan dengan lancar tanpa memperhatikan contoh yang diberikan. 5) Gerakan yang kompleks (Complex respons), kemampuan melakukan beberapa gerakan dengan lancar, tepat dan efisien. 6) Penyesuaian pola gerakan (Adjusment), kemampuan penyesuaian gerakan dengan kondisi setempat. 7) Kreativitas (Creativity), kemampuan melahirkan gerakan-gerakan baru. D. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rani Astrina dengan judul “Hubungan Kegiatan Rohis dengan Pembinaan Akhlak Siswa di SMP Negeri 1 Pamulang.” Hasil dari analisis penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara kegiatan Rohis dalam pembinaan akhlak siswa di SMPN 1 Pamulang. Adapun kontribusi kegiatan Rohis dengan pembinaan akhlak siswa di SMPN 1 Pamulang yaitu sebesar 18,49%. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Habib Ferdiansyah dengan judul “Peran Rohis dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan.” Hasil dari analisis penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel (peran Rohis) x (dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa) y dengan nilai koefisien 0,4695 kedua variabel dikategorikan sebagai hubungan positif yang signifikan dan masuk dalam kategori cukup/sedang. Artinya pada hubungan tersebut dinyatakan adanya kontribusi antara variabel (x) peran Rohis dan variabel (y) dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa melalui koefisien determinan. Dari perhitungan koefisien sebagaimana telah diketahui nilai koefisien determinasinya adalah 21%.
26
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rohimatul Jannah dengan judul, “Pengaruh Organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut”. Hasil dari analisi penelitian ini bahwa dengan nilai koefisien 0,106 tidak terdapat korelasi positif antara organisasi IRM dengan prestasi belajar siswa. Hubungan tersebut tidak dinyatakan sebagai hubungan yang positif berdasarkan nilai koefisien tersebut maka dapat diketahui nilai koefisien determinasinya hanya 1,12%. Sehingga dinyatakan tidak mempunyai hubungan posotif atau hubungan keduanya sangat lemah.
E. Kerangka Berpikir Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu kegiatan di sekolah yang disediakan untuk menggali potensi peserta didik sesuai dengan hobi dan bakat yang dipilih mereka. Selain itu kegiatan ini berfungsi sebagai sarana untuk menambah wawasan peserta didik berkaitan dengan berbagai mata pelajaran di sekolah. Rohis merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Ekskul Rohis berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai agama dan mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diperoleh pada saat proses pembelajaran di kelas. Ekskul ini dijadikan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik berkaitan dengan pelajaran agama Islam yang masih sangat minim diberikan di kelas, karena waktu yang sangat sedikit dan materi yang terlalu banyak. Pendidikan agama Islam merupakan pelajaran wajib yang harus diajarkan di sekolah. Namun meskipun pelajaran ini wajib ada, alokasi waktu yang diberikan di sekolah-sekolah umum hanya dua jam pelajaran dalam seminggu. Ini sangat kurang, mengingat ruang lingkup materi yang harus diajarkan pada pelajaran ini cukup banyak. Seperti, dalam pelajaran ini terdapat
pembelajaran
al-Quran
fiqih/ibadah, dan sejarah/tarikh.
Hadis,
keimanan/aqidah,
akhlak,
27
Dari uraian di atas penulis berasumsi bahwa kegiatan Rohis akan menjadi efektif apabila diselenggarakan di suatu lembaga pendidikan, khususnya sekolah umum. Karena kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai wadah bagi proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik pada mata pelajaran agama Islam. Melalui kegiatan ini para peserta didik dapat mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diperoleh selama proses pembelajaran agama Islam dikelas.
F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta yang bertempat di Jl Limau I, III Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Alasan memilih tempat tersebut adalah karena ektrakurikuler Rohis di dalam lembaga tersebut aktif
menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
Rohis.
Waktu
penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014, yaitu dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2014.
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif Deskriptif, yaitu “pendekatan yang mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian, dan variabel-variabel tersebut harus didefinsikan dalam bentuk operasionalisasi
dari
masing-masing
variabel”.1
Kemudian
Untuk
memudahkan data, dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui penelitian survei (Survei Reasearch) dengan teknik korelasional. Jenis penelitian survei ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data mengenai Keaktifan Siswa dalam kegiatan Rohis dengan prestasi belajar PAI melalui kuesioner/angket yang akan disebarkan di SMA Muhammadiyah 3. Dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden melalui kuesioner. Umumnya, pengertiam survei dibatasi pada penelitian dengan data yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan demikian, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari 1
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet.1, h. 30
28
29
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.2 Sejalan dengan pendapat diatas, Sofian dalam buku Statistik Parametrik mengemukakan bahwa Survei yaitu “penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel yang diteliti”.3 Sedangkan Kata “korelasi” berasal dari bahasa Inggris Coleration. Dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “hubungan”, atau “saling hubungan”, atau “hubungan timbal-balik”.4 Jadi penelitian ini membahas tentang apakah terdapat hubungan antara kegiatan ROHIS terhadap prestasi belajar siswa. Sehingga pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif, yang menggunakan metode survei dengan teknik Korelasional, yaitu “suatu bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat)”.5 Maka penelitian ini berusaha mengetahui hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan prestasi belajar pada siswa XI SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti sebuah elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.6 Populasi pada penelitian ini 2
Sofian Effendi. Tukiran (eds), Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, Anggota Ikapi, 2012), cet. 30, hal. 3. 3 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet.1, h.10 4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010), Cet. 21, h 179. 5 Syofian Siregar, op. Cit., h. 335. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 173.
30
terbagi menjadi 2 yaitu populasi target yaitu seluruh anggota Rohis yang berjumlah 60 siswa dan populasi terjangkau yaitu seluruh anggota Rohis yang aktif sebanyak 30 orang,. Alasan dipilihnya karena mereka adalah pengurus aktif di dalam keanggotaan Rohis di SMA Muhammadiyah 3. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.7 Dikarenakan populasi kurang dari 100, maka seluruh populasi terjangkau dijadikan sampel, jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa. Teknik pengambilan sample menggunakan teknik simple random sampling (Pengambilan sampel secara acak sederhana). Alasan memilih tekhnik simple random sampling karena penulis akan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa dalam penelitan ini.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, agar dapat memperoleh data yang aktual, maka penulis mencoba menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Angket Angket adalah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diberikan kepada sampel penelitian, yaitu anggota Rohis yang aktif dalam kegiatan Rohis. Angket yang di dapat akan di olah datanya untuk mengetahui hasil penelitian. Untuk itu angket yang diberikan harus mempunyai ukuran terhadap penelitian. Untuk itu, terdapat skala pengukuran agar hasil penilain dapat sesuai dengan penelitian tersebut, oleh karena itu peneliti menggunakan jenis skala pengukuran skala likert.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. XVI, h. 118.
31
Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.8 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert karena dapat mengukur sikap peserta didik dari keaktifannya melakukan kegiatan organisasi siswa intra sekolah. Sikap keaktifan inilah yang akan dinilai melalui angket/kuesioner yang akan diberikan peneliti terhadap sampel. Berikut adalah kisi-kisi tabel kuesioner yang berkaitan dengan hubungan keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah terhadap prestasi belajar. Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Angket No 1
Sub Variabel
Dimensi
Indikator Aktif dalam
Keaktifan
Aktifitas
Kegiatan
Kegiatan
menjalani
Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler
rohis
Rohis
Rohis Menjadi
Nomor Angket 1, 3, 6, 7,
4, 28,
panitia dalam kegiatan Rohis Menyalurkan
5, 8,
bakat dengan aktif di Rohis 2
Dampak
Dukungan
terhadap prestasi pembimbing
8
Memberikan
14,
sarana dan
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. XVI, h. 50.
32
belajar PAI
Rohis dan
prasarana
Sekolah
yang dibutuhkan dalam kegiatan Rohis Membimbing
15, 16, 26, 29,
siswa dalam menjalani proses kegiatan Rohis 3
Dampak
Dampak
terhadap prestasi terhadap diri belajar PAI
sendiri
Kelebihan
11, 12,
Rohis dari kegiatan Rohis Dampak positif kegiatan
2, 9, 10, 13, 20, 17 18, 27,
Rohis terhadap pelajaran PAI Dampak negatif kegiatan Rohis
19, 21, 22, 23, 24, 25,
33
terhadap pelajaran PAI
2. Observasi Peneliti melakukan observasi ke lokasi penelitian di SMA Muhammadiyah 3 untuk mengetahui secara langsung keadaan sekolah, aktifitas kegiatan organisasi yang ada, dan prestasi belajar yang telah di capai. Hal ini dapat berguna untuk penulis sebagai acuan dasar penelitian yang akan diteliti. Dalam observasi ini, salah satu data yang ingin diambil peneliti adalah data tentang prestasi belajar siswa yang merupakan variabel penelitian. Adapun prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai raport siswa yang aktif dalam kegiatan Rohis.
E. Teknik Pengolahan Data Dalam pengelolahan data penulis menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil di kumpulkan 2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut: dalam sekala ini terdapat empat katagori jawaban yaitu: selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Item-item di beri skor berdasarkan jawaban yang di pilih dan jenis-jenis pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan positif skor yang bergerak dari jawaban skornya 4,3,2,1. untuk pertanyaan negatif pensekoran bergerak sebaliknya. 3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil di kumpulkan kedalam tabel yang telah di sediakan.
34
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengukur hasil keaktifan kegiatan Rohis adalah tes objektif sebanyak 30 (tiga puluh) butir soal dalam bentuk multiple choices (pilihan ganda) dengan 4 (empat) alternatif jawaban yaitu: A, B, C, dan D. Dalam penelitian angket digunakan ketentuan dengan skala 4-3-2-1 untuk pernyataan positif, dan skala 1-2-3-4 untuk pernyataan negatif. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tersebut terlebih dahulu diuji coba agar dapat mengetahui validitas dan reliabilitas. 1. Uji Validitas Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (Construct Validity). Validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validitas lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas isi dan validitas kriteria. Uji Validitas digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.
rxy
n( XY ) ( X )( Y )
n( X
Dimana:
rxy
2
) ( X ) 2 n( Y 2 ) ( Y ) 2
=
koefisien korelasi suatu butir/item
N
=
jumlah subyek
X
=
skor suatu butir/item
Y
=
skor total (Arikunto, 2005: 72)
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya. 2. Uji Realibilitas Dalam menguji reliabilitas digunkaan uji konsistensi internal dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut. 2 k b r11 1 , Vt 2 k 1
35
Dimana:
r11
k
2 b
Vt 2
=
reliabilitas instrumen
=
banyaknya butir pertanyaan
=
jumlah varian butir/item
=
varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6. Untuk memudahkan dalam mencari uji realibilitas, maka penulis juga menggunakan SPSS versi 20.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Uji Prasyarat Analisis a.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dimiliki peneliti berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors dengan rumus: Lh = Nilai terbesar dari |F(z) – S(z)| Keterangan: Lh
= Nilai Liliefors hitung
F(z)
= Peluang angka baku
S(z)
= Proporsi angka baku
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, maka nilai Lh dibandingkan dengan nilai kritis L (Ltabel/ Lt) pada taraf nyata 5% (0.05). Kriteria pengujian sampel dianggap normal jika nilai Lh lebih kecil dari Lt (Lh < Lt), dan sebaliknya sampel dianggap tidak normal jika nilai Lh lebih besar dari Lt (Lh > Lt). b.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel atau data yang diteliti memiliki tingkat keragaman yang sama atau berbeda.
36
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F untuk data yang independen, dengan rumus:
Keterangan: Fh
= Nilai hitung dari uji F
S²
= Nilai Varian dari masing-masing data
Untuk mengetahui apakah sampel memiliki tingkat keragaman yang sama atau berbeda, maka Fh dikonsultasikan ke dalam tabel nilai kritis F dengan taraf nyata 5% (0.05). Dalam pengujian ini data dianggap homogen (keragaman sama) apabila nilai Fh lebih kecil dari Ft (Fh < Ft).
2. Pengujian Hipotesis Setelah melakukan uji prasyarat seperti yang dijelaskan diatas, maka selanjutnya diadakan pengolahan dan analisis data, sehingga data-data yang telah ada dapat dipahami kemudian diuraikan dan diinterpretasikan melalui analisis data. Metode pengolahan data angket dilakukan dengan menjumlahkan skor jawaban dari masing-masing siswa, kemudian menjumlahkan seluruh skor jawaban dari 30 sampel tersebut, ini dinamakan sebagai variabel X (Keaktifan Berorganisasi). Untuk variabel Y (prestasi belajar) diambil dari nilai raport masing-masing siswa pada semester pertama, kemudian dijumlahkan sseluruhnya. Variabel X dan variabel Y ini akan digunakan memperoleh koefisien pengaruh antara keaktifan berorganisasi dan prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui hubungan antara keaktifan berorganisasi dan prestasi belajar, digunakan tekhnik analisa dan korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut :
37
Keterangan: rxy
: Angka Indeks Korelasi “r” product Moment
N
: Number of Cases
∑XY
: Jumlah hasil perkalian skor X dan Y
∑X
: Jumlah seluruh skor X
∑Y
: Jumlah seluruh skor Y
Setelah dilakukan analisis data, maka hasilnya diinterpretasikan dan disimpulkan. Adapun pedoman yang umum digunakan dalam memberikan interpretsi secara sederhana terhadap angka hasil koefisien korelasi product moment adalah sebagai berikut:.9 Tabel 3.2 Interpretasi r Product Moment Besarnya “r” Product Moment (rxy) 0,00 – 0,20
Interpretasi Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat kolerasi, akan tetapi kolerasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga kolerasi itu diabaikan (dianggap
tidak
ada
kolerasi
atau
pengaruh antara variabel X dan variabel Y) 0,20 -0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat kolerasi yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat kolerasi yang sedang atau cukupan.
0,70 – 0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat kolerasi yang kuat atau tinggi.
9
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010), Cet. 21, h 193
38
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat kolerasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
H. Hipotesis Statistik Dalam penelitian ini hipotesis ditentukan, yaitu: H0 :
= Tidak terdapat hubungan positif kegiatan Rohis dengan
prestasi belajar. Ha :
= terdapat hubungan positif kegiatan Rohis dengan prestasi
belajar atau semakin tinggi kegiatan Rohis semakin tinggi prestasi belajar siswa.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Dalam deskripsi variabel penelitian, penulis menganalisis terhadap hasil obyektif tentang kegiatan Rohis dalam bentuk pilihan ganda dengan menggunakan skala likert dan prestasi belajar dalam bentuk nilai raport pada siswa SMA Muhammadiyah 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang menjadi anggota dari kegiatan ekstrakurikuler Rohis. Data tersebut dapat dilihat pada lampiran. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel kegiatan ekstrakurikuler Rohis (variabel X) dan variabel prestasi belajar (variabel Y). Adapun untuk variabel kegiatan ekstrakurikuler Rohis, data yang penulis dapatkan adalah hasil penyebaran angket dengan menggunakan skala likert kepada 30 siswa anggota Rohis dengan jumlah soal 30 item dan memberi nilai pada setiap butir pertanyaan dengan ketentuan dengan skala 4-3-2-1 untuk pernyataan positif, dan skala 1-2-3-4 untuk pernyataan negatif. Sedangkan variabel prestasi belajar, data yang penulis dapatkan adalah hasil dari nilai raport masing-masing siswa yang penulis dapatkan dari pihak SMA Muhammadiyah 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
1. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis (Variabel X) Dari data yang penulis peroleh tentang keaktifan siswa dalam berorganisasi terdapat beragam nilai. Nilai ini didapat setelah penulis memberikan nilai pada setiap butir pertanyaan pada kuesioner. Adapun nilai untuk item positif sebagai berikut : jawaban selalu nilai 4, jawaban sering nilai 3, jawaban kadang-kadang nilai 2, jawaban tidak pernah nilai 1. Kemudian pada item negatif sebagai berikut: jawaban selalu nilai 1, jawaban sering nilai 2, jawaban kadang-kadang nilai 3, jawaban tidak pernah nilai 4.
39
40
Untuk lebih jelasnya, penulis menampilkan tabel tentang jumlah penskoran yang telah di dapat dari penyebaran kuesioner tentang kegiatan ekstrakurikuler Rohis. Adapun hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Jawaban Responden Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis (Variabel X) Jawaban
Jumlah
Jumlah
Siswa
Sllu
Srg
Kdg2
TdkPrnh
Angket
Skor
1
2
5
6
10
23
45
2
0
6
17
0
23
52
3
2
7
6
8
23
49
4
3
4
15
1
23
55
5
3
2
14
4
23
50
6
5
9
9
0
23
65
7
3
19
1
0
23
71
8
10
6
4
3
23
69
9
7
8
8
0
23
68
10
3
2
15
3
23
51
11
2
13
8
0
23
63
12
5
15
3
0
23
71
13
1
16
6
0
23
64
14
2
12
8
1
23
61
15
13
7
2
1
23
78
16
3
8
11
1
23
69
17
5
6
11
1
23
61
18
3
5
14
1
23
56
19
0
0
21
2
23
44
20
4
14
3
2
23
66
21
1
8
13
1
23
55
22
16
7
0
0
23
85
41
23
6
12
5
0
23
70
24
16
5
2
0
23
83
25
12
6
3
2
23
74
26
5
15
3
0
23
71
27
0
3
15
5
23
44
28
4
2
10
7
23
49
29
0
9
12
2
23
53
30
3
10
10
0
23
62
Jumlah
139
241
255
55
1844
Setelah mengetahui hasil jawaban responden melalui penyebaran kuesioner keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah tersebut. Maka penulis akan menampilkan penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dan dapat dilihat pada tabel ini: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keaktifan Berorganisasi Intra Sekolah (Variabel X) Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Angket Interval
MidPoint
Btas Nyata
44 - 49 50 - 55 56 - 61 62 - 67 68 - 73 74 - 79 80 - 85
46,5 52,5 58,5 64,5 70,5 76,5 82,5
43.5 - 49.5 49.5 - 55.5 55.5 - 61.5 61.5 - 67.5 67.5 - 73.5 73.5 - 79.5 79.5 - 85.5
Frek Abs 5 6 4 5 6 2 2 30
Kum 5 11 15 20 26 28 30
Berdasarkan data frekuensi di atas, maka dapat diperoleh deskripsi data sebagai berikut:
42
Tabel 4.3 Deskripsi Data Keaktifan Berorganisasi (variabel X) Min
44
Max
85
Mean
61,47
Median
61,50
Standar Deviasi
11,218
Range
41
Varian
125,844
Berdasarkan data tentang keaktifan berorganisasi siswa tersebut, diperoleh nilai-nilai penting seperti nilai mean hitung dari nilai skor sebesar 61,47, nilai median sebesar 61,50 yang menunjukkan nilai pertengahan dari nilai skor, nilai range sebesar 41 yang menunjukkan ukuran yang menunjukkan jarak penyebaran antara skor terendah sampai skor yang tertinggi atau sering disebut sebagai ukuran penyebaran data yang paling kasar dari nilai skor, nilai standar deviasi sebesar 11,218 yang menunjukkan selisih atau simpangan dari masing-masing skor, nilai variansi sebesar 125,844. Setelah data diperoleh, maka diketahui nilai skor tertingginya sebesar 85 dan skor terendahnya sebesar 44 dengan jumlah skor total 1844 dari 30 sampel. Penyajian data melalui gambar histogram dapat dilihat sebagai berikut:
43
Gambar 4.1 Nilai Keaktifan Berorganisasi Siswa Intra Sekolah (variabel X)
2. Prestasi Belajar (Variabel Y) Nilai prestasi belajar ini penulis dapatkan dari nilai raport semester ganjil. Untuk perolehan nilai dari prestasi belajar ini penulis juga tampilkan dalam bentuk tabel . Tabel 4.4 Prestasi Belajar yang Dicapai Siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta (Variabel Y) Siswa
Nilai Raport
Titania Dewi Pramesti
74
Ai Novia Indaryati
73
Muhammad Refay Dharmawan
70
Adinda Idha Epitasari
60
Beraska Teguh Imanna
81
Noor Bintang Ramadhani
77
44
Nur Aurfa Syahputri
70
Tasya Aulia Mahadewi
70
Salsa Nabila
70
Ari Agung Pahrofi
88
Rivaldy Amiyono Saputro
83
Dwi Ananda Putri
82
Dianisha Fitri K
84
Gina Utami
85
Riska Yuniar
85
Fitri Nabilah
84
Astrid Ramanda
78
Gita Jihan Parameswari
84
Achdan Naufal
80
Muhammad Bagas
77
Gema Sena Dewantoro
80
Muhammad Reynald Maulana
60
Muhammad Ghandi AB
77
Mufid Abyansyah S
70
Ramadhan Febri
70
Faisal Ibrahim Kuswa
70
Inayah Nur Bintang
66
Farahdila Andini S
70
Satria Wira Prayogo
76
Nadhifa Arundati
66
Setelah mengetahui prestasi belajar siswa melalui nilai raport yang telah diberikan pihak sekolah tersebut. Maka penulis akan menampilkan penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
45
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa (Variabel Y)
Interval 60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 – 89
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Raport Frek MidPoint Btas Nyata Abs Kum 62,5 59.5 - 65.5 2 2 68,5 65.5 - 71.5 10 12 74,5 71.5 - 77.5 6 18 80,5 77.5 - 83.5 6 24 86,5 83.5 - 89.5 6 30 30
Kemudian data yang juga diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata raport siswa sebagai variabel Y. Berdasarkan data frekuensi di atas, maka dapat diperoleh deskripsi data sebagai berikut: Tabel 4.6 Deskripsi Data Rata-rata Nilai Raport Siswa (Variabel Y) Min
60
Max
88
Mean
75,33
Median
76,50
Standar Deviasi
7,535
Range
28
Varian
56,782
Kemudian berdasarkan data tentang prestasi belajar tersebut, diperoleh nilai-nilai penting juga seperti nilai mean hitung dari nilai skor sebesar 75,33, nilai median sebesar 76,50 yang menunjukkan nilai pertengahan dari nilai skor, nilai range sebesar 28 yang menunjukkan ukuran yang menunjukkan jarak penyebaran antara skor terendah sampai skor yang tertinggi atau sering disebut sebagai ukuran penyebaran data yang paling kasar dari nilai skor, nilai standar deviasi sebesar 7,535 yang menunjukkan selisih atau simpangan dari masing-masing skor, nilai variansi sebesar
46
56,782. Setelah data diperoleh, maka diketahui nilai skor tertingginya sebesar 88 dan skor terendahnya sebesar 60 dengan jumlah skor total 2260 dari 30 sampel. Penyajian data melalui gambar histogram dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 4.2 Diagram Prestasi Belajar yang Diperoleh Siswa (variabel Y)
Setelah data dideskripsikan di atas maka dapat diketahui bahwa dari 30 sampel terdapat nilai keaktifan berorganisasi dan nilai prestasi belajar sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Pengumpulan Data Tentang Keaktifan Berorganisasi Siswa Intra Sekolah Dan Prestasi Belajar Siswa
No
Nama Responden
Nilai Angket (X)
Prestasi Belajar (Y)
1
Titania Dewi Pramesti
45
74
2
Ai Novia Indaryati
52
73
3
Muhammad Refay Dharmawan
49
70
47
4
Adinda Idha Epitasari
55
60
5
Beraska Teguh Imanna
50
81
6
Noor Bintang Ramadhani
65
77
7
Nur Aurfa Syahputri
71
70
8
Tasya Audia Mahadewi
69
70
9
Salsa Nabila
68
70
10
Ari Agung Pahrofi
51
88
11
Rivaldy Amiyono Saputro
63
83
12
Dwi Ananda Putri
71
82
13
Dianisha Fitri K
64
84
14
Gina Utami
61
85
15
Riska Yuniar
78
85
16
Fitri Nabilah
59
84
17
Astrid Ramanda
61
78
18
Gita Jihan Parameswari
56
84
19
Achdan Naufal
44
80
20
Muhammad Bagas
66
77
21
Gema Sena Dewantoro
55
80
22
Muhammad Reynald Maulana
85
60
23
Muhammad Ghandi AB
70
77
24
Mufid Abyansyah S
83
70
25
Ramadhan Febri
74
70
26
Faisal Ibrahim Kuswa
71
70
27
Inayah Nur Bintang
44
66
28
Farahdila Andini S
49
70
29
Satria Wira Prayogo
53
76
30
Nadhifa Arundati
62
66
1844
2260
Jumlah
48
B. Uji Intsrumen Penelitian Setelah data yang diperoleh dideskripsikan seperti di atas, kemudian data-data tersebut akan diujikan tingkat validitas dan realibitasnya untuk mengukur apakah data-data tersebut adalah data-data yang valid dan layak untuk dijadikan penelitian.
1. Uji Validitas Uji Validitas digunakan sebagai uji instrumen penelitian untuk mengetahui apakah data yang akan dipakai untuk pengujian hipotesis merupakan data valid atau tidak. Untuk itu data kuesioner yang telah di dapat, harus diuji validitasnya terlebih dahulu. Dalam uji validitas ini, butir pertanyaan yang dianggap valid adalah r hitung > r tabel. Rumus yang digunakan adalah uji r product moment. Berikut adalah hasil yang diperoleh dalam uji validitas dengan menggunakan SPSS versi 20 : Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kuesioner Keaktifan Berorganisasi Siswa No
Variabel (X) Angket ROHIS
Uji Validitas r Hitung
r Tabel
Keterangan
1
Butir Pertanyaan 1
0,398
0,361
Valid
2
Butir Pertanyaan 2
0,714
0,361
Valid
3
Butir Pertanyaan 3
0,639
0,361
Valid
4
Butir Pertanyaan 4
0,701
0,361
Valid
5
Butir Pertanyaan 5
0,605
0,361
Valid
6
Butir Pertanyaan 6
0,774
0,361
Valid
7
Butir Pertanyaan 7
0,625
0,361
Valid
8
Butir Pertanyaan 8
0,460
0,361
Valid
9
Butir Pertanyaan 9
0,620
0,361
Valid
10
Butir Pertanyaan 10
0,637
0,361
Valid
11
Butir Pertanyaan 11
0,807
0,361
Valid
12
Butir Pertanyaan 12
0,557
0,361
Valid
49
13
Butir Pertanyaan 13
0,699
0,361
Valid
14
Butir Pertanyaan 14
0,584
0,361
Valid
15
Butir Pertanyaan 15
0,453
0,361
Valid
16
Butir Pertanyaan 16
0,562
0,361
Valid
17
Butir Pertanyaan 17
0,396
0,361
Valid
18
Butir Pertanyaan 18
0,465
0,361
Valid
19
Butir Pertanyaan 19
0,309
0,361
Tidak Valid
20
Butir Pertanyaan 20
0,002
0,361
Tidak Valid
21
Butir Pertanyaan 21
0,197
0,361
Tidak Valid
22
Butir Pertanyaan 22
0,153
0,361
Tidak Valid
23
Butir Pertanyaan 23
0,198
0,361
Tidak Valid
24
Butir Pertanyaan 24
0,322
0,361
Tidak Valid
25
Butir Pertanyaan 25
0,307
0,361
Tidak Valid
26
Butir Pertanyaan 26
0,560
0,361
Valid
27
Butir Pertanyaan 27
0,573
0,361
Valid
28
Butir Pertanyaan 28
0,434
0,361
Valid
29
Butir Pertanyaan 29
0,527
0,361
Valid
30
Butir Pertanyaan 30
0,469
0,361
Valid
Tabel di atas dapat diartikan bahwa 23 kuesioner mendapatkan r hitung > r tabel, sehingga kuesioner di atas dinyatakan valid sementara 7 dari kuesioner r hitung < r tabel sehingga dinyatakan tidak valid.
2. Uji Realibilitas Uji realibilitas dalam penelitian ini juga dilakukan dengan SPSS 20 yang outputnya dapat dilihat pada lampiran. Suatu variabel dapat dikatakan realibel jika nilai Crobanch’s Alpha dari variabel tersebut lebih besar dari 0,60 atau 60%.
50
Tabel 4.9 Hasil Uji Realibilitas menggunakan SPSS 20 Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.886
30
Setelah proses dengan SPSS, maka didapat nilai Cronbanch’s Alpha untuk variabel kegiatan ekstrakurikuler Rohis = 0,886%. Nilai Cronbach Alpha tersebut ternyata di atas 0,60%, maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan untuk variabel tersebut adalah reliable untuk memiliki tingkat realibilitas yang sangat baik.
C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk memberi arti dan makna dalam menjawab masalah penelitian. Langkah awal dalam menganalisis data adalah memberi nilai terhadap jawaban angket mengenai ekstrakurikuler Rohis dan memberi nilai terhadap prestasi belajar. Dalam penelitian angket digunakan ketentuan dengan skala 4-3-2-1 untuk pernyataan positif, dan skala 1-2-3-4 untuk pernyataan negatif. Oleh karena itu, sebelum penulis melakukan analisis data tersebut, penulis melakukan uji prasyarat analisis untuk mendapatkan data yang akurat dan otentik guna mendapatkan hasil yang baik.
1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengukur tingkat normalnya suatu data dalam penelitian. Adapun data yang dianggap normal adalah L hitung < L tabel. Oleh karena itu, maka terlebih dahulu dibuat hipotesis sebagai berikut: Ho = data berdistribusi normal jika L hitung < L tabel Ha = data berdistribusi tidak normal jika L hitung > L tabel
51
Pada penelitian ini, uji normalitas akan diproses menggunakan SPSS 20. Uji Normalitas akan dilakukan untuk kedua variabel tersebut yaitu variabel keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah (X) dan variabel prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 3. Adapun hasilnya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Angket
Df
Sig.
.087
30
.200
*
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Rapot siswa
Df .160
Sig. 30
.047
Dari tabel keagiatan ekstrakurikuler Rohis di atas dapat diartikan bahwa L hitung 0,087. Karena jumlah respon sebanyak 30 orang maka nilai L tabel = 0,161. Maka dapat diketahui bahwa 0,087 < 0,161 (L hitung < L tabel), dapat disimpulkan Ho diterima dan data berdistribusi normal. Kemudian dari tabel prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 3 di atas dapat diartikan bahwa L hitung 0,160. Karena jumlah respon sebanyak 30 orang maka nilai L tabel = 0,161. Maka dapat diketahui bahwa 0,160 < 0,161 (L hitung < L tabel), dapat disimpulkan Ho diterima dan data berdistribusi normal.
52
2. Uji Homogenitas Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan atau keragaman antara dua keadaan variabel, uji homogen yang dilakukan dengan uji fisher. Dari hasil pengujian diperoleh F hitung = 2,126 (dapat dilihat pada lampiran) sedangkan F tabel = 1,84 pada taraf signifikansi 5%. Karena F hitung (2,126) > F tabel (1,84) maka varians dari kedua variabel tersebut homogen.
3. Pengujian Hipotesis Setelah penulis melakukan uji prasyarat dan menghitung angket dari tiap-tiap responden dan mengumpulkannya, Kemudian tabel di bawah ini adalah
tabel
yang
menunjukkan
nilai
angket
tentang
ekstrakurikuler rohis (X) dan nilai prestasi belajar siswa (Y) Tabel 4.12 Nilai Angket dan Nilai Rata-rata Raport Siswa Nilai Angket (X)
Nilai Rata-rata Raport (Y)
45
74
52
73
49
70
55
60
50
81
65
77
71
70
69
70
68
70
51
88
63
83
71
82
64
84
kegiatan
53
61
85
78
85
59
84
61
78
56
84
44
80
66
77
55
80
85
60
70
77
83
70
74
70
71
70
44
66
49
70
53
76
62
66
1844
2260
Dari data tabel di atas jumlah total dari nilai angket yaitu 1844 dan nilai rata-rata raport siswa yaitu 2260. Kemudian untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara nilai angket keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah dengan prestasi belajar siswa maka penulis menggunakan rumus Product Moment dengan memasukkan data-data yang diperoleh kedalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.13 Jumlah Variabel X dan Variabel Y No 1 2 3
X 45 52 49
Y 74 73 70
XY 3330 3796 3430
X2 2025 2704 2401
Y2 5476 5329 4900
54
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
55 50 65 71 69 68 51 63 71 64 61 78 59 61 56 44
60 81 77 70 70 70 88 83 82 84 85 85 84 78 84 80
3300 4050 5005 4970 4830 4760 4488 5229 5822 5376 5185 6630 4956 4758 4704 3520
3025 2500 4225 5041 4761 4624 2601 3969 5041 4096 3721 6084 3481 3721 3136 1936
3600 6561 5929 4900 4900 4900 7744 6889 6724 7056 7225 7225 7056 6084 7056 6400
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 JML
66 55 85 70 83 74 71 44 49 53 62 1844
77 80 60 77 70 70 70 66 70 76 66 2260
5082 4400 5100 5390 5810 5180 4970 2904 3430 4028 4092 138525
4356 3025 7225 4900 6889 5476 5041 1936 2401 2809 3844 116994
5929 6400 3600 5929 4900 4900 4900 4356 4900 5776 4356 171900
Dari angka hasil perhitungan antara variabel X dan Variabel Y di atas, maka diketahui: N
= 30
X
= 1844
Y
= 2260 = 116994
55
= 171900 ∑XY
= 138525
Kemudian dimasukkan kedalam rumus korelasi product moment berikut ini :
rxy
= =
= = =
( √*
(
) (
)
) +*
√*
√*
( ) + *
(
+
*
) + ) +
(
+
√ √
= = -0,15895555 = - 0,159 Kemudian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan variabel X (Keaktifan Berorganisasi)
dalam menunjang keberhasilan
variabel Y (Prestasi Belajar Siswa), ini diketahui dari hasil Koefisien Determinasi dengan rumus sebagai berikut: KD
= r2 x 100% = 0,1592 x 100% = 0,02581 x 100% = 2,5281%
Keterangan: KD = Koefisien Determinasi (kontribusi variabel X terhadap variabel Y) R
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
56
D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Interpretasi Data Hasil penelitian di atas diperoleh nilai koefisiensi korelasi rxy yaitu 0,159. Jika diperhatikan maka indeks korelasi yang diperoleh bertanda searah, ini berarti korelasi antara variabel X (kegiatan ekstrakurikuler) dan variabel Y (prestasi belajar siswa) terdapat hubungan yang searah, atau terdapat hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar siswa. Kemudian nilai tersebut diinterpretasikan dengan cara sederhana yaitu dengan memberikan interpretasi terhadap angka koefisien product moment. Adapun pedoman yang umum digunakan dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka hasil korelasi product moment adalah sebagai berikut : Tabel 4.14 Interpretasi r Product Moment Besarnya “r” Product Moment
Interpretasi
(rxy) 0,00 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat
korelasi,
akan
tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan korelasi
(dianggap atau
tidak
pengaruh
ada antara
variabel X dan variabel Y) 0,20 -0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.
57
0,70 – 0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
Apabila diperhatikan nilai rxy yang telah diperoleh yaitu dan ternyata terletak antara 0,00 – 0,20. Berdasarkan yang telah dikemukakan di atas, dapat
dijelaskan
bahwa
korelasi
antara
variabel
X
(kegiatan
ekstrakurikuler Rohis) dan variabel Y (prestasi belajar siswa) adalah tergolong korelasi yang lemah atau rendah, sehingga dapat di interpretasikan bahwa antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dan prestasi belajar siswa memang terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah (hubungan diantara variabel itu sangat rendah atau sangat lemah). Selanjutnya untuk menjawab hipotesis nihil dan hipotesis alternatif dilakukan dengan cara berkonsultasi pada nilai tabel (r tabel) product moment. Hal pertama yang dilakukan adalah terlebih dahulu mencari df atau db (degree of freedom atau derajat kebebasan) dengan menggunak rumus df = N-nr. Diketahui responden yang diteliti sebanyal 30 orang, maka N = 30. Kemudian terdapat 2 variabel yang penulis teliti dalam penelitian ini yaitu variabel X (keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah) dan variabel Y (prestasi belajar siswa), maka nr = 2. Dengan demikian maka df = 30 - 2 = 28. Maka dapat diketahui dengan df sebesar 28 diperoleh r tabel pada taraf signifikasi 5% sebesar 0,361 dan pada taraf signifikasi 1% sebesar 0,463. Kemudian dapat diinterpretasikan sebagai berikut. Pada taraf signifikan 1% diketahui bahwa 0,159 < 0,463 (r hitung lebih kecil daripada r tabel). Maka Ho juga diterima dan Ha ditolak. Berarti pada taraf signifikasi 1% juga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X (keaktifan berorganisasi) dan variabel Y (prestasi belajar siswa).
58
Kemudian pada taraf signifikan 5% diketahui bahwa 0,159 < 0,361 (r hitung lebih kecil daripada r tabel). Maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berarti pada taraf signifikasi 5% itu tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X (keaktifan berorganisasi) dan variabel Y (prestasi belajar siswa). Dengan demikian korelasi antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta merupakan korelasi yang sangat lemah atau bukanlah merupakan korelasi positif yang meyakinkan. 2. Temuan Penelitian Jika melihat hasil interpretasi data di atas maka dapat diketahui bahwa hubungan antara siswa yang aktif dalam berorganisasi dengan prestasi yang mereka dapat bukanlah hubungan positif yang meyakinkan. Meskipun bukan sebuah hubungan positif yang meyakinkan, kan tetapi kedua variabel tersebut tetap memiliki hal positif bagi siswa yang aktif dalam ekstrakurikuler Rohis tersebut. Indikator yang menguatkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler Rohis di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta tetap mempunyai hubungan dalam meningkatkan prestasi belajar adalah dapat dilihat dari jawaban responden pada kuesioner tentang kegiatan ekstrakurikuler Rohis yang membuat halhal positif yang dilakukan anggota Rohis. Berikut penulis sajikan dalam bentuk tabel. Tabel 4.15 Saya aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis di sekolah (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1.
Selalu
10
33%
Sering
12
40%
Pernah
8
27%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
59
Berdasarkan
tabel
di
atas,
siswa
selalu
mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler Rohis di sekolah, dengan penyebaran frekuensi jawaban 33% responden menjawab selalu, 40% responden menjawab sering, 27% responden menjawab pernah. Dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah, membuktikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler Rohis diikuti oleh semua responden. Tabel 4.16 Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis untuk meningkatkan prestasi belajar PAI (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
2.
Selalu
4
13,3%
Sering
10
33,3%
Pernah
15
50%
Tidak pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel 13,3% siswa yang menyatakan selalu, 33,3% menyatakan sering, 50% menyatakan pernah dan 3,3% menyatakan tidak pernah.
Tabel 4.17 Saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rohis meskipun tidak menjadi penyelenggara acara (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
3.
Selalu
2
7%
Sering
13
43%
Pernah
7
23%
Tidak pernah
8
27%
Jumlah
30
100%
60
Berdasarkan tabel di atas, siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rohis meskipun tidak menjadi penyelenggara acara, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 7% responden menjawab selalu, 43% responden menjawab sering, 23% responden menjawab pernah dan 27% responden menjawab tidak pernah.
Tabel 4.18 Saya menjadi bagian pelaksanaan setiap kegiatan Rohis (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
4.
Selalu
3
10%
Sering
12
40%
Pernah
8
27%
Tidak pernah
7
23%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa menjadi bagian pelaksanaan kegiatan Rohis, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 10% responden menjawab selalu, 40% responden menjawab sering, 27% responden menjawab pernah. 23% menjawab tidak pernah.
Tabel 4.19 Saya menyalurkan bakat saya melalui kegiatan Rohis (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
5.
Selalu
1
3%
Sering
8
27%
Pernah
13
43%
Tidak pernah
8
27%
Jumlah
30
100%
61
Berdasarkan tabel di atas, 3% siswa yang menyatakan selalu, sering 27%, pernah 43% dan 27% yang menyatakan tidak pernah. Dari hal tersebut dapat dipastikan bahwa sebagian besar siswa menyalurkan bakatnya di Rohis, walaupun tidak semua siswa menyalurkan bakatnya melalui Rohis.
Tabel 4.20 Saya mengikuti dan membantu pelaksanaan kegiatan Rohis (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
6.
Selalu
3
10%
Sering
9
30%
Pernah
15
50%
Tidak pernah
3
10%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mengikuti dan membantu pelaksanaan kegiatan Rohis, dapat dilihat dari penyebaran frekuensi jawaban 10% responden menjawab selalu, 30% responden menjawab sering, 50% responden menjawab pernah dan sebanyak 10% responden menjawab tidak pernah.
Tabel 4.21 Saya hadir dalam setiap kegiatan Rohis (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
7.
Selalu
4
13,3%
Sering
13
43,3%
Pernah
13
43,3%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
62
Berdasarkan tabel di atas, 13,3% siswa menjawab selalu, 43,3% siswa menjawab sering, 43,3% siswa menjawab pernah. Dan tidak ada yang menjawab tidak pernah jadi semua responden pernah mengikuti kegiatan Rohis walapun tidak semua kegiatan selalu diikuti.
Tabel 4.22 Saya mengikuti kegiatan Rohis karena kemauan diri sendiri(+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
8.
Selalu
6
20%
Sering
11
36,6%
Pernah
12
40%
Tidak pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas menyatakan bahwa, 20% siswa menjawab selalu, 36,3% siswa menjawab sering, 40% siswa menjawab pernah, dan 3,3% menjawab tidak pernah. Jadi hampir semua siswa mengikuti kegiatan Rohis karena kemauan sendiri. Tabel 4.23 Saya lebih disiplin dalam mengikuti pelajaran PAI setelah mengikuti kajian dalam kegiatan Rohis (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
9.
Selalu
5
17%
Sering
10
33%
Pernah
13
43%
Tidak pernah
2
7%
Jumlah
30
100%
63
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa siswa menjadi lebih disiplin dalam mengikuti pelajaran PAI setelah mengiuti kajian dalam kegiatan Rohis, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 17% responden menjawab selalu, 33% responden menjawab sering, 43% responden menjawab pernah dan 7% responden menjawab tidak pernah. Tabel 4.24 Saya aktif mengikuti kegiatan Rohis sebagai bekal ketika bermasyarakat (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
10.
Selalu
4
13%
Sering
7
23%
Pernah
17
57%
Tidak pernah
2
7%
Jumlah
30
100%
Siswa
aktif
mengikuti
kegiatan
Rohis
sebagai
bekal
ketika
bermasyarakat, ini terbukti dari tabel diatas yang menunjukkan 13% siswa menjawab selalu, 23% siswa menjawab sering, 57% siswa menjawab pernah dan 7% siswa menjawab tidak pernah.
Tabel 4.25 Saya bergabung dalam kegiatan Rohis karena kegiatan Rohis memiliki daya tarik (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
11.
Selalu
5
16,6%
Sering
9
30%
Pernah
14
46,6%
Tidak pernah
2
6,6%
Jumlah
30
100%
64
Berdasarkan tabel di atas, kegiatan Rohis merupakan kegiatan yang menarik, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 16,6% responden menjawab selalu, 30% responden menjawab sering, 46,6% responden menjawab pernah, 6,6% menjawab tidak pernah.
Tabel 4.26 Saya berakhlak baik selama mengikuti kegiatan Rohis (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
12.
Selalu
10
33%
Sering
8
27%
Pernah
12
40%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan Tabel di atas, Siswa selalu berakhlak baik selama mengikuti kegiatan Rohis, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi 33% siswa menjawab selalu, 27% siswa menjawab sering, dan 40% siswa menjawab pernah. Tabel 4.27 Kegiatan Rohis menambah penguasaan materi keagamaan saya (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
13.
Selalu
9
30%
Sering
11
37%
Pernah
10
33%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, kegiatan rohis menambah penguasaan materi keaagamaan para siswa, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 30% responden menjawab selalu, 37% responden menjawab sering, 33% responden menjawab pernah.
65
Tabel 4.28 Sarana dan prasarana yang diberikan sekolah membantu para siswa dalam melaksanakan kegiatan Rohis (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
14.
Selalu
2
6,6%
Sering
14
46,6%
Pernah
14
46,6%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang diberikan sekolah dalam melaksanakan kegiatan Rohis cukup baik, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 6,6% responden menjawab selalu, 46,6% responden menjawab sering, 46,6% responden menjawab pernah. Tabel 4.29 Guru membimbing siswa selama kegiatan Rohis berlangsung (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
15.
Selalu
17
57%
Sering
9
30%
Pernah
4
13%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan Tabel di atas, Guru selalu membimbing siswa selama kegiatan Rohis berlangsung, ini terbukti dari penyebaran frekuensi sebanyak 57% siswa menjawab selalu, 30% siswa menjawab sering, 13% siswa menjawab pernah,
66
Tabel 4.30 Guru membiasakan setiap anggota Rohis berprilaku disiplin (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
16.
Selalu
13
43,3%
Sering
10
33,3%
Pernah
7
23,3%
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, guru membiasakan setiap anggota Rohis berprilaku disiplin, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban sebanyak 43,3% responden menjawab selalu, 33,3% responden menjawab sering, 23,3% responden menjawab pernah.
Tabel 4.31 Saya datang ke masjid lebih awal selama kegiatan Rohis (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
17.
Selalu
3
10%
Sering
8
27%
Pernah
18
60%
Tidak pernah
1
3%
Jumlah
30
100%
Tabel di atas menyatakan bahwa datang ke masjid lebih awal selama kegiatan Rohis. Hal ini terbukti dengan frekuensi jawaban 10% siswa menjawab selalu, 27% siswa menjawab sering, 60% siswa menjawab pernah dan 3% siswa menjawab tidak pernah.
67
Tabel 4.32 Saya mempraktekan materi dalam kegiatan Rohis pada proses pembelajaran PAI (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
18.
Selalu
2
6.6%
Sering
14
46.6%
Pernah
12
40%
Tidak pernah
2
6.6%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa mempraktekkan materi dalam kegiatan Rohis pada proses pembelajaran PAI, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 6,6% responden menjawab selalu, 46,6% responden menjawab sering, 40% responden menjawab pernah. Dan 6,6% menjawab tidak pernah.
Tabel 4.33 Guru membiasakan setiap anggota rohis berprilaku religius (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
26.
Selalu
14
47%
Sering
9
30%
Pernah
6
20%
Tidak pernah
1
3%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, guru membiasakan setiap anggota Rohis berprilaku religius, ini terbukti dengan frekuensi jawaban 47% siswa menjawab selalu, 30% siswa menjawab sering, 20% siswa menjawab pernah, dan 3% siswa menjawab tidak pernah.
68
Tabel 4.34 Rohis meningkatkan rasa percaya diri ketika berbicara di depan umum (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
27.
Selalu
4
13,3%
Sering
10
33,3%
Pernah
13
43,3%
Tidak pernah
3
10%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Rohis meningkatkan rasa percaya diri ketika berbicara di depan umum walaupun tidak semua siswa merasakannya, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 13,3% responden menjawab selalu, 33,3% responden menjawab sering, 43,3% responden menjawab pernah dan 10% responden menjawab tidak pernah.
Tabel 4.35 Saya terpilih menjadi panitia pada setiap kegiatan Rohis (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
28.
Selalu
1
3%
Sering
8
27%
Pernah
10
33%
Tidak pernah
11
37%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, 3% siswa menjawab selalu, 27% siswa menjawab sering, 33% siswa menjawab pernah, dan 37% siswa menjawab tidak pernah. Jadi hanya beberapa orang saja yang selalu terpilih menjadi panitia pada saat kegiatan Rohis.
69
Tabel 4.36 Guru pembimbing Rohis memberikan motivasi untuk selalu belajar (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
29.
Selalu
11
37%
Sering
13
43%
Pernah
5
17%
Tidak pernah
1
3%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa guru pembimbing Rohis selalu memberikan motivasi untuk selalu belajar, walaupun tidak semua responden merasakannya, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 37% responden menjawab selalu, 43% responden menjawab sering, 17% responden menjawab pernah dan 3% responden menjawab tidak pernah. Tabel 4.37 Rohis menumbuhkan jiwa kepeminpinan saya (+) NO. SOAL
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
30.
Selalu
6
20%
Sering
13
43%
Pernah
9
30%
Tidak pernah
2
7%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan tabel di atas, 20% siswa menjawab selalu, 43% siswa menjawab sering, 30% siswa menjawab pernah, dan 7% siswa menjawab
tidak
pernah.
Artinya
Rohis
menumbuhkan
sikap
kepeminmpinan pada siswa hanya beberapa siswa saja yang merasakannya.
70
3. Pembahasan Penelitian Dari jawaban responden di atas, dapat dikatakan masih terdapat hal negatif yang ada dalam aktifitas ekstrakurikuler Rohis ini. Hal inilah yang menjadi salah satu jawaban mengapa hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar siswa di SMA Muhamadiyah 3 Jakarta adalah hubungan yang sangat lemah atau dapat dikatakan bukan merupakan hubungan yang meyakinkan. Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis merupakan proses penunjang pembelajaran mereka dalam memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, dan sebagai pengalaman diri sendiri. Hal ini yang dapat menggambarkan bahwa aktifnya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler Rohis akan menjadikan pengalaman bagi dirinya sendiri dan membantu mereka dalam meningkatkan pretasi belajarnya melalui aktif di kegiatan Rohis. Akan tetapi masih banyaknya kekurangan yang ada pada kegiatan ekstrakurikuler Rohis ini, seperti belum berjalannya program-program yang ada pada Rohis dan materi yang belum disesuaikan pada pelajaran PAI. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kgiatan ekstrakurikuler Rohis dapat dikatakan mempunyai hubungan sangat yang lemah karena tingginya tingkat prestasi siswa di sekolah bukan hanya bergantung pada aktifnya siswa mengikuti kegiatan Rohis tersebut melainkan dengan faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan koefisien determinasi yang telah di dapat penulis dalam penelitian ini sebesar 2,5281% dan 97,4719% lagi dipengaruhi oleh faktor lain.
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang
menyatakan bahwa : sumbangsih organisasi intra sekolah terhadap prestasi siswa diperoleh nilai dari koefisien determinasi dengan hasil 1,12%, yang diambil kesimpulan bahwa Organisasi IRM dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa hanya sebesar 1,12% dan ini berarti 98,88% lagi dipengaruhi
71
oleh faktor lain.1 Faktor lain tersebut seperti faktor dari lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik, faktor lingkungan sekolah. keadaan sekolah yang memenuhi syarat akan menimbulkan semangat belajar, hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar, faktor guru juga mempunyai pengaruh dalam peningkatan prestasi belajar, ini terlihat dalam hubungan guru dengan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran dan saat siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
E. Keterbatasan Penelitian Dari penelitian ini, penulis merasakan bahwa penelitian ini masih kurang dari hasil yang lebih baik. Hal tersebut karena keterbatasan penelitian yang penulis rasakan selama penelitian ini berlangsung. Keterbatasan penelitian itu diantara lain: 1.
Jauhnya tempat penelitian dari lokasi penulis tinggal. Hal ini menjadi masalah kecil yang membuat sulitnya mendapatkan data-data yang masih diperlukan seperti izin untuk melakukan penyebaran angket oleh siswa, izin melakukan pengambilan data dari pihak sekolah. Sehingga penulis merasakan masih kurang lengkapnya data-data dalam penelitian ini.
2.
Pengujian Validitas yang dinilai masih kurang memenuhi nilai baik. Hal ini karena hasil dari 30 soal angket yang penulis sebarkan hanya 23 soal angket yang penulis gunakan dalam penelitian ini.
3.
Hasil koefisiensi determinasi menunjukkan masih ada variabel-variabel lain yang harus di perhatikan dalam penelitian ini.
1
Rohimatul Jannah, Pengaruh Organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2004, tidak dipublikasikan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta mengenai hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar, dapat disimpulkan bahwa Antara ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar mempunyai korelasi, namun korelasi keduanya sangat lemah, sehingga korelasi tersebut tidak meyakinkan. Terbukti dengan hasil perolehan korelasi sebesar 0,159. Sehingga nilai r hitung berkisar antara 0,00-0,20 Antara variabel X (kegiatan ekstrakurikuler Rohis) dan variabel Y (prestasi belajar) memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan. Sementara itu setelah penulis menghitung koefisien determinasi, diketahui berdasarkan koefisien determinasi kegiatan ekstrakurikuler Rohis mempunyai kontribusi hanya sebesar 2,5281% dalam mempengaruhi hasil belajar siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta. Dan 97,4719% lagi dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, faktor strategi belajar, faktor guru dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa baik dari dalam sekolah maupun di luar sekolah.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas yang menyatakan bahwa korelasi antara kedua variabel sangat lemah sehingga korelasi keduanya diabaikan. Dan mempunyai implikasi sebagai berikut. Pertama, kegiatan ekstrakurikuler rohis harus lebih ditingkatkan lagi. Kedua, kegiatan ekstrakurikuler rohis jangan sampai mengganggu waktu belajar para siswa.
72
73
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Rohis agar lebih ditingkatkan lagi. Baik guru maupun siswa harus melakukan kerjasama yang baik agar terwujudnya
kegiatan
ekstrakurikuler
yang
dapat
membantu
meningkatkan pengetahuan siswa sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. 2.
Menyamakan materi yang diberikan dalam kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan materi pelajaran agama, agar apa yang tidak sempat disampaikan di kelas dapat disampaikan pada kegiatan ekstrakurikuler Rohis.
3.
Bagi siswa diharapkan lebih giat lagi dalam belajar terutama pada mata pelajaran PAI, agar prestasi belajar yang diperoleh dapat meningkat dibandingkan dengan prestasi belajar sebelumnya.
4.
Pihak sekolah diharapkan membantu memberikan fasilitas kepada guru pembina Rohis untuk melaksanakan program-program ekstrakurikuler Rohis.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008. An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,Terj. Dari ‘Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama’ oleh Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Pers, 1995. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Daradjat, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 1992 Daradjat, Zakiah, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Effendi, Sofian. Tukiran (eds), Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, Anggota Ikapi, 2012. Fathoni, Muhammad Kholid, Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru), Jakarta: Departemen Agama RI, 2005. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Himpunan Peraturan Perundang-undangan SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokus Media, 2013. Jannah, Rohimatul, Pengaruh Organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2004.
74
75
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010. Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Majid, Abdul dan Andayani Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Almaarif, 1981. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001 Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 20132014, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006, Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2, (http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63/). Purwanto, M Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Rahman, Abd, Paradigma Baru Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Sekolah, Jakarta: Faris2 – UIN Jakarta, 2012. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004. Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Siregar, Syofian, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara), 2014. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D, Bandung: Alfabeta, 2013.
76
Suralaga, Fadhilah, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi), Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999 Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, diakses: 14 Februari 2014, 00:05, http://id.wikipedia.org/wiki/Rohis. Yunus, Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990
LAMPIRAN Angket: KOLERASI ANTARA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHIS DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI ANGKET UNTUK SISWA A. Identitas Siswa 1. Nama
:
2. Kelas
:
B. Petunjuk Pengisian Angket 1. Dimohon para responden menjawab pertanyaan-pertanyaan dari angket ini dengan memilih salah satu alteratif jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. Dengan cara memberi tanda (x) pada salah satu jawaban A, B, C, atau D pada nomor yang bersangkutan. 2. Jawaban harus sesuai dengan pendapat anda sendiri dan jangan terpengaruh oleh pendapat orang lain. 3. Angket ini bertujuan ilmiah untuk laporan penelitian Skripsi sebagai salah satu kelulusan pada tingkat sarjana strata 1 4. terima kasih atas bantuan dan partisipasi anda dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam angket ini.
Jakarta, 19 September 2013
Peneliti
1. Saya aktif mengikuti kegiatan Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
2. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar PAI, saya mengikuti kegiatan Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
3. Saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rohis meskipun saya tidak menjadi penyelenggara acara .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
4. Saya menjadi bagian pelaksanaan setiap kegiatan Rohis …. a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
5. Saya menyalurkan bakat saya melalui kegiatan Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
6. Saya mengikuti dan membantu pelaksanaan Kegiatan Rohis ... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
7. Saya hadir dalam setiap kegiatan Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
8. Saya mengikuti kegiatan Rohis karena kemauan diri sendiri.... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
9. Saya lebih disiplin dalam mengikuti pelajaran PAI setelah mengikuti kajian dalam kegiatan Rohis .… a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
10. Sebagai bekal terjun ke masyarakat, saya aktif mengikuti pelaksanaan kegiatan Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
11. Kegiatan Rohis memliki daya tarik sehingga saya tertarik bergabung dalam kegiatan Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
12. Saya berakhlak baik selama mengikuti kegiatan Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
13. Saya mengikuti kegiatan Rohis karena dapat menambah penguasaan materi keagamaan saya …. a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
14. Sarana dan prasarana yang diberikan sekolah membantu para siswa dalam melaksanakan kegiatan Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
15. Guru membimbing siswa dalam proses kegiatan Rohis berlangsung... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
16. Pembina membiasakan setiap anggota Rohis berperilaku disiplin .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
17. Selama mengikuti kegiatan Rohis, saya datang ke masjid untuk beribadah lebih awal.... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
18. Saya mempraktekkan materi dalam kegiatan pada proses pembelajaran PAI .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
19. Kegiatan Rohis membuat saya membolos mengikuti pelajaran di kelas.... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
20. Saya mengucapkan salam kepada teman, guru, dan orang lain ketika bertemu karena terbiasa dengan suasana Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
21. Saya memilih mengikuti kegiatan Rohis terlebih dahulu daripada belajar.... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
22. Saya lupa mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru karena Tugas Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
23. Aktifitas kegiatan Rohis banyak menyita waktu belajar.... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
24. Saya terlambat masuk kelas, karena mengikuti kegiatan Rohis .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
25. Banyaknya aktifitas dalam Rohis membuat saya lelah dan mudah mengantuk ketika belajar .... a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
26. Pembina membiasakan setiap anggota Rohis berperilaku religius ....
a. selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
27. Rohis meningkatkan rasa percaya diri saya ketika berbicara di depan umum .... a. selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
28. saya terpilih menjadi pantia pada setiap kegiatan Rohis .... a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
29. pembimbing Rohis memberikan motivasi untuk selalu belajar .... a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
30. Rohis menumbuhkan jiwa kepemimpinan saya ... a. selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Correlations pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 pertanyaan Pearson 1 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 2 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 3 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 4 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 5 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 6 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 7 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 8 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 9 Correlation
1
.390*
.434*
.513**
.577**
.227
.475**
-.131
.247
.491**
-.007
.462*
.058
.127
.008
.251
.008
.033
.017
.004
.001
.228
.008
.490
.189
.006
.971
.010
.761
.503
.966
.181
.966
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.390*
1
.463**
.451*
.424*
.723**
.514**
.352
.511**
.634**
.382*
.623**
.637**
.201
.161
.310
.222
.010
.012
.020
.000
.004
.057
.004
.000
.037
.000
.000
.287
.395
.096
.237
.033 30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.434*
.463**
1
.777**
.455*
.463*
.397*
.061
.364*
.580**
.460*
.484**
.461*
.268
.204
.144
.254
.017
.010
.000
.012
.010
.030
.748
.048
.001
.011
.007
.010
.152
.280
.448
.176
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.513**
.451*
.777**
1
.487**
.422*
.372*
-.046
.393*
.579**
.449*
.360
.370*
.253
.208
.258
.355
.004
.012
.000
.006
.020
.043
.809
.032
.001
.013
.051
.044
.177
.270
.169
.054
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.577**
.424*
.455*
.487**
1
.522**
.510**
.430*
.185
.619**
.527**
.342
.519**
.322
.179
.186
.008
.001
.020
.012
.006
.003
.004
.018
.327
.000
.003
.064
.003
.083
.343
.324
.968
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.227
.723**
.463*
.422*
.522**
1
.519**
.471**
.585**
.560**
.701**
.332
.807**
.259
.396*
.453*
.163
.228
.000
.010
.020
.003
.003
.009
.001
.001
.000
.073
.000
.167
.030
.012
.389
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.475**
.514**
.397*
.372*
.510**
.519**
1
.332
.368*
.595**
.406*
.305
.407*
.190
.398*
.232
-.007
.008
.004
.030
.043
.004
.003
.073
.046
.001
.026
.101
.026
.316
.029
.218
.972
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.131
.352
.061
-.046
.430*
.471**
.332
1
.088
.126
.657**
.214
.656**
.389*
.370*
.031
.313
.490
.057
.748
.809
.018
.009
.073
.645
.508
.000
.255
.000
.034
.044
.871
.092
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.247
.511**
.364*
.393*
.185
.585**
.368*
.088
1
.454*
.460*
.288
.529**
.337
.454*
.521**
.122
pertanyaan 9 Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 10 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 11 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 12 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 13 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 14 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 15 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 16 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 17 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 18 Correlation Sig. (2tailed) N
.189
.004
.048
.032
.327
.001
.046
.645
.012
.010
.123
.003
.068
.012
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.521 30
.491**
.634**
.580**
.579**
.619**
.560**
.595**
.126
.454*
1
.326
.382*
.492**
.081
.195
.335
.079
.006
.000
.001
.001
.000
.001
.001
.508
.012
.079
.037
.006
.669
.301
.070
.677
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.007
.382*
.460*
.449*
.527**
.701**
.406*
.657**
.460*
.326
1
.191
.724**
.569**
.476**
.379*
.311
.971
.037
.011
.013
.003
.000
.026
.000
.010
.079
.311
.000
.001
.008
.039
.094
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.462*
.623**
.484**
.360
.342
.332
.305
.214
.288
.382*
.191
1
.340
.460*
.211
.316
.375*
.010
.000
.007
.051
.064
.073
.101
.255
.123
.037
.311
.066
.011
.263
.089
.041
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.058
.637**
.461*
.370*
.519**
.807**
.407*
.656**
.529**
.492**
.724**
.340
1
.384*
.494**
.275
.143
.761
.000
.010
.044
.003
.000
.026
.000
.003
.006
.000
.066
.036
.006
.141
.452
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.127
.201
.268
.253
.322
.259
.190
.389*
.337
.081
.569**
.460*
.384*
1
.396*
.579**
.244
.503
.287
.152
.177
.083
.167
.316
.034
.068
.669
.001
.011
.036
.030
.001
.194
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.008
.161
.204
.208
.179
.396*
.398*
.370*
.454*
.195
.476**
.211
.494**
.396*
1
.259
.089
.966
.395
.280
.270
.343
.030
.029
.044
.012
.301
.008
.263
.006
.030
.167
.640
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.251
.310
.144
.258
.186
.453*
.232
.031
.521**
.335
.379*
.316
.275
.579**
.259
1
.082
.181
.096
.448
.169
.324
.012
.218
.871
.003
.070
.039
.089
.141
.001
.167
.665
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.008
.222
.254
.355
.008
.163
-.007
.313
.122
.079
.311
.375*
.143
.244
.089
.082
1
.966
.237
.176
.054
.968
.389
.972
.092
.521
.677
.094
.041
.452
.194
.640
.665
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.237
.606**
.357
.349
.110
.325
.256
-.042
.519**
.408*
.216
.493**
.323
.106
.134
.223
.069
.208
.000
.053
.059
.562
.080
.173
.826
.003
.025
.251
.006
.082
.576
.480
.237
.716
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
pertanyaan Pearson 19 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 20 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 21 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 22 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 23 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 24 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 25 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 26 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 27 Correlation Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 28 Correlation
.100
.247
.109
.002
.040
.133
.366*
.276
.137
.042
.222
.273
.091
.261
.109
.011
.295
.601
.189
.567
.993
.834
.484
.047
.140
.470
.824
.238
.144
.632
.163
.565
.953
.113
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.186
-.133
-.216
-.098
-.331
-.126
-.134
-.279
.220
-.031
-.070
-.227
-.307
.096
.024
.309
.141
.326
.484
.252
.607
.074
.506
.480
.135
.242
.869
.714
.228
.099
.612
.902
.097
.457
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.140
-.316
-.278
-.150
-.179
-.246
-.170
-.257
-.395*
-.453*
-.195
-.139
-.359
.074
-.456*
.019
-.033
.460
.089
.136
.429
.343
.191
.370
.171
.031
.012
.301
.465
.051
.697
.011
.920
.861
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.115
-.190
-.131
.012
.027
-.111
.016
.300
-.159
-.235
.355
-.156
-.014
.327
-.109
.084
.202
.544
.315
.492
.951
.886
.559
.933
.107
.403
.211
.054
.410
.942
.077
.568
.658
.285
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.039
-.040
-.250
-.073
-.117
-.065
-.038
.229
-.093
-.286
.195
.036
-.104
.405*
-.049
.214
.315
.836
.834
.182
.701
.537
.733
.843
.223
.625
.125
.301
.852
.586
.026
.799
.257
.090
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.112
.113
.118
.208
-.045
.031
.374*
.030
.044
.046
.248
.115
-.015
.262
-.120
.249
.052
.557
.551
.533
.271
.812
.872
.042
.874
.818
.809
.186
.544
.935
.162
.526
.185
.787
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.054
.190
.110
.196
.254
.155
.269
.356
.000
.180
.367*
-.048
.182
0.000
-.029
-.052
.202
.779
.314
.561
.299
.176
.413
.150
.054
1.000
.341
.046
.799
.336
1.000
.880
.784
.284
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.277
.231
.253
.436*
.310
.268
.321
.075
.246
.257
.480**
.242
.154
.338
.128
.522**
.075
.138
.219
.177
.016
.095
.153
.083
.693
.191
.170
.007
.198
.417
.068
.500
.003
.694
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.204
.336
.357
.478**
.484**
.541**
.314
.290
.328
.319
.583**
.092
.421*
.193
.193
.249
.028
.279
.069
.052
.008
.007
.002
.091
.120
.077
.086
.001
.628
.021
.306
.308
.185
.885
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.003
.329
.582**
.537**
.378*
.305
.149
.222
.118
.305
.387*
.309
.430*
.162
.289
-.087
.183
pertanyaan 28 Sig. (2tailed) N pertanyaan Pearson 29 Correlation Sig. (2tailed) N
.076
.001
.002
.040
.102
.432
.239
.535
.101
.035
.096
.018
.392
.121
.649
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.334 30
.147
.257
.345
.460*
.190
.434*
.132
.054
.374*
.374*
.477**
.158
.215
.244
.305
.429*
.305
.440
.170
.062
.011
.315
.016
.487
.776
.042
.042
.008
.403
.254
.194
.102
.018
.102
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.078
.465**
.131
.190
.023
.632**
.166
.249
.526**
.346
.373*
.117
.535**
.207
.554**
.419*
.223
Sig. (2tailed) N
.680
.010
.491
.314
.905
.000
.381
.184
.003
.061
.042
.537
.002
.273
.002
.021
.237
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.398*
.714**
.639**
.701**
.605**
.774**
.625**
.460*
.620**
.637**
.807**
.557**
.699**
.584**
.453*
.562**
.396*
Sig. (2tailed) N
.029
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.011
.000
.000
.000
.001
.000
.001
.012
.001
.030
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
pertanyaan Pearson 30 Correlation
Jumlah Skor X1
.986
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jumlah Skor X1
.237
.100
-.186
-.140
-.115
-.039
.112
-.054
.277
.204
.003
.147
-.078
.398*
.208
.601
.326
.460
.544
.836
.557
.779
.138
.279
.986
.440
.680
.029
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.606**
.247
-.133
-.316
-.190
-.040
.113
.190
.231
.336
.329
.257
.465**
.714**
.000
.189
.484
.089
.315
.834
.551
.314
.219
.069
.076
.170
.010
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.357
.109
-.216
-.278
-.131
-.250
.118
.110
.253
.357
.582**
.345
.131
.639**
.053
.567
.252
.136
.492
.182
.533
.561
.177
.052
.001
.062
.491
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.349
.002
-.098
-.150
.012
-.073
.208
.196
.436*
.478**
.537**
.460*
.190
.701**
.059
.993
.607
.429
.951
.701
.271
.299
.016
.008
.002
.011
.314
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.110
.040
-.331
-.179
.027
-.117
-.045
.254
.310
.484**
.378*
.190
.023
.605**
.562
.834
.074
.343
.886
.537
.812
.176
.095
.007
.040
.315
.905
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.325
.133
-.126
-.246
-.111
-.065
.031
.155
.268
.541**
.305
.434*
.632**
.774**
.080
.484
.506
.191
.559
.733
.872
.413
.153
.002
.102
.016
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.256
.366*
-.134
-.170
.016
-.038
.374*
.269
.321
.314
.149
.132
.166
.625**
.173
.047
.480
.370
.933
.843
.042
.150
.083
.091
.432
.487
.381
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.042
.276
-.279
-.257
.300
.229
.030
.356
.075
.290
.222
.054
.249
.460*
.826
.140
.135
.171
.107
.223
.874
.054
.693
.120
.239
.776
.184
.011
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.519**
.137
.220
-.395*
-.159
-.093
.044
.000
.246
.328
.118
.374*
.526**
.620**
.003
.470
.242
.031
.403
.625
.818
1.000
.191
.077
.535
.042
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.000 30
.408*
.042
-.031
-.453*
-.235
-.286
.046
.180
.257
.319
.305
.374*
.346
.637**
.025
.824
.869
.012
.211
.125
.809
.341
.170
.086
.101
.042
.061
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.216
.222
-.070
-.195
.355
.195
.248
.367*
.480**
.583**
.387*
.477**
.373*
.807**
.251
.238
.714
.301
.054
.301
.186
.046
.007
.001
.035
.008
.042
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.493**
.273
-.227
-.139
-.156
.036
.115
-.048
.242
.092
.309
.158
.117
.557**
.006
.144
.228
.465
.410
.852
.544
.799
.198
.628
.096
.403
.537
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.323
.091
-.307
-.359
-.014
-.104
-.015
.182
.154
.421*
.430*
.215
.535**
.699**
.082
.632
.099
.051
.942
.586
.935
.336
.417
.021
.018
.254
.002
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.106
.261
.096
.074
.327
.405*
.262
0.000
.338
.193
.162
.244
.207
.584**
.576
.163
.612
.697
.077
.026
.162
1.000
.068
.306
.392
.194
.273
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.134
.109
.024
-.456*
-.109
-.049
-.120
-.029
.128
.193
.289
.305
.554**
.453*
.480
.565
.902
.011
.568
.799
.526
.880
.500
.308
.121
.102
.002
.012
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.223
.011
.309
.019
.084
.214
.249
-.052
.522**
.249
-.087
.429*
.419*
.562**
.237
.953
.097
.920
.658
.257
.185
.784
.003
.185
.649
.018
.021
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.069
.295
.141
-.033
.202
.315
.052
.202
.075
.028
.183
.305
.223
.396*
.716
.113
.457
.861
.285
.090
.787
.284
.694
.885
.334
.102
.237
.030
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
.177
-.012
-.207
-.217
-.157
.189
-.115
.256
.219
.187
.338
.205
.465**
.350
.951
.273
.250
.407
.318
.545
.173
.244
.321
.068
.276
.010
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.177
1
.350
.011
.089
.281
.352
.393*
.137
-.041
-.026
.032
-.139
-.082
.309
.953
.641
.133
.056
.032
.469
.831
.891
.866
.463
.666
.097
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.012
.011
1
.067
-.056
.214
-.062
-.104
-.010
.099
-.087
.167
.269
.002
.951
.953
.726
.768
.257
.744
.583
.960
.601
.649
.377
.150
.991
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.207
.089
.067
1
.290
.477**
.321
-.070
.061
-.112
-.154
-.222
-.357
-.197
.273
.641
.726
.121
.008
.084
.712
.750
.557
.417
.239
.053
.296
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.217
.281
-.056
.290
1
.694**
.698**
.482**
.204
-.066
-.267
.055
-.224
.153
.250
.133
.768
.121
.000
.000
.007
.280
.730
.154
.772
.234
.418
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.157
.352
.214
.477**
.694**
1
.529**
.242
.269
-.077
-.243
.086
.010
.198
.407
.056
.257
.008
.000
.003
.197
.151
.686
.196
.651
.957
.295
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.189
.393*
-.062
.321
.698**
.529**
1
.305
.438*
0.000
-.225
.138
-.248
.322
.318
.032
.744
.084
.000
.003
.101
.016
1.000
.232
.469
.186
.083
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.115
.137
-.104
-.070
.482**
.242
.305
1
.379*
-.024
.118
.000
-.024
.307
.545
.469
.583
.712
.007
.197
.101
.039
.898
.534
1.000
.898
.099
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.256
-.041
-.010
.061
.204
.269
.438*
.379*
1
.361*
.096
.437*
.063
.560**
.173
.831
.960
.750
.280
.151
.016
.039
.050
.613
.016
.739
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.219
-.026
.099
-.112
-.066
-.077
0.000
-.024
.361*
1
.563**
.293
.257
.573**
.244
.891
.601
.557
.730
.686
1.000
.898
.050
.001
.116
.171
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.187
.032
-.087
-.154
-.267
-.243
-.225
.118
.096
.563**
1
-.041
.125
.434*
.321
.866
.649
.417
.154
.196
.232
.534
.613
.001
.830
.511
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.017 30
.338
-.139
.167
-.222
.055
.086
.138
.000
.437*
.293
-.041
1
.487**
.527**
.068
.463
.377
.239
.772
.651
.469
1.000
.016
.116
.830
.006
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.205
-.082
.269
-.357
-.224
.010
-.248
-.024
.063
.257
.125
.487**
1
.469**
.276
.666
.150
.053
.234
.957
.186
.898
.739
.171
.511
.006
.009
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.465**
.309
.002
-.197
.153
.198
.322
.307
.560**
.573**
.434*
.527**
.469**
1
.010
.097
.991
.296
.418
.295
.083
.099
.001
.001
.017
.003
.009
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Angket
Raport 44 44 45 49 49 50 51 52 53 55 55 56 59 61 61 62 63 64 65 66 68 69 70 71 71 71 74 78 83 85
60 60 66 66 70 70 70 70 70 70 70 70 73 74 76 77 77 77 78 80 80 81 82 83 84 84 84 85 85 88
Perhitungan Distribusi Frekuensi A. Nilai Raport dik : Nilai Max = 88, Nilai Min = 60, n = 30 Rumus : R = Max - Min + 1 = 88 - 60 + 1 = 29 BKI = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 30 = 5.875 // 6 PKI = R / BKI = 29/6 = 4.8 // 5
Perhitungan Distribusi Frekuensi B. Nilai Angket dik : Nilai Max = 85, Nilai Min = 44, n = 30 Rumus : R = Max - Min + 1 = 85 - 44 + 1 = 42 BKI = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 30 = 5.875 // 6 PKI = R / BKI = 42/6 = 7
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Raport Frek Interval MidPoint Btas Nyata Abs Kum 60 - 65 62.5 59.5 - 65.5 2 2 66 - 71 68.5 65.5 - 71.5 10 12 72 - 77 74.5 71.5 - 77.5 6 18 78 - 83 80.5 77.5 - 83.5 6 24 84 - 89 86.5 83.5 - 89.5 6 30 30
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Angket Frek Interval MidPoint Btas Nyata Abs Kum 44 - 49 46.5 43.5 - 49.5 5 5 50 - 55 52.5 49.5 - 55.5 6 11 56 - 61 58.5 55.5 - 61.5 4 15 62 - 67 64.5 61.5 - 67.5 5 20 68 - 73 70.5 67.5 - 73.5 6 26 74 - 79 76.5 73.5 - 79.5 2 28 80 - 85 82.5 79.5 - 85.5 2 30 30
Descriptives
Descriptives Statistic
Rapot siswa
Mean
75.33
95% Lower Confidence Bound Interval for Upper Mean Bound 5% Trimmed Mean
72.52
Median Variance Std. Deviation
Std. Error
Statistic
Uji Homogenitas
61.47 57.28 65.66
F = Varians besar / Varians kecil = 125.844 / 56.782 = 2.216
75.54
95% Lower Confidence Bound Interval for Upper Mean Bound 5% Trimmed Mean
61.17
F tabel = 1.84
76.50
Median
61.50
78.15
Angket
Std. Error
Mean
1.376
Variance
56.782
Std. Deviation
7.535
125.844 11.218
Minimum
60
Minimum
44
Maximum
88
Maximum
85
Range
28
Range
41
Interquartile Range
12
Interquartile Range
Skewness
-.268
.427
Skewness
Kurtosis
-.708
.833
Kurtosis
2.048
19 .256
.427
-.627
.833