Hubungan Antara Secure Attachment Dengan Perilaku Asertif Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Non-Reguler Angkatan 2010 – Palembang Rina Oktaviana. S. Psi., MM Universitas Bina Darma, Palembang Email :
[email protected]
Abstracts : The objective of this research is for knowing empirically the correlation between independent variable which is secure attachment with dependent variable which is assertiveness. The submitted hypothesis is there are correlation between secure attachment with assertiveness at the Non-Reguler student of medical faculty of sriwijaya university period 2010 Palembang. The population in this research was 136 students, while the sample used was 100 students. The subject of research was taken by using simple random sampling. The measuring instrument which was used in this research is secure attachment scale and assertiveness. The data analysis was conducted by using a sample regresion thechnique and supported by SPSS version 16.0. The conclusion from result of this research is there is a very significant correlation between secure attachment with assertiveness at the Non- Reguler student of medical faculty of sriwijaya university period 2010 Palembang, it is showed by the value of p < 0.01 ( p = 0.000). It can be said if the attachment secure of student become better, so the assertiveness of that student will become better. In otherwise if the attachment secure of student become worse, so the assertiveness of that student will become worse too. Supported with effective donation value which is given from secure attachment variable to assertiveness about 39.4% (R ² = 0.394). Key Word : Secure attachment, Assertiveness Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris hubungan antara variabel bebas yaitu secure attachment dengan variabel terikat yaitu perilaku asertif. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara secure attachment dengan perilaku asertif pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Non-Reguler Angkatan 2010 Palembang. Populasi dalam penelitian ini adalah 136 mahasiswa, sedangkan sampel yang digunakan adalah 100 orang mahasiswa. Subjek penelitian diambil dengan menggunakan simple random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala secure attachment dan skala perilaku asertif. Analisis data dilakukan dengan mengunakan teknik regresi sederhana, dengan bantuan SPSS versi 16.0. Kesimpulan dari hasil data penelitian adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara secure attachment dengan perilaku asertif pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Non-Reguler Angkatan 2010 Palembang dimana p < 0.01 (p = 0.000). Dapat dikatakan, semakin baik secure attachment mahasiswa maka semakin baik pula perilaku asertif nya,sebaliknya semakin buruk secure attachment mahasiswa maka semakin buruk pula perilaku asertifnya. Didukung dengan nilai sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel secure attachment terhadap perilaku asertif sebesar 39.4% (R ² = 0.394). Kata kunci : Secure Attachment, Perilaku Asertif
individu di posisi sebagai pihak yang
1. PENDAHULUAN Robbins (1996) menyatakan bahwa
sering
meminimalkan
konflik
atau
sebagian besar pengalaman yang diberikan
perselisihan. Selain itu, individu tersebut
di Universitas adalah menekankan pada
merasa mengendalikan hidupnya sendiri,
pengembangan ide-ide serta kemampuan
dan akan berdampak pada rasa percaya diri
logika dan penalaran. Universitas sering
dan keyakinan yang bisa terus meningkat.
tidak merencanakan untuk mempersiapkan
Walaupun ada sebagian mahasiswa
kemampuan mahasiswanya di luar bidang
yang sudah bisa mengekspresikan apa
kemampuan logika dan penalaran.
yang
Mahasiswa nantinya tentu akan terjun ke
berbagai
bidang
kehidupan
dimasyarakat, akan menghadapi berbagai perubahan dan berbagai macam orang serta
sangat
mungkin
di
pikirannya,
namun
kebanyakan mahasiswa masih merasa malu atau takut untuk mengungkapkan keinginan dan pendapatnya. Kebanyakan orang enggan berperilaku
menjadi
asertif karena dalam dirinya ada rasa takut
pemimpin di masyarakat. Dalam hal ini,
mengecewakan orang lain, takut jika
kemampuan
akhirnya dirinya tidak lagi disukai ataupun
untuk
akan
ada
berperilaku
asertif
tentunya akan sangat diperlukan.
diterima.
Selain
itu
alasan
untuk
Perilaku asertif diartikan Rimm dan
mempertahankan kelangsungan hubungan
Masters (dalam Rakos, 1991) adalah
juga sering menjadi alasan karena salah
tingkah
hubungan
satu pihak tidak ingin membuat pihak lain
interpersonal yang bersifat jujur dan
sakit hati, padahal dengan membiarkan diri
mengekspresikan
dan
untuk bersikap non-asertif (memendam
memperhitungkan
perasaan atau perbedaan pendapat) justru
perasaan
laku
dalam
pikiran-pikiran
dengan
kondisi sosial yang ada.
akan mengancam hubungan yang ada
Muhammad (2003) berpendapat ada
karena salah satu pihak kemudian akan
beberapa keuntungan yang didapat bila
merasa dimanfaatkan oleh pihak lain (Rini,
berperilaku
2001)
asertif,
yaitu
keinginan
kebutuhan dan perasaan individu untuk dimengerti
oleh
Dengan
Fakultas Kedokteran Unsri Non- Reguler
demikian tidak ada pihak yang sakit hati
Angkatan 2010 Palembang dari observasi
karena kedua belah pihak merasa dihargai
dan wawancara yang penulis lakukan pada
dan didengar. Ini sekaligus keuntungan
tanggal 4, 5 dan 7 november 2011, terlihat
bagi
bahwa banyak mahasiswa yang sukar
individu
orang
sebab
lain.
Fenomena yang terjadi pada Mahasiswa
akan
membuat
menyatakan
masalah
atau
hal
yang
masing-masing dari anggota keluarga
diinginkannya, terlalu mudah mengalah
terlihat sibuk sendiri dengan kegiatan
dan mudah tersinggung, cemas serta
mereka seperti orang tua yang menonton
kurang yakin pada diri sendiri dan
tv sedangkan dirinya memainkan HP atau
menunggu orang lain untuk memulai
laptopnya. Mahasiswa ini mengatakan
percakapan, cenderung gelisah, khawatir
bahwa tidak biasa membicarakan hal-hal
bagaimana orang lain akan bereaksi
pribadi seperti bagaimana hubungannya
kepada mereka dan memiliki kebutuhan
dengan pasangannya atau jika ada masalah
yang tinggi untuk disetujui. individu yang
dengan temannya kepada orang tua nya.
bersikap pasif, secara rahasia merasa marah atau benci kepada orang lain. Fenomena pada Mahasiswa Fakultas
Ditinjau dari hubungan individu dalam lingkungan
sosialnya,
Sebagian
mahasiswa
fakultas
kedokteran
berteman
2010 Palembang, Mahasiswa ini mengaku
Dalam satu ruangan perkuliahan terlihat
bahwa
jelas mereka duduk, ngobrol dan bercanda
mengenai
tidak
kegiatan
dapat
bercerita
sehari-hari
yang
cara
ini
Kedokteran Unsri Non-Reguler Angkatan
mereka
dengan
besar
berkelompok.
secara berkelompok. Tidak seorang pun
mereka lalui kepada orang tuanya. R
dari
menambahkan bahwa ia tidak terbiasa
mengobrol
bercerita
lainnya. Mahasiswa T mengatakan bahwa
mengenai
dikampusnya
apa
kepada
yang terjadi orang
tiap
kelompok dengan
yang kelompok
terlihat yang
tuanya,
ia merasa tidak nyaman jika bergabung
sedangkan S mengatakan bahwa orang
dengan kelompok yang lainnya karena
tuanya tidak pernah bertanya bagaimana
merasa sungkan dan takut teman dari
kegiatannya hari ini. Jika kebetulan orang
kelompok itu ada yang tidak menyukainya.
tuanya bertanya, ia merasa malas untuk
Dalam kelompoknya pun, dia hanya dekat
menceritakannya secara detil.
dengan dua orang diantaranya saja. Tidak
Berkaitan dengan kedekatan mahasiswa dengan
orang
tuanya
Y
teman yang dekat dengannya itu tidak
mengatakan bahwa setiap malam selalu
masuk kuliah, walaupun berada dalam
ada waktu untuk berkumpul dengan
kelompok pertemanannya, ia tetap merasa
keluarganya,
tidak nyaman.
ketika
tersebut,
dengan semuanya. Ketika kedua orang
berkumpul
yang
menjadi bahan pembicaraan bukanlah mengenai hal-hal pribadi dan seringnya
2. Metodologi Penelitian 2.1
Tempat
2.3
penelitian
&
Objek
Penelitian
Rancangan Penelitian Tabel 1. Rancangan Penelitian Perihal
Deskripsi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRI
Non-Reguler
Angkatan
Topik
Hubungan Antara Secure Attachment
2010
Dengan Perilaku
Palembang yang berjumlah 136 orang.
Asertif Mahasiswa Fakultas Kedokteran
2.2 Pengumpulan Data
UNSRI Non-Reguler Untuk
memperoleh
data
yang
Angkatan 2010
digunakan dalam penyusunan penelitian
Palembang
ini maka dilakukan pengambilan data Masalah
secara primer dan sekunder, yaitu :
Apakah Ada Hubungan Antara Secure
a. Data primer
Attachment Dengan
Data primer yaitu data atau informasi yang
diambil
langsung
dari
Perilaku Asertif
subjek
Mahasiswa Fakultas
penelitian melalui prosedur penelitian dengan
melakukan
wawancara
Kedokteran UNSRI
dan
Non-Reguler Angkatan
observasi menggunakan Skala Secure
2010 Palembang
attachment dan Perilaku Asertif. Metode Yang b.Data sekunder Data sekunder
Menggunakan
Skala L
Digunakan yaitu
sumber data
i
penelitian yang diambil secara tidak langsung
melalui
media
k
perantara
e
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)
r
yaitu dari dokumen dan studi pustaka, baik
t
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.
Tipe dan Desain Penelitian
Survey
Tipe penelitian
Teknik
Pengambilan
sampel adalah Simple Desain penelitian
random sampling,
2.4 Teknik Pengolahan Data
sampel ditentukan oleh peneliti
setelah
melakukan
survey
lapangan.
Survey
lakukan
di
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1.
Pengolahan
dan reliabilitas.
Secure
Attachment
dan
3. Uji Asumsi klasik untuk penggunaan regresi linier
Perilaku Asertif. Perencanaan
2.5 Teknik Analisis Data
Penelitian
Data yang telah diperoleh dianalisis Mahasiswa Kedokteran UNSRI
menggunakan Analisis Regresi Sederhana
Non-Reguler
Angkatan
2010
sebanyak 136 orang Peralatan
Secure
2. Uji Kualitas data dengan uji validitas
menggunakan
Subjek
Skala
Attachment. Dan Perilaku Asertif
dengan
kuesioner
data
2.6 Alat Ukur Alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini Skala Secure
menggunakan
Attachment Dan
skala.
Skala
Secure
Attachment dan skala Perilaku Asertif.
Perilaku Asertif
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik.
Prosedur
Tahapan awal adalah menyeleksi
subjek
penelitian berdasarkan karakteristik sudah
Teknik analisis
metode
analisis
datanya
menggunakan analisis regresi sederhana, diolah dengan program SPSS 16.
yang ditentukan.
Responden yang akan dipilih
Adapun
136
orang
subjek.
2.7
Perilaku Asertif
Perilaku asertif diartikan Rimm dan Masters (dalam Rakos, 1991) adalah tingkah
laku
dalam
hubungan
Menggunakan Analisis
interpersonal yang bersifat jujur dan
Regresi Sederhana
mengekspresikan
pikiran-pikiran
dan
perasaan
dengan
memperhitungkan
kondisi sosial yang ada. Asertif
adalah
kemampuan
untuk
kemampuan untuk mengatakan "tidak" "ya"
sesuai
dengan
keadaan
sesungguhnya, untuk meminta dengan ekspresi positif atau negatif. Perilaku asertif adalah ekspresi langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan artinya
yang beralasan.
pernyataan
Langsung
tersebut
dapat
dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat terfokus
dengan
benar.
pernyataan dan
Jujur
berarti
gerak-geriknya sesuai
dengan apa yang diarahkannya. Sedangkan pada tempatnya berarti perilaku tersebut juga
memperhitungkan
hak-hak
dan
perasaan orang lain serta tidak selalu mementingkan
dirinya
sendiri
(dalam
Corey, 2007).
yang
interkasi
sosial
suatu pembicaraan dengan baik. c. Mampu
memberikan
pujian
untuk
menghargai tingkah laku seseorang dan menerima pujian yang diberikan orang lain. d. Mampu mengajukan permintaan atau bantuan
kepada
orang
lain
ketika
membutuhkan dan menolak permintaan yang tidak layak.
Harris
(dalam
mengatakan
Yessy,
bahwa
2003)
kemampuan
berperilaku asertif pada seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada masa kecilnya. Pengalaman tersebut berupa interaksi
dengan
membentuk menjadi
orang
tua
yang
suatu pola respons yang dasar
seseorang
dalam
menghadapi berbagai masalah setelah ia menjadi dewasa kelak. Bagaimana kualitas respons
Karakteristik Perilaku Asertif Individu
menjalin
dengan menyapa, memulai dan mengakhiri
mengekspresikan kenyataan dirinya, yaitu
atau
b. Mampu
orang
tua
dalam
memenuhi
kebutuhan anak, akan membentuk suatu
mampu
berperilaku
ikatan emosional antara anak dengan orang
asertif, dapat dilihat dari karakteristiknya.
tua yang oleh Bowlby disebut sebagai
Menurut Fensterheim dan Baer (dalam
attachment.
Sikone, 2006), karakteristik individu yang berperilaku asertif adalah sebagai berikut :
Secure Attachment
a. Mampu
Istilah
pendapat
mengemukakan dan
menyenangkan
perasaan, maupun
pikiran,
Attachment
untuk
pertama
dikemukakan
oleh
seorang
baik
yang
kalinya
yang
tidak
psikolog dari Inggris pada tahun 1958
menyenangkan, melalui kata-kata maupun tindakan dengan cara yang tepat.
bernama John Bowlby.
Bowlby
(dalam
Tyas,
2010)
terdapat
faktor
lain
yang
menjabarkan konsep attachment sebagai
mempengaruhinya. Hal ini sesuai dengan
sebuah kecenderungan manusia untuk
pernyataan Rathus & Nevis
menciptakan ikatan afeksi yang kuat
Nugrohowati, 2007) yang
dengan orang tertentu. Menurut Bowlby
bahwa perilaku asertif merupakan perilaku
bahwa apabila ikatan emosional dengan
yang dipelajari dari lingkungan sebagai
anak yang secara spesifik memberikan
reaksi
kekuatan dan kasih sayang maka anak
kehidupannya.
terhadap
situasi
menyatakan
sosial
Harris
merasa terlindungi yang disebut dengan
mengatakan
secure
dimana
berperilaku asertif pada seseorang sangat
individu sangat nyaman karena merasa
dipengaruhi oleh pengalaman pada masa
terlindungi
kecilnya. Pengalaman tersebut berupa
dukungan,
disebut
dengan
secure
attachment.
interaksi
Shaffer (2002) mengatakan pada masa dewasa,
Individu
dengan
secure
bahwa
dengan
membentuk menjadi
Yessy,
dalam
tersebut akan merasa sangat aman karena
attachment
(dalam
(dalam
2003)
kemampuan
orang
tua
yang
suatu pola respons yang dasar
seseorang
dalam
attachment akan terlihat pada karakteristik
menghadapi berbagai masalah setelah ia
dibawah ini, yaitu :
menjadi dewasa kelak. Bagaimana kualitas
a. Tingkat ketergatungan kepada orang
respons
lain tidak berlebihan,
orang
tua
dalam
memenuhi
kebutuhan anak, akan membentuk suatu
b. Memiliki kepercayaan bahwa dirinya
ikatan emosional antara anak dengan orang
dicintai dan melihat orang lain sebagai
tua yang oleh Bowlby disebut sebagai
orang baik, dan berniat baik.
attachment.
c. Individu
menggambarkan
hubungan
Salah satu bentuk attachment yang
mereka dengan orang tua sebagai
dimulai dari kehidupan individu adalah
hangat dan saling menyayangi.
secure
d. Responsif terhadap kebutuhan orang
kelekatan
attachment rasa
yang
aman
merupakan
(security)
dari
lain
orangtua pada anak (Morrison, 2002).
Berperilaku asertif bukanlah hal yang
Security berupa dukungan dari orang tua
mudah untuk dilakukan, namun dapat
agar menjadikan individu lebih mandiri
dipelajari secara alami dari lingkungan.
dan otonomi. Individu
Lingkungan yang dimaksud disini adalah
attached dengan orang tua menunjukkan
keluarga
sosial
perilaku prososial, penyesuaian sosial,
pertama bagi individu, disamping juga
psikologis yang lebih baik serta mampu
sebagai
lingkungan
yang secure
berpisah dengan orang tua namun tetap
validitas yang tinggi apabila alat tes
menjaga komunikasi yang baik dengan
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
orang tua (Sigelman dkk, 2003).
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
Srouf (1996) mengatakan bahwa secure attachment
adalah
suatu
kelekatan
emosional yang ditandai dengan adanya keterikatan perasaan seseorang dengan orang yang lain, di mana individu dapat saling
berbagi
perasaan
dan
pikiran
mereka, baik secara verbal maupun non verbal. Collins dan Read (1990) mengatakan bahwa individu dengan secure attachment akan lebih percaya diri dalam situasi sosial dan lebih asertif. Sedangkan individu yang merasakan tidak aman, akan kurang percaya
diri
keinginannya
dalam dan
mengungkapkan memiliki
tingkat
maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2005). Seleksi terhadap aitem-aitem skala perilaku asertif dan secure attachment yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan
membedakan
tiap-tiap
aitem
dengan ketentuan validitas jika mencapai 0,30 dikatakan valid atau sahih (Azwar, 2005). Skala dalam penelitian ini akan diuji
daya
beda
aitemnya
dengan
menggunakan korelasi product moment menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 3.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas dari suatu alat ukur adalah
kemampuan sosial yang rendah. 3. HASIL
konsisten atau stabilitas yang ada pada
3.1 Uji Validitas
umumnya
Menurut Hadi (2002), yang dimaksud dengan validitas alat ukur adalah (1) seberapa
jauh
alat
ukur
dapat
mengungkapkan dengan jitu gejala atau bagian-bagian gejala yang hendak diukur, (2)
seberapa
jauh
alat
ukur
dapat
menunjukkan status atau keadaan gejala atau bagian gejala yang diukur dengan sebenarnya. Koefisien validitas tertentu menyatakan
menunjukkan
sejauh
mana
pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran ulang pada subjek yang sama (Azwar, 2005). Analisis yang digunakan untuk mengukur reliabilitas dalam penelitin ini adalah formula alpha (α)
Cronbach
(Hadi,
2004).
Besar
koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti
semakin
tinggi
reliabilitasnya,
secara empiris suatu kesahihan aitem.
begitu juga sebaliknya koefisien yang
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai
semakin rendah mendekati 0,00 berarti
semakin rendah reliabilitasnya (Azwar,
mengukur hubungan antara perilaku asertif
2005).
dengan secure attachment pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
3.3 Uji Normalitas Uji
normalitas
Non-Reguler Angkatan 2010 Palembang, untuk
serta untuk mengetahui seberapa besar
mengetahui apakah skor variabel yang
sumbangan variabel secure attachment
diteliti mengikuti distribusi normal atau
terhadap perilaku asertif pada mahasiswa
tidak. Uji normalitas yang digunakan
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
dalam
Non-Reguler Angkatan 2010 Palembang.
penelitian
dilakukan
ini
Kolmogorov-Smirnov.
adalah Kaidah
uji yang
digunakan untuk mengtahui normalitas sebaran data adalah jika p>0,05 maka sebaran dinyatakan normal tetapi jika sebaran p<0,05 maka sebaran dianggap tidak normal (Sudjana, 2002)
linieritas
untuk beberapa tujuan utama, yaitu : a. Mencari korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. b. Menguji
apakah
korelasi
itu
signifikan atau tidak signifikan.
3.4 Uji Linieritas Uji
Menurut Hadi (2002) analisis regresi
c. Menyusun persamaan garis regresi. dilakukan
untuk
d. Mencari
korelasi
antara
sesama
mengetahui apakah variabel bebas yakni
prediktor yaitu variabel tergantung,
secure attachment dan variabel terikat
dan antara tiap prediktor dengan
yakni perilaku asertif memiliki hubungan
kriterium
linier. Kaidah uji yang digunakan adalah
dengan menguji taraf signifikansinya
jika p<0,05 berarti
(jarak prediktornya lebih dari satu).
hubungan
antara
yaitu
variabel
bebas
variabel bebas dengan variabel terikat
e. Mencari sumbangan efektif tiap
dinyatakan linier, tetapi jika p>0,05 maka
predikor yaitu variabel bebas (jika
hubungan antara variabel bebas dengan
prediktor
lebih
variabel terikat tidak linier (Sudjana,
mencari
korelasi
2002).
diperlukan.
Setelah terpenuhinya uji linieritas dan uji normalitas, kemudian dilakukan uji Perhitungan
satu)
parsial
dan jika
Semua analisis dalam penelitian ini
3.5 Uji Hipotesis
hipotesis.
dari
statistik
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana digunakan untuk
akan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16.0.
tidak berperilaku asertif karena dalam
4 SIMPULAN Penelitian ini mengunakan analisis
dirinya ada rasa takut mengecewakan
regresi sederhana yang bertujuan untuk
orang lain, takut jika akhirnya dirinya
menguji
tidak
hipotesis
hubungan
antara
tentang secure
adanya
attachment
lagi
disukai
ataupun
diterima.
Perasaan akan penerimaan pada individu
dengan perilaku asertif. Setelah melalui
dipengaruhi
analisis pengolaan data diperoleh hasil
dimilikinya. Mulandari (2008) mengatakan
yang mendukung hipotesis tersebut. Hasil
bahwa tercapainya kelekatan emosional
analisis hipotesis dalam penelitian ini
yang
ditunjukkan
menjadikan anak merasa diterima dalam
melalui
nilai
koefisien
korelasi yang diperoleh R = 0. 627 dengan nilai p = 0.000 merupakan signifikansi pada taraf uji 1% (p = 0.01). Artinya nilai p<0.001, hal ini menujukkan adanya korelasi yang sangat signifikan antara secure attachment dengan perilaku asertif pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya
Non-Reguler
Angkatan 2010 Palembang. Maka, dapat dikatakan semakin baik secure attachment mahasiswa maka semakin baik pula perilaku
asertif
nya,
juga
sebaiknya
semakin buruk secure attachment maka semakin buruk pula perilaku asertifnya. Baik atau buruknya secure attachment
aman
oleh
attachment
antara
ibu-anak
yang
akan
lingkungannya. Seperti fenomena pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Non-Reguler Angkatan 2010 Palembang menunjukkan dihadapkan
ketidaktenangan pada
mengharuskan
tugas
mereka
saat yang
berbicara
dihadapan umum, hanya mengeluh dan menggumam sebagai bentuk protes karena merasa terganggu, tidak bertanya langsung jika ada yang ingin ditanyakan atau jika mereka tidak sependapat dan sulit menolak permintaan teman karena mereka takut menyakiti atau membuat teman marah dan mereka akan dijauhi ataupun ketakutan
mempengaruhi perilaku asertif seseorang,
teman
hal ini dapat terjadi karena adanya
membuat mereka tidak dapat menolak
perasaan
permintaan teman.
takut
tidak
diterima
oleh
lingkungan membuat mahasiswa tidak mampu
mengungkapkan
dipikirkan dengan
atau
ungkapan
apa
dirasakannya. Rini
(2001)
yang Sesuai yang
menyatakan bahwa kebanyakan orang
akan
berfikir
mereka
egois
Bretherton (1997) mengatakan bahwa individu yang memiliki secure attachment yaitu orang tua menerimanya sebagaimana adanya,
memperhatikan
kebutuhan
-
kebutuhannya yang menyebabkan individu
akan mengembangkan internal working
menyimpan rahasia ibunya tetap akan
model mengenai dirinya sebagai orang
menceritakan kepada saudaranya yang
yang berharga untuk dicintai dan orang tua
lain.
sebagai figur yang memberikan kasih sayang. Individu tumbuh dengan memiliki rasa aman (security) dan percaya pada orang lain. Akibatnya, dalam berinteraksi individu bersedia percaya kepada orang lain serta dapat mengutarakan pikiran dengan jelas tanpa merugikan orang lain. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Collins dan Read (1990) yang menegaskan bahwa
perasaan
tidak
aman
akibat
kurangnya attachment dengan orang tua membuat anak berpikir bahwa orang tua tidak mau memperhatikannya sehingga ia lebih banyak menahan diri. Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa mengungkapkan diri, berbicara atau mengekspresikan diri
Fenomena pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya NonReguler Angkatan 2010 Palembang , sebagian mahasiswa mengaku tidak dekat dengan orang tua dan saudaranya, tidak dapat bercerita mengenai kegiatan seharihari yang mereka lalui kepada orang juga
tidak
terbiasa
bercerita
mengenai hal pribadi seperti bagaimana hubungannya dengan pasangannya atau jika ada masalah dengan temannya kepada orang tua nya. Tidak percaya pada orang tuanya
terutama
ibunya,
jika
harus
sumbangan
efektif
yang
diberikan oleh variabel secure attachment terhadap perilaku asertif ditunjukkan dari hasil analisis pada tabel model summary dimana
sumbangan
efektif
secure
attachment dengan perilaku asertif dapat dilihat dari koefisien determinan (R²) yaitu sebesar 0.394 artinya secure attachment memberikan sumbangan efektif sebesar 39.4% terhadap perilaku asertif. Sementara 60.6% adalah faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti, diantaranya menurut Rathus (dalam Iriani dan Sugiyanto, 1995) yaitu jenis
kelamin,
kebudayaan,
usia,
pendidikan serta situasi dan kondisi. Dari
lewat kata-katanya.
tuanya,
Besar
Hadjam
beberapa (1998)
faktor
lain
mengatakan
diatas, bahwa
lingkungan pendidikan mempunyai andil yang paling besar terhadap pembentukan perilaku asertif. Pendidikan mempunyai tujuan untuk menghasilkan individu yang mudah menerima dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan–perubahan,
mampu
untuk
pendapatnya, jawab
dan
pendapatnya,
memiliki lebih memiliki
lebih
mengungkapkan rasa
tanggung
berorientasi rasa
jawab dan lebih kemasa depan.
ke
tanggung
Kategorisasi
secure
attachment
Robbins (1996) menyatakan bahwa
menunjukkan dari 100 mahasiswa yang
mahasiswa nantinya tentu akan terjun ke
dijadikan subjek penelitian, terdapat 53
berbagai bidang kehidupan dimasyarakat,
Mahasiswa atau 53% yang memiliki
akan menghadapi berbagai perubahan dan
karakteristik secure attachment baik dan
berbagai
47 mahasiswa atau 47% mahasiswa yang
mungkin akan menjadi pemimpin di
memiliki karakteristik secure attachment
masyarakat. Dalam hal ini, kemampuan
buruk.
untuk berperilaku asertif tentunya akan
Simpson (1990) mengatakan bahwa pada
mahasiswa
attachment
antara
individu dengan orang tua masih terjalin untuk menyediakan rasa aman (security) sebagai bentuk dukungan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam
hidup.
Rasa
aman
(security)
tersebut akan membentuk suatu dasar yang merupakan
sumber
individu
untuk
berfungsi secara mandiri dalam dunia yang lebih luas dan tercapainya kompetensi
macam
orang
serta
sangat
sangat diperlukan. Rini (2001) mengatakan bahwa
dengan
mahasiswa
berperilaku
tidak
lagi
asertif,
mengalami
kecemasan pada saat presentasi, ujian skripsi,
bertemu
dosen,
atau
berkomunikasi dengan seseorang yang lebih
tinggi
ekonominya.
ilmunya Mahasiswa
atau tidak
sosial lagi
mengalami kesulitan dalam berbicara dan berani mengungkapkan pendapat pujian serta keluhannya.
sosial yang berhubungan erat dengan
Secara teknis, kurang mendukungnya
penyesuaian sosial dan kualitas interaksi
hasil penelitian terhadap fenomena yang
antar pribadi.
terjadi pada mahasiswa tersebut, dapat
Kategorisasi menunjukkan
perilaku dari
100
asertif Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Non-Reguler Angkatan 2010 Palembang yang dijadikan subjek penelitian, terdapat 51
mahasiswa
atau
51%
mahasiswa
memiliki karakteristik perilaku asertif yang baik dan 49 Mahasiswa atau 49% mahasiswa memiliki karakteristik perilaku asertif buruk.
disebabkan karena pada saat melakukan penelitian peneliti kurang memberikan kontrol terhadap subjek, informasi yang didapat tidak maksimal saat wawancara, kejenuhan dan kepenatan yang terjadi pada mahasiswa ketika mengerjakan skala yang diberikan karena banyaknya jumlah aitem pada
skala
Daftar Rujukan Rini, J. 2001. Asertivitas. Diunduh dari
Adolescence. 6th ed. California: Cole Pub
http://www.e-
halaman
psikologi.com. diakses 25 Oktober
Tyas,
2011 pukul 09.03 WIB.
A.D.
2010.
Hubungan
Pola
Attachment Dengan Self Esteem
Mulandari. 2008. Diunduh dari halaman http://psikologipraktis.blogspot.com
Remaja Pada Mahasiswa Psikologi
diakses pada tanggal 4 Oktober
Semester IV Di Universitas Islam
2011 pukul 23.08WIB.
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang: Skripsi tidak diterbitkan.
Bretherton, I. 1997. Attachment and Transmission of Values dalam Grusec,J.E.
&
Parenting
Kuczynski,
and
Internalization
Rakos, R.F. 1991. Assertive Behavior. New York: Routledge Chapman &
L.
Children’s
of
Values:
A
Hall, Inc. Corey,
G.
2007.Teori
dan
dan
Praktek
Handbook of Contemporary Theory
Konseling
Psikoterapi.
.
Bandung:PT Refika Aditama.
Collins, N.L & Read,S. 1990. Adult Attachment, Working Model, and
Yessy. 2003. Hubungan Pola Attachment
Relationship Quality in Dating
Dengan
Couples. Journal Personality and
Relasi Pertemanan Pada Remaja.
Social
Jurnal
Psychology.
American
Robbins, S. P.1996. Perilaku organisasi: kontroversi,
aplikasi.
S.
2005.
Penyusunan
Skala
Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
S.
2004.
Metodologi
D.R.
Srouf, L. 1996. Child Development Its
USA. Morrison, A. 2002. Research stories for
2002.
Psychology:
Developmental Chilhood
Allyn and Bacon. Nugrohowati,
Research.Yogyakarta : ANDI.
Shaffer,
Vol. 12. Bandung.
life span development. Boston :
Pelajar. Hadi,
Fakultas
Nature and Course. McGraw-Hill:
Jakarta: Prenhallindo Azwar,
Psikologi.
Menjalin
Psikologi Universitas Padjajaran
Psychological Association, Inc.
Konsep,
Kemampuan
&
M.
2007.
Perilaku
Asertif
Kecerdasan
Emosi.
Kontribusi Terhadap Universitas
Gunadarma Jakarta: Skripsi tidak diterbitkan.