HUBUNGAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN REPUTASI PERUSAHAAN (Kasus: Program CSR PT ANTAM (Persero) Tbk, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
DAMAYANTI SYAHRIANI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Komunikasi Corporate Social Responsibility dengan Reputasi Perusahaan (Kasus: Program CSR PT ANTAM (Persero) Tbk, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2017
Damayanti Syahriani NIM I34130152
iv
v
ABSTRAK DAMAYANTI SYAHRIANI. Hubungan Komunikasi Corporate Social Responsibility dengan Reputasi Perusahaan (Kasus: Program CSR PT ANTAM (Persero) Tbk, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan MAHMUDI SIWI. Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan dalam mengurangi dampak dari aktivitas bisnis perusahaannya. Program CSR hendaknya didukung dengan strategi komunikasi agar pelaksanaannya berjalan efektif. Pada masing-masing perusahaan memiliki strategi komunikasi CSR yang berbeda. Pelaksanaan strategi komunikasi CSR ini memberikan dampak pada reputasi perusahaan, hal tersebut merupakan suatu bagian yang sangat penting untuk mendukung keberlanjutan sebuah perusahaan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi strategi komunikasi perusahaan dalam melaksanakan program CSR serta hubungan strategi komunikasi CSR terhadap reputasi perusahaan. Penelitian ini dilakukan di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan menggunakan pendekatan kuantitatif didukung dengan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan cara clustering pada ketiga program yang ada dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik pengirim pesan dengan efektivitas pesan CSR, strategi komunikasi dengan efektivitas pesan CSR dan efektivitas pesan CSR dengan reputasi perusahaan. Kata Kunci: keberlanjutan, strategi komunikasi, tanggung jawab sosial. ABSTRACT DAMAYANTI SYAHRIANI. The Relation of Corporate Social Responsibility with Corporate Reputation (Case: CSR Program of PT ANTAM (Persero) Tbk, in Malasari Village, Nanggung Regency, District of Bogor, West Java). Supervised by MAHMUDI SIWI. Corporate Social Responsibility (CSR) program is a form of company’s social responsibility in decreasing the impact of company’s business process. CSR program needs to be supported by a communication strategy to achieve an effective implementation. Communication strategy of each company is different. The implementation of communication strategy will affect the corporate reputation which is important in order to have a sustainable company. This research aims to identify the communication strategy of CSR program and its relation with corporate reputation. This research is conducted in Malasari Village, Nanggung Regency, District of Bogor, West Java using quantitative and qualitative approach. Quantitative approach is used by clustering three programs with 40 respondents. The result shows a relation of sender characteristic with the effectivity of CSR message, communication strategy with the effectivity of CSR message, and the effectivity of CSR message with corporate reputation. Keyword: communication strategy, social responsibility, sustainability.
vi
vii
HUBUNGAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN REPUTASI PERUSAHAAN (Kasus: Program CSR PT ANTAM (Persero) Tbk, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
DAMAYANTI SYAHRIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
viii
ix
x
xi
PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Komunikasi Corporate Social Responsibility dengan Reputasi Perusahaan (Kasus: Program CSR PT ANTAM (Persero) Tbk, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.)” untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang terlibat dan mendukung penulis. Maka dari itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar dan selalu membimbing, memberikan saran, inspirasi dan semangat selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Tidak lupa terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Ahmad Syahil dan Ibunda Akbarani yang tak hentinya memberikan dukungan, semangat serta kasih sayangnya kepada penulis. Selain itu, terima kasih kepada pemerintah Desa Malasari, tokoh masyarakat, serta seluruh responden yang telah membantu proses penelitian hingga selesai. Terima kasih atas segala dukungan dan semangat yang diberikan Charity Naysa, Fevi Rahma Dwi Putri, Aisyah Wara Khaleda dan Dini R Danti sebagai rekan satu bimbingan “Beskem Foundation 2.0”. Serta kepada sahabat Jamaludin Arsyad, Dea Kandita, Wulan Anggraeni, Khairunisa Azzahra, Dania Damara, Nuraini Ayutjik dan Marwiah yang selalu setia menemani dan membantu selama masa penulisan skripsi. Tidak lupa kepada seluruh rekan SKPM 50 yang telah menyemangati, memberikan bantuan, semangat doa dan canda tawa serta terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2017
Damayanti Syahriani
xii
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang
xvi xviii xviii 1 1
Rumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
4
Kegunaan Penelitian
4
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Komunikasi dan Reputasi Perusahaan
5 5 5
Definisi Komunikasi
5
Unsur-unsur Komunikasi
5
Strategi Komunikasi
7
Definisi Reputasi Perusahaan
8
Dimensi Reputasi Perusahaan
10
Komunikasi Membangun Reputasi Perusahaan
11
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
11
Sejarah CSR
11
Definisi CSR
12
CSR di Indonesia
13
Regulasi CSR di Indonesia
13
Dimensi CSR
15
Standar pengukuran CSR
16
Kerangka Pemikiran
18
Hipotesis Penelitian
20
METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan dan Metode Penelitian
21 21
Lokasi dan Waktu Penelitian
21
Teknik Pengumpulan Data
22
Teknik Penentuan Informan dan Responden
23
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
23
Definisi Operasional
24
Karakteristik Pengirim Pesan
24
Strategi Komunikasi CSR
25
Efektivitas Pesan CSR
26
xiv
Reputasi Perusahaan GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Wilayah Desa Malasari
27 29 29
Kondisi Geografis
29
Kondisi Demografi dan Sosial Budaya
30
Kondisi Ekonomi dan Ketenagakerjaan
32
Profil Pelaksanaan CSR ANTAM
33
Gambaran Umum ANTAM
33
Program CSR ANTAM
33
Gambaran Responden Penelitian
35
Ikhtisar
38
KARAKTERISTIK PENGIRIM PESAN Kredibilitas Pengirim Pesan
39 39
Keterampilan Berkomunikasi
39
Personality
40
Kemampuan Komunikator Memperhitungkan Harapan Komunikan
40
Ikhtisar
41
STRATEGI KOMUNIKASI Informing
43 43
Responding
43
Involving
44
Ikhtisar
44
EFEKTIVITAS PESAN CSR Aktual
45 45
Informatif
45
Edukatif
46
Persuasif
46
Ikhtisar
47
REPUTASI PERUSAHAAN Citra Kredibilitas
49 49
Terpercaya
49
Keterandalan
50
Tanggungjawab Sosial
51
Ikhtisar
51
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGIRIM PESAN TERHADAP EFEKTIVITAS PESAN CSR 53 HUBUNGAN STATEGI KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS PESAN CSR 55
xv
HUBUNGAN EFEKTIVITAS PESAN CSR TERHADAP REPUTASI PERUSAHAAN 57 IKHTISAR 59 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
61 61 61 63 67 81
xvi
DAFTAR TABEL 1 Dimensi CSR 15 2 Indikator Kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) 16 3 Kebutuhan data dan metode pengumpulan data dalam penelitian 22 4 Definisi Operasional Karakteristik Pengirim Pesan 25 5 Definisi Operasional Strategi Komunikasi CSR 26 6 Definisi Operasional Efektivitas Pesan CSR 27 7 Definisi Operasional Reputasi Perusahaan 28 8 Luas lahan menurut jenis penggunaan di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor tahun 2016 29 9 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis kelamin di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor tahun 2016 30 10 Jumlah dan persentase penduduk menurut kelompok umur di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor tahun 2016 31 11 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor tahun 2016 31 12 Jumlah sarana dan prasarana rumah ibadah di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor 2016 32 13 Jumah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Malasari tahun 2016 32 14 Jumlah dana program CSR ANTAM tahun 2013-2015 34 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 36 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan golongan usia di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 36 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 36 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan alamat di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 37 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tahun bergabung dengan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 37 20 Jumlah dan persentase responden yang mendapat program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 37 21 Jumlah dan persentase responden yang mendapat program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 38 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kredibilitas pengirim pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 39 23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keterampilan berkomunikasi CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 40
xvii
24 Jumlah dan persentase responden berdasarkan personality pengirim pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 40 25 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 41 26 Jumlah dan persentase responden berdasarkan informing CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 43 27 Jumlah dan persentase responden berdasarkan responding terhadap program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 44 28 Jumlah dan persentase responden berdasarkan involving terhadap program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 44 29 Jumlah dan persentase responden berdasarkan aktual dalam efektivitas pesan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 45 30 Jumlah dan persentase responden berdasarkan informatif dalam efektivitas pesan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 45 31 Jumlah dan persentase responden berdasarkan edukatif dalam efektivitas pesan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 46 32 Jumlah dan persentase responden berdasarkan persuasif dalam efektivitas pesan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 47 33 Jumlah dan persentase responden berdasarkan citra kredibilitas terhadap reputasi perusahaan ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 49 34 Jumlah dan persentase responden berdasarkan terpercaya terhadap reputasi perusahaan ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 50 35 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keterandalan terhadap reputasi perusahaan ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 50 36 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tanggungjawab sosial terhadap reputasi perusahaan ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 51 37 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik pengirim pesan dan efektivitas pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 53 38 Hasil analisis uji statistik Rank Spearman antara karakteristik pengirim pesan terhadap efektivitas pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 54 39 Jumlah dan persentase responden menurut strategi komunikasi dan efektivitas pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 55
xviii
40 Hasil analisis uji statistik Rank Spearman antara strategi komunikasi terhadap efektivitas pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 56 41 Jumlah dan persentase responden menurut efektivitas pesan CSR dan reputasi ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 57 42 Hasil analisis uji statistik Rank Spearman antara efektivitas pesan CSR terhadap reputasi ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 58
DAFTAR GAMBAR 1 Unsur-unsur Komunikasi 2 Teori Reputasi 3 Kerangka Analisis Penelitian 4 Peta lokasi penelitian 5 Penerima Program Kemitraan 6 Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 7 Program Gazebo dan MCK 8 Program Bantuan Renovasi Kantor Desa 9 Program Bantuan Mobil Siaga 10 Bersama Penerima Program Sentra Buah-buahan 11 Penerima Program Budidaya Domba 12 Wawancara Responden
7 9 20 69 76 76 77 77 78 78 79 79
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Lokasi Penelitian 2 Tulisan Tematik 3 Dokumentasi Penelitian 4 Jadwal Penelitian
69 70 76 80
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan (Suharto 2007). Pandangan yang lain dipaparkan oleh Elkington (1998) bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang harus dilakukan berdasar atas pedoman 3p yaitu: profit, planet, and people yang kerap dikenal sebagai triple bottom line. Wujud dari tanggung jawab CSR mempunyai peranan yang cukup penting dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development. Di Indonesia pelaksanaan CSR telah diatur secara tegas dalam UndangUndang Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal dan Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas. Dalam pasal 15 huruf b UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan “Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan” dan pada pasal 1 angka 3 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan: “Tanggung jawab sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya” (Fajar 2010:1) Susanto (2007) menjelaskan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dari pelaksanaan aktivitas CSR, antara lain: 1) mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. 2) CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis 3) munculnya keterlibatan dan kebanggaan dari karyawan pada perusahaan yang memiliki reputasi baik 4) CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dan para stakeholder-nya; dan 5) meningkatkan penjualan yakni, konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik. Pelaksanaan program CSR hendaknya didukung dengan strategi komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan, karena mengkomunikasikan aktivitas CSR kepada stakeholders baik internal maupun eksternal merupakan salah satu tahapan penting dalam keseluruhan implementasi program CSR. Morsing (2006) yang dikutip oleh Rusdianto (2013:21) menyatakan bahwa komunikasi CSR merupakan komunikasi yang dirancang dan didistribusikan oleh perusahaan tentang aktivitas CSR. Dalam hal ini, dengan didukung oleh komunikasi yang baik maka akan menghasilkan program CSR yang efektif. Strategi komunikasi guna meningkatkan kinerja CSR yang dilakukan perusahaan didukung dengan adanya karakteristik pengirim pesan dan efektivitas pesan CSR yang di sampaikan. Manfaat dari komunikasi CSR adalah sebagai penghubung antara perusahaan dengan stakeholders serta menjaga transparansi dan akuntabilitas
2
perusahaan. Oleh karena itu, komunikasi CSR yang baik harus dapat dipercaya, informatif, mendidik, serta terhindar dari emosi yang berlebihan (Rusdianto 2013). Hal ini membuktikan bahwa komunikasi merupakan kunci sukses sebuah program CSR. PT ANTAM (Persero) Tbk (selanjutnya disebut ANTAM) adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang pertambangan. Kegiatan usaha ANTAM tersebar di beberapa wilayah di Indonesia salah satunya di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Wilayah operasional ANTAM berpusat pada Gunung Pongkor di Kecamatan Nanggung yang berbatasan langsung dengan masyarakat. ANTAM tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga melakukan program CSR guna memberikan manfaat kepada masyarakat. Sejak tahun 2000, ANTAM telah melaksanakan kegiatan CSR di lokasi yang berada pada wilayah operasional kerja pertambangan. Kegiatan CSR ANTAM Pongkor dilakukan di sepuluh desa yang berada di Kecamatan Nanggung, salah satunya berada di Desa Malasari. Kegiatan CSR ANTAM yang dilaksanakan di Desa Malasari telah menjadi mitra CSR ANTAM sejak tahun 2008. Berbagai program telah dilaksanakan oleh ANTAM di Desa Malasari. Hingga tahun 2016, tercatat telah tiga jenis program CSR yang dijalankan oleh ANTAM. Ketiga jenis program tersebut terdiri dari program kemitraan, bina lingkungan dan community development. Seperti yang telah dipaparkan bahwa strategi komunikasi CSR jika dikomunikasikan dengan baik dapat menumbuhkan reputasi perusahaan. Suatu perusahaan mempunyai strategi komunikasinya masing-masing dalam membentuk reputasi perusahaan yang postif. Brammer (2005) menjelaskan bahwa menurut survei yang dilakukan di Amerika Serikat, 65 persen dari masyarakat umum menyatakan akan merekomendasikan produk dari perusahaan yang telah menjalankan program CSR. Hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kegiatan CSR terhadap reputasi perusahaan dan terhadap kegiatan bisnis perusahaan semakin besar dari hari ke hari. Hal ini diperkuat dengan hasil Hill and Knowlton’s Corporate Reputation Watch 2004 Survey yang menemukan beberapa hal antara lain: 1) 93% senior executive percaya bahwa pelanggan sangat berpegang pada reputasi perusahaan sehingga menurut mereka reputasi sangat penting, amat sangat penting bahkan 2) 79% senior executive percaya bahwa investor dan pemegang saham berpegang pada reputasi perusahaan. Sehingga bagi mereka reputasi perusahaan itu penting atau sangat penting. 3) Dampak dari good corporate governance akan secara drastis meningkatkan reputasi perusahaan. Bahkan sejak 5 tahun yang lalu 40% senior executive percaya bahwa jika corporate governance kuat, ini akan menjadi faktor potensial merangkul investor dan Corporate Governance adalah salah satu penunjang pembentukan reputasi sebuah perusahaan. Dalam News of PERHUMAS (2004) disebutkan bahwa bagi suatu perusahaan, reputasi merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai harganya sehingga perlu upaya, daya dan biaya digunakan untuk memperolehnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penting untuk meneliti bagaimana hubungan komunikasi CSR yang dilakukan oleh ANTAM dengan reputasi perusahaan? Rumusan Masalah Pelaksanaan CSR di Indonesia telah diatur secara tegas dalam UndangUndang Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal dan Undang-undang
3
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas. Program CSR hendaknya didukung dengan strategi khusus agar pelaksanaannya berjalan efektif dan berkelanjutan. Rusdianto (2013) memaparkan bahwa merencanakan cara komunikasi sangat penting dan mempunyai banyak manfaat untuk berbagai alasan. Penentuan karakteristik pengirim pesan adalah salah satu strategi komunikasi CSR yang dapat dilakukan. Melalui karakteristik pengirim pesan yang baik akan bermanfaat pada pesan yang akan disampaikan. Pesan menurut Cangara (2014) adalah pernyataan yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pernyataan bisa dalam bentuk verbal (bahasa tertulis atau lisan) maupun non-verbal isyarat yang bisa dimengerti oleh penerima. Dalam penyampaian pesan tidaklah mudah, karena maksud sebuah pesan bisa saja diartikan salah oleh penerima pesan, bila hal ini terjadi maka makna pesan yang akan disampaikan tidaklah diterima dengan baik dan terjadi miss communication. Dengan didukung dengan karakteristik pengirim pesan yang baik akan mempermudah dalam mencapai sebuah tujuan. Soemirat (2000) memaparkan beberapa karakteristik pengirim pesan yang dapat menunjang keberhasilan komunikasi yakni kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, dan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan. Kondisi ini menjadi suatu permasalahan yang perlu diteliti untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik pengirim pesan dengan efektivitas pesan CSR ANTAM? Dalam menunjang keberhasilan program CSR strategi komunikasi sangatlah dibutuhkan. Menyusun sebuah strategi komunikasi merupakan suatu seni, bukan sesuatu yang ilmiah, dan ada banyak cara pendekatan yang berbeda untuk melakukan tugas ini (Cangara 2014). Adanya perbedaan strategi komunikasi dalam pelaksanaan program CSR memberi dampak dan manfaat yang berbeda pula. Strategi komunikasi dilakukan untuk menunjang efektivitas pesan sebuah program CSR agar informasinya dapat dengan jelas diketahui oleh masyarakat sasaran. Setiap perusahaan mempunyai strategi komunikasi CSR yang berbeda dalam menyampaikan pesan mengenai program CSR. Untuk itu strategi komunikasi CSR dalam menunjang efektivitas pesan dilakukan agar maksud dan tujuan pesan dapat sampai kepada kelompok sasaran. Berdasarkan kondisi ini menjadi suatu permasalahan yang menarik untuk meneliti bagaimana hubungan strategi komunikasi CSR ANTAM dengan efektivitas pesan? Wahyudi (2001) memaparkan bahwa efektivitas pesan dapat dilihat dari aktual, informatif, edukatif dan persuasif-nya sebuah pesan. Efektivitas pesan CSR dapat mempengaruhi kinerja CSR. Dengan kinerja CSR yang baik maka akan mempengaruhi reputasi perusahaan. Hal ini diperkuat dengan hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa pengaruh kinerja kegiatan CSR terhadap reputasi perusahaan dan kegiatan bisnis semakin besar dari hari ke hari. Reputasi sendiri merupakan aset penting bagi perusahaan, karena kepercayaan publik dibangun berdasarkan reputasi. Di dalam News of PERHUMAS (2004) menyebutkan bahwa citra dan reputasi dari perusahaan adalah sebuah hal yang tidak ternilai harganya. Maka dari itu, sebuah perusahaan berusaha dan berupaya untuk mengembangkan potensi tersebut dari berbagai aspek yang dimiliki oleh perusahaan sebagai unsur pembentuk citra dan juga reputasi dari perusahaan. Kehancuran reputasi perusahaan akan mengakibatkan hancurnya sebuah perusahaan. Menurut survey Delloitte (2013), yang dilakukan pada 300 perusahaan terkemuka dunia, menyatakan bahwa risiko reputasi telah menjadi area risiko utama
4
yang menentukan perubahan dan penyesuaian strategi bisnis perusahaan. Hasil survey ini juga menyatakan bahwa saat ini risiko reputasi telah menjadi area risiko dengan dampak terbesar pada perusahaan-perusahaan dunia. Namun dalam praktiknya, pengelolaan risiko reputasi merupakan salah satu pengelolaan risiko tersulit. Dengan kata lain reputasi yang buruk akan mengakibatkan perusahaan berada dalam kondisi kritis. Menurut Fombrun (1996) ada beberapa cara dalam mengukur reputasi perusahaan yakni citra kredibilitas, terpercaya, keterandalan, dan tanggungjawab sosial. Berdasarkan kondisi ini menarik untuk meneliti bagaimana hubungan efektivitas pesan CSR ANTAM dengan reputasi perusahaan? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Menganalisis hubungan karakteristik pengirim pesan terhadap efektivitas pesan CSR ANTAM 2. Menganalisis hubungan strategi komunikasi CSR ANTAM terhadap efektivitas pesan CSR 3. Mengidentifikasi hubungan efektivitas pesan CSR ANTAM terhadap reputasi perusahaan Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat dan akademisi, masyarakat, pemerintah dan perusahaan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini menjadi dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai komunikasi dalam pelaksanaan program CSR dan pengaruhnya terhadap reputasi. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya terkait bidang komunikasi, CSR dan reputasi. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini membantu kepada masyarakat untuk menyikapi keberadaan program CSR. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan serta memberi manfaat bagi masyarakat dalam mengoptimalkan pelaksanaan program CSR perusahaan melalui komunikasi yang dibangun perusahaan. 3. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan CSR dan program-program pemberdayaan lain bagi masyarakat 4. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam melanjutkan strategi komunikasi CSR yang efektif agar dapat membentuk reputasi perusahaan yang positif.
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Komunikasi dan Reputasi Perusahaan Definisi Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ‘communis’, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya communis adalah communico yang artinya berbagi (Stuart 1983 dalam Vardiansyah 2004). Dari berbagai sumber dan literatur terdapat berbagai definisi komunikasi, seperti yang dipaparkan Ross (1986)1 Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator. Sedangkan menurut Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981)2 Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Adapun McQuail dan Windahl (1981) mendaftarkan beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh ahli lain, seperti berikut: a. penyampaian informasi, ide, sikap atau emosi dari satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya. (Theodorson dan Theodorson), b. terjadi bila suatu sistem (sumber) mempengaruhi yang lain (tujuan) dengan memanfaatkan simbol yang disampaikan melalui saluran yang menghubungkan mereka (Osgood), c. interaksi sosial melalui pesan (Gerbner) Dari definisi para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain baik secara verbal maupun non verbal. Unsur-unsur Komunikasi Unsur-unsur komunikasi menurut Cangara (2014) diawali oleh sumber atau pengirim pesan, baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain. Adapun unsur tersebut dipaparkan sebagai berikut: a. Sumber ialah pihak yang menyampaikan atau mengirim pesan kepada penerima. Sumber sering disebut dengan banyak nama atau istilah, antara lain; komunikator, pengirim, atau dalam bahasa inggris disebut source, sender atau encoder. Sumber pesan atau pengirim pesan memiliki karakteristik yang sangat berpengaruh pada pesan yang disampaikan. Karakteristik pengirim pesan merupakan sifat-sifat yang dimiliki komunikator atau pengirim pesan. Soemirat (2000) memaparkan mengenai pengukuran karakteristik pengirim pesan yakni kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, dan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan. 1 2
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2005, hal 62, Dedy Mulyana Pengantar Ilmu komunikasi, 1998, hal 20, Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.
6
1.
Kredibilitas yaitu menyangkut kepercayaan dan keahlian. Kredibel memiliki beberapa ciri yaitu memiliki energi tinggi dan toleransi terhadap tekanan, rasa percaya diri, kestabilan dan kematangan emosional dan berorientasi kepada keberhasilan 2. Keterampilan komunikasi adalah keahlian, kemampuan, atau kepandaian dalam menyampaikan informasi secara jelas, memiliki rasa empati, memiliki kemampuan mendorong dan memotivasi, memiliki respek pada orang lain, serta mampu bekerjasama secara efektif. 3. Personality yakni harus diperhitungkan seperti cara bertingkah laku, bersikap, berkomunikasi terhadap public atau masyarakat. 4. Kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan adalah dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan dan minat komunikan. b. Pesan ialah pernyataan yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pernyataan bisa dalam bentuk verbal (bahasa tertulis atau lisan) maupun non-verbal isyarat yang bisa dimengerti oleh penerima. Dalam bahasa Inggris pesan bisa diartikan dengan kata message, content, atau information. Dalam penyampaian pesan, efektivitas pesan sangat diperlukan agar maksud dan tujuan pesan dapat sampai kepada penerima pesan. Hal ini tidaklah mudah dan harus didukung degan pengirim pesan, penerima pesan maupun channel atau saluran yang digunakan dalam penyampaian pesan. Wahyudi (2001) memaparkan efektivitas pesan diukur dengan indikator aktual, informatif, edukatif dan persuasif. 1. Aktual adalah penyajian informasi terkini atau up-to-date, cepat, akurat, yang memiliki nilai berita dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. 2. Informatif adalah konsep penyajian isi pesan atau informasi yang lengkap dan mempunyai nilai berita penting, biasanya bersifat universal atau bahkan bisa lebih spesifik mengenai bidang tertentu. 3. Edukatif adalah memberikan pengetahuan dan wawasan khusus kepada penerima pesan. 4. Persuasif adalah kecenderungan untuk mengarahkan, mengajak, atau mempengaruhi aspek kognitif individu untuk membentuk pola perilaku tertentu. c. Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media dalam pengertian di sini berupa media massa yang mencakup surat kabar, radio, film, televisi, dan internet. Bisa juga berupa saluran misalnya saja kelompok pengajian atau arisan, kelompok pendengar dan pemirsa, organisasi masyarakat, rumah ibadah, pesta rakyat, panggung kesenian, serta media alternatif lainnya misalnya poster, leaflet, brosur, buku, spanduk, buletin, stiker dan semacamnya. d. Penerima ialah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim dari sumber kepada penerima. Penerima bisa disebut dengan mana receiver, audience, atau decoder. e. Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
7
f.
g.
seseorang. Pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. Pengaruh bisa disebut dengan nama akibat atau dampak. Umpan balik ialah tanggapan yang diberikan oleh penerima sebagai akibat penerimaan pesan dari sumber. Sebenarnya ada juga yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah efek atau pengaruh. Dalam bahasa Inggris umpan balik sering disebut dengan istilah feedback, reaction, response, dan semacamnya. Lingkungan ialah situasi yang mempengaruhi jalannya komunikasi. Lingkungan dapat di artikan dalam bentuk fisik, sosial, budaya, psikologis dan dimensi waktu. Sebuah informasi tidak bisa dikirim karena terhambat oleh kendala fisik sehingga informasi itu tidak bisa diterima. Misalnya tempatnya jauh di daerah pegunungan, lingkungan sosial budaya masyarakat, lingkungan psikologis masyarakat yang masih trauma akibat bencana yang baru menimpanya, dan sebaliknya.
Sumber: Cangara (2014:36)
Gambar 1 Unsur-unsur Komunikasi Strategi Komunikasi Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Dalam buku berjudul Dimensi-dimensi Komunikasi karya Effendi (1981:301) menyatakan bahwa: “strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara teknis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”.
Strategi komunikasi (Achmad et al, 1997:33) mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kegiatan menyebarluaskan pesan komunikasi kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal serta menjembatani kesenjangan budaya akibat kemudahan yang diperoleh dan kemudahan dioperasionalkannya media massa.
8
Adapun Morsing dan Schulz (2006) memaparkan bahwa strategi komunikasi meliputi informing, responding dan involving. 1. Informing merupakan kemampuan seorang komunikator dalam menyampaikan dan menyebarluaskan pesan kepada komunikan. 2. Responding merupakan kemampuan seorang komunikator dalam menanggapi, membalas atau memberikan feedback kepada komunikan. 3. Involving merupakan kemampuan seorang komunikator dalam melibatkan, mengikutsertakan serta mengajak komunikan untuk terlibat dalam komunikasi. Adapun beberapa kriteria atau standar kualitas strategi komunikasi (Liliweri 2011), yakni: a. Mengidentifikasi visi dan misi. Visi merupakan cita-cita ideal jangka panjang yang dapat dicapai oleh komunikasi. Rumusan visi biasanya terdiri dari beberapa kata yang mengandung tujuan, harapan, cita-cita ideal komunikasi. Dari rumusan visi itulah akan dirumuskan misi yang menjabarkan cita-cita ideal ini. b. Menentukan program dan kegiatan. Program dan kegiatan adalah serangkaian aktivitas yang harus dikerjakan, program dan kegiatan merupakan penjabaran dari misi. c. Menentukan tujuan dan hasil. Setiap program atau kegiatan biasanya mempunyai tujuan dan hasil yang akan diperoleh. Biasanya para perumus kebijakan membuat definisi tentang tujuan dan hasil yang akan dicapai. d. Seleksi audiens yang menjadi sasaran. Perencanaan komunikasi menentukan kategori audiens yang menjadi sasaran komunikasi. e. Mengembangkan pesan. Kriterianya adalah semua pesan yang dirancang sedapat mungkin memiliki isi khusus, jelas, persuasif, dan merefleksikan nilai-nilai audiens, penampilan isi yang dapat memberikan solusi bagi masyarakat, atau menunjukkan tindakan tertentu. f. Identifikasi pembawa pesan. Kriteria komunikator antara lain kredibilitas, kredibilitas dalam ilmu pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang berkaitan dengan isu tertentu. g. Mekanisme komunikasi/media. Kriterianya adalah memilih media yang dapat memperlancar mekanisme pengiriman dan pengiriman balik atau pertukaran informasi. Kriteria media adalah media yang mudah diakses atau yang paling disukai audiens. h. Scan konteks dan persaingan. Kriterianya adalah menghitung resiko dan konteks yang akan mempengaruhi strategi komunikasi, misalnya menghitung peluang untuk memenangkan persaingan dengan merebut hati audiens. Definisi Reputasi Perusahaan Reputasi adalah sebuah konsep yang sulit didefinisikan secara tegas. Reputasi bersifat intangible asset yang sulit diukur dan dijelaskan keberadaannya, karena reputasi bukan sebuah produk yang dapat dilihat. Meski demikian keberadaan reputasi yang baik dapat memperkuat posisi perusahaan ketika berhadapan dengan pesaing. Menurut (Basya, dalam Basya dan Sati, 2006:6) Reputasi adalah suatu nilai yang diberikan kepada individu, institusi atau negara. Reputasi tidak bisa diperoleh dalam waktu singkat karena harus dibangun bertahun-
9
tahun untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dinilai oleh publik. Reputasi juga baru bertahan dan sustainable apabila konsistennya perkataan dan perbuatan. Menurut Fombrun, reputasi adalah keseluruhan evaluasi dari pencapaian organisasi (Laksana 2012). Reputasi merupakan sumber daya keunggulan bersaing dimana tanpa persaingan keras reputasi tidak akan jadi masalah (Fombrun dalam Hardjana, 2008). Charles Fombrun menyatakan bahwa reputasi adalah sebuah cara utama seseorang untuk memperoleh informasi mengenai produk yang harus dibeli, ke mana mereka ingin melamar pekerjaan, dan pembelian saham (Argenti dalam Laksana, 2012). Sebuah perusahaan yang memiliki reputasi yang baik akan sangat mudah mendapatkan bibit unggul untuk sumber daya manusia, harga yang kompetitif dari para supplier, dan jumlah sales yang tidak sedikit. Selain itu, reputasi juga memperluas daya tarik perusahaan dan memungkinkan para manajer untuk memberikan harga yang lebih tinggi terhadap produk atau jasa yang ditawarkan (Laksana 2012). Pentingnya reputasi menuntut perusahaan untuk dapat membangun dan mempertahankan reputasi yang baik. Menurut Louisot JP dan Rayner J (2010), reputasi mencakup persepsi dari stakeholders mengenai seluruh aspek organisasi. Mereka mengajukan sebuah teori sederhana mengenai bagaimana cara membentuk reputasi yang baik. Teori tersebut menyatakan bahwa “reputasi yang baik dapat diperoleh organisasi apabila organisasi tersebut berhasil memenuhi atau melebihi ekspektasi stakeholdersnya, sedangkan reputasi yang buruk akan diperoleh organisasi apabila mereka tidak dapat memenuhi ekspektasi stakeholders”.
Sumber: Louis JP dan Rayner J (2010)
Gambar 2 Teori Reputasi Reputasi yang baik menyumbang banyak manfaat bagi sebuah perusahaan. Hardjana (2008) mengemukakan tiga manfaat strategis dari sebuah reputasi positif perusahaan yang kokoh kuat berkaitan dengan kehangatan hubungan dan komitmen: (a) dalam persaingan antar produk-produk sejenis dan tingkat kualitas yang mirip, reputasi korporasi memberikan preferensi untuk membangun hubungan bisnis; (b) bila perusahaan menghadapi situasi kontroversial, reputasi mampu menarik dukungan; dan (c) di pasar uang, reputasi merupakan “nilai perusahaan” (company’s value). Adapun empat sisi dari reputasi (Fombrun 1996) 1. Citra Kredibilitas (Credibility) Memperlihatkan profitabilitas, dapat mempertahankan stabilitas dan adanya prospek pertumbuhan perusahaan yang baik. 2. Terpercaya (Trustworthiness) Perusahaan mendapat kepercayaan baik dari stakeholder internal maupun stakeholder eksternal. 3. Keterandalan (Reliability) Perusahaan memiliki keterandalan, yakni menjamin terlaksananya pelayanan yang prima untuk stakeholder internal, stakeholder eksternal maupun konsumen. 4. Tanggungjawab sosial (Social Responsibility)
10
Perusahaan membantu pengembangan masyarakat sekitar, dan peduli terhadap masyarakat serta menjadi perusahaan yang ramah lingkungan. Dimensi Reputasi Perusahaan Berdasarkan website Reputation Institute tahun 2012, reputasi dapat dilihat dari tujuh dimensi. Tujuh dimensi itu dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Products and Services Produk dan jasa dapat dikategorikan sebagai salah satu dimensi atau bagian yang dapat dinilai dan mempengaruhi reputasi. Bahkan penilaian produk dan jasa ini menjadi bagian yang biasanya dinilai pertama oleh konsumen. 2. Innovation Inovasi yang dilakukan oleh perusahaan juga akan mendapatkan penilaian yang baik oleh stakeholder. Inovasi ini bisa meliputi inovasi produk dan jasa, maupun inovasi pada pelayanan atau peralatan yang dipergunakan. 3. Workplace Lingkungan pekerjaan juga menjadi bagian yang mendapatkan penilaian dari stakeholder, yang pada akhirnya sebagai usaha meningkatkan reputasi. Semakin bagus dan nyaman lingkungan pekerjaan/lingkungan perusahaan maka akan makin besar nilainya untuk meningkatkan reputasi. 4. Governance (Good Corporate Governance) Good Corporate Governance merupakan upaya memotivasi manajemen untuk meningkatkan keberhasilan (effectiveness) dan sekaligus juga mengendalikan perilaku manajemen agar tetap mengindahkan kepentingan stakeholders, dalam kerangka yang sudah disepakati bersama. Kepentingan konsumen termasuk diantaranya. 5. Citizenship Tata aturan dan kondisi lingkungan masyarakat dimana perusahaan itu berada menjadi hal yang perlu mendapat perhatian. Hal ini terjadi karena penilaian stakeholder termasuk dalam hal bagaimana perusahaan perduli pada masyarakat sekitar, lingkungan sekitar dan juga kepatuhannya pada aturan yang berlaku. 6. Leadership Eksekutif harus dibekali wewenang yang memadai (delegated authority), suatu keleluasaan dalam takaran tertentu dalam mengembangkan usaha. Tetapi secara simultan menjaga kepentingan stakeholders. Dalam implementasinya eksekutif harus secara luwes dapat bergerak mengembangkan bisnis, serta harus mengindahkan kondisi budaya dan cycle perkembangan suatu korporat agar dapat diimplementasikan dengan baik. Ini akan menjaga reputasi perusahaan secara ‘luar-dalam’. 7. Performance Pada hakikatnya dalam performance merupakan usaha berbagai bagian untuk memastikan bahwa kinerja perusahaan sesuai dengan yang diinginkan stakeholders. Terdapat berbagai sarana yang dapat digunakan untuk memastikan keberhasilan korporat dan sekaligus menjaga kepentingan para stakeholders. Dengan selalu menjaga performance
11
dalam kondisi prima akan menjadi salah satu faktor untuk membantu meningkatkan dan mempertahankan reputasi perusahaan. Reputasi merupakan aset penting bagi organisasi, karena kepercayaan publik dibangun berdasarkan reputasi. Kehancuran reputasi perusahaan dapat terjadi karena beberapa sebab. Adapun penyebab hal tersebut berupa konflik internal, perselisihan, ketidakmampuan manajemen, performa yang tidak baik, dan masih banyak lagi. Dalam hal ini lingkungan organisasi yang terus berubah dan berkembang menyesuaikan dengan kondisi sekitarnya. Komunikasi Membangun Reputasi Perusahaan Komunikasi perusahaan dilakukan oleh Humas atau Public Relations, karena humas merupakan jembatan antara manajemen dengan stakeholders-nya. Tugas yang dilakukan humas salah satunya adalah membangun reputasi yang baik bagi perusahaan. DeFleur dan Dennis dalam Iriantara (2004) menyatakan public relations merupakan proses komunikasi dimana individu dan unit-unit masyarakat berupaya untuk menjalin relasi yang terorganisasi dengan berbagai kelompok atau public untuk tujuan tertentu. Menurut Hallahan dalam Iriantara (2004) melakukan tindakan komunikasi untuk kegiatan Public Relations langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) analisis situasi, yakni menganalisis peluang atau masalah yang menyangkut perusahaan; 2) objektif; 3) strategi komunikasi, dalam menyusun strategi komunikasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni khalayak dan event serta media; 4) taktik; 5) anggaran; 6) staf atau karyawan; dan 7) evaluasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam membangun reputasi mempunyai tolak ukur tertentu yaitu dengan meningkatnya pendapatan perusahaan dan sedikitnya keluhan dari para pelanggan. Reputasi sendiri merupakan aset yang penting, karena dengan reputasi perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan bagi para pelanggan baik kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Reputasi yang dibuat oleh Gaotsi dan Wilson dalam Iriantara (2005) yakni evaluasi semua stakeholder terhadap organisasi sepanjang waktu yang didasarkan atas pengalaman stakeholder tersebut dengan organisasi. Berdasarkan pengalaman stakeholders maka organisasi harus melakukan tindakan yang terencana dan terkelola agar memberikan kesan dan pandangan yang baik sehingga kepercayaan stakeholders pada organisasi dapat terjaga. Dalam mengelola reputasi ada lima faktor yang mempengaruhi yaitu keberadaan, cara organisasi melakukan komunikasi, mendengarkan dan melihat. Sepintas reputasi mirip dengan citra. Namun citra berkenaan dengan pandangan pihak luar terhadap organisasi. Reputasi merupakan penilaian para stakeholder baik internal maupun eksternal. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Sejarah CSR Konsep CSR diawali pada tahun 1950-an dimana persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas
12
dari berbagai kalangan. Buku yang berjudul Social Responsibility of the Businessman karya Howard R Bowen tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR. Setelah itu, CSR diramaikan dengan terbitnya “Silent Spring” yang ditulis oleh Rachel Carson, di dalam buku tersebut mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa betapa mematikannya pestisida bagi lingkungan dan kehidupan. Tingkah laku perusahaan perlu dicermati terlebih dahulu sebelum berdampak menuju kehancuran. Sejak itu, perhatian terhadap permasalahan lingkungan semakin berkembang dan mendapat perhatian yang luas. Pemikiran mengenai CSR dibahas lagi pada tahun 1966 dalam “The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow, dilanjutkan pada tahun 1970-an terbit “The Limits to Growth” yang merupakan buah pemikiran cendekiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome, buku ini terus diperbaharui hingga saat ini (Wibisono, 2007). Pada tahun 1980-an semakin banyak perusahaan menggeser konsep Philanthropy ke arah Community Development. Pada dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beraneka ragam pendekatan, seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society. Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi di Rio de Jenario Brazil, pertemuan ini menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) yang didasarkan pada perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal yang mesti dilakukan. Terobosan terbesar CSR dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P” (Profit, People dan Planet) yang dituangkan dalam buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business pada tahun 1998. Konsep CSR semakin marak diperbincangkan setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development (WSSD) pada tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan. Sejak saat itulah definisi CSR kian berkembang. Definisi CSR Definisi mengenai konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sangatlah beragam, seperti dipaparkan Nursahid (2006) CSR adalah sebagai tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung dari operasi perusahaan sedangkan Sukada et al. (2007) mendefinisikan CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar. Sementara itu, The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) menjelaskan bahwa CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan (Budimanta et al., 2004). Peningkatan mutu kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia
13
sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati, serta memanfaatkan lingkungan hidup, termasuk perubahan-perubahan yang ada dan sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain, CSR merupakan cara korporat mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada masyarakat (Budimanta et al., 2004). CSR berarti perusahaan harus bertanggungjawab atas operasinya yang berdampak buruk pada masyarakat, komunitas dan lingkungannya. Namun sebaliknya juga harus memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar. Suatu perusahaan tidak akan dapat bertahan lama apabila mengisolasikan dan membatasi dirinya dengan masyarakat sekitarnya (Djajadiningrat dan Famiola, 2004). CSR di Indonesia Corporate Social Responsibility (CSR) yang dalam bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu konsep bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya khususnya di tempat mereka melakukan kegiatan usahanya. Di Indonesia regulasi mengenai CSR telah di atur oleh pemerintah sejak tahun 1994 dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 316/KMK 016/1994 tentang Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi oleh Badan Usaha Milik Negara, yang kemudian dikukuhkan lagi dengan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara no. Kep-236/MBU/2003 menetapkan bahwa setiap perusahaan diwajibkan menyisihkan laba setelah pajak sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 3% (tiga persen), untuk menjalankan CSR. Program PKBL ini (Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan) terdiri dari dua kegiatan yaitu program perkuatan usaha kecil melalui pemberian pinjaman dana bergulir dan pendampingan (disebut Program Kemitraan) serta program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sekitar (disebut Program Bina Lingkungan). Program PKBL merupakan formulasi pelaksanaan CSR untuk bagi BUMN atau perusahaan yang operasionalnya tidak berhubungan langsung dengan pemanfaatan sumber daya alam seperti perbankan, telekomunikasi dan sebagainya. Regulasi CSR di Indonesia Kewajiban melaksanakan CSR oleh pemerintah, sekarang ini bukan hanya dibebankan pada BUMN. Melalui Undang-Undang No. 40 tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 pasal 15(b) dan pasal 16 (d) tentang Penanaman Modal (UU PM), maka setiap perseroan atau penanam modal diwajibkan untuk melakukan sebuah upaya pelaksanaan tanggung jawab perusahaan yang telah dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan. Kebijakan ini juga mengatur sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban tersebut. Kegiatan program CSR pun beragam, tidak hanya terbatas pada program sosial maupun secara ekonomi. Ada beberapa bidang lain yang dapat dijadikan sasaran pertanggungjawaban sosial perusahaan seperti, sosial, pendidikan, dan lingkungan. Upaya tersebut kemudian diperkuat dengan dikeluarkannya UndangUndang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan UndangUndang No. 25 tahun 2007. Sesuai dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 pasal 74 dan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM). Kedua undang-undang tersebut mengatur bahwa setiap perseroan atau
14
penanam modal diwajibkan untuk melakukan sebuah upaya pelaksanaan tanggung jawab perusahaan (CSR). Saat ini terdapat beberapa aturan hukum yang mewajibkan perusahaan tertentu melaksanakan aktivitas CSR atau tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta satu panduan (guidance) internasional mengenai tanggung jawab berkelanjutan (sustainability responsibility, diantaranya: Pertama, bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN: Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat (6) dijelaskan bahwa Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah “...program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN”
Sedangkan pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah “program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program /Bina Lingkungan, meliputi: bantuan korban bencana alam; bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; bantuan peningkatan kesehatan; bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; bantuan sarana ibadah; dan bantuan pelestarian alam.”
Kedua, Peraturan bagi Perseroan Terbatas (PT) yang mengelola Sumber Daya Alam (SDA) diwajibkan melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan, karena telah diatur dalam UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007. Dimana dalam pasal 74 diatur bahwa: “1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, 2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.”
Ketiga, bagi penanaman modal asing, diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dalam Pasal 15 (b) dinyatakan bahwa "Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan". Sanksi-sanksi terhadap badan usaha atau perseorangan yang melanggar peraturan, diatur dalam Pasal 34, yaitu berupa sanksi administratif dan sanksi lainnya, meliputi: a. Peringatan tertulis; b. pembatasan kegiatan usaha; c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal
15
Keempat, bagi perusahaan pengelola minyak dan gas bumi, terikat oleh Undangundang No 22 Tahun 2001, tentang Minyak dan Gas Bumi, Pasal 13 ayat 3 (p), menyebutkan bahwa: ”Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu : (p). pengembangan masyarakat sekitarnya dan /jaminan hak-hak masyarakat adat”.
Jadi berdasarkan Undang-undang tersebut, perusahaan yang operasionalnya terkait Minyak dan Gas Bumi baik pengelola eksplorasi maupun distribusi, wajib melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat dan menjamin hak-hak masyarakat adat yang berada di sekitar perusahaan. Kelima, ISO 26000, merupakan standar internasional dalam bidang Corporate Social Responsibility. Di dasarkan pada Pemahaman bahwa Sosial Responsibility sangat penting bagi keberlanjutan usaha. Fokus ISO adalah tata kelola organisasi, Hak Asasi manusia (HAM), ketenagakerjaan, lingkungan, fair operating/praktek operasi yang adil, isu konsumen dan Pengembangan masyarakat. ISO sendiri bertujuan membantu berbagai bentuk organisasi dalam pelaksanaan social responsibility. Dimensi CSR Tabel 1 Dimensi CSR Dimensi Dimensi lingkungan
Definisi adalah kode jika mengacu pada dimensi Lingkungan alami
Dimensi Sosial
Hubungan antara bisnis dan masyarakat
Dimensi stakeholder
Stakeholders atau grup stakeholder
Dimensi kesukarelaan
Aksi tidak ditentukan hukum
Contoh Frasa Lingkungan yang lebih bersih Penata layanan lingkungan Fokus lingkungan pada operasi bisnis Konstribusi pada pengembangan ekonomi Mempertahankan keuntungan dari operasi bisnis Interaksi dengan stakeholder Bagaimana organisasi berinteraksi dengan pekerja mereka, suppliers, konsumen, dan komunitas Berdasarkan nilai etika Melebihi kewajiban hukum
Sumber: Corporate Social Responsibility and Environmental Management (2008)
16
Dahlsrud (2008), ada lima dimensi dalam CSR yang dapat digambarkan dengan sebuah Tabel 1. Alexander Dahlsrud dalam sebuah artikelnya berjudul “How Corporate Social Responsibility is Defined: an Analysis of 37 Definitions”, mengemukakan bahwa muara dari berbagai debat CSR sebenarnya bisa didefinisikan sebagai kontribusi perusahaan untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Lebih lanjut Dahlsrud mengidentifikasi lima komponen pokok dari berbagai definisi CSR yang ada, yaitu: ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku kepentingan dan sifat voluntari. Kini perbedaan yang ada hanyalah soal cara mengungkapkan, bukan substansi (JCSREM 15, 2008). Setidaknya terdapat tiga dimensi penting dalam uraian di atas, yaitu: Pertama, ekonomi, sosial, lingkungan: perusahaan dalam menjalankan CSR harus memperhitungkan keseimbangan ketiganya, tak boleh ada trade off dalam jangka panjang di antara ketiganya, dan ketiganya harus mengalami kemajuan. Kedua, pemangku kepentingan: perusahaan dalam menjalankan CSR harus memperhatikan seluruh pemangku kepentingan internal dan eksternalnya, dan mencari keseimbangan terbaik bagi pemuasan seluruh kepentingan mereka. Ketiga, voluntari: perusahaan dalam menjalankan CSR harus mematuhi seluruh regulasi yang berlaku kemudian berusaha melampauinya sejauh mungkin. Standar pengukuran CSR Tabel 2 Indikator Kinerja Corporate Social Responsibility (CSR)
a. b. c. d. e.
f. g.
Kinerja Ekonomi Pendapatan biaya pembukaan Kompensasi Pekerja Donasi dan investasi masyarakat Pembayaran untuk penyedia modal dan pemerintah kewajiban pensiun dll
Kinerja Lingkungan a. Berat dan material yang digunakan b. konsumsi energi langsung c. Jumlah penarikan air d. Deskripsi dampak signifikan dari kegiatan di kawasan lindung. e. Persentase dari produk yang dijual yang di reklamasi di akhir produk f. Insiden dan denda atau sanksi non materi. g. emisi gas rumah kaca h. kewajiban pensiun i. dll
a.
b.
c.
d.
e.
f. Sumber: Ali Darwin, EBAR Edisi III/ September-Desember 2008
Kinerja Sosial Persentase karyawan yang diwakili oleh organisasi serikat/buruh Rata-rata jam pelatihan per tahun setiap karyawan Persentase dari pemasok utama dan kontraktor yang menjalani skrining hak asasi manusia Memperpanjang pelatihan dan analisis resiko untuk mencegah korupsi Program dan praktek untuk dampak operasi terhadap masyarakat termasuk masuk, operasi dan ada dll
17
Dalam Fadilah (2009), Perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga nilai dasar (core value) yang ditanamkan secara mengakar dalam perusahaan yaitu 1. Ketangguhan ekonomi, 2. Tanggung jawab lingkungan dan 3. Akuntabilitas sosial. Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang disebut laporan berkelanjutan (sustainability report). Dalam praktik nya, ada yang menggunakan nama lain untuk laporan jenis ini, misalnya laporan CSR (CSR report), laporan sosial (social report), laporan lingkungan (environment report) atau laporan sosial dan lingkungan (social and environment report). Laporan CSR atau laporan berkelanjutan pada hakikatnya memuat tiga aspek pokok yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Oleh sebab itu, laporan ini disebut juga “triple bottom line reporting” atau “three in one reporting”. Selain itu, yang diungkapkan dalam laporan berkelanjutan adalah visi, misi, kebijakan dan strategi perusahaan terutama yang berhubungan dengan ketiga aspek tersebut (ekonomi, lingkungan dan sosial). Laporan ini juga mengungkapkan profil ringkas perusahaan, parameter yang digunakan dalam laporan, tata kelola dan komitmen- komitmen serta tata hubungan dengan stakeholders. Pengukuran kinerja CSR dilakukan dengan menggunakan berbagai indikator yang dikelompokkan dalam tiga aspek kunci berkelanjutan (ekonomi, lingkungan dan sosial). Dalam draft pedoman laporan berkelanjutan yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI), telah disediakan seperangkat indikator untuk menilai kinerja berkelanjutan, yaitu 9 indikator kinerja ekonomi, 30 indikator kinerja lingkungan dan 40 indikator kinerja sosial. Uraian tentang indikator tersebut sebagian terdaftar dalam Tabel 2. Dari tabel tersebut patut digaris bawahi bahwa isu korupsi ternyata merupakan salah satu indikator dalam mengukur kinerja sosial. Global Reporting Initiative menekankan pentingnya enam prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuat pelaporan CSR yang baik (Sukada dan Jalal, 2008: 10-11): 1. Accuracy: informasi harus lengkap dan cukup detail agar bisa dinilai oleh pemangku kepentingan secara jelas, tepat dan akurat. 2. Balance: seimbang yang mencerminkan aspek-aspek positif dan negatif dari kegiatan CSR yang dilakukan. 3. Comparability: aspek atau variabel yang digunakan dan dilaporkan harus konsisten sehingga dapat dibandingkan antar waktu. 4. Clarity: informasi harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami dan bisa diakses oleh pemangku kepentingan. 5. Reliability: informasi harus jelas dan terpercaya yang dikumpulkan, direkam, dianalisis dan disajikan berdasarkan cara atau metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan. 6. Timeliness: laporan dibuat secara reguler dan tersedia tepat waktu bagi pemangku kepentingan dan pihak-pihak lain yang memerlukan. Melalui laporan ini akan terungkap apakah perusahaan sudah menjalankan akuntabilitas sosial dan lingkungan secara optimal. Untuk membangun akuntabilitas sosial dan lingkungan secara optimal, perusahaan bukan hanya diminta patuh secara ketentuan perundang-undangan yang berlaku tetapi juga mengikuti best practice, norma- norma, konsensus-konsensus, dan inisiatif-inisiatif yang diprakarsai oleh berbagai institusi atau asosiasi industri terutama yang terkait
18
dengan isu CSR. Di samping itu, perusahaan harus bersikap jujur dalam menyampaikan pertanggungjawaban dan pelaporan kepada stakeholders, mengembangkan nilai-nilai (values) yang diyakini dalam budaya perusahaan untuk dianut oleh seluruh karyawan, serta merumuskan dan menjalankan kebijakankebijakan yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan perusahaan, membangun hubungan yang baik dan terorganisir dengan para stakeholder dan yang terakhir, yang tidak kalah pentingnya, manajemen harus melaksanakan kebijakan yang telah digariskan, prosedur yang telah ditetapkan dan komitmen yang telah disepakati. Selain daripada itu, melalui laporan berkelanjutan akan terungkap apakah tingkat keterbukaan perusahaan sudah satu level dengan harapan masyarakat, sampai sejauh mana perusahaan memahami ekspektasi para stakeholder, apa yang menjadi perhatian stakeholder dan bagaimana perusahaan menyikapinya. Dan apa yang dimaksud dengan dampak lingkungan. Lebih dari itu, dengan membuat laporan berkelanjutan akan terungkap apakah perusahaan sudah mengungkapkan informasi secara transparan dan jujur termasuk informasi negatif. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan program CSR kini sedang marak dibicarakan dalam dunia bisnis. Selain pelaksanaannya telah diatur dalam regulasi yang jelas, perusahaan juga mempunyai sikap peduli akan daerah sekitar kawasan. Hal ini sesuai dengan konsep 3p dimana profit, planet, and people harus berjalan secara seimbang. Suharto (2007:16) menyatakan bahwa CSR merupakan operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Pelaksanaan CSR perusahaan didukung dengan adanya strategi komunikasi. Dalam hal ini strategi perusahaan yang berbeda akan menimbulkan dampak yang berbeda pula. Bila perusahaan mempunyai strategi yang matang maka akan berdampak pada pelaksanaan CSR yang efektif, begitupun sebaliknya. Seperti yang dipaparkan Mulyana (2007) Strategi komunikasi adalah manajemen perencanaan untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan menyeluruh komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Yakti (2013) strategi komunikasi berkenaan dengan proses penetapan kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan agar tujuan komunikasi tercapai secara efektif. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain bisa berkenaan dengan komunikator menyampaikan pesan, isi pesan, pola komunikasi, media penyampaian pesan, dan efek yang diharapkan. Dengan merujuk pada definisi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang efektif akan berdampak pada keberhasilan sebuah tujuan. Dari pelaksanaan CSR yang telah dilakukan dengan didukung dengan adanya strategi komunikasi yang baik dapat berdampak pada reputasi perusahaan. Hal ini didukung dengan pendapat Nguyen dan Wall (2010:13) yang menjelaskan bahwa CSR telah menjadi isu penting dalam manajemen bisnis sebuah perusahaan, karena CSR dapat berkontribusi terhadap citra dan reputasi perusahaan. Harmoni (2010) dalam paper yang berjudul “Media Richness Theory dan Potensi Website sebagai Media Komunikasi CSR oleh Perusahaan” mendefinisikan komunikasi CSR sebagai komunikasi yang dirancang dan didistribusikan oleh perusahaan
19
tentang kegiatan CSR-nya. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa perusahaan dituntut untuk fokus merancang strategi komunikasi CSR yang tepat dan sesuai dengan sasaran yang dituju, perusahaan juga harus mempertimbangkan pendistribusian pesan CSR dengan berbagai saluran komunikasi CSR yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai reputasi yang baik. Mengetahui bahwa komunikasi merupakan hal yang penting dalam keberhasilan program CSR maka didapat beberapa indikator dalam menganalisa komunikasi CSR. Pada karakteristik penerima pesan didapat indikator pengukuran yakni kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, dan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan (Soemirat 2000). Adapun strategi komunikasi CSR yang dilakukan perusahaan dapat diukur dengan indikator informing, responding dan involving (Morsing dan Schulz 2006). Pada efektivitas pesan CSR didapat beberapa indikator pengukuran yaitu aktual, informatif, edukatif, dan persuasif (Wahyudi 2001). Dalam efektivitas pesan CSR akan berdampak terhadap reputasi perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan reputasi positif, seperti yang dipaparkan Hardjana (2008) terdapat tiga manfaat strategis dan tujuan dari sebuah reputasi positif perusahaan yang kokoh seperti yakni, (a) dalam persaingan antar produk-produk sejenis dan tingkat kualitas yang mirip, reputasi korporasi memberikan preferensi untuk membangun hubungan bisnis; (b) bila perusahaan menghadapi situasi kontroversial, reputasi mampu menarik dukungan; dan (c) di pasar uang, reputasi merupakan “nilai perusahaan” (company’s value). Dalam hal ini didapat beberapa indikator pengukur reputasi perusahaan yaitu citra kredibilitas, terpercaya, keterandalan, dan tanggungjawab sosial (Fombrun 1996).
20
Karakteristik Pengirim Pesan (X1) 1. Kredibilitas 2. Keterampilan Berkomunikasi 3. Personality 4. Kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan
Efektivitas Pesan CSR (Y) 1. 2. 3. 4.
Aktual Informatif Edukatif Persuasif
(Wahyudi 2001)
Reputasi Perusahaan (Z) 1. 2. 3. 4.
Citra Kredibilitas Terpercaya Keterandalan Tanggungjawab sosial
(Fombrun 1996)
(Soemirat 2000)
Strategi Komunikasi CSR (X2) 1. Informing 2. Responding 3. Involving (Morsing dan Schulz 2006)
Keterangan: : hubungan Gambar 3 Kerangka Analisis Penelitian Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pengirim pesan terhadap efektivitas pesan CSR. 2. Terdapat hubungan nyata antara strategi komunikasi CSR terhadap efektivitas pesan CSR. 3. Terdapat hubungan nyata antara efektivitas pesan CSR terhadap reputasi perusahaan.
21
METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung data kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode survei, Singarimbun dan Effendi (2008) penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penggunaan kuesioner ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik pengirim pesan, strategi komunikasi CSR, efektivitas pesan CSR dan reputasi perusahaan. Metode survei pada tingkat individu dilakukan untuk mengumpulkan data primer. Data kualitatif digunakan peneliti dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan untuk memahami secara mendalam dan rinci mengenai suatu peristiwa, serta dapat menggali berbagai realitas, proses sosial, dan makna yang berkembang dari orang-orang yang menjadi subjek penelitian. Data kualitatif akan diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan yang akan dituliskan dalam cacatan harian lapang. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendukung dan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif mengenai karakteristik pengirim pesan, strategi komunikasi CSR, efektivitas pesan CSR, reputasi perusahaan dan hubungan karakteristik pengirim pesan terhadap efektivitas pesan CSR, hubungan strategi komunikasi CSR dengan efektivitas pesan CSR, serta hubungan efektivitas pesan CSR terhadap reputasi perusahaan. Sebelum ke lokasi penelitian, sepuluh kuesioner akan dilakukan uji coba dahulu sehingga peneliti dapat melihat sejauh mana validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah dibuat. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) bahwa uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur yang di gunakan sesuai dengan mengukur apa yang ingin di ukur, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan apabila digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten uji coba kuesioner dilakukan di Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dikarenakan sama-sama termasuk dalam kawasan Ring I ANTAM serta memiliki karakteristik yang sama dalam hal penerima program CSR ANTAM. Hasil dari uji reliabilitas di Desa Bantar Karet diperoleh Cronbach’s Apha sebesar 0,943 dengan jumlah 10 responden. Kuesioner mengukur variabel kredibilitas pengirim pesan, strategi komunikasi, efektivitas pesan dan reputasi perusahaan. Penelitian ini bersifat deskriptif yang digunakan untuk memperkuat hasil yang didapatkan dari penelitian eksplanatori. Selain itu penelitian deskriptif berguna untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Malasari khususnya dusun 1 dan dusun 2, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena lokasi ini termasuk salah satu lokasi operasional CSR ANTAM Pongkor. Selain itu, pemilihan lokasi juga dikarenakan Desa Malasari termasuk
22
kawasan Ring I perusahaan ANTAM Pongkor. Terhitung sudah lebih dari 10 tahun ANTAM bekerja sama dengan Desa Malasari. ANTAM telah melaksanakan beragam program CSR sejak tahun 2008 antara lain program pinjaman modal, Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Renovasi kantor desa, pemberian mobil siaga, beasiswa, Gazebo dan MCK, Sentral buah-buahan dan budidaya domba. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu terhitung dari pengambilan data sekunder pada Januari 2017 dan pengambilan data primer pada Februari 2017. Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah data diperoleh yaitu pada Maret 2017. Penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal penelitian, kolokium penyampaian proposal penelitian, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data di lapangan pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi dan perbaikan laporan skripsi. Teknik Pengumpulan Data Tabel 3 Kebutuhan data dan metode pengumpulan data dalam penelitian Sumber Data No.
Kebutuhan Data
1.
Gambaran umum lokasi penelitian Gambaran umum CSR ANTAM
2.
3.
Keadaan masyarakat Desa Malasari
4.
Pelaksanaan CSR ANTAM Tbk
Primer Pihak CSR ANTAM Tbk
Elit desa, masyarakat setempat, tokoh masyarakat Elit desa, masyarakat setempat, tokoh masyarakat, pihak CSR ANTAM Tbk
Sekunder Data monografi desa Hasil penelitian akademis, website official ANTAM Tbk, Laporan Berkelanjutan ANTAM Tbk Monografi desa
Laporan Berkelanjutan ANTAM Tbk
Metode Pengumpulan Data Studi dokumen Wawancara mendalam dan studi dokumen
Studi dokumen, survei (kuesioner), wawancara mendalam Studi dokumen, survei (kuesioner), wawancara mendalam
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dan informan melalui survei, observasi serta wawancara. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis atau arsip di kantor kelurahan, kantor kecamatan, buku, internet, jurnal-jurnal penelitian dan laporan CSR ANTAM Pongkor yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder berupa dokumen-dokumen yang terkait
23
dengan penelitian ini, seperti dokumen mengenai lokasi penelitian, program pemberdayaan masyarakat, dan dokumen pendukung lainnya. Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada 40 responden dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data primer kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada sejumlah informan yang diarahkan dengan panduan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dituliskan dalam catatan harian. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data disajikan dalam Tabel 3. Teknik Penentuan Informan dan Responden Penelitian ini menggunakan sumber data dari responden dan informan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang merupakan peserta programprogram CSR ANTAM. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Malasari yang menjadi peserta program CSR ANTAM. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat tiga jenis program yang terlaksana di Desa Malasari yaitu program kemitraan, bina lingkungan dan community development. Responden terdiri dari 40 responden. Adapun teknik pengambilan sampel diukur dengan cluster pada ketiga program yang ada. Dalam prosedur clustering atau multi-tahap, peneliti terlebih dahulu menentukan cluster (kelompok atau organisasi), lalu mengidentifikasi nama-nama individu dalam setiap cluster, baru kemudian menentukan sampling terhadap individu-individu tersebut (Creswell 2016). Pemilihan responden pada program kemitraan dan bina lingkungan menggunakan metode sensus dengan pertimbangan jumlah penerima pada tahun pertama sampai saat ini jumlahnya kurang dari 20 responden. Pada program kemitraan adalah 6 responden dan program bina lingkungan adalah 14 responden. Pemilihan responden pada program community development dengan simple random sampling dengan pertimbangan bahwa penerima program merupakan seluruh warga Desa Malasari. Jumlah responden per masing-masing program adalah 10 responden dengan total responden adalah 40 responden untuk tiga program tersebut. Informan dipilih secara sengaja (purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) kepada tokoh masyarakat yang mengetahui dengan jelas mengenai CSR ANTAM, masyarakat penerima program CSR ANTAM, pihak CSR ANTAM dan pihak administratif desa untuk mengetahui pelaksanaan program CSR ANTAM di Desa Malasari. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2016 dan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 24.0 dalam bentuk tabel frekuensi, grafik, diagram serta tabel tabulasi silang untuk melihat data responden untuk masing-masing variabel dan hubungan antar variabel. Uji statistik korelasi Rank Spearman dilakukan menggunakan SPSS 24.0. Uji korelasi Rank Spearman merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengukur mencari hubungan dua variabel bila data kedua variabel tersebut berbentuk ordinal atau berjenjang dan dapat berasal dari sumber yang tidak sama. Hasil uji korelasi akan menunjukkan nilai koefisien korelasi yang bernilai positif (+) atau negatif (-).
24
Dalam penelitian ini, uji Rank Spearman untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara karakteristik pengirim pesan dengan efektivitas pesan CSR, strategi komunikasi CSR dengan efektivitas pesan CSR dan antara efektivitas pesan CSR dengan reputasi perusahaan. Taraf nyata yang digunakan dalam pengolahan data kuantitatif adalah nilai α sebesar 5% (0,05). Apabila nilai signifikasi (sig-2tailed) lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji. Apabila nilai signifikasi (sig-2tailed) lebih kecil dari 0.05, maka terima H0 berarti hubungan antar dua variabel tidak signifikan. Kemudian dilakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antar dua variabel, digunakan pendapat dari Sarwono (2009) dengan kriteria sebagai berikut a. 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel b. >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah c. >0,25 – 0,5 : Korelasi sedang d. >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat e. >0,75 – 0,9 : Korelasi sangat kuat f. 1 : Korelasi sempurna Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama adalah proses reduksi data dimulai dari merangkum, memilah hal-hal pokok, menyederhanakan, abstraksi hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak perlu. Kedua adalah penyajian data yang berupa menyusun informasi dan data yang diperoleh menjadi uraian singkat yang mudah dibaca dalam bentuk kutipan atau matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Analisis data kualitatif berupa narasi yang dipaparkan dalam bentuk lampiran catatan lapang dan kutipan untuk menguatkan data kuantitatif yang diperoleh. Definisi Operasional Berikut ini adalah definisi operasional yang digunakan dari berbagai variabel yang akan di analisis dalam penelitian ini Karakteristik Pengirim Pesan Karakteristik pengirim pesan sangat berpengaruh pada pesan yang disampaikan. Karakteristik pengirim pesan merupakan sifat-sifat yang dimiliki komunikator atau pengirim pesan yang berupa sifat berkredibilitas tinggi, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik serta memiliki personality yang baik. Pada penelitian ini mengutip dari Soemirat (2000) mengenai indikator pengukuran karakteristik pengirim pesan yakni kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, dan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan. Empat indikator pengukuran karakteristik pengirim pesan yang terdiri atas kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, dan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan kemudian akan digunakan untuk mengklasifikasikan variabel karakteristik pengirim pesan. Pengklasifikasian variabel karakteristik pengirim pesan menjadi tiga golongan didasarkan atas scoring yang digunakan pada masing-masing indikator (skor 1 hingga 4) sehingga
25
pengukuran menggunakan empat indikator ini akan mendapatkan skor antara 19 hingga 76. Skor 19 hingga 76 kemudian digunakan untuk menetapkan grading dan skor di masing-masing grade, sehingga diperoleh klasifikasi variabel karakteristik pengirim pesan sebagai berikut: 1. Rendah (skor 19-37) 2. Sedang (skor 38-57) 3. Tinggi (skor 58-76) Tabel 4 Definisi Operasional Karakteristik Pengirim Pesan No
Variabel
1.
Kredibilitas
2.
Keterampilan berkomunikasi
3.
Personality
4.
Kemampuan komunikator memperhitung kan harapan komunikan
Definisi Operasional Tingkat kepercayaan dan keahlian pengirim pesan, yakni memiliki energi tinggi, toleransi terhadap tekanan, rasa percaya diri, kestabilan dan kematangan emosional serta berorientasi kepada keberhasilan. Tingkat keahlian, kemampuan, atau kepandaian dalam menyampaikan informasi secara jelas, memiliki rasa empati, memiliki kemampuan mendorong dan memotivasi, memiliki respek pada orang lain, serta mampu bekerjasama secara efektif. Keseluruhan cara atau sifat pengirim pesan dalam bertingkah laku, bersikap, dan berkomunikasi dengan peserta program CSR. Tingkat kemampuan seorang komunikator dalam memahami apa yang menjadi kebutuhan dan minat peserta program CSR.
Indikator 1. Rendah (skor 3-5) 2. Sedang (skor 6-9) 3. Tinggi (skor 10-12)
Jenis Data Ordinal
1. Rendah (skor 4-7) 2. Sedang (skor 8-12) 3. Tinggi (skor 13-16)
Ordinal
1. Rendah (skor 7-13) 2. Sedang (skor 14-21) 3. Tinggi (skor 22-28) 1. Rendah (skor 5-9) 2. Sedang (skor 10-15) 3. Tinggi (skor 16-20)
Ordinal
Ordinal
Strategi Komunikasi CSR Strategi komunikasi CSR yang dilakukan komunikator dapat mempengaruhi pesan yang akan disampaikan. Dalam penelitian ini menggunakan indikator yang dikutip dari Morsing dan Schulz (2006) yakni: informing,
26
responding dan involving. Fungsi strategi komunikasi menentukannya berhasil atau tidaknya kegiatan proses komunikasi secara efektif. Tiga indikator pengukuran strategi komunikasi yang terdiri atas informing, responding, dan involving akan digunakan untuk mengklasifikasikan variabel strategi komunikasi. Pengklasifikasian variabel strategi komunikasi menjadi tiga golongan tersebut didasarkan atas scoring yang digunakan pada masing-masing indikator (skor 1 hingga 4) sehingga pengukuran menggunakan enam indikator ini akan mendapatkan skor antara 16 hingga 64. Skor 16 hingga 64 kemudian digunakan untuk menetapkan grading dan skor di masing-masing grade, sehingga diperoleh klasifikasi variabel strategi komunikasi sebagai berikut: 1. Rendah (skor 16-31) 2. Sedang (skor 32-48) 3. Tinggi (skor 49-64) Tabel 5 Definisi Operasional Strategi Komunikasi CSR No
Variabel
1.
Informing
2.
Responding
3.
Involving
Definisi Operasional Tingkat kemampuan seorang komunikator atau pengirim pesan dalam menyampaikan dan menyebarluaskan pesan kepada peserta program. Tingkat kemampuan seorang komunikator atau pengirim pesan dalam menanggapi, membalas atau memberikan feedback kepada peserta program. Tingkat kemampuan seorang komunikator atau pengirim pesan dalam melibatkan, mengikutsertakan serta mengajak penerima program dalam program CSR.
Indikator 1. Rendah (skor 4-7) 2. Sedang (skor 8-12) 3. Tinggi (skor 13-16)
Jenis Data Ordinal
1. Rendah (skor 8-15) 2. Sedang (skor 16-24) 3. Tinggi (skor 25-32)
Ordinal
1. Rendah (skor 4-7) 2. Sedang (skor 8-12) 3. Tinggi (skor 13-16)
Ordinal
Efektivitas Pesan CSR Efektivitas pesan CSR sangat diperlukan agar maksud dan tujuan pesan dapat sampai kepada penerima pesan. Hal ini tidaklah mudah dan harus didukung degan pengirim pesan, penerima pesan maupun channel atau saluran yang digunakan dalam penyampaian pesan. Dalam penelitian ini pengukuran efektivitas pesan diukur dengan indikator aktual, informatif, edukatif dan persuasif yang dikutip dari Wahyudi (2001)
27
Empat indikator pengukuran efektivitas pesan yang terdiri atas aktual, informatif, edukatif dan persuasif kemudian akan digunakan untuk mengklasifikasikan variabel efektivitas pesan. Pengklasifikasian variabel efektivitas pesan menjadi tiga golongan tersebut didasarkan atas scoring yang digunakan pada masing-masing indikator (skor 1 hingga 4) sehingga pengukuran menggunakan empat indikator ini akan mendapatkan skor antara 15 hingga 60. Skor 15 hingga 60 kemudian digunakan untuk menetapkan grading dan skor di masingmasing grade, sehingga diperoleh klasifikasi variabel efektivitas pesan sebagai berikut: 1. Rendah (skor 15-29) 2. Sedang (skor 30-45) 3. Tinggi (skor 46-60) Tabel 6 Definisi Operasional Efektivitas Pesan CSR No
Variabel
Definisi Operasional
1.
Aktual
2.
Informatif
3.
Edukatif
Pesan yang di sampaikan memberikan pengetahuan dan wawasan secara khusus kepada penerima program CSR.
4.
Persuasif
Pesan yang disampaikan bersifat untuk mengarahkan, mengajak, atau mempengaruhi aspek kognitif peserta program untuk membentuk pola perilaku tertentu.
Pesan yang disampaikan merupakan informasi terkini atau up-to-date, cepat, akurat, yang memiliki nilai berita dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pesan yang disampaikan memiliki isi pesan atau informasi yang lengkap dan mempunyai nilai berita penting mengenai program CSR.
Indikator 1. Rendah (skor 3-5) 2. Sedang (skor 6-9) 3. Tinggi (skor 10-12) 1. Rendah (skor 4-7) 2. Sedang (skor 8-12) 3. Tinggi (skor 13-16) 1. Rendah (skor 3-5) 2. Sedang (skor 6-9) 3. Tinggi (skor 10-12) 1. Rendah (skor 5-9) 2. Sedang (skor 10-15) 3. Tinggi (skor 16-20)
Jenis Data Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Reputasi Perusahaan Reputasi perusahaan merupakan sebuah pandangan atau persepsi mengenai perusahaan. Reputasi merupakan intangible asset atau aset yang tidak dapat dilihat namun dapat diukur. Dalam penelitian ini mengukur reputasi perusahaan
28
menggunakan indikator yang dikutip dari Fombrun (1996) yaitu citra kredibilitas, terpercaya, keterandalan, dan tanggungjawab sosial. Empat indikator pengukuran reputasi perusahaan yang terdiri atas citra kredibilitas, terpercaya, keterandalan, dan tanggungjawab sosial kemudian akan digunakan untuk mengklasifikasikan variabel reputasi perusahaan. Pengklasifikasian variabel reputasi perusahaan menjadi tiga golongan tersebut didasarkan atas scoring yang digunakan pada masing-masing indikator (skor 1 hingga 4) sehingga pengukuran menggunakan tiga indikator ini akan mendapatkan skor antara 20 hingga 80. Skor 20 hingga 80 kemudian digunakan untuk menetapkan grading dan skor di masing-masing grade, sehingga diperoleh klasifikasi variabel reputasi perusahaan sebagai berikut: 1. Rendah (skor 20-39) 2. Sedang (skor 40-60) 3. Tinggi (skor 61-80) Tabel 7 Definisi Operasional Reputasi Perusahaan No
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Tingkat kredibilitas dalam memperlihatkan profitabilitas, dapat mempertahankan stabilitas dan adanya prospek pertumbuhan perusahaan yang baik kepada peserta program CSR. Tingkat kepercayaan program CSR di mata peserta program
1. Rendah (skor 5-9) 2. Sedang (skor 10-15) 3. Tinggi (skor 16-20)
1.
Citra Kredibilitas
2.
Terpercaya
3.
Keterandalan
Tingkat keterandalan program CSR dalam menjamin terlaksananya pelayanan yang prima bagi peserta program CSR.
4.
Tanggungjawab Sosial
Tingkat tanggung jawab perusahaan dalam pengembangan masyarakat sekitar dan peduli terhadap masyarakat serta menjadi perusahaan yang ramah lingkungan melalui program CSR yang dilaksanakan.
1. Rendah (skor 4-7) 2. Sedang (skor 8-12) 3. Tinggi (skor 13-16) 1. Rendah (skor 4-7) 2. Sedang (skor 8-12) 3. Tinggi (skor 13-16) 1. Rendah (skor 7-13) 2. Sedang (skor 14-21) 3. Tinggi (skor 22-28)
Jenis Data Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
29
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Wilayah Desa Malasari Kondisi Geografis Desa Malasari merupakan salah satu wilayah desa yang berada di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Malasari terdiri dari 4 dusun, 33 kampung, 12 Rukun Warga (RW) dan 49 Rukun Tetangga (RT). Desa Malasari memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Curug Bitung dan Desa Cisarua 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bantar Karet 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor dan Provinsi Banten Luas wilayah Desa Malasari adalah 8.262,22 Ha. Sebagian besar wilayah Desa Malasari adalah wilayah hutan milik Taman Nasional. Hal ini dikarenakan Desa Malasari adalah salah satu desa yang terletak di kawasan Halimun Salak wilayah Utara-Timur. Rincian tata guna lahan di Desa Malasari dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Luas lahan menurut jenis penggunaan di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor tahun 2016 Penggunaan Lahan Sawah Ladang/ huma Pemukiman dan pekarangan Perkebunan swasta (PT Nirmala Agung) Taman Nasional Kolam/tambak Sungai Jalan Situ Pemakaman Perkantoran Lapangan Bangunan/industri Bangunan peribadatan Bangunan pendidikan Lahan gembala Tanah kering Total Sumber: Profil Desa Malasari Tahun 2016
Luas (Ha) 120 65 75 971,22 6470 3 4 52 2 5 2 7 2 7 24 3 450 8262,22
Persentase (%) 1,5 0,8 0,9 11,8 78,3 0,0 0,1 0,6 0,0 0,1 0,0 0,1 0,0 0,1 0,3 0,0 5,5 100,0
30
Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor merupakan salah satu desa yang terletak di sekitar wilayah operasional ANTAM. Keberadaan perusahaan tambang milik ANTAM bukanlah hal yang baru bagi masyarakat. Desa ini termasuk dalam kawasan regional Ring I. Letak Desa Malasari berdekatan dengan wilayah operasional pertambangan ANTAM. Desa Malasari juga merupakan salah satu desa yang menjadi desa binaan ANTAM melalui program CSR. Pusat wilayah Desa Malasari adalah Kampung Malasari yang terletak pada Dusun 1 RT 1 dan RW 1. Kampung Malasari adalah pusat pemerintahan Desa Malasari. Lokasi Kantor Desa Malasari berada di Kampung Malasari. Kondisi geografis Desa Malasari didominasi oleh perkebunan swasta milik PT Nirmala Agung dan kawasan hutan Taman Nasional Halimun Salak. Perkebunan PT Nirmala Agung meliputi Kampung Nirmala 1, Kampung Nirmala 2, Kampung Nirmala 3, Kampung Malani, Kampung Pasir Banteng, Kampung Training Centre, Kampung Neglasari dan Kampung Talahab Kontrak. Sisanya merupakan wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan wilayah operasional ANTAM. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya Berdasarkan data profil desa tahun 2016, jumlah penduduk Desa Malasari tahun 2016 adalah 8677 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2420 KK. Angka kepadatan penduduk pada tahun 2016 adalah 1040 orang per km2. Dari total jumlah penduduk Desa Malasari tahun 2016, berikut adalah proporsi jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Desa Malasari yang dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut Tabel 9 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis kelamin di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor tahun 2016 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah (Jiwa) 4372 4305 8677
Persentase (%) 50,4 49,6 100,0
Sumber: Profil Desa Malasari Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa selisih jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 67 jiwa dengan angka sex ratio sebesar 101,56 yang berarti setiap 100 penduduk perempuan, terdapat sekitar 102 penduduk laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa diantara kedua proporsi tersebut tidak terdapat perbedaan proporsi yang signifikan. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa proporsi jumlah penduduk terbanyak adalah penduduk laki-laki. Seluruh penduduk Desa Malasari beragama muslim. Adapun kondisi ini didukung dengan jumlah fasilitas sarana dan prasarana beribadah yang tersedia di desa ini terdiri mesjid, musholla, pondok pesantren dan sekolah islam madrasah baik tingkat SD hingga SMP. Tabel 10 menunjukkan bahwa penduduk terbanyak berada di rentang usia 2024 tahun hingga usia 50-54 tahun yang menurut BPS (2016) tergolong usia produktif. Rasio beban tanggungan di desa ini adalah 47,21 persen atau sekitar 47, yang berarti tiap satu individu usia produktif memiliki beban tanggungan sejumlah 47 orang.
31
Tabel 10 Jumlah dan persentase penduduk menurut kelompok umur di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor tahun 2016 Kelompok Umur 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 ≥ 70 Total
Laki-laki Jumlah Persentase (Jiwa) (%) 492 11,3 362 8,3 298 6,8 397 9,1 489 11,2 411 9,4 332 7,6 302 6,9 257 5,9 205 4,7 256 5,9 155 3,6 166 3,8 151 3,5 99 2,3 4372 100,0
Perempuan Jumlah Persentase (Jiwa) (%) 475 11,0 432 10,0 315 7,3 385 8,9 523 12,2 398 9,3 298 6,9 275 6,4 258 6,0 195 4,5 250 5,8 157 3,7 130 3,0 134 3,1 80 1,9 4305 100,0
Sumber: Profil Desa Malasari Tahun 2016
Menurut penuturan Staf Kependudukan Desa Malasari, data kependidikan Desa Malasari memiliki kecenderungan bias data. Hal ini diduga karena pihak Pemerintah Desa belum memperbaharui data masyarakat dan diduga masih terdapat beberapa masyarakat yang tidak terdata. Data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa penduduk di Desa Malasari didominasi penduduk dengan tingkat pendidikan rendah yaitu tidak tamat SD dan tamat SD. Rendahnya tingkat pendidikan di Desa Malasari disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan akses terhadap sarana dan prasarana pendidikan yang masih minim. Tabel 11 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor tahun 2016 Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD/ sederajat Tamat SMP/ sederajat Tamat SMA/ sederajat Tamat Perguruan Tinggi Total
Jumlah (n) 870 4533 760 309 61 6533
Persentase (%) 13,3 69,4 11,6 4,7 0,9 100,0
Sumber: Profil Desa Malasari Tahun 2016
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Malasari tercantum pada Tabel 12 berikut
32
Tabel 12 Jumlah sarana dan prasarana rumah ibadah di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor 2016 Sarana dan Prasarana Peribadatan Mesjid Musholla Pondok pesantren Madrasah Diniyah Madrasah Sanawiyah
Jumlah (unit) 18 34 1 14 1
Sumber: Profil Desa Malasari Tahun 2016
Penduduk Desa Malasari didominasi oleh suku Sunda yang merupakan penduduk asli. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Berdasarkan keterangan Staf Kependudukan Desa Malasari, hingga tahun 2016 tidak banyak pendatang yang menetap di Desa Malasari. Penduduk pendatang umumnya dikarenakan menikah dengan penduduk asli dan kemudian berpindah ke tempat lain sehingga tidak menyebabkan pertambahan jumlah penduduk yang signifikan. Kondisi Ekonomi dan Ketenagakerjaan Mata pencaharian penduduk Desa Malasari didominasi oleh petani. Berdasarkan Tabel 13, mayoritas masyarakat adalah petani dan buruh tani. Menurut penurutan masyarakat, beberapa masyarakat memiliki lebih dari satu mata pencaharian. Misalnya menjadi buruh tani dan beternak di rumah. Tabel 13 Jumah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Malasari tahun 2016 Mata Pencaharian Petani Buruh tani Pedagang Pensiun PNS Peternak Buruh kebun Pengrajin Buruh bangunan Ojek Seniman Lain-lain Total
Jumlah (Jiwa) 3457 873 317 6 2 310 885 55 43 187 10 62 6207
Persentase (%) 55,7 14,1 5,1 0,1 0,0 5,0 14,3 0,9 0,7 3,0 0,2 1,0 100,0
Sumber: Profil Desa Malasari Tahun 2016
Mata pencaharian kedua terbanyak setelah petani adalah buruh kebun. Perkebunan yang ada di Desa Malasari adalah perkebunan teh PT Nirmala Agung. Masyarakat yang berada di sekitar wilayah perkebunan umumnya bekerja sebagai buruh kebun sementara masyarakat pada wilayah lain bertani.
33
Profil Pelaksanaan CSR ANTAM Gambaran Umum ANTAM Sejarah pertambangan ANTAM di Kabupaten Bogor diawali pada tahun 1988. Penambangan pertama yaitu pertambangan emas di Cikotok. Menipisnya cadangan emas di Cikotok membuat eksplorasi penambangan diintensifkan ke daerah Gunung Limbung, Cibugis dan sekitarnya. Ketiga daerah tersebut berada di wilayah Utara – Timur Gunung Pongkor. Tahun 1987 ANTAM berhasil menemukan daerah pertambangan emas Pongkor. Penemuan ini diawali dari kebijakan yang mengantarkan Tim Eksplorasi Jawa Barat pada daerah pertambangan emas Pongkor. Saat itu, Tim Eksplorasi Jawa Barat merupakan tim evaluator kuasa-kuasa pertambangan Jawa Barat berdasarkan sumber-sumber informasi yang dihimpun tim geologi Belanda. Penemuan tambang emas Pongkor merupakan penemuan tim geologi ANTAM tanpa campur tangan orang lain. Tujuan utamanya adalah mencari cebakan bijih logam dasar (base metal) yang memiliki nilai permintaan yang tinggi pada saat itu. Pada akhir tahun 1981, tim unit geologi ANTAM yaitu Unit Geomin melakukan reconnaissance (survei tinjau) ke daerah Gunung Pongkor dan menemukan deposit emas urat kwarsa dengan kandungan logam Au = 4 ppm dan logam Ag = 126 ppm di lokasi Pasir Jawa. Produksi penambangan emas dimulai pada tahun 1994 setelah ijin Kuasa Penambangan (KP) Eksplorasi seluas 4.339 ha diperoleh pada tahun 1992. KP yang ditetapkan adalah KP DU 562/Jabar. Daerah operasional ANTAM berada di Desa Bantar karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor dengan luas ijin usaha pertambangan seluas 6.047 ha. Pabrik Pongkor I mulai dibangun tahun 1993. Ketika mulai berdiri, terdapat 660 karyawan tetap yang bekerja di tambang emas Pongkor. Tenaga kerja tambang bawah tanah (underground miner) sebagian besar berasal dari tambang emas Cikotok. Situasi saat itu ANTAM Pongkor mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja tambang bawah tanah, maka dilakukan rekrutmen tenaga kerja untuk dididik oleh ANTAM dengan mengutamakan penduduk setempat. Pada tahun 1995 dibangun Pabrik Pongkor II dengan alasan diperlukan perluasan karena kapasitas produksi pengolahan emas yang dirasa kurang cukup. Setelah memperluas Pabrik Pongkor, ANTAM melakukan eksplorasi di kawasan lain di Jawa Barat. Hingga saat ini, wilayah Jawa Barat yang termasuk dalam wilayah eksplorasi ANTAM meliputi Cirotan, Cipiru, Cibugis, Pangleseran dan Cikadang. Program CSR ANTAM PT ANTAM (Persero) Tbk, UBPE Pongkor merupakan salah satu BUMN pertambangan yang beroperasi di wilayah yang berbatasan dengan masyarakat. Selain menjalani fungsi utamanya sebagai entitas yang berorientasi pada keuntungan, ANTAM juga turut membantu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan yang berada di sekitar wilayah operasinya dengan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). ANTAM menyadari bahwa keberadaan operasi penambangan di tengah masyarakat tidak hanya sebagai perusahaan, tetapi juga bagian dari entitas sosial masyarakat lokal di sekitar lokasi Perseroan maupun wilayah pascatambang. Program Kegiatan CSR UBP Emas Pongkor dilaksanakan berdasarkan RKA No 7505/0045/DAT/2013 tanggal 17 Desember 2013 yang telah
34
disahkan dan disetujui Manajemen UBPE dan Direksi PT. ANTAM (Persero) Tbk untuk selanjutnya dapat direalisasikan. Secara garis besar, ANTAM merealisasikan program CSR ke dalam dua program yakni: 1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007. Program Pengembangan Masyarakat (Community Development, comdev) pada wilayah operasi Perseroan maupun wilayah-wilayah tambang dan pascatambang. Program Kemitraan (PK) berupaya untuk menstimulasi tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat di daerah sekitar operasi. Program Kemitraan menyalurkan dana dalam bentuk pengembangan kluster-kluster usaha. Dana disalurkan dalam bentuk pemberian pinjam modal dengan syarat lunak dan pemberian dana hibah untuk kegiatan pembinaan kewirausahaan, pendidikan dan dana hibah. Enam sektor yang terlibat adalah industri, perdagangan, peternakan, pertanian, perikanan dan jasa. ANTAM juga melakukan berbagai pembinaan terhadap mitra binaan usahanya. Program Bina Lingkungan (BL) ditujukan pada tujuh kegiatan yaitu bantuan bencana alam, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan masyarakat, pembangunan sarana umum, pengembangan sarana ibadah, pelestarian alam dan pengentasan kemiskinan. Program BL bertujuan untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah sekitar operasi Perseroan. 2. Program Pengembangan Masyarakat mencakup penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah lokal, peningkatan kualitas dan layanan pendidikan masyarakat, dukungan peningkatan akses dan layanan kesehatan, dukungan peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui konservasi dan rehabilitasi keanekaragaman hayati. Adapun dana yang tersalurkan selama kegiatan CSR periode tahun 2013 – 2015 dapat diketahui pada Tabel 14. Tabel 14 Jumlah dana program CSR ANTAM tahun 2013-2015 No. 1. 2. 3.
Jenis Program Kemitraan Bina Lingkungan Pengembangan Masyarakat
Jumlah Dana (Rp miliar) 2013 2014 2015 6,59 74,72 71,97 20,44 10,22 1,54 115,00 62,78 63,6
Sumber: Laporan berkelanjutan CSR ANTAM (Persero) Tbk
Dikutip dari ANTAM (2015), anggaran program CSR termasuk dalam RKA perusahaan. Jumlah anggaran bisa naik atau turun setiap tahunnya. Hal ini bergantung dari usulan program dan hasil evaluasi program dari tahun sebelumnya. Usulan program merupakan pengajuan proposal bantuan yang berasal dari masyarakat. Tabel 14 menggambarkan bahwa terjadi fluktuasi selama tiga tahun terakhir terhadap jumlah penyaluran dana program CSR ANTAM. Tahun 2013
35
penyaluran dana terbesar terdapat pada program Pengembangan Masyarakat, sementara tahun 2014 dan 2015 penyaluran dana terbesar terdapat pada Program Kemitraan. Program yang menjadi kasus utama dalam penelitian ini adalah ketiga jenis program yang dilakukan dalam CSR ANTAM di Desa Malasari khususnya dusun 1 dan dusun 2, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Pada program kemitraan berupa peminjaman modal kepada masyarakat baru dimulai pada akhir tahun 2016. Jumlah penerima program kemitraan sejumlah 6 orang. Pinjaman modal ini diberikan dengan diawali dengan mengisi formulir, membawa syarat-syarat yang dibutuhkan dan barulah adanya panggilan dari pihak ANTAM untuk pencairan dana. “Pertama kali tau ada pinjaman modal dari ANTAM ya dari masyarakat sama pak RW-nya juga, abis itu saya ke ANTAM Pongkor buat ngisi formulirnya. Terus balik lagi buat bawa syarat-syaratnya kaya BPKB, kartu keluarga, fotocopy KTP abis itu baru ada panggilan ke ANTAM buat pencairan dana sama beberapa informasinya.” (AAS, 39)
Pada program bina lingkungan terdapat beberapa bantuan program, yakni; bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang dimulai pada tahun 2014. Sampai saat ini khususnya dusun 1 dan dusun 2 terdapat 6 orang penerima bantuan berupa material dan sejumlah uang. Bantuan RTLH ini didapat melalui pemerintah desa untuk menentukan penerima yang layak. Bantuan selanjutnya adalah gazebo dan MCK yang diberikan kepada pengurus MKK (Model Kampung Konservasi) yang dibentuk oleh Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) 3 , tujuannya adalah menambah fasilitas penunjang MKK yang nantinya akan meningkatkan ekonomi masyarakat. Bantuan lainnya berupa charity atau sumbangan seperti pembangunan kantor desa, pemberian mobil siaga serta beasiswa. Program community development atau pemberdayaan masyarakat terbagi dalam dua bantuan, yakni sentra buah-buahan yang ditujukan untuk menjadikan desa-desa di Kecamatan Nanggung menjadi sentra buah. Bantuan berupa bibit tanaman buah yang terdiri dari tanaman manggis, tanaman alpukat, tanaman jambu, tanaman durian, tanaman petai dan lain-lain. Bantuan sarana prasarana berupa alat semprot hama dan pelatihan mengenai budidaya tanaman holtikultura. Sentra buahbuahan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Selanjutnya pemberian domba Garut yang dilakukan pada tahun 2012. Bantuan berupa 55 ekor domba Garut yang terdiri dari lima ekor domba betina dan lima puluh ekor domba jantan. Bantuan sarana dan prasarana diberikan berupa fasilitas kandang domba bersama. Adapun pelatihan yang dilakukan meliputi pelatihan budidaya domba, perawatan domba dan kesehatan domba. Gambaran Responden Penelitian Dari empat puluh responden penelitian, terdapat 67,5 persen responden berjenis kelamin laki-laki dan 32,5 persen berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan tidak mempertimbangkan jenis kelamin karena unit analisis penelitian ini adalah individu penerima program CSR ANTAM.
3
Desa Malasari termasuk dalam kawasan penyangga Tanam Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)
36
Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) Laki-laki 27 67.5 Perempuan 13 32.5 40 100.0 Total Sebaran usia responden menyebar dari usia 25 tahun hingga 77 tahun. Usia responden dikategorikan berdasarkan rentang sepuluh tahun. Mayoritas responden berada pada rentang usia 36 tahun hingga 45 tahun, yaitu sebanyak 30 persen responden. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan golongan usia di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Golongan Usia Jumlah (n) Persentase (%) 25 – 35 7 17.5 36 – 45 12 30.0 46 – 55 9 22.5 56 – 65 10 25.0 66 – 77 2 5.0 40 100.0 Total Berdasarkan pendidikan terakhir responden, mayoritas responden merupakan tidak tamat sekolah dasar, yakni sebanyak 16 orang atau sebesar 40 persen responden. Tabel 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%) Tidak tamat SD 16 40.0 SD / Sederajat 15 37.5 SMP / Sederajat 4 10.0 SMA / Sederajat 3 7.5 Diploma / Sarjana 2 5.0 40 100.0 Total Persentase tingkat pendidikan yang rendah disebabkan oleh sulitnya akses menempuh sekolah dan kurangnya jumlah sekolah di Desa Malasari. Seperti yang dikutip dari responden sebagai berikut: “Di sini kalau mau sekolah jauh, SD cuma ada satu di Kampung Malasari, SMP cuma satu itupun SMP terbuka. SMA malah lebih parah lagi neng, harus ke Kecamatan Nanggung dulu baru ada. Padahal masyarakat butuh banget sekolah biar bisa ningkatin kualitas hidup mereka.” (EBR, 56)
37
Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan alamat di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Alamat Jumlah (n) Persentase (%) Kampung Cisangku 24 60.0 Kampung Keramat Banteng 2 5.0 Kampung Kopo 2 5.0 Kampung Malasari 8 20.0 Kampung Sijagur 2 5.0 Kampung Sirna 2 5.0 40 100.0 Total Sebaran program CSR ANTAM mayoritas di Kampung Cisangku yakni 24 orang atau sebesar 60 persen. Kampung Cisangku merupakan pusat Desa Malasari. “Program CSR ANTAM banyak neng di Cisangku, kaya program budidaya domba aja cuma ada di Cisangku, karena kan Cisangku ini termasuk Model Kampung Konservasi (MKK).” (HDR,45)
Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tahun bergabung dengan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Tahun Program Jumlah (n) Persentase (%) 2012 – 2013 16 40.0 2014 – 2015 9 22.5 2016 – 2017 15 37.6 40 100.0 Total Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa mayoritas responden yang mengikuti program CSR ANTAM mulai bergabung dengan program tersebut pada tahun 2012-2013 yakni sebanyak 40 persen responden. Terdapat tiga jenis program dari CSR ANTAM yaitu program kemitraan, bina lingkungan dan community development. Tabel 20 menunjukkan jumlah dan persentase responden yang mengikuti program CSR ANTAM. Mayoritas responden terdapat pada program community develompent yakni sebanyak 20 orang atau 50 persen. Tabel 20 Jumlah dan persentase responden yang mendapat program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Jenis Program Jumlah (n) Persentase (%) Program Kemitraan 6 15.0 Bina Lingkungan 14 35.0 Community Development 20 50.0 40 100.0 Total Terdapat delapan bentuk kegiatan dan bantuan dari program CSR ANTAM yaitu pinjaman modal, Rumah Tidak Layak Huni, bantuan gazebo dan MCK, renovasi kantor desa, bantuan mobil siaga, beasiswa, sentra buah-buahan dan budidaya domba. Tabel 21 menunjukkan jumlah dan persentase responden yang mendapat delapan bentuk kegiatan dan bantuan dari program CSR ANTAM.
38
Mayoritas penerima bantuan pada sentra buah-buahan dan budidaya domba yakni sebesar 25 persen pada masing-masingnya. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden yang mendapat program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Bentuk Program Jumlah (n) Persentase (%) Pinjaman Modal 6 15.0 Rumah Tidak Layak Huni 6 15.0 Gazebo dan MCK 5 12.5 Kantor Desa 1 2.5 Mobil Siaga 1 2.5 Beasiswa 1 2.5 Sentra buah-buahan 10 25.0 Budidaya Domba 10 25.0 40 100.0 Total Ikhtisar Dari total responden penelitian sebanyak 40 orang, 67,5 persen diantaranya adalah responden berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan golongan usia, mayoritas responden yakni sebesar 30 persen responden berada pada golongan usia 36-45 tahun. Kecenderungan responden yakni sebesar 40 persen responden memiliki tingkat pendidikan tidak tamat sekolah dasar. Mayoritas responden yakni sebesar 60 persen responden beralamatkan Kampung Cisangku. Berdasarkan tahun mengikuti program, mayoritas responden yakni sebesar 40 persen mengikuti program pada tahun 2012-2013. Sementara, berdasarkan jenis program, kecenderungan responden mengikuti program community development yakni sebesar 50 persen responden. Berdasarkan bentuk program yang diikuti, mayoritas sebesar 10 persen adalah program sentra buah-buahan dan budidaya domba.
39
KARAKTERISTIK PENGIRIM PESAN Karakteristik pengirim pesan merupakan sifat-sifat yang dimiliki komunikator atau pengirim pesan. Karakteristik pengirim pesan ini sangat berpengaruh pada pesan yang akan disampaikan. Adapun karakteristik pengirim pesan dapat diukur dengan keempat indikator yakni kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, dan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan. Kredibilitas Pengirim Pesan Kredibilitas pengirim pesan atau komunikator merupakan hal yang penting dalam karakteristik pengirim pesan. Kredibilitas ini merupakan tingkat kepercayaan terhadap pembicara atau pengirim pesan. Hal ini nantinya akan berpengaruh pada efektivitas pesan CSR yang akan disampaikan. Tabel 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kredibilitas pengirim pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Kredibilitas Karakteristik Pengirim Pesan Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
0 32 8 40
0.0 80.0 20.0 100.0
Kecenderungan responden sebesar 80 persen menyatakan bahwa karakteristik pengirim pesan program CSR ANTAM berdasarkan kredibilitas pengirim pesan tergolong sedang. Responden merasa saat ini kredibilitas pengirim pesan tergolong baik pada saat pelaksanaan program berlangsung. “Saat ini sih orang ANTAM masih bisa dipercaya neng, kan ketemunya cuma pas rapat atau berkunjung aja jadi masih baik.” (NRH, 33)
Keterampilan Berkomunikasi Keterampilan berkomunikasi adalah salah satu indikator yang penting dalam karakteristik pengirim pesan guna menunjang efektivitas pesan CSR. Keterampilan berkomunikasi merupakan tingkat keahlian, kemampuan, atau kepandaian dalam menyampaikan informasi yang dilakukan pengirim pesan yakni staf CSR atau fasilitator. Seluruh responden yakni sebesar 100 persen menyatakan bahwa karakteristik pengirim pesan program CSR ANTAM berdasarkan keterampilan berkomunikasi tergolong sedang. Responden merasa keterampilan berkomunikasi staf CSR atau fasilitator termasuk baik. Dalam ketiga program CSR yang dilaksanakan ANTAM tidak nampak perbedaan kemampuan Staf maupun fasilitator CSR.
40
“…penyampaian pesan cukup jelas tentang program, karena biasanya sebelum dikasih pasti ada kumpul dulu dikasih tau infonya.” (SJI, 50)
Tabel
23
Jumlah dan persentase responden berdasarkan keterampilan berkomunikasi CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017
Keterampilan Berkomunikasi Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
0 40 0 40
0.0 100.0 0.0 100.0
Personality Personality dari pengirim pesan merupakan faktor penunjang dalam efektivitas penyampaian pesan CSR. Dengan personality yang baik maka penerima pesan akan semakin tertarik untuk mendengarkan pesan. Personality merupakan keseluruhan cara atau sifat seorang pengirim pesan dalam berinteraksi dengan peserta program. Tabel 24 Jumlah dan persentase responden berdasarkan personality pengirim pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Personality Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 0 40 0 40
Persentase (%) 0.0 100.0 0.0 100.0
Seluruh responden yakni sebesar 100 persen beranggapan bahwa personality dari pengirim pesan termasuk pada kategori sedang. Hal ini merata pada personality pengirim pesan dalam ketiga program yang ada yakni program kemitraan, bina lingkungan dan community development. “…orang dari ANTAM sampe saat ini sih masih baik, kadang kesini buat survey. Mereka ramah ramah ko, kadang suka ngobrol sama bapak.” (AJP, 48)
Kemampuan Komunikator Memperhitungkan Harapan Komunikan Kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan adalah tingkat kemampuan seorang komunikator dalam melihat dan memperhitungkan harapan peserta program CSR. Dengan kata lain kemampuan komunikator memberikan apa yang mereka butuhkan dalam program. Indikator ini sangat dibutuhkan agar sesuai dengan sasaran dan membuat pesan menjadi efektif. Kecenderungan responden sebesar 80 persen menyatakan bahwa karakteristik pengirim pesan program CSR ANTAM berdasarkan kemampuan komunikator
41
memperhitungkan harapan komunikan kredibilitas pengirim pesan tergolong sedang. Responden merasa saat ini kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan tergolong baik dan mampu memberikan apa yang peserta program butuhkan. Tabel 25 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Kemampuan Komunikator Memperhitungkan Harapan Komunikan Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
0 32 8 40
0.0 80.0 20.0 100.0
“orang ANTAM (staf ANTAM) bisa ngasih apa yang bapak butuhin neng, bapak kan buka bengkel, modalnya pas-pasan. Ibu juga buka warung kecil-kecilan buat tambahan, nah ANTAM ngasih bantuan pinjaman modal. Lumayan ngebantu itu neng, bunganya juga gak ngeberatin kita orang susah. Waktu awal ada bapak ke ANTAM buat pencairan dana sama dikasih infonya.” (SJI, 50)
Ikhtisar Secara keseluruhan mayoritas responden menyatakan bahwa karakteristik pengirim pesan berada pada kategori sedang. Pada indikator kredibilitas pengirim pesan berada pada kategori sedang dengan mayoritas responden sebanyak 80 persen. Keterampilan berkomunikasi semua responden berada pada kategori sedang dengan 100 persen, begitu juga dengan personality dengan seluruh responden menjawab dengan kategori sedang sebanyak 100 persen. Adapun indikator kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan mayoritas responden menyatakan kategori sedang dengan total 80 persen.
42
43
STRATEGI KOMUNIKASI Strategi komunikasi adalah panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara teknis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi. Strategi komunikasi CSR yang dilakukan komunikator dapat mempengaruhi pesan yang akan disampaikan. Tiga indikator pengukuran strategi komunikasi yang digunakan adalah informing, responding, dan involving. Informing Indikator Informing untuk mengukur strategi komunikasi adalah tingkat seorang komunikator atau pengirim pesan dalam memberikan pesan atau informasi secara baik kepada peserta program. Dengan adanya informasi yang jelas diharapkan pesan tersebut dapat disampaikan dapat dimengerti oleh seluruh peserta program CSR. Tabel 26 Jumlah dan persentase responden berdasarkan informing CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Informing Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 1 35 4 40
Persentase (%) 2.5 87.5 10.0 100.0
Kecenderungan responden sebesar 87.5 persen menyatakan bahwa strategi komunikasi program CSR ANTAM berdasarkan tingkat informing tergolong sedang. Responden merasa saat ini penyampaian informasi cukup merata namun tidak cukup mendalam. Para peserta program hanya sekedar tahu saja. “Info program CSR mah ada tapinya gak terlalu merata neng. Yang tau jelas ya kaya pak RW atau orang desa aja (aparat desa), kalau masyarakat biasa ya ada yang tau ada yang engga.” (UDS, 60)
Responding Responding merupakan tingkat seorang komunikator atau pengirim pesan dalam memberikan tanggapan atau balasan secara baik kepada peserta program. Responding merupakan hal yang berpengaruh dalam keberlanjutan komunikasi CSR. “kalau ada laporan misalnya ada masalah sama pelaksanaan program, staf ANTAM suka langsung dateng buat liat keadaan secara langsung, nanti dirembukin lagi kira-kira penyebabnya apa terus solusinya kaya gimana. Gak tau sekarang masih gitu apa engga kan bapak penerima generasi yang pertama.” (MMN, 36)
Seluruh responden yakni sebesar 100 persen menyatakan bahwa tingkat responding terhadap program CSR ANTAM tergolong sedang. Responden merasa
44
saat ini tingkat responding sudah cukup baik serta adanya feedback dari ANTAM terhadap keadaan dilapang Tabel 27 Jumlah dan persentase responden berdasarkan responding terhadap program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Responding Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 0 40 0 40
Persentase (%) 0.0 100.0 0.0 100.0
Involving Involving adalah tingkat seorang komunikator atau pengirim pesan dalam mengikutsertakan atau melibatkan peserta program berkomunikasi. Dalam program CSR melihat sejauh mana peserta program dilibatkan dalam program CSR baik tahap perencanaan, implementasi dan evaluasinya. Tabel 28 Jumlah dan persentase responden berdasarkan involving terhadap program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Involving Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 2 36 2 40
Persentase (%) 5.0 90.0 5.0 100.0
Kecenderungan responden sebesar 90 persen menyatakan bahwa tingkat invoving pada program CSR ANTAM tergolong sedang. Responden merasa saat ini peserta program cukup dilibatkan dalam program CSR ANTAM. “…kalau bapak sih neng suka ikut rapat sama ANTAM, tergantung buat program apanya sih tapi seringnya ikut. Staf ANTAM juga suka ngelibatin pesertanya, suka dikasih waktu buat nanya atau usul gitu.Walaupun gak semuanya gak bisa dikabulin.” (HDR, 45)
Ikhtisar Secara keseluruhan mayoritas responden menyatakan bahwa strategi komunikasi CSR ANTAM berada pada kategori sedang. Pada indikator informing berada pada kategori sedang dengan mayoritas responden sebanyak 87.5 persen. Tingkat responding semua responden berada pada kategori sedang dengan persentase 100 persen. Adapun indikator involving mayoritas responden menyatakan kategori sedang dengan total 90 persen.
45
EFEKTIVITAS PESAN CSR Efektivitas pesan CSR sangat diperlukan agar maksud dan tujuan pesan dapat sampai kepada penerima pesan. Hal ini tidaklah mudah dan harus didukung degan pengirim pesan, penerima pesan maupun channel atau saluran yang digunakan dalam penyampaian pesan. Empat indikator pengukuran efektivitas pesan yang terdiri atas aktual, informatif, edukatif dan persuasif kemudian akan digunakan untuk mengklasifikasikan variabel efektivitas pesan. Aktual Indikator aktual adalah pesan yang disampaikan bersifat fakta didukung dengan bukti yang ada dan bersifat baru atau isi terkini dalam konteks program CSR yang dilaksanakan. Tingkat aktual ini berpengaruh pada efektivitas pesan yang disampaikan. Tabel 29 Jumlah dan persentase responden berdasarkan aktual dalam efektivitas pesan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Aktual Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 0 40 0 40
Persentase (%) 0.0 100.0 0.0 100.0
Seluruh responden yakni sebesar 100 persen menyatakan bahwa tingkat aktual terhadap program CSR ANTAM tergolong sedang. Responden merasa saat ini tingkat aktual pesan sudah cukup baik dalam menjelaskan program CSR. “…penyampaian pesan program CSR cukup jelas, dikasih tau dan dikontrol juga perkebangannya kaya gimana. Biasanya penyampaian info disampaikan dalam rapat. Adanya transparansi dari pihak perusahaan ke peserta program yang mewakili rapat.” (USP, 57)
Informatif Informatif merupakan pesan yang disampaikan dapat memberi pengetahuan baru yang berguna bagi peserta program. Bermanfaat atau tidaknya pesan dapat membuat penerima pesan menjadi tertarik dengan pesan yang disampaikan, yang nantinya akan berpengaruh pada efektivitas sebuah pesan. Tabel 30 Jumlah dan persentase responden berdasarkan informatif dalam efektivitas pesan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Informatif Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 0 36 4 40
Persentase (%) 0.0 90.0 10.0 100.0
46
Kecenderungan responden sebesar 90 persen menyatakan bahwa efektivitas pesan CSR ANTAM berdasarkan tingkat informatif tergolong sedang. Responden merasa saat ini penyampaian pesan cukup informatif dan bermanfaat bagi peserta program. Terutama pada program community development yakni bantuan sentra buah-buahan dan budidaya domba yang diberikan pelatihan, demo dan informasi mengenai mengelola dan merawat program yang diberikan. Hal ini sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan peserta program. “…pesan CSR yang disampaikan dapat menambah pengetahuan, apalagi dengan adanya pelatihan. Kaya saya kan penerima budidaya domba dan sempet dikirim buat mengikuti pelatihan. Dari situ saya jadi lebih tau tentang merawat domba. Dikasih tau juga tata kelola kandang yang baik. Jadi bisa lebih bermanfaat dan gak sia-sia. Sekarang domba saya udah beranak banyak. Domba yang dari ANTAM udah digulirkan semua ke generasi selanjutnya.” (YNS, 34)
Edukatif Indikator edukatif dalam efektivitas pesan adalah pesan yang di sampaikan bersifat mendidik yang berguna peserta program. Dalam hal ini sifat pesan CSR tidak hanya memberitahu tetapi juga menambah pengetahuan dari peserta program. Tabel 31 Jumlah dan persentase responden berdasarkan edukatif dalam efektivitas pesan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Edukatif Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 0 37 3 40
Persentase (%) 0.0 92.5 7.5 100.0
Kecenderungan responden sebesar 92,5 persen menyatakan bahwa efektivitas pesan CSR ANTAM berdasarkan tingkat edukatif tergolong sedang. Responden merasa saat ini pesan yang disampaikan dapat menambah pengetahuan peserta program khusunya program community development. Hal ini didukung dengan kutipan responden pada indikator sebelumnya yakni indikator informatif “Bapak sebagai perwakilan Desa Malasari dikirim untuk ikut pelatihan di Jogjakarta selama tiga hari dari perusahaan ANTAM. Dari situ bapak jadi tau cara bertani walaupun sebelumnya emang bapak petani tapi jadi lebih tau gimana nanganin tanaman kalua terserang hama atau penyakit. Informasi dari ANTAM bisa bermanfaat buat bapak.” (SYA, 62)
Persuasif Persuasif adalah pesan yang disampaikan bersifat mengajak peserta program agar mau merubah sikap dan melakukan hal yang sesuai dengan tujuan pesan. Dengan adanya pesan yang bersifat ajakan mengarahkan peserta program untuk melakukan hal yang lebih baik lagi demi menunjang pelaksanaan program CSR ANTAM yang lebih baik lagi.
47
Tabel 32 Jumlah dan persentase responden berdasarkan persuasif dalam efektivitas pesan program CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Persuasif Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 1 39 0 40
Persentase (%) 2.5 97.5 0.0 100.0
Kecenderungan responden sebesar 97,5 persen menyatakan bahwa efektivitas pesan CSR ANTAM berdasarkan tingkat persuasif tergolong sedang. Responden merasa saat ini pesan cukup mengajak peserta untuk merubah cara dan pandangan agar menjadi lebih baik lagi dalam program CSR ANTAM. “Dulu ngobatin domba yang sakit pake cara tradisional dan racik sendiri karena kan bapak gatau cara yang sebernya kaya gimana. Tapi karna dikasih pelatihan sama ANTAM jadi tau obat dan cara menangani domba yang sakit. Sekarang kalau dombanya sakit jadi dikasih obat.” (MHD, 42)
Ikhtisar Secara keseluruhan mayoritas responden menyatakan bahwa efektivitas pesan CSR ANTAM berada pada kategori sedang. Pada indikator aktual seluruh responden atau sebesar 100 persen menyatakan dalam kategori sedang. Indikator informatif sebesar 90 persen responden menjawab dalam kategori sedang. Adapun edukatif pesan CSR termasuk kategori sedang dengan persentase 92,5, dan pada indikator persuasif mayoritas menyatakan indikator sedang dengan 97,5 persen.
48
49
REPUTASI PERUSAHAAN Reputasi perusahaan merupakan sebuah pandangan atau persepsi mengenai perusahaan. Reputasi sendiri merupakan intangible asset atau aset yang tidak dapat dilihat namun dapat diukur. Membangun sebuah reputasi positif perusahaan yang kokoh kuat berkaitan dengan kehangatan hubungan dan komitmen mempunyai banyak manfaat, yakni: (a) dalam persaingan antar produk-produk sejenis dan tingkat kualitas yang mirip, reputasi perusahaan memberikan preferensi untuk membangun hubungan bisnis; (b) bila perusahaan menghadapi situasi kontroversial, reputasi mampu menarik dukungan; dan (c) di pasar uang, reputasi merupakan “nilai perusahaan” (company’s value). Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur reputasi perusahaan adalah citra kredibilitas, terpercaya, keterandalan, dan tanggungjawab sosial Citra Kredibilitas Citra kredibilitas adalah tingkat kredibilitas (memperlihatkan profitabilitas, dapat mempertahankan stabilitas dan adanya prospek pertumbuhan yang baik) program CSR di mata peserta program CSR ANTAM. Citra kredibilitas adalah salah satu indikator yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan. Tabel 33 Jumlah dan persentase responden berdasarkan citra kredibilitas terhadap reputasi perusahaan ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Citra Kredibilitas Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 0 35 5 40
Persentase (%) 0.0 87.5 12.5 100.0
Kecenderungan responden sebesar 87.5 persen menyatakan bahwa citra kredibilitas program CSR ANTAM tergolong sedang. Responden merasa saat ini perusahaan ANTAM cukup terkenal dan tidak memiliki masalah berarti dengan masyarakat desa khusunya penerima program CSR. “ANTAM mah perusahaann terkenal atuh neng, sebelum ANTAM ngasih bantuan juga bapak udah tau ANTAM. Di desa kita gak pernah ada masalah, gak pernah ada demo-demo gitu. Walalupun masuk kawasan ANTAM tapi gak pernah ada keluhan dan gak ngerasain dampak buruknya. Bantuan (CSR) ANTAM juga bermanfaat buat masyarakat sini.” (WND, 57)
Terpercaya Indikator terpercaya adalah tingkat kepercayaan program CSR yang diberikan di mata peserta program. Terpercaya adalah faktor penting dalam keberlanjutan program CSR dan juga reputasi perusahaan. Dengan adanya tingkat percaya yang tinggi akan mendatangkan banyak manfaat untuk suatu organisasi atau perusahaan.
50
Tabel 34 Jumlah dan persentase responden berdasarkan terpercaya terhadap reputasi perusahaan ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Terpercaya Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 0 40 0 40
Persentase (%) 0.0 100.0 0.0 100.0
Seluruh responden yakni sebesar 100 persen beranggapan bahwa tingkat terpercaya dalam program CSR ANTAM termasuk pada kategori sedang. Responden pada saat ini percaya dengan CSR yang diberikan ANTAM akan berdampak baik untuk masyarakat sekitar dan tepat sasaran. “…saya sih percaya teh sama program ANTAM. Ini aja saya dikasih pinjaman modal, kan saya emang sebelumnya punya warung, lumayan buat tatambahan modal. Kalau pinjaman modal kan baru ada akhir taon 2016 jadi belum ada keluhan dan kendala gitu. Bantuan ANTAM udah tepat sasaran lah.” (IYS, 28)
Keterandalan Indikator keterandalan adalah tingkat keterandalan program CSR di mata peserta program mengenai terlaksananya program yang baik. Semakin perusahaan bisa diandalkan maka reputasi perusahaan akan meningkat. Tabel 35 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keterandalan terhadap reputasi perusahaan ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Keterandalan Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 0 39 1 40
Persentase (%) 0.0 97.5 2.5 100.0
Kecenderungan responden sebesar 97.5 persen menyatakan bahwa tingkat keterandalan program CSR ANTAM tergolong sedang. Responden merasa saat ini perusahaan ANTAM cukup bisa diandalkan untuk membantu masyarakat sekitar kawasan khusunya Desa Malasari. Dengan bantuan ANTAM dan kepedulian ANTAM terhadap masyarakat sekitar dapat mendatangkan manfaat dan dampak baik untuk Desa Malasari. “Perusahaan ANTAM bisa diandalkan, neng. Saya penerima bantuan budidaya domba kalau ada keluhan gitu suka ditanggepin. Apalagi kalau lagi ada masalah sama dombanya. Pernah tuh waktu itu dombanya pada sakit, terus ada yang dateng buat ngasih vaksin dan dikasih tau penanganannya. Ada kontrol langsungnya.” (MMN, 36)
51
Tanggungjawab Sosial Tanggungjawab sosial merupakan faktor yang penting dalam reputasi perusahaan. Tanggungjawab sosial adalah tingkat tanggung jawab perusahaan dimata masyarakat dalam pengembangan masyarakat sekitar dan seberapa peduli perusahaan terhadap masyarakat melalui program CSR yang dilaksanakannya. Tabel 36 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tanggungjawab sosial terhadap reputasi perusahaan ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Tanggungjawab Sosial Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 0 35 5 40
Persentase (%) 0.0 87.5 12.5 100.0
Kecenderungan responden sebesar 87.5 persen menyatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan ANTAM tergolong sedang. Responden merasa saat ini perusahaan ANTAM cukup sering dalam melaksananakan program CSR untuk masyarakat sekitar kawasan. “…ANTAM sering ngasih bantuan sama Desa Malasari. Adalah bentuk tanggungjawab sosialnya. Disini dulu yang bapak tau ada bantuan Pendidikan kaya beasiswa, kesehatan juga ada dulu pemeriksaan gratis sama sunatan masal tapi kalau sekarang ini udah gak ada sih neng. Bantuan kaya kantor desa sama mobil itu juga kan dari ANTAM. Kalau di Malasari (Kampung Malasari) bapak pernah bagiin yang bibit buah itu” (MRS, 56)
Ikhtisar Secara keseluruhan tingkat reputasi perusahaan berada pada kategori sedang. Pada indikator citra kredibilitas mayoritas responden sebesar 87,5 persen berada pada kategori sedang. Tingkat terpercaya seluruh responden yakni sebesar 100 persen menyatakan dalam kategori sedang. Adapun pada tingkat keterandalan mayoritas menjawab dengan kategori sedang sebesar 97,5 persen dan pada tingkat tanggungjawab sosial mayoritas responden sebesar 87,5 persen menjawab dengan kategori sedang.
52
53
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGIRIM PESAN TERHADAP EFEKTIVITAS PESAN CSR Hubungan antara karakteristik pengirim pesan dengan efektivitas pesan CSR dianalisis menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik Rank Spearman untuk menganalisis hubungan antara dua variabel. Simbol bintang (*) pada koefisien korelasi juga menunjukkan adanya hubungan antar variabel yang diuji. Jumlah bintang (*) menunjukkan tingkat tinggi hubungan antar variabel yang diukur. Karakteristik pengirim pesan digambarkan dengan kredibilitas pengirim pesan, keterampilan berkomunikasi, personality dan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan. Disisilain efektivitas pesan CSR digambarkan dengan aktual, informatif, edukatif, dan persuasif. Hubungan kedua variabel tesebut tergambar pada Tabel 37. Tabel 37 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik pengirim pesan dan efektivitas pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017
Rendah
Efektivitas Pesan CSR Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 0 0 0 0 0 0
100.0
Sedang
0
0
34
100
0
0
100.0
Tinggi
0
0
3
50
3
50
100.0
Total
0
0
37
92.5
3
7.5
100.0
Karakteristik Pengirim Pesan
Total (%)
Berdasarkan Tabel 37 mayoritas sebesar 34 responden atau sebesar 100 persen menyatakan karakteristik pengirim pesan yang sedang berhubungan dengan efektivitas pesan yang juga sedang. Sebesar 3 responden atau 50 persen menyatakan bahwa karakteristik pengirim pesan yang tinggi berhubungan dengan efektivitas pesan yang sedang dan 3 orang responden atau sebesar 50 persen sisanya menyatakan karakteristik pengirim pesan yang tinggi berhubungan dengan efektivitas pesan CSR yang juga tinggi. Sebaran ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan hubungan antara karakteristik pengirim pesan dengan efektivitas pesan CSR. Hal ini dikarenakan responden merasa karakteristik pengirim pesan akan berdampak pada efektivitas pesan CSR. Semakin kredibel seorang pengirim pesan maka pesan yang disampaikan akan semakin efektif dan didengar oleh peserta program. Dalam hal ini responden lebih menggunakan komunikasi tradisional dimana pengirim pesan lebih diperhatikan dibandingkan pesan yang sampaikannya (Koentjaraningrat, 1997). Seperti yang jelaskan oleh beberapa responden sebagai berikut:
54
“… da atuh kalau orang dari ANTAM yang ngomong mah didengerin neng. Barangkali ada info penting buat program yang kita dapet.” (SJI, 50) “kalau ada survei dari ANTAM kan suka ada masukan tuh, suka didengerin. Apalagi kan mereka lebih tau dari pada kita. Waktu domba banyak yang sakit aja dikasih tau obatnya sama penangannya, jadi langsung bisa dipraktekin ke domba yang sakit.” (WND, 57)
Tabel 38 Hasil analisis uji statistik Rank Spearman antara karakteristik pengirim pesan terhadap efektivitas pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Tingkat Karakteristik Pengirim Pesan Kredibilitas pengirim pesan Keterampilan berkomunikasi Personality Kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan
Nilai Korelasi 0.422** 0.264 0.100 0.649**
Nilai Signifikasi 0.007 0.99 0.537 0.000
Keterangan Korelasi sedang Tidak ada korelasi Tidak ada korelasi Korelasi kuat
Terdapat empat indikator dari karakteristik pengirim pesan yang dihubungkan dengan efektivitas pesan CSR. Dapat dilihat data pada Tabel 38, bahwa kredibilitas pengirim pesan mempunyai korelasi yang sedang terhadap efektivitas pesan CSR dengan nilai korelasi 0,422 dan nilai signifikasi sebesar 0.007. Pada keterampilan berkomunikasi dinyatakan tidak adanya korelasi dengan efektivitas pesan CSR begitupun dengan personality pengirim pesan yang tidak memiliki korelasi dengan efektivitas pesan CSR. Hal ini diperkuat dengan pendapat responden yang menyatakan bahwa: “...dulu waktu pelatihan nanem bibitnya ibu ikut neng. Kan pak RW yang nyampeiinnya, udah dikasih tau cara nanemnya gimana terus ditanamnya dimana. Tetep aja waktu ditanem ku ibu mah mati mati juga neng. Gak tau tuh, tau ibu yang gak ngerti kali waktu dijelasinnya.” (AYT, 50)
Pada kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan terdapat korelasi yang kuat yakni sebesar 0,649 dengan nilai signifikasi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa apabila komunikator dapat memberi sesuatu sesuai dengan harapan komunikan maka akan berdampak pada efektivitas pesan CSR yang disampaikan. Dalam kasus ini bila staf CSR memberikan sesuatu sesuai dengan sasaran maka pesan CSR akan didengar dengan baik dan program CSR pun akan terlaksana dengan baik. Seperti yang dipaparkan salah satu responden, “Bapak kan emang petani terus dikasih bibit dari ANTAM. Bapak juga pernah diundang buat ikut pelatihan di luar kota mewakili Desa Malasari. Disana diajarin cara nanem dan cara ngobatin taneman kalau sakit. Dikasih tau banyak hal lah. Jadi berguna buat bapak nambah pengetahuan… sesuai harapan bapak pokoknya mah, sekarang tanamannya udah banyak berbuah.” (SYA, 62)
55
HUBUNGAN STATEGI KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS PESAN CSR Hubungan antara strategi komunikasi dengan efektivitas pesan CSR dianalisis menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik Rank Spearman untuk menganalisis hubungan antara dua variabel. Simbol bintang (*) pada koefisien korelasi juga menunjukkan adanya hubungan antar variabel yang diuji. Jumlah bintang (*) menunjukkan tingkat tinggi hubungan antar variabel yang diukur. Strategi komunikasi digambarkan dengan informing, responding dan involving. Disisilain efektivitas pesan CSR digambarkan dengan aktual, informatif, edukatif, dan persuasif. Hubungan kedua variabel tesebut tergambar pada Tabel 39. Tabel 39 Jumlah dan persentase responden menurut strategi komunikasi dan efektivitas pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017
Rendah
Efektivitas Pesan CSR Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 0 0 0 0 0 0
100.0
Sedang
0
0
37
92.5
3
7.5
100.0
Tinggi
0
0
0
0
0
0
100.0
Total
0
0
37
92.5
3
7.5
100.0
Strategi Komunikasi
Total (%)
Berdasarkan Tabel 39 mayoritas sebesar 37 responden yakni 92,5 persen menyatakan bahwa strategi komunikasi yang sedang berhubungan dengan efektivitas pesan yang juga sedang, dan sebesar 3 responden yakni 7,5 persen menyatakan bahwa strategi komunikasi yang sedang berhubungan dengan efektivitas pesan yang tinggi. Sebaran ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan hubungan antara strategi komunikasi dengan efektivitas pesan CSR. Hal ini dikarenakan responden merasa dengan adanya strategi komunikasi yang matang maka akan berdampak pada efektivitas pesan CSR. Bila komunikasi CSR direncanakan dan dilaksanakan dengan baik maka pesan CSR akan lebih merata dan dipahami oleh seluruh peserta CSR. Seperti jelaskan oleh beberapa responden sebagai berikut: “…kalau cara komunikasinya baik mah pasti pesannya lebih ngena neng. Kan buat nyampein program atau perkembangannya harus ada caranya dan itu gak gampang. Seluruh peserta program harus tau infonya secara merata, ditambah lagi kan Desa Malasari ini luas, jadi kudu pinter-pinter ngumpulin warga yang berkepentingan buat nyampein lagi ke warga kampungnya masing-masing.” (HDR, 45) “Harus diatur banget itu gimana caranya biar infonya bisa kesebar merata, biar gak ada kecemburuan antar kampung. Apalagi pihak ANTAM biasanya mempercayai orang desa (masyarakat Desa Malasari)
56
sendiri yang ngatur. ANTAM cuma ngasih bantuan. Memang gak semua program kaya gitu sih, ada juga yang pihak ANTAMnya sendiri yang turun tangan.” (RHD, 43)
Tabel 40 Hasil analisis uji statistik Rank Spearman antara strategi komunikasi terhadap efektivitas pesan CSR ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Tingkat Strategi Komunikasi Informing Responding Involving
Nilai Korelasi 0.557** 0.644** 0.529**
Nilai Keterangan Signifikasi 0.000 Korelasi kuat 0.000 Korelasi kuat 0.000 Korelasi kuat
Terdapat tiga indikator dari strategi komunikasi yang dihubungkan dengan efektivitas pesan CSR. Secara keseluruhan bila antar variabel ini dihubungkan akan diperoleh korelasi yang kuat yakni sebesar 0,696 dengan nilai signifikasi 0,000. Dapat dilihat data pada tabel 40, bahwa tahap informing mempunyai korelasi yang kuat terhadap efektivitas pesan CSR dengan nilai korelasi 0,557 dan nilai signifikasi sebesar 0.000. Pada tahap responding dinyatakan adanya korelasi kuat dengan efektivitas pesan CSR dengan nilai korelasi sebesar 0,644 begitupun dengan tahap involving yang memiliki korelasi kuat dengan efektivitas pesan CSR dengan nilai korelasi sebesar 0,529. Hal ini diperkuat dengan pendapat responden yang menyatakan bahwa: “…adanya informasi yang merata dan jelas bikin penerima program jadi lebih ngerti neng. Jadi lebih tahu, kan jadi ga ada kesalah pahaman sama penerima program yang lain atau sama ANTAM-nya” (USP, 60) “kalau ada tanggapan dari ANTAM-nya misal lagi ada masalah atau keluhan kan enak jadi ngebantu warga juga, jadi ga cuma ngasih bantuan aja. Apalagi kalau masyarakat dilibatin, ada semacam diskusi gitu. Pesannya jadi lebih sampai.” (HDR, 45)
Dari yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa terdapat hubungan antara strategi komunikasi dengan efektivitas pesan CSR, hal ini dapat diperkuat dengan kutipan dari Arifin (1994:51) bahwa perumusan dan strategi penyampaian pesan merupakan suatu kegiatan penting yang menentukan efektivitas pesan.
57
HUBUNGAN EFEKTIVITAS PESAN CSR TERHADAP REPUTASI PERUSAHAAN Hubungan antara efektivitas pesan CSR dengan reputasi perusahaan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik Rank Spearman untuk menganalisis hubungan antara dua variabel. Simbol bintang (*) pada koefisien korelasi juga menunjukkan adanya hubungan antar variabel yang diuji. Jumlah bintang (*) menunjukkan tingkat tinggi hubungan antar variabel yang diukur. Efektivitas pesan CSR digambarkan dengan pesan yang aktual, informatif, edukatif, dan persuasif. Disisi lain reputasi perusahaan dilihat dari citra kredibilitas, terpercaya, keterandalan dan tanggungjawab sosial. Hubungan kedua variabel tesebut tergambar pada Tabel 41. Tabel 41 Jumlah dan persentase responden menurut efektivitas pesan CSR dan reputasi ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017
Rendah
Reputasi Perusahaan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 0 0 0 0 0 0
100.0
Sedang
0
0
34
91.9
3
8.1
100.0
Tinggi
0
0
2
66.7
1
33.3
100.0
Total
0
0
36
90.0
4
10.0
100.0
Efektivitas Pesan CSR
Total (%)
Merujuk pada Tabel 41 sebanyak 34 responden atau sebesar 91,9 persen menyatakan bahwa efektivitas pesan CSR berhubungan dengan reputasi perusahaan pada kategori sedang. Sebaran ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan hubungan antara efektivitas pesan CSR dengan reputasi perusahaan. Hal ini dikarenakan responden merasa dengan efektivitas pesan CSR yang tinggi, maka akan berdampak pada keberhasilan program CSR yang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Saat ANTAM berhubungan baik dengan masyarakat sekitar kawasan maka akan terbentuk reputasi positif di mata masyarakat. Program CSR yang selama ini diberikan oleh ANTAM dapat membuat perusahaan mendapatkan pandangan baik di mata masyarakat dan mampu membantu mereka untuk meningkatkan kualitas hidup dan tingkat kesejahteraannya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan responden sebagai berikut: “…kalau info bantuannya jelas mah pasti bantuannya jalan neng. Bisa berlanjut ke tahun-tahun berikutnya juga. Kalau bantuan ANTAM buat masyarakat berhasil juga nama ANTAM yang bagus” (HCS, 58) “bantuan ti ANTAM lamun info-na merata mah jeng bantuannya berhasil pasti diinget ku masyarakat. ANTAM mau bantu kita kita juga mau bantu ANTAM.” (THA, 57)
58
Tabel 42 Hasil analisis uji statistik Rank Spearman antara efektivitas pesan CSR terhadap reputasi ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2017 Tingkat Efektivitas Pesan CSR Aktual Informatif Edukatif Persuasif
Nilai Korelasi 0.481** 0.673** 0.640** 0.544**
Nilai Signifikasi 0.002 0.000 0.000 0.000
Keterangan Korelasi sedang Korelasi kuat Korelasi kuat Korelasi kuat
Terdapat empat indikator dari efektivitas pesan CSR yang dihubungkan dengan reputasi perusahaan. Secara keseluruhan bila antar variabel ini dihubungkan akan diperoleh korelasi yang sangat kuat yakni sebesar 0,752 dengan nilai signifikasi 0,000. Dapat dilihat data pada Tabel 42, bahwa tingkat aktual mempunyai korelasi yang sedang dengan nilai korelasi 0,481 dan nilai signifikasi 0,002. Pada tingkat informatif terdapat korelasi kuat dengan reputasi perusahaan dengan nilai korelasi 0,673. Adapun tingkat edukatif mempunyai relasi yang kuat dengan nilai korelasi 0,640 dan tingkat persuasif pun memiliki relasi yang kuat sebesar 0,544 dengan nilai signifikasi 0,000. Hal ini diperkuat dengan pendapat responden yang menyatakan bahwa: “Pesan CSR yang jelas itu ngaruh banget sama keberhasilan programnya. Kalau pesannya jelas dan merata pasti lebih jalan buat kedepannya. Kaya program domba di Kampung Cisangku kan masih jalan sampai sekarang, ada pengawasan dan diskusinya juga. Bisa dikatakan berhasil lah. Penerima programnya pasti lebih welcome ke ANTAM dan punya pandangan baik ke ANTAMnya.” (NRH, 33) “Kalau ANTAM mau membantu masyarakat sekitar, masyarakat sekitar juga lebih menghargai ANTAM. Selama ini program CSR ANTAM sudah terbilang bagus, penyampaian pesannya pun sudah cukup merata dan jelas.” (SJI, 50)
Dari hasil tabulasi silang dan uji statistik menggunakan Rank Spearman dinyatakan bahwa efektivitas pesan CSR akan berdampak pada reputasi perusahaan. Rank Spearman diuji dengan menghubungkan antar variabel yakni efektivitas pesan CSR dengan reputasi perusahaan, dan juga menghubungkan perindikator dari efektivitas pesan CSR dengan reputasi perusahaan. Dari hasil uji statistik ini menunjukkan baik per-variabel maupun per-indikator mempunyai hubungan nyata satu dengan lainnya. Adanya hubungan antara efektivitas pesan CSR dengan reputasi perusahaan dapat diperkuat dengan kutipan The Jakarta Consulting Group (2014) yang menyebutkan bahwa pesan yang sesuai dengan budaya komunitas yang disasar harus dibuat sedemikian rupa sehingga lebih dari sekedar dapat diterima tetapi betul-betul menarik, menggugah, dan dapat menjadi ’mantra’. Untuk itu pesan harus dikemas secara unik dan disampaikan secara konsisten kepada khalayak yang tepat. Demikian halnya dengan program-program yang berkenaan dengan corporate social responsibility yang sifatnya strategis dapat membentuk citra yang positif akan mampu meningkatkan reputasi perusahaan.
59
IKHTISAR Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara karakteristik pengirim pesan dengan efektivitas pesan CSR. Mayoritas sebesar 34 responden yakni 100 persen menyatakan karakteristik pengirim pesan yang sedang berhubungan dengan efektivitas pesan yang juga sedang. Hasil uji Rank Spearman menyatakan kredibilitas pengirim pesan mempunyai korelasi yang sedang terhadap efektivitas pesan CSR dengan nilai korelasi 0,422 dan nilai signifikasi sebesar 0.007. Pada keterampilan berkomunikasi dinyatakan tidak adanya korelasi dengan efektivitas pesan CSR begitupun dengan personality pengirim pesan yang tidak memiliki korelasi dengan efektivitas pesan CSR. Pada kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan terdapat korelasi yang kuat yakni sebesar 0,649 dengan nilai signifikasi 0,000. Hasil uji korelasi selanjutnya menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara strategi komunikasi dengan efektivitas pesan CSR. Mayoritas sebesar 37 responden yakni 92,5 persen menyatakan bahwa strategi komunikasi yang sedang berhubungan dengan efektivitas pesan yang juga sedang. Hasil uji Rank Spearman menyatakan tahap informing mempunyai korelasi yang kuat terhadap efektivitas pesan CSR dengan nilai korelasi 0,557 dan nilai signifikasi sebesar 0.000. Pada tahap responding dinyatakan adanya korelasi kuat dengan efektivitas pesan CSR dengan nilai korelasi sebesar 0,644 begitupun dengan tahap involving yang memiliki korelasi kuat dengan efektivitas pesan CSR dengan nilai korelasi sebesar 0,529. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara efektivitas pesan CSR dengan reputasi perusahaan. Mayoritas sebesar 34 responden yakni 91,9 persen menyatakan bahwa efektivitas pesan CSR yang sedang berhubungan dengan reputasi perusahaan yang juga sedang. Hasil uji Rank Spearman menyatakan tingkat aktual mempunyai korelasi yang sedang dengan nilai korelasi 0,481 dan nilai signifikasi 0,002. Pada tingkat informatif terdapat korelasi kuat dengan reputasi perusahaan dengan nilai korelasi 0,673. Adapun tingkat edukatif mempunyai relasi yang kuat dengan nilai korelasi 0,640 dan tingkat persuasif pun memiliki relasi yang kuat sebesar 0,544 dengan nilai signifikasi 0,000.
60
61
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi CSR telah berdampak pada reputasi ANTAM di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh ANTAM dengan melibatkan masyatakat dan mau mendengarkan masukan dari masyarakat dapat membuat program berjalan secara efektif dan berkelanjutan. Keberhasilan komunikasi program CSR ini membuat masyarakat mempunyai presepsi dan pandangan baik dengan perusahaan. Komunikasi CSR ini mampu meningkatkan reputasi perusahaan ANTAM. Secara khusus berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik pengirim pesan di Desa Malasari memiliki hubungan dengan efektivitas pesan CSR yakni, kredibilitas pengirim pesan dan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan. Responden merasa staf CSR ANTAM sudah cukup berkredibilitas dan mampu memperhitungkan harapan responden. 2. Strategi komunikasi pada program CSR ANTAM memiliki hubungan dangan efektivitas pesan CSR yakni informing, responding dan involving. Responden merasa informasi yang diberikan sudah cukup jelas dan mampu memberikan feedback serta mampu melibatkan peserta CSR. 3. Efektivitas pesan CSR yakni, aktual, informatif, edukatif dan persuasif memiliki hubungan dengan reputasi ANTAM. Pada efektivitas pesan CSR responden merasa pesan yang disampaikan dapat bermanfaat untuk peserta program dan mampu dipahami oleh peserta program. Pesan yang disampaikanpun seperti pada pelatihan dapat menambah wawasan peserta program. Pada reputasi perusahaan ANTAM yakni citra kredibilitas, terpercaya, keterandalan, serta tanggung jawab sosial, responden merasa perusahaan ANTAM adalah perusahaan yang terkenal, berkredibilitas, handal dan mempunyai tanggung jawab dalam membantu masyarakat sekitar kawasan. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran yang bisa dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan: 1. Pada program kemitraan strategi komunikasi sudah baik, namun masih kurangnya penyebaran informasi di masyarakat dapat menimbulkan kesalahpahaman atau miss communication baik bagi peserta program maupun calon penerima program. 2. Pada program bina lingkungan komunikasi sudah baik, namun kurangnya dalam melibatkan masyarakat serta kurangnya sosialisasi membuat masyarakat kurang tahu mengenai bantuan dari ANTAM. 3. Pada program community development komunikasi yang dilakukan oleh ANTAM sudah sangat baik. Informasi mengenai program dapat diterima secara merata oleh penerima program serta adanya pendampingan membuat informasi menjadi tidak bias. Namun diperlukannya pelatihan mengenai
62
bantuan yang diberikan yakni budidaya domba serta penyuluhan tentang penanaman masih perlu dilakukan kembali. Masih banyak masyarakat yang kurang memahami cara menanam dan berternak membuat bantuan kurang berjalan bagi sebagian peserta program.
63
DAFTAR PUSTAKA Achmad et al. 1997. Strategi Komunikasi. Bandung [ID]: Citra Aditya Bhakti. ANTAM. 2016. Deskripsi ANTAM. [internet]. [diunduh pada 16 Desember 2016]. Dapat diunduh pada http://www.antam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3 2&Itemid=38 Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung [ID]: CV ARMICO. Basya, Muslim, Sati, Irmulan. 2006. Tantangan Indonesia Baru: Strategi & Aktivitas Public Relations. Jakarta [ID]: PERHUMAS. Brammer S, Brooks C, Pavelin S. 2005. Corporate Social Performance and Stock Returns: UK evi dance from Disaggegate Measures [internet]. [diunduh pada 16 Desember 2016]. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=739587. Budimanta A, Prasetijo A, Rudito B. 2004. Corporate Social Responsibility, Jawaban bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta [ID]: ICSD. Cangara H. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta [ID]: Raja Grafindo Persada. Creswell JW. 2016. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitati, dan Campuran. Edisi keempat. Yogyakarta [ID]: Pustaka Pelajar. CSR/ComDev. 2016. Tujuan dan Prinsip Komunikasi Kinerja CSR [internet]. [diunduh pada 16 Desember 2016]. Dapat diunduh pada http://csrcomdev.com/tujuan-prinsip-komunikasi-kinerja-csr/ Dahlsrud A. 2008. Corporate Social Responsibility and Environmental Management. [internet]. [diunduh pada 24 November 2016]. Dapat diunduh pada http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/csr.132/abstract;jessionid=3842 8444B8 202551DB0C6F3BE21ABFE1.f01t03 Management” Corp. Soc. Responsib. Environ. in Wiley InterScience, Mgmt. 15, 1–13 Darwin A. 2008. Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan dan Pengungkapan CSR bagi Perusahaan di Indonesia. Economics. Business Accounting Review. Edisi III. September – Desember: 83 – 95 Delloitte. 2013. Exploring strategic risks: A global survey. Sixth Edition Risk Management in The Spotlight [internet]. www.deloitte.com Denis McQuail, Sven Windahl. 1981. Communication Models: for the study of mass communications. New York: Longman Inc. Djajadiningrat, Surna T, Melia Famiola. 2004. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung [ID]: Rekayasa Sains. Effendy, Onong Uchjana. 1981. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung [ID]: Alumni. Elkington J. 1998. Canibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business, Gabriola Island. BC: New Society Publishers. Fadilah S. 2009. Keberhasilan Kegiatan Corporate Social Responsibility Melalui Pengungkapan dan Audit Corporate Social Responsibility. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. 2 (2), 117-132.
64
Fajar M. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia: Studi tentang penerapan ketentuan CSR pada perusahaan multi nasional, swasta nasional & BUMN di Indonesia. Yogyakarta [ID]: Pustaka Pelajar Fombrun CJ. 1996. Realizing Value from The Corporate Image. Harvard Business School Press. Hardjana AA. 2008. Komunikasi dalam Manajemen Reputasi Korporasi. Jurnal Ilmu Komunikasi [internet]. [diunduh pada 10 Oktober 2016]. Dapat diunduh pada http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/1.-Prof.Andre-A.-Hardjana-124.pdf Iriantara Y 2004. Community Relations. Konsep dan Aplikasinya. Bandung [ID]: Simbiosa Rekatama Media. Iriantara Y. 2005. Media Relations Konsep, Pendekatan Dan Praktik. Bandung [ID]: Simbiosa Rekatama Media. Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Ilmu Antropologi 2 Pokok-Pokok Etnografi. Jakarta [ID]: Rineka Cipta. Kotler, Plilip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Mileinium. Jakarta [ID]: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Laksana, W. 2012. Implementasi Corporate Social Responsibility Dalam Membentuk Reputasi Perusahaan (Studi Kasus Program Peduli Pendidikan di PT Pupuk Kalimantan Timur). Jakarta [ID]: FISIP Universitas Indonesia. Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta [ID]: Kencana Prenanda Media Group. Louisot JP, Rayner J. 2010. Managing risk to reputation: From theory to practice. Morsing, Schulz. 2006. Corporate Social Responsibility Communication: Stakeholder Information, Response and Involvement Strategies. Business Ethics: A European Review.Vol. 15, No. 4, pp. 323-338. Mulyana D. 2007. Komunikasi Pembangunan. Bandung [ID]: Simbiosa Rakatama Media. News of PERHUMAS. 2004. CSR dan Citra Corporate. Dokumen http://www.perhumas.or.id/, 15 – 16 Juni 2004. Nguyen T, Wall K. 2010. An analysis of corporate social responsibility (the case of Shell, ExxonMobil, E.ON, and Vestas). Bachelor. Umeå School of Business [internet]. [diunduh pada 16 November 2016]. Dapat di unduh pada http://www.divaportal.org/smash/get/diva2:395935/FULLTEXT01.pdf Nursahid F. 2006. Tanggung jawab sosial BUMN “Analisis terhadap Model Kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia”. Depok [ID]: Piramedia Rusdianto U. 2013. CSR Communications A Framework for PR Practitioners. Yogyakarta [ID]: Graha Ilmu. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES. Singarimbun M, Effendi S. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES. Soemirat S. 2000. Dasar-Dasar Komunikasi. Bandung [ID]: Program Pascasarjana UNPAD. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung [ID] : Alfabeta Suharto E. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Bandung [ID]: Refika Aditama
65
Sukada, Sonny, Jalal. 2008. Pelaporan Keberlanjutan: Alat Akuntabilitas dan Manajemen. Makalah yang disajikan pada Seminar Dua Hari, Corporate Social Responsibility: Strategy, Management and Leadership, Intipesan, Hotel Aryaduta Jakarta 13-14 Februari. Sukada, Pamadi Wibowo, Katamsi Ginano, Jalal, Irpan Kadir, Taufik Rahman. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan: Memahami konsep dan Praktik Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Jakarta [ID]: Cetakan Pertama. Indonesia Business Links. Susanto AB. 2007. A Strategic Management Approach, CSR. Jakarta [ID]: The Jakarta Consulting Group The Jakarta Consulting Group. 2014. Mengelola Reputasi. [internet]. [diunduh pada 16 Desember 2016]. Dapat diunduh pada http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/organizationdevelopment-behavior/mengelola-reputasi [UU] Undang-Undang No. 25 tahun 2007 pasal 15(b) dan pasal 16 (d) tentang Penanaman Modal. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. [UU] Undang-Undang No. 40 tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Wahyudi JB. 2001. Komunikasi Jurnalistik. Jakarta [ID]: Gramedia Pustaka Utama. Wibisono Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik[ID]: Fascho Publishing. www.reputationinstitute.com Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor [ID]: Cetakan Ke-1. Ghalia Indonesia. Yakti AP. 2013. Strategi Komunikasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Sentra Usahatama Jaya (Studi Program Pengobatan Masal Warga Lingkungan Lijajar, Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan, CilegonBanten) [internet]. [diunduh pada 16 Oktober 2016]. Dapat di unduh pada http://repository.fisip-untirta.ac.id/312/1/KELENGKAPAN.pdf
66
67
LAMPIRAN
68
69
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
Gambar 4 Peta lokasi penelitian
70
Lampiran 2 Tulisan Tematik Pelaksanaan Program CSR ANTAM Desa Malasari merupakan kawasan Ring I perusahan ANTAM, selain itu Desa Malasari juga termasuk kedalam kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Hal ini membuat perlu adanya koordinasi oleh pihakpihak tersebut untuk memberikan suatu bantuan ke Desa Malasari. “Desa Malasari kan termasuk kawasan penyangga TNGHS, tapi termasuk kawasan ANTAM juga. Biasanya ANTAM kalau ngasih bantuan harus izin dulu sama taman nasional. Malah ada program yang ANTAM kerjasama sama pihak taman nasional.” (HDR, 45) Bantuan ANTAM sendiri pertama kali muncul pada tahun 1999 berupa pinjaman modal kepada warganya, namun bantuan ini belum disebut dengan istilah CSR. Barulah tahun 2000-an masuk program ANTAM yang dikenal dengan CSR ANTAM, bantuan ini berupa pelatihan budidaya sayuran tahun 2006, selanjutnya program budidaya domba tahun 2011, sentral buah-buahan pada tahun 2012, program RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) dimulai pada tahun 2014, dan program kemitraan dan bantuan bina lingkungan tahun 2016. “Awal teh ada bantuan ti ANTAM tahun 1999, berupa pinjaman modal. Tapi masyarakat belum kenal dengan istilah CSR. Ada lagi program bantuan ANTAM tahun 2000an, itu baru kenal istilah CSR. Kan baru istilah CSR teh neng, peraturan undang-undangnya juga baru kan ya.” (HDR, 45) “Baru tuh tahun 2006 sempet ada pelatihan budidaya sayuran. Terus bantuan domba dari ANTAM tahun 2011 kalau gak salah, bantuan bibit buah abis itu tahun 2012 yang ANTAM kerjasama sama Quantum. Selanjutnya program yang Rutilahu juga ada baru mulai tahun 2014. Baru aja ada program kemitraan sama bantuan bina lingkungan kaya gasibu tahun 2016 kemaren” (MRS, 56) Bantuan pertama yakni pinjaman modal pada tahun 1999 digunakan untuk budidaya tambak ikan. Bantuan ini diberikan secara kelompok dengan jumlah anggota 10 orang. Namun budidaya tambak kini sudah tidak berkelanjutan lagi dikarenakan mengalami kebangkrutan. Pada awalnya ada sistem dari ANTAM bila hasil dari budidaya tambak tersebut akan dibeli kembali oleh perusahaan, namun saat berganti kepengurusan sehingga sistem ini tak lagi berkelanjutan. Pada tahun 2012 usaha budidaya tambak tersebut resmi ditutup. “Dulu bapak pernah dapet pinjaman modal dari ANTAM sebelum tahun 2000. Pinjaman dananya teh dikasih secara berkelompok. Kebenaran bapak yang jadi ketuanya. Dulu dananya dipake buat usaha tambak ikan. Sekarang mah udah bangkrut tapinya neng. Dulu kan ada kerjasama sama ANTAM kalau hasil tambaknya dibeli lagi sama ANTAM tapinya mungkin karena berganti kepengurusan jadinya udah gak dibeli lagi. Tahun 2012 resmi ditutup tambak ikannya. Terakhir banyak yang mancingin neng sampe abis.” (MCS, 58)
71
Selanjutnya masuk bantuan berupa budidaya domba dari program community development. Bantuan ini bekerjasama dengan pengurus MKK (Model Kawasan Konservasi) untuk membagikan domba secara berkelompok. Setiap kelompoknya memiliki jumlah anggota sebanyak 10 orang. Pada awal pertama kali kandang domba dibuat secara bersama-sama dan disatukan dalam satu tempat. Bantuan yang diberikan tidak hanya domba saja, melainkan kandang dan obatobatan. Diberikan juga vaksin secara berkala. Saat ini bantuan hanya terfokus pada Kampung Cisangku saja. Sistem budidaya domba ini dibuat bergilir. Adanya peraturan dari masyarakat sendiri bila domba beranak 5 maka 1 domba harus diberikan kepada orang lain dan digulirkan. Bila domba hilang atau mati maka penerima program harus menggantinya kembali. Bantuan domba kepada generasi pertama memiliki banyak hambatan dan kegagalan. Banyaknya domba yang sakit bahkan mengalami kehilangan secara masal. Hal ini membuat masyarakat bersama pihak perusahaan harus memikirkan kembali agar hal ini tidak terjadi lagi. Dibuatlah kebijakan baru bahwa kandang domba dipisahkan dan diadakan ronda keliling secara bergantian oleh penerima program. “Awal ngurus domba teh banyak kendalanya. Pada sakit perut lah, anaknya mati lah karena susu ibunya kering, pokoknya banyak kendalanya. Sempet juga ada kemalingan masal itu dombanya. Jadi aja ada ronda malem buat jagain kambing. Sampe dulu bapak tidur dikandang kambing barengan sama temen bapak. ” (JAW, 45) Bantuan selanjutnya berupa sentra buah-buahan oleh pihak ANTAM yang bekerjasama dengan Quantum. Pembagian bibit ini untuk mewujudkan Kecamatan Nanggung menjadi sentral buah. Pembagian bibit ini terdiri dari berbagai macam bibit seperti jambu kristal, jambu jamaika, durian, petai dan lainnya. Pihak ANTAM mempercayakan masyarakat desa sendiri yang mengelola dan membagikannya. Setiap stakeholder dikumpulkan untuk diberi arahan dan pelatihan, selanjutnya mereka lah yang akan melanjutkan informasi dan pelatihan ke masyarakat kampungnya masing-masing. Bibit tanaman yang diberikan dianjurkan ditanam di pekarangan rumah setiap peserta program yang mendapatkannya. “Dulu ada pembagian bibit dari pak RW, udah lama banget sih itu. Masyarakatnya dikumpulin terus dikasih tau cara nanemnya abis itu dikasih deh bibitnya. Ibu dapet 4 bibit kalau gak salah. Tuh ibu tanem di depan rumah tapi gak tau tuh sampe sekarang masih belum berbuah juga.” (AYT, 50) Program sentra buah-buahan sampai kini belum terlalu terlihat hasilnya dikarenakan taman yang ditanam sampai saat ini belum dapat berbuah. Bahkan beberapa bibit tanaman tersebut banyak yang mati. “Gak tau nih neng, dari dulu tanamannya gak bisa berbuah. Boro-boro buat dijual dimakan sendiri aja gak bisa. Padahal ibu udah nanem sesuai cara yang dikasih tau pak RW. Suka dikasih pupuk kandang juga sama bapak. Kayanya tanamannya gak cocok sama tanahnya. Disini kan tanahnya gini.” (ARM, 46) Pada tahun 2012 barulah muncul program bina lingkungan dari ANTAM, seperti adanya bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Program ini setiap
72
tahunnya membantu tiga rumah tidak layak huni. Bantuan berupa material dan sejumlah dana dengan anggaran 10 juta rupiah setiap programnya. “Dulu ibu teh dikasih bantuan perbaikan rumah ti ANTAM. Tapinya bantuannya berupa material neng, kaya semen, paku, kayu, atap. Sama uang lupa ibu berapanya. Bantuan ANTAM-nya jauh dari cukup atuh neng. Ibu kan janda, udah tua juga dikasih material gitu teh kan perlu tukang. Ini baru depannya doang yang jadi, belakangnya masih bilik neng. Ibu kumpulan uang sendiri buat nambahin kekuanganya.” (KKY, 60) Bantuan lain dalam program bina lingkungan adalah renovasi kantor desa dan pemberian mobil siaga. Bantuan ini lebih melibatkan aparat desa. Rapat yang dilaksanakan beberapa kali sehingga bantuan ini dapat diberikan. Terdapat beberapa tahap dalam pembangunan kantor desa. Pada saat ini pun kantor desa masih dalam proses renovasi. Untuk bantuan mobil siaga, setiap desa se-Kecamatan Nanggung diberikan bantuan yang sama untuk memudahkan masyarakat dalam kondisi darurat. Bantuan program bina lingkungan lainnya bersifat charity atau sumbangan langsung melalui pemerintah desa atau tokoh masyarakat yang berkepentingan. Seperti adanya pembangunan jembatan di Desa Citalahab, bantuan tanah longsor, beasiswa dan lain sebagainya. Adanya bantuan gazebo dan MCK pada tahun 2016 yang diperuntukkan untuk desa wisata yang nantinya akan menambah nilai ekonomi masyarakat sekitar, namun bantuan ini belum rampung sampai saat ini. Program kemitraan diberikan kembali pada akhir tahun 2016, dengan sistem yang berbeda dari sebelumnya. Diberikannya berbagai syarat dalam pinjaman modal oleh ANTAM. Beberapa syarat adalah dengan adanya sistem bunga rendah serta surat sebagai jaminan seperti surat rumah, BPKB dan lain sebagainya. Semakin banyak jaminan yang diberikan akan menentukan pinjaman dana yang akan diberikan oleh ANTAM. Program pinjaman modal ini diberikan bulan September tahun 2016, pihak ANTAM memberikan waktu untuk peminjaman modal mengembangkan uang tersebut terlebih dahulu dan baru dimulai pembayaran pada awal tahun 2017. “Bantuan pinjaman modal dari ANTAM bunganya sedikit neng, gak sampe 10 persen. Ini ngebantu banget buat masyarakat kecil kaya kami. Dulu ibu minta bantuan 50 juta tapinya yang turun cuma 15 juta neng. Lumayan buat tambahan modal.” (AAS, 39) “ANTAM ngasih kelonggaran buat semuanya jadi kan dikasih nya bulan September, tapi mulai bayar bulan Januari kemarin. Katanya buat ngasih waktu ngembangin usahanya dulu. Bulan ini baru bayaran kedua.” (IYS, 28) Komunikasi CSR ANTAM Strategi komunikasi yang dilakukan oleh ANTAM berbeda untuk setiap programnya. Pada program kemitraan berupa pinjaman modal, komunikasi dilakukan langsung oleh staf ANTAM. Pada awal sebelum pemberian bantuan, masyarakat diharuskan mengambil formulir di kantor ANTAM Pongkor. Namun tidak semua masyarakat tahu mengenai syarat dan ketentuannya. Hal ini membuat
73
beberapa dari calon penerima program harus beberapa kali ke kantor ANTAM Pongkor dikarenakan tidak mengetahui apa saja syarat yang harus dibawa. “Awal mah sampe 3 kali bolak balik ke kantor ANTAM-nya neng. Kan ibu gak tau ya apa aja yang harus dibawa. Lumayan itu ongkosnya. Pertama kan tau dari masyarakat kalau ada pinjaman modal dari ANTAM langsung ibu ke kantor nya, buat ambil formulir. Taunya ada syaratnya kaya bawa KK, BPKB, KTP jadi aja ibu balik lagi buat ngambil surat-suratnya.” (ECH, 42) Program kemitraan ini tergolong baru dan belum mengalami hambatan yang berarti. Hingga saat ini belum ada keluhan dari penerima program dan belum ada penerima yang menunggak tagihan biaya perbulan karena pembayaran baru berjalan selama 2 bulan. Strategi komunikasi pada program bina lingkungan adalah langsung bekerjasama oleh pihak pemerintah desa atau tokoh yang berkepentingan. Seperti bantuan RTLH, pemerintah Desa mendata warganya yang sekiranya kurang mampu dan memiliki rumah yang kurang layak untuk dibantu. Nanti dari data yang telah disusun sebelumnya diurutkan kembali siapa penerima yang berhak lebih dahulu dalam menerima program. Bantuan RTLH ini hanya di beri jatah 3 orang penerima bantuan setiap tahunnya. “Ibu mah gatau neng, tiba-tiba dikasih bantuan. Kasihan kali ya liat keadaan ibu. Dulu ibu diusir dari rumah yang depan neng, rumah sejarah itu. Ini sempet 3 kali pindah rumah neng. Itu bantuan rumah ANTAM tapinya kan dibawah gitu, takut kena longsor. Baru banget ini ibu pindah ke sini, rumahnya setengah jadi neng. Liat aja belakangnya masih bilik.” (KKY, 60) Bantuan kantor desa dan mobil siaga diberikan langsung kepada pemerintah desa. Sebelum renovasi dilaksanakan telah dirapatkan sampai beberapakali sampai akhirnya bantuan tersebut dapat tersalurkan. Bantuan kantor desa telah berjalan dari tahun 2015 dengan melalui beberapa tahap bantuan. Sampai saat ini renovasi kantor desa masih dilakukan. Bantuan mobil siaga pun langsung diberikan melalui pemerintah desa. Setiap pemerintah desa se-Kecamatan Nanggung dikumpulkan dalam rapat dan diberikan 1 unit mobil untuk 1 Desa di Kecamatan nanggung. Selanjutnya bantuan beasiswa yang diberikan kepada masyarakat yang ingin menempuh pendidikan dibidang kesehatan. Beasiswa ini diberikan langsung oleh pihak ANTAM tanpa ada perantara. “Dulu waktu kuliah sempet dikasih bantuan sama ANTAM secara langsung. Selama beberapa semester dibantu sama ANTAM. Kebeneran dulu kuliahnya di UIKA (Universitas Ibnu Kaldun) jurusan Kesmas (Kesehatan Masyarakat). Emang sebelumnya juga kenal sama orang dari ANTAM. Sampe sekarang masih suka kontekan” (YES, 27) Bantuan selanjutnya berupa gazebo dan MCK. Bantuan ini adalah permintaan dari masyarakatnya secara langsung. Pihak MKK (Model Kampung Konservasi) merencanakan membuat gazebo dan MCK sebagai fasilitas desa. Sebelumnya direncanakan bahwa Desa Malasari adalah desa wisata. Dengan adanya fasilitas ini akan membantu dalam berjalannya Desa Wisata Malasari. Rencananya akan diberlakukan tiket untuk pengunjung yang ingin memasuki Desa
74
Malasari. Dalam rapat bantuan gazebo dan MCK ini sempat memasuki tahap yang a lot. Telah dilaksanakan berkali-kali rapat hingga akhirnya bantuan dapat terlaksana. Sampai saat ini bantuan belum selesai 100 persen. “Duh neng bapak teh sampe cape kalau ngomongin masalah gasibu (masyarakat menyebut gazebo dengan sebutan gasibu). Udah mau mudal otak bapak. Rapatnya alot neng udah sering banget. Dulu mintanya 150 juta tapi jang turun cuma 50 juta. Dulu sampe bayar mahasiswa yang arsitek buat ngerancangin desa wisata ini, hasilnya bagus banget. Tapi nyatanya rancangannya gak dipake. Kasian bapak sama mahasiswa itu undah ngerancang sama warga, begadang sampai malem taunya gak dipake. Dulu dirancangin juga dari ANTAM neng. Udah berharap banyak awalnya taunya sampe sekarang 50 persen juga belum ada.” (HDR, 45) Bantuan gazebo sebanyak 1 unit dan MCK 4 unit kini tidak terlalu terasa keberlanjutannya dikarenakan kurangnya dana yang diberikan. Harapan masyarakat dalam membangun desa wisata masih jauh dari yang diharapkan. Bantuan selanjutnya adalah dari program community development. Bantuan berupa budidaya domba dan sentra buah-buahan. Pemberian budidaya domba pada awalnya adalah melihat potensi dari Kampung Cisangku yang memiliki potensi dalam berternak domba. Hingga diadakannya rapat dengan kelompok MKK mengenai program budidaya domba. ANTAM mempercayakan kelompok MKK dalam mengelola budidaya domba ini. Setelah diberikannya bantuan pihak ANTAM melakukan survei dan kunjungan rutin pada generasi pertama penerima program. Pada generasi selanjutnya pihak ANTAM hanya melakukan kontrol kepada fasilitator yang dipercaya untuk mengelola sistem budidaya domba. Kontrol dilakukan melalui media telepon atau SMS kepada fasilitator program. ANTAM merasa masyarakat sudah mandiri dalam mengelola budidayanya sendiri sehingga tidak diperlukan lagi kunjungan dan survei langsung ke Desa Malasari. “Awalnya staf ANTAM suka langsung mantau kesini. Tapi sekarang paling lewat telpon neng, kasihan juga kalau kesini terus. Dari ANTAM sendiri suka ngontrol rutin melalui bapak. Kalau gak ada masalah berarti mah ga dilaporin neng, kalau sekiranya masalahnya masih bisa diatasi sama masyarakatnya. Kalau genting baru turun langsung staf ANTAM-nya” (HDR, 45) Bantuan dari community development selanjutnya adalah sentra buah-buahan. Bantuan ini untuk mewujudkan Kecamatan Nanggung menjadi sentra buah. ANTAM bekerjasama dengan pihak Quantum dalam pembagian berbagai bibit tanaman. Proses awalnya diadakan rapat untuk membahas pembagian bibit. Pihak ANTAM mempercayai stakeholder disetiap kampung yang membagikan bibit kesetiap warga dikampungnya. Seluruh tokoh masyarakat disetiap kampung ini dikumpulkan dan diberikan informasi dan pelatihan mengenai penanaman bibit. Nantinya seluruh tokoh ini yang menyampaikan kembali kepada warganya. Tokoh masyarakat yang mewakili kampung ini bila tidak ikut berkumpul maka akan berdampak masyarakat kampungnya tidak akan mendapat bantuan bibit dari ANTAM.
75
“Seluruh RW atau RT dikumpulin buat dikasih tau cara nanem dan informasi mengenai bantuan bibit. Nanti merekalah yang menyampaikan kembali kepada warganya. Pembagiannya pun kebijakan mereka masing-masing. Semuanya dikasih pelatihan sederhana buat disampein lagi ke warganya” (MRS, 56)
76
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian
Gambar 5 Penerima Program Kemitraan
Gambar 6 Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
77
Gambar 7 Program Gazebo dan MCK
Gambar 8 Program Bantuan Renovasi Kantor Desa
78
Gambar 9 Program Bantuan Mobil Siaga
Gambar 10 Bersama Penerima Program Sentra Buah-buahan
79
Gambar 11 Penerima Program Budidaya Domba
Gambar 12 Wawancara Responden
80
Lampiran 4 Jadwal Penelitian Kegiatan
Januari
Februari
Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Skripsi Pengambilan Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi
April
Mei
2 3 4 1 2 3 4
81
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Samarinda pada tanggal 2 November 1994. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Ahmad Syahil dan Ibu Akbarani. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2007 di SDN Pajajaran, Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2010 di SMPN 18 Bogor, dan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2013 di SMAN 7 Bogor. Penulis melanjutkan studi di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013. Penulis pernah bergabung pada komunitas ACCER (Action of Ecoranger) divisi ESIA (Ecology on Social Media) pada tahun 2015. Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti seminar dan workshop seperti “The Role of Mass Media for Indonesian Economy” pada tahun 2014, “Workshop Seputar Indonesia Goes to Campus” pada tahun 2014, dan “Tv Creative Production and News Presenter” pada tahun 2015.