HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORANG TUA DENGAN PENGETAHUAN DALAM PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DI DUSUN SONOTENGAH KABUPATEN MALANG
Skripsi Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh: SHULCHA FITHRIYA 1110104000028
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014
1
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM Undergraduate Thesis, July 2014 Shulcha Fithriya, NIM : 1110104000028 Characteristics of Parents Relations with Knowledge in Giving Antibiotics in Children in Dusun Sonotengah Malang Regency xxi + 79 pages + 14 tables + 2 charts + 8 attachments ABSTRACT Antibiotics are used to treat bacterial infections. The use of antibiotics in children are different from adults, so parents need to have adequate knowledge related to administration of antibiotics in children. Parental knowledge is influenced by several factors, including parental status, age, economic status, education, and experience. This study aims to determine whether there is a relationship between the characteristics of the parents with knowledge in the administration of antibiotics to children in the Dusun Sonotengah. The study was a quantitative analytical cross-sectional design. Respondents amounted to 92 people who were taken using simple random sampling technique. The research instrument used was a questionnaire. Analyzed using were univariate and bivariate analysis (chi-square test). The result showed 53.3% of respondents had a good knowledge and 46.7% of the respondents had less knowledge. There were relationship between parental status (p=0.007), age (p=0.047), and education (p=0.005) with knowledge in the administration of antibiotics in children. Value odds ratio (OR) status of the parents showed that the father has the opportunity to have 0,281 times had less knowledge compared with mother's knowledge. There were no relationship between socioeconomic status (p = 0.172) and experience (p = 0.248) with knowledge in the administration of antibiotics in children. This research is expected to raise the awareness of parents to seek information about antibiotics, so as to provide the correct and appropriate antibiotics in children.
Keywords : Parental knowledge, Antibiotics in Children, Parent Characteristics Bibliography : 60 (1998-2013)
iii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014 Shulcha Fithriya, NIM : 1110104000028 Hubungan Karakteristik Orang Tua Dengan Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak Di Dusun Sonotengah Kabupaten Malang xxi + 79 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 8 lampiran ABSTRAK Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik pada anak berbeda dengan pada orang dewasa, sehingga orang tua perlu memiliki pengetahuan yang memadai terkait pemberian antibiotik pada anak. Pengetahuan orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya status orang tua, usia, status ekonomi, pendidikan, dan pengalaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Responden berjumlah 92 orang yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat (uji Chi Square). Hasil penelitian menunjukkan 53,3% responden memiliki pengetahuan baik dan 46,7% responden memiliki pengetahuan kurang. Ada hubungan antara status orang tua (p=0,007), usia (p=0,047), dan pendidikan (p=0,005) dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak. Nilai odds ratio (OR) status orang tua memperlihatkan bahwa ayah 0,281 kali lebih kecil kemungkinannya memiliki pengetahuan yang kurang daripada ibu. Tidak ada hubungan antara status ekonomi (p=0,172) dan pengalaman (p=0,248) dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orang tua untuk mencari informasi mengenai antibiotik, sehingga dapat memberikan antibiotik dengan benar dan tepat pada anak.
Kata Kunci : Pengetahuan Orang Tua, Antibiotik Pada Anak, Karakteristik Orang Tua Daftar Bacaan : 60 (1998-2013)
iv
PER}IYATAAI{ PERSETUJUAT\I Skripsi denganjudul
IIUBUNGAI\I KARAKTERISTIK ORANG TUA DENGAN PENGtrTAHUAII DALAM PEMBERHN ANTIBIOTIK PADA ANAK DI DUST]N SONOTENGAII KABT]PATEN MALAI\G Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullatr Jakarta
DISUSUN OLEH SI{TJLCHA FITHRIYA NIM: 1110104Un028
Pembimbing
I
Pembimbing
II
&-
1&,\h" Maulina Handavani. S.Kn M.Sc r{IP. 19790210 200501 2 0u2
Gusrina Komara Putri. MSN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN F'AKT'LTAS KEDOKTERAN DAIY ILMU KESEHATAI{ TiMYERSITAS ISLAM I\TEGERI SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA t435Ht20t4lM
v
LEMBAR PENGESAIIAN Skripsi dengan judul
I{UBTINGAN KARAKTERISTIK ORANG TUA DENGAN PENGETAI{UAI\I DALAM PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DI DUSUN SONOTENGAH KABTIPATEN MALANG Telatr disusun dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh
:
SHULCIIA FITHRIYA hlIM: 1110104fim028
Pembimbing
I
Pembimbing
II
%b
Maulina llandavani. S.Kn M.Sc I[IP. 19790210 200501 2002
Gusrina Komara Putri. MSN
Penguji I
Penguji II
"qs\ Nia Damiati. S. Kn. MSN
Gusrina Komara Putri. MSN
|rIP. 19790114 200501 2 N7
Penguji
III
Maulina Handavani. S.Kp. M.Sc rrIP. 19790210 200s01 2002
vt
LEMBAR PENGESAIIAN SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAI\I ILMU KESEHATAIY UNTYERSITAS ISLAM NEGERI SYARIT' HIDAYATT]LLAH JAKARTA
Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. (hc). dr.
M.I( Tadiudin.
vil
Sp.
And
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Shulcha Fithriya
Tempat, Tanggal Lahir
: Malang, 12 April 1991
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Rt 66A Rw 14 No. 69 Dusun Sonotengah Desa Kebonagung Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Jawa Timur
Telepon/Hp
: 085790885422
Email
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN 1997 – 1998
: TK Al-Muniib Kebonagung Malang
1998 – 2004
: SDN Kebonagung 03 Malang
2004 – 2007
: MTsN Denanyar Jombang
2007 – 2010
: MA Almaarif Singosari Malang
2010 – 2014
: S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia yang diberikan kepada hamba-hambaNya. Begitu pula dengan karunia yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam teriring penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Untaian terima kasih yang dalam penulis tujukan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp.And. selaku Dekan Fakultas Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S.Kep. MKM selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku pembimbing 1 yang telah membimbing penulis dari awal hingga akhir dengan iringan pikiran, tenaga dan waktu yang sangat bernilai. 4. Ibu Gusrina Komara Putri, MSN selaku pembimbing 2 yang telah memberikan perhatian serta arahan kepada penulis.
ix
5. Pihak Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa pendidikan (PBSB) secara penuh kepada penulis selama belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan ini. 6. Saudara-saudaraku dalam naungan rumah CSS MoRA, baik CSS MoRa Nasional maupun CSS MoRa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan semangat, inspirasi dan ilmu yang tak henti-hentinya. 7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Ilmu Keperawatan, yang telah memberi masukan dan motivasi serta membantu dalam pengurusan surat menyurat selama proses pembuatan skripsi ini. 8. Bapak Suyono selaku Kepala Dusun Dusun Sonotengah serta segenap warga Dusun Sonotengah yang telah menerima dan membantu penulis selama proses penelitian. 9. Teristimewa untuk Abah Marzuq dan Ibu Ulfiah yang senantiasa mendoakan penulis, serta keempat kakak tercinta (mbak Lilik, cak Chasan, mbak Asy dan mbak Ipink) yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana tepat waktu. 10. Seseorang yang terkasih dan tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, nasehat, dan semangat kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabat “White House” yakni Hilma, Ariyanti, Lina, Nia, dan Reka yang telah menemani, menghibur, mengingatkan, dan menasehati penulis selama empat tahun di perantauan ini.
x
12. Kawan-kawan seperjuangan PSIK angkatan 2010 yang bersama-sama berjuang mengejar kata “LULUS”, terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman dan kenangan yang luar biasa. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi bahan pustaka untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi informasi untuk penelitian selanjutnya. Demikianlah paparan kata dari penulis dan penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat, Juli 2014
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ ii ABSTRACT ........................................................................................................... iii ABSTRAK ............................................................................................................. iv PERNYATAAN PERSETUJUAN ..........................................................................v LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vi RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL DAN BAGAN ..................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xx DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xxi
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................6 C. Pertanyaan Penelitian ...............................................................................7
xii
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................7 E. Manfaat Penelitian ....................................................................................8 F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Antibiotik Pada Anak .............................................................................10 1. Definisi Antibiotik ...........................................................................10 2. Indikasi Pemberian Antibiotik ..........................................................10 3. Peresepan Antibiotik ........................................................................12 4. Dosis Pemberian Antibiotik .............................................................14 5. Efek Samping Pemberian Antibiotik ................................................17 6. Resistensi Antibiotik ........................................................................21
B. Pengetahuan ............................................................................................21 1. Definisi .............................................................................................21 2. Tingkatan Pengetahuan ....................................................................22 C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .................................25 1. Status Orang Tua ..............................................................................26 2. Usia ...................................................................................................27 3. Pendidikan ........................................................................................29 4. Status Ekonomi .................................................................................30 5. Pengalaman.......................................................................................31 D. Kerangka Teori .......................................................................................32
xiii
BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI A. Kerangka Konsep ...................................................................................34 B. Hipotesis .................................................................................................35 C. Definisi Operasional ...............................................................................35
BAB IV. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Desain Penelitian ...................................................................................38 B. Populasi dan Sampel..............................................................................38 1. Populasi Penelitian ..........................................................................38 2. Sampel Penelitian ............................................................................38 C. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................41 D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................41 1. Jenis Data .............................................................................................41 2. Instrumen Penelitian.............................................................................41 3. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................44 E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ....................................................45 F. Pengolahan Data.........................................................................................46 1. Editing ..................................................................................................46 2. Coding ..................................................................................................46 3. Entry Data ............................................................................................47 4. Cleaning Data ......................................................................................47 G. Analisis Data ..............................................................................................47 1. Analisa Univariat .................................................................................47 2. Analisa Bivariat ....................................................................................48
xiv
H. Etika Penelitian ..........................................................................................48 1. Lembar Persetujuan (Informed Consent) ............................................48 2. Tanpa Nama (Anonymity) ...................................................................49 3. Kerahasiaan (Confidentiality) .............................................................49
BAB V. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................................50 B. Analisis Univariat.......................................................................................51 1. Gambaran Karakteristik Responden ....................................................51 a. Status Orang Tua ............................................................................51 b. Usia ................................................................................................51 c. Pendidikan ......................................................................................52 d. Status Ekonomi ..............................................................................52 e. Pengalaman Pemberian Antibiotik Pada Anak ..............................53 2. Pengetahuan .........................................................................................53 a. Tingkat Pengetahuan Responden ...................................................53 b. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ......................................54 C. Analisis Bivariat .........................................................................................57 1. Hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak ...........................................................57 2. Hubungan antara usia responden dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak ...........................................................58 3. Hubungan antara pendidikan responden dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak ...........................................................59
xv
4. Hubungan antara status ekonomi responden dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak .................................................60 5. Hubungan antara pengalaman responden dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak ...........................................................61
BAB VI. PEMBAHASAN A. Pembahasan Univariat ................................................................................62 1. Karakteristik Responden ......................................................................62 a. Status Orang Tua ............................................................................62 b. Usia ................................................................................................63 c. Pendidikan ......................................................................................64 d. Status Ekonomi ..............................................................................65 e. Pengalaman Pemberian Antibiotik Pada Anak ..............................66 2. Pengetahuan .........................................................................................67 a. Tingkat Pengetahuan Responden ...................................................67 b. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ......................................67 B. Pembahasan Bivariat 1. Hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak ...........................................................70 2. Hubungan antara usia responden dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak ...........................................................72 3. Hubungan antara pendidikan responden dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak ...........................................................73
xvi
4. Hubungan antara status ekonomi responden dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak .................................................74 5. Hubungan antara pengalaman responden dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak ...........................................................75 C. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................77
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................78 B. Saran ...........................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Halaman Tabel 2.1.
Daftar antibiotik yang tidak boleh diberikan pada anak ................16
Bagan 2.1
Kerangka teori ................................................................................36
Bagan 3.1
Kerangka konsep ............................................................................37
Tabel 3.1
Definisi operasional .......................................................................39
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Orang tua di Dusun Sonotengah Tahun 2014......................................................51
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Dusun Sonotengah Tahun 2014 ................................................................52
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Dusun Sonotengah Tahun 2014 ................................................................52
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Ekonomi di Dusun Sonotengah Tahun 2014 .....................................................53
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman di Dusun Sonotengah Tahun 2014......................................................53
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah Tahun 2014 ...............................................................................................54
xviii
Tabel 5.7
Distribusi
Frekuensi
Jawaban
Responden
Pada
Kuesioner
Pengetahuan ....................................................................................55 Tabel 5.8
Analisis Hubungan Antara Status Orang Tua Dengan Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah ....57
Tabel 5.9
Analisis Hubungan Antara Usia Responden Dengan Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah ....58
Tabel 5.10
Analisis Hubungan Antara Pendidikan Responden Dengan Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah .....................................................................................59
Tabel 5.11
Analisis Hubungan Antara Status Ekonomi Responden Dengan Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah .....................................................................................60
Tabel 5.12
Analisis Hubungan Antara Pengalaman Responden Dengan Pengetahuan Dalam Pemberian Antibiotik Pada Anak di Dusun Sonotengah .....................................................................................61
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 2
Surat Pengantar Studi Pendahuluan dari Kelurahan Kebonagung
Lampiran 3
Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4
Surat Izin Penelitian
Lampiran 5
Surat Pengantar Penelitian dari Kelurahan Kebonagung
Lampiran 6
Kuesioner Penelitian
Lampiran 7
Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 8
Hasil Perhitungan Statistik
xx
DAFTAR SINGKATAN
ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
CDC
Center of Disease Control and Prevention
RT
Rumah Tangga
RPA
Rekam Pemberian Antibiotik
VRE
vancomycin-resistant enterococci
SD
Sekolah Dasar
MI
Madrasah Ibtidaiyyah
SMP
Sekolah Menengah Pertama
MTs
Madrasah Tsanawiyah
SMA
Sekolah Menengah Atas
MA
Madrasah Aliyah
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
MAK
Madrasah Aliyah Kejuruan
UMK
Upah Minimum Kabupaten/Kota
Rw/Rt
Rukun warga/ Rukun tetangga
OR
odds ratio
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan penyakit infeksi. Penyakit infeksi ini juga merupakan penyebab utama kematian di dunia (Mulholland & Adegobola, 2005). Penyakit infeksi sangat mudah menular di antara sesama anak-anak. Infeksi paling mungkin terjadi ketika anak mulai bergaul dengan anak-anak yang lain, seperti taman kanak-kanak, kelompok bermain, atau di sekolah dasar (Hull, 2008). Banyak dokter umum di Inggris mendapati bahwa 30% dari layanan konsultasi yang mereka berikan adalah bagi anak-anak, khususnya usia prasekolah (balita-bawah lima tahun). Pola morbiditas anakanak sangat berbeda dengan pola morbiditas orang dewasa. Infeksi sering ditemukan, terutama pada sistem pernapasan, gastrointestinal, dan saluran kencing (Meadow, 2005). Salah satu infeksi pada sistem pernapasan adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pneumonia. Period prevalence ISPA di Indonesia sebesar 25,0% dan salah satu provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Jawa Timur (28,3%), sedangkan period prevalence untuk pneumonia di Indonesia sebesar 1,8%. Karakteristik penduduk dengan ISPA dan pneumonia tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun dimana ISPA
2
sebesar 25,8% dan pneumonia sebesar 18,5 per mil, di mana hanya 1,6 per mil balita pneumonia yang berobat (Riskesdas, 2013). Selain itu, anak-anak juga sering mengalami masalah gastrointestinal seperti diare. Penyebab utama diare pada anak adalah infeksi pada saluran pencernaan. Jenis infeksi yang umumnya menyerang adalah infeksi bakteri oleh kuman E. Coli, Salmonella, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti Pseudomonas (Wijaya, 2008). Pengobatan infeksi menggunakan antibiotik mulai populer sejak 1942. Meskipun antibiotik ini dapat memberikan hasil-hasil yang memuaskan, penggunaannya harus dibatasi hanya untuk infeksi bakteri-bakteri yang peka terhadapnya (Sumardjo, 2008). Hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian antibiotik
adalah
dosis,
cara
pemberian,
dan
indikasi
pengobatan
(Hadinegoro, 2002). Penggunaan antibiotik pada anak memiliki beberapa perbedaan penting dengan penggunaan pada pasien dewasa, karena terapi antibiotik pada bayi dan anak memberikan banyak tantangan. Tantangan pertama adalah kurangnya data tentang farmakokinetik dan dosis optimal antibiotik untuk anak, sehingga rekomendasi antibiotik berdasarkan studi pada orang dewasa. Tantangan kedua adalah perbedaan berbagai kelompok umur anak sehubungan dengan bakteri patogen yang bertanggung jawab pada infeksi. Ketepatan dosis antibiotik sesuai usia dan toksisitas juga harus diperhatikan,
3
dengan mempertimbangkan status perkembangan dan fisiologi bayi dan anakanak (Kliegmen, 2011). Penggunaan antibiotik secara kurang tepat seperti peresepan untuk penyakit virus masih banyak terjadi di Indonesia. Akibatnya adalah terhambatnya pembentukan imunitas anak yang justru memperpanjang lamanya penyakit, membunuh bakteri yang baik dalam tubuh, efek samping antibiotik bertambah banyak, dan menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik yang akan merugikan seluruh masyarakat (Darmansjah, 2008). Resistensi bakteri juga dapat terjadi jika pengobatan dengan antibiotik tidak mencukupi, misalnya karena terlalu singkat atau terlalu lama dengan dosis yang terlalu rendah. Bakteri akan memberikan perlawanan terhadap kerja antibiotik sehingga khasiat antibiotik akan menjadi berkurang atau tidak berkhasiat sama sekali (Sumardjo, 2008). Resistensi antibiotik merupakan masalah di seluruh dunia. Bentukbentuk baru resistensi antibiotik dapat melintasi perbatasan internasional dan menyebar antar benua dengan mudah. Center of Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa pada tahun 2013 diperkirakan angka minimal penyakit dan kematian di Amerika Serikat akibat dari resistensi antibiotik sekitar 2.049.442 kasus penyakit dan 23.000 kematian. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah penggunaan antibiotik secara sembarangan di masyarakat sehingga akan meningkatkan resiko kejadian resistensi antibiotik. Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), terdapat 35,2% rumah tangga (RT) di Indonesia yang menyimpan obat untuk swamedikasi yang terdiri dari obat keras, obat bebas, antibiotik, obat
4
tradisional dan obat-obat yang tidak teridentifikasi. Proporsi RT yang menyimpan antibiotik sebesar 27,8% di mana 30,1% terjadi di pedesaan dan 86,1% menyimpan antibiotik tanpa resep. Di Jawa timur sendiri, proporsi RT yang menyimpan antibiotik tanpa resep dokter sebesar 85,5%. Salah satu penelitian tentang resistensi antibiotik pernah dilakukan di rumah sakit Dr. Kariadi Semarang. Data 2002 menunjukkan bahwa semua isolat dari darah memiliki tingkat multiresistensi tinggi terhadap antibiotik, dan 45%-56% penggunaan antibiotik irasional. Bayi dan anak lebih sering sakit sehingga lebih beresiko mendapatkan antibiotik yang kurang tepat. Kekhawatiran tidak dapat membedakan infeksi bakterial dari sebab lain demam merupakan alasan utama dokter memberikan antibiotik pada hampir semua anak demam. Perilaku dokter dan orang tua dari anak penting dalam problem resistensi antibiotik (Farida, 2008). Pemberian antibiotik pada anak merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan orang tua. Dari penelitian yang dilakukan di Trinidad dan Tobago (Kepulauan Karibia) (Parimi, 2004) dan di Malaysia (Chan, 2006) menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua sangat berperan penting dalam pemberian antibiotik pada anak. Orang tua dengan tingkat pengetahuan yang kurang memadai terkait antibiotik cenderung menggunakan antibiotik secara kurang tepat. Penelitian lain dilakukan oleh Widayati dkk (2012) di daerah perkotaan Yogyakarta terkait pengetahuan dan keyakinan masyarakat Yogyakarta
tentang
penggunaan
antibiotik.
Hasil
analisa
korelasi
menunjukkan bahwa pengetahuan yang tepat tentang antibiotik akan
5
memungkinkan keyakinan yang lebih tepat tentang antibiotik, di mana korelasi tertinggi adalah bagi responden laki-laki, usia muda, tingkat pendidikan tinggi, dan pendapatan tinggi. Panagakou dkk (2012) di Yunani melaporkan bahwa pengetahuan yang kurang memadai, sikap yang kurang tepat dan praktik yang salah tentang pemberian antibiotik pada anak usia 5–6 tahun secara signifikan berhubungan dengan beberapa faktor, yaitu status orang tua (ayah), pendidikan yang rendah, status imigran, single parent, pendapatan yang rendah, jumlah anak <2 atau >3, tinggal di pulau, dan tidak memiliki pengalaman terkait serangan ISPA berulang pada anak. Penelitian lain oleh Quizhpe dkk (2013) di Ekuador menunjukkan tingkat kepatuhan pengobatan, pengetahuan tentang resiko penggunaan antibiotik, dan pengetahuan tentang resistensi antibiotik pada ibu berusia dewasa lebih baik dibandingkan ibu berusia remaja (<19 tahun). Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti di Dusun Sonotengah dengan memberikan kuesioner kepada dua orang ayah dan delapan orang ibu. Jawaban yang diberikan pada lembar kuesioner menunjukkan bahwa jawaban benar untuk pengertian antibiotik sebesar 53,3%, indikasi antibiotik sebesar 15%, dan efek samping antibiotik sebesar 45%. Pada peresepan antibiotik masih ada kesalahan jawaban sebesar 35%, dosis pemberian antibiotik sebesar 22,5%, dan resistensi antibiotik sebesar 26,7%. Dua orang ibu juga mengatakan pernah memberikan antibiotik tanpa resep dokter pada anak ketika anak demam tinggi.
6
Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberi penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orang tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar tentang penyakit anaknya, perawatan anak selama anak dirawat di rumah sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan pulang ke rumah. Tiga domain yang dapat diubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan, serta sikap keluarga dalam hal kesehatan, khususnya perawatan anak sakit (Supartini, 2004).
B. Perumusan Masalah Penduduk Dusun Sonotengah merupakan masyarakat pedesaan, dimana keterbatasan akses ke pelayanan kesehatan menyebabkan kurangnya kesempatan untuk memperoleh promosi dan pendidikan kesehatan. Penilaian terhadap pengetahuan orang tua sangat diperlukan untuk menghindari penggunaan antibiotik yang kurang tepat pada anak. Selain itu, juga perlu mengidentifikasi karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan sehingga bisa dilakukan intervensi pada karakteristik yang memiliki hubungan signifikan. Berdasarkan penguraian di atas, maka peneliti ingin meneliti: apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah?
7
C. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) di Dusun Sonotengah? 2. Bagaimana gambaran pengetahuan orang tua tentang pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah? 3. Apakah ada hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah? 4. Apakah ada hubungan antara usia orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah? 5. Apakah ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah? 6. Apakah ada hubungan antara status ekonomi orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah? 7. Apakah ada hubungan antara pengalaman orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah Desa Kebonagung Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.
8
2. Tujuan Khusus: a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) di Dusun Sonotengah. b. Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah. c. Mengetahui hubungan status orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah. d. Mengetahui hubungan antara usia orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah. e. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah. f. Mengetahui hubungan antara status ekonomi orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah. g. Mengetahui hubungan antara pengalaman orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
E. Manfaat Penelitian 1. Untuk Masyarakat Penelitian ini dapat menggambarkan pengetahuan orang tua di Dusun Sonotengah mengenai pemberian antibiotik pada anak.
9
2. Untuk Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dalam pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan serta menjadi dasar instrumen dalam keperawatan anak. 3. Untuk Keperawatan Penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam program pemberian pendidikan kesahatan pada orang tua untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemberian antibiotik pada anak terutama bagi orang tua di daerah pedesaan. 4. Untuk Peneliti Penelitian ini memberikan ilmu dan pengalaman berharga bagi peneliti selama proses penelitian dan diharapkan akan menjadi sumber ilmu dan informasi untuk penelitian selanjutnya terkait pengetahuan orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross-sectional dan metode pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer dengan membagikan kuesioner langsung kepada responden. Kuesioner berisi item-item pertanyaan terkait karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman) serta pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dengan anak usia 1–5 tahun. Penelitian dilakukan mulai tanggal 26 Mei sampai 08 Juni 2014 di Dusun Sonotengah Desa Kebonagung Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Antibiotik pada Anak 1. Definisi antibiotik Antibiotik yaitu agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu infeksi karena bakteri (Mitrea, 2008). Antibiotik merupakan senyawa organik yang dihasilkan oleh berbagai spesies mikroorganisme dan bersifat toksik terhadap spesies mikroorganisme lain. Sifat toksik senyawa-senyawa yang terbentuk mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri (efek bakteriosatik) dan bahkan ada yang langsung membunuh bakteri (efek bakterisid) yang kontak dengan antibiotik tersebut (Sumardjo, 2008). 2. Indikasi pemberian antibiotik Penggunaan antibiotik berdasarkan indikasinya dapat digolongkan menjadi antibiotik untuk terapi definitif, terapi empiris, dan terapi profilaksis. Terapi secara definitif hanya digunakan untuk mengobati infeksi karena bakteri. Untuk mengetahui bahwa infeksi tersebut disebabkan karena bakteri, dokter dapat memastikannya dengan kultur bakteri, uji sensitivitas, tes serologi dan tes lainnya. Berdasarkan laporan, antibiotik dengan spektrum sempit, toksisitas rendah, harga terjangkau, dan efektivitas tertinggi harus diresepkan pada terapi definitif (Febiana, 2012).
11
Adapun penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri
penyebabnya
(Permenkes
RI,
2011).
Pengobatan
dipilih
berdasarkan jenis patogen yang sering dijumpai sebagai penyebab dan sifat resistensinya. Dalam menentukan penyebab infeksi pada anak, faktor umur sangat mempengaruhi manifestasi klinis. Bakteri patogen yang bertanggung jawab tehadap penyakit cenderung berubah sejalan dengan bertambahnya umur (Hadinegoro, 2002). Sedangkan antibiotik profilaksis sering diberikan pada bayi dan anak untuk mencegah infeksi. Tujuan pemberian antibiotik profilaksis adalah mencegah infeksi terhadap patogen tertentu dan mencegah infeksi pada organ tubuh tertentu dan ketiga, untuk pasien yang rentan terhadap infeksi (Hadinegoro, 2002). Menurut Setiabudy (2007), penggunaan terapeutik antibiotik di klinik bertujuan membasmi mikroba penyebab infeksi. Penyakit infeksi dengan gejala klinik ringan, tidak perlu segera mendapatkan antibiotik. Menunda
pemberian
antibiotik
malahan
memberikan
kesempatan
terangsangnya mekanisme kekebalan tubuh. Gejala demam yang merupakan salah satu gejala sistemik penyakit infeksi paling umum, tidak merupakan indikator yang kuat untuk pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik untuk demam tidak bijaksana karena: a. pemberian antibiotik yang tidak pada tempatnya dapat merugikan pasien (berupa efek samping), dan masyarakat sekitarnya (berupa masalah resistensi),
12
b. demam dapat disebabkan oleh penyakit infeksi virus, yang cukup tinggi angka kejadiannya dan tidak dapat dipercepat penyembuhannya dengan pemberian antibiotik yang lazim, dan c. demam dapat juga terjadi pada penyakit noninfeksi, yang dengan sendirinya bukan indikasi pemberian antibiotik (Setiabudy, 2007). 3. Peresepan antibiotik Anak memiliki resiko mendapatkan efek merugikan lebih tinggi akibat infeksi bakteri karena tiga faktor. Pertama, karena sistem imunitas anak yang belum berfungsi secara sempurna, kedua, akibat pola tingkah laku anak yang lebih banyak beresiko terpapar bakteri, dan ketiga, karena beberapa antibiotik yang cocok digunakan pada dewasa belum tentu tepat jika diberikan kepada anak karena absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat termasuk antibiotik pada anak berbeda dengan dewasa, serta tingkat maturasi organ yang berbeda sehingga dapat terjadi perbedaan respon terapetik atau efek sampingnya (Febiana, 2012). Penggunaan antibiotik pada dewasa maupun anak tidak bisa secara sembarangan melainkan harus berdasarkan resep dokter. Dokter menulis resep
antibiotik
sesuai
ketentuan
yang
berlaku,
dan
tugas
farmasis/apoteker adalah mengkaji kelengkapan resep serta dosis rejimennya. Dokter juga harus menulis di rekam medik secara jelas, lengkap dan benar tentang regimen dosis pemberian antibiotik, dan instruksi tesebut juga ditulis di rekam pemberian antibiotik (RPA). Perawat
yang
memberikan
antibiotik
kepada
pasien
(sediaan
parenteral/nonparenteral/oral) harus mencatat jam pemberian dan memberi
13
paraf pada RPA, sesuai jam pemberian antibiotik yang sudah disepakati (Permenkes RI, 2011). Menurut Hadinegoro (2002), antibiotik untuk penyakit infeksi pada anak dapat diklasifikasikan menjadi 4 golongan, yaitu: a. Golongan penisilin sangat luas dipergunakan dalam bidang pediatri untuk berbagai derajat infeksi. Salah satu derivat penisilin adalah amoksisilin. Amoksisilin oral adalah antibiotik pilihan awal bila organisme penyebab belum diketahui karena biasanya efektif terhadap bakteri yang paling lazim ditemukan (Kliegmen, 2011). b. Golongan sefalosporin mempunyai afinitas spectrum luas, baik terhadap bakteri kokus gram positif maupun basil enteric negatif, maupun bakteri anaerob. Seperti halnya penisilin, sefalosporin aman untuk anak dan toksisitas tidak tergantung dari dosis, namun perlu diwaspadai bahwa sefalosporin bersifat nefrotoksik (terutama apabila diberikan bersama aminoglikosid) dan menyebabkan kelainan perdarahan. c. Golongan aminoglikosid merupakan antibiotik spektrum luas untuk basil enterik dan beberapa organisme gram positif, bersifat bakterisid, dan mudah diabsorpsi d. Golongan
antibiotik
lain
termasuk
kloramfenikol,
makrolid
(eritromisin dengan derivatnya), kotrimoksazol, metronidazol, dan lain-lain.
14
Tabel 2.1. Daftar antibiotik yang tidak boleh diberikan pada anak Nama Obat Siprofloksasin
Kelompok Usia Kurang dari 12 tahun
Alasan Merusak tulang rawan (cartillage disgenesis)
Norfloksasin
Kurang dari 12 tahun
Merusak tulang rawan (cartillege disgenesis)
Tetrasiklin
Kurang dari 4 tahun Diskolorisasi atau pada dosis tinggi
gangguan
gigi,
pertumbuhan
tulang Kotrimoksazol
Kurang dari 2 bulan
Tidak ada data efektifitas dan keamanan
Kloramfenikol
Neonatus
Menyebabkan Grey baby syndrome
Tiamfenikol
Neonatus
Menyebabkan Grey baby syndrome
Linkomisin HCl
Neonatus
Tidak ada data efektifitas dan keamanan
Piperasilin-
Neonatus
Tazobaktam Azitromisin
Tidak ada data efektifitas dan keamanan
Neonatus
Tidak
ada
data
ada
data
ada
data
keamanan Tigesiklin
Spiramisin
Anak kurang dari 18 Tidak tahun
keamanan
Neonatus dan bayi
Tidak keamanan
(Permenkes, 2011). 4. Dosis pemberian antibiotik Pertimbangan risiko (efek samping, harga) dan manfaat (khasiat) selalu harus dipikirkan dalam menentukan obat antiinfeksi yang akan dipakai. Sayangnya, untuk anak tidak semua obat mempunyai data
15
mengenai efek toleransi dan efikasi. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pengobatan : 1) tercapainya aktifitas anti bakteri pada tempat infeksi sehingga cukup waktu untuk menghambat pertumbuhan bakteri. 2) dosis obat harus cukup tinggi dan efektif terhadap mikroorganisme, namun konsentrasi di dalam plasma dan jaringan tubuh harus tetap lebih rendah dari dosis toksik (Hadinegoro, 2002). Anak memiliki sifat yang berbeda dengan orang dewasa. Semua keadaan itu menyebabkan penentuan dosis pada anak terjadi dengan perhitungan umur/12 atau berat badan badan anak/berat badan dewasa kali dosis dewasa. Perhitungan empirik tersebut tidak dapat diterapkan karena anak bukan dewasa kecil. Anak berbeda dalam banyak hal, seperti penyerapan usus, metabolisme obat, ekskresi obat, dan juga kepekaan reseptor dalam tubuh (Darmansjah, 2008). Perhitungan dosis antibiotik bagi anak berdasarkan per kilogram berat badan ideal sesuai dengan usia dan petunjuk yang ada dalam formularium profesi (Permenkes, 2011). Menurut Hermansyah (2013), Obat bentuk sirup (likuida) merupakan salah satu obat yang familiar di masyarakat dan jenis obat primadona bagi pasien anak-anak dan balita. Beragam jenis obat dikemas dalam sediaan sirup, semisal sirup obat batuk, sirup obat demam bahkan sirup yang mengandung antibiotik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi obat sirup: a. Memperhatikan tentang cara pakai obat. Selain diminum dengan sendok, beberapa sediaan likuida juga diberikan dalam bentuk tetes (drop) khususnya bagi balita. Ada pula bentuk sediaan sirup kering
16
misalnya antibiotik amoksisilin yang harus dicampur terlebih dahulu dengan air sebelum dikonsumsi. Sirup kering yang berisi antibiotik, tidak boleh disimpan lebih dari 7 hari setelah tercampur dengan air. b. Mencermati aturan pakai. Aturan pakai obat akan berpengaruh pada efektifitas dan keamanan terapi. Obat yang diberi aturan pakai sehari tiga kali maka obat tersebut pada dasarnya diminta untuk dikonsumsi tiap 8 jam agar menghasilkan efek terapi yang sesuai. c. Sebelum digunakan harus dikocok terlebih dahulu agar obat tercampur dengan merata. d. Memperhatikan lama pemakaian. Obat sirup tertentu misalnya antibiotik harus dikonsumsi sampai tuntas. e. Mentaati takaran pemakaian. Jika aturan pakai obat sirup adalah dalam takaran sendok teh maka berarti harus mengkonsumsi sejumlah 5 mL, jika dalam takaran sendok makan maka jumlah yang harus dikonsumsi adalah 15 mL. Sendok makan bukanlah alat takar yang sesuai untuk hal itu sehingga gunakan alat takar yang ada dalam produk obat (Hermansyah, 2013). Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Falagas dkk (2010) di Attica, Yunani untuk mengukur reliabilitas sendok teh dan sendok makan dalam menakar dosis obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas volume dari 71 sendok teh dan 49 sendok makan yang digunakan berbeda-beda hasilnya. Ini menunjukkan bahwa sendok teh dan sendok makan bukan alat pengukur dosis yang reliabel, dan tidak disarankan untuk menggunakannya.
17
5. Efek samping pemberian antibiotik Menurut Setiabudy (2007), efek samping antibiotik dapat dikelompokkan menurut reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi, reaksi toksik, serta perubahan biologik dan metabolik pada hospes. a) Reaksi alergi Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes; terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat. Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi misalnya eksantema kulit, anafilaksis, dermatitis eksfoliativa, angioedema, dan lain-lain (Setiabudy, 2007). Alergi yang sering terjadi atau reaksi yang tidak diharapkan terhadap terapi antibiotik pada anak misalnya diare, mual/muntah, ruam kulit/urtikaria) (Betz & Linda, 2009). b) Reaksi idiosinkrasi Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh, 10% pria berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat jika mendapat primakuin. Ini disebabkan mereka kekurangan enzim G6PD (Setiabudy, 2007). c) Reaksi toksik Antibiotik pada umumnya bersifat toksik-selektif, tetapi sifat ini relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis antibiotik. Yang mungkin dapat dianggap relatif tidak toksik sampai kini
ialah
golongan
penisilin.
Misalnya
adalah
golongan
18
aminoglikosida yang pada umumnya bersifat toksik terutama terhadap N. VIII, golongan tetrasiklin mengganggu pertumbuhan jaringan tulang, termasuk gigi akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsiumortofosfat. Dalam dosis besar obat ini bersifat hepatotoksik, terutama pada pasien pielonefritis dan pada wanita hamil (Setiabudy, 2007). Antibiotik berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar. Efek toksik antibiotik dapat mempengaruhi bagianbagian tubuh tertentu. Kloramfenikol menimbulkan efek toksik pada sumsum tulang belakang sehingga pembentukan sel-sel darah merah terganggu,
sedangkan
streptomisin
dapat
merusak
organ
keseimbangan dan pendengaran sehingga menyebabkan pusing, bising telinga, dan kemudian menjadi tuli. Pemberian penisilin sebagai obat kepada seseorang yang tidak tahan/ peka dapat menimbulkan gatalgatal, bintik-bintik merah pada kulit, bahkan menyebabkan pingsan (Hadinegoro, 2002). d) Perubahan biologik dan metabolik Pada tubuh hospes baik yang sehat maupun yang menderita infeksi, terdapat populasi mikroflora normal. Dengan keseimbangan ekologik, populasi mikroflora tersebut biasanya tidak menunjukkan sifat patogen. Penggunaan antimikroba, terutama yang berspektrum luas, dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mikroba yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi patogen. Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora normal tubuh
19
dapat terjadi di saluran cerna, napas dan kelamin, dan pada kulit (Setiabudy, 2007). Pengobatan menggunakan antibiotik oral berspektrum luas kemungkinan dapat menimbulkan suprainfeksi. Karena luasnya kerja antibiotik ini, flora bakteri usus dapat mati dan kesetimbangan normal bakteri terganggu. Tetrasiklin digunakan untuk membunuh bakteri usus yang rentan terhadapnya, tetapi jika cara penggunaanya tidak benar, kemungkinan akan meyebabkan bakteri lain atau jamur tumbuh lebih bebas dan terjadi infeksi yang lebih berat (Sumardjo, 2008). Faktor yang memudahkan timbulnya superinfeksi ialah: 1) adanya faktor atau penyakit yang mengurangi daya tahan pasien; 2) penggunaan antibiotik terlalu lama; 3) luasnya spektrum aktivitas antimikroba obat, baik tunggal maupun kombinasi (Setiabudy, 2007). 6. Resistensi antibiotik Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu (Permenkes, 2011): a. Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi. b. Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik. c. Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri. d. Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel bakteri. e. Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel melalui mekanisme transport aktif ke luar sel.
20
Resistensi antibiotik dapat terjadi karena beberapa faktor di bawah ini: a) Penggunaan antibiotik yang sering. b) Penggunaan antibiotik yang irasional, terutama di rumah sakit. c) Penggunaan antibiotik baru yang berlebihan. d) Penggunaan antibiotik untuk jangka lama yang akan memberikan kesempatan bertumbuhnya kuman yang lebih resisten (first step mutant). e) Penggunaaan antibiotik untuk ternak: kurang lebih separuh dari produksi antibiotik di dunia digunakan untuk suplemen pakan ternak. Kadar antibiotik yang rendah pada ternak memudahkan tumbuhnya kuman-kuman
resistensi
seperti
VRE
(vancomycin–resistant
enterococci), Campylobacter, dan Salmonella spp. f) Lain-lain:
beberapa
faktor
lain
yang
berperanan
terhadap
berkembangnya resistensi ialah kemudahan transportasi moderen, perilaku seksual, sanitasi buruk, dan kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat (Setiabudy, 2007). Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa terjadi dengan 2 cara, yaitu: a. Mekanisme selection pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak secara duplikasi setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat), maka dalam 1-2 hari, seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri yang resisten maka upaya penanganan infeksi dengan antibiotik semakin sulit. Strategi pencegahan peningkatan bakteri untuk selection pressure
21
adalah melalui penggunaan antibiotik secara bijak (prudent use of antibiotics). b. Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal ini dapat disebarkan antar kuman sekelompok maupun dari satu orang ke orang lain. Strategi pencegahan peningkatan bakteri dapat di atasi dengan meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar (universal precaution) (Permenkes, 2011).
B. Pengetahuan 1. Definisi Menurut McKenzie dkk (2013), salah satu bentuk penatalayanan antibiotik di komunitas adalah mengadakan program pendidikan terkait antibiotik kepada masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang tepat. Penelitian Widayati dkk (2012) di Yogyakarta menunjukkan bahwa 31% masyarakat memiliki pengetahuan yang buruk, 35% memiliki pengetahuan sedang dan 34% memiliki pengetahuan yang baik terkait antibiotik. Pengetahuan atau knowledge adalah kemampuan menghafal, meniru dan mengungkapkan kembali (Bloom dkk, 1956 dalam Purnamasari, 2012). Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan
sehingga
menghasilkan
pengetahuan
tersebut
sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
22
Sebagian
besar
pengetahuan
seseorang
diperoleh
melalui
indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). 2. Tingkatan pengetahuan Menurut Bloom dkk (1956, dalam Purnamasari 2012), kawasan pengetahuan dibagi menjadi beberapa kemampuan yaitu: a. Pengetahuan, mengenal materi yang telah dipelajari. b. Pemahaman yaitu memahami makna materi. c. Penerapan, kemampuan penerapan atau menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi baru yang menyangkut aturan dan prinsip. d. Analisa, kemampuan menggunakan materi ke dalam komponen penyebab sebab akibat. e. Sintesa, kemampuan dalam memadukan konsep. f. Evaluasi, kemampuan memberikan perkembangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Menurut Notoatmodjo (2010), secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat, yakni: a.
Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui
23
atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya. b.
Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar mengetahui 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya, tempat-tempat penampungan air tersebut.
c.
Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja, orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya.
d.
Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
24
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. e.
Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
f.
Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut
25
keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi. Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu akan menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam. Sedangkan kemudahan memperoleh informasi dapat membantu seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak dkk, 2007). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya. Keyakinan biasanya diperoleh secara turun temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kebudayaan
setempat
dan
kebiasaan
dalam
keluarga
juga
dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Menurut Alumran dkk (2013), pengetahuan orang tua dalam pemberian antibiotik didasari oleh faktor demografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, dan latar belakang geografi) serta pengalaman. Dalam penelitian ini, pengetahuan mengenai pemberian antibiotik pada anak dihubungkan dengan lima karakteristik orang tua yaitu status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi, dan pengalaman.
26
1. Status orang tua Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya (Kartono, 1982 dalam Yusmaniar, 2011). Sedangkan dalam bahasa Arab, orang tua dikenal dengan sebutan AlWalidain (dua orang ibu-bapak) seperti yang disebutkan dalam surat Lukman ayat 14 yang berbunyi:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu“.
Tujuan dasar menjadi orang tua adalah meningkatkan daya tahan fisik dan kesehatan anak, mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang penting agar dapat menjadi orang dewasa yang mandiri, dan membantu mengembangkan kemampuan perilaku untuk memaksimalkan nilai-nilai budaya dan kepercayaan. Orang tua baru cenderung memiliki peran sebagai orang tua dengan pengalaman yang sedikit dan
27
pengetahuan yang masih kurang memadai dalam merawat anak (Wong dkk, 2008).
Penelitian Panagakou dkk (2012) menunjukkan bahwa faktor resiko paling kuat terkait pengetahuan, sikap dan perilaku yang kurang tepat tentang antibiotik adalah menjadi seorang ayah. Di Yunani, seorang ayah tidak berpartisipasi sebanyak ibu dalam pengasuhan anak–anak mereka. Oleh karena itu, seorang ayah cenderung kurang mencari informasi terkait masalah kesehatan anaknya.
2. Usia Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), umur atau usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Sedangkan menurut Depkes RI (2009), umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Usia yang paling memuaskan untuk membesarkan anak adalah antara 18 sampai 35 tahun. Selama waktu ini, orang tua dianggap berada pada kondisi kesehatan yang optimum, dengan perkiraan usia harapan hidup yang memungkinkan waktu yang cukup dan memadai untuk membangun sebuah keluarga (Wong, 2008). Kategori usia menurut Depkes (2009): a. Masa balita
: 0 - 5 tahun
b. Masa kanak-kanak
: 5 – 11 tahun
28
c. Masa remaja awal
: 12 – 16 tahun
d. Masa remaja akhir
: 17 – 25 tahun
e. Masa dewasa awal
: 26 – 35 tahun
f. Masa dewasa akhir
: 36 – 45 tahun
g. Masa lansia awal
: 46 – 55 tahun
h. Masa lansia akhir
: 56 – 65 tahun
i. Masa manula
: > 65 tahun
Dengan bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa (Mubarak dkk, 2007). Pengaruh usia terhadap pengetahuan dapat dilihat dari hasil penelitian Quizhpe dkk (2013) di Ekuador tentang perbedaan pengetahuan dan penggunaan antibiotik diantara ibu berusia remaja (<19 tahun) dan ibu berusia dewasa. Ibu berusia dewasa menunjukkan 83,5% memiliki kepatuhan yang benar; 28,5% mengetahui tentang resiko penggunaan antibiotik; dan 29,3% pernah mendengar tentang resistensi antibiotik. Sedangkan untuk ibu berusia remaja menunjukkan hasil berturut-turut 75,4%; 15,0 % dan 19,8%. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa usia seorang ibu mempengaruhi pengetahuan dalam penggunan antibiotik pada anak.
29
3. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Mubarak dkk, 2007). Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jenjang pendidikan formal di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar mencakup Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. b) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah terdiri atas Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
30
c) Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan penggunaan antibiotik terutama pada kasus ISPA, karena pendidikan merupakan akses penting untuk memperoleh informasi dasar pendidikan kesehatan dalam mengenali tanda dan gejala yang memerlukan perhatian cepat ke pelayanan kesehatan dan mengadopsi pola hidup sehat untuk menurunkan derajat morbiditas anak (Quizhpe dkk, 2013). 4. Status ekonomi Status artinya posisi dalam suatu hierarki, atau suatu wadah bagi hak dan kewajiban, atau aspek statis dari peranan, atau prestise yang dikaitkan dengan suatu posisi, atau jumlah peranan ideal dari seseorang (Soekanto, 1983 dalam Adi, 2004). Sedangkan status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di
masyarakat berdasarkan
pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006). Berdasarkan Pergub Jatim No. 78 Tahun 2013, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Malang sebesar Rp 1. 635.000 untuk Kabupaten Malang dan Rp 1. 587.000 untuk Kota Malang. Untuk menilai status ekonomi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan digunakan UMK Kabupaten Malang, di mana penggolongannya sebagai berikut :
31
a) Status ekonomi tinggi jika penghasilan per bulan > Rp 1.635.000 b) Status ekonomi rendah jika penghasilan per bulan < Rp 1.635.000 Penghasilan/pendapatan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitasfasilitas sumber informasi. Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku (Notoatmodjo, 2003). 5. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi
dengan
lingkungannya.
Ada
kecenderungan
pengalaman yang buruk akan berusaha untuk dilupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif (Mubarak dkk, 2007). Pengetahuan diperoleh dengan dua cara, yakni melalui orang lain dan melalui pengalaman diri sendiri secara langsung. Pengetahuan dari pengalaman diperoleh dengan mempelajari pengalaman diri sendiri. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini disebut experiental reality. Metode trial and error merupakan cara memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung (Gulo, 2010). Orang tua belajar berdasarkan kesalahan (trial and error), melakukan kesalahan yang sama yang telah dilakukan banyak orang tua lain, tetapi bagaimanapun mereka tetap dapat menyelesaikan tugas,
32
menjadi lebih terampil dengan bertambahnya anak (Wong dkk, 2008). Orang tua yang tidak memiliki pengalaman terkait serangan ISPA berulang pada anak, cenderung memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penggunaan antibiotik pada anak (Panagakou dkk, 2012).
D. Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan karakteristik demografi orang tua yang berhubungan dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak.
33
Faktor–faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Anak sakit
Salah satu Antibiotik
terapi:
Keyakinan Fasilitas Sosial budaya Pekerjaan Minat Informasi Latar belakang geografi
8. Jenis kelamin (status orang tua) 9. Usia 10. Tingkat pendidikan 11. Penghasilan (status ekonomi) 12. Pengalaman
Pengertian Indikasi Peresepan Dosis Efek samping Resistensi antibiotik
Pengetahuan Orang Tua
Keterangan : Variabel tidak diteliti
Benar pengertian Benar indikasi Tidak terjadi peresepan sendiri Tidak terjadi kesalahan pemberian dosis Tidak terjadi efek samping berbahaya Tidak terjadi resistensi
Variabel yang diteliti
Sumber: Notoatmodjo (2003), Mubarak dkk (2007), Alumran dkk (2013). Bagan 2.1 Kerangka teori
34
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi dan pengalaman). Variabel dependen adalah pengetahuan orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak.
Karakteristik Orang Tua :
Status orang tua Usia Pendidikan Status ekonomi Pengalaman
Pengetahuan Orang Tua dalam Pemberian Antibiotik pada Anak
Baik Kurang
Bagan 3.1 Kerangka konsep Berdasarkan kerangka konsep di atas, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua (status orang tua, usia, pendidikan, status ekonomi dan pengalaman) dengan pengetahuan orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak di kalangan masyarakat Dusun Sonotengah.
35
B. Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan masalah diatas: 1.
Ada hubungan antara status orang tua dengan pengetahuan dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
2.
Ada hubungan antara usia dengan pengetahuan orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
3.
Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
4.
Ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
5.
Ada hubungan antara pengalaman dengan pengetahuan orang tua dalam pemberian antibiotik pada anak di Dusun Sonotengah.
C. Definisi Operasional Definisi
operasional
adalah
mendefinisikan
variabel
secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008).
36
Tabel 3.1 Definisi operasional
No.
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil
Skala
A. Variabel Independen
1.
Status Orang Hubungan Tua responden dengan anak
Satu item pertanyaan tentang hubungan responden dengan anak (A2)
Kuesioner
0 = Ayah 1 = Ibu
Nominal
2.
Usia
Waktu kelahiran responden sampai dengan ulang tahun terakhir
Satu item pertanyaan tentang usia responden (A1)
Kuesioner
0= 17-25 tahun (remaja akhir) 1=26-35 tahun (dewasa awal) 2=36-45 tahun (dewasa akhir) (Depkes, 2009)
Ordinal
3.
Pendidikan
Jenjang pendidikan terakhir responden sesuai ijasah yang dimiliki
Satu item pertanyaan tentang pendidikan terakhir responden (A3)
Kuesioner
0= Pendidikan Dasar (SD, SMP) 1=Pendidikan Menengah Atas (SMA) 2=Pendidikan Tinggi (Diploma, PT)
Ordinal
4.
Status ekonomi
Kedudukan responden berdasarkan penghasilan kelurga per bulan
Satu item pertanyaan tentang penghasilan responden (A4)
Kuesioner 0=Rendah, jika Ordinal