“HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN DISMENORE DI SMP ST. VINCENTIUS JAKARTA” 2015 “RELATIONSHIP BETWEEN STRESS LEVELS WITH DYSMENORREA AT SMP ST.VINCENTIUS JAKARTA” 2015
OLEH: HARTI JULIARNI DAELI MURNI HARTATI WILHELMUS HARY SUSILO
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIK SINT CAROLUS, JAKARTA JUNI,2015
1. Mahasiswa STIK Sint Carolus 2. Dosen tetap STIK Sint Carolus 3. Dosen tidak tetap STIK Sint Carolus
ABSTRAK Remaja yang sehat merupakan generasi yang dibutuhkan dalam kelangsungan perkembangan suatu bangsa. Saat remaja banyak masalah yang ditemukan salah satunya adalah dismenore. Dismenore adalah nyeri diperut bagian bawah, menyebar ke daerah pinggang, dan paha saat menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan dismenore pada remaja putri di SMP St. Vincentius Jakarta Timur. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain potong lintang atau cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 106 responden dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan 22 Februari 2015. Analisa dilakukan dengan distribusi frekuensi dan uji kendall’s tau b. Hasil penelitian ini, persentase terbanyak yang mengalami stres ringan 57,0%, dan yang mengalami dismenore 50,5%. Hasil analisa bivariat ditemukan ada hubungan antara tingkat stres dengan dismenore p value = 0,000. Saran yang dapat diberikan kepada guru dan staf di SMP St. Vincentius agar meningkakan pemahaman tentang
dismenore dan memberikan penyaluhan
kepada siswi tentang penyebab dismenore dan cara mengatasi penyebab dismenore yang dialami oleh remaja putri.
Kata kunci: remaja, menstruasi, dismenore, stres.
PENDAHULUAN Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang sempurna dan bukan sekedar tidak ada penyakit atau kelemahan. Remaja yang sehat merupakan generasi yang dibutuhkan dalam kelangsungan perkembangan suatu bangsa. Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Narendra, 2010). Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10-19 tahun adalah 22%, yang terdiri dari 50,9% ramaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Soetjiningsih, 2010) Perubahan biologis yang di alami oleh remaja putri salah satunya adalah mengalami menstruasi. Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004). Pada saat menstruasi masalah yang dialami banyak wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat. Hal ini biasa disebut dismenore (dysmenorrhoea). Dismenore adalah nyeri diperut bagian bawah, menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa hari sebelum dan selama menstruasi (Wiknojosastro, 2005). Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60%. Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa beraktifitas karena nyerinya. (Proverawati dan Misaroh, 2009). Studi epidemiologi di Swedia juga melaporkan angka prevalensi nyeri menstruasi sebesar 80% remaja usia19-21 tahun mengalami dismenore, 15% membatasi aktivitas harian ketika menstruasi dan membutuhkan obat-obatan penangkal nyeri , terdapat 8-10% tidak mengikuti atau masuk sekolah dan hampir 40% memerlukan pengobatan medis. (DitoAnurogo, 2011).
Sementara di Indonesia diperkirakan 55% wanita usia produktif tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian dismenorea tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya adalah tipe sekunder (Proverawati, 2009) Hasil penelitian Handayani, 2012 menyatakan prevelensi dismenore pada remaja di kota Surakarta adalah 87,7% dan remaja tetap beraktivitas saat terjadinya disminore dan 12,2% yang menggunakan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Biasanya gejala disminore primer terjadi pada wanita usia produktif 3 -5 tahun setelah mengalami haid pertama dan wanita yang belum pernah hamil (Journal Occupational and Enviromental, 2008). Salah satu penyebab dismenorea adalah faktor psikis. Salah satu faktor psikis tersebut adalah stres (Wijayanti, 2009). Stres merupakan suatu respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang dapat mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (Santrock, 2004). Stres dapat mengganggu kerja sistem endokrin sehingga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit saat menstruasi atau dismenorea (Hawari, 2008). Tingkat insiden tertinggi dismenorea terjadi pada perempuan yang mempunyai tingkat stres sedang hingga tinggi dibanding dengan perempuan yang mempunyai tingkat stres rendah. Dismenorea yang terjadi pada perempuan dengan tingkat stres rendah sebesar 22%, dengan tingkat stres sedang 29% dan perempuan dengan tingkat stres tinggi sebesar 44% (Wangsa, 2010). Respon stres dari setiap orang sangat berbeda-beda yaitu karena kondisi kesehatan, kepribadian, pengalaman pertama saat mengalami dismenore, mekanisme koping, pengetahuan, tingkat pendidikan, usia, besar stresor, dan kemampuan pengelolaan emosi dari masing- masing individu. Di SMP St. Vincentius mayoritas pelajar adalah siswi, kegitan di Sekolah yang cukup padat maka resiko mengalami stres semakin tinggi. Rumusan Masalah Melihat fenomena bahwa meningkatnya kejadian dismenorea pada remaja putri dan tingkat stres yang tinggi, maka pertanyaannya adalah apakah ada hubungan antara stres dengan dismenore pada siswi SMP St. Vincentius?
Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan dismenore pada siswi di SMP St.Vincentius 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya tingkat stres pada siswi kelas VIII, XI di SMP St.Vincentius b. Diketahuinya kejadian dismenore pada siswi kelas VIII, XI di SMP St.Vincentius c. Diketahuinya hubungan antara tingkat stres dengan dismenore pada siswi kelas VIII, XI di SMP St.Vincentius Manfaat penelitian 1. Bagi petugas kesehatan sekolah Memberikan pengetahuan tentang penyebab dismenore dan cara mengatasi penyebab dismenore yang dialami oleh remaja putri. 2. Bagi siswi SMP St. Vincentius Meningkatkan sumber informasi dan pengetahuan tentang masalah-masalah yang dialami remaja putri khususnya dismenore dan meberikan penjelasan-penjelasan tentang penyebab dismenore dan cara mengatasi penyebab dan gejala 3. Bagi institusi pendidikan STIK Sint Carolus Dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai adanya hubungan antara tingkat stres dengan dismenore 4. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti menyadari bahwa dalam proses penelitian ini ada kekurangan yang telah dijelaskan dalam keterbatasan penelitian, oleh karena itu, peneliti berharap agar kekurangan dalam penelitian ini dapat diperbaiki oleh peneliti selanjutnya tentang factor-faktor lain yang bisa menyebabkan dismenore seperti riwayat keluarga, dll.
Ruang lingkup penelitian Peneliti akan meneleti hubungan antara tingkat stres pada remaja dengan dismenore. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 Februari 2015 di sekolah SMP St. Vincentius, dengan responden penelitian adalah semua
remaja siswi kelas VIII, XI SMP St.
Vincentius yang mengalami dismenore. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode pendekatan deskriptif korelatif untuk mendeskripsikan tingkat stres dan disminore.
METODE PENELITIAN Desain penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang atau cross-sectional dengan metode kuantitatif deskriptif. Desain ini dipakai untuk menghubungkan antara variabel tingkat stres dangan tingkat dismenore di SMP St. Vincentius Populasi dan sampel Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi peneliti adalah semua semua siswi kelas VIII, kelas IX SMP St. Vincentius yang berjumlah 106 siswi. Teknik dalam pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Sampel dalam penelitian ini semua semua siswi kelas VIII, kelas IX SMP St. Vincentius. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode non random sampling yaitu purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP St. Vincentius pada bulan januari s/d februari 2015 Sebelum penelitian dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan uji coba terhadap instrument (kuesioner) terlebih dahulu, untuk mengetahui validitas, reliabilitas kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada 20 responden sesuai kriteria inklusi dalam penelitian dan dicantumkan nilai validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SMP Bhakti Cawang Jakarta Timur pada tanggal 28 Agustus 2014. Uji Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan apakah alat ukut
benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan tabel r, untuk kuesioner dismenore jumlah item pertanyaan sebanyak 22 (n = 22) maka diperoleh nilai df = n - 2 atau 22 – 2 = 20, maka nilai tabel r pada df 20 adalah 0,359. Hasil 0,359 dibandingkan dengan tiap item pernyataan yang sudah dianalisis dalam SPSS 20 dan dikatakan valid apabila nilainya > 0,359. Hasil uji validitas didapatkan 9. pertanyaan dengan 4 pertanyaan marjinal (mendekati nilai r). Maka jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian sebanyak 13 pertanyaan. Sedangkan kuesioner stres jumlah item pertanyaan sebanyak 48 (n = 48) maka diperoleh nilai df = n - 2 atau 48 – 2 = 46, maka nilai tabel r pada df 48 adalah 0,240. Hasil 0,240 dibandingkan dengan tiap item pernyataan yang sudah dianalisis dalam SPSS 20 dan dikatakan valid apabila nilainya > 0,240. Dari hasil uji validitas jumlah pertanyaan yang valid ada 34 pertanyaan. Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana satu alat ukur dapat di percaya dan dapat di andalkan (Notoatmodjo, 2010) dan untuk menguji reabilitas adalah dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Hasil uji reliabilitas kuesioner stres didapatkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,887. Nilai 0,887 > 0,60 maka kuesioner dapat digunakan dalam penelitian. Sedangkan kuesioner dismenore didapatkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,634. Nilai 0,634 > 0,60 maka kuesioner dapat digunakan dalam penelitian. Analisa data 1.
Univariat Analisa univariat digunakan untuk untuk melihat distribusi frekuensi dan presentase dari variabel stres dan dismenore.
2.
Bivariate Analisa bivariate digunakan untuk melihat hubungan Antara dua variable yaitu variable independen dan dependen. Untuk membuktikan adanya hubungan antara dua variable tersebut dilakukan uji satistik. Uji statistik yang digunakan adalah Kendall’s tau b. Kendall’s tau b digunakan karena membandingkan skala ukur ordinal dan ordinal. Pada analisis bivariat menggunakan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95% dengan 0,05 (jika p value < 0,05 maka artinya ada hubungan
bermakna antar variabel, jika p value > 0,05 maka artinya tidak ada hubungan bermakna antar variabel). Uji statistik yang digunakan yaitu Rumus Kendal’s tau b
Keterangan: S: selisih antara jumlah data yang lebih besar dengan jumlah data yang lebihkecil n: jumlah data Pada uji kendall’s tau b tingkat keeratan hubungan di lihat dari nilai tau b. Apabila nila tau b > 0.5 maka menunjukan tingkat keeratan antara hubungan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan memberikan gambaran mengenai tempat penelitian serta hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian dilakukan di SPM St. Vicentius Jakarta Timur yang dilaksanakan pada tanggal 22-24 Februari 2015. Penelitian ini menggunakan responden 106 siswi yang telah memenuhi Kriteria yang diajukan peneliti. ANALISA UNIVARIAT STATISTIK DESKRIPTIF Data yang diporeleh peneliti dalam penelitian meliputi variable independen yaitu stress serta variable dependen yaitu dismenore pada remaja putrid di SMP St. Vincentius. 1.
Kejadian stres Tabel V.1 Distribusi frekuensi karakteristik kejadian stres Tingkatan stress
Frekuensi
persentasi
Stres ringan
61
57,0%
Stres berat
45
42,1%
Total
106
100%
(sumber : data primer yang diolah) Dari table V.1 dapat dilihat bahwa mayoritas siswi (57,0%) mengalami stres ringan.
2.
Kejadian Dismenore Tabel V.2 Distribusi frekuensi karakteristik kejadian dismenore kejadian dismenore
Frekuensi
Persentasi
Dismenore ringan
52
48,6%
Dismenore berat
54
50,5%
Total
106
100%
3. (sumber : data primer yang diolah) Dari table V.2 dapat dilihat bahwa mayoritas siswi mengalami dismenore berat.
Hubungan antara tingkat stress dengan dismenore
No.
Stress
Kejadian
Disminore
Pada Total
P
Remaja Disminore
value Disminore Berat
Ringan
1 Stres Ringan
N
%
N
%
N
%
39
63,9
22
36,1
61
100
13
28,9
32
71,1
45
100
52
49,1
54
50,9
106
100
0,000
Stres Berat 2
Total
(sumber : data primer yang diolah)
Berdasarkan table V. 3 diketahui bahwa dari 61 responden yang mengalami stress ringan 63,9% yang mengalami dismenore ringan, sedangkan sisanya 36,1% mengalami dismenore berat. Pada responden yang mengalami stres berat dari 45 responden terdapat 28,9% yang mengalami dismenore ringan, sisanya 71,1% mengalami dismenore berat. Berdasarkan uji kendall’tau–b didapat bahwa p value =0,000 karena p value <0,05 maka Ha diterima atau
dengan kata lain ada hubungan bermakna antara faktor stres dengan dismenore pada remaja putri SMP St. Vincentius Jakarta. Menurut (Demers et al. 1985 dalam buku reeder 2011) nyeri berlokasi di area suprapubis, dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram, atau tumpul dan sakit. Sering kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakraiis. Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, diare, dan kelabilan emosi selama menstruasi. Hubungan antara stres dengan dismenorea adalah stres merupakan suatu respon alami dari tubuh kita ketika mengalami tekanan dari lingkungan. Dampak dari stres beraneka ragam, dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik. Salah satu dampak dari stress terhadap kesehatan adalah dismenorea (Wangsa, 2010). Saat seseorang mengalami stres terjadi respon neuroendokrin sehingga menyebabkan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) yang merupakan regulator hipotalamaus utama menstimulasi sekresi Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan sekresi kortisol adrenal. Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini menyebabkan sintesis dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah meningkatkan sintesis prostaglandin F2ά dan E2. Ketidakseimbangan antara prostaglandin F2ά dan E2 dengan prostasiklin (PGI2) menyebabkan peningkatan aktivasi PGF2ά. Peningkatan aktivasi menyebabkan iskemia pada sel-sel miometrium dan peningkatan kontraksi uterus. Peningkatan kontraksi yang berlebihan menyebabkan dismenorea (Hendrik, 2006; Wang, 2004). Menurut (Wijayanti, 2009) Salah satu penyebab dismenorea adalah faktor psikis. Pendapat ini sejalan dengan (Hawari, 2008) bahwa stres dapat mengganggu kerja sistem endokrin sehingga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit saat menstruasi atau dismenorea Menurut (Puji, 2009) tanda pertama yang menunjukan keadaan stres adalah adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan meningkat. Disisi lain saat stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri.
Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika menstruasi Penelitian ini didukung oleh Melina (2011), yang menyatakan ada hubungan positif yang kuat dan signifikan antara stres dengan kejadian dismenore di SMK N 1 Karanganyar. Dan hasil penelitian Sri Pruwanti (2008), dari hasil penelitian didapat p value 0,027 yang menunjukan terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore pada remaja putrid di SMK Hidayah Banyumanik. Peneliti berasumsi bahwa remaja yang mengalami stres rentan terhadap kejadian dismenore. Semakin tinggi tingkat stres yang dirasakan oleh remaja putri maka kejadian dismenore pada remaja putri semakin tinggi. Hal ini dipengaruhi karena remaja siswi kelas VIII yang akan mengahadapi ujian semester, siswi kelas IX yang akan menghadapi UN, ditambah jadwal pelajaran yang padat, dan tugas-tugas yang diberikan dikelas.
A.
Keterbatasan peneliti
Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan jauh dari kesempurnaan dan hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1.
Instrument penelitian Dalam pembuatan instrument penelitian sejalan pada teori tentang dismenore. Instrument ini telah dilakukan uji validitas dan reabilitas serta tellah memenuhi syarat. Namun ada 3 pertanyaan yang marjinal sehingga peneliti melakukan perbaikan. Meskipun telah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya masih ada kemungkinan menimbulkan bias.
KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan penelitian mencakup kesimpulan hasil pembahasan yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan dan hipotesis penelitian serta beberapa saran peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan antara tingkat stres dengan dismenore di SMP St.Vincentius A. Kesimpulan Peneliti telah melakukan penelitian berjudul hubungan antara tingakat stres dengan dismenorea pada remaja putri di SMP St.Vincentius. Jumlah responden penelitian 106 orang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari 106 responden di SMP St.Vincentius persentase terbesar yang mengalami stres ringan sebesar 57,0%, dan angka yang mengalami dismenorea berat sebesar 50,5%. 2. Diketahui bawha ada hubungan yang bermakna antara stres dengan dismenorea pada remaja putri di SMP St. Vincentius ( p value 0,000 < 0,05). Diketahui bahwa semakin tingg remaja yang mengalami stres maka kejadian dismenore akan semakin tinggi. menurut (Hawari, 2008) Stres dapat mengganggu kerja sistem endokrin sehingga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit saat menstruasi atau dismenorea. Pendapat ini sejalan dengan (Wangsa, 2010) bahwa dismenorea yang terjadi pada perempuan dengan tingkat stres rendah sebesar 22%, dengan tingkat stres sedang 29% dan perempuan dengan tingkat stres tinggi sebesar 44%.
B. Saran 1. Bagi guru dan staf di Sekolah Meningkatkan pemahaman tentang dismenore dan memberikan penyuluhan pengetahuan kepada siswi tentang penyebab dismenore dan cara mengatasi penyebab dismenore yang dialami oleh remaja putri. 2. Bagi siswi SMP St. Vincentius Diharapkan siswi dapat menerapkan cara mengatasi dismenore tanpa mengkonsumsi obat, tetapi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat dan olahraga cukup. 3. Bagi institusi pendidikan STIK Sint Carolus
Meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dan penyebabnya dengan melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah tentang dismenore 4. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti menyadari bahwa dalam proses penelitian ini ada kekurangan yang telah dijelaskan dalam keterbatasan penelitian, oleh karena itu, peneliti berharap agar kekurangan dalam penelitian ini dapat diperbaiki oleh peneliti selanjutnya tentang factor-faktor lain yang bisa menyebabkan dismenore seperti riwayat keluarga, dll.
Daftar Pustaka
Bobak (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC Brunner, L.S Suddarth, D.S. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisologi . Jakarta : EGC Hawari, Dadang. (2001). Stres & Koping. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa Hendrik. (2006). Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian Dismenorea. (Skripsi). Surakarta : Fakultas Kedokteran Surakarta. Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Hurlock, Elizabeth Bergner. (2007). Psikologi Perkembangan: “Suatu Pendekatan Jakarta. Hal. 87–88. Alih bahasa: Lilian Juwono. Kozier. (2011). Fundamental Keperawatan. Ed.7. Jakarta: EGC Kusmiran Eny. ( 2007). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika Leppert, Phyllis. (2004). Primary Care for Women 2th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Manuaba, Ida Bagus Gde (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan Mary Baradero. Dkk. (2007). Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualaitas.Jakarta: EGC Nasir, Abdul. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika Nerandra, B. Moersintowarti. Dkk. (2010). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Jogjakarta : Andi Offset Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Ilmu Kesehatan Yasyarakat. Jakarta : EGC Polit, F. D & Hungler, B. P. (2012). Nursing Research: Princiles and Methods.(6 th ed). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Potter & Perry. (2005). Fundamental of nursing: Concept, Process, & Practice. (Asih, Y. et. All, Penerjemah). Jakarta: EGC Proverawati. (2009). Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Numed Puji Istiqomah. 2009. Keefektifan Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri di SMU N5 Semarang. http://undip.ac.id/9253/1/ARTIKEL_SKRIPSI234.pdf. Diunduh pada tanggal 21 April 2015. Rasmun . 2004. Stres, koping, adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan. Jakarta: Sagung Seto Reeder Sharon J. (2011). Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita,Bayi dan Keluarga. Jakarta : EGC Robert M, Youngson. (2002). Kesehatan Wanita A-Z. Penerbit Arcan. Santrock, John. W. (2003). Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwono prawirohardjo. (2010). Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sepanjang Rentang Kehidupan”. Jakarta: Penerbit Erlangga Smeltzer, Suzanne C Brenda G.B. (2009). Brunner and Suddarth; Textboook of MedicalSurgical Nursing. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta :EGC. Soetjiningsih (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Susilo. (2013). Prinsip-prinsip Biostatistika dan Aplikasi SPSS pada Ilmu Keperawatan. Jakarta: In Media Wangsa. (2010). Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian Dismenorea. (Skripsi). Srakarta : Fakultas Kedokteran Surakarta.
Wiknjosastro, Dkk. (2005). Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC