1
HUBUNGAN FAKTOR TEKNIS DAN WATAK WIRAUSAHA TERHADAP KESUKSESAN PETERNAK PADA KELOMPOK TERNAK BARU SIREUM
ROSITA NOVIANA H34114008
DEPARTEMENAGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013 Rosita Noviana H34114008
i
ABSTRAK ROSITA NOVIANA. Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA. Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan salah satu kelompok ternak yang dapat dikatakan sukses mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua. Tolak ukur kesuksesan seorang peternak sapi perah adalah dilihat dari kualitas susu yang diproduksi oleh hewan ternaknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor teknis peternakan dan faktor watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Hubungan tersebut dilihat dengan menggunakan alat analisis korelasi Rank Spearman. Hasil analisis untuk faktor pakan ternak, manajemen peternakan, kepemimpinan, perencana bisnis dan menggunakan waktu secara efektif menghasilkan nilai P-value lebih kecil dari derajat α. Hasil analisis menggambarkan bahwa kelima faktor tersebut secara signifikan berhubungan dengan kesuksesan peternak. Sedangkan faktor pembibitan, pengambil risiko, dan pengambil keputusan secara signifikan tidak berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum. Kata kunci : faktor teknis, kesuksesan peternak, watak wirausaha
ABSTRACT ROSITA NOVIANA. Technical Factors and Entrepreneurial Behavior Relation Toward Livestock Breeder Success Within Baru Sireum Herd. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA. Baru Sireum herd is one of the herd that can be considered as a successful cattle breeding developer in Cisarua. The quality of the milk produced by the cattle has become a benchmark of the breeder success. The objective of this research is discover the correlation between technical factor of breeding and the entrepreneur characteristic with the breeder success that was gathered in Baru Sireumherd. The correlation was analyzed using the Rank Spearman analysis tools. The result for the cattle food, breeding management, leadership, business planner, and time management are the P-value is lower than the α degree. Furthermore, the result means that those five factors significantly affected the breeder success. Meanwhile, nurseries, risk taking, and decision maker are not significantly affected Baru Sireum herd breeder’s success. Keywords : breeder successful, entrepreneurial, technical factor
RINGKASAN
ROSITA NOVIANA. H34114008. Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan WAHYU BUDI PRIATNA)
Perbedaaan pencapaian kesuksesan para peternak sebagai seorang wirausaha yang mengusahakan peternakan sapi perah, dipengaruhi oleh cara berternak yang mungkin berbeda-beda. Namun, diindikasikan terdapat faktor lain yang mempengaruhi kesuksesesan peternak yaitu, watak para peternak dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan permasalahan yang ada di tempat penelitian, maka tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk (1) mengetahui hubungan faktor teknis peternakan dan (2) mengetahui hubungan watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum. Penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Baru Sireum yang berlokasi di Kampung Darussalam RT.03/06 Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemiliha lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) karena Baru Sireum merupakan salah satu kelompok ternak sapi perah terbaik dan berprestasi di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2013. Jenis data yang digunakan bersifat kualitatuf dan kuantitatif. Data yang digunakan bersumber dari data primer dan data sekunder. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan kesuksesan yang telah dicapai oleh para peternak. Analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat hubungan kesuksesan peternak serta faktor-faktor yang berkolerasi dengannya menggunakan analisis Rank Spearman. Faktor teknis peternakan yang berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum adalah pakan ternak dan manajemen peternakan. Hubungan korelasi kedua faktor teknis tersebut termasuk kategori sedang, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.571 untuk pakan ternak dan 0.462 untuk manajemen peternakan. Watak wirausaha yang berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum adalah kepemimpinan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. Nilai koefisien korelasi untuk setiap watak tersebut adalah sebesar 0.456; 0.701; dan 0.418. .Hubungan korelasi kepemimpinan dan menggunakan waktu secara efektif termasuk kategori sedang, sedangkan perencana bisnis termasuk kategori kuat. Kelima faktor tersebut secara signifikan mempunyai hubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah pada Kelompok Ternak Baru Sireum karena menghasilkan nilai P-value yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%). Kata kunci : faktor, kesuksesan, peternakan, teknis, wirausaha
ii
HUBUNGAN FAKTOR TEKNIS DAN WATAK WIRAUSAHA TERHADAP KESUKSESAN PETERNAK PADA KELOMPOK TERNAK BARU SIREUM
ROSITA NOVIANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Agribismis
DEPARTEMENAGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iii
Judul Skripsi Nama NRP
: Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum : Rosita Noviana : H34114008
Disetujui oleh
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
iv
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terwujudnya karya ini tidak terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan keberkahan yang melimpah. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lainnya.
Bogor, Juni 2013 Rosita Noviana
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan
6
Manfaat
6
Ruang Lingkup
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Faktor Teknis Peternakan
7
Faktor Kewirausahaan dalam Usaha Peternakan dan Pertanian
8
Karakteristik Wirausaha
9
KERANGKA PEMIKIRAN
9
Kerangka Pemikiran Teoritis Potensi Usaha Peternakan Sapi Perah
9 9
Jenis-Jenis Sapi Perah
10
Manajemen Peternakan Sapi Perah
11
Wirausaha
13
Watak Wirausaha
14
Kesuksesan Usaha
15
Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN
16 18
Lokasi dan Waktu Penelitian
18
Data dan Sumber Data
19
Metode Pengumpulan Data
19
Metode Penentuan Responden
20
Metode Analisis Data
20
Analisis Deskriptif
20
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
21
Definisi Operasional
22
vi
Hipotesis Penelitian
23
GAMBARAN UMUM
24
Deskripsi Lokasi
24
Kelompok Ternak Baru Sireum
24
Visi dan Misi
25
Karakteristik Kelompok Ternak Baru Sireum
26
Skala Usaha
26
Umur
27
Pendidikan
28
Status Perkawinan
29
Kepemilikan Lahan
29
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
Faktor Teknis Peternakan pada Kelompok Ternak Baru Sireum
30
Watak Wirausaha Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum
31
Kesuksesan Peternak
32
Faktor Teknis Peternakan Terhadap Kesuksesan Peternak
35
Pembibitan
35
Pakan Ternak
38
Manajemen Peternakan
42
Faktor Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak
45
Kepemimpinan
46
Pengambil Risiko
49
Pengambil Keputusan
51
Perencana Bisnis
53
Menggunakan Waktu Secara Efektif
55
SIMPULAN DAN SARAN
56
Simpulan
56
Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
57
vii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Populasi ternak di Indonesia tahun 2011 - 2012 (ekor) 2 PDRB peternakan tahun 2006 - 2008 (atas dasar harga berlaku) menurut provinsi (Rp juta) 3 Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Jawa Barat Tahun 2008 - 2012 3 Populasi sapi perah Kabupaten Bogor tahun 2008 - 2011 (ekor) 4 Kegiatan harian pengurus kandang 13 Data anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan skala usaha 26 Data anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan umur 27 Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan jenjang pendidikan 28 Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan luas lahan 30 Skor faktor teknis peternakan pada Kelompok Ternak Baru Sireum 31 Skor watak wirausaha pada Kelompok Ternak Baru Sireum 32 Gambaran kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum 33 Kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum 33 Hubungan faktor teknis peternakan terhadap kesuksesan peternak 35 Hubungan watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak 46
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran operasional hubungan faktor teknis dan watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak pada kelompok ternak Baru Sireum 18 2 Sapi pemenang kontes dari Kelompok Ternak Baru Sireum 36 3 Pasca proses kelahiran 37 4 Proses inseminasi buatan 38 5 Proses peracikan pakan konsentrat 39 6 Proses pemberian pakan konsentrat sebelum proses pemerahan 40 7 Tempat pencampuran pakan konsentrat dengan ampas tahu 41 8 Proses pemberian pakan hijauan 42 9 Kegiatan membersihkan kandang 43 10 Proses pemerahan susu 44 11 Penyimpanan susu sebelum proses distribusi 44 12 Proses pendistribusian susu pada Kelompok Ternak Baru Sireum 45
viii
DAFTAR LAMPIRAN 1
Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis pembibitan terhadap kesuksesan peternak 60 2 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis pakan ternak terhadap kesuksesan peternak 60 3 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis manajemen peternakan terhadap kesuksesan peternak 60 4 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha kempemimpinan terhadap kesuksesan peternak 61 5 Hasil korelasi Rank Spearman watak wirausaha pengambil risiko terhadap kesuksesan peternak 61 6 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha pengambil keputusan terhadap kesuksesan peternak 61 7 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha perencana bisnis terhadap kesuksesan peternak 62 8 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha menggunakan waktu secara efektif terhadap kesuksesan peternak 62 9 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis terhadap kesuksesan peternak 62 10 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak 63 11 Dokumentasi penelitian 64 12 Riwayat Hidup 65
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia (Wikipedia, 2013). Jumlah pencari kerja (angkatan kerja) di Indonesia menempati porsi hampir setengah dari jumlah penduduk. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2011 adalah 117.37 juta jiwa dan dalam kurun waktu setahun mengalami peningkatan sebanyak 670 ribu jiwa, sehingga tercatat pada Agustus 2012 jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah 118.04 juta jiwa. Selanjutnya diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia yang bekerja bertambah 1.1 juta jiwa dari 109.67 juta jiwa pada Agustus 2011 menjadi 110.80 juta jiwa penduduk Indonesia yang bekerja pada Agustus 2012 (BPS, 2013). Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia dapat dikurangi meskipun belum optimal, terbukti bahwa pada Agustus 2012 tercatat jumlah pengangguran di Indonesia adalah 7.24 juta jiwa penduduk. Angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 460 ribu jiwa dari angka sebelumnya pada Agustus 2011 yaitu 7.70 juta jiwa penduduk yang menganggur. Kondisi yang demikian menggambarkan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki banyak potensi untuk membuka lapangan pekerjaan baru bagi penduduk yang mengganggur. Potensi lapangan pekerjaan tersebut dapat dikembangkan dari setiap sektor yang ada di Indonesia ditunjang dengan sikap kewirausahaan yang perlu dikembangkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Alma (2003), semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha. Perkembangan ekonomi akan lebih mantap jika ditunjang oleh wirausahawan karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasannya. Oleh sebab itu,wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan. Suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya (Buchari Alma, 2003). Indonesia telah jauh tertinggal dalam kuantitas wirausahawan dibandingkan dengan Amerika (15%) dan negara satu regional, Malaysia yang sudah mencapai sekitar 6%. Wirausahawan Indonesia saat ini berjumlah masih sekitar 1%. Oleh karena itu, sudah saatnya kita dituntut mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru melalui kewirausahaan. Kewirausahaan atau wirausaha menurut Joseph Schumpeter adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau
2
mengolah bahan baku baru, orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru maupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada (Schumpeter dalam Alma, 2003: 21). Dipaparkan sebuah fakta bahwa keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori oleh wirausahawan yang melipuri 2% wirausaha skala sedang dan sebanyak 20% dari jumlah penduduknya berwirausaha skala kecil. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang.(Ranu dalam Alma, 2003: 5). Semakin menjamurnya wirausahawan, maka lapangan pekerjaan pun semakin variatif dan banyak tersedia sehingga masalah pengangguran dapat teratasi. Banyak potensi yang dapat dikembangkan oleh masyarakat Indonesia untuk mendirikan dan menciptakan suatu usaha sebagai seorang wirausaha. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang memiliki banyak sumberdaya alam yang melimpah dan berpotensi untuk dikembangkan, salah satunya adalah sektor pertanian. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan menempati peringkat kontribusi kedua dalam distribusi PDB atas dasar harga berlaku (2007-2011**), setelah kontribusi peringkat pertama oleh sektor industri.Agribisnis merupakan cara pandang pertanian secara modern dimana sektor pertanian yang meliputi beberapa sub sistem dapat dikembangkan melalui banyak kegiatan usaha mulai dari subsistem hulu hingga subsistem hilir. Salah satu subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan adalah subsektor peternakan. Nilai PDB sub sektor peternakan pada tahun 2008 meningkat sebesar 35.4 triliun dari tahun 2007 yang hanya sekitar 34.2 triliun. Sedangkan laju pertumbuhan sub sektor peternakan pada tahun 2008 juga meningkat sekitar 3.5 persen dari tahun 2007 yang hanya sekitar 2.36 persen (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011). Potensi pembukaan lapangan pekerjaan melalui pengembangan subsektor agribisnis peternakan dapat dilakukan mulai dari kegiatan usaha budidaya, pengolahan, pemasaran, hingga lembaga penunjang.Kondisi yang demikian merupakan gambaran bahwa sub sektor peternakan dapat dijadikan salah satu pilihan untuk berwirausaha. Sub sektor peternakan dikelompokkan lagi berdasarkan komoditi peternakan yang diusahakannya, salah satunya subsektor peternakan sapi yang kemudian dapat dikelompokkan lagi menjadi peternakan sapi perah dan peternakan sapi pedaging. Komoditi yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi perah adalah susuyang merupakan salah sumber gizi yang termasuk ke dalam Empat Sehat Lima Sempurna. Masyarakat Indonesia membutuhkan susu sebagai salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan untuk menunjang kesehatan. Oleh karena itu, sub sektor peternakan khususnya peternakan sapi perah di Indonesia sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu kegiatan wirausaha agribisnis. Tabel 1 Populasi ternak di Indonesia tahun 2011 - 2012 (ekor) 2012 Pertumbuhan (%) Jenis Ternak 2011 Sapi Potong 14824 16034 7.55 Sapi Perah 597 622 3.98 Kambing 16946 17862 5.13 Domba 11791 12768 .66
3
Lanjutan Tabel 1 Populasi ternak di Indonesia tahun 2011 sampai 2012 (ekor) 2012 Pertumbuhan (%) Jenis Ternak 2011 Babi 7525 7831 3.91 Kerbau 1305 1378 5.30 Kuda 409 422 3.08 Sumber
:Direktorat Jenderal Peternakan
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang berkontribusi besar terhadap PDRB melalui sub sektor peternakan. Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui bahwa kontribusi sub sektor peternakan Provinsi Jawa Barat terhadap PDRB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Provinsi Jawa Barat diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga diharapkan jumlah wirausaha yang bergerak di bidang peternakan sapi perah akan terus bertambah. Selanjutnya, diharapkan angka pengangguran dapat berkurang sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dapat menjadi lebih baik. Selain itu, kualitas kesehatan masyarakat pun dapat terus meningkat sebagai dampak dari budaya minum susu.
Tabel 2 PDRB peternakan tahun 2006 - 2008 (atas dasar harga berlaku) menurut provinsi (Rp juta) 2007 2008 Provinsi 2006 Sumatera Utara 3294000 3645810 4477000 Lampung 2594660 2939340 3615000 Jawa Barat 7642000 8074430 9852000 Jawa Tengah 7004820 8876200 10271000 Jawa Timur 13951330 15871070 19081000 Sumber : Kementerian Pertanian RI
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi penghasil susu segar terbanyak untuk produksi susu nasional. Tabel 3 menampilkan data mengenai jumlah populasi sapi perah dan jumlah produksi susu di Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi perah berperan dalam pengembangan perekonomian khususnya Provinsi Jawa Barat.
Tabel 3 Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Jawa Barat Tahun 2008 - 2012 Tahun Populasi Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (ton) 2008 111250 225 212 2009 117337 255348 2010 120475 262177 2011 139970 302603 2012 147958 326115 Sumber
: Direktorat Jenderal Peternakan
4
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang menjadi sentra peternakan sapi perah di Provinsi Jawa Barat. Karakteristik geografis dan demografi beberapa wilayah di Kabupaten Bogor cocok untuk dijadikan sebagai lokasi usaha peternakan sapi perah. Daerah pegunungan dengan suhu udara yang rendah dan tingkat curah hujan yang lebih tinggi dari wilayah lainnya merupakan lokasi yang cocok untuk mengembangkan usaha peternakansapi perah. Hal tersebut merupakan penyesuaian terhadap karakteristik jenis sapi perah yangditernakkan agar sapi lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan lokasi peternakan sehingga mampu berproduksi secara optimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, diketahui bahwa jumlah populasi ternak besar berupa sapi perah selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2008 sampai 2011. Jumlah populasi ternak sapi perah pada tahun 2008 di Kabupaten Bogor yaitu sebanyak 5907 ekor. Jumlah populasi tersebut selalu meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2009 jumlah populasi sapi perah di Kabupaten Bogor mencapai 7131 ekor dan terus meningkat menjadi 7288 ekor pada tahun 2010. Peningkatan jumlah populasi sapi perah di Kabupaten Bogor terus terjadi hingga pada tahun 2011 tercatat ada 8973 ekor sapi perah.
Tabel 4 Populasi sapi perah Kabupaten Bogor tahun 2008 - 2011 (ekor) Kecamatan 2008 2009 2010 2011 Pamijahan 1071 1138 1404 994 Cibungbulang 890 938 1022 1448 Cisarua 1152 1401 1461 1504 Ciawi 165 89 115 1496 Cijeruk 803 1638 1707 1055 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan, Kabupaten Bogor
Kecamatan Cisarua merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan sapi perah. Hal tersebut terlihat dari terus meningkatnya jumlah populasi sapi perah di Kecamatan Cisarua setiap tahunnya, hingga pada tahun 2011 menjadi daerah dengan jumlah populasi ternak sapi perah terbanyak di Kabupaten Bogor. Terdapat 15 kelompok tani ternak di Kecamatan Cisarua, salah satunya adalah Kelompok Ternak Baru Sireum yang terletak di Kampung Darussalam, Desa Cibeureum. Kelompok Ternak Baru Sireum didirikan pada tahun 1999 dengan jumlah ternak sapi perah mencapai 400 ekor pada tahun 2011. Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum hingga saat ini tercatat sebanyak 25 orang peternak sapi perah.
Perumusan Masalah
Konsumsi protein hewani asal ternak di Kabupaten Bogor selalu meningkat setiap tahun. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor pada
5
tahun 2010 menargetkan konsumsi protein hewani asal ternak oleh masyarakat Kabupaten Bogor adalah sebesar 5.00 grm/kap/hari. Realisasi pada tahun 2011 ternyata melebihi target yang sudah direncanakan yaitu konsumsi protein hewani asal ternak masyarakat Kabupaten Bogor berhasil mencapai 5.06 grm/kap/hari. Salah satu sumber protein hewani asal ternak adalah susu yang dihasilkan dari kegiatan usaha peternakan sapi perah. Kondisi yang demikian merupakan gambaran bahwa kegiatan usaha peternakan sapi perah berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor, khususnya di Kecamatan Cisarua. Terdapat 15 kelompok ternak sapi perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Salah satu kelompok ternak yang dapat dikatakan sukses mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua adalah Kelompok Ternak Baru Sireum. Tolak ukur kesuksesan seorang peternak sapi perah adalah dilihat dari kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi oleh hewan ternaknya. Hal tersebut karena semakin baik kualitas susu yang dihasilkan berarti semakin tinggi pula harga per liter dari susunya. Kualitas susu tersebut kemudian berpengaruh terhadap penetapan harga beli susu yang ditetapkan oleh koperasi atau industri pengolahan susu sebagai konsumen. Penetapan harga susu tersebut disesuaikan dengan grade susu berdasarkan hasil uji setiap kali susu yang diproduksi oleh peternak didistribusikan kepada koperasi atau industri pengolahan susu. Semakin tinggi grade susu maka semakin tinggi harga yang harga susunya. Selain itu, kuantitas produksi susu juga menggambarkan kesuksesan seorang peternak sapi perah. Semakin tinggi hasil produksi susu per ekor sapi per harinya maka dapat dikatakan semakin produktif. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas hasil produksi susu berpengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas produksi susu seorang peternak sapi perah maka semakin tinggi pendapatannya. Selain dilihat dari kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi, kesuksesan seorang peternak sapi perah dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah kepemilikan sapi perahnya dan luas lahan peternakan yang diusahakannya. Meskipun tergabung dalam sebuah kelompok ternak, kesuksesan ke-25 peternak yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum adalah berbeda-beda. Perbedaaan pencapaian kesuksesan para peternak sebagai seorang wirausaha yang mengusahakan peternakan sapi perah, dipengaruhi oleh cara berternak yang mungkin berbeda-beda. Cara berternak tersebut berkaitan dengan faktor-faktor teknis budidaya sapi perah yang dilakukan oleh setiap peternak. Penggunaan atau pengaplikasian faktor teknis yang tidak sama dilakukan oleh setiap peternak mungkin menyebabkan kesuksesan yang juga tidak sama untuk setiap peternak. Meskipun demikian, ada beberapa peternak yang melalukan cara beternak yang sama tetapi, tetap saja mengalami pencapaian kesuksesan yang berbeda-beda. Faktor teknis dalam peternakan secara garis besar dapat dilihat melalui tiga hal utama yaitu, pembibitan (breeding), pakan ternak (feeding), dan manajemen peternakan. Namun, tidak hanya faktor teknis yang diindikasikan berhubungan dengan perbedaan kesuksesan setiap peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Terdapat kemungkinan bahwa watak para peternak dalam menjalankan usaha peternakan sapi perahnya juga berhubungan dengan kesuksesan mereka. Watak tersebut dapat digambarkan sebagai watak seorang wirausaha dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Setiap peternak memiliki watak yang berbeda-beda, watak wirausaha yang mungkin
6
mempengaruhi kesuksesan para peternak tersebut terdiri dari, kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana faktor teknis yang meliputi pembibitan, pakan ternak, dan manajemen peternakan mempengaruhi kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum ? 2. Bagaimana watak wirausaha yang meliputi kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif mempengaruhi kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum ?
Tujuan
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui hubungan faktor-faktor teknis peternakan terhadap kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. 2. Mengetahui hubungan watak-watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi penulis adalah untuk melatih kemampuan analisis penulis serta, pengaplikasian konsep-konsep ilmu pengetahuan yang diterima selama kuliah dengan mengamati gejala praktis yang terjadi di lapangan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para peternak sapi perah anggota Kelompok Ternak Baru Sireum untuk mengetahui sejauh mana faktor teknis peternakan dan watak wirausaha berhubungan dengan kesuksesan usaha seorang peternak sapi perah. Sedangkan untuk perguruan tinggi dan kalangan akademisi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi akademik dan bahan kajian atau acuan untuk penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Baru Sireum yang terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, sehingga memiliki batasan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan
7
peternak sapi perah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan pengisian kuisioner. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 orang peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman. Adapun faktor teknis peternakan yang dilihat hubungannya dalam penelitian ini terdiri dari tiga indikator meliputi bibit (breeding), pakan (feeding) dan manajemen peternakan. Sedangkan faktor watak wirausaha yang dilihat hubungannya dalam penelitian ini terdiri dari lima indikator meliputi kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif.
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Teknis Peternakan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sembada (2012) dan Juliani (2011), terdapat beberapa faktor penentu yang mempengaruhi keberhasilan peternakan sapi perah. Beberapa faktor penentu tersebut merupakan indikator untuk mengetahui pengetahuan teknis para peternak dalam melakukan usaha beternak sapi perah. Faktor-faktor penentu tersebut meliputi lima aspek sesuai dengan standar penilaian dari Direktorat Jenderal Peternakan (1983), yaitu : 1. Pembibitan dan reproduksi 2. Makanan ternak 3. Pengelolaan 4. Kandang dan peralatan 5. Kesehatan hewan Penelitian yang dilakukan oleh Sembada (2012), menggunakan prosedur statistika nonparametrik untuk mengukur keterampilan teknis peternak. Kuisioner yang digunakan menggunakan pertanyaan yang bersifat kategorik dengan nilai atau kode yang mengandung levelisasi sehingga data yang diperoleh dapat digolongkan menjadi data ordinal. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : H1 : median suatu sampel = median yang dihipotesiskan H0 : median suatu sampel ≠ median yang dihipotesiskan Uji ini dilakukan untuk membandingkan nilai hasil pengamatan dengan nilai harapan faktor penentu ternak sapi perah menurut Direktorat Jenderal Peternakan (1983). Rancangan penelitian yang dilakukan oleh Juliani (2011) adalah dengan melakukan uji chi-square, yakni uji yang menyangkut keselarasan goodness of fit atau uji kebebasan tentang distribusi empiris atau teoritis. Uji chi-square digunakan untuk membandingkan hasil pengamatan dengan nilai harapan faktor penentu ternak sapi perah menurut Dirjen Peternakan (1983), pengamatan dilakukan terhadap keterampilan teknis para peternak sapi perah.
8
Menurut Afif (2012), dalam penelitiannya mengenai evaluasi aspek produksi peternakan kelinci ada beberapa faktor teknis usaha yang harus diperhatikan. Faktor teknis usaha peternakan kelinci yang diamati dalam penelitian ini meliputi, pemilihan bibit ternak, pakan, perkandangan dan peralatan, penyakit kelinci, reproduksi dan perkawinan, serta tenaga kerja. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebatas analisis deskriptif. Hasil analisis menggambarkan persentase dari frekuensi jumlah peternak yang mengaplikasikan beberapa faktor teknis dalam usaha peternakan kelinci yang dijalankannya.
Faktor Kewirausahaan dalam Usaha Peternakan dan Pertanian
Menurut Karim (2012) berdasarkan penelitian yang dilakukannya kepada anggota Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) sebagai responden, menyatakan bahwa yang memiliki usaha ternak kelinci memiliki tingkat sikap kewirausahaan dalam taraf sedang. Hal ini menunjukkan bahwa peternak kelinci anggota KOPNAKCI bersikap terhadap sembilan aspek pemanfaatan peluang, orientasi hasil, kemampuan berinteraksi, bekerja keras, pengambil risiko, percaya diri, pengendalian diri, keinovatifan, dan kemandirian tergolong rendah. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman diketahui bahwa peubahpeubah pada faktor internal yang terdiri dari motivasi berusaha, usia, pendidikan, dan pengalaman tidak memiliki korelasi dengan sikap kewirausahaan secara keseluruhan pada taraf kepercayaan 10 persen. Hasil tersebut berdasarkan Pvalues ecara berturut-turut sebesar 0.170; 0.561; 0.698; 0.594. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi usia, motivasi, pendidikan, dan pengalaman beternak, maka tidak akan selalu diikuti dengan semakin tinggi sikap kewirausahaan. Faktor eksternal memiliki hubungan dengan sikap kewirausahaan secara keseluruhan dalam taraf kepercayaan 10%, yaitu pada peubah pelatihan dan ketersediaan media informasi, sedangkan pada peubah ketersediaan input tidak memiliki korelasi dengan sikap kewirausahaan. Hasil tersebut berdasarkan P-value secara berturut-turut sebesar 0.000; 0.000; 0.460. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pelatihan dan ketersediaan media informasi, maka akan selalu diikuti dengan semakin tinggi pelatihan dan ketersediaan media informasi, maka akan selalu diikuti dengan semakin tinggi sikap kewirausahaan, namun apabila semakin tinggi ketersediaan input maka tidak akan selalu diikuti dengan semakin tinggi tingkat kewirausahaan. Menurut Seftian (2012), meningkatkan pengetahuan inovasi para petani merupakan salah satu cara dalam upaya pengambil kebijakan yang memiliki kepentingan dalam peningkatan kewirausahaan petani. Melalui peningkatan sumber inovasi yang mendorong adopsi, selanjutnya akan meningkatkan daya saing petani karena yang selanjutnya berdampak pada peningkatan pencapaian dan tingkat inovasi petani. Penelitian ini menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat sejauh mana hubungan antara karakteristik individu mempengaruhi tingkat keputusan adopsi inovasi pada petani sayur di Kecamatan Pengalengan. Karakteristik inidvidu yang dilihat korelasinya adalah usia, lamanya pengalaman usaha tani, tingkat pendidikan, dan luas lahan yang dikuasai oleh
9
petani. Tingkat adopsi inovasi pada penelitian yang dilakukan Seftian (2012) berhubungan dengan kondisi karakteristik petani dalam pengambilan keputusannya. Adopsi inovasi yang dapat dilihat adalah inovasi akan pilihan benih, teknologi budidaya, dan sarana produksi pertanian.
Karakteristik Wirausaha
Saputro (2009) melakukan analisis mengenai karakteristik wirausaha terhadap para peternak kambing perah di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan untuk menginterpretasikan karakteristik wirausaha para peternak kambing perah tersebut. Beberapa indikator karakteristik wirausaha yang diukur dalam penelitian ini meliputi, percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, keberanian terhadap risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Indikator-indikator tersebut diukur menggunakan skala Likert yang kemudian dihitung rata-ratanya, metode penghitungan yang digunakan menggunakan statistik deskriptif. Selanjutnya, dilakukan penghitungan mengenai kesesuaian karakteristik wirausaha yang diteliti pada diri para peternak berdasarkan proporsi kesesuaian, dengan nilai tertinggi 100%. Proposi kesesuain dihitung dengan membagi jumlah skor karakteristik setiap peternak dengan jumlah skor maksimum karakteristik wirausaha yang kemudian dikali dengan 100%.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
Potensi Usaha Peternakan Sapi Perah Komoditi utama yang diproduksi dari usaha peternakan sapi perah adalah susu. Susu sapi segar merupakan minuman yang menjadi sumber nutrisi alami yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun. Selain dikonsumsi secara lanngsung dalam bentuk minuman, susu juga dapat dinikmati dalam bentuk olahan lainnya. Pengolahan susu dapat dilakukan oleh para peternak sapi perah sebagai bentuk pengembangan usaha yang dijalankannya. Beberapa produk turunan dari susu yang dapat dihasilkan melalui proses pengolahan antara lain, yoghurt, kefir, permen caramel susu, tahu susu, kerupuk susu, dan keju. Produk hasil olahan susu tersebut memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari susu sapi segar. Selain itu, juga lebih diminati oleh masyarakat terutama bagi sebagian masyarakat yang kurang suka mengkonsumsi karena baunya yang amis, karena dengan mengkonsumsi hasil olahan susu tersebut mereka masih dapat menikmati dan mendapatkan manfaat dari kandungan gizi dari susu.
10
Selain menjual susu sebagai komoditi utama yang dihasilkan sari usaha peternakan sapi perah, para peternak juga mampu mengoptimalkan beberapa komoditi yang berpotensi untuk dikembangkan dari usaha peternakan sapi perah. Menurut Syarif (2011), ada beberapa peluang usaha lain yang berpotensi untuk dikembangkan dari usaha peternakan sapi perah, yaitu : 1. Menjual Sapi Afkir Sapi perah afkir adalah sapi perah yang tidak produktif, baik karena produksi susunya sudah sedikit, tidak menghasilkan susu, atau karena sejak awal sudah sakit, cacat, atau tidak bisa bunting sehingga tidak dapat melahirkan dan menghasilkan susu. Sapi perah afkir dapat dijual sebagai sapi potong yang dapat dijual ke rumah potong hewan atau pejagalan. Sapi perah biasanya diafkir pada umur sekitar 10 tahun (setelah melahirkan tujuh sampai delapan kali) dan dapat dijual dengan harga enam sampai delapan juta. 2. Menjual Anak Sapi Anakan yang biasa dijual di peternakan sapi perah bisa berupa anakan jantan atau betina. Selain dijual, sebagian anakan sapi betina dibesarkan sebagai pengganti sapi perah yang sudah ada. Anakan dapat dijual pada umur satu sampai empat bulan atau dibesarkan terlebih dahulu untuk dijual saat hari raya atau momen lain. Menurut Syarif (2011), dalam satu tahun peternak sapi perah dapat menjual sapi perah jantan dewasa dari hasil kelahiran di peternakannya sebanyak delapan sampai sepuluh ekor dengan harga Rp 12000000 – Rp 16000000 bahkan ada yang mencapai harga Rp 25000000 tergantung bobotnya. 3. Pemanfaatan Limbah Peternakan Seekor sapi dengan bobot 450 kg dapat menghasilkan limbah berupa feses dan urin sekitar 25 kg per hari. Kotoran sapi ini potensial untuk dijadikan pupuk kandang atau bahan pembentuk biogas, kemudian ampasnya digunakan sebagai pupuk kandang. Oleh karena itu, dapat dilakukan pengolahan limbah dari kotoran sapi secara sederhana sehingga dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai jual, baik dalam bentuk pupuk kandang, kompos, pupuk cair, maupun bahan penghasil biogas.
Jenis-Jenis Sapi Perah Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Milking Shorthorn, Fries Holland, Jersey, dan Brown Swiss. Berikut penjelasan untuk mengenali karakteristik dari masing-masing sapi unggul tersebut : 1. Sapi Milking Shorthorn Sapi Milking Shorthorn termasuk bangsa sapi tertua yang berasal dari Inggris bagian timur laut di lembah Sungai Thames. Nenek moyang sapi ini adalah Bos (Taurus) typicus prenigenius. Bobot badan ideal jantan 955 kg dengan bobot lahir 34 kg. Awal mulanya sapi ini dikenal sebagai jenis sapi dwiguna (perah dan pedaging). Sapi ini memiliki warna bervariasi dari hampir putih sampai merah semua. Adapula yang berwarna campuran
11
merah dan putih. Produksi susu mencapai 5126 kg per laktasi dengan kadar lemak susu 3.65 %. 2. Sapi Fries Holland (FH) Sapi Fries Holland berasal dari Belanda. Bobot badan ideal sapi FH betina dewasa sekitas 682 kg dan jantan dewasa bisa mencapai 1.000 kg. Bobot anak sapi FH yang baru dilahirkan mencapai 43 kg. Ciri sapi FH antara lain bulunya berwarna belang hitam putih. Di bagian dahi umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga, kaki bagian bawah dan bulu ekornya berwarna putih, serta tanduk pendek dan menjurus ke depan. Sapi FH biasanya lambat dewasa. Sifat sapi ini jinak dan tenang sehingga mudah untuk dikuasai, karena mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, jenis sapi ini mudah ditemui di seluruh penjuru dunia. 3. Sapi Jersey Jenis sapi ini ditemukan di Pulau Jersey yang terletak di Selat Channel antara Prancis dan Inggris. Nenek moyang dari sapi ini adalah sapi liar Bos (Taurus) typicus longifrons yang kemudian dikawinsilangkan dengan sapi di Paris dan Normandia (Prancis). Badan sapi jenis ini memiliki badan paling kecil di antara bangsa sapi perah lainnya. Badannya berwarna cokelat muda kadang-kadang ada yang hampir putih atau kuning dan ada yang agak merah, tetapi di bagian-bagian tertentu ada yang berwarna putih. Sapi jantan memiliki warna lebih gelap dibandingkan dengan sapi betina. Kadar lemak susu tinggi sekitar 4.85%. Memiliki sifat gelisah dan bereaksi cepat terhadap rangsangan, tetapi lebih tahan panas. Sapi jenis ini termasuk sapi yang tidak begitu jinak. 4. Sapi Brown Swiss Jenis sapi Brown Swiss adalah bangsa sapi perah tertua yang berasal dari spesies sapi liar subspesies Bos (Taurus) typicuslongifrons yang berasal dari lereng-lereng gunung di Swiss. Warna bulu cokelat abu muda atau tua, seperti warna tikus. Bulu ekornya berwarna hitam, ukuran badan dan tulangnya cukup besar, hampir sama dengan sapi FH. Sifatnya jinak dan mudah dipelihara, tetapi produksi susunya di bawah sapi FH. Produksi susu rata-rata 5939 per masa laktasi. Susu dari sapi jenis ini biasanya diolah menjadi keju karena kadar lemak pada susu sapi jenis ini relatif rendah.
Manajemen Peternakan Sapi Perah 1. Manajemen Modal Modal yang besar tidak menjamin keberhasilan beternak sapi perah, jika tanpa diiringi dengan kerja keras, disiplin, kesabaran, dan ketelatenan. Pengelolaan modal yang baik akan menentukan perkembangan peternakan. Ketika akan menjalankan usaha sapi perah, pastikan untuk mengetahui kebutuhan modal untuk membeli berbagai kebutuhan investasi hingga membeli sapi perah, baik sapi dara maupun sapi masa produksi. Perhitungkan juga biaya pakan dan biaya lain yang harus dikeluarkan hingga sapi memasuki masa produksi dan menghasilkan susu sehingga dapat memberikan pemasukan bagi peternakan. Keuntungan usaha yang
12
didapatkan sebagian sebaiknya disisihkan untuk pengembangan usaha seperti menambah jumlah indukan dari luar serta disisihkan untuk perbaikan atau penggantian kandang dan berbagai perlengkapan kandang yang mengalami penyusutan karena pemakaian. 2. Manajemen Produksi (Breeding) Peternak harus mempersiapkan regenerasi indukan di peternakannya agar usaha peternakan sapi perah berkelanjutan. Regenerasi indukan berarti peternakan sapi perah bersangkutan menghasilkan anakan sapi perah betina yang disiapkan untuk menjadi sapi perah pengganti. Regenerasi indukan dapat dilakukan oleh setiap peternakan sapi perah asalkan menggunakan sperma dari pejantan unggul yang bisa didapatkan di balai ternak. Penurunan justru terjadi karena faktor dari luar, seperti kualitas pakan alami atau buatan yang diberikan tidak mencukupi, baik kualitas maupun kuantitas. 3. Manajemen Pakan Pakan sebaiknya diberikan secara teratur sesuai dengan kebutuhan masing-masing fase pertumbuhan sapi perah. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pertumbuhan, menjaga berat badan sapi ideal, dan mendukung produktivitas susu. Pastikan juga sapi perah mendapatkan pakan dengan kualitas terbaik agar dapat menghasilkan susu berkualitas secara optimal. Komposisi dan teknis pemberian pakan sebaiknya dilakukan sesuai ketentuan yang ada. Hindari perubahan waktu pemberian pakan yang mendadak. 4. Manajemen Sumberdaya Manusia Seorang peternak sapi perah harus menganggap tenaga kerja dan sapi yang dimiliki sebagai investasi pada usahanya yang akan selalu memberikan hasil. Oleh karena itu, manajemen karyawan menjadi satu poin penting keberhasilan usaha peternakan sapi perah. a. Pembagian Kerja Salah satu sistem pembagian pekerjaan di peternakan dapat dilakukan menggunakan sistem perawatan “paket”. Dua pengurus kandang bertugas merawat delapan sampai sembilan ekor sapi secara bergantian. Pengurus kandang bertugas mengurus segala macam perawatan terhadap beberapa ekor sapi setiap harinya. Penggunaan sistem perawatan semacam ini lebih memudahkan pemantaun kinerja para pengurus kandang, dilihat dari performa dan hasil dari sapi yang dirawat masing-masing pengurus kandang. b. Operasional Harian Kandang Pelaksanaan kegiatan operasional harian kandang yang baik dijelaskan pada tabel berikut :
13
Tabel 5 Kegiatan harian pengurus kandang Waktu Kegiatan 05.00 – 06.00 Memandikan sapi dan member pakan complete feed (A) 06.15 – 07.00 Memerah susu dan member pakan rumput (A) 07.00 – 08.00 Istirahat (A) 08.00 – 12.00 Mengambil pakan rumput (A) 12.00 – 13.00 Membersihkan kandang dan memberi pakan complete feed (hanya sapi perah masa produksi) (B) 16.00 – 17.30 Memerah susu dan memberi pakan (A) Keterangan : (A) = pegawai 1 (B) = pegawai 2
5. Manajemen Kesehatan dan Kebersihan Kesehatan sapi perah yang terjaga menjadi salah satu poin keberhasilan usaha ini. Pasalnya, hanya dalam kondisi sehat seekor sapi perah dapat menghasilkan susu secara optimal dan berkualitas. Demi menjaga kesehatan sapi perah pastikan semua program vaksin dan pemberian obat-obatan pencegah penyakit seperti obat cacing dilakukan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Saat tertentu seperti saat masa kering kandang pastikan juga sapi perah mendapatkan perawatan serta obat kering kandang tepat pada waktunya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Menjaga keberhasilan tubuh sapi perah dan kandang secara teratur juga menjadi langkah pencegahan penyakit. Pastikan juga segala peralatan yang digunakan di peternakan dalam kondisi bersih. Terlebih, perlengkapan untuk memerah susu agar kualitas susu yang dihasilkan tetap baik.
Wirausaha Menurut Kasmir (2006), pengertian dari wirausaha adalah orang berjiwa besar berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausaha dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Risiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka berprinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan, semakin besar risiko keuangan yang bakal dihadapi, semakin besar pula keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi selama seseorang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan. Menurut Meredith (1989), para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.
14
Watak Wirausaha Menurut Meredith (1989), seorang wirausaha memiliki lima watak yang melekat pada dirinya, yaitu memiliki sikap kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. 1. Kepemimpinan Seorang wirausaha adalah seseorang yang mampu memimpin dan memotivasi diri sendiri maupun orang lain. Perilaku mampu memotivasi itu tersebut tercermin dari beberapa hal seperti, mampu membangun harga diri dan keyakinan atas hasil kerja, mampu mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan, menerapkan tindakan, dan mencapai sasaran. Seorang wirausaha juga harus mampu membina kontak pribadi dengan kolega terdekat, mampu menganalisis problemnya, menerapkan prinsip pengukuhan dengan memberi imbalan kepada hasil kerja yang baik, menjadi pendengar aktif, menetapkan tujuan-tujuan khusus kemudian meninjau secara teratur, serta melakukan tindakan korektif agar selalu menyelesaikan tugas dengan efektif. 2. Pengambil Risiko Pengambil resiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting para wirausaha. Berikut saran-saran untuk mengurangi resiko ditolaknya suatu ide : a. Terangkan suatu ide kepada orang terdekat, dengan begitu akan mengantarkan kepada suatu topik diskusi yang akan menghasilkan suatu perbaikan. b. Pilihlah situasi dan kondisi perusahaan yang memungkinkan untuk dapat mengutarakan ide yang dimaksud. c. Kemukakan ide secara teratur mulai dari konsep total hingga rinciannya. Dalam setiap kegiatan harus dapat menentukan ada tidaknya suatu resiko di dalam kegiatan tersebut. Jika ingin mengambil resiko harus sudah memiliki rencana pasti dalam memulai tindakan. Kemampuan mengambil resiko seorang wirausaha akan ditingkatkan oleh : a. Keyakinan pada diri sendiri. b. Kesediaan menggunakan seluruh kemampuan untuk mengubah keadaan. c. Menilai suatu resiko secara realistis. d. Menginovasi barang dan jasa dengan kualitas yang lebih baik. 3. Pengambil Keputusan Seorang wirausaha harus mampu menjadi seorang pengambil keputusan yang terampil. Semakin seorang berpengalaman dalam pengambilan keputusan, semakin besar pula kepercayaan diri dan akan semakin berorientasi pada tindakan. Selama berwirausaha pasti ada masalah yang dihadapi, berikut cara pemecahan masalah : a. Kenali persoalan secara umum. b. Tentukan fakta penting yang berkaitan dengan masalah. c. Identifikasi masalah-masalah utama. d. Cari penyebab masalah tersebut. e. Pertimbangkan kemungkinan solusi dari masalah tersebut.
15
f. Ambil solusi yang dapat dilaksanakan. g. Laksanakan cara penyelesaian yang telah disepakati. h. Periksa ketepatan cara penyelasaian yang dilaksanakan. Setelah mengenali dan menemukan cara pemecahan masalah maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengambil keputusan. Pedoman untuk mengambil keputusan sebagai berikut : a. Tentukan fakta dari persoalan. b. Identifikasi persoalan. c. Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastis susunan organisasi awal. d. Ambil resiko yang sedang, jika terdapat ketidakpastian yang besar. 4. Perencana Bisnis Terdapat dua macam kegiatan perencanaan dalam bisnis. Pertama, kegiatan yang mencakup tugas-tugas seperti hubungan dalam aspek finansial dan hukum bisnis. Kedua, aspek bisnis yang dianggap rutin, seperti laporan keuangan, revisi anggaran, memanajemen produksi dan pemasaran. Maksud utama perencanaan adalah agar mendapat informasi yang tepat di waktu yang tepat, sehingga mengambil keputusan yang tepat. Perencanaan yang baik dapat dilihat dalam perumusan tujuan dan sasaran yang spesifik. Perencanaan bisnis terbagi dua yaitu, perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan merupakan tanggung jawab dari semua anggota organisasi. Perencanaan bisnis mencakup penentuan prioritas. Perencanaan untuk perluasan menjadi faktor utama dalam menentukan sukses yang akan datang dari sebuah perusahaan. 5. Menggunakan Waktu Secara Efektif Penetapan tujuan harian penting bagi suatu usaha. Semua tujuan harus dijadwalkan. Setiap tujuan ditetapkan batas waktunya sesuai dengan urutan kepentingannya. Seorang wirausaha harus menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Waktu merupakan salah satu harta perusahaan yang paling penting. Seorang wirausaha harus mengenal masalah utama yang dihadapi perusahaan dan menanganinya menurut urutan prioritasnya, dengan mendahulukan masalah jangka pendek daripada jangka panjang.
Kesuksesan Usaha Menurut Riyanti (2003), menyatakan bahwa unsur terpenting di balik keberhasilan usaha adalah keterampilan wirausaha untuk mengenali pasar khusus dan mengembangkan suatu usaha di pasar tersebut. Begitu pula disebutkan bahwa keberhasilan usaha diukur dari tingkat kemajuan yang dicapai perusahaan dalam hal akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perbaikan sarana fisik, perluasan usaha, dan kepuasan karyawan. Keberhasilan seorang wirausaha tidak semata-mata diukur dalam bentuk uang, tetapi juga melihat kemajuan dalam proses bisnis internal perusahaan dan kepuasan kerja karyawan. Ukuran kesuksesan seorang wirausaha antara lain adalah : 1. Kelangsungan usaha. 2. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. 3. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.
16
4. Meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk. Menurut Syahrial (2003), sukses adalah kemampuan mengenal potensi diri dan mengoptimalkan potensi tersebut. Pribadi yang sukses adalah pribadi yang mendayagunakan potensinya sehingga bermanfaat bagi orang banyak. Dimensi kesuksesan menurut Syahrial, di antaranya : 1. Mengenal potensi diri dan mengoptimalkannya. 2. Tidak diukur secara materi, kekuasaan, atau status sosial. 3. Diukur dari nilai manfaatnya bagi orang lain. 4. Tetap dikenang secara luas meski sudah meninggal. Sedangkan faktor-faktor kondusif untuk sukses, antara lain : 1. Keluarga yang harmonis dan demokratis. 2. Pendidikan formal dan non formal. 3. Pergaulan dengan teman-teman yang sukses. 4. Lingkungan masyarakat yang kondusif. Faktor-faktor penghambat untuk meraih sukses berupa : 1. Adanya sikap tidak percaya diri. 2. Mental yang cepat puas, santai, feodal. 3. Sistem pendidikan nasional yang kurang memperhatikan sikap kritis, keberanian, dan kreativitas siswa. 4. Sistem politik yang cenderung represif.
Kerangka Pemikiran Operasional
Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia semakin hari semakin meningkat, sesuai dengan informasi yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan pada tahun 2009 menyatakan bahwa peningkatan rata-rata konsumsi susu masyarakat Indonesia mencapai 1267115 ton. Namun, diketahui bahwa rata–rata produksi susu sapi di Indonesia hanya 578180 ton. Kondisi yang demikian merupakan peluang yang harus ditangkap dan dijadikan salah satu alasan untuk mendirikan atau mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Kabupaten Bogor merupakan salah daerah yang berkontribusi terhadap produksi susu nasional. Salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang merupakan sentra peternakan sapi perah adalah Kecamatan Cisarua. Lokasi sentra peternakan sapi perah ini dekat dengan salah satu Industri Pengolahan Susu (IPS), yaitu Cimory. Setiap harinya Cimory membutuhkan suplai susu sapi segar sebagai bahan baku produksinya. Kontinuitas kebutuhan Cimory akan susu sebagai bahan baku produksi merupakan peluang pasar yang juga dijadikan sebagai alasan pendirian atau pengembangan usaha sapi perah di kawasan ini. Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum juga memasarkan hasil produksi susunya ke IPS Cimory melalui KUD Giri Tani. Pendistribusian melalui KUD Giri Tani dilakukan karena hasil produksi susu masing-masing peternak tidak mencapai jumlah minimal yang ditetapkan oleh IPS Cimory kepada para pemasoknya. Hanya ada satu anggota Kelompok Ternak Baru Sireum yang memenuhi syarat tersebut sehingga mampu secara mandiri memasarkan langsung hasil produksi susunya ke IPS Cimory, yaitu Erif Farm. Di satu sisi, pengumpulan susu melalui
17
KUD Giri Tani menguntungkan bagi para peternak karena adanya kepastian pasar dari hasil produksi para peternak tersebut. Namun, harga yang diberlakukan oleh KUD kepada para peternak disamaratakan dan tidak terlalu tinggi. Hal ini terjadi karena uji laboratorium terhadap susu yang diterima oleh IPS Cimory melalui KUD Giri Tani dilakukan pada susu hasil pengumpulan, bukan terhadap susu produksi masing-masing peternak. Selain itu, jumlah susu yang yang mampu diproduksi oleh setiap peternak belum mampu memenuhi syarat minimal yang ditetapkan oleh IPS Cimory kepada pemasok, sehingga hampir seluruh anggota Kelompok Ternak Baru Sireum memasarkan hasil produksi susunya melalui KUD Giri Tani. Proses pemasaran susu pada Kelompok Ternak Baru Sireum menggambarkan bahwa sebagian besar para peternak belum mampu memproduksi susu dengan kualitas maupun kuantitas yang optimal. Tolak ukur kesuksesan seorang peternak sapi perah dalam menjalankan usahanya dapat dinilai dari kualitas dan kuantitas susu yang diproduksinya. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas susu yang diproduksinya maka akan semakin tinggi pula tingkat pendapatan peternak tersebut, dengan tingkat pendapatan yang cukup tinggi tersebut maka seorang peternak sapi perah dapat dikatakan sukses karena hasil pendapatan dari usaha peternakan sapi perahnya para peternak tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perbedaan tingkat pendapatan setiap peternak sapi perah menggambarkan bahwa kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi oleh setiap peternak pun berbeda-beda. Perbedaan kualitas dan kuantitas hasil produksi susu sudah pasti berhubungan dengan faktor-faktor teknis peternakan sapi perah yang dilakukan oleh para peternak. Beberapa faktor teknis yang mampu berhubungan terhadap perbedaan hasil produksi susu setiap peternak sapi perah antara lain berkaitan dengan pembibitan, pakan ternak, dan manajemen peternakan Kesuksesan yang dapat diraih oleh para pelaku usaha tidak seutuhnya hanya berhubungan dengan faktor-faktor teknis yang berkaitan dengan usahanya, melainkan ada faktor lain seperti watak kewirausahaan yang dimiliki oleh para pelaku usaha tersebut. Begitu pula halnya seperti para peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum, pelaksanaan teknis peternakan dengan baik tidak serta merta menjamin kualitas dan kuantitas hasil produksi susu mereka. Ada faktor-faktor non teknis yang diinidikasikan berhubungan dan menyebabkan perbedaan kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi oleh setiap peternak, faktor non teknis tersebut merupakan watak kewirausahaan yang dimiliki oleh setiap peternak dalam menjalankan usaha peternakan sapi perahnya. Watak wirausaha merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan kesuksesan seorang peternak dalam mengusahakan peternakan sapi perah. Berdasarkan sumber referensi terdapat beberapa watak yang mampu menggambarkan kewirausahaan seseorang yaitu, kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi beberapa faktor tersebut terhadap tingkat kesuksesan peternak sapi perah, baik faktor teknis maupun faktor non-teknis seperti watak wirausaha. Bagan kerangka pemikiran operasional untuk penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 1.
18
Peluang Usaha Peternakan Sapi Perah Kelompok Ternak Baru Sireum Perbedaan Kualitas dan Kuantitas Produksi Susu Setiap Anggota Kelompok Ternak
Faktor TeknisPeternakan : 1. Pembibitan 2. Pakan ternak 3. Manajemen peternakan
Faktor Watak Kewirausahaan : 1. Kepemimpinan 2. Pengambil risiko 3. Pengambil keputusan 4. Perencana bisnis 5. Menggunakan waktu secara efektif
Korelasi Faktor Teknis dan Faktor WatakKewirausahaan Terhadap Kesuksesan Peternak Sapi Perah Kesuksesan Peternak Sapi Perah pada Kelompok Ternak Baru Sireum 1. Kelangsungan usaha. 2. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. 3. Meningkatkan kesejahteraan keluarga. 4. Meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk. Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional hubungan faktor teknis dan watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak pada kelompok ternak Baru Sireum
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di sebuah kelompok ternak, yaitu Kelompok Ternak Baru Sireum yang berlokasi di Kampung Darussalam RT.03/06 Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan Kelompok Ternak Baru Sireum sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain karena Baru
19
Sireummerupakan salah satu kelompok ternak sapi perah terbaik di Kabupaten Bogor. Kegiatan penelitian yang dilakukan di lokasi peternakan antara lain meliputi kegiatan pengumpulan data untuk keperluan pengolahan data dan kegiatan turun lapang sebagai bentuk observasi penelitian. Seluruh kegiatan penelitian tersebut akan dilakukan selama empat bulan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2013.
Data dan Sumber Data
Penggunaan data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik data yang bersifa kuantitatif maupun data yang bersifat kualitatif. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian dengan cara melakukan wawancara langsung dan pengamatan langsung selama penelitian. Wawancara dilakukan dengan seluruh anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dengan berpedoman pada kuisioner. Proses pengumpulan data primer dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kesuksesan para peternak sapi perah anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kumpulan-kumpulan literatur atau referensi dan beberapa sumber lain yang merupakan instansi-instansi yang berhubungan dengan objek penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan terdiri atas, data historis perusahaan, data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, jurnal peternakan dan literatur lainnya relevan dengan objek penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan diskusi. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kuisioner dalam bentuk tanya jawab langsung dengan narasumber yaitu, para peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di kawasan kelompok ternak untuk memperoleh informasi dan data sebagai pelengkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Teknik diskusi dilakukan dengan membahas hasil dari wawancara dan observasi, diskusi dilakukan langsung dengan ketua maupun anggota kelompok ternak.
20
Metode Penentuan Responden
Pemilihan sampel sebagai responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling. Penggunaan metode ini juga sering disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Peneliti memiliki beberapa pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan dalam memilih dan menentukan sampel sebagai responden dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik sensus sebagai teknik pengumpulan data, yaitu teknik pemilihan responden yang merupakan anggota populasi dalam suatu kelompok.
Metode Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif pada penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan kesuksesan yang telah dicapai oleh para peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Sedangkan analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan kesuksesan peternak sapi perah serta faktor-faktor yang berkolerasi dengannya. Data yang diperoleh melalui kuisioner kemudian akan diolah menggunakan Microsoft Excel dan IBM SPSS Statistics 20.
Analisis Deskriptif Pada penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan tingkat kesuksesan peternak sapi perah anggota Kelompok Ternak Baru Sireum yang dipengaruh oleh beberapa faktor. Dengan demikian dapat diketahui korelasi dari setiap faktor-faktor tersebut terhadap para peternak sapi perah. Nazir (2011) menyatakan bahwa analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Cara pengumpulan data untuk analisis deskriptif ini menggunakan teknik wawancara dengan bantuan kuisioner. Satori (2009), langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau setting social terjawantah dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya, data, fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gambar daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan dari data/fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan.
21
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengolahan data mengenai tingkat kesuksesan peternak sapi perah dan analisis korelasi Rank Spearman. Penelitian ini menggunaka analisis korelasi Rank Spearman untuk mengetahui faktor teknis peternakan sapi perah dan faktor watak dan karakteristik kewirausahaan yang berhubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah. 1. Tingkat Kesuksesan Pengukuran tingkat kesuksesan peternak sapi perah dilakukan menggunakan Skala Likert. Setiap respon responden dihitung berdasarkan skor yang kemudian dijumlahkan (summated ratting). Hasil penjumlahan skor tersebut merupakan skor total yang digunakan untuk menafsirkan posisi responden dalam Skala Likert. Penghitungan Skala Likert menggunakan ukuran ordinal sehingga skor total hanya dapat dibuat rangking. Menurut Nazir (2011), dengan menggunakan Skala Likert tidak dapat diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya dalam skala. Skor atau bobot yang digunakan terdiri dari lima peringkat nilai, yaitu : a. Jawaban Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Jawaban Tidak setuju diberi skor 2 c. Jawaban Cukup setuju diberi skor 3 d. Jawaban Setuju diberi skor 4 e. Jawaban Sangat setuju diberi skor 5 2. Analisis Korelasi Rank Spearman Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Rank Spearman karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur berdasarkan skala ordinal. Variabel X yang digunakan dalam penelitian ini berupa faktorfaktor teknis peternakan sapi perah dan faktor-faktor watak karakteristik kewirausahaan. Variabel Y dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai tingkat kesuksesan peternak sapi perah. Analisis korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui derajat korelasi antara kedua variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Prosedur untuk mencari koefisien korelasi Spearman adalah sebagai berikut: a. Aturlah pengamatan dari kedua variabel dalam bentuk ranking. b. Cari beda dari masing-masing pengamatan yang sudah berpasangan. c. Hitung koefisien korelasi Spearman dengan rumus : dimana :
r = 1 − d1 N rs
6∑d N − N
= beda antara 2 pengamatan berpasangan = total pengamatan = koefisien korelasi Spearman
22
Koefisien korelasi merupakan pengukuran tentang keeratan hubungan antara dua peubah yaitu, X dan Y, dan derajat keeratan tersebut tergantung pada variasi yang bersifat simultan dari peubah X dan Y. Jika nilai P-value lebih kecil dari derajat alpha ( α = 5%), berarti tolak H0. Menurut Firdaus et al. (2011), secara deskriptif nilai rs dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori. Pilihan banyak kategori ditentukan secara subjektif, namun pada umumnya nilai rs dikategorikan menjadi lima kategori berikut ini: 1. Bila 0 <|rs| < 0.2, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi sangat lemah 2. Bila 0.2 ≤|rs| < 0.4, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi lemah 3. Bila 0.4 ≤|rs| < 0.6, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi sedang 4. Bila 0.6 ≤|rs| < 0.8, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi kuat 5. Bila 0.8 ≤|rs| < 1, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi sangat kuat
Definisi Operasional
Hubungan faktor teknis terhadap kesuksesanpeternak diukur menghitung jumlah skor dari indikator-indikator yang meliputi reproduksi dan pembibitan, pakan ternak, dan manajemen. Pengukuran dirumuskan berdasarkan pernyataan yang menggunakan skala berjenjang dengan menyediakan lima alternatif pilihan jawaban dengan skala satu sampai lima. Alternatif jawaban yang disediakan meliputi, sangat setuju dengan skor lima (5), setuju dengan skor empat (4), raguragu diberi skor tiga (3), tidak setuju dengan skor dua (2), dan sangat tidak setuju dengan skor satu (1). 1. Reproduksi dan pembibitan, adalah proses atau cara menghasilkan sapi sehat yang terbebas dari infeksi penyakit yang berasal dari induk dengan histori unggul, serta mampu menghasilkan sapi yang profitable. 2. Pakan ternak, adalah segala hal mengenai pakan yang diberikan kepada ternak mulai dari komposisi pembuatan pakan, jadwal pemberian pakan, jumlah pemberian pakan, serta kombinasi pakan bagi ternak. 3. Manajemen peternakan, meliputi proses pemeliharaan ternak, kesehatan ternak, kebersihan kandang dan ternak, pemilihan jenis dan pemeliharaan kandang, peralatan produksi, kegiatan pasca produksi, kegiatan proses pemasaran hasil produksi ternak, serta sumberdaya manusianya. Pengukuran mengenai hubungan watak kewirausaahaan terhadap kesuksesan peternak juga dilakukan dengan cara yang sama. Indikator-indikator watak kewirausahaan yang dihitung menggunakan skor meliputi, kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. 1. Kepemimpinan, adalah mampu memotivasi diri sendiri maupun orang lain, mampu mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, mampu menganalisis problemnya, menjadi pendengar yang aktif, serta melakukan tindakan korektif.
23
2. Pengambil risiko, adalah memiliki kemampuan untuk menentukan ada tidaknya suatu risiko di dalam kegiatan yang sedang dilakukan, serta memiliki rencana yang pasti dalam memulai tindakan. 3. Pengambil keputusan, adalah mampu menentukan fakta dari persoalan, mampu mengidentifikasi persoalan, dan mampu mempertimbangkan dampak dari keputusan yang diambil. 4. Perencana bisnis, adalah memanfaatkan informasi yang tepat di waktu yang tepat, mampu membuat perumusan tujuan dan sasaran yang spesifik, mampu menentukan prioritas, serta mengutamakan perencanaan perluasan usaha. 5. Menggunakan waktu secara efektif, adalah memiliki tujuan yang dijadwalkan sesuai dengan urutan kepentingan, menangani masalah utama menurut urutan prioritasnya, dan mendahulukan masalah jangka pendek.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan faktor teknis peternak sapi perah (pembibitan, pakan ternak, manajemen peternakan) dan faktor watak dan karakteristik wirausaha (kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, pengguna waktu secara efektif), dengan kesuksesan peternak sapi perah (kelangsungan usaha, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan kualitas hidup para pengguna produk). Hipotesis penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Terdapat korelasi yang nyata antara reproduksi dan pembibitan dengan kesuksesan peternak sapi perah. 2. Terdapat korelasi yang nyata antara pakan ternak dengan kesuksesan peternak sapi perah. 3. Terdapat korelasi yang nyata antara manajemen dengan kesuksesan peternak sapi perah. 4. Terdapat korelasi yang nyata antara kepemimpinan dengan kesuksesan peternak sapi perah. 5. Terdapat korelasi yang nyata antara pengambil risiko dengan kesuksesan peternak sapi perah. 6. Terdapat korelasi yang nyata antara pengambil keputusan dengan kesuksesan peternak sapi perah. 7. Terdapat korelasi yang nyata antara perencana bisnis dengan kesuksesan peternak sapi perah. 8. Terdapat korelasi yang nyata antara menggunakan waktu secara efektif dengan kesuksesan peternak sapi perah. 9. Terdapat korelasi yang nyata antara ketiga faktor teknis dengan kesuksesan peternak sapi perah. 10. Terdapat korelasi yang nyata antara kelima watak wirausaha dengan kesuksesan peternak sapi perah.
24
GAMBARAN UMUM
Deskripsi Lokasi
Kelompok Ternak Baru Sireum berlokasi usaha di Kampung Darussalam RT 03/ RW 06, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas wilayah Desa Cibeureum adalah 1128.62 Ha, dengan jumlah penduduk 14163 jiwa (angka sementara) pada tahun 2012. Desa Batu Layang merupakan batas wilayah sebelah utara dari Desa Cibeureum, sedangkan Kabupaten Cianjur merupakan batas wilayah sebelah selatan dari Desa Cibeureum. Batas wilayah sebelah timur dari Desa Cibeureum adalah Desa Tugu Selatan dan batas wilayah sebelah barat dari Desa Cibeureum adalah Desa Citeko. Desa Cibeureum termasuk ke dalam wilayah pengembangan pariwisata, kawasan lindung perkebunan, pertanian, peternakan, dan konservasi hutan. Hal tersebut sesuai dengan Peta Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor yang diatur dalam Kepres No. 3 Tahun 1986 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Desa Cibeureum secara geografis berada pada ketinggian 925 meter dari permukaan laut. Suhu minimum untuk wilayah Desa Cibeureum adalah 18oC, sedangkan suhu maksimum untuk wilayah Desa Cibeureum adalah 22 oC. Pusat pemerintahan Desa Cibeureum terletak sejauh 82 km dari ibukota Negara. Sedangkan jarak Desa Cibeureum dengan ibukota Provinsi adalah sejauh 93 km. Curah hujan di Desa Cibeureum dalam jumlah hari dengan curah hujan terbanyak adalah 90mm/hari sampai 100 mm/hari. Debit curah hujan di wilayah Desa Cibeureum mencapai 2600/4600 mm/tahun (Pemkab Bogor, 2012).
Kelompok Ternak Baru Sireum
Kelompok Ternak Baru Sireum didirikan pada tahun 1990 atas inisiatif dan gagasan dari Bapak Erif Kemal Syarif. Beliau merupakan ketua dari Kelompok Ternak Baru Sireum semenjak awal pendiriannya hingga saat ini. Pada awal pendiriannya Bapak Erif Kemal Syarif dibantu oleh Bapak Kakay Zakaria sebagai sekretaris dan Bapak Bapak Ajum Suparman sebagai bendahara. Kelompok Ternak Baru Sireum telah beberapa kali mengalami pergantian kepengurusan, saat ini tugas sekretaris dalam kepengurusan kelompok ternak dilakukan oleh Bapak Komarudin, sedangkan ketua dan bendahara tetap seperti pada saat awal pendirian. Jumlah anggota kelompok pada awal pendirian terdiri dari 10 orang peternak sapi perah. Pada tahun 2010, jumlah peternak sapi perah yang menjadi anggota Kelompok Ternak Baru Sireum adalah sebanyak 17 anggota. Hingga saat ini anggota Kelompok Ternak Baru Sireum tercatat sudah terdiri dari 25 anggota yang merupakan peternak sapi perah. Lokasi usaha peternakan sapi perah para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum terpusat di Kampung Darussalam RT 03/ RW 06, Desa Cibeureum,
25
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Namun, ada beberapa peternak sapi perah yang berlokasi di desa lain yaitu, di Desa Paragajen. Berdasarkan lokasi usaha peternakannya maka Kelompok Ternak Baru Sireum tercatat menjadi anggota dari KUD Giri Tani. Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan kelompok tani atau ternak yang tergolong ke dalam kelas kelompok pemula kelompok ternak sapi perah. Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan kelompok ternak yang berprestasi, terbukti dengan sudah beberapa kali kelompok ternak ini menjuarai kejuaran atau kontes peternakan baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Pada tahun 2011, Kelompok Ternak Baru Sireum berhasil menjadi Juara 1 Lomba Peternakan Tingkat Provinsi sehingga mendapatkan bantuan subsidi satu ekor sapi perah untuk setiap anggota kelompok ternak sebagai hadiah dari kejuaraan tersebut. Beberapa prestasi lainnya yang pernah diraih oleh Kelompok Ternak Baru Sireum ini yaitu, Juara 1 Kontes Sapi Perah Umur 36 – 48 Bulan Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2010, Juara 1 Kontes Ternak Sapi perah Umur 24 – 30 Bulan tingkat provinsi Jawa Barat Tahun 2009, dan Juara UMKM Pengolah Hasil Peternakan Berprestasi Tingkat Kabupaten Bogor Tahun 2009. Selain itu, Kelompok Ternak Baru Sireum juga mendirikan dan mengembangkan kegiatan untuk para istri dari para peternak sapi perah yang diberi nama Kelompok Wanita Tani Cibeureum Asri (KWT Cibeureum Asri). KWT Cibeureum Asri ini melakukan berbagai macam pengolahan dari susu sapi perah. Beberapa produk olahan yang diproduksi oleh KWT Cibeureum Asri antara lain, kembang goyang susu, stick susu, karamel susu, dan keripik bawang susu. Produk olahan tersebut cukup berkembang dan dapat diterima oleh pasar sehingga kegiatan produksi pengolahan susu oleh KWT Cibeureum Asri terus dilanjutkan hingga saat ini sebagai sumber pendapatan tambahan bagi rumah tangga para peternak sapi perah.
Visi dan Misi
Kelompok Ternak Baru Sireum memiliki motto “Kita Juga Bisa!”. Visi dari Kelompok Ternak Baru Sireum adalah “mewujudkan peningkatan produktivitas ternak dan peternak sapi perah untuk menuju hidup sejahtera”. Sedangkan misi dari Kelompok Ternak Baru Sireum, yaitu : 1. Berbagi ilmu beternak sapi perah ke sesama peternak, calon peternak dan masyarakat luas. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk gemar minum susu segar. 3. Menyediakan pangan bergizi dengan harga terjangkau, dalam rangka turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
26
Karakteristik Kelompok Ternak Baru Sireum
Skala Usaha Skala usaha setiap peternak sapi perah anggota Kelompok Ternak Baru Sireum adalah berbeda-beda. Menurut Mandaka (2005), pembagian skala usaha peternakan sapi perah dapat didasari melalui jumlah kepemilikan sapi laktasi. Peternak usaha skala kecil memiliki sapi laktasi sebanyak kurang dari empat ekor, peternak usaha skala menengah memiliki sapi laktasi sebanyak empat sampai tujuh ekor, dan peternak usaha skala besar memiliki sapi laktasi sebanyak lebih dari tujuh ekor.
Tabel 6 Data anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan skala usaha Skala Usaha Nama Peternak Jumlah Sapi Laktasi (ekor) H. Erif Kemal Syarif 200 Sofyan Yasir 113 H. Jawahir 110 Skala Usaha Besar drh. M. D. Satriyo 21 Nafis 21 Hj. Tuti Sulastri 15 Komarudin A. 6 Ajum 6 Ajam 7 Eman 4 Kakay 7 Utar 5 Ujang Miftahudin 6 Irma Ismail 4 Skala Usaha Mamat 4 Menengah Aos 6 Ocih 6 H. Oleh 7 Dede Herman 6 Eko Haryanto 6 Apang 5 Sri Mukti 6 Abun 6 Anwar 3 Skala Usaha Kecil Ulloh 3 Sumber : KTTSP Baru Sireum (diolah)
Pengelompokkan anggota Kelompok Ternak Baru Sireum tersebut disajikan secara terperinci dalam Tabel 6. Berdasarkan pengelompokan tersebut, sebanyak 24% peternak sapi perah yang termasuk anggota Kelompok Ternak Baru Sireum tergolong peternak usaha skala besar yaitu, berjumlah enam orang
27
anggota. Sebanyak 68% anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dapat digolongkan sebagai peternak usaha skala menengah yaitu, berjumlah 17 orang anggota. Hal ini menggambarakan bahwa Kelompok Ternak Baru Sireum didominasi oleh peternak dengan skala usaha menengah. Sedangkan, sebanyak delapan persen anggota Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan peternak skala usaha kecil yaitu, sejumlah dua orang anggota.
Umur Keanggotaan Kelompok Ternak Baru Sireum didominasi oleh peternak dengan usia produktif. Jumlah anggota ternak dengan usia 31 tahun sampai 45 tahun adalah sebanyak 7 orang peternak sapi perah, jumlah tersebut merupakan 28% dari jumlah total anggota kelompok ternak. Sebanyak 12 orang anggota kelompok ternak berusia 46 tahun sampai 58 tahun, jumlah tersebut merupakan 48% dari jumlah total anggota kelompok ternak. Sedangkan sisanya sebanyak 16% anggota kelompok berusia di bawah 30 tahun yaitu, sejumlah 4 orang anggota kelompok. Selanjutnya, sebanyak 8% anggota kelompok ternak berusia di atas 58 tahun, yaitu sejumlah 2 orang kelompok ternak.
Tabel 7 Data anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan umur Skala Umur Nama Peternak Umur (tahun) Nafis 26 Irma Ismail 25 <31 tahun Aos 25 drh. M. D. Satriyo 25 Kakay 44 Utar 35 Ujang Miftahudin 43 31 tahun – 45 tahun Dede Herman 38 Eko Haryanto 35 Apang 42 Abun 32 H. Erif Kemal Syarif 49 Komarudin A. 48 Ajum 51 Ajam 51 Eman 51 46 tahun – 58 tahun Anwar 55 Ulloh 54 Mamat 46 Sofyan Yasir 53 Hj. Tuti Sulastri 49 Sri Mukti 51 H. Jawahir 74 >58 tahun Ocih 71 Sumber : KTTSP Baru Sireum (diolah)
28
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berada pada usia produktif antara 31 tahun sampai 58 tahun, sehingga setiap anggota kelompok ternak berpeluang mengembangkan skala usahanya untuk meningkatkan keberhasilannya masing-masing.
Pendidikan Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum juga dapat dikelompokkan berdasarkan pendidikannya. Pengelompokkan ini didasarkan pada jenjang pendidikan formal setiap anggota kelompok ternak. Sebanyak 16 orang anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berpendidikan SD, jumlah tersebut mendominasi 64% dari keseluruhan jumlah anggota kelompok ternak. Jumlah anggota kelompok ternak yang berpendidikan S1 adalah sebanyak 4 orang anggota atau sama dengan 16% dari keseluruhan jumlah anggota kelompok ternak. Selanjutnya, sebanyak 3 orang merupakan anggota yang berpendidikan SLTA (12%) serta 1 orang masing-masing untuk jenjang pendidikan SLTP (4%) dan jenjang pendidikan D3 (4%).
Tabel 8 Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan jenjang pendidikan Jenjang Pendidikan Nama Peternak Ajum Ajam Nafis Eman Anwar Kakay Utar Ulloh SD Ujang Miftahudin Mamat Aos Ocih H. Oleh Dede Herman Apang Abun Irma Ismail SLTP H. Erif Kemal Syarif Komarudin A. SLTA Hj. Tuti Sulastri Eko Haryanto D3 H. Jawahir Sofyan Yasir S1 drh. M. D. Satriyo Sri Mukti Sumber : KTTSP Baru Sireum (diolah)
29
Tabel 8 menyajikan data mengenai keanggotaan Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan jenjang pendidikan formalnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilalukan di tempat penelitian, diketahui bahwa tingkat pendidikan tidak selalu berhubungan dengan kesuksesan seorang peternak sapi perah dalam menjalankan usahanya. Seorang peternak dengan pendidikan yang lebih tinggi belum tentu bisa mencapai kesuksesan peternak sapi perah lainnya dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Selain pendidikan formal yang pernah diikuti oleh setiap anggota kelompok ternak, pendidikan informal seperti pelatihan atau penyuluhan peternakan juga diberikan oleh pihak pemerintah. Tujuan dari pelatihan atau penyuluhan peternakan tersebut adalah untuk membekali para peternak sapi perah dengan keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan usaha peternakan mereka. Hal tersebut dapat membantu para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum untuk terus mengembangkan usaha peternakannya.
Status Perkawinan Seluruh anggota Kelompok Ternak Baru Sireum sudah memiliki status menikah. Jumlah anggota keluarga untuk setiap rumah tangga peternak berbedabeda. Rata-rata rumah tangga peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum terdiri dari ayah, ibu, dan satu atau dua orang anak yang merupakan anggota keluarga inti. Namun, ada juga beberapa rumah tangga peternak yang tidak hanya terdiri dari keluarga inti saja melainkan juga terdiri dari beberapa anggota keluarga lainnya seperti, menantu, cucu, dan saudara sepupu. Pendapatan rumah tangga peternak bersumber dari hasil penjualan susu segar dan mempunyai sumber pendapatan tambahan dari hasil penjualan produk olahan susu yang diproduksi oleh para istri peternak. Pendapatan rumah tangga peternak saat ini sudah mampu menunjang kebutuhan biaya pendidikan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil observasi di tempat penelitian, status pernikahan para peternak dilakukan di usia yang cukup muda.
Kepemilikan Lahan Lahan usaha yang dimiliki oleh para peternak terdiri dari lahan hijauan dan kandang. Lahan hijauan merupakan hamparan padang rumput yang digunakan sebagai sumber pakan hijauan bagi ternak. Lahan hijauan milik peternak terdapat di beberapa wilayah kaki gunung di sekitar lokasi usaha peternakan sapi perah. Luas lahan hijauan setiap peternak adalah berbeda-beda.Status kepemilikan lahan hijauan seluruh peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum adalah milik pribadi. Kandang yang digunakan oleh para peternak merupakan bangunan tempat pemeliharaan hewan ternak yang biasanya berlokasi tidak jauh atau berada di sekitar tempat tinggal para peternak. Jenis kandang yang digunakan oleh para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum adalah kandang dua arah. Status kepemilikan lahan kandang setiap anggota kelompok adalah milik pribadi. Luas lahan hijauan dan luas lahan kandang pemeliharaan sesuai dengan jumlah hewan ternak yang dimiliki oleh setiap peternak. Semakin besar skala usaha
30
peternakannya, maka semakin besar pula luas lahan hijauan dan luas lahan kandangnya.
Tabel 9 Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan luas lahan Luas Lahan Nama Peternak Hijauan (Ha) Kandang (m2) H. Erif Kemal Syarif 1,5 700 Koamrudin A. 0,02 90 Ajum 0,01 40 Ajam 0,01 60 Nafis 0,01 100 Eman 0,01 40 Anwar 0 20 Kakay 0,3 60 Utar 0,2 100 Ulloh 0,02 120 . Jawahir 0,5 1.000 Ujang Miftahudin 0 40 Irma Ismail 0,1 50 Mamat 0 40 Aos 0 20 Ocih 0,1 100 H. Oleh 0,3 70 Dede Herman 0,1 50 Sofyan Yasir 0,4 700 Apang 0 40 drh. M. D. Satriyo 0,3 200 Sri Mukti 0 100 Abun 0 150 Eko Haryanto 0 40 Hj. Tuti Sulastri 0,4 100 Sumber : KTTSP Baru Sireum (diolah)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Teknis Peternakan pada Kelompok Ternak Baru Sireum
Setiap indikator faktor teknis yang akan dihubungkan dengan kesuksesan peternak sapi perah pada Kelompok Ternak Baru Sireum, terlebih dahulu dihitung nilai skornya. Penghitungan nilai skor yang akan dijadikan dasar untuk melihat hubungan diperoleh melalui hasil pengisian kuisioner dari setiap pernyataan yang diberikan melalui kuisinoer. Skor yang diperoleh merupakan hasil rata-rata dari
31
nilai jawaban setiap pernyataan ke-25 responden yang merupakan anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh skor total untuk faktor teknis adalah 3.66, skor tersebut merupakan rata-rata dari skor setiap indikator faktor teknis yang digunakan. Setiap indikator faktor teknis peternakan menghasilkan skor yang berbeda-beda. Skor untuk setiap indikator faktor teknis yang digunakan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Skor faktor teknis peternakan pada Kelompok Ternak Baru Sireum Faktor Teknis Peternakan Pembibitan Pakan Ternak Manajemen Peternakan
Skor 2.47 4.25 4.28
Nilai skor untuk pembibitan merupakan skor terkecil diantara kedua faktor teknis lainnya, yaitu sebesar 2.47. Skor tersebut menggambarkan bahwa responden cenderung tidak setuju terhadap setiap pernyataan mengenai beberapa hal terkait dengan pembibitan yang disampaikan melalui kusioner. Skor tersebut juga menggambarkan bahwa sebagain besar pernyataan mengenai pembibitan yang disampaikan melalui kuisioner tidak sesuai dengan kegiatan peternakan sapi perah para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Selain itu, juga dapat dikatakan bahwa faktor teknis pembibitan yang dilakukan oleh para peternak Kelompok Ternak Baru Sireum belum dilakukan secara optimal, sehingga faktor teknis tidak memberikan dampak yang berhubungan dengan kesuksesan peternak. Sedangkan, skor untuk pakan ternak adalah 4.25 dan skor untuk manajemen peternakan adalah 4.28. Skor tersebut menggambarkan bahwa para peternak cenderung setuju terhadap pernyataan-pernyataan mengenai pakan ternak dan manejemen peternakan yang disampaikan melulai kuisioner. Selain itu, skor tersebut juga menggambarkan bahwa sebagian besar pernyataan yang menjelaskan pakan ternak dan manajemen peternakan sesuai dengan keadaan dan kegiatan peternakan yang dilakukan oleh para peternak sapi perah yang merupakan anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Dengan demikian, juga dapat dikatakan bahwa faktor teknis berupa pakan ternak dan manajemen peternakn sudah dilakukan serta diaplikasikan secara optimal oleh para peternak, sehingga dampak dari kedua faktor teknis tersebut berhubungan dengan kesuksesan para peternak.
Watak Wirausaha Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum
Setiap indikator watak wirausaha yang akan dihubungkan dengan kesuksesan peternak sapi perah pada Kelompok Ternak Baru Sireum, juga terlebih dahulu dihitung nilai skornya. Penghitungan nilai skor yang akan dijadikan dasar untuk melihat hubungan diperoleh melalui hasil pengisian kuisioner dari setiap pernyataan yang diberikan melalui kuisinoer. Skor yang diperoleh merupakan
32
hasil rata-rata dari nilai jawaban setiap pernyataan ke-25 responden yang merupakan anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh skor total untuk faktor teknis adalah 3.66, skor tersebut merupakan rata-rata dari skor setiap indikator watak wirausaha yang digunakan. Setiap indikator watak wirausaha yang digunakan menghasilkan skor yang berbeda-beda.Skor untuk setiap indikator watak wirausaha yang digunakan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Skor watak wirausaha pada Kelompok Ternak Baru Sireum Watak Wirausaha Kepemimpinan Pengambil Keputusan Pengambil Risiko Perencana Bisnis Menggunakan Waktu Secara Efektif
Skor 4.2 2.75 2.34 4.4 4.6
Nilai skor untuk watak wirausaha pengambil keputusan dan pengambil risiko merupakan nilai skor yang lebih kecil dibandingkan skor ketiga watak wirausaha lainnya. Skor untuk pengambil keputusan adalah sebesar 2.75 dan skor untuk pengambil risiko adalah 2.34. Skor untuk kedua indikator watak wirausaha tersebut menggambarkan bahwa para peternak cenderung tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan mengenai pengambil keputusan dan pengambil risiko yang disampaikan melalui kuisioner. Skor tersebut juga menggambarkan bahwa watak wirausaha tersebut cenderung tidak sesuai dengan perilaku para peternak dalam menjalankan kegiatan peternakannya. Sedangkan, untuk kepemimpinan diperoleh skor sebesar 4.2, untuk perencana bisnis diperoleh skor sebesar 4.4, dan untuk menggunakan waktu secara efektif diperoleh skor sebesar 4.6. Skor dari ketiga indikator watak wirausaha tersebut menggambarkan bahwa para peternak cenderung setuju dengan pernyataan-pernyataan yang disampaikan dalam kuisioner. Hal ini berarti ketiga watak wirausaha tersebut cenderung sesuai dengan perilaku para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dalam menjalankan kegiatan peternakan. Selain itu, dengan skor tersebut dapat dikatakan bahwa ketiga watak tersebut sudah terbentuk dalam jiwa para peternak dalam menjalankan usahanya sebagai seorang wirausaha, sehingga dampak dimilikinya watak tersebut oleh para peternak berhubungan dengan pencapaian kesuksesan para peternak.
Kesuksesan Peternak
Kesuksesan peternak para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dilihat dari beberapa indikator seperti yang disampaikan melalui pernyataan-pernyataan dalam kuisinoer. Beberapa pernyataan yang disampaikan melalui kuisioner menggambarkan pertumbuhan usaha peternakan sapi perah milik peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Jawaban para peternak tersebut
33
diintrepretasikan dalam bentuk skor yang kemudian akan dirata-ratakan untuk mendapatkan skor akhir mengenai kesuksesan peternak. Indikator kesuksesan disampaikan dalam 12 pernyataan. Skor dari setiap pernyataan merupakan hasil rata-rata jawaban yang diperoleh dari para peternak anggota kelompok. Skor dari setiap pernyataan yang digunakan disajikan secara dalam Tabel 12.
Tabel 12 Gambaran kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum Gambaran Kesuksesan Skor No. 1. Produktifitas kualitas dan kuantitas susu selalu meningkat 3.92 2. Pendapatan usaha peternakan selalu mengalami peningkatan 4.32 3. Jumlah hewan ternak bertambah banyak 3.6 4. Luas lahan peternakan semakin besar 3.6 5. Susu yang diproduksi termasuk grade terbaik 3.52 6. Proses pemerahan yang dilakukan semakin higienis 4.84 Pengembangan usaha harus dilakukan dengan melakukan 7. 5 pengolahan susu Tingkat pendidikan anak harus lebih tinggi atau setidaknya sama 8. 5 dengan orang tua (peternak) Kepemilikan kendaraan (motor atau mobil) merupakan milik 9. 3.84 pribadi 10. Lahan untuk pakan hijauan merupakan milik pribadi 3.32 11. Jumlah tenaga kerja peternakan semakin banyak 3.32 12. Jumlah penggunaan pakan konsentrat semakin banyak 4.12
Berdasarkan hasil skor dari setiap pernyataan tersebut maka diperoleh skor total untuk kesuksesan peternak sebesar 4.03. Skor tersebut menunjukan bahwa para peternak anggota kelompok ternak setuju dengan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan kesuksesan seorang peternak dalam menjalankan kegiatan usaha peternakan sapi perahnya. Selain itu, skor tersebut juga menunjukkan bahwa pernyataan yang menggambarkan indikator kesuksesan sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan usaha para peternak Kelompok Ternak Baru Sireum. Pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan indikator kesuksesan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, kelangsungan usaha, menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk.
Tabel 13 Kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum Indikator Kesuksesan Kelangsungan usaha Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar Meningkatkan kesejahteraan keluarga Meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk
Skor 3.81 3.32 4.12 4.31
34
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa pencapaian kesuksesan tertinggi yang dapat dicapai oleh para peternak adalah dalam hal meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk. Skor untuk indikator tersebut adalah sebesar 4.31 yang menggambarkan bahwa para peternak mampu memproduksi susu dengan kualitas dan kuantitas yang cukup baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen. Selain itu, juga menggambarkan bahwa produk olahan susu yang diproduksi oleh para istri peternak juga dapat diterima oleh konsumen sehingga konsumen mampu mendapatkan manfaat susu dalam bentuk lain. Dengan demikian, terlihat bahwa para peternak yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan peternak yang dapat dikatakan sukses dalam menjalankan usaha peternakannya, dimana kualitas dan kuantitas susu merupakan salah satu tolak ukur utama dalam penilaian kesuksesan seorang peternak sapi perah. Selanjutnya, skor untuk indikator kesuskesan berupa meningkatkan kesejahteraan keluarga adalah sebesar 4. 12. Skor tersebut menggambarkan bahwa para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum sudah dapat mensejahterkan kehidupan keluarga sehingga dapat dikatakan sebagai peternak sapi perah yang sukses. Kesejahteraan hidup keluarga para peternak terlihat semakin baik dan mengalami peningkatan karena semakin banyak anak peternak yang mampu menempuh jenjang pendidikan semakin tinggi, bahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Hal lain yang menggambarkan peningkatan kesejahteraan hidup keluarga peternak terlihat dari kepemilikan kendaraan bermotor, baik motor maupun mobil yang sudah dapat dimiliki oleh para peternak. Kendaraan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan usaha peternakannya maupun untuk keperluan yang bersifat pribadi. Dengan demikian, para peternak mendapatkan kemudahan dalam hal keperluan dan kebutuhan transportasi. Indikator kesuksesan selanjutnya adalah kelangsungan usaha dengan skor sebesar 3.81. Kelangsungan usaha dapat dikatakan mencapai kesuksesan ketika usaha tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa hal yang menggambarkan bahwa kelangsungan usaha para peternak yangtergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum mengalami pertumbuhan dan perkembangan antara lain bertambahnya jumlah populasi ternak masing-masing peternak sehingga menjadi bertambah banyak. Selain itu, pendapatan para peternak yang semakin tinggi pun juga dapat menggambarkan bahwa kesejahteraan keluarga menjadi lebih baik sehingga peternak tersebut dapat dikatakan sukses. Semakin banyak jumlah hewan ternak yang dimiliki maka luas lahan peternakan pun akan semakin luas. Oleh karena itu, perluasan lahan peternakan juga dapat menggambarkan kesuksesan dari seorang peternak sapi perah. Indikator kesuksesan yang terakhir adalah menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dengan skor sebesar 3.32. Penyerapan tenaga kerja yang terjadi masih dalam lingkup yang cukup kecil yaitu di kalangan anggota keluarga atau masyarakat sekitar lokasi peternakan. Adanya penyerapan tenaga kerja menggambarkan bahwa para peternak memiliki kemampuan mengeluarkan biaya untuk membayar upah. Para peternak dapat dikatakan sukses melalui indikator ini karena secara tidak langsung para peternak telah mampu membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
35
Faktor Teknis Peternakan Terhadap Kesuksesan Peternak Kegiatan utama para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum adalah melakukan kegiatan peternakan sapi perah. Kegiatan tersebut meliputi beberapa kegiatan teknis peternakan, khususnya tata cara berternak sapi perah. Berdasarkan Yapp (1955) yang disampaikan dalam buku Dairy Cattle, dikatakan bahwa secara garis besar kegiatan peternakan sapi perah terbagi menjadi tiga kegiatan pokok yaitu, pembibitan, pakan ternak, dan manajemen peternakan. Ketiga hal tersebut kemudian dijadikan sebagai indikator faktor teknis yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap kesuksesan peternak sapi perah, khususnya para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum.
Tabel 14 Hubungan faktor teknis peternakan terhadap kesuksesan peternak Signifikansi Kategori P-value Faktor-Faktor rs Korelasi Korelasi Faktor Teknis 0.611 Kuat 0.001 ** Pembibitan 0.109 Sangat Lemah 0.302 tidak signifikan Pakan Ternak 0.571 Sedang 0.001 ** Manajemen Peternakan 0.462 Sedang 0.010 * Keterangan
:(*) ( ** )
= berkolerasi secara signifikan pada taraf nyata 5% = berkolerasi secara signifikan pada taraf nyata 1%
Pembibitan Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner mengenai faktor teknis pembibitan yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum diperoleh nilai P-value yang lebih besar dari derajat alpha (α = 5%). Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis Rank Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.109 yang menggambarkan hubungan antara pembibitan terhadap kesuksesan peternak termasuk kategori sangat lemah. Berikut merupakan hipotesis yang digunakan untuk menguji hubungan antara faktor teknis peternakan dengan kesuksesan peternak : H0 : Faktor teknis pembibitan tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah H1 : Faktor teknis pembibitan berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah Berdasarkan hipotesis tersebut dan nilai P-value dapat dikatakan bahwa pembibitan sebagai salah satu faktor teknis secara signifikan tidak berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (terima H0). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan salah seorang peternak sebagai berikut : “sapi itu bisa mendatangkan manfaat buat kita tergantung dengan bagaimana cara kita memperlakukannya, sapi yang dilahirkan dari induk yang unggul belum tentu bisa jadi unggul kalau salah penanganannya”. (Erif, 49 tahun)
36
Faktor teknis pembibitan dalam kegiatan berternak sapi perah merupakan proses produksi hewan ternak yang akan dipelihara untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai sumber penghasil susu. Pembibitan yang dilakukan oleh seluruh anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dilakukan dengan cara Inseminasi Buatan (IB). Para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum mendapatkan straw untuk proses IB melalui KUD Giri Tani, seluruh anggota Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan anggota KUD Giri Tani. Pembayaran atas pembelian strarw oleh peternak melalui KUD Giri Tani dilakukan setiap bulan, penghitungan jumlah pembayaran dilakukan secara akumulasi per bulan sesuai dengan jumlah pembelian straw setiap peternak. Pembayaran atas pembelian straw biasanya dilakukan pada saat KUD Giri Tani memberikan hasil penjualan susu setiap peternak untuk setiap bulannya. Jumlah pendapatan peternak tersebut dipotong terlebih dahulu sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan peternak atas pembelian straw. KUD Giri Tani membeli straw untuk kebutuhan IB para peternak anggotanya langsung dari Balai Inseminasi Buatan Lembang. Anatomi tubuh sapi indukan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap anakan yang akan dilahirkan. Kelompok Ternak Baru Sireum pernah beberapa kali menjuarai kontes sapi perah.Penilaian dalam kontes sapi perah antara lainnya dilihat dari bentuk anatomi tubuh sapi yang diikutsertakan dalam kontes. Anatomi tubuh sapi yang ideal antara lain, memiliki tulang punggung yang lurus, corak tubuh yang merata, tidak mengalami varises pada kaki, dan memiliki kuku yang sehat.
Gambar 2 Sapi pemenang kontes dari Kelompok Ternak Baru Sireum Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peternak, diketahui bahwa kondisi anatomi anakan sapi yang dilahirkan dari indukan pemenang kontes belum tentu akan sama dengan induknya. Beberapa hal yang mempengaruhi perbedaan anatomi anakan sapi dengan induknya antara lain, proses kelahiran, kondisi kesehatan selama masa perkembangan pedet menjadi sapi dewasa, dan faktor bawaan semenjak lahir. Terkait dengan hal tersebut, seorang peternak menyatakan sebagai berikut : “sapi ini yang akan diikutsertakan dalam kontes sapi berikutnya padahal induknya biasa saja dan belum pernah menjuarai kontes, bahkan ikut
37
serta mewakilkan Baru Sireum di kontes pun belum pernah”. (Kakay, 44 tahun) Selain bentuk anatomi tubuh, seekor sapi dapat dikatakan unggul jika mampu memproduksi susu dengan kuantitas yang cukup tinggi. Sapi yang unggul mampu memproduksi susu sebanyak 10-14 liter per hari. Masa laktasi juga merupakan salah satu indikator untuk menentukan keunggulan seekor sapi. Kemampuan sapi dalam menghasilkan susu tersebut dapat diturunkan secara genetik dari indukan kepada anakan. Namun, ada faktor selain faktor genetik yang mempengaruhi sifat kemampuan seekor sapi dalam memproduksi susu antara lain, berkaitan dengan pakan. Anakan yang dilahirkan dari induk unggul tidak selalu mampu memproduksi susu sebanyak atau sebaik induknya. Begitu pula sebaliknya, sering kali anakan yang telah menjadi sapi laktasi mampu memproduksi lebih banyak atau lebih baik dari induknya. Hal tersebut dipengaruhi oleh kegiatan pemberian pakan yang diberikan kepada sapi tersebut selama masa perkembangannya dari pedet menjadi dewasa dan selama menjadi sapi laktasi.
Gambar 3 Pasca proses kelahiran Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Terdapat berbagai jenis straw yang dapat digunakan dalam proses IB. Straw tersebut dibedakan berdasarkan jenis sapi indukan yang diambil spermanya. Berdasarkan keterangan dan informasi yang diperoleh dari para peternak dan KUD Giri Tani, harga straw sering kali berfluktuasi tergantung kepada ketersediaanya di Balai Inseminasi Lembang. Sebelum digunakan untuk proses IB, straw harus disimpan di dalam container yang berisikan N2 cair (Liquid Nitrogen) dengan suhu di bawah 0 o C. Proses penyimpanan tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas sperma yang terdapat di dalam straw. Kualitas sperma diharapkan akan sama baiknya dengan kualitas indukan jantan penghasilnya apabila proses penyimpanan dilakukan dengan baik sesuai dengan prosedur yang semestinya.
38
Gambar 4 Proses inseminasi buatan Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Straw yang akan digunakan untuk proses IB dimasukkan ke dalam gun untuk selanjutnya ditembakkan ke dalam rahim sapi indukan. Proses IB tidak dapat dilakukan setiap saat, proses IB baru dapat dilakukan ketika indukan sapi siap untuk dibuahi. Seekor induk sapi yang siap dibuahi adalah sapi yang sedang mengalami siklus birahi. Sapi yang sedang mengalami siklus birahi biasanya memunculkan ciri-ciri fisik yang biasa disebut 3B. Ciri-ciri fisik tersebut meliputi, Bareuh, Beureum, Baseuh yang dalam Bahasa Indonesia berarti bengkak, berwarna merah, dan basah. Ciri-ciri fisik ini terjadi pada organ tubuh sapi bagian vulva (kemaluan). Siklus birahi pada sapi terjadi setiap 21 hari sekali. Pada saat sapi perah sedang birahi merupakan waktu yang paling tepat untuk melakukan proses IB. Ketepatan waktu dalam melakukan proses IB sangat mempengaruhi keberhasilan proses tersebut. Terkait dengan hal tersebut, seorang peternak menyatakan sebagai berikut : “sering kali sapi tidak jadi hamil karena proses IB telat dilakukan, kita harus memperhatikan jadwal birahi setiap sapi supaya bisa melakukan IB pas pada waktu awal sapi birahi, kalau sapi sudah terlanjur menstruasi berarti kita kehilangan satu kali kesempatan IB”. (Erif, 49 tahun) Keberhasilan proses IB dapat dilihat pada siklus birahi sapi berikutnya dengan cara melihat apakah sapi mengalami memstruasi atau tidak. Apabila sapi mengalami menstruasi berarti proses IB yang telah dilakukan gagal dan baru dapat dilakukan proses IB kembali pada siklus birahi selanjutnya. Namun, apabila sapi tidak mengalami menstruasi berarti proses IB yang telah dilakukan berhasil dan sapi akan mengalami masa kehamilan selama 9 bulan.
Pakan Ternak Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner mengenai pakan ternak yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak menghasilkan nilai Pvalue yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%). Hasil analisis Rank Spearman antara faktor teknis pakan ternak dengan kesuksesan peternak sapi perah menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.571. Nilai tersebut menggambarkan bahwa hubungan pakan ternak dengan kesuksesan peternak termasuk kategori korelasi sedang. Hipotesis yang digunakan untuk mengukur hubungan tersebut adalah sebagai berikut :
39
H0
: Faktor teknis pakan ternak tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah H1 : Faktor teknis pakan ternak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah Berdasarkan hipotesis dan nilai P-value dapat dikatakan bahwa pakan ternak sebagai salah satu faktor teknis secara signifikan berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (tolak H0). Beberapa hal terkait dengan pakan ternak yang akan dibahas dalam penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kesuksesan peternak pada Kelompok ternak Baru Sireum antara lain, mengenai komposisi pakan, waktu atau jadwal pemberian pakan, jumlah pemberian pakan, dan kombinasi pakan ternak. Para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum sering kali mendapatkan penyuluhan dari dinas untuk berbagai hal termasuk mengenai pakan ternak. Selain itu, beberapa orang peternak sering kali mencoba meramu pakan baru dengan tujuan agar hewan ternak dapat memproduksi susu sesuai dengan jumlah produksi yang ideal dan optimal. Diskusi antara anggota kelompok ternak pun sering dilakukan dalam untuk pembelian bahan pakan, dengan penggabungan kebutuhan bahan pakan dari beberapa orang peternak maka pembelian bahan pakan tersebut dapat dilakukan dalam jumlah besar sehingga harga pembelian pun dapat menjadi lebih murah. Komposisi pakan berupa konsentrat yang dibuat oleh setiap peternak berbeda-beda. Namun, ada juga beberapa orang peternak yang memberikan pakan ternak konsentrat dengan komposisi yang sama. Biasanya kesamaan tersebut dilakukan oleh para peternak yang senang berdiskusi, sehingga peternak yang mampu meracik dan meramu pakan konsentrat untuk produksi susu yang lebih optimal akan berbagi resep dengan peternak lainnya. Selanjutnya, para peternak lainnya akan membuat racikan dan ramuan pakan konsentrat yang sama dengan contoh yang telah diajarkan. Hal tersebut dilakukan agar setiap peternak yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum mampu memproduksi secara optimal baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga diharapkan pendapat rumah tangga yang bersumber dari usaha peternakan sapi perah dapat terus mengalami peningkatan.
Gambar 5 Proses peracikan pakan konsentrat Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
40
Komposisi pakan konsentrat yang dibuat oleh para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum terdiri dari, konsentrat, pollard, dedak, jagung, bungkil kelapa, dan bungkil kedelai. Perbedaan komposisi antara setiap peternak dapat dilihat dari persentase penggunaan setiap bahan baku pakan tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di tempat penelitian, diketahui bahwa komposisi pakan ternak berupa konsentrat tersebut sangat mempengaruhi produksi susu sapi. Terkait dengan hal tersebut, seorang peternak menyatakan sebagai berikut : “kalau makanannya pas pasti susunya juga pas”. (Satriyo, 25 tahun) Para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum memberikan pakan kepada hewan ternaknya sebanyak dua sampai tiga kali dalam sehari. Sebaiknya, pemberian pakan ternak dilakukan setiap sebelum dan sesudah proses pemerahan. Namun, ada beberapa orang peternak yang hanya memberikan pakan setiap sebelum prosespemerahan saja atau sesudah proses pemerahan. Berdasarkan observasi yang dilakukan di tempat penelitian, terbukti bahwa peternak yang memberikan pakan setiap sebelum dan sesudah proses pemerahan susu mampu memproduksi lebih baik daripada sapi milik peternak lainnya yang diberi pakan hanya sebelum atau sesudah proses pemerahan susu. Pemberian pakan sesudah proses pemerahan susu perlu dilakukan karena hal tersebut mampu mempengaruhi hasil proses pemerahan susu yang berikutnya. Para peternak anggota kelompok ternak melakukan pemberian pakan dengan cara menumpahkan pakan di lantai kandang. Hal ini mereka lakukan agar para hewan ternak merasa seperti seolaholah lebih alami dalam mendapatkan makanan. Para peternak melakukan cara pemberian seperti itu berdasarkan ilmu yang mereka dapatkan dari penyuluhanpenyuluhan yang dilakukan oleh dinas.
Gambar 6 Proses pemberian pakan konsentrat sebelum proses pemerahan Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Pakan konsentrat terlebih dahulu dicampur dengan ampas tahu sebelum diberikan untuk konsumsi hewan ternak. Ampas tahu digunakan sebagai bahan baku campuran konsentrat untuk melengkapi kebutuhan nutrisi para hewan ternak. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya agar hewan ternak dapat memproduksi susu dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. Para peternak melakukan pencampuran pakan konsentrat dengan ampas tahu sesaat sebelum pemberian pakan dilakukan. Biasanya pencampuran antara pakan konsentrat
41
dengan ampas tahu dilakukan di dalam sebuah bak yang disimpan di depan kandang pemeliharaan ternak. Pemberian ampas tahu sebagai bahan campuran pakan konsentrat dinilai mampu meningkatkan hasil produksi susu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah seorang sebagai berikut : “saya pernah coba mengurangi ampas tahu, tadinya untuk menghemat biaya pakan tapi ternyata produksi susu justru menurun, tapi klo porsi makanannya pas sapinya pasti kenyang jadi produksi susunya juga oke”. (Komarudin, 48 tahun)
Gambar 7 Tempat pencampuran pakan konsentrat dengan ampas tahu Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Pemberian pakan ternak berupa konsentrat yang dicampur dengan ampas tahu harus diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan sapi. Jumlah pemberian pakan ternak harus disesuaikan dengan kebutuhan sapi, biasanya penentuan jumlah pemberian pakan dilakukan dengan melihat berat tubuh atau bobot dari sapi. Para peternak anggota kelompok ternak rata-rata setiap hari memberikan pakan konsetrat sebanyak enam kilogram sampai delapan kilogram untuk setiap ekor sapi. Sedangkan setiap hari ampas tahu rata-rata diberikan sebanyak 10 kg sampai 15 kg untuk setiap ekor sapi. Selain konsentrat dan ampas tahu, sapi juga membutuhkan pakan hijauan. Pemberian pakan hijauan dilakukan untuk melengkapi kebutuhan serat dan mineral yang dibutuhkan oleh sapi. Pemberian pakan hijauan dilakukan setelah pemberian pakan konsentrat dilakukan. Pakan hijauan yang diberikan kepada sapi dapat berupa rerumputan atau daun jagung. Pakan hijauan yang akan diberikan kepada hewan ternak harus diperiksa terlebih dahulu sebelum diberikan untuk menghindari beberapa tanaman liar yang mungkin saja terbawa ketika proses pengaritan rumput dilakukan. Tanaman liar tersebut merugikan bagi hewan ternak karena dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti, batuk atau diare. Biasanya sebelum diberikan untuk dikonsumsi oleh sapi, pakan hijauan tersebut terlebih dahulu dipotong-potong atau dicacah. Hal tersebut dilakukan agar sapi lebih mudah memakannya dan juga agar serat dari pakan hiajaun dapat lebih mudah untuk dicerna. Pakan hijauan kemudian diletakkan di bak berisi air yang terdapat di setiap kandang. Para peternak anggota kelompok ternak setiap hari rata-rata memberikan pakan hijauan sebanyak 30 kg untuk setiap ekor sapi.
42
Gambar 8 Proses pemberian pakan hijauan Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Manajemen Peternakan Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum mengenai manajemen peternakan menghasilkan nilai P-value yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%). Hasil analisis Rank Spearman antara faktor teknis manajemen peternakan dengan kesuskesan peternak sapi perah menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.462. Nilai koefisien korelasi tersebut menggambarkan bahwa hubungan antara manajemen peternakan dengan kesuksesan peternak termasuk kategori sedang. Hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan antara manajemen peternakan dengan kesuksesan peternak adalah sebagai berikut: H0 : Faktor teknis manajemen peternakan tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah H1 : Faktor teknis manajemen peternakan berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah Berdasarkan hipotesis dan nilai P-value dapat dikatakan bahwa manajemen peternakan sebagai salah satu faktor teknis secara signifikan berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (tolak H0). Segala hal yang berkaitan dengan operasional mulai dari perencanaan, pengelolaan, dan pengontrolah kegiatan usaha peternak dinamakan sebagai manajemen peternakan. Beberapa hal mengenai manajemen peternakan yang akan dibahas dalam penelitian antara lain meliputi, kandang, kesehatan hewan ternak, peralatan produksi, pasca pemerahan susu, dan sumberdaya manusianya. Setiap kali akan melakukan kegiatan pemerahan susu, terlebih dahulu kandang dibersihkan. Kandang dibersihkan dari veses yang dikeluarkan oleh hewan ternak. Veses tersebut disapu dan kemudian dibuang ke dalam saluran pembuangan yang ada di setiap kandang. Selanjutnya, sisa-sisa veses dan seluruh lantai kandang disiram dengan air sampai bersih. Air pembersihan tersebut akan mengalir ke saluran pembuangan yang sama. Biasanya di setiap kandang terdapat bak atau gentong penampung air yang terhubung langsung dengan sumber mata air. Tempat penyimpanan air tersebut dimanfaatkan untuk menyimpan kebutuhan air para peternak yang akan digunakan untuk membersihkan kandang. Setiap hari
43
kandang dibersihkan pada pagi dan sore hari. Kegiatan pembersihan kandang pada pagi hari mulai dilakukan pada pukul 04.00 pagi. Selain kandang yang dibersihkan, hewan ternak juga dimandikan menggunakan air dan sikat. Setelah kandang dan hewan ternak bersih maka kegiatan pemerahan susu sudah dapat dilakukan. Kandang kembali dibersihkan setelah kegiatan pemerahan susu selesai, karena selama pemerahan susu berlangsung sering kali hewan ternak mengeluarkan kotoran baik berupa veses maupun air seni. Selain itu, pembersihan kandang kembali juga bertujuan untuk membersihkan susu sisa pemerahan yang berceceran dikandang agar tidak menjadi sumber bakteri atau penyakit bagi hewan ternak.
Gambar 9 Kegiatan membersihkan kandang Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Kegiatan pembersihan kandang sore hari dimulai pada pukul 15.00 sore. Kegiatan pembersihan kandang pada pagi dan sore hari terdiri dari kegiatan yang sama. Para peternak sangat menjaga kebersihan kandang mereka karena kebersihan kandang mempengaruhi kualitas susu hasil pemerahan. Harga susu akan menjadi lebih rendah apabila kualitas susu menurun. Kandang yang kotor menyebabkan bakteri pada susu sangat mudah berkembang sehingga kualitas susu yang akan dipasarkan bisa menurun. Oleh karena itu, kebersihan kandang harus selalu terjaga. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu peternak sebagai berikut: “kalau kandang kotor susunya jadi tidak higienis terus harga susunyajuga turun karena jumlah bakteri pada susu terlalu banyak”. (Jawahir, 74 tahun) Selain kebersihan kandang, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesehatan hewan ternak. Apabila kondisi kesehatan hewan ternak tidak baik maka sapi tidak dapat memproduksi susu secara optimal. Penyakit yang sering dialami hewan ternak milik para peternak anggota kelompok antara lain, mastitis, masuk angin, batuk, dan luka luar pada kaki. Penyakit yang paling rentan terjadi dan sangat berpengaruh terhadap produksi susu sapi adalah mastitis. Sapi dapat menderita mastitis karena ketidaktuntasan proses pemerahan susu yang dilakukan. Jadi, terdapat sisa-sisa susu pada ujung ambing yang belum terperah sehingga mengakibatkan penggumpalan dan pembengkakkan pada ambing. Susu yang yang diproduksi dari sapi yang sedang mengalami mastitis kualitas dan kuantitasnya
44
menurun. Oleh karena itu, penanganan mastitis pada sapi harus cepat dilakukan akan tidak agar jumlah pendapatan peternak tidak mengalami penurunan.
Gambar 10 Proses pemerahan susu Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi adalah kebersihan peralatan produksi. Seluruh peralatan produksi selalu dibersihkan setelah digunakan dan selalu disiram atau dibilas menggunakan cairan yang berfungsi untuk mensterilisasi peralatan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, seorang peternak menyatakan sebagai berikut : “semua peralatan selalu dicuci menggunakan sabun dan cairan disinfektan supaya tidak kuman yang menempel, setelah itu disimpan rapi di rak supaya siap pakai untuk pemerahan berikutnya, kalau tidak rajin begitu nanti susunya jadi murah”. (Erif, 49 tahun) Susu yang sudah diperah kemudian ditampung dan dikumpulkan menggunakan milkcan. Suhu susu di dalam milkcan harus tetap terjaga, tidak boleh terlalu tinggi. Hal tersebut harus dilakukan untuk meminimalisasi perkembangbiakan bakteri pada susu yang akan didistribusikan. Oleh karena itu, selama menunggu proses pendistribusian dilakukan, milkcan yang berisi susu direndam di dalam bak air dingin. Berdasarkan hasil pengamatan di tempat penelitian, semua peternak melakukan hal tersebut untuk menjaga kualitas susunya.
Gambar 11 Penyimpanan susu sebelum proses distribusi Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
45
Proses pendistribusian susu menuju IPS Cimory dilakukan oleh KUD Giri Tani melalui proses loper susu. Petugas KUD Giri Tani menjemput susu ke lokasi setiap peternak. Susu dari masing-masing peternak kemudian dikumpulkan di dalem drum plastik besar. Proses pengumpulan ini membuat kualitas susu dari setiap peternak menjadi sama rata. Hal tersebut karena bakteri dari susu dengan kualitas lebih rendah akan langsung bercampur sehingga kualitas seluruh susu yang dikumpulkan tersebut akan menjadi sama. Jumlah susu yang disetorkan peternak untuk dipasarkan akan dicatat oleh petugas peloper susu. Pendistribusian dilakukan menggunakan truk operasional milik KUD Giri Tani.
Gambar 12 Proses pendistribusian susu pada Kelompok Ternak Baru Sireum Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Selain peralatan dan kandang yang harus higienis, para peternak juga harus selalu dalam kondisi yang higienis ketika melakukan proses pemerahan. Kebersihan para pemerah harus diperhatikan karena pemerah melakukan kontak langsung dengan ambing susu pada saat proses pemerahan susu berlangsung. Terkait dengan hal tersebut, seorang peternak menyatakan sebagai berikut : ”jangan sampai kita yang lagi merah justru menjadi sumber bakteri atau kuman untuk susu yang kita perah”. (Tuti, 49 tahun)
Faktor Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak
Setiap peternak memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam menjalankan dan mengembangkan usaha peternakan sapi perahnya. Karakterisktik tersebut mempengaruhi pencapaian kesuksesan dari setiap peternak. Perbedaan karakteristik peternak dalam menjalankan usahanya menghasilkan pencapaian kesuksesan yang juga berbeda-beda antara peternak yang satu dengan peternak yang lainnya. Salah satu faktor yang dapat menggambarkan karakteristik peternak
46
dalam berusaha adalah watak wirausaha. Menurut Meredith (1989), seorang wirausaha memiliki lima watak yang melekat pada dirinya, yaitu memiliki sikap kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. Kelima watak tersebut kemudian dijadikan sebagai indikator faktor wirausaha yang digunakan dalam penelitian untuk melihat pengaruhnya terhadap kesuksesan peternak sapi perah, khususnya para anggota Kelompok Ternak baru Sireum.
Tabel 15 Hubungan watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak Signifikansi Kategori P-value Faktor-Faktor rs Korelasi Korelasi Watak Wirausaha 0.564 Sedang 0.002 ** Kepemimpinan 0.456 Sedang 0.011 * Pengambil Risiko 0.232 Lemah 0.132 tidak signifikan Pengambil Keputusan 0.152 Sangat Lemah 0.235 tidak signifikan Perencana Bisnis 0.701 Kuat 0.001 ** Menggunakan Waktu 0.418 Sedang 0.019 * Secara Efektif Keterangan
:(*) ( ** )
= berkolerasi secara signifikan pada taraf nyata 5% = berkolerasi secara signifikan pada taraf nyata 1%
Kepemimpinan Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum mengenai kepemimpinan sebagai salah satu watak wirausaha menghasilkan nilai P-value yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%). Hasil analisis Rank Spearman untuk melihat hubungan antara kepemimpinan dengan kesuksesan peternakan menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.456 yang termasuk dalam kategori korelasi sedang. Hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan antara kepemimpinan dengan kesuksesan peternak adalah sebagai berikut : H0 : Watak wirausaha kepemimpinan tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah H1 : Watak wirausaha kepemimpinan berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah Berdasarkan hipotesis tersebut dan nilai P-value yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan sebagai salah satu faktor watak wirausaha secara signifikan berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (tolak H0). Watak kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang wirausaha dalam hal ini para peternak yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum, terlebih dahulu dilihat dari sisi memimpin dirinya sendiri. Hal tersebut karena sebagian besar peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan pemilik sekaligus tenaga kerja pada usaha peternakannya. Penelitian ini menggunakan beberapa indikator yang disesuaikan dengan ciri-ciri watak kepemimpinan untuk menilai watak kepemimpinan para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum.
47
Seorang wirausaha pasti memiliki berbagai pengalaman selama menjalani kegiatan usahanya, begitu pula dengan para peternak. Pengalaman tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk memperbaiki kesalahan yang pernah terjadi dalam kegiatan usahanya atau dijadikan sebagai referensi untuk membuat kegiatan usahanya menjadi lebih baik. Pengalaman usaha yang pernah dialami oleh setiap peternak pasti berbeda-beda. Apabila perbedaan pengalaman tersebut dikumpulkan untuk kemudian diceritakan atau dibagikan dengan peternak lainnya maka akan semakin banyak bahan pembelajaran yang dapat digunakan oleh para peternak untuk menjalankan dan mengembangkan usaha peternakan sapi perahnya. Namun, tidak semua peternak mau berbagi pengalaman beternaknya. Hal tersebut dilakukan oleh beberapa peternak dengan alasan bahwa mereka takut rahasia sukses usahanya akan ditiru oleh peternak lainnya. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan oleh beberapa peternak untuk memperkecil persaingan antara pelaku usaha yang sejenis khususnya yang juga tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Pada kenyataannya, sesuai dengan hasil observasi dan wawancara selama penelitian, alasan beberapa peternak untuk tidak berbagi pengalaman justru membuat usaha peternakannya terbatasi untuk berkembang. Sedangkan untuk sebagian besar peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum lainnya justru berbagi pengalaman usaha beternak justru mendatangkan banyak manfaaat. Kegiatan berbagi pengalaman usaha beternak tersebut dijadikan sebagai forum diskusi dengan peternak lainnya, dengan demikian semakin banyak ilmu yang bisa dipelajari oleh para peternak melalui forum diskusi tersebut. Kondisi yang demikian diperkuat dengan pernyataan salah satu peternak sebagai berikut : “semakin banyak orang yang mendengar cerita kita maka akan semakin banyak orang yang bisa memberikan penilaian sebagai bahan evaluasi kita, karena pengalaman itu merupakan ilmu maka semakin banyak ilmu yang kita ajarkan maka akan semakin bermanfaat baik untuk kita maupun rekan-rekan yang lain”. (Erif, 49 tahun) Para peternak yang mau belajar dari pengalaman peternak lain menggambarkan bahwa peternak tersebut mau menerima saran dan kritik. Biasanya kritik dan saran disampaikan pada saat diskusi baik diskusi rutin ataupun pada saat terjadi obrolan-obrolan yang tidak sengaja. Hasil diskusi ataupun obrolan tersebut sering kali dicoba untuk diterapkan atau dipraktikkan pada usaha peternakan mereka dengan tujuan untuk mendapatkan hasil usaha yang lebih baik. Seorang wirausaha yang memiliki watak kepemimpinan adalah seorang wirausaha yang mengetahui mengenai setiap hal yang harus dikerjakan dalam usaha yang dijalankannya. Para peternak sebagai seorang wirausaha harus mengetahui setiap detail kegiatan usahanya. Penjadwalan kegiatan kandang sangat membantu para peternak untuk mengorganisir kegiatan usahanya. Setiap peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum memiliki jadwal kegiatan mulai dari kegiatan harian, mingguan, ataupun yang bersifat bulanan. Jadwal kegiatan harian yang dibuat oleh para peternak meliputi, kegiatan kandang, kegiatan pemerahan, dan kegiatan pemberian pakan. Setiap kegiatan harian tersebut selalu dilakukan sesuai dengan jadwal yang dibuat. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Jadwal kegiatan mingguan para peternak terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu kegiatan pengajian, kegiatan
48
pengontrolan sarana dan prasana peternakan, atau kegiatan kumpul kelompok ternak. Kegiatan pengajian atau kegiatan kumpul kelompok ternak setiap minggunya dilakukan untuk menjaga silahturahmi antara para peternak. Selain itu, kegiatan tersebut juga dijadikan sebagai saran bertukar pikiran oleh para peternak. Sedangkan kegiatan yang bersifat bulanan biasanya berkaitan dengan keuangan usaha peternakan. Jadwal kegiatan bulanan dibuat antara lain untuk mengatur persediaan dan pengadaan input produksi. Berdasarkan keadaan di tempat penelitian, peternak yang membuat jadwal kegiatan usaha dan melaksanakannya sesuai dengan jadwal diniliai dapat lebih optimal dalam menghasilkan hasil produksi yang lebih optimal. Jadwal kegiatan tersebut secara tidak langsung membantu para peternak dalam mencapai tujuan dan target usahanya. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan salah satu peternak sebagai berikut : “jadwal kegiatan dibuat untuk membantu saya agar tidak bingung memilih pekerjaan yang harus dikerjakan dahulu di kandang”. (Mamat, 46 tahun) Para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan para peternak yang aktif. Para peternak selalu melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang dilakukannya. Evaluasi tersebut dilakukan dengan melakukan melakukan pencatatan hasil produksi, pencatatan hasil IB, dan pencatatan setiap kelahiran pedet. Pencatatan tersebut dilakukan secara berkala, setiap peternak memiliki kala waktu pencatatan yang berbeda-beda. Data hasil pencatatan tersebut kemudian dijadikan tolak ukur untuk pengembangan usaha selanjutnya. Setiap usaha pasti pernah mengahadapi suatu kendala atau masalah yang harus dihadapi. Usaha peternakan sapi perah yang dijalankan oleh para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum pun pasti pernah menghadapi suatu kendala atau masalah selama usahanya berlangsung. Sebagai seorang wirausaha, para peternak selalu berhasil mengatasi setiap kendala atau masalah yang sempat mereka hadapi selama beternak sapi perah. Penyelesaian masalah tersebut terkadang diperoleh dengan adanya bantuan dari peternak lain sesama anggota kelompok. Namun, tidak jarang juga para peternak berhasil mengatasi kendala atau masalah usahanya secara intern. Kemampuan para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dalam mengatasi dan menghadapi kendala atau masalah membuat mereka berhasil bertahan mempertahankan keberadaan dan eksistensi mereka sebagai pengusaha peternak sapi perah. Para peternak selalu melakukan identifikasi untuk menemukan sumber dari kendala atau masalah yang sedang dihadapi. Selanjutnya, para peternak akan mencari penyelesain kendala atau masalah tersebut sesuai dengan sumbernya. Penyelesaian tersebut akan terus dilakukan atau dicari hingga dampak negatif dari kendala atau masalah tersebut dapat teratasi, sehingga usaha peternak sapi perahnya kembali menjadi normal atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kondisi yang demikian diperkuat dengan pernyataan salah seorang peternak sebagai berikut : “masalah itu ada untuk dipecahkan, kalau ada masalah jadikanlah itu sebagai motivasi untuk menjadi berkembang bukan justru membuat kita menjadi pesimis apalagi menyerah”. (Tuti, 49 tahun) Setiap kegiatan kandang maupun kegiatan lainnya yang terkait dengan usaha peternakan sapi perah milik para anggota kelompok pasti mempunyai detail yang harus selalu dirperhatikan. Para peternakan selalu melakukan persiapan pra
49
produksi setiap harinya. Pemeriksaan yang dilakukan untuk kegiatan pra produksi antara lain meliputi, kegiatan membersihkan kandang, kegiatan pemberian pakan, kegiatan mempersiapkan peralatan untuk produksi, dan yang paling utama adalah pemeriksaan dan pembersihan sapi terutama pada bagian ambing. Beberapa kegiatan pra produksi tersebut selalu dilakukan dengan tujuan memperoleh hasil produksi susu yang optimal. Pemeriksaan kegiatan pasca produksi pun selalu dilakukan untuk mencegah beberapa hal negatif yang mungkin terjadi pada hewan ternak, seperti terjangkitnya penyakit pada hewan ternak. Jenis kegiatan pasca produksi secara garis besar sama dengan kegiatan pra produksi. Namun ada satu hal penting yang harus diperiksa setiap peternak atau petugas kandang setelah kegiatan produksi selesai yaitu, pemeriksaan mengenai ketuntasan pemerahan susu . Pemeriksaan dilakukan pada bagian ambing untuk memastikan ketuntasan dari setiap proses pemerahan. Apabila masih ada susu yang tersisa pada saat proses pemerahan maka akan menyebabkan terjadinya mastitis pada sapi. Hal ini akan berpengaruh terhadap pada hasil produksi selanjutnya karena sapi yang sedang mastitis tidak boleh diperah. Setiap peternak pada kelompok ternak selalu memeriksa kegiatan yang dilakukannya dengan tujuan mengantisipasi timbulnya masalah. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan salah satu peternak sebagai berikut : “saya selalu mengecek ulang setiap pekerjaan yang saya lakukan agar tidak ada yang terlewat dan bisa membuat saya rugi nantinya”. (Ocih, 71 tahun)
Pengambil Risiko Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum mengenai pengambil risiko sebagai salah satu watak wirausaha menghasilkan nilai P-value yang lebih besar dari derajat alpha (α = 5%). Hasil analisis Rank Spearman untuk melihat hubungan antara pengambil risiko dengan kesuksesan peternakan menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.232 yang termasuk dalam kategori korelasi lemah. Hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan antara pengambil risiko dengan kesuksesan peternak adalah sebagai berikut : H0 : Watak wirausaha pengambil risiko tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah H1 : Watak wirausaha pengambil risiko berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah Berdasarkan hipotesis tersebut dan nilai P-value yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa pengambil risiko sebagai salah satu faktor watak wirausaha secara signifikan tidak berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (terima H0). Para peternak yang juga merupakan wirausaha seharusnya juga memiliki watak pengambil risiko.Penelitian yang dilakukan ini adalah untuk melihat hubungan antara watak pengambil risiko terhadap kesuksesan para peternak, khususnya para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Seorang wirausaha yang sukses dengan watak pengambil risiko biasanya adalah seseorang yang memiliki keyakinan besar pada diri sendiri, selalu menggunakan seluruh kemampuan untuk
50
mengubah keadaan menjadi lebih baik, menilai suatu resiko secara realistis, dan mampu menginovasi barang dan jasa dengan kualitas yang lebih baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada para peternak, diketahui bahwa hampir seluruh peternak memandang bahwa kegiatan yang berisiko itu pasti memiliki dampak yang negatif. Menurut sebagian besar peternak anggota kelompok, ketika ada kemungkinan risiko akan muncul dari kegiatan yang mereka lakukan maka mereka lebih memilih untuk tidak melakukan kegiatan tersebut. Para peternak lebih memilih untuk meninggalkan risiko karena menurut pandangan para peternak setiap kegiatan yang belum pasti mendatangkan keuntungan hanya akan mengganggu kegiatan usaha. Setiap risiko yang mungkin terjadi dipandang sebagai sesuai yang sudah pasti akan menghasilkan kerugian bagi para peternak. Misalnya, dalam hal pemberian pakan baru, sering kali para peternak diberi penyuluhan atau saran dari sesama peternak untuk mencoba komposisi pakan baru atau pakan jenis lainnya. Namun hampir seluruh peternak menolak untuk melakukan itu dengan alasan bahwa mereka tidak ingin hasil produksi susu mereka menurun. Efek dari kombinasi pakan baru atau jenis pakan baru tentu tidak akan terlihat apabila hal tersebut tidak diberikan kepada hewan ternak, sehingga manfaat dari penggunaannya seperti yang disampaikan dalam penyuluhan pun tidak dapat dinilai oleh para peternak. Gambaran kondisi yang demikian diperkuat oleh pernyataan salah seorang peternak sebagai berikut : “Bapak mau melakukan dan mengikuti setiap saran atau ilmu yang diberikan oleh narasumber asalkan ada jaminan untuk Bapak seandainya nanti Bapak gagal atau rugi”. (Jawahir, 74 tahun) Para peternak sebagai seorang wirausaha juga berorientasi kepada keuntungan dalam menjalankan usaha peternakannya. Setiap peternak mengharapkan kegiatan usaha peternakannya mampu menghasilkan keuntungan yang besar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Pengembangan usaha adalah suatu hal yang dapat dilakukan oleh para peternak agar kegiatan usaha peternak sapi perah miliknya mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Namun, ada beberapa hal yang terkadang harus menjadi risiko dalam melakukan pengembangan usaha tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebagian besar peternak memilih untuk meninggalkan risiko. Hal tersebut membuat pengembangan usaha para peternak menjadi tertunda. Sebagian besar peternak takut untuk mencoba hal baru yang harus dilakukan dalam kegiatan usaha peternakannya. Salah satu pernyataan yang pada kuisioner yang diberikan kepada para peternak adalah ”kegiatan usaha yang baik adalah usaha yang menghasilkan pendapatan besar meskipun risikonya juga besar”. Respon sebagian besar peternak terhadap pernyataan pada kuisioner tersebut hampir sama, salah satu contoh pernyataan respon dari peternak terkait kuisioner tersebut adalah sebagai berikut : “usaha yang berisiko itu tidak mungkin mendatangkan pendapatan serta keuntungan yang besar, tetapi sudah pasti mendatangkan kerugian bagi pemilik usahanya”. (Ulloh, 54 tahun). Para peternak selalu mengetahui setiap detail dari semua kegiatannya, dengan demikian para peternak selalu berusaha untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya risiko dan mengantisipasi risiko baru yang mungkin muncul. Misalnya, para peternak sebisa mungkin teliti dalam memeriksa keadaan ambing setelah proses pemerahan berlangsung untuk memastikan bahwa susu
51
sudah diperah sampai habis dan tidak tersisa di ambing. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjangkitnya mastitis pada ambing. Sapi yang terkena mastitis tidak boleh diperah karena susu yang diperah akan mengandung banyak bakteri sehingga manfaat susu akan hilang. Selama sapi mengalami mastitis maka sapi tidak boleh diperah, hal itu berarti peternak akan mengalami penurunan jumlah produksi dalam beberapa hari selama sapi masih terkena mastitis. Para peternak selalu mengetahui setiap risiko yang mungkin akan muncul pada usaha peternakan sapi perahnya. Gambaran kondisi yang demikian diperkuat oleh pernyataan salah seorang peternak sebagai berikut : “takut rugi sudah pasti, tapi sesuai dengan kata pepatah yang katanya lebih baik mencegah daripada mengobati”. (Apang, 42 tahun) Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa peternak sering kali memilih “mundur sebelum berperang” untuk memcoba beberapa hal baru pada usaha peternakan sapi perahnya. Salah satu alasan para peternak sering kali takut mencoba hal baru karena usaha peternakan sapi perah yang dimilikinya merupakan sumber penghasilan utama bagi para peternak. Para peternak mengkhawatirkan penurunan pendapatan yang mungkin terjadi pada saat usaha peternakan sapi perahnya sedang mengalami risiko. Menurut sebagian besar peternak, risiko lama atau yang sudah sering terjadi masih terkadang masih saja mereka alami. Oleh karena itu, kegiatan apapun yang memungkinkan terjadinya risiko baru sangat mereka hindari. Kondisi yang demikian diperkuat oleh pernyataan salah seorang peternak sebagai berikut : “jangankan untuk menghadapi risiko baru, penyakit lama yang sudah pernah datang masih suka datang lagi tanpa diundang”. (Oleh, 63 tahun)
Pengambil Keputusan Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum mengenai pengambil keputusan sebagai salah satu watak wirausaha menghasilkan nilai P-value yang lebih besar dari derajat alpha (α = 5%). Hasil analisis Rank Spearman untuk melihat hubungan antara pengambil keputusan dengan kesuksesan peternakan menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.152 yang termasuk dalam kategori korelasi sangat lemah. Hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan antara pengambil keputusan dengan kesuksesan peternak adalah sebagai berikut : H0 : Watak wirausaha pengambil keputusan tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah H1 : Watak wirausaha pengambil keputusan berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah Berdasarkan hipotesis tersebut dan nilai P-value yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa pengambil keputusan sebagai salah satu faktor watak wirausaha secara signifikan tidak berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (terima H0). Sebagian besar peternak yang tergabung dalam kelompok ternak hanya memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Mayoritas peternak anggota kelompok merupakan lulusan SD. Kondisi yang demikian mempengaruhi para peternak dalam menghadapi dan mencari solusi dari setiap masalah yang
52
dihadapinya. Misalnya, untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis peternakan terkadang solusi atau penanganan yang dilakukan terhadap masalah itu dilakukan berdasarkan pengalaman mereka saja. Hal tersebut karena pengetahuan para peternak mengenai ilmu peternakan terbatas meskipun sering kali mendapatkan penyuluhan. Para peternak selalu mengetahui setiap masalah yang dihadapinya atau yang akan menghadapinya. Namun, para peternak belum terntu dapat mencari solusi untukk menyelesaikan dan menanggulangi masalah yang dihadapinya. “Namanya juga usaha pasti ada saja masalahnya, kalau masalahnya sama seperti yang sudah sudah berarti jalan keluarnya sama seperti yang sudah-sudah juga, tapi kalau ada yang masalah yang belum pernah muncul kadang-kadang suka bingung, suka takut salah menyelesaikannya”. (Ulloh, 54 tahun) Respon para peternak terhadap setiap masalah dapat dikatakan cukup tanggap. Identifikasi para peternak terhadap masalah yang ada selalu dilakukan pada saat masalah itu muncul. Namun, terkadang para peternak menemui hambatan ketika mencari solusi dan penyelesaiannnya. Para peternak mendapatkan ilmu peternakan secara ortodidak melalui kegiatan usaha peternakan sapi perah yang mereka jalani selama ini. Para peternak belajar dari pengalaman baik pengalaman pribadai maupun pengalaman rekan peternak lainnya. Hal positif yang dapat diambil dari kondisi yang demikian adalah para peternak sebisa mungkin tidak mengulangi kesalahan sama yang dapat mendatangkan masalah atau kendala bagi usahanya. Namun, juga terdapat hal negatif yang timbul dari kondisi yang demikian. Para peternak sering kali memberikan penanganan yang salah untuk beberapa kendala atau masalah yang terjadi. Terbatasnya pengetahuan akan ilmu peternakannya membuat para peternak sering kali mengambil kesimpulan yang sama untuk kendala atau masalah yang berbeda. Kemiripan indikasi dari suatu kendala atau masalah baru dengan kendala atau masalah yang pernah dihadapi para peternak, membuat para peternak mengambil kesimpulan bahwa penyelesaian dan solusi dari kendala atau masalah yang sedang dihadapinya sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Kondisi yang demikian membuat hasil penanganan kendala atau masalah oleh para peternak menjadi kurang optimal. “Kalau dirasa ada yang tidak benar berarti harus segera dicari sumbernya agar kerugiannya tidak menjadi semakin besar, setidaknya diselesaikan dulu semampunya, yang penting masalahnya tidak hanya didiamkan saja”.(Eman, 51 tahun) Rasa percaya diri para peternak akan kemampuan diri mereka masingmasing belum berkembang dengan baik. Meskipun setiap peternak selalu mempunyai keputusannya sendiri untuk usaha miliknya, namun sering kali keputusan tersebut diambil setelah melihat contoh dari lingkungan sekitar. Hanya sebagian kecil saja peternak yang berani mengambil keputusan tanpa harus melihat atau bergantung pada lingkungan sekitarnya. Keputusan apapun yang dibuat oleh para peternak dilakukan tanpa adanya paksaan apapun dari pihak lain. Para peternak selalu siap untuk menghadapi setiap dampak atau manfaat yang akan muncul dari setiap keputusan yang dibuat oleh mereka.
53
Perencana Bisnis Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum mengenai perencana bisnis sebagai salah satu watak wirausaha menghasilkan nilai P-value yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%). Hasil analisis Rank Spearman untuk melihat hubungan antara perencana bisnis dengan kesuksesan peternakan menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.701 yang termasuk dalam kategori korelasi kuat. Hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan antara perencana bisnis dengan kesuksesan peternak adalah sebagai berikut : H0 : Watak wirausaha perencana bisnis tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah H1 : Watak wirausaha perencana bisnis berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah Berdasarkan hipotesis tersebut dan nilai P-value yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa perencana bisnis sebagai salah satu faktor watak wirausaha secara signifikan berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (tolak H0). Setiap peternak yang merupakan anggota Kelompok Ternak Baru Sireum memiliki keinginan untuk dapat mengembangkan skala usaha peternakan sapi perahnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sebagian besar anggota kelompok ternak hanya melalui jenjang pendidikan yang cukup rendah dan tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang peternakan. Ilmu beternak sapi perah yang dimiliki oleh para peternak dipelajari secara ortodidak selama mereka menjalani usaha peternakan sapi perahnya. Setiap pengalaman yang pernah terjadi pada usaha peternakan sapi perahnya dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Selain itu, para peternak juga mendapatkan pembinaan dan penyuluhan dari Dinas Peternakan. Informasi mengenai perkembangan usaha peternakan khususnya sapi perah, diperoleh melalui berbagai media seperti televisi, majalah peternakan dan berita yang disampaikan langsung oleh para petugas penyuluhan.Informasi dan ilmu peternakan tersebut dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah yang dimiliki oleh para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Para istri peternak membentuk suatu perkumpulan yang dinamakan Kelompok Wanita Tani Cibeureum Asri. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok wanita tani tersebut terfokus pada pengolahan susu menjadi produk lain seperti berbagai camilan sehat, kue, maupun sayuran organik. Produk olahan susu berupa camilan yang diproduksi oleh KWT Cibeureum Asri antara lain, stik susu, kembang goyang susu, kerupuk bawang susu, permen karamel, dan berbagai jenis kue basah. Selain itu, KWT Cibeureum Asri juga melakukan kegiatan pertanian yang meliputi, penjualan kompos dan penanaman beberapa jenis sayuran yang dilakukan secara organik. Kondisi yang demikian menggambarkan bahwa para peternak maupun para istri peternak selalu menangkap peluang usaha yang dapat dikembangkan dari usaha peternakan sapi perah yang dijalankannya. Gambaran kondisi yang demikian diperkuat oleh salah satu istri peternak sebagai berikut : “Kita juga ingin jadi wanita karir yang mampu menghasilkan untuk dapat membantu suami mensejahterkan keluarga, dengan kegiatan-kegiatan di KWT ibu-ibu jadi semakin kreatif dan silahturahminya juga menjadi semakin baik”. (Eet, 42 tahun)
54
Sebagai peternak yang tergabung dalam kelompok ternak berprestasi, para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum selalu mempunyai target-target yang harus dicapai baik secara kelompok maupun secara mandiri. Langkah-langkah yang harus dilakukan guna mencapai target kelompok, selalu didiskusikan bersama dalam setiap kumpul kelompok. Bapak Erif selaku ketua kelompok, selalu meminta setiap anggota untuk ikut memberikan ide atau komentar dalam setiap diskusi. Beliau melakukannya dengan tujuan agar rasa percaya diri para anggota sebagai seorang peternak dapat semakin berkembang. Hal terseebut juga dilakukan agar setiap rencana atau keputusan kelompok disetujui oleh seluruh anggota tanpa adanya paksaan. Selain itu, pencapaian target mandiri juga selalu diingatkan kepada para anggota kelompok. Setiap peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum memiliki target yang harus dicapai baik untuk waktu dekat maupun untuk masa yang akan datang. Misalnya, agar susu yang diproduksi para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dapat dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi maka sebaiknya penjualan ke IPS dilakukan secara mandiri tanpa melalui KUD Giri Tani. Terkait tujuan tersebut, target jangka pendek yang harus dicapai para peternak adalah mampu meningkatkan kualitas maupun kuantitas susu sapinya. Sedangkan untuk target jangka panjang, para anggota kelompok ternak berencana untuk memiliki kendaraan operasional berupa truk tangki yang akan digunakan untuk mendisttribusikan susu ke IPS. Rencana tersebut sudah hampir terealisasi pada saat penelitian ini dilakukan. Berdasarkan kondisi yang demikian terlihat bahwa pencapaian target secara mandiri akan sejalan dengan pencapaian target kelompok. Begitu pula dengan kesuksesannya, kelompok ternak akan menjadi kelompok yang sukses dan berprestasi karena memiliki anggota yang merupakan para peternak sukses yang berprestasi. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan salah seorang peternak sebagai berikut : “kelompok yang hebat itu tercipta karena kelompok tersebut terdiri dari para peternak yang juga hebat”. (Erif, 49 tahun) Setiap tindakan yang dilakukan oleh para peternak dilakukan sesuai dengan skala prioritasnya. Hal tersebut tercermin dari dibuatnya target yang harus dicapai oleh para peternak dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Respon peternak yang cepat tanggap dalam menghadapi kendala atau masalah juga mencerminkan bahwa peternak selalu bertindak sesuai dengan skala prioritasnya. Target pencapaian yang dimiliki dan harus dicapai oleh setiap peternak pada kelompok adalah pengembangan dari usaha peternakan sapi perahnya. Pengembangan usaha selalu dilakukan bukan hanya dari peningkatan kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi. Namun juga dilakukan dari aspek-aspek lainnya yang memang berpotensi untuk dikembangkan. Misalnya, kegiatan pengolahan susu yang dilakukan oleh para istri peternak juga merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk mengembangkan usaha peternak sapi perahnya. Pengolahan pupuk organik baik padat maupun cair yang diolah dari kotoran sapi juga dilakukan dengan tujuan yang sama. Selain itu, penjualan pedet jantan juga sering kali dilakukan sehingga hasil penjualan pedet jantan tersebut dapat digunakan sebagai modal pengembangan usaha seperti, perluasan kandang, perbaikan kandang, perbaikan instalansi air ataupun untuk ditabung sebagai simpanan oleh para peternak anggota kelompok. “setiap peternak disini selalu ingin jumlah sapinya bertambah supaya produksi susunya bisa terus meningkat, tidak harus beli kalau ingin
55
sapinya bertambah asalkan setiap ada lomba bisa jadi yang terbaik pasti sapinya juga nambah, kalau jadi juara itu nikmatnya berlipat ganda, kita jadi berprestasi, sapinya juga nambah”. (Satriyo, 25 tahun)
Menggunakan Waktu Secara Efektif Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum mengenai menggunakan waktu secara efektif sebagai salah satu watak wirausaha menghasilkan nilai P-value yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%). Hasil analisis Rank Spearman untuk melihat hubungan antara menggunakan waktu secara efektif dengan kesuksesan peternakan menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.418 yang termasuk dalam kategori korelasi sedang. Hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan antara menggunakan waktu secara efektif dengan kesuksesan peternak adalah sebagai berikut : H0 : Watak wirausaha menggunakan waktu secara efektif tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah H1 : Watak wirausaha menggunakan waktu secara efektif berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah Berdasarkan hipotesis tersebut dan nilai P-value yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa menggunakan waktu secara efektif sebagai salah satu faktor watak wirausaha secara signifikan berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (tolak H0). Para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum selalu melakukan kegiatan peternakan sesuai dengan jadwal yang sudah biasa mereka lakukan. Setiap peternak memiliki jadwal kandang yang hampir sama karena seluruh peternak mendistribusikan susu ke IPS secara bersamaan. Petugas peloper susu dari KUD Giri Tani akan datang sesuai dengan jadwal peloperan baik pada pagi hari maupun sore hari. Para peternak sangat menghindari kelalain waktu terutama pada saat proses pemerahan susu karena hal tersebut dapat menganggu proses pendistribusian peternak lainnya. Begitu pula dengan kegiatan pemberian pakan, kegiatan tersebut juga selalu dilakukan sesuai jadwal agar susu yang diperah dapat diproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. Terkadang para peternak melakukan suatu kegiatan yang tidak sesuai jadwal karena ada hal lain yang mendadak atau mendesak terjadi di lingkungan peternakan. Misalnya, ketika ada sapi yang harus menjalani proses kelahiran atau ketika ada sapi yang harus segera di-IB. Sebagian besar peternak selalu merespon gejala-gejala tersebut dengan cepat dan sering kali dikerjakan bersama-sama dengan peternak lainnya. Selain itu, para peternak juga selalu mengoptimalkan penanganan gejala-gejala yang terjadi secara insidental agar tidak mengganggu kegiatan operasional peternakan yang sedang berlangsung, sehingga kegiatan operasinal peternakan dapat kembali normal dan berjalan seperti biasa. Kondisi yang demikian diperkuat dengan pernyataan salah seorang peternak sebagai berikut : “jadi peternak itu sama seperti suami yang istrinya lagi hamil, harus selalu siap siaga dan cekatan agar tidak ada satu hal pun yang keteteran,
56
yang bisa dikerjakan segera dikerjakan jangan dinanti-nanti”. (Tuti, 49 tahun)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Terdapat 2 faktor dari 3 teknis peternakan yang berhubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Faktor teknis pertama yang berhubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah adalah pakan ternak, hubungan korelasi antara pakan ternak dengan kesuksesan termasuk kategori sedang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.571. Faktor teknis kedua yang berhubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah adalah manajemen peternakan, hubungan korelasi antara manajemen peternakan dengan kesuksesan peternak termasuk kategori sedang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.462. Kedua faktor teknis tersebut secara signifikan mempengaruhi kesuksesan peternak sapi perah karena menghasilkan nilai P-value yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%). 2. Terdapat 3 watak dari 5 watak wirausaha yang berhubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Watak wirausaha pertama yang berhubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah adalah kepemimpinan, hubungan korelasi antara kepemimpinan dengan kesuksesan peternak termasuk kategori sedang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.456. Watak wirausaha selanjutnya yang berhubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah adalah perencana bisnis, hubungan korelasi antara perencana bisnis dengan kesuksesan peternak termasuk kategori kuat dengan nilai koefisisen korelasi sebesar 0.701. Watak wirausaha lainnya yang juga berhubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah adalah menggunakan waktu secara efektif, hubungan korelasi antara menggunakan waktu secara efektif dengan kesuksesan peternak termasuk kategori sedang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.418. Ketiga watak wirausaha tersebut secara signifikan mempengaruhi kesuksesan peternak sapi perah karena menghasilkan nilai P-value yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%). 3. Kesuksesan para peternak yang tegabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum mencapai kesuksesan tertinggi pada indikator kesuksesan meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk dengan skor sebesar 4.31. Skor untuk indikator kesuksesan peternak meningkatkan kesejahteraan keluaraga adalah sebesar 4.12. Kesuksesan peternak melalui indikator kesuksesan berupa kelangsungan usaha peternakannya dengan
57
skor untuk indikator tersebut adalah sebesar 3.81. Selain itu, kesuksesan peternak juga dapat dilihat dari indikator kesuksesan berupa meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan skor sebesar 3.32. Berdasarkan perolehan skor tersebut, para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dapat dikatakan sebagai peternak yang dapat mencapai kesuksesan melalui usaha peternakan sapi perahnya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diharapkan akan ada penelitian serupa yang dilakukan pada jenis usaha pertanian lainnya, misalnya pada petani sayur, petani buah, pembudidaya ikan, peternak dengan komoditi selain sapi perah atau pada usaha agribisnis lainnya. Penelitian tersebut perlu dilakukan mengingat Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumberdaya alam melimpah terutama pada sektor pertanian. Selain itu, diharapkan penelitian mengenai jiwa kewirausahaan perlu lebih banyak lagi untuk mengukur kualitas maupun kuantitas wirausahawan di Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan karena pengembangan kualitas dan kuantitas wirausahawan di Indonesia mampu membantu perkembangan ekonomi Indonesia.Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan untuk melihat kewirausahaan dari sisi selain watak wirasusaha misalnya, melihat hubungan kewirausahaan melalui faktor technopreneurship, kecerdasan wirausaha atau faktor kewirausahaan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afif, H. 2012. Evaluasi Aspek Produksi dan Ekonomi Peternakan Kelinci (Studi Kasus di Desa Gudang Kahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Alma, Buchari. 2003. Kewirausahaan. Bandung: CV. Alfabeta [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Berita Resmi Statistik No.75/11/Th.XV. Jakarta (ID): BPS. Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Bogor.Buku Data Peternakan 2011. Bogor (ID): Dinas Peternakan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Peternakan. Populasi dan Produksi Peternakan di Indonesia. 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan
58
Firdaus, M. et al. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor: IPB Press. Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor: IPB Press. Juliani, R. 2011. Evaluasi Pemeliharaan Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Rakyat di Desa Cibeureum Cisarua Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Karim, Busrol. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berkolerasi dengan Sikap Kewirausahaan Peternak Kelinci. [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakutas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. [Kementan] Kementerian Pertanian Republik Indonesia.Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Jakarta (ID): Kementan. Meredith, GG. et al. 1989. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Noviana, Rosita. 2011. Kajian Pengembangan BisnisPendirian Unit Bisnis Susu Pasteurisasi Secara Homemade Pada Erif Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Laporan Praktik Kerja Lapang]. Bogor: Program Keahlian Manajemen Agribisnis. Direktorat Program Diploma, Institut Pertaian Bogor. Rangkuti, F. 2003.Riset Pemasaran Edisi Ke-6. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Riyanti, BPD. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: Grasindo. Saputro, DS. 2009. Analisis Karakteristik Wirausaha Peternak Kambing Perah di Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Satori, D. Komariah, A. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Seftian, R. 2012.Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Inovasi Petani Sebagai Pendekatan Kewirausahaan (Kasus Petani Sayur Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat).Bogor:
59
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sembada, P. 2012. Kondisi Pemeliharaan Sapi Perah di Peternakan Rakyat Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Cibungbulang Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Syahrial, Y. 1998. Kiat Sukses Mengembangkan Usaha. Jakarta: Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia dan PT. Mutiara Sumber Widya. Syarif, EK., Harianto, Bagus. 2011. Buku Pintar Beternak & Bisnis Sapi Perah. Bogor : Agromedia Pustaka. Wandi. 2012. Faktor Kritis dalam Program Penumbuhan Wirausaha Baru. [Internet]. Senin, 28 Januari 2013; 14:49. Bogor. Wandi. 2012.Posisi Wirausaha dalam Perkenomian Nasional. [Internet]. Senin, 28 Januari 2013; 14:49. Bogor. Wikipedia. 2012. Jumlah Penduduk Dunia Tahun 2012. [Internet]. Senin, 28 Januari 2013; 14:40. Bogor. Yapp, WW., Nevens, WB. 1955. Dairy Cattle: Selection, Feeding, and Management. New York: John Wiley & Sons, Inc.
60
Lampiran 1 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis pembibitan terhadap kesuksesan peternak Correlations kesuksesan Correlation Coefficient kesuksesan
pembibitan
1.000
.109
.
.302
25
25
Correlation Coefficient
.109
1.000
Sig. (1-tailed)
.302
.
25
25
Sig. (1-tailed) N
Spearman's rho pembibitan
N
Lampiran 2 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis pakan ternak terhadap kesuksesan peternak Correlations kesuksesan Correlation Coefficient kesuksesan
1.000
Sig. (1-tailed) N
pakan ternak
Sig. (1-tailed) N
.571
**
.
.001
25
25
**
1.000
.001
.
25
25
Spearman's rho Correlation Coefficient
pakan
.571
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Lampiran 3 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis manajemen peternakan terhadap kesuksesan peternak Correlations kesuksesan Correlation Coefficient kesuksesan
manajemen .462
.
.010
25
25
Correlation Coefficient
.462
*
1.000
Sig. (1-tailed)
.010
.
25
25
Sig. (1-tailed) N
Spearman's rho manajemen peternakan
*
1.000
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
61
Lampiran 4
Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha kempemimpinan terhadap kesuksesan peternak Correlations kesuksesan Correlation Coefficient kesuksesan
*
1.000
.456
.
.011
25
25
Correlation Coefficient
.456*
1.000
Sig. (1-tailed)
.011
.
25
25
Sig. (1-tailed) N
Spearman's rho kepemimpinan
kepemimpinan
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Lampiran 5 Hasil korelasi Rank Spearman watak wirausaha pengambil risiko terhadap kesuksesan peternak Correlations kesuksesan Correlation Coefficient kesuksesan
pengambilrisiko
1.000
.232
.
.132
25
25
Correlation Coefficient
.232
1.000
Sig. (1-tailed)
.132
.
25
25
Sig. (1-tailed) N
Spearman's rho pengambil risiko
N
Lampiran 6 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha pengambil keputusan terhadap kesuksesan peternak Correlations kesuksesan Correlation Coefficient
pengambilkeputusan
1.000
.152
.
.235
25
25
Correlation Coefficient
.152
1.000
Sig. (1-tailed)
.235
.
25
25
kesuksesan Sig. (1-tailed) N Spearman's rho pengambilk eputusan
N
62
Lampiran 7 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha perencana bisnis terhadap kesuksesan peternak Correlations kesuksesan Correlation Coefficient kesuksesan
1.000
Sig. (1-tailed) N
Spearman's rho Correlation Coefficient perencanabisnis
Sig. (1-tailed) N
perencanabisnis **
.701
.
.000
25
25
.701**
1.000
.000
.
25
25
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Lampiran 8 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha menggunakan waktu secara efektif terhadap kesuksesan peternak Correlations kesuksesan Correlation Coefficient kesuksesan
.418
.
.019
25
25
Spearman's rho waktuefektif
*
1.000
Sig. (1-tailed) N
waktuefektif
Correlation Coefficient
.418
*
1.000
Sig. (1-tailed)
.019
.
25
25
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Lampiran 9 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis terhadap kesuksesan peternak Correlations Kesuksesan Correlation Coefficient kesuksesan
N Correlation Coefficient faktor teknis
1.000
Sig. (1-tailed)
Spearman's rho Sig. (1-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
faktorteknis .611
**
.
.001
25
25
**
1.000
.001
.
25
25
.611
63
Lampiran 10 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak Correlations kesuksesan Correlation Coefficient kesuksesan
Sig. (1-tailed) N
Spearman's rho Correlation Coefficient watakwirausaha
Sig. (1-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
watakwirausaha
1.000
.564
**
.
.002
25
25
.564**
1.000
.002
.
25
25
64
Lampiran 11 Dokumentasi penelitian
65
Lampiran 12Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 November 1989. Penulis adalah putri tunggal dari ayah Asep Roesprasetyanto dan ibu Dora Susana Gerapiet. Tahun 2008, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur penerimaan reguler. Penulis diterima di Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Program Diploma. Selama mengikuti perkuliahan di Program Diploma, penulis berhasil mendapatkan Beasiswa Supersemar pada tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011. Penulis menyelesaikan tugas akhir berjudul Kajian Pengembangan Bisnis Pendirian Unit Bisnis Susu Pasteurisasi secara Homemade pada Erif Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat untuk mendapatkan gelar A.Md. Penulis lulus dengan predikat Sangat Memuaskan pada jenjang pendidikan D3 IPB. Pada tahun 2011, penulis kembali diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata 1. Penulis diterima di Program Pendidikan Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan di Program Pendidikan Alih Jenis Agribisnis, penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa. Karya tulis dengan judul Penggunaan Spinner dari Pengering Mesin Cuci Bekas Guna Efisiensi Usaha Pengolahan Abon Ikan Patin Skala Rumah Tangga untuk Program Kreativitas Mahasiswa dengan bidang kegiatan PKM-AI berhasil diselesaikan secara berkelompok dengan rekan mahasiswa lainnya.