HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERAN PENDAMPING DENGAN KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Kasus: Program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak)
ELSA DESTRIAPANI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Peran Pendamping dengan Kemandirian Penerima Program Corporate Social Responsibility (Kasus: Program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016
Elsa Destriapani NIM I34120167
iv
v
ABSTRAK ELSA DESTRIAPANI. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Peran Pendamping dengan Kemandirian Penerima Program Corporate Social Responsibility. Dibimbing oleh SAHARUDDIN. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah bentuk komitmen dan kepedulian perusahaan terhadap sosial dan lingkungannya atas dampak dari kegiatan operasional yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan karakteristik sosial ekonomi penerima program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program dan mengidentifikasi hubungan peran pendamping progam pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat karakteristik sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, motif berwirausaha, dan pengalaman berwirausaha tidak berhubungan dengan tingkat kemandirian, sedangkan terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian. Tingkat peran pendamping memiliki hubungan dengan tingkat kemandirian penerima program. Kata kunci: Corporate social responsibility, karakteristik sosial ekonomi, kemandirian, peran pendamping
ABSTRACT ELSA DESTRIAPANI. The Correlation of Socio-Economic Characteristics And The Facilitator Role With the Program Beneficiaries Independence of Corporate Social Responsibility. Supervised by SAHARUDDIN. Corporate Social Responsibility is a corporate care and commitment toward its social and environment as the impact of operational work has been done. The aims of this research is to identify the correlation of social economy characteristic and fasilitator role of UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok with the level of program beneficiaries independence; and to identify the correlation of the facilitator role with the level of program beneficiaries independence. This research used quantitative method and supported by qualitative data. The result of the research stated that the level of socio-economic characteristics, namely education, enterpreuneur motive dan enterpreuneur experience does not have correlation with the independence level; however there is correlation between the level of income and family burden with the independence level. The level of facilitator role has the correlation with the level of program beneficiaries independence. Keywords: Corporate social responsibility, socio-economic characteristics, independence, facilitator role
vi
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERAN PENDAMPING DENGAN KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Kasus: Program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak)
ELSA DESTRIAPANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
viii
ix
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Peran Pendamping dengan Kemandirian Penerima Program Corporate Social Responsibility” (Kasus: Program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak)” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Saharuddin, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Ayahanda tercinta Bapak Marjaya atas doa, kasih sayang, dan perhatiannya, Ibunda tersayang Mamah Maryati (Almh) atas cinta, doa, dan semangat yang tak henti-hentinya selama masih hidup yang menjadi motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini, Edwar Susanto dan Eka Susilawati kakakkakak tersayang, yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada PT Aneka Tambang Tbk yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama empat tahun. Terimakasih juga kepada teman-teman seperjuangan SKPM 49 sebagai teman berdiskusi sekaligus memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah memberikan semangat dan doa bagi penulis dan tidak bisa disebutkan namanya satu per satu. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Juni 2016
Elsa Destriapani NIM I34120167
x
xi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Definisi dan Konsep Corporate Social Responsiblity (CSR) Implementasi Program Corporate Social Responsiblity Konsep Pendamping Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kemandirian Masyarakat Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional dan Pengukuran PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penentuan Responden dan Informan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis Kondisi Sosial GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PROGRAM CSR Sejarah Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Program CSR Program Pendampingan dan Pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok Pendamping Program Deskripsi jenis usaha KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENERIMA PROGRAM CSR Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Jumlah Tanggungan Keluarga Motif Berwirausaha
xiii ix ix 1 1 2 3 4 5 5 5 6 8 9 10 11 12 13 19 19 19 19 20 21 23 23 24 27 27 28 29 31 31 32 35 35 35 37 37
xii Pengalaman Berwirausaha PERAN PENDAMPING PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Peran Fasilitatif Peran Mendidik Peran Perwakilan TINGKAT KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CSR Kemandirian Intelektual Kemandirian Material Kemandirian Manajemen HUBUNGAN TINGKAT KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN TINGKAT KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CSR Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kemandirian Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Kemandirian Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Hubungan Motif Berwirausaha dengan Tingkat Kemandirian Hubungan Pengalaman Berwirausaha dengan Tingkat Kemandirian HUBUNGAN PERAN PENDAMPING DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
38 39 39 41 42 45 45 46 47 49 49 50 50 51 52 55 59 61 65 82
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10
Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14
Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24
Definisi operasional karakteristik sosial ekonomi penerima program Definisi operasional tingkat peran pendamping Definisi operasional tingkat kemandirian Metode pengumpulan dan jenis data Luas wilayah dan persentase alokasi penggunaan lahan Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Cikotok, Desa Ciherang, Desa Cibeber Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015 Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Cikotok, Desa Ciherang, Desa Cibeber Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2015 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan warga di Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah dan persentase tingkat pendapatan penerima program pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok Jumlah dan persentase responden menurut jumlah tanggungan keluarga Jumlah dan persentase responden menurut motif berwirausaha Jumlah dan persentase responden menurut pegalaman berwirausaha Jumlah dan persentase responden menurut peranan pedamping dalam mendampingi penerima program CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Jumlah dan persentase responden menurut peran pendamping dalam memfasilitasi Jumlah dan persentase responden menurut peran pendamping dalam mendidik Jumlah dan persentase responden menurut peran perwakilan Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kemandirian penerima program CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok Jumlah dan persentase responden menurut kemandirian intelektual Jumlah dan persentase responden menurut kemandirian material Jumlah dan persentase responden menurut kemandirian manajemen Hubungan pendidikan dan tingkat kemandirian penerima program CSR Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kemandirian penerima program Hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat
13 14 16 20 23 24
24
25 35 36
37 37 38 39
39 41 42 45 45 46 47 49 50 50
xiv
Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29
kemandirian penerima program Hubungan motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian penerima program Hubungan pengalaman berwirausaha dengan tingkat kemandirian Hasil uji korelasi antara karakteristik sosial ekonomi dengan kemandirian penerima program Hubungan tingkat peran pendamping dan kemandirian penerima program CSR Hasil uji korelasi antara tingkat peran pendamping dengan tingkat kemandirian
51 52 53 55 56
DAFTAR GAMBAR 1 2
Kerangka Pemikiran Struktur Organisasi PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok
12 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Peta kecamatan cibeber, kabupaten lebak, provinsi banten Jadwal penyusunan skripsi tahun 2016 Hasil uji korelasi rank spearman Kuesioner Panduan pertanyaan mendalam Format catatan harian lapang Daftar responden Dokumentasi
66 67 68 71 75 78 79 80
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan menjadi isu sentral di Indonesia termasuk masalah klasik dan kompleks serta bersifat multidimensional. Penanganan kemiskinan sampai saat ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Menurut data Badan Pusat Statistik pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28.59 juta orang (11.22 persen), bertambah sebesar 0.86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27.73 juta orang (10.96 persen). Permasalahan kemiskinan yang kompleks membutuhkan kerjasama, koordinasi, saling mendukung serta menguntungkan antara semua stakeholder. Salah satu stakeholder yang berperan dalam mengurangi kemiskinan adalah perusahaan melalui corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan). Corporate social responsibility (CSR) memiliki posisi kuat karena dalam Undang–undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijelaskan bahwa setiap perusahaan, baik yang bergerak di sumber daya maupun lingkungan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini juga diperkuat dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, khusus untuk perusahaan-perusahaan BUMN. Program Kemitraan dijalankan dengan basis penguatan ekonomi lokal melalui pemberian bantuan dana pinjaman bergulir untuk usaha mikro dan kecil (UMK). Pemberian dana ini dibarengi dengan pembinaan, termasuk pelatihan manajemen usaha dan promosi. CSR memiliki peran penting untuk memberdayakan ekonomi lokal. Radyati (2008) menyatakan bahwa CSR memberikan program ekonomi lokal kepada masyarakat sekitar perusahan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan. Akan tetapi, program pemberdayaan ekonomi lokal yang diwujudkan dalam program usaha mikro kecil dan menengah hanya sampai pada tahap identifikasi masalah tanpa melihat peluang ekonomi jangka panjang bagi masyarakat, padahal masyarakat melalui UMKM membutuhkan pendampingan dari perusahaan untuk menata usaha dan menembus pasar. Penanganan kemiskinan di tingkat lokal melalui program CSR tidak hanya bersumber dari pendampingan perusahaan. Akan tetapi membutuhkan penyelesaian masalah di tingkat pelaku UMKM. Supriyanto (2006) menyatakan kebanyakan pengusaha pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih berpandangan tradisional sehingga memandang usaha secara sempit. Pengusaha-pengusaha tersebut hanya melihat usaha dalam jangka pendek tanpa mengetahui kelanjutan dari kegiatan usaha yang dilakukannya. Maka dari itu, pendampingan masyarakat melalui program CSR serta peningkatan pelaku UMKM menjadi penting. Penelitian Mutmainna dan Sumarti (2014) menyatakan bahwa pendampingan yang dilakukan secara intensif mampu menghasilkan peserta yang aktif menyampaikan aspirasi dan memiliki sarana untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah yang ditemui dalam pelaksanaan program.
2 Program CSR sudah banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan. Akan tetapi, program CSR tersebut masih bersifat charity atau kedermawanan sosial karena tidak ada keberlanjutan program dan tidak berdampak pada pengembangan masyarakat. Mapisangka (2009) menyatakan bahwa belum semua perusahaan menerapkan konsep CSR dalam kegiatan perusahaannya. CSR masih merupakan bagian lain dari manejemen perusahaan sehingga keberadaannya dianggap tidak memberikan kontribusi positif terhadap kelangsungan perusahaan. Ambadar (2008) menyatakan bahwa jika dunia usaha ingin berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, program CSR harus mengalami perubahan dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan. Program pemberdayaan tidak lepas dari peran pendamping sebagai fasilitator dari perusahaan. Ariefianto (2015) menyatakan ciri utama dalam pendampingan ekonomi lokal dititikberatkan pada “endogenous development” yakni menggunakan potensi sumber daya manusia, institusional, dan fisik setempat untuk mencapai kemandirian. Agusta dan Fujiantarto (2014) menyatakan bahwa pengembangan kemandirian merupakan bentuk perubahan sosial diri manusia dari situasi tergantung terhadap bantuan menjadi lebih mandiri atas dasar inisiatif dan kreativitas masyarakat setempat. Pendampingan program pemberdayaan ekonomi lokal akan menciptakan kemandirian masyarakat di sekitar perusahaan. Kemandirian masyarakat dapat berupa kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen (Nasdian 2014). PT Aneka Tambang Tbk merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan program CSR sebagai bentuk pengembangan masyarakat di sekitar perusahaan. PT Aneka Tambang Tbk unit Cikotok, Kabupaten Lebak Provinsi Banten, sejak tahun 2011 hingga Januari tahun 2016 menjalankan program CSR meskipun dengan status pascatambang. Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat wilayah pascatambang Cikotok melalui pengembangan ekonomi berbasis sumber daya lokal non tambang bekerjasama dengan Chemical Engineering Alliance and Innovation Center Universitas Gajah Mada (ChAIN Center UGM). Kegiatan yang dilakukan di masyarakat antara lain pendampingan pertanian terpadu, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pengelolaan lingkungan dan energi, serta penguatan kelembagaan. Penelitian ini memfokuskan pada satu program yaitu program usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang didalamnya terdapat fasilitasi perizinan, fasilitasi pengadaan alat, fasilitasi pemasaran, fasilitasi kemasan, diversifikasi produk, pelatihan dan pendampingan kelompok usaha. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dianggap penting untuk meneliti bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi dan peran pendamping dengan kemandirian penerima program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok? Perumusan Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal Corporate Social Responsibility adalah bentuk komitmen dan kepedulian perusahaan terhadap sosial dan lingkungannya atas dampak dari kegiatan operasional yang telah
3 dilakukan. Menurut Radyati (2008) untuk dapat mewujudkan dampak ekonomi atas usaha perusahaan, maka perusahaan harus melibatkan komunitas lokal. Jika komunitas lokal tidak dilibatkan, maka program yang dimulai perusahaan tidak dapat berkelanjutan jika perusahaan sudah tidak lagi beroperasi di daerah tersebut. Yentifa (2008) menyatakan bahwa inti dari pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat. Pemberdayaan ekonomi lokal melalui program CSR mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orangorang yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh dan berpartisipasi pada program. Berdasarkan landasan konseptual dan kajian empiris Papilaya (1996) dapat dirumuskan beberapa variabel terpilih baik yang terkait dengan karakteristik personal maupun karakteristik sosial ekonomi. Variabel-variabel tersebut yaitu umur, tingkat pendidikan formal, besar keluarga, motif berusaha, pengalaman berusaha, keterikatan pada adat, interaksi dengan pemimpin lokal, dukungan pembinaan usaha, serta dukungan sarana dan prasarana usaha. Oleh sebab itu penting untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi penerima program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program? Corporate Social Responsibility dalam upaya memberdayakan ekonomi lokal tidak hanya sebatas membantu masyarakat untuk membuka usaha, akan tetapi pemberdayaan ekonomi lokal berarti memampukan masyarakat agar dapat mandiri secara ekonomi. Persoalan-persoalan yang dihadapi pelaku usaha mikro kecil dan menengah di kawasan Pascatambang Cikotok tidak hanya pada segi modal semata, akan tetapi diarahkan untuk menciptakan potensi dan produk lokal yang kompetitif agar memiliki nilai tambah, keunikan, dan kekhasan produk. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, permodalan, fasilitasi peralatan, dan akses pasar menjadi tujuan utama. Oleh sebab itu, penting untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan peran pendamping program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program? Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan karakteristik sosial ekonomi dan peran pendamping UMKM PT Aneka Tambang Tbk Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program. Tujuan spesifik dari penelitian ini yaitu: 1. Mengidentifikasi hubungan karakteristik sosial ekonomi penerima progam UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program, dan 2. Mengidentifikasi hubungan peran pendamping UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Pascatambang Cikotok dengan tingkat kemandirian penerima program.
4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada: 1. Akademisi Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai peran pendamping program CSR, dan menjadi metode dalam melihat, memahami, menganalisa keadaan serta mendokumentasikan dalam bentuk tulisan agar pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini menjadi tambahan literatur dalam hal pelaksanaan pendampingan program CSR oleh perusahaan kepada masyarakat di Indonesia. 2. Kalangan non akademisi Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi pertimbangan untuk pemerintah maupun swasta dalam penerapan CSR yang terkait dengan peran pendamping dan juga kemandirian masyarakat. 3. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai peran pendamping program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak.
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Corporate Social Responsibility (CSR) Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Marnely (2012) pemahaman tentang CSR pada umumnya berkisar pada tiga hal pokok, yaitu CSR adalah: (1) suatu peran yang sifatnya sukarela (voluntary) dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan, oleh karena itu perusahaan memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak melakukan peran ini; (2) disamping sebagai institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kedermawanan (filantropi) yang tujuannya untuk memberdayakan sosial dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan eksploitasi; (3) CSR sebagai bentuk kewajiban (obligation) perusahaan untuk peduli terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus meningkat. Sedangkan Sukada et al (2007) dalam bukunya CSR for Better Life mengembangkan definisi CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar. Menurut Tanudjaja (2006) CSR dapat diartikan sebagai komitmen industri untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungannya. Sementara menurut Poerwanto (2010) tanggung jawab sosial adalah jiwa perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis yang mencakup citra perusahaan, promosi, meningkatkan penjualan, membangun percaya diri, loyalitas karyawan, serta keuntungan dalam konteks lingkungan eksternal, tanggung jawab sosial berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seperti kesempatan kerja dan stabilitas sosial, ekonomi, dan budaya. Ambadar (2008) menjelaskan bahwa CSR adalah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan “triple bottom line” yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang sustainable (berkelanjutan). Ambadar (2008) memaparkan dalam aktualisasi Good Corporate Governance (GCC), maka kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis, dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan. Rahman (2009) menyebutkan bahwa dalam praktek di lapangan, suatu kegiatan disebut CSR ketika memiliki sejumlah unsur berikut. 1. Continuity and sustainability (berkesinambungan dan berkelanjutan) Merupakan unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasarkan trend ataupun insidental, bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada
6
2.
3.
long term perspective bukan instant, happening, atau booming. CSR adalah suatu mekanisme kegiatan yang terencanakan, sistematis, dan dapat dievaluasi. Community empowerment (pemberdayaan komunitas) Membedakan CSR dengan kegiatan yang bersifat charity ataupun philantropy semata. Tindakan-tindakan kedermawanan meskipun membantu komunitas, tetapi tidak menjadikannya mandiri. Salah satu indikasi dari sukses sebuah program CSR adalah adanya kemandirian yang lebih pada komunitas, dibandingkan dengan sebelum program hadir. Two ways Artinya program CSR bersifat dua arah. Perusahaan bukan lagi berperan sebagai komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari komunitas. Hal tersebut dilakukan dengan need assessment yaitu sebuah survei untuk mengetahui needs, desires, interest, dan wants dari komunitas.
Implementasi Program Corporate Social Responsibility Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagaimana yang dijelaskan oleh Wibisono (2007) berikut: 1. Komitmen pimpinan Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah sosial, jangan diharap akan mempedulikan aktivitas sosial; 2. Ukuran dan kematangan perusahaan Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan; 3. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah Semakin regulasi dan penataan pajak tidak teratur akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat. Studi Implementasi CSR yang dilakukan Wahyuningrum et al. (2014) pada CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan menyatakan bahwa konsep Corporate Social Responsibility yang terdiri dari variabel sosial, variabel ekonomi, dan variabel lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat. Yentifa (2008) menyatakan bahwa implementasi program CSR sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain: 1. Bantuan Modal Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah permodalan. Usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui aspek permodalan ini yang perlu dicermati adalah: a. Bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak menimbulkan ketergantungan masyarakat;
7 b. Bagaimana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan; c. Bagaimana skema penggunaan atau kebljakan pengalokasian modal ini tidak terjebak pada perekonomian subsisten atau ekonomi kere. Tiga hal Ini penting untuk dipecahkan bersama. Inti pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat. 2. Bantuan Pembangunan Prasarana Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dart lokasi produksi ke pasar akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. 3. Bantuan Pendampingan Pendampingan masyarakat ekonomi lemah memang perlu dan penting. Tugas utama pendamping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil, maupun usaha menengah dengan usaha besar. 4. Penguatan Kelembagaan Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah hendaklah dilakukan dengan pendekatan kelompok, karena akumulasi kapital akan sulit dicapai di kalangan orang miskin. Oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan bersama-sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama. 5. Penguatan Kemitraan Usaha Penguatan ekonomi rakyat atau pemberdayaan masyarakat dalam ekonomi, tidak berarti mengalienasi pengusaha besar atau kelompok ekonomi kuat. Pemberdayaan memang bukan menegasikan yang lain, tetapi give power to everybody. Karakteristik penerima program adalah ciri-ciri yang melekat pada individu penerima program UMKM baik secara personal maupun dilihat dari status sosial ekonomi. Berdasarkan kajian teoritis dan studi hasil penelitian Priana (2004) yang berjudul “Identifikasi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kemandirian Petani dalam Melakukan Usaha Agroforesti” menyatakan tingkat kemandirian ditentukan oleh beberapa faktor pembentuknya. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor yang berasal dari dalam diri petani sendiri (faktor internal) yaitu tingkat pendidikan formal, pengalaman berusaha agroforesti, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan garapan dan motivasi berusaha agroforesti. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri petani (faktor eksternal) terdiri dari ketersediaan informasi tentang agroforesti, ketersediaan sarana produksi, dukungan lembaga keuangan, dukungan lembaga pemasaran, dukungan lembaga penyuluhan, pengaruh tokoh masyarakat, dan tingkat manfaat pelaksanaan program. Berdasarkan landasan konseptual dan kajian empiris Papilaya (1996) dirumuskan beberapa variabel terpilih yang berhubungan dengan tingkat kemandirian peserta dan non peserta program pemberdayaan ekonomi rakyat yaitu variabel karakteristik personal (umur, tingkat pendidikan formal, besar keluarga, motif berusaha, dan pengalaman berusaha) serta variabel karakteristik sosial ekonomi (keterikatan pada adat, interaksi dengan pemimpin lokal, dukungan pembinaan usaha, serta dukungan sarana dan prasarana usaha.
8 Konsep Pendamping Menurut Suharto (2010) pendampingan sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”, pemberdayaan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya partisipasi publik yang kuat. Suharto (2010) menambahkan pendampingan sosial berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi yang dapat disingkat dalam akronim 4P, yakni: pemungkinan (enabling), atau fasilitasi, penguatan (empowering), perlindungan (perlindungan), dan pendukungan (supporting). Pendamping dalam konteks pemberdayaan memiliki tugas utama mengembangkan kemampuan atau kapasitas masyarakat sehingga mampu mengorganisir dan menentukan sendiri upaya-upaya yang diperlukan dalam meningkatkan kehidupannya sesuai dengan potensi dan cara mereka (Suyono 2013). Sementara itu Soesilawati et al. (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa peran pendamping sangat mempengaruhi efektivitas dari pelaksanaan CSR. Keterlibatan pendamping sebagai aktor yang melembaga dalam suatu jaringan menyebabkan proses pemberdayaan berjalan efektif. Susanto (2010) menambahkan bahwa pendamping pengembangan masyarakat adalah orang yang terkategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun yang berada di luar sistem sosial masyarakat bersangkutan (outsider change agents). Menurut Karsidi (2007) Salah satu prinsip pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan lokal masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah. Kenyataan objektif telah membuktikan bahwa dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan lokal (bahkan tradisional) masyarakat tidak sempat mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan masalah-masalah yang berkembang. Namun sebaliknya, telah terbukti pula bahwa pengetahuan modern dan inovasi dari luar yang diperkenalkan oleh orang luar tidak juga dapat memecahkan masalah mereka. Sementara itu, Ariefianto (2015) menjelaskan bahwa prinsip dasar yang menopang pola pendampingan Perseroan berdasarkan pada pemantapan Tridaya, yaitu daya tahan, daya tarik dan daya saing dari kekuatan ekonomi komunitas. Melalui pendampingan Tridaya itu, kelompok usaha lokal yang berbasis komunitas mengelola sumber daya yang ada dan masuk kepada penataan kemitraan baru dengan Perseroan, atau di antara mereka sendiri, untuk menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi wilayah. Ciri utama pendampingan Perseroan pada kekuatan ekonomi lokal dititikberatkan pada “endogenous development” yakni menggunakan potensi sumber daya manusia, institusional, dan fisik setempat untuk mencapai kemandirian. Menurut Ife dan Tesoriero (2008) peran pendamping dikelompokkan ke dalam empat golongan yaitu sebagai berikut. 1. Peran fasilitatif Peran fasilitatif meliputi tujuh peran khusus yaitu animasi sosial (semangat sosial), mediasi, dan negosiasi, pemberi dukungan, membentuk konsensus, fasilitasi kelompok, pemanfaatan sumberdaya dan keterampilan serta mengorganisasi.
9 2.
3.
4.
Peran edukasional (mendidik) Peran edukasional meliputi empat peran yaitu membangkitkan kesadaran mayarakat, menyampaikan informasi, mengonfrontasikan dan pelatihan. Peran perwakilan Peran perwakilan meliputi enam peran, yaitu mencari sumberdaya, advokasi, memanfaatkan media, hubungan masyarakat, mengembangkan jaringan, serta membagi pengetahuan dan pengalaman. Peran teknis Peran teknis meliputi empat peran mencakup keterampilan untuk melakukan riset, menggunakan komputer, melakukan presentasi tertulis maupun verbal serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola keuangan. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Pengertian usaha mikro, kecil, dan menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah: 1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang, perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, 2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yag bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini, dan 3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Menurut Partomo dan Soejoedono (2002) kriteria UKM dilihat dari ciricirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut: (1) struktur organisasi yang sangat sederhana; (2) tanpa staf yang berlebihan; (3) pembagian kerja yang “kendur” (4) memiliki hirarki manajemen yang pendek; (5) aktivitas sedikit formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan; (6) kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan. Widyani (2013) dalam penelitiannya menyatakan manfaat yang dapat diperoleh bagi UMKM dan usaha besar yang melakukan kemitraan, diantaranya: (1) meningkatkan produktivitas dan kreativitas; (2) efisiensi; (3) jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas; (4) menurunkan resiko kerugian; (5) memberikan social benefit yang cukup tinggi; serta (6) meningkatkan ketahanan perekonomian daerah.
10 Kemandirian Masyarakat Agusta et al. (2014) menyatakan bahwa pengembangan kemandirian merupakan bentuk perubahan sosial diri manusia dari situasi tergantung terhadap bantuan menjadi lebih mandiri atas dasar inisiatif dan kreativitas masyarakat setempat. Menurut Bell dan Morse yang dikutip Agusta et al (2014) dalam perspektif pembangunan berkelanjutan (sustainable development), ketercapaian partisipasi masyarakat menghasilkan kondisi kemandirian masyarakat dengan karakteristik yaitu: (a) memiliki kapasitas diri (personal self capacity) yaitu sikap tidak tergantung, mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan potensinya, menyelesaikan masalah yang dihadapi, secara ekonomi mampu menghasilkan (produksi dan pendapatan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dapat melakukan kontrol dalam masyarakat; (b) memiliki tanggung jawab kolektif (collective responsibility), yaitu adanya pengembangan kerjasama dan kemitraan antar warga masyarakat dalam mengatasi permasalahan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dan pengembangan jaringan sosial untuk mengakses berbagai peluang; (c) memiliki kemampuan berfikir dan bertindak secara berkelanjutan (sustainable), yaitu menjaga kualitas lingkungan sistemik dan memelihara pelayanan dan sumber daya secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Papilaya (1996) dalam tesisnya berjudul “Tingkat Kemandirian Peserta dan Non peserta Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat” menunjukkan bahwa masalah kemandirian mendapat perhatian yang lebih besar yaitu ketegasan kemajuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bangsa yang ingin dibangun bukan hanya bangsa yang maju, tetapi juga bangsa yang mandiri, tidak hanya berdiri tetapi juga harus maju. Berdasarkan tesis Priana (2004) kemandirian dalam konteks usaha tani dapat diukur berdasarkan tiga aspek yaitu tingkat kemandirian dalam permodalan, kemandirian dalam proses produksi, dan kemandirian dalam pemasaran hasil. Berdasarkan kajian literatur tersebut, penelitian ini mengukur kemandirian penerima program dengan merujuk pada Nasdian (2014) yang menjelaskan bahwa dengan kemampuan warga komunitas berpartisipasi diharapkan komunitas dapat mencapai kemandirian, yang dapat dikategorikan sebagai: (1) kemandirian material; (2) kemandirian intelektual; dan (3) kemandirian manajemen. Kemampuan material tidak sama dengan konsep sanggup mencukupi kebutuhan sendiri. Kemampuan material adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar serta cadangan dan mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu krisis. Kemandirian intelektual merupakan pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh komunitas yang memungkinkan mereka menanggulangi bentukbentuk dominasi yang lebih halus yang muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu. Kemandirian manajemen adalah kemampuan otonom untuk membina diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam situasi kehidupan mereka.
11 Kerangka Pemikiran Menurut Ariefianto (2015) ciri utama pendampingan Perseroan pada kekuatan ekonomi lokal dititik beratkan pada “endogenous development” yakni menggunakan potensi sumber daya manusia, institusional dan fisik setempat untuk mencapai kemandirian. Peran pendamping dalam penelitian ini merujuk pada Ife dan Tesoriero (2008) yang mencakup peran fasilitatif, peran mendidik, dan peran perwakilan. Peran fasilitatif meliputi beberapa peran khusus yaitu peran pendamping dalam memberikan animasi sosial (semangat sosial), mediasi dan negosisasi, memberi dukungan, membentuk konsensus, fasilitasi kelompok, pemanfaatan sumberdaya dan keterampilan, serta mengorganisasi. Peran mendidik meliputi peran pendamping dalam membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, dan pelatihan. Peran perwakilan meliputi peran pendamping dalam mencari sumberdaya, advokasi, memanfaatkan media, hubungan masyarakat, mengembangkan jaringan, serta membagi pengetahuan dan pengalaman. Berdasarkan landasan konseptual dan kajian empiris Papilaya (1996) dapat dirumuskan beberapa variabel terpilih baik yang terkait dengan karakteristik personal maupun karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat kemandirian peserta dan non peserta program pemberdayaan ekonomi rakyat, sebagai berikut: umur, tingkat pendidikan formal, besar keluarga, motif berusaha, pengalaman berusaha, keterikatan pada adat, interaksi dengan pemimpin lokal, dukungan pembinaan usaha, serta dukungan sarana dan prasarana usaha. Akan tetapi, karakteristik sosial ekonomi penerima program UMKM dalam penelitian ini hanya dilihat melalui tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, motif berwirausaha, dan pengalaman berwirausaha. Kemandirian merupakan suatu kondisi dimana individu atau kelompok tidak lagi bergantung pada pihak lain. Kemandirian dalam hal ini merujuk pada Nasdian (2014) yang mencakup kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen. Kemandirian intelektual merupakan pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh komunitas yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang lebih halus yang muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu. Kemampuan material adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar serta cadangan dan mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu krisis. Kemandirian manajemen adalah kemampuan otonom untuk membina diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam situasi kehidupan mereka.
12
Karakteristik Sosial Ekonomi Penerima Program (X.1) X1.1: Tingkat pendidikan X1.2: Tingkat pendapatan X1.3: Jumlah tanggungan keluarga X1.4: Motif berwirausaha X1.5: Pengalaman berwirausaha Usaha
Tingkat Peran Pendamping (X.2) X2.1: Peran fasilitatif X2.2: Peran mendidik X2.3: Peran perwakilan
Tingkat Kemandirian Penerima Program (Y.1) Y1.1: Kemandirian intelektual Y1.2: Kemandirian material Y1.3: Kemandirian manajemen
Keterangan: : Berhubungan : Operasional dalam usaha
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan karakteristik sosial ekonomi dan peran pendamping program CSR dengan kemandirian penerima program Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah: 1. Terdapat hubungan antara tingkat karakteristik sosial ekonomi penerima program (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, motif berwirausaha dan pengalaman berwirausaha) dengan tingkat kemandirian (intelektual, material, dan manajemen) 2. Terdapat hubungan antara tingkat peran pendamping (Peran fasilitatif, Peran mendidik, dan Peran perwakilan) dengan tingkat kemandirian (intelektual, material, dan manajemen)
13 Definisi Operasional Karakteristik sosial ekonomi adalah ciri yang melekat pada individu berupa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, motif berwirausaha, dan pengalaman berwirausaha. Tabel 1 Definisi operasional karakteristik penerima program UMKM Variabel X1.1 Tingkat pendidikan
X1.2 Tingkat pendapatan
X1.3 Jumlah tanggungan keluarga
X1.4 Tingkat Motif berwirausaha
X1.5 Pengalaman berwirausaha
Definisi Operasional Sekolah formal yang pernah diikuti responden.
Besarnya pendapatan bersih yang diterima dalam satu bulan dari hasil usaha responden yang di nyatakan dalam rupiah. banyaknya orang dalam keluarga yang menjadi tanggungan responden, termasuk dirinya sendiri. dorongan atau alasan dalam diri responden yang membangkitkan tingkah laku untuk berwirausaha. Lamanya responden menjadi wirausaha
Cara Pengukuran Diukur dengan indikator jumlah tahun (lama) pendidikan formal yang ditempuh oleh responden. Diukur dengan indikator jumlah rupiah dari hasil usaha responen dalam satu bulan
Satuan Ukuran 1. Rendah : SD 2. Tinggi: SMPSMA
Tingkat Pengukuran Ordinal
1. Rendah 2. Tinggi
Ordinal
Diukur dengan 1. Rendah indikator 2. Tinggi jumlah orang
Ordinal
Diukur berdasarkan alasan responden beriwausaha; ikut-ikutan atau kesadaran sendiri Dihitung berdasarkan jumlah tahun berwirausaha
1. Rendah 2. Tinggi
Ordinal
1. Rendah 2. Tinggi
Ordinal
14 Tingkat Peran Pendamping Konsep peran pendamping mengacu pada konsep Ife dan Tesoriero (2008) yang mencakup Peran fasilitatif, Peran mendidik, dan Peran perwakilan. a. Rendah: jika total skor 19 – 28 b. Tinggi: jika total skor 29 – 38 Tabel 2 Definisi operasional tingkat peran pendamping Variabel X2.1 Tingkat peran fasilitatif
X2.2 Tingkat Peran mendidik
Cara Pengukuran keterampilan Dihitung pendamping dalam berdasarkan memberikan jumlah skor semangat, negosiasi, peran memberikan pendamping dukungan, dalam: membangun a. memberikan kesepakatan semangat bersama, b. bernegosiasi memfasilitasi c. memberikan kelompok, dukungan membantu (dukungan memanfaatkan alat, modal) sumber daya, d. membangun memanfaatkan kesepakatan keahlian yang ada dalam diskusi dalam suatu e. memfasilitasi komunitas, kelompok mengorganisasi f. memanfaatkan kelompok dan sumber daya komunikasi yang ada personal. g. mengorganisasikan kelompok h. komunikasi interpersonal atau membangun komunikasi yang baik dengan penerima program keterampilan Dihitung pendamping dalam berdasarkan melakukan proses jumlah skor pembelajaran yang peran Definisi Operasional
Satuan Ukuran 1. Rendah (8-11) 2. Tinggi (12-16)
Tingkat Pengukuran Ordinal
1. Rendah (6 - 8) 2. Tinggi (9 - 12)
Ordinal
15 terus menerus dengan meningkatkan kesadaran, memberikan informasi dan memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
X2.3 Tingkat peran perwakilan
Keterampilan pendamping dalam mencari sumber daya, advokasi, memanfaatkan media, hubungan masyarakat, mengembangkan jaringan, serta membagi pengetahuan dan pengalaman
pendamping dalam: a. Keterampilan dalam meningkat-kan kesadaran b. Memberikan informasi mengenai inovasi atau produk baru c. Memberikan kesempatan kepada penerima program untuk menyampaikan pendapat d. Memberikan kebebasan kepada penerima program untuk berfikir kreatif e. Memberikan pelatihan sesuai kebutuhan penerima program f. Memberikan pengajaran mengenai laporan keuangan Dihitung 1. Rendah berdasarkan (5-7) jumlah skor 2. Tinggi peran (8-10) pendamping dalam: a. Memberikan keterampilan dalam mencarikan alat produksi untuk menunjang
Ordinal
16
b.
c.
d.
e.
usaha penerima program Kemampuan memanfaatkan media cetak untuk promosi Kemampuan membangun hubungan dengan mitra usaha Kemampuan melakukan advokasi kepada mitra terkait Kemampuan berbagi pengalaman
Tingkat Kemandirian Tingkat Kemandirian adalah tingkat kemampuan responden memanfaatkan potensi yang ada dalam diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tingkat kemandirian merujuk pada Nasdian (2014) dilihat tiga kategori: Kemandirian intelektual, kemandirian material, dan keterampilan manajemen. a. Rendah: jika total skor 18-27 b. Tinggi: jika total skor 28-36 Tabel 3 Definisi operasional tingkat kemandirian Variabel
Definisi Operasional tingkat Y1.1 Tingkat kemandirian kemampuan masyarakat untuk intelektual mengembangkan kegiatan dengan cara-cara mereka sendiri, memberikan masukan mengenai pengembangan kegiatan kedepannya, berpikir kreatif
Cara Satuan Pengukuran Ukuran Dihitung 1. Rendah berdasarkan (5-7) jumlah skor 2. Tinggi kemampuan (6-10) masyarakat dalam: a. Mengembang kan usaha dengan cara sendiri b. Mengatasi masalah sendiri
Tingkat Pengukuran Ordinal
17 untuk membentuk c. Mengikuti usaha mereka kegiatan sendiri, serta selain mencoba kegiatanUMKM kegiatan d. Mengembang baru diluar kan usaha kegiatan CSR tanpa intruksi Pascatambang, pendamping berpikir mandiri e. Berfikir mengenai kegiatan mandiri apa yang akan mengenai dilakukan tanpa kegiatan yang instruksi dari akan pendamping dilakukan tanpa intruksi dari pendamping f. Memiliki ide membuat produk baru setelah mengikuti program CSR Y1.2 Tingkat Pengadaan alat Dihitung 1. Rendah kemandirian dan bahan, berdasarkan (7-10) material pengadaan modal, jumlah skor 2. Tinggi keuntungan kemampuan (11-14) usaha, akses pasar masyarakat dalam: a. Menyediakan alat sendiri b. Menyediakan bahan sendiri c. Menggunakan modal sendiri d. Meningkatkan penjualan e. Meningkatkan keuntungan f. Memperluas akses pasar g. Memiliki akses menggunakan alat yang tidak dimiliki tingkat Y1.3 Tingkat Dihitung g. Rendah
Ordinal
Ordinal
18 kemandirian kemampuan manajemen masyarakat untuk mengatur dirinya sendiri dalam memproduksi usaha, dan kegiatan kolektif di dalam program CSR Pascatambang Cikotok
berdasarkan (6-8) jumlah h. Tinggi kemampuan (9-12) masyarakat dalam: a. melaksanakan kegiatan program UMKM sesuai jadwal b. mampu menyelesaikan pesanan tepat waktu c. mampu bekerjasama dengan pihak lain untuk mempromosi kan produk d. membuat media sosial untuk pemasaran e. mampu mengelola keuangan f. mampu mengevaluasi
19
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian explanatory (penjelasan) yang dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif. Menurut Singarimbun (2011) penelitian explanatory merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengujian hipotesis. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode sensus menggunakan instrumen kuesioner kepada seluruh populasi penelitian. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai hubungan karakteristik sosial ekonomi dan peran pendamping UMKM CSR Pascatambang Cikotok terhadap kemandirian penerima program, dan pengaruh karakteristik penerima program UMKM CSR Pascatambang Cikotok terhadap tingkat kemandirian penerima program. Selain itu pada penelitian ini juga menggunakan data kualitatif untuk mendukung informasi yang bersifat kuantitatif. Data tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan tertentu dengan menggunakan beberapa pertanyaan sebagai panduan. Data tersebut digunakan untuk menginterpretasikan terhadap data yang dihasilkan dari pendekatan kuantitatif mengenai hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat kemandirian, dan hubungan peran pendamping program dengan tingkat kemandirian penerima. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga desa terpilih, yakni: Desa Cikotok, Desa Cibeber, dan Desa Ciherang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena wilayah ini termasuk ke dalam wilayah operasi PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dan penerima program UMKM tersebar di desa-desa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Cibeber merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak dari kegiatan produksi PT Aneka Tambang Tbk baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan data di lapang dilaksanakan dalam waktu satu bulan yaitu bulan Maret sampai April 2016. Adapun jadwal penyusunan skripsi dapat dilihat pada lampiran 2. Teknik Penentuan Responden dan Informan Penelitian ini menggunakan sumber data dari responden dan informan melalui metode sensus dan wawancara mendalam. Responden merupakan pihak yang memberikan keterangan diri dan kegiatan yang dilaksanakannya, sedangkan informan merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya. Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga yang anggota keluarganya mengikuti program pendampingan UMKM PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak yang mengikuti program UMKM dari PT Aneka
20 Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok, jumlah penerima program UMKM di Kecamatan Cibeber adalah sebanyak 24 orang. Maka dari itu, keseluruhan anggota dari populasi tersebut dijadikan responden dalam penelitian ini. Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara sengaja (purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) yang memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada titik jenuh. Informan dalam penelitian ini adalah pihak perusahaan PT Aneka Tambang Tbk Unit Cikotok dan pihak pendamping program CSR. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dapat dilihat pada: Tabel 4 Metode pengumpulan dan jenis data No Metode pengumpulan data 1 Kuesioner
2
Wawancara mendalam
1. 2. 3. 1.
2.
3.
4.
5.
3
Studi dokumen
1. 2. 3. 4.
Data yang dikumpulkan Karakteristik penerima program UMKM CSR Pascatambang Cikotok Tingkat peran pendamping Tingkat kemandirian penerima program Kegiatan yang dilakukan oleh pelaku UMKM dari proses produksi sampai dengan pemasaran Perubahan yang terjadi pada penerima program setelah adanya pendampingan program Permasalahan yang dihadapi pendamping dalam mendampingi program Permasalahan yang dihadapi penerima program dalam mengikuti program pendampingan Peran perusahaan dalam pemberdayaan untuk menciptakan kemandirian masyarakat Kecamatan Cibeber dalam angka 2015 Data monografi Desa Cikotok, Desa Cibeber, dan Desa Ciherang Profil perusahaan PT Aneka Tambang Tbk Data penerima program pendampingan UMKM
21 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh hasil pengukuran metode kuantitatif yaitu pengisian kuisioner oleh responden terpilih. Data kualitatif dari responden maupun informan diperoleh melalui wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumen, data-data, informasi tertulis, maupun literatur-literatur yang berkaitan dengan topik penelitian. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen perusahaan (profil perusahaan, daftar penerima program UMKM), dokumen kecamatan (profil dan peta kecamatan), dan literatur yang mendukung. Teknik pengumpulan data pada metode kuantitatif dilakukan melalui wawancara kepada responden sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Sebelumnya dilakukan uji coba kuesioner. Dari hasil uji kuesioner tersebut dilihat validitas dan realibilitasnya sebagai acuan untuk perbaikan kuesioner. Sementara itu data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan serta penelusuran dokumen. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui kuisioner yang sudah diisi oleh responden yang kemudian disajikan ke dalam tabel frekuensi dan tabulasi silang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2010 dan statistical for social science (SPSS) 22.0 for Windows. Pengujian variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan yang nyata antar variabel dengan data berbentuk ordinal. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada pada penelitian ini, yaitu menguji hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penerima program dan tingkat peran pendamping program UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk dengan tingkat kemandirian penerima program. Korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji, yang berarti semakin besar variabel bebas (variabel independen) maka semakin besar pula variabel terikat (variabel dependen). Sementara itu korelasi negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah, yang berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat menjadi kecil. Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasi Rank Spearman adalah dengan signifikansi/probabilitas/α digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,05) maka artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan tingkat kesalahan sebesar 5 persen. Dasar pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut: a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,05 maka Ho ditolak. Jadi, hubungan kedua variabel signifikan; dan b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,05 maka Ho diterima. Jadi, hubungan kedua variabel tidak signifikan.
22
23
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis Kecamatan Cibeber merupakan salah satu dari 28 Kecamatan di Kabupaten Lebak yang memiliki luas wilayah 40 096.41 Ha dengan ketinggian 200 sampai 1 000 meter di atas permukaan laut. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten Lebak (Rangkasbitung) 155 km. Kecamatan Cibeber memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cipanas, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bayah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cilograng. Kecamatan Cibeber terbagi menjadi 22 desa. Penelitian ini dilakukan di tiga desa terpilih, yakni Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok. Ketiga desa tersebut merupakan desa binaan PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok. Desa Ciherang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu sebelah utara dan timur berbatasan dengan Desa Warung Banten, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cibeber dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cikotok. Desa Cibeber memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciherang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bayah Timur, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cidikit, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibeber. Sedangkan Desa Cikotok memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Warung Banten, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pasir Gombong, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibeber, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sukamulya. Tabel 5 Luas wilayah dan persentase alokasi penggunaan lahan Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok No 1
2
3
Penggunaan Desa Ciherang a) Lahan sawah b) Lahan bukan sawah c) Lahan non pertanian Jumlah Desa Cibeber a) Lahan sawah b) Lahan bukan sawah c) Lahan non pertanian Jumlah Desa Cikotok a) Lahan sawah b) Lahan bukan sawah c) Lahan non pertanian Jumlah
Lahan (Ha)
Persentase
191 307 22 520
36.7 59.1 4.2 100.0
430 594 120 1 144
37.6 51.9 10.5 100.0
30 728 118 876
3.4 83.1 13.5 100.0
24 Kondisi Sosial Berdasarkan laporan registrasi penduduk kecamatan Cibeber bulan Desember 2015, total jumlah penduduk Kecamatan Cibeber yang terdiri dari 22 Desa adalah 56 009 yang terdiri dari 28 548 laki-laki, dan 27 461 perempuan. Mereka tersebar dalam 17 404 KK. Sedangkan untuk perbandingan jumlah penduduk Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok dapat dilihat pada tabel 6 berikut: Tabel 6 Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Cikotok, Desa Ciherang, Desa Cibeber Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015 Jenis Kelamin Total No Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n (%) n (%) Jumlah (%) 1 Desa Ciherang 1686 (52.3) 1534 (47.7) 3220 (100) 2 Desa Cibeber 1980 (51) 1874 (49) 3854 (100) 3 Desa Cikotok 1310 (51) 1280 (49) 2590 (100) Sumber: Data Monografi Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok 2015 Berdasarkan tabel 6, di antara ketiga desa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Secara keseluruhan jumlah penduduk terbanyak ada di Desa Cibeber karena didukung dengan luasan wilayah yang juga lebih luas dibandingkan dua desa yang lain. Meskipun luasan wilayah Desa Cibeber lebih luas dan penduduknya lebih banyak namun penerima program pendampingan dan pembinaan UMKM terbanyak ada di Desa Ciherang. Jumlah penduduk tidak menjadi penentu dalam menentukan jumlah penerima program CSR. Mata pencaharian penduduk di ketiga desa sangat beragam. Penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Cikotok, Desa Ciherang, Desa Cibeber Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2015 Mata Pencaharian
Desa Ciherang n % 324 32.4 44 4.4 79 7.9 29 2.9
Desa Cibeber n % 542 47.7 282 24.8 0 0.0 45 4.0
Desa Cikotok n % 87 9.4 215 23.3 3 0.3 100 10.8
Petani Buruh tani Buruh migran Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pengrajin industri 18 1.8 34 0.1 16 1.7 rumah tangga Pedagang keliling 25 2.5 28 0.1 44 4.7 Peternak 5 0.5 193 17.0 0 0.0 Wiraswasta 477 47.6 12 1.1 456 49.5 Total 1001 100.0 1136 100.0 921 100.0 Sumber: Data Monografi Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok 2015
25 Berdasarkan tabel 7 mata pencaharian di Desa Ciherang penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta dan petani berturut-turut memiliki persentase tertinggi. Di Desa Cibeber, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Sedangkan di Desa Cikotok mayoritas penduduk bekerja sebagai wiraswasta. Selanjutnya adalah perbandingan tingkat pendidikan. Berikut ini terdapat perbandingan tingkatan pendidikan setiap desa yaitu Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan warga di Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok Tingkat Pendidikan
Desa Ciherang Desa Cibeber Desa Cikotok n % n % n % Tidak pernah sekolah 110 4.3 275 17.5 27 1.4 Tamat SD 1 412 55.6 28 1.8 680 35.5 Tamat SMP 517 20.4 552 35.1 412 21.5 Tamat SMA/Sederajat 422 16.6 578 36.8 603 31.5 Akademi/D1-D3 21 0.8 85 5.4 75 4.0 Sarjana (S1-S3) 57 2.2 53 3.4 118 6.2 Total 2 539 100.0 1 571 100.0 1 915 100.0 Sumber: Data Monografi Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok 2015 Secara umum tingkat pendidikan warga Desa Ciherang dan Desa Cikotok berada paling banyak yaitu tamat SD. Sedangkan Desa Cibeber yang paling banyak tamat SMA. Kemudian dibandingkan pendidikan paling rendah yaitu tidak pernah sekolah juga paling banyak di Desa Cibeber. Apabila dilihat secara keseluruhan tingkat pendidikan ketiga desa masih tergolong rendah. Padahal sudah didukung dengan sarana dan prasarana bangunan sekolah. Desa Ciherang memiliki 15 bangunan pendidikan terdiri dari gedung SD berjumlah 4, gedung TK berjumlah 2, gedung tempat bermain anak berjumlah 3, jumlah lembaga pendidikan agama berjumlah 5, dan perpusatakaan desa berjumlah 1. Desa Cibeber memiliki gedung SMA berjumlah 2, gedung SMP berjumlah 1, gedung SD berjumlah 3, dan gedung TK berjumlah 2. Sedangkan Desa Cikotok memiliki gedung SMK berjumlah 2, gedung SMP berjumlah 1, gedung SD berjumlah 4, dan gedung TK berjumlah 2. Sebagian besar masyarakat di Desa Ciherang, Desa Cikotok, dan Desa Cibeber memeluk agama Islam yaitu 99.96 persen. Penduduk dari ketiga desa, hanya 0.02 persen yang beragama kristen, dan 0.02 persen yang beragama katolik, keduanya berada di Desa Cikotok. Hal ini dibuktikan dengan adanya sarana dan prasarana keagamaan yang ada di Kecamatan Cibeber. Desa Cikotok memiliki mesjid berjumlah 4, mushola berjumlah 5, dan gereja berjumlah 2. Desa Cibeber memiliki mesjid berjumlah 6 dan 3 mushola. Sedangkan Desa Ciherang memiliki 2 mesjid dan 3 mushola. Kelembagaan yang ada di Desa Ciherang, Desa Cibeber, dan Desa Cikotok memiliki kesamaan Kelembagaan yang ada terdiri dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pemerintahan Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa yang didalamnya terdapat kelompok PKK, Posyandu, Koperasi, Rukun Warga (RW), dan Rukun Tetangga (RT). Desa Ciherang memiliki 6 RW, dan 15 RT. Desa Cibeber memiliki 8 RW dan 25 RT. Sedangkan Desa Cikotok memiliki 6 RW dan 15 RT.
26
27 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PROGRAM CSR Sejarah Perusahaan PT Antam (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 yang merupakan penggabungan dari beberapa perusahaan pertambangan. Kantor pusat Antam berada di ibukota negara, DKI Jakarta, dengan sebaran wilayah kegiatan usaha dan operasi meliputi: 1. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara (UBPN Sultra) 2. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Maluku Utara (UBPN Malut) 3. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UPBE) Pongkor, Bogor, Jawa Barat 4. Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulian (UBPP LM), Jakarta 5. Unit Geomin, Jakarta 6. Unit Pascatambang (UPT) Nikel di Pulau Gebe, Maluku Utara 7. Unit Pascatambang (UPT) Emas di Cikotok, Banten 8. Unit Pascatambang (UPT) Bauksit di Pulau Bintan, Kepulauan Riau 9. Unit Pascatambang (UPT) Pasir Besi di Kutoarjo, Jawa Tengah Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI pada tanggal 21 Mei 1975, badan hukum perseroan berubah dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Pada tahun 1997 Antam menjadi perusahaan publik dengan tercatatnya 35 persen saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya pada Tahun 1999, Antam mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Australia (Australian Securities Exchange, ASX). Secara administratif wilayah kegiatan Pertambangan Emas Cikotok, masuk ke dalam Kecamatan Cibeber dan Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Secara geografis terletak pada koordinat 106° 19’ 10” - 106° 26’ 05” Bujur Timur dan 6° 51’ - 6° 54’ 15” Lintang Selatan. Kantor besar PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok bertempat di Cikotok, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Daerah kuasa pertambangaanya terdiri dari dua tempat, yaitu daerah kuasa tambang Cikotok (Banten Selatan I) seluas 2596 Ha, dan daerah kuasa tambang Cirotan (Banten Selatan II) seluas 1978 Ha. Jadi luas seluruhnya berjumlah 4574 Ha. Kegiatan pertambangannya dilakukan di tiga tempat, yaitu tambang Cikotok, Tambang Cirotan (17 km dari Cikotok), dan Pabrik pengolahan bijih pasir gombong (4 km dari Cikotok). Pembangunan Tambang Emas Cikotok dilakukan oleh N.V. Mynbouw Maatschappy Zuid Bantam dari tahun 1936 sampai tahun 1939 dimana Pabrik Pasirgombong mulai berproduksi. Selama pendudukan Jepang pekerjaan Tambang Emas ini dilaksanakan oleh perusahaan Jepang bernama Mitsui Kosha Kabushiki Kaisha dengan tujuan utamanya mengambil timah hitam dari tambang Cirotan untuk kebutuhan tentaranya. Antara tahun 1945–1948, tambang emas Cikotok dikuasai oleh Pemerintah Repubik Indonesia di bawah pengawasan Pertambangan Pusat Republik Indonesia. Pada tanggal 23 Desember 1948 Cikotok kembali dikuasai oleh Belanda sampai pengakuan kedaulatan pada akhir tahun 1949. Sementara itu N.V. Mynbouw Maatschappy Zuid Bantam telah kembali untuk meneruskan usahanya, tetapi tambang dan pabrik mengalami
28 kerusakan berat selama pendudukan Jepang. Setelah diketahui bahwa merehabilitasi serta membangunnya kembali tambang tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar, maka perusahaan memutuskan untuk menjual tambang tersebut kepada Perusahaan Pembangunan Pertambangan. Pendiri dan pemegang saham utamanya dari Perusahaan Pembangunan Pertambangan (P3) adalah Bank Industri Negara, dan untuk pelaksanaan usaha penambangannya P3 mendirikan Tambang Emas Cikotok, kemudian dimulailah pembukaan tambang dan pabrik yang mulai berproduksi lagi untuk pertama kali pada tahun 1957. Kemudian berdasarkan keputusan Pemerintah, yakni PP No. 19/1960 Perusahaan Negara Tambang Emas Cikotok didirikan di bawah pengawasan Departemen Pertambangan. Masa penambangan Tambang Emas Cikotok memasuki fase Pascatambang pada 2008, dan PT Aneka Tambang Tbk mengakhiri kegiatan pascatambang pada Januari 2016 sesuai persetujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak, Banten melalui surat persetujuan Bupati pada 11 Desember 2015. Akan tetapi PT Aneka Tambang tetap menjalankan berbagai program pascatambang yang meliputi kegiatan reklamasi, revegetasi, dan corporate social responsibility (CSR) sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan dan pengembangan masyarakat. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok disajikan dalam gambar berikut ini.
Gambar 2 Struktur organisasi PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok
29 Program CSR Sejak bulan Juli 2005, pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) tidak lagi berbentuk tim, melainkan masuk ke dalam struktur organisasi perusahaan dan dibawah koordinasi Satuan Kerja Community Development (Comdev) Group. Pada tanggal 1 Agustus 2007, Comdev Group berubah namanya menjadi Corporate Social Responsibility (CSR) Group berdasarkan Keputusan Direksi No. 152.K0251/DAT/2007. PT Aneka Tambang Tbk sebagai BUMN dan sudah tercatat sebagai perusahaan terbuka terus mengedepankan pengelolaan perusahaan dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Selain itu, PT Aneka Tambang Tbk juga aktif melaksanakan PKBL yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan yang lebih merata serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setiap kegiatan PKBL, PT Aneka Tambang Tbk selalu berusaha melibatkan para pemangku kepentingan, terutama masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasi PT Aneka Tambang Tbk. Untuk meningkatkan pengelolaan PKBL, di setiap unit bisnis Antam mempunyai Unit PKBL yang terintegrasi dalam struktur organisasi perusahaan secara keseluruhan Pelaksanaan PKBL PT Aneka Tambang Tbk mengacu pada Peraturan Pemerintah melalui Peraturan Menteri BUMN Nomor PER 05/MBU2007. Jumlah mitra binaan secara kumulatif meningkat setiap tahunnya. Tahun 2011, jumlah mitra binaan mencapai 19.267 mitra binaan. Jumlah ini naik menjadi 32.114 mitra binaan di tahun 2012. Mitra binaan tidak hanya diberi modal usaha saja. Mereka juga diberikan pembinaan. Berbagai pembinaan yang dijalankan untuk memperkuat mitra binaan adalah: 1. Pameran Mitra binaan diikutsertakan dalam berbagai pameran, baik di dalam dan di luar negeri. Tujuannya agar mitra binaan mempunyai akses yang baik kepada pasar. Pada tahun 2012 pameran yang diikuti antara lain Inacraft 2012, Agrinex, Gelar Karya PKBL, Pameran Kraftangan di Malaysia 2. Penyediaan Kios Bersama Pada tahun 2012, diinisiasi penyediaan kios bersama bagi Mitra Binaan di beberapa Pusat Perbelanjaan yaitu di Pusat Grosir Cililitan (PGC) dan ITC Depok. Penyediaan kios ini bertujuan untuk membantu menyediakan sarana pemasaran yang permanen selain melalui pameran-pameran. 3. Pelatihan Pelatihan kepada Mitra Binaan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan Mitra Binaan di bidang manajemen, produksi, pemasaran maupun peningkatan motivasi kewirausahaan. Pelatihan-pelatihan dilakukan di seluruh Unit/unit Bisnis PT Aneka Tambang Tbk yang tersebar. Sepanjang tahun 2012, PT Aneka Tambang telah menyalurkan dana Program Bina Lingkungan sebesar Rp45.22 miliar, meningkat 61.54 persen jika dibandingkan penyaluran tahun 2011 yang hanya mencapai Rp27.83 miliar. Dana tersebut dioptimalkan untuk disalurkan ke seluruh sektor, meliputi pendidikan dan pelatihan, sarana ibadah, sarana/prasarana umum, pelestarian alam, kesehatan, bantuan korban bencana alam, dan BUMN peduli. Berikut adalah program CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok yang telah dilaksanakan diantaranya adalah:
30 1.
Akses jalan; berbagai jalan yang dibangun oleh Antam seperti akses jalan ke Cimaja Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi, jalan ke Cirotan, Pasirgombong, dan jalan-jalan Desa serta kampung-kampung yang sudah bisa dirasakan oleh masyarakat Cikotok dan sekitarnya sampai saat ini. 2. Penataan lahan serta bangunan di Cikotok; dengan adanya Tambang Emas maka berdirinya bangunan-bangunan kantor, rumah dinas dan rumah-rumah masyarakat yang berdiri di lahan Antam yang semula hutan belukar. 3. Listrik; awalnya, masyarakat Cikotok belum merasakan listrik seperti sekarang. akan tetapi setelah ada Antam dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Pasirgombong, Cikotok, dan sekitarnya. 4. Air; dengan adanya Antam maka dibangun pompa air Ciburial, blendungan, pompa air Cikotok, dan bak penampungan Pasirlaban. Selain air tersebut digunakan untuk operasional Antam juga dialirkan ke rumah-rumah dinas dan dialirkan ke masyarakat sekitar. 5. Pembangunan stadion, terminal dan pasar terpadu Cikotok dan sejak Januari 2016 telah diserahkan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak 6. Pembangunan gedung serbaguna (pesanggrahan) dan sejak Januari 2016 telah diserahkan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak 7. Pembangunan mesjid nurul iman Cikotok, pembangunan gereja-gereja dan masjid 8. Pembangunan Kantor Desa Cikotok, Kantor Desa Pasirgombong, Kantor Desa Cibeber, dan Kantor Desa Ciherang 9. Pembangunan jembatan, seperti jembatan Pasirgombong, jembatan Cihambali, dan jembatan Cikaret meskipun tidak sepenuhnya dibangun oleh Antam, karena sebagian dilakukan oleh swadaya masyarakat 10. Pembagian sembako gratis untuk masyarakat yang tidak mampu, yang dibagikan pada saat menjelang Idul Fitri 11. Pembagian bibit tanaman bagi masyarakat yang dibagikan melalui Desa, kemudian dari Desa dibagikan kepada msyarakat untuk ditanam di lahan yang masih kosong. Pembagian bibit tanaman ini sangat mendukung program penghijauan dan reboisasi 12. Bantuan beasiswa bagi siswa SMAN 1 Cibeber, SMKN 1 Cibeber, dan SMK Muhammadiyah Cikotok yang diberikan setiap tahun kkepada siswa yang tidak mampu dan berprestasi 13. Pembangunan Rumah Sakit Selain, program diatas, pada tahun 2012, PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok melaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat wilayah Pascatambang Cikotok Melalui Pengembangan Ekonomi Berbasis Sumber Daya Lokal Nontambang bekerjasama dengan Chemical Engineering Alliance and Innovation Center Universitas Gadjah Mada (ChAIN Center UGM). Kegitan yang dilaksanakan di masyarakat adalah: a. Pertanian terpadu, perkebunan, dan peternakan, seperti gerakan penanaman Richinus communis atau kaliki, gerakan penanaman singkong, pisang, aren dan hortikultura, pengelolaan kebun cengkeh, pengembangan peternakan sapi, domba, kambing, dan ayam; pengembangan perikanan lele dan air tawar, serta pembangnan tempat pengolahan pupuk organik;
31 b.
c. d.
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yaitu fasilitasi perizinan, fasilitasi pengadaan alat, fasilitasi pemasaran, fasilitasi kemasan, diversifikasi produk, pelatihan dan pendampingan kelompok usaha; Pengelolaan dan energi, seperti penyediaan dan pengelolaan energi biogas, dan pengolahan limbah sampah rumah tangga dan pasar; Penguatan kelembagaan, pelatihan manajemen koperasi, penyediaan outlet pemasaran, sekolah lapang pertanian, peternakan, koperasi, paguyuban usaha kecil, baik dari sisi motivasi, orientasi, maupun manajemen. Program Pendampingan dan Pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok
Fokus penelitian ini adalah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang didampingi oleh beberapa pendamping dari PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dan Universitas Gajah Mada (UGM). Ring 1 menjadi fokus dalam program pendampingan dan pembinaan UMKM ini, yaitu terdiri dari tiga desa diantaranya Desa Cikotok, Desa Cibeber, dan Desa Ciherang. Jumlah penerima program yaitu 24 orang. Kegiatan pada sektor UMKM yang dilakukan diantaranya melakukan koordinasi dengan stakeholders terkait (Camat, UPT Pertanian, dan tokoh masyarakat) dan lokakarya dalam rangka perencanaan, evaluasi, dan pengembangan program bersama masyarakat. Selain itu, fasilitasi peralatan produksi terus dilakukan kepada para pelaku usaha kecil, baik individu maupun kelompok. fasilitasi peralatan produksi kepada pelaku UMKM dijalankan dengan menggunakan skema bergulir agar jangkauan pemanfaatan program semakin luas. Peralatan yang disediakan antara lain: spinner, mesin pemarut, freezer, kuali, oven, sealer dan golok untuk menunjang produksi usaha lanting, gula semut aren, pangsit, keripik, dan tempe margarin. Untuk hasil produksi gula semut aren dilakukan uji laboratorium kandungan logam dan air. Pendamping program juga memfasilitasi dalam proses perizinan usaha dan produk usaha berupa PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Secara simultan dilakukan pengurusan izin usaha kepada pelaku usaha kecil yang benar-benar siap. Diselenggarakan pelatihan keamanan pangan sebagai syarat perolehan PIRT bagi industri kecil yang belum terakomodasi. Pendamping Program Pendamping program adalah seseorang yang ditugaskan oleh PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok untuk mendampingi para pelaku UMKM yang didampingi oleh Tim Ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM). Pendamping program yang dimaksud diantaranya: 1. MJC MJC mulai mendampingi pelaku UMKM pada tahun 2013. Tahun 2010 MJC hanya menjadi penggiat tanpa adanya ikatan kerja. Desa yang didampinginya yaitu Desa Pasir Gombong, Desa Cikotok, Desa Cibeber, Desa Ciherang, dan Desa Warung Banten. Kendala yang dihadapi oleh MJC dalam mendampingi pelaku UMKM di kecamatan Cibeber adalah sulitnya merubah mental dan pola pikir masyarakat yang sudah tertanam sejak dahulu jika ada undangan atau
32 kegiatan dari Antam pasti mendapatkan uang. Mau mengikuti kegiatan dari Antam karena yakin akan diberi uang. Pola fikir inilah yang menjadi kendala bagi MJC. Alhasil, ketika ada program atau kegiatan tertentu yang tidak memberikan uang kepada masyarakat, masyarakat tidak mau mengikuti program tersebut. MJC memamparkan bahwa setiap ada program CSR termasuk program pendampingan dan pembinaan UMKM, masyarakat ikut dilibatkan dari mulai perencanaan hingga evaluasi program. Cara membangkitkan motivasi yang dilakukan oleh MJC kepada pelaku UMKM yaitu dengan membuka wawasan pelaku UMKM dengan dunia luar, perlunya berkelompok, bisa memanfaatkan koperasi, diajak mengikuti pameran, selain itu juga pelaku UMKM diikutsertakan dalam studi banding seperti ke Yogyakarta agar mereka memiliki gambaran mengenai usaha yang bisa menginspirasi kegiatan usaha pelaku UMKM. Pelatihan yang diberikan oleh MJC kepada pelaku UMKM diantaranya pelatihan mengenai ketahanan pangan, cara memakai alat, dan pedampingan selama pembuatan produk, mulai dari warna, tekstur, rasa, dan lain-lain. Menurut MJC, indikator keberhasilan pelaku UMKM dari suatu program yang telah didampinginya adalah mereka bisa memproduksi produknya dengan lancar, bisa meningkatkan akses pasarnya dan kualitas kehidupannya meningkat. 2. HY HY menjadi pendamping program UMKM sejak tahun 2013. Desa yang didampinginya yaitu Desa Cikotok, Desa Cibeber, dan Desa Ciherang. HY menceritakan bahwa awalnya masyarakat yang mengikuti program UMKM cukup banyak, namun seiring berjalannya waktu semakin sedikit, karena masyarakat mengharapkan setiap kali ada pertemuan ada uang. Pelaku UMKM yang bertahan itulah yang diberikan pendampingan dan pembinaan intensif. Pendekatan awal yang dilakukan oleh HY yaitu melalui sosialisasi dengan mengunjungi ke rumahrumah yang memiliki usaha kecil. Pelatihan yang dilakukan salah satunya adalah menajemen usaha. Pendampingan dilakuan dua kali dalam sebulan. 3. TR TR menjadi pendamping program sejak Maret 2015. Dibandingkan dengan pendamping yang lain, TR terhitung paling baru, bergabung dengan PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok. Pendekatan yang dilakukan TR kepada pelaku UMKM yaitu pendekatan secara kekeluargaan dengan pendekatan interpersonal. Pemahaman yang diberikan TR kepada pelaku UMKM yaitu meyakinkan pelaku UMKM bahwa dari usaha yang mereka lakukan bisa dijadikan pekerjaan untuk masa depan, dari awalnya hanya sampingan sekarang bisa dijadikan pekerjaan pokok dan tak perlu lagi untuk menjadi penambang ilegal.
Deskripsi Jenis Usaha 1.
Pangsit Jumlah pemilik usaha pangsit yang didampingi oleh Antam hanya satu orang yaitu Pak RS dengan No PIRT 206.3602.01.003. Pak RS memulai usaha pangsit sejak tahun 1994 dengan satu orang karyawan. Fungsi dari karyawannya yaitu mengemas pangsit ke dalam plastik. Keunggulan pangsit ini memiliki rasa yang gurih dengan menggunakan bumbu alami (bawang merah, bawang putih, kencur,
33 seledri, bawang daun, santan, cabe merah dan garam). Keunikan dari pangsit ini digoreng dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar sehingga hasilnya cepat kering. Harga jual pangsit Rp2 500 per ons dan Rp22 000 per kg. Segmen pasar yang dijangkau yaitu Warung Banten, Cikotok, dan Pasirnangka. Pak RS biasa memproduksi pangsit dalam sehari sebanyak 15 kg, dalam satu bulan produksinya hanya 20 hari. Produk pangsit ini awet sampai satu bulan, tanpa pengawet. 2. Tempe Pemilik usaha tempe yang didampingi oleh Antam ada dua orang, yaitu Ibu SH dan Ibu PL. Ibu PL mulai merintis usaha tempe dari sejak tahun 1980 sampai sekarang dan memiliki 3 orang karyawan yang masing-masing bertugas untuk mencuci kedelai, pengupasan kulit kedelai, dan pembungkusan tempe. Keunggulan tempenya bersih dan awet (tidak cepat busuk). Harga jual tempe untuk kemasan kecil dijual Rp1 000 sedangkan untuk kemasan yang besar dijual dengan harga Rp2 000. Produksi tempe dalam sehari rata-rata 30 kg sampai 50 kg. Segmen penjualannya hanya di pasar Cikotok. Berbeda dengan Ibu PL, Ibu SH sudah memiliki No PIRT 2.15.3602.01.013 dan tidak memiliki karyawan. Keunggulan tempe Ibu SH adalah memakai margarin dan dari kedelai super. Harga jual tempe sama seperti Ibu PL, untuk kemasan kecil dijual Rp1 000 sedangkan untuk kemasan yang besar Rp2 000. Produksi tempe sebelum ada pendamping dari Antam dan UGM sekitar 5 kg per hari, namun setelah ada pendampingan produksi tempe meningkat menjadi 30 kg per hari. Segmen pasar penjualan tempe Ibu SH yaitu Ciherang dan Pasir Nangka. 3. Lanting Singkong Pemilik usaha lanting singkong yang didampingi oleh Antam dan UGM ada dua orang yaitu Ibu SK dan Ibu MS. Kedua pemilik usaha lanting singkong setelah mengikuti program pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok sudah memiliki No PIRT. Ibu SK dengan No PIRT 2.15.3602.02.008 dan Ibu MS dengan No PIRT 2.15.3602.02.012. Ibu SK mulai merintis usaha lanting singkong sejak tahun 1985. Sebelum adanya pendampingan dan pembinaan UMKM dari Antam dan UGM, beliau memiliki jumlah karyawan sebanyak 21 orang dengan pembagian kerja 15 orang bertugas untuk mengupas singkong, dan 6 orang membuat lantingnya. Produksi yang dihasilkan sekitar 50-80 kg dalam sekali produksi. Namun, setelah ada bantuan dari Antam dalam bentuk uang dan alat produksi, hasil produksi lanting bisa sampai satu ton dalam satu kali produksi. Ibu MS mulai membuka usaha lanting sejak tahun 1995. Berbeda dengan Ibu SK, Ibu MS hanya memiliki karyawan tiga orang yang bertugas untuk mengupas, menggoreng, dan membungkus. Lanting singkong dijual Rp20 000/kg. 4. Tahu Pemilik usaha tahu yang didampingi oleh Antam dan UGM ada dua orang yaitu Bapak SM dan Ibu HN. Ibu HN memulai usaha tahu sejak tahun1988. Beliau memiliki lima orang karyawan yang bertugas membersihkan kulit kedelai, mengukus kedelai, dan mencuci kedelai. Selain produksi tahu, Ibu HN juga memproduksi tempe. Produksi tahu dalam sehari yaitu 200 tahu, sedangkan produksi tempe 40 bungkus tempe per hari. Harga jual tahu yaitu Rp2 00,00 per kotak, sedangkan harga jual tempe Rp1 000,00 per bungkus. Segmen penjualan produknya meliputi Cikotok dan Pasirnangka. Berbeda dengan Pak SM, beliau
34 hanya memiliki 1 orang karyawan saja. Beliau mulai usaha tahu sejak tahun 1979. Segmen pasarnya meliputi warung-warung yang ada di Ciherang dan Cikotok. Karena Pak SM adalalah salah satu penerima program CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok yang tidak aktif mengikuti berbagai kegiatan, beliau tidak merasakan perbedaannya sebelum dan sesudah ada pendampingan dan pembinaan UMKM oleh Antam dan UGM. 5. Gula aren Berbeda dengan usaha-usaha yang lain, pengusaha gula aren ada paguyubannya tersendiri yang disebut dengan paguyuban petani gula aren. Jumlah pemiliki usaha gula aren yang didampingi oleh Antam dan UGM di Kecamatan Cibeber ada enam orang. Rata-rata sekali produksi 8 kg per hari. Harga jual gula aren rata-rata dijual dengan harga Rp30 000 per kojor (lima butir). Diantara paguyuban petani gula aren, ada satu ketua yang ditunjuk untuk mengorganisasi usaha gula tersebut yaitu Pak ST. Para petani gula diberikan alat oleh Antam berupa kuali, golok, dan mesin pengayak. Paguyuban gula aren telah melakukan produksi berdasarkan pengalaman studi banding di Yogyakarta. Setelah ada pendampingan dan pembinaan UMKM dari CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok, mereka mencoba membuat gula semut. Gula semut dijual dengan harga Rp15 000 per kg. 6. Opak singkong Pemilik usaha opak singkong yang didampingi oleh Antam dan UGM ada tiga orang yaitu Ibu AH, Ibu JS, dan Ibu JR. Ketiganya memulai usaha opak singkong sejak tahun 1985 dan memiliki satu orang karyawan yang bertugas untuk menumbuk singkong. Keunggulan produk opak singkong Ibu AH, Ibu Jamsiah, dan Ibu JR dilihat dari kering teksturnya, warnanya cerah, tipis, bulat, dan besar. Cara produksinya dengan ditipiskan menggunakan gorela (potongan bambu) dan dialasi plastik pohon nipah (kiray). Harga jual opak singkong yaitu Rp4 000 per ikat. Segmen penjualan meliputi Cikotok dan Cibeureum. Namun, saat wawancara bersama ketiga pemiliki usaha opak, saat ini tidak memproduksi lagi dikarenakan sulit mencari singkongnya dan permintaan pasarpun mulai menurun. 7. Keripik pisang dan keripik singkong Pemilik usaha keripik pisang dan singkong ada delapan orang. Salah satunya adalah Ibu JH dengan No PIRT 2.14.3602.01.006. Beliau memulai usaha keripik pisang sejak tahun 1999 dan memiliki tiga orang karyawan yang bertugas mengupas pisang, menggoreng, dan membungkus keripik. Harga jual keripik pisang Rp20 000 per kg, satu kemasan (1.5 ons) dijual Rp3 000 per bungkus.
35 KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PENERIMA
PROGRAM
Tingkat Pendidikan Karakteristik sosial ekonomi penerima program dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dilihat dari sekolah formal terakhir yang pernah diikuti responden. Tingkat pendidikan penerima program pembinaan dan pendampingan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok mayoritas tidak tamat SD bahkan ada juga responden yang tidak pernah mengenyam bangku pendidikan formal. Berikut jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Kategori Rendah (Tidak Tamat SD/TamatSD) Tinggi (Tamat SMP/SMA) Jumlah
n 22 2 24
% 91.7 8.3 100.0
Tabel 9 menunjukkan tingkat pendidikan penerima program adalah tidak tamat SD yaitu pada kategori rendah dengan persentase sebesar 91.7 persen. Terdapat 8.3 persen penerima program yang berada pada kategori tinggi yaitu tamatan SMP dan SMA. Pengelompokkan tingkat pendidikan hasil penelitian ini berdasarkan fakta di lapangan. Tingkat pendidikan formal responden tergolong rendah disebabkan pada waktu dahulu akses pendidikan sulit. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan responden berikut. “...Ah neng, Bapak mah boro-boro. Tamat SD oge henteu. Baheula mah hararese arek sakola oge.”(JY, 60 tahun). Selain itu juga ada responden yang tidak pernah sama sekali mengenyam bangku pendidikan formal, hal ini dibuktikan dengan pernyataan responden berikut. “...Bapa mah teu pernah sakola neng. teu pernah ngarasakeun sakola kumaha. Asup SD geh henteu.”(PN, 64 tahun) Tingkat Pendapatan Karakteristik ekonomi penerima program dapat dilihat dari tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan merupakan pemasukan uang yang diterima oleh keluarga yang berasal dari usaha yang sedang dijalankannya. Kategori tingkat pendapatan dibagi menjadi dua yakni rendah dan tinggi. Kategori tinggi jika pendapatan responden diatas Rp2 600 000. Sedangkan kategori rendah jika pendapatan responden dibawah Rp2 600 000. Rata-rata pendapatan responden yaitu Rp2 000 000 per bulan dari hasil usaha yang dijalankannya selama
36 responden mengikuti program pendampingan dan pembinaan UMKM. Berikut adalah hasil tingkat pendapatan responden. Tabel 10 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan penerima program pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 9 15 24
% 37.5 62.5 100.0
Tabel 10 menunjukkan bahwa pendapatan penerima program sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 62.5 persen. Sedangkan responden dengan kategori rendah dengan persentase sebesar 37.5 persen. Pendapatan yang ditanyakan oleh peneliti adalah pendapatan yang didapatkan dari hasil usaha pendampingan dan pembinaan UMKM, bukan dari hasil yang lain. Pendapatan mereka memang tidak bisa dipastikan setiap bulannya, karena tergantung produksi yang dihasilkan oleh responden dan juga tergantung dengan permintaan pasar. Hal ini seperti diungkapkan oleh responden sebagai berikut: “...Berapa ya neng, soalnya tidak tentu. Jadi tidak bisa dipastikan. Kalo permintaan banyak berarti dapat untungnya banyak, tapi kalo permintaan pasar sedikit, jadi sedikit juga untungnya. Tapi memang ada perbedaan sih sebelum sama sesudah adanya pendampingan dari Antam. Alhamdulillah aja. Sebelum ada pendampingan kirakira pendapatan ibu kalo di total sekitar Rp500.000, tapi setelah ada pendampingan Alhamdulillah jadi Rp3.000.000 soalnya dibantu pemasarannya neng. Tapi sekarang setelah gak aktif lagi, ibu juga jarang bikin keripik lagi neng. (AD, 54 tahun) Namun, selain pernyataan diatas, ada juga responden yang mengatakan bahwa pendapatannya tidak ada perbedaannya, sebelum dan sesudah adanya pendampingan. Hal ini seperti diungkapkan oleh responden sebagai berikut. “...Ah enggak ada bedanya neng, segitu-gitu aja, sebelum aya pendampingan pendapatan Bapak tinu nyadap gula paling mun ditotal Rp500.000, setelah aya pendampingan oge mun ditotal Rp500.000 wae neng, da gula mah kumaha menang loba henteuna”(SP, 40 tahun) Dari kedua pernyataan responden tersebut memiliki perbedaan pendapatan. Berdasarkan data di lapangan, responden yang kedua memang tidak ikut rutin setiap kegiatan yang diadakan oleh PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok. Responden tersebut hanya ikut di awal-awal saja, tanpa mengikuti kelanjutan program.
37 Jumlah Tanggungan Keluarga Karakteristik sosial penerima program dapat dilihat dari jumlah tanggungan keluarga. Pengkategorian jumlah tanggungan keluarga dibagi menjadi rendah dan tinggi. Data tersebut digolongkan berdasarkan fakta di lapangan. Kategori rendah adalah keluarga yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kurang dari tiga orang. Kategori tinggi adalah keluarga yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari dan sama dengan tiga orang. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah tanggungan keluarga Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 5 19 24
% 20.9 79.1 100.0
Tabel 10 menunjukkan jumlah tanggungan keluarga responden termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 79.1 persen. Jumlah anggota keluarga yang masih manjadi beban tanggungan rata-rata sebanyak 4 orang (berada pada kategori tinggi). Motif Berwirausaha Motif berwirausaha merupakan alasan responden memulai usaha mereka. Motif berwirausaha digolongkan menjadi dua yaitu dikategorikan rendah jika ikut-ikutan berwirausaha karena melihat keberhasilan usaha orang lain dan dikategorikan tinggi jika karena kesadaran sendiri untuk meningkatkan pendapatan/kesejahteraan hidup. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut motif berwirausaha Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 1 23 24
% 4.1 95.9 100.0
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa lebih banyak responden yang memulai usaha karena kesadaran sendiri untuk meningkatkan pendapatan mereka (95.84 persen). Tingkat pendidikan responden yang rendah membuat keahlian yang mereka miliki terbatas, sehingga mereka tidak bisa bekerja di lapangan pekerjaan formal dan memilih untuk membuka usaha sendiri. Hal ini seperti diungkapkan oleh responden berikut. “...Ibu pengen kerja neng tapi bingung mau kerja apa, soalnya kan ibu mah pendidikan aja rendah. Makanya ibu milih untuk usaha tempe. (SH, 54 tahun)
38 Dari seluruh responden, hanya satu yaitu Ibu PL yang mengatakan memiliki motif berwirausaha karena ikut-ikutan meilihat keberhasilan usaha kakaknya. Awalnya beliau tidak memiliki ketertarikan dalam berwirausaha, hanya saja melihat kakaknya yang memiliki usaha tempe, akhirnya Ibu PL sejak kecil diajarkan bagaimana membuat tempe. Hal ini seperti diungkapkan oleh responden berikut. “...Iya neng, dulu ibu ikut-ikutan kakak aja pengen nyoba. Soalnya sekolah aja enggak tamat. Kalo mau kerja yang lain kan susah ya neng. Makanya Ibu ikut belajar usaha sama Kakak, dan sekarang kan ada pendampingan juga dari Antam tapi Ibu mah kurang aktif neng, males kumpul-kumpulnya.” (PL, 59 tahun) Pengalaman Berwirausaha Pengalaman berwirausaha merupakan lamanya responden menjadi wirausaha. Pengalaman berwirausaha digolongkan menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Dikategorikan tinggi jika pengalaman berwirausaha lebih besar atau sama dengan 30 tahun dan dikategorikan rendah jika pengalaman berwirausaha kurang dari 30 tahun. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut pengalaman berwirausaha Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 8 16 24
% 33.3 66.7 100.0
Berdasarkan tabel 13, sebanyak 16 orang atau 66.7 persen tergolong kategori tinggi. Hal ini dikarenakan pelaku UMKM memiliki pengalaman berwirausaha cukup lama. Pengalaman berwirausaha menjadi modal tersendiri bagi pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan responden berikut. “...Atuh neng, bapa mah sebelum ada pendampingan dari Antam juga udah punya usaha, Bapa mah mulai nyadap tahun 1963 sampai ka ayena. Ti bujangan keneh tos mulai nyadap. Tapi ayena mah emang beda neng, tadina kan Bapa bikin gula biasa, ayena mah bikin gula semut, diajarkeun ku pendamping ti Antam sareng UGM”(AH, 65 tahun) Selain pernyataan responden AH, ada juga pernyataan dari responden RS sebagai berikut. “...Bapak baheula ngen tamat sakola SD. Mulai jualan pangsit ti tahun 1975 nepi ka ayena. Ti mulai make alat tradisional anu sorangan sampai make alat nu ayena aya mesin” (RS, 59 tahun)
39 PERAN PENDAMPING PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Peran Pendamping dalam Mendampingi Penerima Program Pembahasan ini menguraikan peran pendamping program pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok. Peran pendamping dilihat dari peran fasilitatif, peran mendidik, serta peran perwakilan. Pendamping yang diutus oleh PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok terdiri dari anggota CSR perusahaan sendiri dan dari Universitas Gajah Mada. Mereka berkolaborasi untuk melakukan pendampingan dan pembinaan kepada pelaku UMKM. Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat peranan pendamping dalam mendampingi penerima program CSR Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 6 18 24
% 25.0 75.0 100.0
Tabel 14 menunjukkan peran pendamping dalam mendampingi penerima program secara total antara peran fasilitatif, peran mendidik, dan peran perwakilan tergolong tinggi yaitu 75 persen. Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu responden berikut. “...Iya minimal sebulan sekali Bapa yang dari UGM kesini neng, ngeliat gimana perkembangan usaha ibu. Kalopun mereka enggak kerumah, Ibu suka ditelp neng, cuma nanya perkembangan usaha aja”(MI, 49 tahun) Akan tetapi ada 6 orang atau 25 persen responden yang mengatakan peran pendamping termasuk ke dalam kategori rendah. Berdasarkan fakta di lapangan, 6 orang tersebut tidak aktif dalam program pendampingan dan pembinaan UMKM. Mereka hanya hadir pada saat awal program saja. Hal ini didukung oleh pernyataan responden berikut. “...Bapak dulu ikut neng pas awal-awal, tapi setiap ada kegiatan dari Antam, pas bapak sibuk wae. Jadi jarang ikutan, makanya orang-orang mah pada ke Jogja, udah punya izin produksi, ai bapa mah gak ada neng gak punya soalnya emang jarang aktif ikut kegiatana.” (SM, 56 tahun) Peran Fasilitatif Peran fasilitatif berkaitan dengan peran pendamping dalam memberikan semangat, negosiasi, memberikan dukungan, membangun kesepakatan bersama, memfasilitasi kelompok, memanfaatkan sumber daya, mengorganisasikan kelompok, dan komunikasi personal.
40 Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut peran pendamping dalam memfasilitasi Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 6 18 24
% 25.0 75.0 100.0
Tabel 15 menunjukkan peran pendamping dalam memfasilitasi penerima program CSR termasuk ke dalam kategori tinggi yaitu 75.0 persen. Dari hasil penelitian responden menyatakan peran pendamping dalam menjalankan peran fasilitatif berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan responden yang mayoritas menyatakan tinggi terhadap peranan pendamping dalam memfasilitasi. Peran pendamping dalam memfasilitasi masyarakat salah satunya adalah memberikan semangat. Semangat berhubungan dengan perasaan dan tindakan. Peran pendamping adalah bagaimana menggerakkan pikiran masyarakat agar tergerak untuk bertindak dalam berwirausaha. Hal ini didukung dengan pernyataan responden berikut. “...Iya Neng, Ibu ngerasa nyaman komunikasi sama pendamping, soalnya orangnya ramah-ramah neng, meskipun mereka berpendidikan tinggi tidak sombong sama kami yang berpendidikan rendah, mereka kalo kesini suka ngasih semangat ke masyarakat buat usaha, kita juga diajak ke Jogja, ke Jakarta untuk ikut pameran lihat produk-produk orang lain (MI, 49 tahun) Komunikasi interpersonal menjadi kunci penting pendamping dalam mendampingi masyarakat. Jika masyarakat sudah merasa nyaman dengan pendamping, mereka akan membuka diri dan berani menyampaikan pendapatnya mengenai permasalahan usaha yang mereka jalankan. Selain itu juga kemampuan pendamping dalam memberikan dukungan. Baik dukungan modal atau peralatan. CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok melalui pendamping memberikan modal dan alat usaha kepada penerima program CSR. Hal ini didukung dengan pernyataan responden berikut. “...Bapak memang tidak dikasih modal, tapi Alhamdulillah dikasih peralatan untuk nyadap neng. Dikasih golok, kuali yang besar, oven, mesin pengayak, dan sealer” (J0, 62 tahun) Pernyataan responden JY juga didukung oleh pernyataan responden berikut. “...Awalnya pas sebelum ada alat yang dari Antam kan Ibu punya pegawai dirumah sekitar 10 orang dengan produksi lanting 30 kg sampai 80 kg per sekali produksinya. Tapi setelah dikasih alat dari Antam, Ibu enggak perlu lagi punya banyak pegawai dirumah neng, cukup dengan 3 orang aja bisa dapet 1,2 ton sekali produksinya” (SK, 54 tahun)
41 Selain memberikan semangat, kemampuan komunikasi interpersonal, dan memberikan dukungan, pendamping program dalam memfasilitasi juga harus memiliki kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dan juga mengorganisasikan kelompok. Dari awal responden sudah memiliki usahanya masing-masing dengan jenis usaha yang berbeda-beda antar penerima program. Berdasarkan data di lapangan, pendamping mengorganisasikan penerima program sesuai dengan keahliannya masing-masing, adapun penerima program mau menjalankan usaha yang baru, itu tergantung dari penerima programnya sendiri. Peran Mendidik Peran mendidik dilihat dari keterampilan pendamping dalam melakukan proses pembelajaran kepada responden, meningkatkan kesadaran, memberikan informasi, dan memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan penerima program. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut peran pendamping dalam mendidik Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 6 18 24
% 25.0 75.0 100.0
Tabel 16 menunjukkan peran pendamping dalam mendidik penerima program termasuk ke dalam kategori tinggi. Pendamping dalam menjalankan peran mendidik dapat dikatakan berhasil karena responden yang menyatakan peranan pendamping dalam mendidik merupakan mayoritas sebanyak 75.0 persen. Pendamping dalam mendidik harus memiliki keterampilan meningkatkan kesadaran para pelaku UMKM untuk meningkatkan usahanya. Disamping itu juga berdasarkan fakta di lapangan pendamping program memberikan pelatihan kepada penerima program. Hal ini didukung oleh pernyataan responden berikut. “....Awalnya Bapak belum tau neng bikin gula semut, Bapak bisanya bikin gula merah biasa aja. Akhirya dilatih sama pendamping dari Antam dan UGM bikin gula semut. Alhamdulillah sekarang Bapak jadinya produksi gula semut.” (HL, 60 tahun) Pernyataan responden tersebut juga didukung oleh pernyataan responden berikut. “...Pendamping yang dari UGM sama Antam ngajarin banyak produk neng, contohnya aja pisang. Kita diajarin bikin keripik dari bonggol pisang, dilatih buat dodol dari kulit pisang, pokonya banyak neng, cuma masyarakatnya aja yang males neng.” (LU, 47 tahun) Dari data di lapangan, sebanyak 70.8 persen responden menyatakan bahwa pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan 29.2 persen menyatakan bahwa pelatihan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan
42 masyarakat. Misalnya saja responden memiliki usaha pangsit, tetapi dilatih untuk membuat keripik dari bonggol pisang. Memberikan informasi penting terkait pengembangan usaha merupakan keterampilan yang juga harus dimiliki oleh pendamping. CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok melalui pendamping program memberikan kesempatan kepada penerima program untuk mengikuti berbagai kegiatan pameran dengan tujuan agar meningkatkan kesadaran para pelaku UMKM untuk terus meningkatkan usahanya. “...Iya neng, Bapak di ajak ke Jogja untuk ikut pameran. Melihat produkproduk orang lain juga neng. Alhamdulillah makin semangat untuk usaha.” (JY, 60 tahun) Peran Perwakilan Peran perwakilan dilihat dari peran pendamping dalam memanfaatkan media, membantu akses pemasaran, dan mengembangkan jaringan. Tabel 17 Jumlah dan persentase tingkat peran pendamping dalam perwakilan Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 15 9 24
% 62.5 37.5 100.0
Tabel 17 menunjukkan bahwa peran pendamping dalam perwakilan dikategorikan rendah. Pendamping dalam menjalankan perannya dalam perwakilan kurang berhasil hal ini terlihat dari mayoritas yang menyatakan nilai peran pendamping dalam perwakilan rendah. Hal ini seperti diungkapkan responden berikut.
“...Neng sebenernya mah Ibu siap dapet pesanan lanting sebanyak apapun juga neng, tapi yang jadi masalahnya susah akses pemasarannya neng, dulu mah sempet dibantu UGM dan Antam untuk pemasarannya, sampai di jual ke Bandung dan Jakarta tapi cuma sebentar doang. Sekarang kalopun mau produksi banyakpun ibu bingung harus kemana masarinnya, ditambah lagi banyak saingan neng kalo dijualnya di kampung aja mah” (AD, 54 tahun). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penerima program tidak difasilitasi untuk akses pemasarannya. Akses pasar hanya difasilitasi ketika program masih berjalan. Namun, di lain pihak salah seorang responden juga mengapresiasi adanya pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dalam memfasilitasi mereka membuat Ijin Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT). Hal ini didukung oleh pernyataan responden berikut.
43 “...Alhamdulillah neng, sekarang Bapak udah punya PIRT. Kan lumayan kalo bikin sendiri mah mahal dan ribet neng. Meskipun di kampung mah gak ngaruh sih neng, ada PIRT atau enggaknya juga. Tapi, Bapak jadi lebih berani aja kalo ngirim pangsit ke kota, soalnya insya Allah sudah teruji kualitas pangsitnya neng” (RS, 59 tahun)
44
45 TINGKAT KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CSR Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi keadaan tertentu yang ingin dicapai seseorang individu atau kelompok yang tidak lagi tergantung pada bantuan orang lain. Nasdian (2012) membagi kemandirian menjadi tiga, yaitu kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kemandirian penerima program CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok
Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 7 17 24
% 29.2 70.8 100.0
Tabel 18 menunjukkan responden yang memiliki tingkat kemandirian rendah sebanyak 29.2 persen, sedangkan responden yang memiliki tingkat kemandirian tinggi sebanyak 70.8 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemandirian penerima program tergolong tinggi. Dari 29.2 persen yang menyatakan kemandirian rendah, berdasarkan fakta di lapangan mereka adalah orang-orang yang tidak aktif mengikuti kegiatan pendampingan dan pembinaan UMKM, sehingga penilaian mereka pun terhadap keberadaan pendamping tergolong rendah. Kemandirian Intelektual Kemandirian intelektual merupakan suatu kemampuan sebagai pembentukan dasar pengetahuan yang memungkinkan untuk mengatasi dominasi dan permasalahan dari pihak lain.
Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut kemandirian intelektual Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 0 24 24
% 0.0 100.0 100.0
Tabel 19 menunjukkan kemandirian intelektual responden dalam program CSR tergolong sempurna. Semua responden memiliki kemampuan intelektual yang tinggi yaitu 100%. Kemandirian intelektual berkaitan dengan kemampuan responden dalam mengembangkan usaha dengan caranya sendiri, kemampuan mengatasi masalah yang berkaitan dengan usahanya tanpa pendamping, dan memiliki ide membuat produk baru. Meskipun tingkat pendidikan mereka yang tergolong rendah, akan tetapi pengalaman yang membuat kemandirian intelektual responden tergolong tinggi.
46 Kemandirian Material Kemandirian material berkaitan dengan kemampuan responden dalam menyiapkan alat dan bahan, kemampuan responden dalam mendapatkan keuntungan, dan akses pasar yang bisa dijangkau oleh responden. Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut kemandirian material Kategori Rendah Tinggi Jumlah
Jumlah 8 16 24
Persentase (%) 33.3 66.7 100.0
Tabel 20 menunjukkan kemandirian material responden termasuk kedalam kategori tinggi yaitu 66.7 persen. Sedangkan 33.3 persen responden memiliki kemandirian material rendah. Kemandirian material ditunjukkan oleh kemampuan responden dalam menyiapkan alat dan bahan untuk usaha mereka. Berdasarkan data di lapangan, 100.0 persen responden menyatakan menyiapkan alat dan bahan untuk usahanya sendiri tanpa intruksi dari pendamping. Karena mereka menjalani usaha sudah bertahun-tahun, jadi untuk masalah menyiapkan alat dan bahan mereka sudah terbiasa mandiri. Meskipun ada alat yang diterima oleh responden dari Antam, mereka sudah bisa menyiapkannya sendiri. Responden yang aktif dalam setiap kegiatan pendampingan dan pembinaan UMKM cenderung memiliki kemandirian material yang tinggi dalam hal ini adalah peningkatan produksi dan keuntungan yang didapatkan. Hal ini seperti pernyataan responden berikut. “...Alhamdulillah neng, ada perbedaan sebelum dan sesudah didampingi sama UGM & Antam, sebelumnya ibu cuma bisa produksi lanting singkong paling 50 - 80 kg sehari, tapi setelah ada pendampingan ibu dikasih uang 5 juta dan alat buat ngolah lanting jadi bisa produksi sampai satu ton lebih dalam satu kali produksi. Otomatis keuntungan yang ibu dapet juga lebih besar neng” (SK, 54 tahun) Pernyataan responden diatas juga didukung oleh pernyataan responden sebagai berikut. “...Iya neng, Alhamdulillah, dulu sebelum ada pelatihan dari Antam, ibu hanya bisa produksi tempe 5 kg per hari, tapi setelah ada pelatihan ibu bisa produksi 30 kg per harinya.” (SH, 54 tahun) Pernyataan berbeda dari responden yang memang tidak aktif mengikuti kegiatan pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok sebagai berikut.
47 “Ah tidak ada bedanya sebelum ada pendampingan dan sesudah ada pendampingan. Sama aja” (HN, 49 tahun) Kemandirian Manajemen Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut kemandirian manajemen Kategori Rendah Tinggi Jumlah
n 10 14 24
% 41.7 58.3 100.0
Tabel 21 menunjukkan kemandirian manajemen responden termasuk kedalam kategori tinggi yaitu 58.3 persen. Namun perbandingan dengan responden yang menyatakan kemandirian manajemen rendah tidak jauh berbeda yaitu 41.7 persen. Kemandirian manajemen berkaitan dengan kemampuan responden dalam melaksanakan latihan sesuai jadwal yang ditetapkan pendamping, kemampuan bekerja sama dengan pihak lain untuk mempromosikan usahanya, dan kemampuan mengevaluasi usaha yang sedang dijalankannya. Berdasarkan data di lapangan, responden dengan kategori rendah memiliki kesulitan dalam bekerja sama dengan pihak lain untuk mempromosikan usahanya. Selain dari jauhnya akses ke perkotaan juga jaringan yang dimiliki oleh responden tergolong rendah. Responden hanya mengandalkan pendamping untuk memperluas akses pemasaran mereka. Sehingga, ketika program sudah selesai, selesai pula lah responden memperluas akses pasarnya. Hal ini di dukung oleh pernyataan responden berikut. “...Kalo pas ada pendampingan dari Antam sama UGM enak neng, Ibu tidak khawatir tidak laku ngejual produk Ibu, soalnya sama pendamping kadang suka ditampung dan dibantu untuk menjualnya. Kalo sekarang mah, mana bahan mentahnya susah, terus banyak saingan, jadi sementara enggak jualan sekarang mah (AD, 54 tahun)
48
49 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DENGAN KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM
Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik sosial ekonomi penerima program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Anek Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dengan kemandirian penerima program. Masyarakat yang mengikuti pembinaan dan pendampingan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan masyarakat Kecamatan Cibeber yang berada di wilayah Ring 1 kawasan PT Aneka Tambang Unit Pascatambang Cikotok. Karakteristik sosial ekonomi penerima program CSR dapat dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan motif berwirausaha. Masing-masing variabel dari karakteristik sosial ekonomi dan kemandirian penerima program dilihat kecenderungan hubungan menggunakan tabel tabulasi silang dan di uji dengan korelasi rank spearman. Hasil dari uji korelasi Rank Spearman akan menghasilkan angka koefisien korelasi Spearman dengan nilai signifikansi apabila (α) < 0.05, artinya tolak Ho atau terdapat hubungan antara kedua variabel. Sedangkan angka korelasi dengan nilai signifikansi apabila (α) > 0.05, artinya terima Ho atau tidak terdapat hubungan diantara kedua variabel. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kemandirian Tabel 22 Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kemandirian
No
Tingkat Pendidikan
1 2
Rendah (SD) Tinggi (SMP-SMA) Total
Tingkat Kemandirian Rendah Tinggi ∑ % ∑ % 8 31.8 14 68.2 0 0.0 2 100 8 29.2 16 70.8
Total ∑ 22 2 24
% 100.0 100.0 100.0
Tabel 22 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kemandirian penerima program CSR. Berdasarkan data tersebut responden dengan pendidikan rendah, sebanyak 62.8 persen memiliki tingkat kemandirian tinggi. Hasil uji korelasi Rank Spearman dengan SPSS Statistic 22 juga menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,112. Nilai ini ternyata lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0,112 > 0,05). Dari output tersebut dapat disimpulkan bahwa karena signifikansi > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kemandirian penerima program. Nilai korelasi pada signifikansi tersebut adalah 0,333 yang artinya korelasi rendah. Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan yang tinggi tidak selalu dikuti dengan tingkat kemandirian penerima program. Seperti yang terjadi pada responden SK yang memiliki tingkat pendidikan rendah namun memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, dikarenakan pengalaman berwirausaha yang dimiliki cukup lama dan keaktifan SK pada setiap kegiatan pendampingan dan pembinaan UMKM. Pengalaman berwirausaha itulah yang membantu responden bisa meningkatkan kemandiriannya.
50 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Kemandirian Tabel 23 Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kemandirian
No
Tingkat Pendapatan
1 2
Rendah Tinggi Total
Tingkat Kemandirian Rendah Tinggi ∑ % ∑ % 6 66.7 3 33.3 2 6.7 13 93.3 8 29.2 16 70.8
Total ∑ 9 15 24
% 100.0 100.0 100.0
Tabel 23 terlihat bahwa responden dengan tingkat pendapatan rendah, 66.7 persen memiliki tingkat kemandirian rendah. Responden dengan tingkat pendapatan tinggi, 93.3 persen memiliki tingkat kemandirian tinggi. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara kedua variabel adalah 0.028. Nilai ini ternyata lebih kecil dari taraf nyata 5 persen (0.028 < 0.05). Dari output tersebut dapat disimpulkan bahwa karena signifikansi < 0.05. Maka H0 ditolak sehingga terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat kemandirian penerima program. Nilai korelasi pada signifikansi tersebut adalah 0.449 yang artinya memiliki hubungan yang sedang. Arti dari hubungan tersebut yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi tingkat kemandirian penerima program. Hal tersebut karena dengan tingginya pendapatan, akan membuka peluang penjualan produksi yang lebih besar sehingga pendapatan yang diterimanya pun akan semakin tinggi dan faktor kemandirian salah satunya adalah penerima program bisa meningkatkan keuntungannya. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Tabel 24 Hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian
No 1 2
Jumlah Tanggungan Keluarga Rendah Tinggi Total
Tingkat Kemandirian Rendah Tinggi ∑ % ∑ % 3 60.0 2 40.0 5 21.1 14 78.9 8 29.2 16 70.8
Total ∑ 5 19 24
% 100.0 100.0 100.0
Tabel 24 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian responden penerima program. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa pada kolom jumlah tanggungan keluarga persentase responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga tinggi memiliki persentase tingkat kemandirian tinggi (78.9 persen). Hasil uji korelasi Rank Spearman juga menunjukkan bahwa adanya signifikansi 0,048. Nilai ini ternyata lebih kecil dari taraf nyata 5 persen (0.048 < 0.05). Dari output tersebut dapat disimpulkan bahwa karena signifikansi < 0.05. Maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian penerima program. Nilai
51 korelasi pada signifikansi tersebut adalah 0.408 yang artinya memiliki hubungan yang sedang. Arti dari hubungan tersebut yaitu semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi tingkat kemandirian penerima program. Hal tersebut karena dengan banyaknya keluarga bisa dimanfaatkan untuk membantu proses produksi, sehingga produksi bisa meningkat tanpa harus disertai dengan membayar gaji karyawan. Apabila dibantu oleh orang diluar keluarga otomatis biaya yang dikeluarkan untuk membayar karyawan pun menjadi lebih besar. Hal ini didukung dengan pernyataan responden berikut: “Iya neng, untung ada anak sama suami jadi enggak terlalu repot. Kalo nyuruh orang kan harus dibayar neng. untungnya juga enggak banyak terus dipake bayar orang nanti ibu gak kebagian neng” (SH, 54 tahun) Hubungan Motif Berwirausaha dengan Tingkat Kemandirian Tabel 25 Hubungan motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian
No 1 2
Motif Berwirausaha Rendah Tinggi Total
Tingkat Kemandirian Rendah Tinggi ∑ % ∑ % 0 0.0 1 100.0 7 30.4 16 69.6 7 29.2 17 70.8
Total ∑ 1 23 24
% 100.0 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 25 menunjukkan bahwa sebesar 100.0 persen menyatakan bahwa motif berwirausaha yang rendah memiliki tingkat kemandirian yang tinggi. Tetapi di sisi lain juga menunjukkan sebesar 69.6 persen menyatakan bahwa motif berwirausaha yang tinggi juga memiliki tingkat kemandirian yang tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut hubungan keduanya tidak ada karena motif berwirausaha yang tinggi pun belum bisa membuktikan tingkat kemandirian yang tinggi. Hasil uji korelasi Rank Spearman dengan SPSS Statistic 22 juga menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 1.000. Nilai ini ternyata lebih besar dari taraf nyata 5 persen (1.000 > 0.05). Dari output tersebut dapat disimpulkan bahwa karena signifikansi > 0.05 maka H0 diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian penerima program. Nilai korelasi pada signifikansi tersebut adalah 0.000 yang artinya tidak ada hubungan diantara kedua variabel. Idealnya motif berwirausaha memiliki hubungan dengan tingkat kemandirian. Namun berdasarkan hasil uji korelasi dan penemuan fakta di lapangan tidak menunjukkan adanya hubungan diantara kedua variabel tersebut. Hal ini terjadi karena motif berwirausaha atau alasan penerima program untuk memiliki usaha tidak disertai dengan kemandirian penerima program. Kemandirian penerima program cenderung dipengaruhi oleh adanya peran pendamping dalam mendampingi usaha mereka.
52 Hubungan Pengalaman Berwirausaha dengan Tingkat Kemandirian Tabel 26 Hubungan pengalaman berwirausaha dengan tingkat kemandirian penerima
No 1 2
Pengalaman Berwirausaha Rendah Tinggi Total
Tingkat Kemandirian Rendah Tinggi ∑ % ∑ % 3 37.5 5 62.5 4 25.0 12 75.0 7 29.2 17 70.8
Total ∑ 8 16 24
% 100.0 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 26, responden dengan pengalaman berwirausaha tinggi, 75.0 persen memiliki tingkat kemandirian yang tinggi. Pada responden dengan pengalaman berwirausaha rendah, 62.5 persen memiliki tingkat kemandirian tinggi. Artinya kedua variabel tersebut cenderung tidak berhubungan. Hasil uji korelasi Rank Spearman dengan SPSS Statistic 22 juga menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.629. Nilai ini ternyata lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0.629 > 0,05). Dari output tersebut dapat disimpulkan bahwa karena signifikansi > 0.05 maka H0 diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian penerima program. Nilai korelasi pada signifikansi tersebut adalah 0,104 yang artinya tidak ada hubungan diantara kedua variabel. Idealnya pengalaman berwirausaha memiliki hubungan dengan tingkat kemandirian. Namun berdasarkan hasil uji korelasi dan penemuan fakta di lapangan tidak menunjukkan adanya hubungan diantara kedua variabel tersebut. Hal ini terjadi karena selama apapun pengalaman responden dalam berwirausaha dengan cara-cara produksi yang masih tradisional tidak dapat meningkatkan kemandiriannya. Pengalaman berwirausaha responden yang cukup lama juga berkaitan dengan usia responden rata-rata diatas 50 tahun, kebanyakan dari mereka memang masih menggunakan alat produksi sederhana. Apalagi zaman sekarang jika masih menggunakan alat-alat yang tradisional peningkatan produksi pun sulit dilakukan sehingga kemandirian material responden juga akan terhambat. Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat kemandirian penerima program CSR Pada bagian ini memaparkan analisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat kemandirian. Karakteristik sosial ekonomi yang dihubungkan adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan motif berwirausaha. Sedangkan tingkat kemandirian yang dihubungkan adalah tingkat kemandirian intelektual, material, dan manajemen.
53 Tabel 27 Hasil uji korelasi antara karakteristik sosial ekonomi dengan kemandirian penerima program Karakteristik Sosial Ekonomi Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Jumlah tanggungan keluarga Motif Berwirausaha Pengalaman Berwirausaha
Kemandirian Intelektual (γs) Sig
Tingkat Kemandirian Kemandirian Kemandirian Material Manajemen (γs) Sig (γs) Sig
0.200
0.348
0.384
0.064
0.162
0.449
-0.009
0.967
0.490
0.015
0.509
0.011
0.262
0.216
0.346
0.098
0.433
0.034
0.106
0.620
-0.078
0.717
0.128
0.551
-0.054
0.801
0.192
0.369
0.061
0.777
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan: (γs) : koefisien korelasi Sig: Signifikasi (2-tailed) Uji pertama adalah uji hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kemandirian. Tabel 27 menunjukkan nilai signifikasi antara tingkat pendidikan dengan kemandirian intelektual sebesar 0.348, antara tingkat pendidikan dengan kemandirian material sebesar 0.064, dan antara tingkat pendidikan dengan kemandirian manajemen sebesar 0.449. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel pada masing-masing kategori. Uji kedua adalah hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat kemandirian. Berdasarkan tabel 27, terlihat bahwa hasil perhitungan dan pengujian antara variabel tingkat pendapatan dengan tingkat kemandirian intelektual sebesar 0.967. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel tingkat pendapatan dengan tingkat kemandirian intelektual. Sedangkan hasil perhitungan dan pengujian antara tingkat pendapatan dengan kemandirian material sebesar 0.015 dan tingkat pendapatan dengan kemandirian manajemen sebesar 0.011. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka tolak Ho, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendapatan dengan kemandirian material dan manajemen. Uji ketiga adalah hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian. Berdasarkan tabel 27, terlihat bahwa hasil perhitungan dan pengujian antara variabel jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian intelektual sebesar 0.216, jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian maerial sebesar 0.433. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α
54 (0.05)) maka terima Ho, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian intelektual dan tingkat kemandirian material. Sedangkan hasil perhitungan dan pengujian antara jumlah tanggungan keluarga dengan kemandirian manajemen sebesar 0.034. Karena pvalue (sign.(2-tailed)) < (α (0.05)) maka tolak Ho, artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat kemandirian manajemen. Uji keempat adalah hubungan antara motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian. Berdasarkan tabel 27, terlihat bahwa hasil perhitungan dan pengujian antara variabel motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian intelektual sebesar 0.620, variabel motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian material sebesar 0.717, dan variabel motif berwirausaha dengan tingkat kemandirian manajemen sebesar 0.551. Karena p-value (sign.(2-tailed)) < (α (0.05)) maka tolak Ho, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga variabel, baik kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen. Uji kelima adalah hubungan antara pengalaman berwirausaha dengan tingkat kemandirian. Berdasarkan tabel 27, terlihat bahwa perhitungan dan pengujian antara variabel pengalaman berwirausaha dengan tingkat kemandirian intelektual sebesar 0.801, variabel pengalaman berwirausaha dengan tingkat kemandirian material sebesar 0.369, dan variabel pengalaman berwirausaha dengan tingkat kemandirian manajeriam sebesar 0.777. Karena p-value (sign.(2tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara hubungan pengalaman berwirausaha dengan tingkat kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel pada masing-masing kategori.
55 HUBUNGAN PERAN KEMANDIRIAN
PENDAMPING
DENGAN
TINGKAT
Tabel 28 Hubungan peran pendamping dengan tingkat kemandirian
No 1 2
Tingkat Peran Pendamping Rendah Tinggi Total
Tingkat Kemandirian Rendah Tinggi ∑ % ∑ % 6 100 0 0.0 1 5,6 17 94,4 7 29,2 17 70,8
Total ∑ 6 18 24
% 100 100 100
Tabel 28 menunjukkan adanya hubungan antara tingkat peran pendamping dan tingkat kemandirian penerima program. Hal ini terlihat dari tidak adanya masyarakat yang memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dengan tingkat peran pendamping yang rendah atau persentase 0.0 persen. Sedangkan tingkat peran pendamping yang tinggi diikuti juga dengan tingkat kemandirian yang tinggi yaitu 94.4 persen. (Lampiran 3). Hasil uji korelasi dengan menggunakan rank spearman, hubungan peran pendamping dengan kemandirian penerima program memiliki nilai signifikansi 0,00. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5 persen (0,00 < 0,05). Dari output tersebut dapat disimpulkan bahwa karena signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak sehingga terdapat hubungan antara peran pendamping dengan kemandirian penerima program. Nilai dari hasil uji korelasi tersebut yaitu 0,764. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika uji berada diantara nilai tersebut maka terdapat korelasi yang tinggi. Hasil uji korelasi rank spearman sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapang. Perusahaan melalui kegiatan CSR mengajak masyarakat sekitar untuk meningkatkan kemandirian baik secara intelektual, material, dan manajemen. Bidang industri kecil dan menengah diarahkan untuk menciptakan potensi atau produk lokal yang kompetitif, dalam arti memiliki nilai tambah yang kuat karena kekhasan dan keunikan produk. Nilai tambah ini menjadi penting karena Cikotok secara geografis merupakan wilayah yang cukup terisolasi dan relatif sulit dijangkau. Berbagai cara telah dilakukan PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok untuk pengembangan tersebut, antara lain peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, permodalan, fasilitasi peralatan, dan akses pasar melalui kegiatan pendampingan dan pembinaan UMKM. Hal ini sesuai dengan salah satu responden berikut. “Mun baheula mah seueur gula nu teu laku, ayenamah goreng atau bagus oge tetep aya nu meuli, seueur nu nampung neng. Alhamdulillah. Lumayan manfaatna neng aya pendampingan ngabungahkeun ka urang, gula lancar, harga rada mendingan, henteu hese ngajual gula” (PN, 64 tahun)
Pernyataan responden PN, didukung oleh pernyataan responden SK berikut.
56 “Awalnya, pas sebelum ada alat yang dari Antam kan ibu punya pegawai dirumah sekitar 10 orang dengan produksi lanting 30 kg sampai 80 kg sekali produksi. Tapi setelah dikasih alat dari Antam, ibu enggak perlu lagi punya banyak pegawai dirumah neng, cukup dengan 3 orang aja bisa dapet 1,2 ton sekali produksinya. (SK, 54 tahun) Informasi yang didapat tidak hanya didapatkan dari responden, pernyataan dari pendamping melalui wawancara mendalam mendukung pernyataan informan sebagai berikut. “Kenapa harus sumberdaya lokal nontambang neng. Jadi begini, sekarang kan tambangnya udah mulai habis, jadi kita persiapkan masyarakat agar bisa bertahan hidup meskipun tidak menjadi penambang. Di Kecamatan Cibeber punya potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan neng, seperti pisang, singkong, dan lain-lain. Tapi yang menjadi kendala adalah merubah pola fikir dan mental masyarakat agar mau berwirausaha. Karena mereka merasa, keuntungan dari berwirausaha tidak seberapa dibanding menjadi penambang emas. Disamping itu juga, kta mendorong masyarakat yang memiliki industri kecil-kecilan dirumahnya kita bantu meningkatkan produksi dan bantu memasarkan produknya” (TD, 40 tahun, Pendamping Program CSR) Tabel 29 Hasil uji korelasi antara tingkat peran pendamping dengan tingkat kemandirian
Peran Pendamping Peran Fasilitatif Peran Mendidik Peran Perwakilan
Kemandirian Intelektual (γs) Sig
Tingkat Kemandirian Kemandirian Kemandirian Material Manajemen (γs) Sig (γs) Sig
0,357
0,086
0,507*
0,011
0,630**
0,001
0,586**
0,003
0,607**
0,002
0,726**
0,000
0,535**
0,007
0,636**
0,001
0,808**
0,000
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan: (γs) : koefisien korelasi Sig: Signifikasi (2-tailed) Hubungan antara tingkat peran pendamping dalam memfasilitasi dengan Tingkat Kemandirian Penerima Program Pada bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingkat peran pendamping dalam memfasilitasi dengan tingkat kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen. Uji pertama, yaitu uji hubungan
57 antara tingkat peran pendamping dalam memfasilitasi dengan tingkat kemandirian intelektual. Berdasarkan Tabel 29, didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,357 dan nilai signifikasi 0,086. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0,086 > 0,05). Dari output tersebut dapat disimpulkan bahwa karena signifikansi > 0,05, maka H0 diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara peran pendamping dalam memfasilitasi dengan kemandirian intelektual penerima program. Uji kedua yaitu uji antara peran pendamping dalam memfasilitasi dengan tingkat kemandirian material dinyatakan berhubungan positif dengan nilai korelasi 0,507 dan taraf nyata 5 %. Uji ketiga yaitu uji antara peran pendamping dalam memfasilitasi dengan kemandirian manajemen dinyatakan berhubungan positif dengan nilai korelasi 0,630 dan taraf nyata 1%. Hubungan antara tingkat peran pendamping dalam mendidik dengan Tingkat Kemandirian Penerima Program Pada bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingkat peran pendamping dalam mendidik dengan tingkat kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen. Berdasarkan tabel 29, terlihat bahwa tingkat peran pendamping dalam mendidik berhubungan positif dengan semua jenis tingkat kemandirian (kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen). Uji pertama yaitu uji antara tingkat peran pendamping dalam mendidik dengan tingkat kemandirian intelektual. Berdasarkan tabel 29, terlihat bahwa tingkat peran pendamping dalam mendidik berhubungan positif dengan tingkat kemandirian intelektual pada nilai korelasi 0,586 dan taraf nyata 1 %. Hal ini menunjukkan semakin tinggi peran pendamping dalam mendidik semakin tinggi pula tingkat kemandirian intelektual penerima program. Uji kedua yaitu uji antara tingkat peran pendamping dalam mendidik dengan tingkat kemandirian material dinyatakan berhubungan positif dengan nilai korelasi 0,607 dan taraf nyata 1%. Uji ketiga yaitu uji antara peran pendamping dalam mendidik dengan tingkat kemandirian manajemen dinyatakan berhubungan positif dengan nilai korelasi dan taraf nyata 1%. Hubungan antara tingkat peran pendamping dalam perwakilan dengan Tingkat Kemandirian Penerima Program Pada bagian ini memaparkan analisis hubungan antara tingkat peran pendamping dalam perwakilan dengan tingkat kemandirian intelektual, kemandirian material dan kemandirian manajemen. Berdasarkan tabel 29, terlihat bahwa tingkat peran pendamping dalam perwakilan berhubungan positif dengan semua jenis tingkat kemandirian (kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen). Uji pertama yaitu uji antara tingkat peran pendamping dalam perwakilan dengan tingkat kemandirian intelektual. Berdasarkan tabel 29, terlihat bahwa tingkat peran pendamping dalam mendidik berhubungan positif dengan tingkat kemandirian intelektual pada nilai korelasi 0,535 dan taraf nyata 1 %. Hal ini menunjukkan semakin tinggi peran pendamping dalam perwakilan semakin tinggi pula tingkat kemandirian intelektual penerima program. Uji kedua yaitu uji antara tingkat peran pendamping dalam perwakilan dengan tingkat kemandirian material berhubungan positif dengan tingkat kemandirian material pada nilai korelasi 0,636 dan taraf nyata 1%. Uji ketiga yaitu antara tingkat peran pendamping dalam perwakilan dengan tingkat kemandirian manajemen berhubugan positif 0,808 dan taraf nyata 1%.
58
59 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Provinsi Banten merupakan daerah pertambangan emas. Dalam rangka memberdayakan masyarakat CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok bekerjasama dengan Chain Center Universitas Gajah Mada melakukan program pendampingan dan pembinaan UMKM. Adanya peran pendamping dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk berpengaruh pada kemandirian penerima program. Pemberdayaan yang dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya lokal nontambang membantu masyarakat untuk mau membuka diri melalui pengetahuan dan pengalaman dari pelatihan yang didapatkan. Karakteristik sosial ekonomi penerima program pendampingan dan pembinaaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, motif berwirausaha, dan pengalaman berwirausaha. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Separman tingkat pendidikan, motif berwirausaha, dan pengalaman berwirausaha tidak berhubungan dengan tingkat kemandirian penerima program. Sedangkan tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan yang sedang dengan tingkat kemandirian penerima program. Peran pendamping secara total dalam program pendampingan dan pembinaan UMKM tergolong tinggi. Akan tetapi diantara ketiga peran, peran pendamping dalam perwakilan tergolong rendah. Kemandirian penerima program secara total termasuk kategori tinggi baik kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian manajemen. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Separman peran pendamping memiliki hubungan yang tinggi dengan tingkat kemandirian penerima program. Saran Program pendampingan dan pembinaan UMKM CSR PT Aneka Tambang Tbk berdampak positif bagi masyarakat sekitar perusahaan. Pendampingan dan pembinaan UMKM tersebut terbukti membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk usaha masyarakat. Namun ada beberapa saran yang dapat direkomendasikan terkait dengan pelaksanaan program ini: 1. Perusahaan sebaiknya memperhatikan keberlanjutan dari program pendampingan dan pembinaan UMKM, karena dari beberapa responden ada yang berhenti produksi dikarenakan sulitnya bahan mentah untuk produksi dan juga terhambat pemasarannya 2. Perlu meningkatkan kompetensi pendamping program CSR khususnya dalam hal peran pendamping dalam perwakilan untuk meningkatkan masyarakat agar bisa mandiri dalam hal memperluas jangkauan pasar. 3. Sebelum mengadakan program CSR, sebaiknya perusahaan harus memahami kultur masyarakat baik secara sosial maupun budaya, agar program yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan penerima programnya semakin menyebar.
60
61 DAFTAR PUSTAKA
Agusta I, Tetiani A, Fujiartanto. 2014. Indeks Kemandirian Desa: Metode, Hasil, dan Alokasi Program Pembangunan. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Ambadar J. 2008. CSR Dalam Praktik di Indonesia. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Ariefianto L. 2015. Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Semen Indonesia Tbk Dan Dampaknya Terhadap Keberdayaan Masyarakat. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. [Internet]. [diunduh pada 2016 Februari 13]; 4 (2) : 115 – 134. Tersedia pada http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/ article/download/1556/1272 Ife J, dan Tesoriero F. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Karsidi R. 2007. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kecil Dan Mikro (Pengalaman Empiris Di Wilayah Surakarta Jawa Tengah). Jurnal Penyuluhan. 3 (2) : 136 – 145. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 13]. Tersedia pada http://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/download/ 2161/1191 Mapisangka. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Jurnal JESP. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 1]; 1 (1). Tersedia pada: http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/ANDI_M-CSR.pdf Marnely T. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis. 2 (2) April : 49 – 59 [internet]. [diunduh 2016 Februari 13]. Tersedia pada http://ejournal.unri.ac.id/ index.php/JAB/article/view/910/903 Mutmainna, SMti. 2014. Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina. Sodality : Jurnal Sosiologi Pedesaan. 2(3) Desember : 171 – 181. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 2]. Tersedia pada http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/9424/7387 Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia Papilaya C. 1996. Tingkat Kemandirian Peserta dan Nonpeserta Pelayanan Pemberdayaan “Ekonomi Rakyat” (Kasus pada Pengusaha Mikro di Desa Waai dan Desa Tial Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Partomo TS, Soedjono AR. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia Priana MA. 2004. Identifikasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kemandirian petani dalam melakukan usaha Agroforesti (Kasus Usaha Agroforesti Pohpohan di Hutan Pinus dan Damar Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor). [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Puerwanto. 2010. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta (ID) : Pustaka Pelajar Radyati. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jakarta (ID) : Indonesia Business Links
62 Rahman R. 2009. Corporate Social Responsibility: Antara Teori dan Kenyataan. Jakarta (ID): PT Buku Kita Singarimbun M, Effendi S dan Tukiran [editor]. 2011. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S Suharto. 2010. Membangun Masyarakat. Memberdayakan Rakyat. Bandung : Reflika Aditama Sukada S, Wibowo P, Ginano K, Jalal, Kadir I, Rahmat T. 2007. CSR for Better Life : Indonesian Context membumikan bisnis berkelanjutan : memahami konsep dan praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta (ID) : Indonesia Business Links Supriyanto. 2006. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sebagai salah satu upaya penanggulangan kemiskinan. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. 3 (1) : 1 – 16 April. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 4]; Tersedia pada http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/download/ 627/490 Susanto. 2010. Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat. [Internet]. [diunduh 2016 Januari 20]; 8 (1) : 77 – 89. Tersedia pada http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view/5696/4324 Suyono H. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung (ID): Alfabeta Soesilowati E, Indriyanti DR, Widiyanto. 2011. Model Corporate Social Responsibility dalam Program Pemberdayaan Petani Hortikultura. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 12 (1) : 102 – 117. [Internet]. [diunduh 2016 Januari 19]; Tersedia pada http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article /view/209/196 Tanudjaja. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia. Jurnal Nirmana. [Internet]. [diunduh pada 2016 Januari 11]; 8 (2) : 92 - 98. Tersedia pada http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/view/209/196 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. [Internet]. [Diunduh 2016 Februari 18]. Tersedia pada http://www.bi.go.id/id/tentangbi/uubi/Documents/UU20Tahun2008UMKM. pdf Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. [Internet]. [Diunduh 2016 Februari 18]. Tersedia pada http://aria.bapepam.go.id/ reksadana/files/regulasi/UU%2040%202007%20Perseroan%20Terbatas.pdf Widyani WM. 2013. Pentingnya Pola Kemitraan dalam rangka meningkatkan peran dan kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah di Jawa Timur Periode 2016 – 2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 6]; 2(2): 1 – 12. Tersedia pada http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/download/566/542 Wahyuningrom Y, Noor I, Wachid A. 2014. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan). Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [diunduh 2015 September 29]; 1(5): 109 – 115. Tersedia pada: http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/ 340s
63 Wibisono Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik (ID) : Fascho Publishing Yentifa A. 2008. CSR Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. [Internet]. [diunduh 2015 Desember 1]; 2 (3) : 41 - 46. Tersedia pada http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JAM/ article/view/511/488
64
65
LAMPIRAN
66 Lampiran 1 Peta Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten
67 Lampiran 2 Jadwal penyusunan skripsi tahun 2016 Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal skripsi Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Uji petik Sidang skripsi Perbaikan laporan penelitian
Januari Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
68 Lampiran 3 Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dan tingkat kemandirian penerima program CSR Correlations Tingkat Pendidikan Spearman's rho Tingkat Pendidikan
Total Kemandirian
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Total Kemandirian
1,000
,333
. 24
,112 24
,333
1,000
,112 24
. 24
Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendapatan dan tingkat kemandirian penerima program CSR Correlations Tingkat Total Pendapatan Kemandirian Spearman's rho Tingkat Pendapatan
Total Kemandirian
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1,000
,449*
. 24
,028 24
,449*
1,000
,028 24
. 24
69 Hasil uji korelasi rank spearman antara jumlah tanggungan keluarga dan tingkat kemandirian penerima program CSR Correlations Jumlah Tanggungan Keluarga
Total Kemandirian
Spearman's rho Jumlah Tanggungan Keluarga
Correlation 1,000 Coefficient Sig. (2. tailed) N 24 Total Correlation ,408* Kemandirian Coefficient Sig. (2,048 tailed) N 24 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
,408* ,048 24 1,000 . 24
Hasil uji korelasi rank spearman antara motif berwirausaha dan tingkat kemandirian penerima program CSR Correlations Motif Berwirausaha Spearman's rho
Motif Berwirausaha
Total Kemandirian
Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N
Total Kemandirian
1,000
,000
.
1,000
24
24
,000
1,000
1,000
.
24
24
70 Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat peran pendamping dan tingkat kemandirian penerima program CSR Correlations Tingkat Tingkat Peran Kemandirian Pendamping Spearman's rho Tingkat Peran Pendamping
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N Tingkat Correlation Kemandirian Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1,000
,764**
.
,000
24
24
,764**
1,000
,000 24
. 24
71 Lampiran 4 Kuesioner No. Responden: _______________
Tanggal: ______________
KUESIONER “HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERAN PENDAMPING DENGAN KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY” (Kasus: Program UMKM CSR PT Aneka Tambang Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak) IDENTITAS DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama : ________________________________ Jenis Kelamin : L / P Alamat : ________________________________ No. HP/Telp. : ________________________________ A. Tingkat Karakteristik Sosial Ekonomi Responden No 1.
Karakteristik Tingkat Pendidikan
2.
Penerimaan total keluarga dalam satu bulan Jumlah tanggungan keluarga
3.
4. 5.
Pengalaman berwirausaha Motif berwirausaha
Jawaban 1. Tidak tamat atau tamat SD/sederajat 2. Tamat SMP/sederajat 3. Tamat SMA/sederajat : _____ Rupiah
Kode
: ______orang
: ______ tahun : [1] ikut-ikutan berwirausaha karena melihat keberhasilan usaha orang lain [2] kesadaran sendiri untuk meningkatkan pendapatan/kesejahteraan hidup
B. Tingkat Peran Pendamping No
Pertanyaan
Peran fasilitator 6. Apakah pendamping UMKM memberikan semangat kepada anda mengenai pengembangan
Jawaban Ya Tidak
72 usaha yang anda miliki? 7. Apakah pendamping UMKM bernegosiasi kepada anda untuk mengikuti pembinaan UMKM? 8. Apakah pendamping UMKM memberikan dukungan kepada anda untuk mengembangkan usaha yang anda miliki? 9. Apakah pendamping UMKM berperan dalam membantu proses musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama pada saat berdiskusi? 10. Apakah pendamping membantu memfasilitasi kelompok pada saat diskusi? 11. Apakah pendamping UMKM mengajak anda memanfaatkan sumber daya yang ada? 12. Apakah pendamping UMKM berperan dalam mengorganiasikan kelompok? 13. Apakah anda merasa nyaman berkomunikasi dengan pendamping UMKM terkait masalah usaha yang anda miliki? Peran Mendidik 14. Apakah pendamping memiliki keterampilan dalam melakukan proses pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran? 15. Apakah pendamping UMKM memberikan informasi kepada anda terkait inovasi untuk pengembangan usaha anda? 16. Apakah pendamping UMKM memberikan kesempatan kepada anda untuk menyampaikan pendapat? 17. Apakah pendamping UMKM memberikan kebebasan kepada anda untuk berfikir kreatif menyelesaikan permasalahan anda sendiri? 18. Apakah pendamping UMKM memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan anda? 19. Apakah pendamping memberikan pengajaran kepada anda mengenai laporan keuangan? Peran Perwakilan 20. Apakah pendamping memiliki keterampilan dalam mencari sumber daya berupa alat untuk menunjang usaha anda? 21. Apakah pendamping memiliki kemampuan dalam memanfaatan media cetak sebagai alat promosi usaha anda? 22. Apakah pendamping memiliki keterampilan dalam membangun hubungan dengan mitra usaha anda? 23. Apakah pendamping memiliki keterampilan melakukan advokasi kepada mitra usaha terkait
73
24.
usaha anda? Apakah pendamping berbagi pengalaman yang pernah dialaminya dalam membina UMKM?
C. Tingkat Kemandirian No
Pernyataan
Kemandirian Intelektual memiliki kemampuan dalam 25. Saya mengembangkan usaha dengan cara saya sendiri 26. Saya mampu mengatasi masalah berkaitan dengan usaha yang sedang saya jalankan 27. Saya mengikuti kegiatan lain diluar pembinaan UMKM 28. Saya mampu berfikir mandiri mengenai kegiatan yang akan dilakukan tanpa intruksi pendamping 29. Saya memiliki ide membuat produk baru setelah mengikuti pendampingan UMKM Kemandirian Material 30. Saya mampu menyediakan peralatan untuk usaha saya sendiri 31. Saya menyediakan bahan-bahan untuk usaha saya sendiri 32. Saya menggunakan modal yang berasal dari saya sendiri 33. Setelah ada pendampingan UMKM, saya dapat meningkatkan penjualan usaha ada pendampingan UMKM, 34. Setelah keuntungan yang saya dapatkan melebihi dari biasanya 35. Setelah ada pendampingan UMKM, akses pasar yang bisa saya jangkau semakin luas 36. Setelah ada pendampingan UMKM, saya memiliki akses untuk menggunakan alat produksi yang tidak saya miliki Kemandirian Manajemen 37. Saya melaksanakan kegiatan pendampingan UMKM sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan 38. Saya mampu menyelesaikan pesanan tepat waktu 39. Saya mampu bekerjasama dengan pihak lain
Jawaban Ya
Tidak
74
40. 41. 42.
untuk mempromosikan usaha saya Saya membuat media sosial untuk pemasaran produk usaha saya Setelah mengikuti pendampingan UMKM, saya mampu mengelola keuangan saya Setelah mengikuti pendampingan UMKM, saya mampu mengevaluasi mengenai usaha yang sedang saya jalankan
75 Lampiran 5 Panduan wawancara mendalam PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERAN PENDAMPING DENGAN KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Informan: Pihak PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok Hari / Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara Nama dan Umur Informan Jabatan
: : : :
1. Bagaimana sejarah PT Aneka Tambang Unit Pascatambang Cikotok mulai melaksanakan CSR? 2. Sejak kapan mulai dilaksanakan? 3. Program CSR apa saja yang telah dilakukan PT Aneka Tambang Unit Pascatambang Cikotok? 4. Siapa saja sasaran dari program CSR? 5. Apakah visi dan misi CSR bagi perusahaan? 6. Berapa besar dana yang dialokasikan untuk CSR? Apakah setiap tahunnya sama atau tidak? 7. Apakah makna pemberdayaan bagi perusahaan? 8. Apakah ada persyaratan khusus untuk masyarakat yang akan diberikan pendampingan program UMKM? 9. Apakah adanya program CSR mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar perusahaan? 10. Bagaimana mekanisme persetujuan dilaksanakannya CSR oleh perusahaan? 11. Bagaimana mekanisme survey dalam pelaksanaan CSR untuk suatu tempat dan sasaran? Berapa lama? Dibantu siapa? 12. Apakah program CSR yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan sebelumnya? 13. Sektor apa saja yang menjadi prioritas atau sering dilakukan perusahaan dalam menjalankan CSR? Mengapa? 14. Mengapa perusahaan memilih bermitra dengan ChAIN Center UGM untuk melakukan pendampingan terhadap pelaku UMKM? 15. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk merancang pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pembinaan dan pendampingan UMKM? 16. Siapa sajakah stakeholder yang terkait dalam program UMKM? 17. Mengapa mereka terlibat dalam program UMKM? 18. Bagaimana perusahaan menentukan para pelaku UMKM yang akan dibina? Apakah dengan melakukan survei? 19. Sudah berapa lama program pendampingan UMKM? 20. Bagaimana respon masyarakat yang menerima program UMKM?
76 PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERAN PENDAMPING DENGAN KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Informan: Tenaga Pendamping CSR PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok Hari / Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara Nama dan Umur Informan Jabatan 1. 2. 3. 4.
: : : :
Sejak kapan Bapak menjadi pendamping program CSR? Desa mana saja yang Bapak bina? Berapa jumlah total penerima program CSR yang sudah Bapak Bina? Kendala apa saja yang Bapak temukan di lapangan terkait pendampingan terhadap para pelaku UMKM? 5. Apakah setiap ada program CSR, masyarakat ikut dilibatkan dari mulai perencanaan hingga evaluasi program? 6. Apa perubahan yang terjadi setelah adanya program pembinaan dan pendampingan pada para pelaku UMKM? 7. Bagaimana proses pendekatan yang Bapak lakukan kepada para pelaku UMKM agar mereka mau dibina? 8. Bagaimana cara membangkitkan motivasi para penerima UMKM? 9. Bagaimana cara meningkatkan keterampilan para penerima UMKM? 10. Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan terkait usaha yang mereka jalankan? 11. Berapa kali anda mendampingi penerima UMKM dalam satu bulan? 12. Pelatihan dalam bentuk apa yang anda berikan kepada penerima program UMKM? 13. Apakah pernah mengajak pihak lain untuk menjadi pelatih bagi para pelaku UMKM? 14. Apa tanggapan mereka setelah melatih? 15. Apa indikator keberhasilan dari suatu program yang telah Bapak dampingi?
77 PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERAN PENDAMPING DENGAN KEMANDIRIAN PENERIMA PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Responden : Masyarakat yang menerima program pemberdayaan CSR Hari / Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara Nama dan Umur Informan Jabatan
: : : :
1. Sejak kapan Bapak/Ibu mengikuti program CSR? 2. Dari mana Bapak/Ibu mengetahui informasi adanya program CSR? 3. Mengapa Bapak/Ibu tertarik untuk mengikuti pendampingan dan pembinaan UMKM? 4. Menurut Bapak/Ibu pihak mana saja yang terlibat dalam program CSR? 5. Sampai sejauh ini apakah Bapak/Ibu merasakan manfaat dari adanya program CSR?? 6. Manfaat apa saja yang Bapak/Ibu rasakan? 7. Sampai saat ini apakah program pendampingan UMKM masih berjalan? 8. Menurut Bapak/Ibu apakah program CSR yang telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat? 9. Bagaimana kedekatan Bapak/Ibu terhadap pendamping UMKM? 10. Bagaimana keterampilan Bapak/Ibu membuat alat produksi untuk usaha Bapak/Ibu setelah adanya pendampingan? 11. Semenjak adanya pendampingan program, bagaimana keuntungan ekonomi yang Bapak/Ibu peroleh? Apakah meningkat? 12. Semenjak adanya pendampingan program, bagaimana jangkauan pasar yang Bapak/Ibu akses? Apakah lebih luas? 13. Semenjak adanya pendampingan program, apakah anda dapat mengakses alat produksi yang tidak anda miliki? 14. Apa harapan Bapak/Ibu terhadap adanya pendampingan UMKM ini?
78 Lampiran 6 Format Catatan Harian CATATAN HARIAN KE“Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Peran Pendamping Program Corporate Social Responsibility dengan Kemandirian Penerima Program (Kasus : Program UMKM CSR PT Aneka Tambang Unit Pascatambang Cikotok di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak) Topik
:
Metode
:
Informan/Partisipan
:
Hari & Tanggal
:
Waktu & Durasi
:
Tempat
:
Kondisi & Situasi
: DESKRIPSI
INTERPRETASI
79 Lampiran 7 Daftar Responden Daftar responden Penerima program pendampingan UMKM CSR Pascatambang Cikotok No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama RS PL LU SK MS
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
SM JM SH KR SP AH JU JR MI JH US AN RN AD HN PN HL SA JY
Jenis Usaha Pangsit Tempe Kue Kering Lanting Singkong Lanting Singkong keriping pisang Tahu Opak singkong Tempe Gula Aren Gula Aren Opak singkong Keripik pisang Opak singkong Keripik pisang Keriping singkong Keripik singkong Keripik pisang Keriping pisang Keripik singkong Tahu dan tempe Gula aren Gula aren Gula aren Gula aren
Alamat Desa Cikotok Desa Cikotok Desa Cikotok Desa Cikotok dan Desa Ciherang Desa Ciherang Desa Cibeber Desa Ciherang Desa Ciherang Desa Ciherang Desa Cibeber Desa Cibeber Desa Cibeber Desa Cikotok Desa Cibeber Desa Cibeber Desa Cibeber Desa Cibeber Desa Cibeber Desa Cikotok Desa Ciherang Desa Ciherang Desa Ciherang Desa Ciherang
80 Lampiran 8 Dokumentasi
Kantor PT Aneka Tambang Tbk Unit Pascatambang Cikotok
Surat Ijin Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)
Wawancara mendalam dengan pendamping program
81
Bantuan Peralatan dari Antam untuk produksi lanting singkong
Foto bersama Responden penerima program pendampingan dan pembinaan UMKM
Hasil produksi penerima program pendampingan dan pembinaan UMKM
82
RIWAYAT HIDUP Elsa Destriapani lahir di Cibeber, Kabupaten Lebak Provinsi Banten pada tanggal 22 Desember 1993. Penulis lahir dari pasangan Marjaya dan Maryati. Pendidikan formal yang pernah dijalani yaitu SDN 2 Cikotok, Lebak, Banten pada tahun 2000-2006. Pada tahun 2006-2009, penulis bersekolah di SMPN 1 Cibeber, Banten dan tahun 2009-2012 di SMAN 1 Cibeber, Banten. Selanjutnya pada tahun 2012 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Ekologi Manusia dengan Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) PT Aneka Tambang Tbk. Selama duduk di bangku kuliah, selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif di organisasi dan kepanitiaan. Organisasi yang dijalani semasa kuliah adalah Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Alhurriyyah dari kepengurusan tahun 2012-2014 di departemen media cetak. Penulis juga aktif di Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Forsia Fema tahun 2014-2015 sebagai koordinator akhwat. Penulis juga pernah berkesempatan menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tahun ajaran 2014-2015 dan 2015-2016. Tidak hanya organisasi, penulis aktif di berbagai kepanitiaan antara lain Beauty in Action (2013), IPB Islamic Festival (2013) dan (2014), Forsia Islamic Festival (2014), dan Seminar Pra Nikah (2015). Adapun kegiatan volunteer yang penulis ikuti adalah Komunitas Mahasiswa Cinta Palestina (2016), Komunitas Peduli Autis Bogor (2016) dan Future Leader for Anti Corruption (FLAC) Bogor (2016).