Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
IDENTIFIKASI MANAJEMEN REPRODUKSI TERNAK PADA TIGA KELOMPOK PETERNAK KERBAU MELALUI DINAMIKA KELOMPOK IDENTIFICATION OF ANIMAL REPRODUCTIVE MANAGEMENT IN THREE BUFFALO FARMER GROUPS BASED ON GROUP DYNAMICS (Kasus Pada Kelompok Peternak di Kabupaten Lebak Provinsi Banten) (Case study on the farmer groups in Lebak Distric Banten Province) Uswatun Hasanah*, Siti Darodjah**, Marina Sulistyati** Universitas Padjadjaran Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Peningkatan populasi ternak kerbau dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah manajemen reproduksi ternak. Faktor lain yang tidak kalah penting yaitu kondisi peternakan yang terbentuk dalam kelompok peternak. Apabila ternak dipelihara dalam sebuah kelompok maka dinamika kelompok pula mendukung dalam hal peningkatan manajemen reproduksi ternak. Penelitian bertujuan untuk membandingkan manajemen reproduksi ternak dan dinamika kelompok pada tiga kelompok peternak kerbau. Penelitian menggunakan metode survei dengan analisis data secara deskriptif. Hasil penilaian akan dikategorikan dalam sebuah interval rendah, sedang, dan tinggi. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok Basisir Sukajadi merupakan kelompok yang lebih baik dari kelompok Aliraja dan kelompok Sumber Alam. Kata Kunci: Manajemen Reproduksi Ternak, Dinamika Kelompok, Kerbau Lumpur.
ABSTRACT The buffalo population enhancement is caused by many factor, one of them is animal reproductive management. Another important thing is the farm condition in the circle of the farmer group. When livestock are kept in farmer group, the animal reproductive management will be supported by group dynamics. The purpose of this research is to compare the animal reproductive management and the group dynamics in three buffalo farmer groups. The research uses survey method with descriptive data analysis. The result is divided to low, middle, and high interval. Those result can conclude that Basisir Sukajadi group is better than Aliraja and Sumber Alam group. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran |1
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
Keywords : animal reproductive management, group dynamics, swamp buffalo
PENDAHULUAN Peningkatan populasi ternak kerbau di Kabupaten Lebak tidak sejalan dengan populasi ternak kerbau nasional. Populasi ternak kerbau di Kabupaten Lebak Provinsi Banten mengalami peningkatan antara 800 – 1000 ekor per tahunnya. Hal tersebut didukung karena mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Lebak yaitu beternak dan bertani, hal ini menjadi daya dukung lahan yang cukup luas yaitu rata-rata pemilikan tanah 0,2 ha per petani (Kusnadi et al. 2005). Selain itu penyumbang terbesar ternak kerbau di Provinsi Banten adalah Kabupaten Lebak. Salah satu faktor terjadinya peningkatan populasi di Kabupaten Lebak yaitu adanya kelompok yang menjalankan manajemen perkandangan serta manajemen reproduksi ternak. Kerbau (Bubalus bubalis) merupakan ternak ruminansia besar yang penting bagi masyarakat Indonesia. Kerbau memiliki keunggulan tersendiri untuk dikembangkan karena dapat bertahan hidup dengan pakan berkualitas rendah, toleran terhadap parasit setempat serta keberadaannya telah menyatu sedemikian rupa dengan kehidupan sosial dan budaya petani Indonesia (Nuraini et al.2010). Provinsi Banten memiliki populasi kerbau terbanyak kedua di Indonesia setelah Aceh, selain sebagai sumber tenaga kerja kerbau termasuk ternak ruminansia besar yang mempunyai peranan penting dalam penyediaan daging di Indonesia. Pada umumnya kerbau di pelihara petani untuk dimanfaatkan tenaganya untuk mengolah lahan sawah, dan dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Kusnadi et al. 2005). Arman (2003) menjelaskan bahwa penurunan populasi pada satu sisi disebabkan oleh tingginya pengeluaran atau penjualan kerbau antar pulau dan pemotongan lokal yang melebihi dari kemampuan produksi, dan pada sisi lain kemungkinan diakibatkan oleh rendahnya tingkat reproduktivitas kerbau. Peternakan kerbau di Kabupaten Lebak dikelola oleh kelompok peternak yang menjalankan segala sesuatu meliputi proses pemeliharaan, pelaksanaan, dan pengelolaan reproduksi. Sejauh ini, keberhasilan sebuah peternakan rakyat termasuk kelompok peternak dapat dilihat dari dinamika kelompok karena sangat mempengaruhi manajemen reproduksi pada ternak kerbau. Kedinamisan anggota kelompok dapat mendorong peternak dalam menjalankan manajemen reproduksi yang baik, selanjutnya ketika dinamika kelompok dirasa dinamis maka diharapkan potensi peternak akan berkembang serta usaha dari kelompok tersebut lebih berhasil, terlebih manajemen reproduksi yang baik akan meningkatkan reproduksi sehingga populasi ternak kerbau akan kembali meningkat. OBJEK DAN METODE 1. Objek Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah peternak dari tiga kelompok peternak kerbau di Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran |2
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
2.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian metode survei pada peternak yang ada di tiga kelompok di Kabupaten Lebak. Metode survei merupakan suatu penelitian dengan cara menghimpun informasi dari sampel yang diperoleh dari suatu populasi, dengan tujuan untuk melakukan generalisasi sejauh populasi dari mana sampel tersebut diambil (Paturochman, 2012). 3. Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tiga kelompok peternak yang berada pada tiga Kecamatan di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Alasan pemilihan kelompok dan daerah tersebut sebagai tempat penelitian karena tiga kelompok dari 10 kelompok yang ada merupakan kelompok peternak aktif dalam mengelola kelompoknya, yaitu : 1) Kelompok Peternak Basisir Sukajadi, terletak di Kecamatan Panggarangan, 2) Kelompok Peternak Aliraja, terletak di Kecamatan Cileles, 3) Kelompok Peternak Sumber Alam, terletak di Kecamatan Cikulur. 4. Teknik Pengambilan Sampel Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu teknik Two Multistage Random Sampling, merupakan teknik pengambilan sampel pada tiap tahap yang dilakukan secara acak (Singarimbun dan Sofian, 1989). Jumlah responden yang diperoleh diharapkan dapat memberi keterangan terkait manajemen reproduksi ternak kerbau. Teknik tersebut dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : 1) Tahap pertama, memilih 3 kelompok dari 10 kelompok yang ada di Kabupaten Lebak Provinsi Lebak yaitu kelompok Basisir Sukajadi, kelompok Aliraja, dan kelompok Sumber Alam, 2) Tahap kedua, pemilihan responden dilakukan secara acak sederhana dengan peluang setiap anggota yang terpilih adalah sama. Adapun sampel peternak yang akan dipilih yaitu 33 peternak, hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudjana (2005) dengan ukuran sampel sebanyak n ≥ 30, maka nilai pengamatan akan mendekati sebaran normal. Pengambilan sampel dari masing-masing kelompok menggunakan rumus Danim (1997) :
Keterangan : Sn : Ukuran sampel sub kelompok per kelompok Xn : Ukuran anggota per kelompok Xtot : Ukuran total anggota kelompok Stot : Ukuran sampel yang digunakan 5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran |3
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh dari hasil wawancara langsung secara terstruktur dengan peternak kerbau melalui wawancara langsung. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Pengambilan data dalam penelitian ini dengan beberapa tahap, diantaranya : 1) Pengambilan dan pengumpulan data sekunder dari Dinas Peternakan Kabupaten Lebak dan Badan Pusat Statistik Provinsi Banten berupa data populasi ternak kerbau dan anggota kelompok peternak kerbau, 2) Pengambilan dan penguampulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung berkaitan dengan manajemen reproduksi ternak dan dinamika kelompok. 6. Operasional Variabel Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) yaitu Manajemen Reproduksi Ternak dan Dinamika Kelompok. (1) Variabel Manajemen Reproduksi Ternak Variabel manajemen reproduksi ternak diamati melalui indikator pola kelola reproduksi (umur pubertas, Days Open, Service per Conception, angka kelahiran, Calving Interval, dan angka kematian), sanitasi dan pencegahan penyakit, dan pengetahuan peternak mengenai reproduksi ternak. Total nilai dari keseluruhan aspek manajemen reproduksi ternak dikategorikan dalam tiga kelas yaitu tinggi, sedang dan rendah. Batas bawah kelas interval adalah nilai terendah ± 0,5 dan batas atas kelas interval adalah nilai tertinggi ± 0,5 (Sudjana, 2005). Total pertanyaan yang mewakili variabel manajemen reproduksi ternak yaitu 44, interval didapatkan dari perhitungan melalui rumus : Panjang Interval =
= = 29,33
Berdasarkan perhitungan panjang interval, maka kelas pada variabel manajemen reproduksi ternak pada tiga kelompok adalah : 44 – 73 = Rendah >73 – 103 = Sedang >103 = Tinggi (2) Variabel Dinamika Kelompok Dinamika kelompok merupakan perilaku kolektif antara dua orang atau lebih yang melakukan interaksi secara psikologis dalam rangka mencapai tujuan bersama atau tujuan kelompok (Rusidi, 1981). Aspek yang diamati dalam variabel dinamika kelompok meliputi kepemimpinan ketua kelompok, tujuan kelompok, struktur
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran |4
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
kelompok, fungsi dan tugas, kekompakan kelompok, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, dan suasana kelompok. Total nilai dari keseluruhan aspek dinamika kelompok dikategorikan dalam tiga kelas yaitu tinggi, sedang dan rendah. Batas bawah kelas interval adalah nilai terendah ± 0,5 dan batas atas kelas interval adalah nilai tertinggi ± 0,5 (Sudjana, 2005). Perhitungannya melalui rumus :
Panjang Interval =
= = = 10,33 Berdasarkan perhitungan panjang interval, maka kelas pada variabel dinamika kelompok pada tiga kelompok adalah : 15 – 25 = Rendah >25 – 36 = Sedang >36
= Tinggi
7.
Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis deskripsi dengan membandingkan tingkat manajemen reproduksi tiap kelompok serta dinamika dalam kelompok. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil survei menunjukkan bahwa hanya kelompok Basisir Sukajadi yang melakukan seleksi pejantan dan betina yang akan dikawinkan. Kelompok Sumber Alam dan Aliraja tidak melakukan seleksi karena alasan ketersediaan pejantan dan betina unggul yang terbatas, sehingga hanya mengandalkan satu pejantan. Selain itu pengetahuan mengenai pejantan yang unggul dan dapat dijadikan sebagai pemacek belum didapatkan oleh peternak. Peternak kesulitan dalam mencari pejantan dan betina unggul, sementara untuk mendapatkan pejantan unggul menurut Feradis (2014) harus melalui manajemen pemeliharaan pejantan karena sangat menentukan produksi semen dalam hal kualitas maupun kuantitas. Selain itu menurut Murtidjo (1992), kerbau pemacek yang baik berusia 3,5 tahun, bila pemacek terlalu muda maka persentase kebuntingan kecil, anak kerbau lahir tidak normal, berat lahir relatif kecil, dan persentase kematian anak kerbau yang dilahirkan sangat tingi. 1. Pola Kelola Reproduksi Berdasarkan pola kelola reproduksi pada ketiga kelompok peternak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan umur pubertas, Days Open, Service per Conception, angka Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran |5
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
kelahiran (Calving Rate), Calving Interval, dan Mortalitas. Uraian masing-masing aspek dijelaskan pada subbab dibawah ini : (1) Umur Pubertas Menurut Batasamma (2004) dalam Muhakka et al. (2012), pada umumnya kerbau di Indonesia lambat mencapai dewasa kelamin dan lambat dalam bereproduksi, serta jarak yang lama pada waktu kawin setelah beranak. Sifat kurang baik ini akan berkembang lagi jika tidak disertai dengan manajemen pemberian pakan yang baik. Hal tersebut terjadi pada ketiga kelompok peternak kerbau di Kabupaten Lebak bahwa pemberian pakan tidak diatur dan dipelihara secara semiintensif tanpa manajemen pakan yang baik. Umur pertama kali estrus pada kerbau di Kabupaten Lebak yaitu 2,5 tahun, umur tersebut tergolong lambat menurut pendapat Hafez (1993) dalam Pasambe et al. (2008), umur pubertas pada kerbau dicapai pada umur 21 bulan dengan selang beranak 18 bulan. (2) Days Open Pada ketiga kelompok rata-rata tanggal setelah kawin terakhir ke tanggal dikawinkan kembali yaitu 2 bulan. Hal tersebut dipengaruhi oleh manajemen yang dilakukan oleh peternak dalam mengelola reproduksi ternak kerbau. Masa kosong pada ternak kerbau berpengaruh pada kelahiran selanjutnya. Apabila masa kosong lebih lambat atau kurang dari 2 bulan maka akan lebih cepat dikawinkan dan lebih cepat pula mendapatkan anak kerbau. Ketiga kelompok tidak menunjukkan perbedaan mengenai masa kosong ternak kerbau, karena pada ketiga kelompok masih belum melakukan penentuan masa kosong. (3) Service per Conception Pada ketiga kelompok yang diamati rataan S/C sudah baik yaitu didapatkan nilai S/C kurang dari dua. Nilai S/C pada kelompok Basisir Sukajadi yaitu 1,21, kelompok Aliraja 1,5, dan kelompok Sumber Alam 1,67. Hal tersebut dapat terlihat bahwa setiap ternak yang dikawinkan sekali atau dua kali sudah terlihat tanda kebuntingan dengan tidak terjadi berahi kembali, adanya perubahan ambing, berat tubuh meningkat diikuti dengan bertambah besarnya dinding perut. Nilai S/C yang paling baik yaitu pada kelompok Basisir Sukajadi, karena nila S/C lebih kecil, dijelaskan oleh Toelihere (1977), bahwa nilai S/C makin rendah maka makin tinggi kesuburan hewan betina dalam kelompok tersebut, tetapi sebaliknya makin tinggi nilai S/C, maka makin rendah kesuburan hewan betina dalam kelompok tersebut. (4) Angka Kelahiran (Calving Rate) Angka kelahiran ternak di masing-masing kelompok yaitu 75 persen, 20 persen, dan 15 persen. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa angka kelahiran pada kelompok Basisir Sukajadi merupakan angka yang lebih tinggi dari rata-rata
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran |6
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
persentase kelahiran kerbau di Indonesia menurut Hardjosubroto (1984) dalam Komariah et al. (2014) yaitu 54,69 persen. (5) Calving Interval Pada ternak kerbau di tiga kelompok peternak rata-rata jarak antar kelahiran sekitar 1,5 tahun, artinya jarak antar kelahiran pada ketiga kelompok dinilai lama hal tersebut sesuai dengan pendapat Murti dan Ciptadi (1988), bahwa kerbau lumpur mempunyai kisaran jarak satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya 480-912 hari. Menurut Dwi et al. (2012), jarak beranak dipengaruhi oleh berahi pertama setelah melahirkan dan lama bunting. Semakin lama muncul berahi setelah melahirkan maka jarak beranak akan semakin lama. (6) Angka Kematian (Mortalitas) Angka kematian merupakan jumlah ternak yang mati setiap tahun dinyatakan dalam persen. Angka kematian ternak kerbau dari masing-masing kelompok Basisir Sukajadi, Aliraja, dan Sumber Alam yaitu 3,45 persen, 7,69 persen, dan 5 persen. Pada kelompok Basisir Sukajadi dan Sumber Alam memiliki angka mortalitas baik karena dibawah standar angka kematian menurut Hardjosubroto (1984) pada Komariah et al. (2014) yaitu 7,38 persen. 2.
Sanitasi dan Pencegahan Penyakit Secara keseluruhan aspek sanitasi dan pencegahan penyakit pada ketiga kelompok peternak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sanitasi dan Pencegahan Penyakit Kelompok No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Aspek Sistem Pemeliharaan Pengumpulan Feses/minggu Sumber Air Bersih Kerbau dimandikan Sistem Pemberian Pakan Perbedaan Pakan Anak dan Induk Pemberian Suplemen Penyakit yang sering menyerang Penanganan Kerbau Mati Penyebab Kematian Kerbau Pemberian Vaksin Penanganan Kerbau Sebelum Melahirkan Penanganan Kerbau Setelah Melahirkan
BS
AR
SA
Ekstensif Tiap Hari Cukup Tiap Hari Digembalakan Tidak Ada
Semiintensif Tiap Hari Cukup Tiap Hari Campuran Tidak Ada
Semiintensif Tiap Hari Banyak Tiap Hari Campuran Tidak Ada
Pernah Pencernaan
Pernah Pencernaan
Pernah Pencernaan
Dikuburkan Kekurangan Gizi Pernah Diberi perhatian khusus Dipisahkan
Dikuburkan Cacingan
Dikuburkan Cacingan
Pernah Dipisahkan
Pernah Dipisahkan
Dipisahkan
Dipisahkan
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran |7
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
Sanitasi yang dilakukan oleh ketiga kelompok ternak seperti pengumpulan feses secara rutin. Pada ketiga kelompok ternak kerbau pengumpulan feses pada satu tempat dilakukan setiap hari. Namun, pengolahan dan pemanfaatan feses masih kurang karena keterbatasan pengetahuan dan sulitnya lahan untuk mengolah feses menjadi pupuk. Feses yang dikumpulkan didiamkan hingga berminggu-minggu, kadang ada pula yang meminta untuk pupuk perkebunan. Selain pengumpulan feses, sanitasi yang dilakukan yaitu menjaga kebersihan kandang atau lingkungan peternakan serta ternaknya. Menjaga kebersihan kandang atau lingkungan memerlukan air yang tidak sedikit, namun pada ketiga kelompok peternak ketersediaan air disekitar lingkungan peternakan cukup banyak dan tidak pernah kekurangan. Pencegahan penyakit yang dilakukan pada ketiga kelompok peternak dengan menjaga kebersihan lingkungan, ternak, dan peternaknya. Selain itu sistem pemberian pakan sangat penting dalam pencegahan penyakit, karena apabila nutrisi terpenuhi maka penyakitpun sulit menembus pertahanan tubuh ternak. Pada ketiga kelompok ternak kerbau pemberian pakan pada anak dan ternak dewasa tidak dibedakan, alasan peternak adalah kesulitan pakan yang berkualitas dan harga pakan tambahan yang cukup mahal. 3. Pengetahuan Peternak Secara keseluruhan aspek-aspek dalam pengetahuan peternak mengenai manajemen reproduksi ternak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengetahuan Peternak SKOR Kelompok No 1 2 3 4 5 6 7
Aspek Tanda-tanda Berahi Tanda-tanda IB Gagal Waktu dikawinkan saat berahi Total beranak masa produktif Lama siklus Berahi Lama Kebuntingan Lama Menyusui
BS
AR
SA
18 14 11 9 11 19 17
6 4 4 5 2 15 12
6 5 2 3 0 10 12
Keterangan : BS (Basisir Sukajadi), AR (Aliraja), SA (Sumber Alam) Rendah = 7-12, Sedang = >12-17, Tinggi = >17
Pengetahuan peternak mengenai manajemen reproduksi ternak dapat dilihat dari banyaknya hasil penilaian yang didapatkan oleh peternak dalam menjawab pertanyaan. Tabel 2. menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok Basisir Sukajadi lebih baik dari kelompok Aliraja dan Sumber Alam. Pada kelompok Basisir Sukajadi hampir setiap hari dilakukan pertemuan untuk diskusi ataupun melakukan bersama manajemen reproduksi ternak, serta ketua kelompok ternak yang mendapat pelatihan dari dinas sering berbagi ilmu
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran |8
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
pada anggotanya hampir di setiap hari tersebut. Pada kelompok Sumber Alam dan Aliraja juga sering dilakukan diskusi namun tidak sesering pada kelompok Basisir Sukajadi. 4. Dinamika Kelompok Dinamika kelompok yang diamati meliputi tujuh aspek yaitu kepemimpinan, tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi dan tugas, kekompakan kelompok, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, dan suasana kelompok. Hasil survei mengenai kedinamisan kelompok ternak pada ketiga kelompok tergolong sedang dengan nilai yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor terbentuknya kedinamisan dalam kelompok seperti kepemimpinan, pembinaan dan pemeliharaan kelompok. 5.
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak dan Dinamika Kelompok Dari penelitian yang dilakukan pada ketiga kelompok peternak dengan aspek manajemen reproduksi ternak dan dinamika kelompok, didapatkan hasil keseluruhan sebagai berikut : Tabel 3. Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak dan Dinamika Kelompok No 1 2 3
Kelompok Basisir Sukajadi Aliraja Sumber Alam
SKOR Manajemen Reproduksi Ternak 91 80 78
Dinamika Kelompok 34 31 26
Keterangan : Manajemen Reproduksi Ternak (Rendah = 44-74, Sedang = >74-103, Tinggi = >103) Dinamika Kelompok (Rendah = 15-25, Sedang = >25-36, Tinggi = >36)
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa kelompok Basisir Sukajadi (91) merupakan kelompok yang memperoleh hasil penilaian paling tinggi diikuti oleh kelompok Aliraja (80) dan Sumber Alam (78). Walaupun ketiga kelompok berada pada kategori sedang, namun nilai yang diperoleh masing-masing kelompok menandakan bahwa adanya perbedaan dalam melakukan manajemen reproduksi ternak. Hasil penilaian tersebut didapatkan dari berbagai aspek yaitu pola kelola reproduksi, sanitasi dan pencegahan penyakit, serta pengetahuan peternak yang ada pada ketiga kelompok. Pada kelompok Basisir Sukajadi pola kelola reproduksi dilakukan dengan menyeleksi ternak induk untuk dijadikan bibit. Adanya penyeleksian pada ternak induk membuat kelompok Basisir Sukajadi menghasilkan anak yang lebih banyak karena ternak yang sudah diseleksi terjamin kualitasnya. Selain itu kerjasama dalam melakukan sanitasi dan pencegahan penyakit dengan cara menangani langsung ternak yang sakit, memberi perhatian khusus pada ternak bunting, menjaga dan mengamankan lingkungan peternakan serta merawat bersama kebun rumput yang mereka buat sendiri. Service per conception pada kelompok Basisir Sukajadi menunjukan bahwa ternak yang dikawinkan merupakan ternak yang subur, karena semakin rendah nilai S/C maka
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran |9
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
kesuburan ternak kerbau semakin tinggi (Toelihere pada Dwi et al. 2012). Kebanyakan kerbau betina di kelompok Basisir Sukajadi dikawini kerbau jantan sebanyak 1-2 kali. Pada kelompok Aliraja dan Sumber Alam, pola kelola reproduksi dilakukan seadanya dengan tanpa manajemen yang baik, seperti tidak adanya penyeleksian pada ternak induk sehingga angka kelahiran pada kedua kelompok tidak lebih tinggi dari kelompok Basisir Sukajadi. Service per conception pada kedua keompok menjadi lebih tinggi dibandingkan kelompok Basisir Sukajadi. Selain itu penanganan ternak yang sakit serta ternak bunting tidak dilakukan bersama sehingga angka kematian menjadi tinggi serta angka kelahiran menjadi rendah. Sanitasi dan pencegahan penyakit dilakukan oleh masing-masing peternak dan peternak tidak menangani langsung ternak yang sakit, sehingga ternak yang sakit menjadi lebih parah dan yang parah menyebabkan kematian pada ternak. Pengetahuan peternak mempengaruhi pelaksanaan manajemen yang dilakukan pada suatu kelompok. Dari ketiga kelompok yang diteliti bahwa kelompok Basisir Sukajadi adalah kelompok yang selalu diskusi sehingga peternak saling bertukar informasi mengenai manajemen, sanitasi dan pencegahan penyakit. Setiap hari peternak di kelompok Basisir Sukajadi berkumpul di saung pertemuan untuk belajar atau sekedar mengobrol dan makan bersama. Hal tersebut dilakukan rutin sebelum peternak pergi membawa kerbau untuk digembalakan. Sementara pada kelompok Aliraja pertemuan untuk berdiskusi dilakukan saat setelah adanya pelatihan dari Dinas Peternakan. Pada kelompok Sumber Alam kegiatan diskusi dan kumpul hanya dilakukan ketika ada petugas dari Dinas maupun dari penyuluh. Hal tersebut yang membuat peternak minim pengetahuan mengenai manajemen pada ternak khususnya manajemen reproduksi ternak kerbau. Hasil penilaian pada aspek dinamika kelompok didapatkan kelompok Basisir Sukajadi yang memperoleh hasil tertinggi (34), kelompok Aliraja memperoleh hasil tertinggi kedua (31), dan kelompok Sumber Alam memperoleh hasil tertinggi ketiga (26). Manajemen reproduksi ternak pada ketiga kelompok peternak didukung oleh tinggi atau rendahnya dinamika dalam suatu kelompok. Hasil yang diperoleh didasarkan pada tujuh aspek dinamika kelompok yang menunjukkan kedinamisan suatu kelompok peternak. Kepemimpinan pada kelompok Basisir Sukajadi merupakan kepemimpinan yang lebih baik dari kelompok Aliraja dan Sumber Alam. Ketua kelompok Basisir Sukajadi selalu mengayomi dan merangkul peternak yang mayoritas lebih berpengalaman dalam mengurus ternak kerbau. Namun, ketua kelompok tidak merasa bahwa kelompok mengalami kendala, hal tersebut menjadi kekuatan kelompok dalam menjalankan kegiatan-kegiatan manajemen. Dibentuknya kelompok Basisir Sukajadi bukan tanpa alasan, tapi kelompok Basisir Sukajadi dibentuk atas dasar kesadaran para peternak kerbau di Desa Sukajadi. Pembentukan kelompok karena atas dasar kesadaran sendiri membuat para peternak berfikir untuk memperbaiki lebih baik dan lebih baik lagi agar ternak dan kelompok memperoleh keuntungan baik secara ekonomis maupun secara prestasi.
F a k u l t a s P e t e r n a k a n U n i v e r s i t a s P a d j a d j a r a n | 10
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
Berbeda dengan kelompok Aliraja dan Sumber Alam, kedua kelompok dibentuk karena pada tahun 2014 akan adanya bantuan bibit kerbau namun hanya akan turun pada peternak yang tergabung dalam kelompok. Sehingga kedua kelompok menjalankan kegiatan manajemen peternakan hanya karena bantuan. Disamping itu saat ini pemerintah memiliki program Sentra Peternakan Rakyat (SPR), sehingga membuat kelompok peternak semangat untuk menjalankan kegiatan peternakan. Namun dengan adanya program tersebut membuat peternak hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah, sehingga tidak melihat dan memperhatikan manajamen yang seharusnya dilakukan agar peternakan kerbau lebih baik dan populasi ternak kerbau meningkat. KESIMPULAN (1) Perbandingan manajemen reproduksi ternak kerbau pada ketiga kelompok peternak kerbau di Kabupaten Lebak Provinsi Banten menunjukkan bahwa kelompok Basisir Sukajadi lebih baik dari kelompok Aliraja dan Sumber Alam. (2) Perbandingan dinamika kelompok pada ketiga kelompok peternak kerbau di Kabupaten Lebak Provinsi Banten menunjukkan bahwa kelompok Basisir Sukajadi, lebih baik dari kelompok Aliraja dan kelompok Sumber Alam. SARAN (1) Perlu adanya perbaikan manajemen reproduksi ternak pada ketiga kelompok, perlu adanya pendampingan mengenai manajamen reproduksi yang baik. (2) Mahasiswa lain dapat melakukan penelitian di daerah Kabupaten Lebak baik mengenai kelompok peternak yang termasuk kedalam pembentukan SPR (Sentra Peternakan Rakyat) maupun mengenai pengembangan peternakan kerbau bidang reproduksi. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada anggota kelompok peternak kerbau Basisir Sukajadi, Aliraja, Sumber Alam, Dinas Peternakan Kabupaten Lebak, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Arman, C. 2003. Penyigian Karakteristik Reproduksi Kerbau Sumbawa. Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Dalam Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. 2013. Hasil Sensus Pertanian 2013. Banten. No.58/12/36/Th.VII, 2 Desember 2013. Danim, S. 1997. Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Bumi Aksara. Jakarta.
F a k u l t a s P e t e r n a k a n U n i v e r s i t a s P a d j a d j a r a n | 11
Identifikasi Manajemen Reproduksi Ternak pada Tiga Kelompok Peternak…………Uswatun Hasanah
Dwi, W.S., G. Ciptadi, dan Suyadi. 2012. Performan Reproduksi Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Malang. Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Feradis. 2014. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Alfabeta. Bandung. Komariah, Kartiarso, dan Maria, L. 2014. Produktivitas Kerbau Rawa di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaimantan Timur. Buletin Peternakan Vol. 38(3): 174-181, Oktober 2014. Bogor. Kusnadi U., D.A. Kusumaningrum., R.S. Sianturi., dan E. Triwulaningsih. 2005. Fungsi dan Peranan Kerbau dalam Sistem Usahatani di Provinsi Banten. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. Bogor. Muhakka, Riswandi, dan Indra, A. 2012. Karakteristik Morfologis dan Reproduksi Kerbau Pampangan di Provinsi Sumatera Selatan. Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan. Murti, T. W. dan G. Ciptadi. 1988. Kerbau Perah dan Kerbau Kerja. Penerbit Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Hal : 34-36, 55-60. Murtidjo, B A. 1992. Memelihara Kerbau. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Nuraini, H., E. Andreas, dan C. Sumantri. 2010. Karakterisitik Karkas Kerbau Rawa di Kabupaten Pandeglang, Banten. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pasambe, D., Sariubang., M. Sahardi, dan N. Tambing. 2008. Tampilan Reproduksi dan Produksi Kerbau Lumpur di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi. Makassar. Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel. UNPAD Press. Bandung. Rusidi. 1981. Kelompok dan Dinamikanya. Program Pendidikan Diploma Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung. Singarimbun, M., dan E. Sofian. 1989. Metode Penelitian Survei Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistik. Tarsito. Bandung. Toelihere, M. R. 1977. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung. Hal : 174-175.
F a k u l t a s P e t e r n a k a n U n i v e r s i t a s P a d j a d j a r a n | 12