HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TUNTUTAN SEKOLAH DENGAN LAMA DISMENORE PADA KEJADIAN DISMENORE BERAT DI SMPN 3 UNGARAN Mariatun*) Raharjo Apriyatmoko, S.KM., M.Kes**), Sukarno, S.Kep., Ns**) *) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK For a student, entering school is a pleasant experience, but at the same time it is thrilling, stressful, and even can cause anxiety. This research aims to determine the correlation between the adjustment ability toward the assignments at school with the duration of dysmenorrhea of severe dysmenorrhea at Junior High School 3 Ungaran This research used correlational study with cross sectional approach. The data collecting used questioners. The population in this research was female students at Junior High School 3 Ungaran who had got menstruation as many as 248 female students and sampling technique used purposive sampling with 34 respondents. The data were statistically analyzed by using Kendall tau test. The results show that the p value is 0.003 (p <0.05) it means that Ho is rejected. It shows that there is a significant correlation between the adjustment ability toward the assignments at school with the duration of dysmenorrhea of severe dysmenorrhea at Junior High School 3 Ungaran in 2013. It is expected that the female students in the school can implement the demands of school's, there are physical demands, assignments, roles and interpersonal demands an also can divert the pain by finding other activities, using relaxation techniques or other ways, so that the students can study normally.
Literatures
: 24 books (2000-2012)
Keywords
: The adjustment ability , Assignments at school, Duration of dysmenorrhea
PENDAHULUAN Dismenore adalah gangguan nyeri menstruasi yang sifatnya subyektif ditandai dengan rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid sehingga banyak diantara wanita yang mengalaminya terpaksa untuk istirahat untuk beberapa jam atau beberapa hari (Purwaningsih & Siti 2010). Sindrom ini dapat dimulai dari 2 hari sebelum awitan haid dan hilang dalam 2-4 hari atau menjelang akhir hari Sedangkan menurut Wiknjosastro (1999) yang dikutip oleh Judha M, dkk (2012), mengatakan salah satu penyebab dari dismenore yaitu berasal dari faktor kejiwaan karena dismenore mudah terjadi pada seseorang yang emosionalnya tidak stabil, serta mereka tidak dapat penerangan yang baik tentang proses haid, sedangkan menurut Desmita, (2012) mengatakan semakin baik kemampuan penyesuaian diri seseorang akan semakin mudah untuk menghadapi rasa sakit. Sebaliknya jika seseorang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat memberikan dampak yang lebih lama tehadap rasa sakit yang dialaminya. Dismenore mempunyai insiden tertinggi pada wanita yang mempunyai tingkat stres sedang hingga tinggi dibanding dengan wanita yang mempunyai tingkat stres rendah. Dismenore terjadi pada wanita dengan tingkat stres rendah sebesar 22%, dengan tingkat stres sedang 29% dan wanita dengan tingkat stress tinggi sebesar 44%. Akan tetapi risiko untuk mengalami dismenore ini meningkat hingga 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai riwayat dismenore dan stress tinggi sebelumnya, dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat tersebut sebelumnya. (Noviana, 2008). Menurut Desmita, (2012) penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mangatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,
ketegangan-ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana dia tinggal, sedangakan tuntutan sekolah yang dimaksud disini yaitu lebih difokuskan pada tugas sekolah dan tuntutan dari guru-guru. Adanya tuntutan tugas sekolah ini disatu sisi merupakan aktivitas sekolah yang sangat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan siswa, namun disisi lain tuntutan sekolah tersebut menimbulkan perasaan tertekan dan kecemasan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan siswa baik fisik maupun psikologis. Namun orang yang mampu menyesuaikan diri, tidak selalu memnghindari munculnya tekanan dan kecemasan. Kadang mereka justru belajar untuk mentoleransi tekanan dan kecemasan yang dialami dan mau menunda pemenuhan kepuasan selama itu diperlukan demi mencapai tujuan tertentu yang lebih penting sifatnya. Penundaan tehadap pemenuhan kepuasan dan mentoleransi terjadinya tekanan dan kecemasan. Sebagai akibat penundaan tersebut hanya dapat dilakukan dengan orang yang bersangkutan memiliki kontrol diri tidak mudah dilakukan oleh setiap orang, karena pada dasarnya kontrol diri bekerja bertentangan dengan prinsip kenikmatan atau kecendrungan orang untuk menghindari rasa sakit atau nyeri sehingga siswa yang mampu menyesuaiakan diri dengan baik tidak mengalami rasa nyeri atau sakit yang lebih lama dibandingkan dengan siswasiswa yang belum menyesuaiakan dirinya baik di sekolah, rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Sehingga semakin baik kemampuan penyesuaian diri sisiwa akan semakin mudah untuk menghadapi rasa sakit. Sebaliknya jika siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat memberikan dampak yang lebih
lama tehadap rasa nyeri yang dialaminya. (Desmita, 2012). Hasil studi yang lain juga menunjukan bahwa hampir 10% remaja yang dismenore mengalami absence rate 1-3 hari perbulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari- hari akibat nyeri hebat (Poureslami, dkk dalam sulastri 2006). Hal ini diperkuat oleh jarret, dkk dalam sulastri (2006) tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit berat sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMP 3 Ungaran mengatakan bahwa banyak diantara siswi-siswinya yang mengeluh nyeri ketika haid,. Hampir 50% dari sisiwinya pernah mengalami rasa nyeri ketika menstruasi, akan tetapi sekitar 35% dari mereka dapat mengikuti proses pembelajaran yang ada di sekolah dan 10-15% tidak mampu mengikuti proses pembelajaran. Lama tingkat dismenore yang terjadi pada sisiwi SMP 3 sangat beragam, ada sisiwi yang absen sekolah hanya 1- 2 hari dan ada juga siswi yang absen sekolah sampai dengan lebih dari 3 hari. Dari hasil wawancara dari beberapa siswi yang pernah mengalami dismenore mengatakan hampir setiap bulan mereka selalu mengeluh nyeri hebat yang pada akhirnya mereka mengambil tidakan untuk meminum obat pereda nyeri, akan tetapi beberapa diantara mereka mengatakan berusaha untuk mengalihkan rasa nyeri yang diderita dengan mengerjakan kegiatankegiatan seperti bermain dengan teman, mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah, akan tetapi dengan seperti itu mereka tetap saja merasakan nyeri. Hingga akhirnya mereka terpaksa untuk istirahat dalam
beberapa jam bahkan sampai dengan beberapa hari. Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kemampuan penyesuaian diri sisiwi terhadap tuntutan sekolah dengan lama dismenore. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabelvariabel baik bebas maupun terikat. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional, yaitu tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2008). Populasi penelitian ini adalah siswi kelas VIII dan IX yang mengalami menstruasi di SMPN 3 Ungaran. Jumlah siswi yang sudah mengalami menstruasi adalah 248 orang. Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008). Jumlah sampel yang ditemukan sebanyak 40 siswi yang mengalami dismenore berat, akan tetapi peneliti tetap menggunakan sampel sesuai dengan perencanaan dan perkiraan awal yaitu sebanyak 34 siswi yang mengalami dismenore berat, cara pengambilan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang kemampuan penyesuaian diri terhadap tunttan sekolah. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian telah dilakukan uji
validitas. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kendal Tau, dengan Koefisien kendall tau (-1<0<1) dengan ketentuan p value < 0,05. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Kemampuan Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Sekolah Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemampuan Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Sekolah pada Siswi SMPN 3 Ungaran, 2013 Kemampuan Persentase Penyesuaian Frekuensi (%) Diri Kurang 3 8,8 Cukup 12 35,3 Baik 19 55,9 Jumlah
34
100,0
Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah pada siswi di SMPN 3 Ungaran, dalam kategori baik, yaitu sejumlah 19 orang (55,9%), dalam kategori cukup sebanyak 12 orang (35,3%) sedangkan yang termasuk dalam kategori kurang sebanyak 3 orang (8,8%). 2. Lama Dismenore. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Desminore pada Siswi SMPN 3 Ungaran, 2013 Lama Persentase Frekuensi Desminore (%) Cepat ≤ 3 hari 26 76,5 Lama > 3 hari 8 23,5 Jumlah
34
100,0
Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa siswi SMPN 3 Ungaran mengalami nyeri dismenore dalam kategori yang cepat (≤ 3 hari), yaitu sejumlah 26 siswi (76,5%), sedangkan yang termasuk dalam kategori lama (> 3 hari) yaitu sebanyak 8 orang (23,5%).
B. Analisis Univariat Tabel 5.3 Hubungan antara Kemampuan Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Sekolah dengan Lama Dismenore pada Kejadian Dismenore Berat di SMPN 3 Ungaran, 2013 p value = 0,022 =-0,196 Lama Dismenore Kemampuan Penyesuaian Cepat Lama Diri F % f % Kurang 1 33,3 2 66,7 Cukup 7 58,3 5 41,7 Baik 18 94,7 1 5,3 Jumlah 26 29,6 8 23,5 Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa nyeri dismenore dalam kategori cepat lebih banyak terjadi pada siswi dengan kemampuan penyesuaian diri baik sejumlah 94,7% dibandingkan siswi dengan kemampuan penyesuaian diri cukup sejumlah 58,3% ataupun siswi dengan kemampuan penyesuaian diri kurang sejumlah 33,3% Berdasarkan uji Kendal Tau didapat nilai korelasi = -0,491 dengan p-value 0,003. Oleh karena p-value = 0,003 < α (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah dengan lama dismenore pada kejadian dismenore berat di SMP 3 Ungaran. Hubungan ini memiliki arah negatif, artinya jika kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah semakin baik, maka nyeri dismenore akan semakin cepat. PEMBAHASAN A. Gambaran Kemampuan Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Sekolah pada Kejadian Dismenore Berat Di SMPN 3 Ungaran Dari uraian tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, yaitu sebanyak 19 orang (55,9%) yang termasuk dalam kategori
Total f 3 12 19 34
% 100 100 100 100
baik, sedangkan 12 orang (35,3%) termasuk dalam kategori cukup dan 3 orang (8,8%) dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang lemah dalam kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah ketika mereka dalam keadaan dismenore berat. Penundaan tehadap pemenuhan kepuasan dan mentoleransi terjadinya tekanan dan kecemasan. Sebagai akibat penundaan tersebut hanya dapat dilakukan dengan orang yang bersangkutan memiliki kontrol diri tidak mudah dilakukan oleh setiap orang, karena pada dasarnya kontrol diri bekerja bertentangan dengan prinsip kenikmatan atau kecendrungan orang untuk menghindari rasa sakit atau nyeri sehingga siswa yang mampu menyesuaiakan diri dengan baik tidak mengalami rasa nyeri atau sakit yang lebih lama dibandingkan dengan siswasiswa yang belum menyesuaiakan dirinya baik di sekolah, rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Sehingga semakin baik kemampuan penyesuaian diri sisiwa akan semakin mudah untuk menghadapi rasa sakit. Sebaliknya jika siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat memberikan dampak yang lebih lama tehadap rasa nyeri yang dialaminya. (Desmita, 2012). Walaupun sebagian besarnya sudah baik namun masih terdapat juga siswi yang memiliki penyesuaian diri yang kurang baik. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 3 orang (8,8%) dengan keadaan tersebut. Bagi seorang siswa, memasuki dunia sekolah merupakan pengalaman yang menyenangkan namun sekaligus mendebarkan, penuh tekanan, dan bahkan bisa menyebabkan timbulnya kecemasan. Bagi banyak anak, pengalaman masuk sekolah merupakan saat-saat pertama mereka menyesuaikan diri dengan pola kelompok yang diatur oleh satu orang dewasa yaitu guru.
Dunia sekolah jelas berbeda dengan dunia rumah, dimana anak-anak harus mengikuti aturan main yang ditetapkan sekolah melalui guru. Seringkali siswa mengalami beberapa masalah ketika mereka sudah berada di dalam lingkungan sekolah salah satunya yaitu siswa sering mengalami yang namanya stres baik itu steres yang berasal dari guru, teman sebaya dan yang lainnya. Terkadang penyesuaian diri sulit untuk dilakukan oleh beberapa siswi yang mungkin disebabkan anak usia belasan tahun sering ditujukan bagi remaja awal. Gejala-gejala yang disebut gejala fase negatif biasa terjadi pada perubahan akhir periode pubertas/perubahan awal masa remaja awal oleh karena itu periode pubertas sering disebut sebagai fase negatif, selain itu juga masa remaja awal juga memiliki ciri khas yang tidak dimiliki masa-masa yang lain, dianataranya adalah emosi tidak stabil, lebih menonjolnya sikap dan moral, mulai sempurnanya kemampuan mental dan kecerdasan, membingungkannya status, masa yang kritis. Adanya tuntutan tugas sekolah ini disatu sisi merupakan aktivitas sekolah yang sangat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan siswa, namun disisi lain tuntutan sekolah tersebut menimbulkan perasaan tertekan dan kecemasan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan siswa baik fisik maupun psikologis. Namun orang yang mampu menyesuaikan diri, tidak selalu memnghindari munculnya tekanan dan kecemasan. Kadang mereka justru belajar untuk mentoleransi tekanan dan kecemasan yang dialami dan mau menunda pemenuhan kepuasan selama itu diperlukan demi mencapai tujuan tertentu yang lebih penting sifatnya. (Desmita, 2012).
B. Gambaran Mengenai Lama Dismenore pada Kejadian Dismenore Berat Di SMPN 3 Ungaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama dismenore di SMP 3 Ungaran pada umumnya termasuk dalam kategori cepat. Dilihat pada tabel 5.2, dapat diketahui bahwa dari 34 orang siswi yang mengalami dismenore berat di SMPN 3 Ungaran, siswi yang mengalami nyeri dismenore dalam kategori yang cepat (≤ 3 hari), yaitu sejumlah 26 siswi (76,5%), sedangkan yang termasuk dalam kategori lama (> 3 hari) yaitu sebanyak 8 orang (23,5%). Dismenore adalah hal yang lumrah terjadi pada setiap wanita yang sedang mengalami menstruasi tanpa adanya kelainana organ reproduksi yang menyertai. Sifat nyeri adalah berbeda-beda, akan tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas remaja sampai beberapa hari. Nyeri yang dirasakan berbeda-beda, itu semua kembali kepada remaja yang mengalaminya, akan tetapi remaja yang mempunyai kecemasan yang tinggi akan mudah mendapatkan nyeri yang hebat biasanya sifat nyeri yang dialaminya berat dan lama sehingga akan membuat remaja beristirahat sampai dengan beberapa hari, dalam hal ini obat pereda nyeri jarang membantu, sedangkan remaja yang tidak mengalami kecemasan atau pikiran yang berat biasanya akan mengalami nyeri yang ringan dan cepat. Terdapat beberapa faktor yang yang mempunyai peranan penting sebagai pencetus timbulnya dismenore, salah satunya adalah berasal dari faktor kejiwaan. Dismenore mudah terjadi pada seseorang yang emosionalnya tidak stabil, serta mereka tidak dapat penerangan yang baik tentang proses haid, akan mudah timbul disminore.
Tubuh bereaksi saat mengalami stres. Faktor stres ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan keadaan stres adalah adanya rekasi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh hormon stres yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh dan pernafasan meningkat. Di sisi lain saat stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menyebabkan nyeri ketika menstruasi. (Syntia, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat remaja SMP 3 Ungaran dalam kategori lama (> 3 hari) yaitu sebanyak 8 orang (23,5%), lama dismenore yang dialami siswi tergntung bagaimana seseorang menghadapinya, terkadang ada seseorang yang menganggap hal tersebut sudah biasa, tapi terkadang juga ada seseorang yang menganggap hal yang sama dengan respon yang sangat luar biasa, ini kembali kepada bagaimana seseorang mampu menghadapi masalah yang ada, sehingga kejadian dismenore sangat sering terjadi kepada wanita yang mudah mengalami stres terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Noviana pada tahun 2008 dismenore mempunyai insiden tertinggi pada wanita yang mempunyai tingkat stres sedang hingga tinggi dibanding dengan wanita yang mempunyai tingkat stres rendah. Dismenore terjadi pada wanita dengan tingkat stres rendah sebesar 22%, dengan tingkat stres sedang 29% dan wanita dengan tingkat stress tinggi sebesar 44%.
Akan tetapi risiko untuk mengalami dismenore ini meningkat hingga 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai riwayat dismenore dan stress tinggi sebelumnya, dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat tersebut sebelumnya. C. Hubungan Kemampuan Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Sekolah dengan Lama Dismenore pada Kejadian Dismenore Berat Di SMPN 3 Ungaran. Berdasarkan uji Kendal Tau dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan α = 0,05 didapat nilai korelasi = -0,491 dengan pvalue 0,003. Oleh karena p-value = 0,003 < α (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah dengan lama dismenore pada kejadian dismenore berat di SMP 3 Ungaran. Hubungan ini memiliki arah negatif, artinya jika kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah semakin baik, maka nyeri dismenore akan semakin cepat. Dari jawaban responden dapat dilihat bahwa kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah responden baik lama dismenore cepat sebanyak 18 responden (94,7%) dan kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah kurang lama dismenore akan lama sebanyak 2 responden (66,7%). Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja dibentuk guna mendidik dan membina generasi muda ke arah tujuan tertentu terutama untuk membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan hidup yang dibutuhkan di kemudian hari, sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar tehadap perkembangan anak dan remaja. Menurut Santrick (1998) yang dikutip oleh Desmita (2012), berbagai
pristiwa hidup yang dialami oleh remaja selama berada di sekolah tersebut sangat mungkin mempengaruhi perkembangannya, seperti perkembangan identitas, keyakinan terhadap kompetensi diri sendiri, gambaran hidup dan kesempatan berkarir, hubunganhubungan sosial, batasan-batasan halhal yang benar dan salah serta pemahaman mengenai bagaimana sistem sosial yang ada di luar lingkup keluaraga. Dusek (1991) oleh Desmita (2012) mencatat ada dua fungsi utama sekolah bagi remaja, yang pertama yaiiu memberi kesempatan bagi remaja untuk tumbuh secara sosial dan emosional dan yang kedua, membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi orang yang mandiri secara ekonomi dan menjadi anggota masyarakat yang produktif. Seperti dijelaskan diatas bahwa kebutuhan akan identitas diri merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial yang cukup menonjol pada remaja. Hal ini terlihat dari keinginan mereka untuk memiliki sesuatu, keinginan untuk berbeda dari orang lain, keinginan untuk dikenal dan keinginan untuk diterima oleh orang lain. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan identitas remaja ini. Disamping keluarga dan teman sebaya, sekolah juga memainkan peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak. Sebagai anggota suatu komunitas kecil yang bernama sekolah, anak dihadapkan pada sejumlah tugas dan keharusan untuk mengikuti sejumlah aturan yang membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka. Interaksi dengan guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu peluang yang besar bagi remaja untuk mengembangkan
kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia, serta mengembangkan konsep diri yang lebih positif. Bagi kebanyakan anak dan remaja, guru di sekolah masih merupakan sumnber identifikasi dan simbol otoritas yang mampu menciptakan iklim kelas dan kondisi-kondisi interaksi diantara siswa-siswanya. Guru masih mengambil suatu peran sentral dalam kehidupan anak dan remaja, yang sering sangat menentukan bagaimanan mereka merasakan diri mereka. Demikian juga dengan keberhasilan dan kegagalan remaja di sekolah, banyak ditentukan oleh intraksi mereka dengan guru di sekolah. selama remaja mendapat dukungan dan penguatan yang positif dari para guru, maka mereka akan merasa berhasil dan senang berada di sekolah, (Rey, 2002). Berdasarkan tabel 5.3 Hubungan antara Kemampuan Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Sekolah dengan Lama Dismenore pada Kejadian Dismenore Berat di SMPN 3 Ungaran, 2013 yang dilakukan pada 34 siswi ditemukan bahwa Kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah yang kurang dengan lama dismenore dengan kategori lama (>3 hari) yaitu sebanyak 2 responden (66,7%). Hal ini dapat terjadi karena belum sepenuhnya siswi mampu untu menyesuaiakan diri di lingkungan sekolah, dan belum mampu untuk menjalankan semua tuntutan yang ada di sekolah baik itu tuntutan fisik, tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal, sehingga dengan keadaan tersebut dapat meningkatkan kecemasan kepada siswi-siswi yang berada di sekolah, kondisi ini dapat memperparah kejadian dismenore, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Jannah Rahmwati pada tahun (2009),
berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswi SMP Negeri 2 Kudus didapatkan (41,5%) siswi mengalami dismenore dan mempunyai pengetahuan kurang tentang dismenore, sedangkan (62,3%) siswi mengalami dismenore berat yang terjadi dalam jangka lebih lama dikarenakan meiliki tingkat kecemasan yang berat. Perlu diketahui juga pada saatsaat ini terjadi masa pertumbuhani bagi remaja, masa pertumbuhan remaja adalah masa dimana seseorang sedang mengalami masa kritis, sebab dia akan menginjak ke masa peralihan atau masa transisi. Masa remaja merupakan masa transisi yang perlu mendapatkan perhatian dan bimbingan terhadap permasalah yang dialami oleh remaja, karena perubahanperubahan yang terjadi dalam diri remaja tersebut. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa yang mebingungkan dirinya, anak membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua dan keluarganya. Jadi, di sekolah peran guru sangtlah penting untuk memperhatikan siswi khususnya ketika mereka akan dan sedang menghadapi menstruasi, sebagian besar siswa pada saat ini belum mengetahui bagaimana menghadapi menstruasi dan belum mengetahui penyebab-penyebab yang memperparah terjadinya dismenore pada remaja. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Jika remaja tidak mampu mengatasi perubahan-perubahan tersebut dengan baik dan ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi di bawah tekanan atau stres
dan terjadi permasalahan lainnya sehingga berakibat pada perilakuperilaku negatif. Pada remaja putri akan sering mengalami nyeri yang lama ketika menstruasi disebabkan karena kondisi psikis yang tidak stabil, dan pada akhirnya banyak diantara mereka akan meminum obat pereda nyeri tanpa memperhatikan dosis. D. Keterbatasan Penelitian Kesulitan dan keterbatasan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Selama melakukan penelitian, peneliti menggunakan kuesioner tertutup, dimana hal tersebut tidak memberikan kesempatan kepada responden untuk menggunakan alasan jawaban dari pertanyaan yang diberikan peneliti. Selain itu ada kemungkinan hasil yang diperoleh tidak mewakili jawaban dari populasi dikarenakan kemungkinan adanya jawaban yang bersifat spekulasi atau hanya meniru jawaban dari responden lain. 2. Ketika penelitian kondisi ruangan kurang kondusif, peneliti dan asisten sangan sulit untuk menenangkan responden sehingga banyak diatara responden saling mencontek. KESIMPULAN Ada hubungan antara kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah dengan lama dismenore pada kejadian dismenore berat di SMPN 3 Ungaran tahun 2013 dimana hasil p value = 0,003 < (0,05). SARAN 1. Bagi Siswi Diharapkan kepada siswi untuk lebih memperhatikan akan kesehatan reproduksi dengan berusaha mencari informasi untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga akan
mempermudah siwi dalam menghadapi dan mempersiapkan diri dalam menghadapi menstruasi. 2. Pihak Sekolah Diharapkan kepada pihak sekolah untuk membantu dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan proses mentruasi kepada siswi-siswi di sekolah sehingga tidak terjadi ketegangan yang mengakibatkan terjadinya nyeri haid atau dismenore yang berat. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya yang berminat mengangkat tema yang sama diharapkan mempertimbangkan variabel-variabel lain yang juga mempengaruhi lama dismenore dan yang memperberat dismenore tersebut. DAFTAR PUSTAKA Al-Mighwar, Muhammad. (2011). Psikologi Remaja. Petunjuk bagu Guru dan Orang tua. Pustaka Setia : Bandung Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Rineka Cipta : Jakarta : Christiyanti Dika. dkk. (2010). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Terhadap Tuntutan Akademik dengan Kecenderungan Stress pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya. INSAN Vol.12.No.03. hal : 153-159. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/312_3.pdf Desmita(a).(2006).Psikologi Perkembangan Remaja. PT Remaja Rosdakarya : Bandung. Desmita (b) (2012). Psikologi Perkembangan Peserta didik. Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. PT Remaja Rosdakarya : Bandung. Fatchiah Kertamuda & Haris Herdiansyah . (2009 ). Pengaruh Strategi Coping terhadap Penyesuaian Diri
Mahasiswa Baru. Jurnal Universitas Pramadina.Vol.6.No.1.April.2009:1123 http://isjd.pdii.lipid.go.id/admin/jurna l/61091123.pdf. Hidayat, A.A. (2003). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Edisi pertama. Salemba Medika : Jakarta. Hastono, & Sutanto Priyoto. (2007). Basic Data Analysis for Healt Research Training. Fakultas Keshatan Masyarakat Universitas Indonesia : Jakarta Judha, M., Sudarti., & Afroh, F. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Nuha Medika:Yogyakarta Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta : Jakarta Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. EGC : Jakarta. Proverawati, A., & Misaroh, S. (2009). Menarche : Menstruasi Pertama Penuh Makna. Nuha Medika:Yogyakarta Purwaningsih, W., & Fatmawati, S. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Nuha Medika :Yogyakarta Purwani, S., Herniyatun., Isna, Y. (2010). Hubungan pengetahuan tentang dismenore dengan sikap penanganan dismenore pada remaja putri : Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No.1 hal. 30-34) Rey, J. (2002). More than Just The Blues: Understanding Serious Teenage Problems. Sydney: Simon & Schuster Riwidikdo, Handoko. (2012). STATISTIK KESEHATAN Belajar Mudah Teknik Analisa Data Dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software PSS). Yogyakarta: Nuha Medika.
Safura Laily dan Sri Supriyantini. (2006) . Hubungan Antara Penyesuaian Diri Anak di Sekolah. Jurnal Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .Volume 2, No. 1, hal 25-30. http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 23456789/15722/1/psi-jun2006%20%284%29.pdf Sarwono, W. Sarlito. (a) (2012). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Raja Grafindo: Jakarta Sinclair, C. (2010). Buku Saku Kebidanan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Syntia, N.S. (2012). Biologi Reproduksi. Pustaka Rihana : Yogyakarta. Siswanto. (2007) .Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan dan Perkembangan.C.V Andi Offset: Yogyakarta. Smeltzer, C., & Bare, G. (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Pustaka Setia