HUBUNGAN ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII MTs. N I SEMARANG
SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh : ACH. SYAECHUL AMIN NIM: 3102278
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Naskah Skripsi a.n. Ach. Syaechul Amin Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan naskah Skripsi saudara: Nama
: Ach. Syaechul Amin
NIM
: 3102278
Jurusan
: PAI
Judul
: Hubungan Antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Kecerdasan Emosi Siswa Kelas VIII MTs. N I Semarang
Dengan ini saya mohon kiranya Skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqasahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 8 Januari 2008 Pembimbing,
Ridwan, M. Ag. NIP: 150 282 132
iii
MOTTO
.(6 : )ﺍﻟﻔﺎﲢﺔtΛ⎧É)tGó¡ßϑø9$# xÞ≡uÅ_Ç9$# $tΡω÷δ$# Tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus (QS. Al-Fatihah: 6).
∗
∗
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1989).
iv
ABSTRAK
Ach. Syaechul Amin (3102278) Hubungan Antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Kecerdasan Emosi Siswa Kelas VIII MTs N I Semarang. Skripsi. Semarang : Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana prestasi pelajaran aqidah akhlak siswa kelas VIII MTs N I Semarang (X), (2) Bagaimana kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs N I Semarang (Y), (3) Adakah hubungan antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs N I Semarang. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik analisis korelasional. Subjek penelitian sebanyak 51 responden, menggunakan teknik proporsional random sampling. Pengumpulan data menggunakan angket dan nilai raport untuk menggali data tentang prestasi pelajaran aqidah akhlak (X) dan kecerdasan emosi siswa kelas VIII (Y) MTs N I Semarang. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis statistik regresi. Pengujian penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prestasi pelajaran aqidah akhlak siswa MTs N I Semarang adalah baik dengan nilai rata-rata 73,82 pada interval 70-79. (2) Sedangkan pada variabel kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs N I Semarang adalah baik dengan nilai rata-rata 3,02 pada interval 2,85-3,6. Sementara itu berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dapat diketahui persamaan regresinya Y=1,207+0,0246x. berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dapat diketahui bahwa Fhitung= 10,381> Ftabel signifikan 1%= 7,31maupun pada taraf signifikan 5%= 4,08, bahwa persamaan regresi tersebut signifikan. (3) Ada hubungan yang positif antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi siswa, artinya semakin tinggi tingkat prestasi pelajaran aqidah akhlak maka semakin tinggi pula kecerdasan emosi siswa. Sebaliknya semakin rendah tingkat prestasi pelajaran aqidah akhlak siswa semakin rendah pula kecerdasan emosi siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan akan menjadi informasi dan masukan bagi guru dalam meningkatkan prestasi pelajaran aqidah akhlak siswa sehingga kecerdasan emosi siswapun meningkat. Karena sesungguhnya akhlak itulah yang akan dijadikan tumpuan dalam menyikapi semua permasalahan yang akan dihadapi kelak dikemudian hari.
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: ¾ Ayahanda Bapak H. Farhan Faiz dan ibunda Hj. Juniroh tercinta. ¾ Kakak dan adikku serta keponakanku: Nauli, Azka, Khilya, Indana, dan Najwa. ¾ Sahabat-sahabatku: Lia Siska, Jaki Jejeg, Damus, Damar, Epung, Dani dawa, Toto, Muiz, Irfan, Rois, Lempeng, Furqon gepeng, Begog, Ucup, Ulin, Ardiyan, Sipit, To’ing, Khoyin, Sureng, Jarwo, Aripit, Kijan, Aom, Oing, Ghoni, Shomad, Wahib, Hoho.
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis mengatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian pula skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan
Semarang, 8 Januari 2008 Deklarator
Ach. Syaechul Amin NIM. 3102278
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena dengan Taufiq dan Hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Kecerdasan Emosi Siswa Kelas VIII MTs. N I Semarang” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah Institut agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M. Ed. 2. Pembimbing, Bapak Ridwan, M. Ag yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah memberikan ilmunya sehingga mengilhami penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu tercinta (H. Farhan Faiz dan Hj. Juniroh) kakak, adikku serta keponakanku, yang telah memberikan motivasi dan do’a yang tulus bagi penulis selama berlangsungnya proses dan penyelesaian studi serta penulisan skripsi ini. 5. Kepala MTs. N I Semarang (Drs. H. Firdaus Faishol) yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, serta Guru-guru yang telah berkenan meluangkan waktu guna penyusunan skripsi ini
viii
6. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian rasa terima kasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baik balasan. Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti seluruhnya. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 8 Januari 2008 Penulis
Ach. Syaechul Amin NIM: 3102278
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
iii
HALAMAN MOTTO ….. ...............................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
v
HALAMAN DEKLARASI .............................................................................
vi
HALAMAN ABSTRAK..................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
BAB I
: PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...............................................................
4
C. Pembatasan Masalah ..............................................................
5
D. Perumusan Masalah ...............................................................
7
E. Manfaat Penelitian .................................................................
7
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............
9
A. Deskripsi Teori .......................................................................
9
1. Prestasi Pelajaran aqidah akhlak ......................................
9
1.1.Pengertian prestasi .....................................................
9
1.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ..
10
1.3.Pengertian Pelajaran Aqidah Akhlak .........................
12
1.4.Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak ...............................
13
1.5.Evaluasi Pelajaran Aqidah Akhlak ............................
15
1.6.Proses Pembentukan Akhlak.......................................
17
2. Kecerdasan Emosi ............................................................
23
2.1. Pengertian Kecerdasan Emosi ..................................
23
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi 26
x
2.3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi ......................................
30
2.4. Ruang Lingkup Kecerdasan Emosi ..........................
31
3. Hubungan antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Kecerdasan Emosi ...........................................................
32
B. Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................
36
C. Pengajuan Hipotesis ...............................................................
36
BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................
37
A. Tujuan Penelitian ...................................................................
37
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................
37
C. Variabel Penelitian .................................................................
38
D. Metode Penelitian ...................................................................
38
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .............
39
F. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
40
G. Teknik Analisis Data ..............................................................
41
1. Analisis Pendahuluan .......................................................
41
2. Analisis Uji Hipotesis ......................................................
41
3. Analisis Lanjut .................................................................
43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
44
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................
44
B. Pengujian Hipotesis ................................................................
51
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................
64
D. Keterbatasan Penelitian ..........................................................
65
BAB V : PENUTUP ....................................................................................
66
A. Kesimpulan ...........................................................................
66
B. Saran-saran .............................................................................
66
C. Penutup ...................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1
: Jumlah Siswa MTs. N I Semarang.
Tabel 2
: Data Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak
Tabel 3
: Data Angket Kecerdasan Emosi
Tabel 4
: Data Rerata Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak dan Kecerdasan Emosi Siswa MTs. N I Semarang
Tabel 5
: Tabel Kualitas Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak
Tabel 6
: .Tabel Kualitas Kecerdasan Emosi
Tabel 7
: Data Kerja Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak dan Kecerdasan Emosi Siswa MTs N I Semarang.
Tabel 8
: Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi.
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam tingkah laku, salah satunya disebabkan oleh terlalu mengagungkannya manusia terhadap ilmu pengetahuan yang terlepas dari kontrol nilai-nilai agama. Pengaruh perkembangan IPTEK dan ilmu eksakta ini telah membawa manusia pada perkembangan dan kemajuan yang pesat di bidang teknologi dan perindustrian, akan tetapi hal ini juga membawa manusia lengah pada nilainilai moral yang diajarkan oleh agama sebagai pengendalinya. Beberapa tingkah laku yang termasuk menyimpang diantaranya ialah penganiayaan, bunuh diri, membawa senjata tajam ke sekolah, penyalah gunaan internet dan lain sebagainya. Misalnya akibat dari menonton tayangan kekerasan di televisi, anak langsung mempraktekkan adegan tersebut terhadap teman sekelasnya. Akibatnya teman sekelasnya mengalami patah tulang, gegar otak bahkan sampai menyebabkan kematian. Hal tersebut menandakan bahwa anak tersebut mempunyai daya tangkap otak yang cukup cerdas, namun tidak dapat mengembangkan dan mengendalikan emosinya. Ada lagi kasus lain, yaitu pada penggunaan yang salah terhadap internet yang dewasa ini sudah menjamur di masyarakat. Salah satu tujuan penggunaan internet ialah untuk memudahkan dalam proses belajar, akan tetapi banyak pelajar atau siswa yang menyalahgunakan penggunannya yaitu dengan membuka situssitus yang tidak sesuai dengan usia mereka. Akibatnya perbuatan mereka sedikit lebih dewasa dari seharusnya (usianya). Dari contoh-contoh kasus tersebut di atas menandakan bahwa para pelaku bukanlah orang yang ber-IQ rendah, akan tetapi orang yang memiliki intelektual tinggi namun tidak danya kontrol dalam dirinya.
1
2
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman, yang menyatakan bahwa IQ hanya menyumbang sekitar 5-10 persen bagi kesuksesan hidup.1 Maksudnya, bahwa manusia akan mencapai kesuksesan hidup baik di dunia ataupun di akhirat jika adanya keseimbangan otak dan hati. Oleh sebab itulah berkembang ilmu pengetahuan yang bertugas sebagai penyeimbang dan pengendali tingkah laku. Seimbang dalam makna ini ialah realitas pengembangan fitrah yang dimiliki oleh manusia yang dibuktikan dengan potensi warisan Tuhan, juga seimbang karena kecerdasan emosional yang diiringi dengan kecerdasan spiritual dan seimbang dorongan lahir yang dibarengi dengan dorongan batin.2 Ilmu pengetahuan tersebut dinamakan sebagai kecerdasan emosi. Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of Hampshire pada tahun 1990, yang dikembangkan lagi oleh Daniel Goleman pada tahun 1995.3 Dalam ilmu ini beranggapan bahwa bukanlah jaminan orang yang memiliki IQ tinggi akan berhasil. Karena sesungguhnya kita akan berhasil dengan IQ yang dimiliki, jika kita mampu mengendalikan emosinya, dan juga kita harus menyeimbangkan emosi kita dengan logika situasi yang kita hadapi. Kita harus belajar membaca perasaan kita sendiri, perkembangan keadaan, dan hubungan di sekitar kita dengan akurat, lalu menyesuaikan tindakan kita dengan
perspektif
ini.4
Yaitu
dengan
cara
mengenali,
memahami,
mengendalikan dan menggunakan emosi secara positif. Kecerdasan emosi bukanlah sebuah kecerdasan yang dimiliki seseorang sejak lahir, akan tetapi kecerdasan yang didasarkan atas pembelajaran, pelatihan dan pembiasaan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ary Ginanjar
1
Taufik Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ; Antara Neurosains dan al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama, 2002), Cet. I, hlm. 15. 2 Muhammad Makhdlori, Keajaiban Membaca al-Qur’an, (Yogyakarta, Diva Press, 2007), Cet. I, hlm. 234 3 Alex Tri Kantjono, Mengajarkan Emosional Intelligence Pada Anak, Terj Laurence E. Shaphiro, (Jakarta: Gramedia, 2003), Cet. VI, hlm. 5. 4 Ary Nilandari, Cara-cara Efektif Mengasah EQ Remaja; Mengasuh Dengan Cinta, Canda dan Disiplin, (Bandung: Kaifa, 2003), Cet. II, hlm. 37.
3
Agustian, bahwa kecerdasan emosi dapat dibangun dengan beberapa cara diantaranya melalui pembelajaran.5 Pembelajaran di sini dimaksudkan pada pembelajaran aqidah dan akhlak yang bersumber pada agama, yang dinilai sebagai pengendali hati dan moral manusia. Seperti dikatakan oleh Said Aqil Husin al-Munawar bahwa inti ajaran agama ialah akhlak mulia yang bertumpu pada keimanan kepada Tuhan dan keadilan sosial.6 Jadi apabila seseorang mempelajari tentang agama maka akhlaklah yang terpenting, yaitu dengan menciptakan sikap-sikap positif seperti jujur, benar, adil, pengabdian dan lain sebagainya. Sebagaimana dikatakan dalam Hadits sebagai berikut:
ﻧﻤﺎ ﺑﻌﺜﺖ ﻷ ﹼﲤﻢ ﺻﺎﱀ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﹼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﹼﻠﻢ ﺍ:ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ 7 .( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﲪﺪ.ﺍﻷﺧﻼﻕ Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia menyampaikan, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan kebagusan akhlak (budi pekerti). (HR. Imam Ahmad) Dari Hadits di atas dapatlah disimpulkan bahwa Allah mengutus Rasulullah SAW hanya untuk menyempurnakan akhlak manusia melalui agama Islam. Agama yang menjadi kontrol dalam diri setiap individu. Dalam pembelajaran aqidah dan akhlak ini, bukan cuma memuat hubungan manusia dengan tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.8 Di antara ciri akhlak islami ialah universal. Maksudnya bahwa ruang lingkup akhlak islami itu luas sekali, yakni mencakup semua tindakan manusia baik
5
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual; Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga, 2001), Cet. xx, hlm. 116-131. 6 H. Said Aqil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet. II, hlm. 40 7 Muhammad Abduh Al-Salam Abduh Al-Syafi’i, Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, juz. II, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1928), hlm. 381. 8 H. Said Agil Husain al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 3.
4
tentang dirinya maupun orang lain.9 Dari sinilah diharapkan bagi peserta didik supaya memiliki akhlak yang mulia baik kepada Tuhannya ataupun sesamanya sehingga tercapai suatu keberhasilan dan kesejahteraan baik di dunia ataupun di akhirat kelak. Hasil dari pembelajaran aqidah akhlak ini bukan hanya dilihat dari tinggi rendahnya inteligensi saja, tetapi akan nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, afektif dan psikomotorik secara terpadu pada diri siswa. Sehingga akan tertanam dalam diri siswa akhlakul karimah. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ”Hubungan Antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Kecerdasan Emosi Siswa Kelas VII MTs N I Semarang” sebagai judul skripsi.
B. Identifikasi Masalah Sekarang ini sering sekali dijumpai kasus-kasus perilaku yang menyimpang, diantaranya penganiayaan, bunuh diri, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan tidak adanya kontrol dalam diri individu yang diakibatkan oleh kelabilan pada emosinya. Oleh karena itu dikembangkanlah sebuah cabang ilmu, yang dinamakan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi berguna sebagai pengendali tingkah laku seseorang supaya selalu baik dimanapun berada karena banyak sekali kasus kekerasan yang terjadi belakangan ini . Salah satu pembelajaran yang efektif melalui pelajaran aqidah akhlak, yang di dalamnya mengajarkan tentang tata cara bertingkah laku terhadap sesama termasuk juga Tuhannya. Dari latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Apakah prestasi pelajaran aqidah akhlak berhubungan dengan kecerdasan emosi.
9
Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi; Membangun Kepribadian Muslim, (Bandung; Rosdakarya, 2006), Cet. I, hlm. 99
5
2. Bagaimana hubungan antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi. 3. Bagaimana kecerdasan emosi siswa yang memiliki prestasi pada pelajaran aqidah akhlak.
C. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan menghindari adanya kesalahpahaman dalam penulisan judul di atas, maka terlebih dahulu penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Istilah-istilah tersebut adalah: 1. Hubungan Hubungan artinya keadaan berhubungan, kontak, sangkut-paut, ikatan.10 Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan berarti sesuatu yang berangkai atau berkaitan dengan sesuatu yang lain. 2. Prestasi Prestasi ialah hasil yang telah dicapai.11 Dan jika prestasi dikaitkan dengan pelajaran, maka dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui pelajaran dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes ataupun angka nilai yang diberikan oleh seorang guru. Prestasi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai atau didapatkan. Jika dikaitkan dengan belajar yang merupakan proses transfer yang ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, tingkah laku dan kemampuan seseorang yang relatif tetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Jadi yang penulis maksud mengenai prestasi ialah nilai yang berdasar pada nilai raport.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), Cet. 4, hlm. 313. 11 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Ed. III, hlm. 895
6
3. Pelajaran Aqidah Akhlak Pelajaran Aqidah Akhlak adalah suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk mengetahui, memahami dan meyakini akidah Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.12 Pelajaran aqidah akhlak dapat diartikan pula sebagai pelajaran yang didalamnya mengajarkan seseorang untuk dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan seharihari. Jadi pelajaran aqidah akhlak dapat diartikan sebagai suatu cabang ilmu yang mengajarkan tentang tata cara dalam berhubungan, baik dengan Tuhannya ataupun dengan sesamanya sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. 4. Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosi ialah merupakan kecerdasan yang bersifat kualitatif, lebih mengarah kepada objek-objek fenomenal kedirian (in ward looking).13 Dan ada pula yang menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan yang rumit, aspek pribadi, sosial, dan pertahanan diri seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.14 Dengan demikian kecerdasan emosi ialah suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam hubungan dengan orang lain.
12
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Depag, 1985), Cet. 2, hlm. 134. 13 Suharsono, Mencerdaskan Anak; Mensintesakan Kembali Intelegensi Umum (IQ) dan Intelegensi Emosi(IE) dengan Intelegensi Spiritual(IS) (Jakarta, Intisari Press, 2000), Cet. I, hlm. 38 14 Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses (Bandung: Penerbit Kaifa, 2003) cet. IV hlm. 30
7
Atau kecerdasan emosi itu bisa dikatakan juga sebagai informasi tentang nilai yang mengisyaratkan terhadap seseorang tentang evaluasi sesuatu di sekitarnya baik secara positif maupun negatif. 5. Siswa MTs N I Semarang Siswa berarti pelajar pada akademis, perguruan tinggi.15 Siswa atau peserta
didik
juga
berarti
anggota
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.16 Siswa yang penulis maksud ialah siswa yang belajar di MTs. N I Semarang. Jadi yang dimaksud penulis, dalam hubungan antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs. N I Semarang ini ialah hubungan positif antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi siswa.
D. Perumusan Masalah Berpijak dari penegasan istilah tersebut di atas, maka permasalahan yang menjadi kajian di sini adalah: 1. Bagaimana prestasi siswa pada pelajaran aqidah akhlak di MTs N I Semarang? 2. Bagaimana Kecerdasan Emosi Siswa di MTs N I Semarang? 3. Adakah hubungan antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi siswa MTs N I Semarang?.
E. Manfaat Penelitian Dalam mengadakan penelitian ini, penulis memperoleh manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
15
Anwar Syarifudin, Kamus Saku Bahasa Indonesia ( Surabaya, Arkala, 1997) hlm. 362 UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung, Citra Umbara, 2005)hlm. 72. 16
8
1. Segi Teoritis (keilmuan) Sebagai sumbangan wacana keilmuan dan hasanah intelektual tentang prestasi pelajaran aqidah akhlak dan kecerdasan emosi. 2. Segi Praktis (terapan) a. Bagi orang tua supaya senantiasa memperhatikan prestasi belajar anak, khususnya pada pelajaran aqidah akhlak yang diharapkan bagi si anak selalu terkontrol dalam bertingkah laku sehari-harinya. b. Bagi sekolah supaya senantiasa meningkatkan mutu pendidikan sehingga dunia pendidikan kita berkualitas. c. Bagi peserta didik supaya membiasakan diri berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Rasulullah. d. Dalam masyarakat luas supaya selalu menghormati hak-hak orang lain.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak 1.1. Pengertian Prestasi Prestasi ialah hasil yang telah dicapai.1 Dan jika prestasi dikaitkan
dengan
pelajaran,
maka
dapat
diartikan
sebagai
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui pelajaran dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes ataupun angka nilai yang diberikan oleh seorang guru. Menurut WS. Winkell prestasi merupakan hasil belajar yang ditampakkan oleh siswa berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh sesuai dengan tujuan instruksional.2 Dan menurut Sutratinah Tirtonegoro prestasi ialah sebagai hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar. Prestasi ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol yang ditentukan pada tiap-tiap periode tertentu.3 Jadi menurut pendapat ini prestasi merupakan penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh seorang anak dalam periode tertentu. Prestasi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai atau didapatkan. Jika dikaitkan dengan belajar yang merupakan proses transfer yang ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, tingkah laku dan kemampuan seseorang yang relatif tetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Maka prestasi bukan hanya
1
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Ed. III, hlm.
895. 2
WS. Winkell, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1989), Cet. II, hlm. 319. Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. II, hlm. 43. 3
9
10
terpatok pada nilai pengetahuan saja, akan tetapi terdapat pula pada tingkah laku dan lain sebagainya.
1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik selama dalam proses pembelajaran, yang pastinya memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil tersebut. Dalam hal ini Ahmadi dan Widodo mengungkapkan, bahwa ada beberapa
hal
yang
dapat
mempengaruhi
prestasi
belajar,
diantaranya: 1. Faktor Internal a. Faktor jasmani (fisiologi), yaitu yang menyangkut pada fisik individu baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh, antara lain penglihatan, pendengaran dan lain-lain. b. Faktor psikologi, yaitu yang menyangkut pada psikis individu baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh, antara lain: -
Faktor
intelektif
yang
meliputi
faktor
potensial
(kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah dimiliki). -
Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti: sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, emosi dan lain-lain.
2. Faktor eksternal a. Faktor
sosial
seperti
lingkungan
keluarga,
sekolah,
masyarakat dan kelompok. b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kesenian. c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.
11
d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.4 Selain dari faktor-faktor di atas Nana Sudjana juga mengungkapkan bahwa faktor kemampuan siswa juga besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti: motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi, faktor fisik dan psikis.5 Senada dengan Ahmadi dan Widodo, Soemadi Suryabrata membagi menjadi 2 faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya: 1. Faktor intern (dalam diri) a. Faktor fisiologi, yaitu yang menyangkut pada jasmani. b. Faktor psikologi, yaitu yang menyangkut pada rohani seperti perasaan, kreatif dan lain-lain. 2. Faktor eksternal (dari luar) a. Sosial yaitu yang menyangkut manusia sekitarnya. b. Non sosial, seperti waktu, letak sekolah, alat-alat sekolah dan lain-lain.6 Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar hanya ada 2 bagian besar, yaitu faktor internal, yaitu yang menyangkut diri pribadi peserta didik, dan faktor eksternal yaitu lingkungan yang ada di sekitar peserta didik.
4
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. II, hlm. 131-132. 5 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), Cet. III, hlm. 39. 6 Soemadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Edisi II, hlm. 233-23.
12
1.3. Pengertian Pelajaran Aqidah Akhlak Pelajaran Aqidah akhlak adalah suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk mengetahui, memahami dan
meyakini
aqidah
Islam
serta
dapat
membentuk
dan
mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.7 Pelajaran aqidah akhlak dapat diartikan pula sebagai pelajaran yang didalamnya mengajarkan seseorang untuk dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari. Pelajaran aqidah akhlak bisa diartikan sebagai sub- mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas tentang ajaran agama Islam dalam segi Aqidah dan Akhlak.8 Jadi pelajaran aqidah akhlak dapat diartikan sebagai suatu cabang
ilmu
yang
mengajarkan
tentang
tata
cara
dalam
berhubungan, baik dengan Tuhannya ataupun dengan sesamanya sesuai dengan kaidah-kaidah Islam Dan dapat disimpulkan bahwa prestasi pelajaran aqidah akhlak ialah hasil belajar dalam menguasai bahan pelajaran aqidah akhlak, penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang pada akhirnya diwujudkan dalam angka nilai. Dan angka nilai tersebut berdasarkan penilaian formatif dan sumatif. Dan yang terpenting dari prestasi tersebut ialah tingah laku yang mencerminkan akhlakul karimah. Oleh sebab itu penilaian tersebut harus meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (nilai), dan psikomotorik (keterampilan)
7
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Depag, 1985), Cet. II, hlm. 134. 8 Depag RI, GBPP MTs: Pelajarn Aqidah Akhlak, (Jakarta, Dirjen Binbaga Islam, 1994), hlm. 1.
13
1.4. Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak Setiap sekolah dalam menerapkan bahan ajarnya pasti memiliki tujuan. Adapun tujuan dari pelajaran aqidah akhlak sebagai berikut: 1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat 2. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga. 3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui aqidah akhlak 4. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari 5. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya ataupun dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari 6. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem dan fungsionalnya 7. Penyaluran peserta didik untuk mendalami aqidah akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.9 Dan ada pula yang mengatakan bahwa tujuan pelajaran aqidah akhlak adalah sebagai berikut 1. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan hal-hal yang harus di imani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. 2. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik hubungannya dengan Allah, dengan dirinya
9
Depag RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta, Dirjen Binbaga Islam, 2004), hlm. 22.
14
sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya. 3. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.10 Sebenarnya dari tujuan-tujuan yang tersebut di atas ialah pembentukan akhlak.
Seperti dijelaskan Omar Muhammad At-
Toumy Al-Syaibany, tujuan tertinggi agama dan akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan kemajuan kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.11 Anwar Masy’ary mengatakan bahwa : akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tertinggi dan sempurna dan membedakan dari makhluk lain.12 Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa akhlaklah yang mendasari seseorang untuk berbuat, oleh sebab itu akhlak juga bertujuan supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.13 Dalam pelaksanaan pembelajaran pelajaran aqidah akhlak, perlu adanya beberapa pendekatan yang bertujuan supaya dalam diri peserta didik tertanam nilai-nilai akhlakul karimah. Pendekatanpendekatan tersebut ialah sebagai berikut: 1. Pendekatan keimanan, yaitu yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah sebagai sumber kehidupan 2. Pendekatan rasional, yaitu usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai- nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran
10
Moh. Rifai, Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kurikulum 1994, (Semarang: CV. Wicaksana, 1996), Jilid 1, hlm.5. 11 Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm.346. 12 Anwar Masy’ary, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu,1990), hlm. 22. 13 Barmawi Umary, Materia Akhlak, (Solo, Ramadhani, 1989), Cet. VIII, hlm. 2
15
3. Pendekatan emosional, yaitu upaya menggugah perasaan(emosi) peserta didik dalam menghayati aqidah dan akhlak mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik. 4. Pendekatan pengalaman, yaitu mengkondisikan peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari 5. Pendekatan pembiasaan, yaitu melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis serta dicontohkan oleh para ulama 6. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi aqidah akhlak yang memberi manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari 7. Pendekatan keteladanan, yaitu pembelajaran yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cermin dari individu (siswa) yang memiliki keimanan teguh dan berakhlak mulia14. Dengan demikian pendekatan-pendekatan tersebut dapat kita terapkan
dalam
berbagai
keadaan.
Tentunya
dengan
mempertimbangkan lokalitas yang ada. 1.5. Evaluasi Pelajaran Aqidah Akhlak Penilaian atau evaluasi pada dasarnya ialah memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu15. Lebih jauh lagi Bloom berpendapat sebagaimana dikutip oleh Daryanto: Evaluation as we see it, is the systematic collection of evidence to determine whether in fact certain changes are taking places in the learnes as well as to determine the amount or degree of change in individual students.16 Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui perubahanperubahan yang terjadi pada peserta didik secara sistematis . Dalam konteks ini, maka evaluasi tersebut sebagai pemberian nilai pada pelajaran aqidah akhlak.
14
Depag RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, (Jakarta, Depag RI, tt)
hlm. 53 15 16
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara 1996) cet.III hlm.111 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), Cet. I, hlm. 1.
16
Dan dalam pemberian nilai hendaklah memperhatikan beberapa aspek. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam evaluasi ialah sebagai berikut. 1. Aspek kognitif, yang meliputi perubahan-perubahan dalam segi pengetahuan
dan
perkembangan
atau
kemampuan
yang
diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. 2. Aspek afektif, yang meliputi perubahan-perubahan dalam sikap mental, perasaan dan kesadaran. 3. Aspek psikomotorik yang meliputi perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk tindakan motorik17. Selain ketiga aspek tersebut di atas, untuk mengetahui nilai hasil belajar aqidah akhlak, penulis juga menggunakan nilai raport. Indikator tercapainya tujuan pelajaran aqidah akhlak secara kuantitatif dapat dilihat dari prestasi belajar siswa berupa nilai raport. Tetapi secara kualitatif, siswa harus mampu bersikap dan berperilaku yang terpuji termasuk akhlak siswa. Dengan kata lain siswa berakhlakul karimah dilandasi dengan komitmen keimanan yang mendalam. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:18 1. Penilaian kelas, yaitu yang dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. 2. Tes kemampuan dasar, yaitu yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran. 3. Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan 17
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1995), hlm. 197. 18 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. I, hlm. 258-261
17
menyeluruh mengenai ketuntasan belajar siswa dalam satuan waktu tertentu. 4. Bencmarking, yang merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang seang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. 5. Penialian program, yaitu yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Dengan demikian keberhasilan belajar tidak hanya diukur secara kuantitatif yang dapat dilihat dari prestasi hasil belajar siswa berupa nilai raport, melainkan juga diukur secara kualitatif yaitu kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku yang terpuji termasuk juga akhlaknya. 1.6. Proses Pembentukan Akhlak Proses pembentukan akhlak hampir saja menjadi tujuan di dalam hidup, karena akhlaklah yang akan membawa manusia ke mana tujuan hidupnya dan merupakan hal yang selalu dipandang dan dinilai oleh orang lain dan juga Allah SWT. Selaras dengan ini Imam Al-Ghazali menuliskan dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din bahwa:
ﻭﺧﺎﻟﻖ ﺃﻫﻞ ﺍﻷﺧﺮﺓ ﺑﻸﺧﻼﻕ ﺃﻫﻞ,ﺧﺎﻟﻖ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺑﻸﺧﻼﻕ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻳﻨﺎ 19 .ﺍﻷﺧﺮﺓ Allah menciptakan ahli dunia dihiasi dengan akhlak dunia pula, dan Allah menciptakan ahli akhirat dihiasi dengan akhlak akhirat pula. Maksudnya bahwa Allah menciptakan manusia ahli dunia dengan akhlak dunia pula yaitu orang-orang yang selalu mementingkan dunia dan Allah menciptakan manusia ahli akhirat dengan akhlak akhirat pula yaitu orang-orang yang selalu 19
Imam al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, (Beirut: Dar al-Fikr, 1356 H), Juz 4, hlm. 145.
18
mementingkan akhirat dan beribadah kepada Allah SWT. Oleh sebab itu pembentukan akhlak hendaklah dilakukan semasa kecil atau anak-anak karena sesungguhnya anak ibarat selembar kain putih, yang tanpa noda. Hal ini telah dijelaskan oleh Nabi SAW dalam Haditsnya, yaitu:
ﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﹼﻢ ﻣﺎ ﻣﻦﻋﻦ ﺍﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺍﻧ )ﺭﻭﺍﻩ.ﺴﺎﻧﻪﺮﺍﻧﻪ ﻭﳝﺠﺩﺍﻧﻪ ﻭﻳﻨﺼﻣﻮﻟﻮﺩ ﺇ ﹼﻻ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻓﺎﺑﻮﺍﻩ ﻳﻬﻮ .(ﻣﺴﻠﻢ Dari Abi Hurairah RA. Sesungguhnya ia berkata, Nabi bersabda: tidak seorang bayipun yang baru lahir melainkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani dan Musyrik.(HR. Muslim)20 Dari Hadis tersebut di atas, maka seorang anak hendaklah diperhatikan dan dibimbing dalam rangka pembentukan akhlakul karimah. Karena sesungguhnya seorang anak akan mengikuti apa yang diajarkan oleh orang yang lebih tua. Dari itulah anak harus selalu mendapat perhatian yang lebih dalam berbagai lingkungan, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Penanaman nilai-nilai akhlak harus diterapkan sejak dini karena akan menjadi pesona hidup yang selalu dijalankan oleh anak tersebut dalam kehidupan sehari-hari karena di dalam dirinya sudah terpatri kemuliaan akhlak. Secara garis besar, akhlak dibagi menjadi 2 (dua). Pertama akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta) dan kedua adalah akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah). 1.6.1. Akhlak terhadap Allah SWT Manusia wajib mengimani bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Allah, oleh sebab itu wajib pula bagi manusia 20
Imam Muslim bin Hajjaj al-Qusyairy an Nisabury, Shahih Muslim (Beirut, Dar Ihya alTurots al-Araby, 1991) Juz. IV hlm. 2047
19
untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Bayyinah ayat 5:
ﻠﻮ ﹶﺓﺍ ﺍﻟﺼﻤﻮ ﻴﻳ ِﻘﻭ ﻨﻔﹶﺎ َﺀﺣ ﻦ ﻳ ﺍﻟ ِّﺪﻦ ﹶﻟﻪ ﻴﺼ ِ ﺨِﻠ ﻭﺍ ﺍﷲ َﻣﺪﻌﺒ ﻴﺍ ِﺇﻻﱠ ِﻟﺮﻭ ﺎ ﹸﺃ ِﻣﻭﻣ .(5 : )ﺍﻟﺒﻴﻨﺔ.ﻤ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻘِّﻴﻳﻦﻚ ِﺩ ﺫِﻟﻛﻮ ﹶﺓ ﻭﻮﺍ ﺍﻟﺰﺆﺗ ﻭﻳ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5).21 Selain dari menyembah dan taat kepada Allah SWT. Kita diwajibkan pula taat kepada Rasul-rasul Allah SWT. Sebagaimana Nabi Muhammad yang menjadi Rasul, yang diutus paling terakhir oleh Allah SWT kepada umat manusia. Diberi tugas oleh Allah untuk menyempurnakan Aqidah dan Akhlak manusia. Sebagaimana yang tertulis dalam hadits Nabi, yaitu:
ﻧﻤﺎ ﺑﻌﺜﺖ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﹼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﹼﻠﻢ ﺍ:ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ 22 .( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﲪﺪ.ﻷ ﹼﲤﻢ ﺻﺎﱀ ﺍﻷﺧﻼﻕ Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia menyampaikan, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan kebagusan akhlak (budi pekerti). (HR. Imam Ahmad) 1.6.2. Akhlak terhadap makhluk (ciptaan Allah SWT) Akhlak terhadap ciptaan Allah terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya: a. Akhlak terhadap orang tua Dalam etika Islam, dorongan dan kehendak berbuat baik pada orang tua telah menjadi akhlak yang mulia.
21
Soenarjo, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta, Depag RI, 1989) hlm. 1084. Muhammad Abduh Al-Salam Abduh Al-Syafi’i, Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, juz. II, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1928), hlm. 381. 22
20
Dalam hal ini Allah telah mengemukakan dalam al-Qur’an adalah:
ﻦ ﻐ ﺒﻠﹸﻳ ﺎﺴﺎﻧﺎ ِﺇﻣﻳ ِﻦ ِﺇﺣﺪ ﺍِﻟﻭﺑِﺎﹾﻟﻮ ﻩ ﺎﺍ ِﺇﻻﱠ ِﺇﻳﺪﻭ ﺒﻌ ﺗ ﻚ ﹶﺃﻻﱠ ﺑﺭ ﻭﻗﹶﻀﻰ ﺮ ﻬ ﻨﺗ ﻭ ﹶﻻ ﻑ ٍّ ﺎ ﹸﺃﻬﻤ ﺗ ﹸﻘ ﹾﻞ ﱠﻟ ﻼ ﺎ ﹶﻓ ﹶﻬﻤ ﻭ ﻛِﻠ ﺎ ﹶﺃﻫﻤ ﺪ ﺣ ﺮ ﹶﺃ ﺒﻙ ﺍﹾﻟ ِﻜ ﺪ ﻨِﻋ ﺡ ﺍﻟﺬﱡ ِّﻝ ﺎﺟﻨ ﺎﻬﻤ ﺾ ﹶﻟ ﺧ ِﻔ ﺍ( ﻭ23) ﺎﻳﻤﻮ ﹰﻻ ﹶﻛ ِﺮ ﺎ ﹶﻗﻬﻤ ﻭﹸﻗ ﹾﻞ ﱠﻟ ﺎﻫﻤ :ﺍ )ﺍﻻﺳﺮﺃﻴﺮﺻ ِﻐ ﻴِﻨﻲﺭﺑ ﺎﺎ ﹶﻛﻤﻬﻤ ﻤ ﺣ ﺭ ﺏ ﺍ ِّ ﺭ ﻭﹸﻗ ﹾﻞ ﻤ ِﺔ ﺣ ﺮ ﻦ ﺍﻟ ِﻣ .(24-23 Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (QS al-Isra: 23-24).23 Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa setelah kita menyembah dan taat kepada Allah SWT maka kita dianjurkan untuk taat terhadap kedua orang tua, selain dari berbuat jahat dan celaka pada diri sendiri dan orang lain. Akhlak terhadap orang tua bukan hanya sebatas taat pada perintah dan anjurannya saja, akan tetapi bisa juga dengan kasih sayang kepada keduanya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Ghazali bahwa: 24
.ﺇ ﹼﻥ ﺍﻷﻟﻔﺔ ﲦﺮﺓ ﺣﺴﻦ ﺍﳋﻠﻖ
Sesungguhnya kasih sayang itu buah dari bagusnya akhlak. 23 24
Soenarjo, op.cit, hlm. 427-428. Imam al-Ghazali, op. cit., hlm. 140.
21
Maksudnya bahwa kasih sayang menjadi bagian dari kebaikan akhlak manusia yang harus diterapkan dalam masyarakat luas lebih-lebih kepada kedua orang tua. b. Akhlak terhadap guru Guru adalah orang tua kedua yang ikut bertanggung jawab dan memperhatikan keberhasilan pendidikan anak, dengan
semangat
berjuang
memberikan
bimbingan,
pengajaran, pengawasan serta senantiasa memantau anak didiknya demi tercapainya pendidikan mereka sehingga guru membina perkembangan anak didiknya tiada berbeda dengan anak didiknya. Oleh karena itulah perilaku seorang murid yang mencari
ilmu
hendaklah
untuk
menghormati
dan
memuliakan guru mereka, setidaknya adalah: a) Mematuhi tata tertib dengan ikhlas dan setulus hati. b) Mengikuti pelajaran dengan sopan dan tertib. c) Berkata sopan dan ramah setiap berbicara dan menyapa setiap berjumpa. d) Mengerjakan tugas yang telah diberikan guru dengan baik dan jujur. e) Mencintai
pelajaran
(bersungguh-sungguh)
dan
bersemangat mengamalkan ilmunya. c. Akhlak terhadap masyarakat Karena manusia itu hidup bermasyarakat, maka mereka harus dapat hidup kasih sayang, tolong menolong lebih-lebih dalam hal kebaikan, dan senantiasa menjaga kerukunan terhadap sesamanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 103:
22
ﻭ ﹶﻻ ﺎﻴﻌﺟ ِﻤ ِ ﺒ ِﻞ ﺍﷲﺤ ﺍ ِﺑﻤﻮ ﺼ ِ ﺘﻋ ﺍﻭ ﻢ ِﺇ ﹾﺫ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ِ ﺖ ﺍﷲ ﻤ ﻌ ﺍ ِﻧﺮﻭ ﺍ ﹾﺫ ﹸﻛﺍ ﻭﺮﹸﻗﻮ ﺗ ﹶﻔ ﻢ ﻮِﺑﻜﹸ ﻦ ﻗﹸﻠﹸ ﻴﺑ ﻒ ﺍ ًﺀ ﹶﻓﹶﺄﻟﱠﻋﺪ ﻢ ﹶﺃ ﺘﻨﹸﻛ ﻠﻰﻢ ﻋ ﺘﻨﻭ ﹸﻛ ﺎﺍﻧﺧﻮ ﻤﺘِﻪ ِﺇ ﻌ ﻢ ِﺑِﻨ ﺘﺤ ﺒﺻ ﹶﻓﹶﺄ ﺎﻨﻬﻢ ِﻣ ﻧ ﹶﻘ ﹶﺬ ﹸﻛﺎ ِﺭ ﹶﻓﹶﺄﻦ ﺍﻟﻨ ﺮ ٍﺓ ِّﻣ ﹾﻔﺷﻔﹶﺎ ﺣ ﻢ ﻌﻠﱠﻜﹸ ﻢ ﺃﻳِﺘ ِﻪ ﹶﻟ ﻦ ﺍﷲ ُﹶﻟ ﹸﻜ ﺒِّﻴﻳ ﻚ ﻛﹶﺬِﻟ .(103 : )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ.ﻭ ﹶﻥ ﺘﺪﻬ ﺗ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103).25 Islam adalah laksana sebuah bangunan dan muslim adalah komponen dari bangunan tersebut. Demi tegaknya bangunan yang kokoh, maka antara muslim yang satu dengan yang lainnya dituntut kerja sama yang terpadu. Sesungguhnya antara muslim dengan muslim yang satunya ialah saudara. Mengenai persaudaraan, Imam alGhazali menjelaskan bahwa:
,ﺇ ﹼﻥ ﺍﻷﺧﻮﻳﻦ ﰱ ﺍﷲ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺪﳘﺎ ﺃﻋﻠﻰ ﻣﻘﺎﻣﺎ ﻣﻦ ﺍﻷﺧﺮ 26 .ﺭﻓﻊ ﺍﻷﺧﺮ ﻣﻌﻪ ﺇﱃ ﻣﻘﺎﻣﻪ Sesungguhnya persaudaraan di hadapan Allah SWT ialah apabila salah satunya lebih tinggi derajatnya maka akan mengangkat yang satunya pada derajat yang sama. 25 26
Soenarjo, op. cit., hlm. 93. Imam al-Ghazali, op. cit., hlm. 143.
23
Maksudnya bahwa persaudaraan di hadapan Allah SWT
jika
salah
satu
dari
mereka
lebih
tinggi
kedudukannya maka ia akan mengangkat kedudukan saudara
yang
satunya
sehingga
menjadi
sederajat
kedudukannya dengannya. Oleh karena itu umat Islam selalu dianjurkan untuk selalu bersatu sehingga menjadi umat yang kokoh. 2. Kecerdasan Emosi 2.1.Pengertian Kecerdasan Emosi Istilah kecerdasan emosi diusung dari barat, yang berasal dari kata emotional intellegence.
Intellegence menurut bahasa berarti
kecerdasan. Dan menurut istilah intellegen ialah kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak.27 Sedangkan kata emosional berasal dari bahasa latin, yaitu motere yang berarti bergerak.28 Sedangkan menurut istilah kecerdasan emosi ialah merupakan kecerdasan yang bersifat kualitatif, lebih mengarah pada objek-objek fenomenal kedirian (in ward looking).29 Pada masa-masa permulaan Salovey dan Mayer mendifinisikan kecerdasan emosi sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan
informasi ini
untuk
membimbing
pikiran
dan
tindakan.30
27
Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002), Cet. III, hlm. 7 28 Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional; Cara Baru Untuk Mendayagunakan Potensi Insting dan Kekuatan Emosi Anda (Bandung: Kaifa, 2001) hlm. 32 29 Suharsono, Mencerdaskan Anak, ; Mensintesakan Kembali Intelegensi Umum (IQ) dan Intelegensi Emosi(IE) dengan Intelegensi Spiritual(IS) (Jakarta, Intisari Press, 2000), Cet. I, hlm. 38 30 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emosional Intelligence Pada Anak Terj. Alex Tri Kantjono ( Jakrta: Garamedia Pustaka Utama, 2003) Cet. VI hlm. 8
24
Menurut Daniel Goleman kecerdasan emosi ialah sebagai berikut: Abilities such as being able to motivate one self and persists in the face of frustation: to control impulse and delay gratification: to regulate one’s mood and keep distress from swaming the ability to think: to empathize and to hope.31 Kemampuan-kemampuan seperti kemampuan memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan, mengatur suasana hati dan menjaga agar tetap berfikir jernih, berempati dan optimis. Kecerdasan emosi diartikan pula sebagai serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan yang rumit, aspek pribadi, sosial, dan pertahanan diri dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.32 Menurut Davis dan rekan-rekannya sebagaimana dikutip oleh Monty Satiadarma, kecerdasan emosi ialah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan emosi dengan lainnya, dan mungkin informasi tersebut untuk menuntun proses berfikir serta perilaku seseorang.33 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa kecerdasan emosi ialah suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam hubungan dengan orang lain. Dan kecerdasan emosi bisa juga dikatakan sebagai informasi tentang nilai yang mengisyaratkan terhadap seseorang tentang evaluasi sesuatu disekitarnya baik secara positif ataupun negatif. 31
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (New York: Bantam Book, 1996) hlm. 36 Trinanda Rainy Januarsari dan Yudi Murtanto, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses (Bandung: Kaifa, 2003) Cet. IV hlm. 30 33 Monty Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidk Kecerdasan; Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru Dalam Mendidk Anak Cerdas (Jakarta: Pustaka Popular Obor, 2003) hlm. 27 32
25
Kecerdasan emosi bukanlah lawan dari kecerdasan intelektual atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Seperti yang dikatakan Suharsono dalam buku Mencerdaskan Anak, bahwa
ada tiga komponen penting yang dianggap sebagai esensi
kecerdasan, yaitu: penilaian (judgment), pengertian (comprehension), dan penalaran (reasoning).34 Dari komponen-komponen tersebut kecerdasan emosilah yang akan menjadi penyelaras ataupun pengendali. Jadi idealnya, seseorang dapat menguasai kecerdasan kognitif sekaligus keterampilan sosial dan emosional, sebagaimana yang ditunjukan oleh negarawan-negarawan besar dunia ataupun orang-orang sukses lainnya. Apabila seseorang hanya mengandalkan kecerdasan kognitif saja, maka hampir dipastikan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal dalam usahanya. Karena menurut JB. Watson seperti yang dikutip Singgih Dirga Gunarsa, mengatakan bahwa manusia mempunyai tiga emosi dasar yaitu: 1. Fear (takut) yang berkembang menjadi anxiety (cemas) 2. Rage yang berkembang menjadi anger (marah) 3. Love (cinta) yang berkembang menjadi simpati.35 Untuk menengarai emosi-emosi negatif tersebut di atas, Daniel Goleman berpendapat bahwa: the mind can protect is self against anxiety by dimming awarenes.36 Artinya pikiran mampu menjaga diri untuk melawan kegelisahan yang ditimbulkan oleh kesadaran yang suram. Maksudnya bahwa pikiran yang tenang dapat mencegah dari kegelisahan. Dan dikatakan pula bahwa, apabila hawa telah mendominasi, yang secara pasti akan merusak dan menyesatkan, maka akan 34
Suharsono, op.cit, hlm. 34 Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi (Jakarta: Mutiara, 1983), Cet. II hlm. 129 36 Daniel Goleman, Vital Lies, Simple Truths; The Psychology of self-deception, (London: International Universities Press, 1986), hlm. 22. 35
26
berakibat kegagalan bagi jiwa yang dipengaruhi keburukan dan akan menyesal di akhirat nanti.37 Oleh sebab itulah kecerdasan emosi sangat diperlukan dalam menjalani hidup demi tercapainya cita-cita yang diharapkan. 2.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi Dalam kenyataan yang ada, kecerdasan emosi tidaklah muncul secara sporadis, artinya ada faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi. Dan sebenarnya ada dua faktor lingkungan yang mempengaruhi kecerdasan emosi, yaitu faktor keluarga dan sekolah. 1. Faktor keluarga Keluarga ialah suatu ikatan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.38 Keluarga memiliki fungsi sebagai perlindungan dan pemeliharaan, pendidikan dan lain sebagainya. Oleh sebab itulah pendidikan yang sangat mendasar akan lebih mengena jika didalam keluarga tesebut memperhatikan antara anggota keluarganya sendiri. Pemerhatian itu bertujuan sebagai bentuk pembelajaran mengenai tingkah laku, pembentukan emosi yang seimbang, kasih sayang dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan tingkah laku dan emosi akan mudah dilihat dalam lingkungan keluarga. Perubahan-perubahan itu akan dibimbing oleh orang yang dipandang lebih dewasa, semisal orang tua atau orang yang dianggap lebih bijaksana. Mengenai perubahan pada emosi, Claude Stainer mengemukakan ada beberapa hal yang dapat mengembangkan emosi supaya
37
M. Djarot Sensa, Qur’anic Quotien “Kecerdasan-kecerdasan Bentukan Al-Qur’an” (Jakarta: Hikmah, 2005) hlm. 44 38 Sayekti Pujosuwarno. Bimbingan dan Konseling Keluarga (Yogyakarta, Menara Mas Offset, 1994) Cet. I hlm. 11
27
menjadi emosi yang matang atau yang biasa disebut kecerdasan emosi, antara lain: 1. Membuka hati, artinya sebagai orang yang dipandang dewasa harus bisa membuka hati orang yang akan dibimbingnya atau dengan kata lain harus dihormati 2. Menjelajahi dataran emosi, artinya mengerti akan emosi diri sendiri dan emosi orang lain 3. Mengambil tanggung jawab, artinya mengerti akan masalah yang ada dan mau mengakui kesalahannya serta mau memperbaiki kesalahannya.39 Tetapi menyadari semua ini tidaklah cukup. Kematangan emosi menuntut agar seseorang juga menyesuikan diri yang berarti sebuah kompromi.40 Dan ada lagi yang menyebutkan, bahwa cara dalam mengembangkan kecerdasan emosi ialah sebagai berikut: 1. Menyadari emosi anak 2. Mengakui emosi sebagai peluang untuk kedekatan dan mengajar 3. Mendengarkan dengan segala empati apa yang diucapkan anak dan meneguhkan perasaan anak 4. Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan masalah Dari beberapa cara tersebut di atas dititik beratkan pada perhatian dan pemahaman, pada perasaan anak. Suharsono mengemukakan ada tiga cara dalam mengembangkan kecerdasan emosi di antaranya: 1. Menggunakan
permintaan
anak
sebagai
sarana
untuk
meningkatkan kecerdasan emosi secara efektif, yaitu dengan
39
Agus Nggermanto, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum; Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis (Bandung: Nuansa, 2002), Cet. IV, hlm. 100-102 40 Dorothy C. Finkelor. Bagaimana Emosi Berperan Dalam Hidup Anda Terj. Hasyim Kahhar (Yogyakarta: Zenith Publisher, 2004) Cet. I hlm. 29
28
menanyakan tujuan dari permintaan tersebut pada anak, dengan tujuan anak berfikir dengan tujuan tersebut. 2. Orang tua memberikan tawaran ganda pada anak, yaitu dengan tujuan untuk anak bisa memilah dan memilih apa yang diharapkannya. 3. Menjadikan anak sebagai hakim dalam pelanggaran yang dilakukannya sendiri, yaitu yang bertujuan untuk mendidik anak supaya disiplin.41 Dalam cara pengembangan kecerdasan emosi di atas terdapat inti, yaitu kasih sayang. Jadi cara pengembangan yang baik yaitu dengan kasih sayang yang dicurahkan oleh orang tua dengan sepenuhnya. Bukan sebaliknya, yaitu dengan cara otoriter. 2. Faktor sekolah Sekolah sebagai institusi formal ikut dalam pembentukan kecerdasan emosi pada anak. Dalam sekolah peran guru sangatlah penting dalam membina anak didiknya untuk menjadi cerdas dalam mengolah emosinya. Guru merupakan orang kedua setelah orang tua, jadi faktor terpenting bagi seorang guru ialah kepribadian.42 Guru melihat dirinya sebagai pemberi tauladan yang baik sehingga seorang guru dituntut memiliki kepribadian yang mantap dan perilaku yang terpuji agar menjadi tauladan bagi anak didiknya. Seperti jujur, bertanggung jawab, berkomitmen terhadap tugas, disiplin dalam bekerja, kreatif dan respek terhadap siswa. Ada beberapa cara mendidik kecerdasan emosi di sekolah, dintaranya: 1. Sekolah harus mampu menciptakan rasa aman bagi siswa, yakni atmosfer yang demokratis dan guru harus memahami kondisi siswa. 41
Suharsono, Akselerasi Intellegence; Optimalkan IQ, EQ, SQ Secara Islami (Jakarta: Inisiasi Press, 2004) hlm. 205-208 42 Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet. IV, hlm. 11
29
2. Sekolah harus mampu menciptakan self eficcy (seperti sikap percaya diri, optimis dan lain-lain) pada diri siswa. 3. Guru harus dapat membantu siswa dalam menyalurkan emosi lewat kegiatan yang positif dan konstruktif.43 Karena kecerdasan emosi merupakan kecerdasan yang harus diasah dan terus untuk berlatih, maka sekolah juga harus melatih anak-anak didiknya melalui program yang menjurus pada pelatihan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi bukanlah kemampuan yang bersifat relatif tetap, akan tetapi dapat terus dikembangkan yang menurut Syamsu Yusuf kecerdasan emosi dapat diupayakan, jika seseorang tahu bagaimana cara: 1. Memperdayakan diri sendiri dan orang lain untuk mengatasi rasa sedih dan menderita yang melekat dalam kehidupan di dunia yang penuh tuntutan dan tantangan. 2. Menciptakan situasi senang dan membangun hubungan-hubungan dalam proses itu. 3. Mengelola emosi-emosinya sehingga mereka sungguh-sungguh bisa mengungkapkan apa yang dirasakan. 4. Mendisiplinkan diri untuk mencapai sasaran sementara, masih tetap termotivasi pada proses itu. 5. Bersikap tabah selama menghadapi konfrontasi dan kekecewaan. 6. Memiliki rasa empati dan kasihan pada orang lain. 7. Bersikap konsisten dan berimbang dalam kehidupan sosialnya. 8. Menciptakan kehidupan yang penuh gairah dan profesional memuaskan.44
43
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001) hlm. 90-91 44 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Dewasa (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000) Cet.I hlm.113-114
30
2.3.Ciri-ciri Kecerdasan Emosi Ada beberapa ciri mengenai kecerdasan emosi, diantaranya: 1. Kemampuan mengenali emosi yang muncul dalam diri sebagai reaksi terhadap suatu fenomena 2. Kemampuan mengelola emosi-emosi yang muncul dalam diri 3. Kemampuan memotivasi diri ketika menghadapi hambatan atau kegagalan dalam meraih sesuatu 4. Kemampuan mengenali emosi orang lain 5. Kemampuan membina hubungan dengan orang lain Kemampuan-kemampuan yang ada diatas merupakan salah satu perubahan yang ada dalam diri seseorang dengan kemampuan mengendalikan emosinya. Kenyataan yang ada bahwa banyak diantara kita
yang
tidak
mengantisipasi
perubahan-perubahan
dalam
perkembangan emosi pada diri kita sebagaimana kita memandang perubahan-perubahan dalam pertumbuhan fisik dan kognisi yang dapat menimbulkan banyak masalah yang seharusnya dapat dihindari. Yang sebenarnya bahwa kecerdasan emosi lebih bervariasi dari pada perkembangan fisik dan kognisi, yang dalam banyak hal dapat diprakirakan. Dan Harry Alder mencirikan kecerdasan emosi sebagai berikut: 1. Orang yang mampu mengendalikan dan mengarahkan diri sendiri 2. Memiliki inisiatif 3. Tampak bebas dan tidak bergantung pada emosional 4. Bersikap dewasa 5. Tahu bagaimana mengurusi diri sendiri 6. Percaya diri dalam membuat rencana, dapat membuat keputusankeputusan penting untuk diri mereka sendiri 7. Integritas
31
8. Menikmati hubungan-hubungan yang ditandai dengan penghargaan dan tanggung jawab 9. Tidak terpaku pada bantuan orang lain 10.Tidak hidup berdasarkan pendapat psikologi orang lain.45 Dari ciri yang ada di atas ialah ditekankan pada sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seseorang dalam kecerdasan emosi.
2.4.Ruang Lingkup Kecerdasan Emosi Mengenai kecerdasan emosi para ahli sepakat bahwa kecerdasan ini hanya bisa dilihat pada perilaku-perilaku seseorang. Menurut Goleman ada beberapa kecerdasan emosi, yang ditandai oleh beberapa sikap, diantaranya: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial, 46 yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kesadaran diri, yaitu mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya, dan intuisi. Kesadaran diri dapat dilatih dengan cara mengetahui tentang keadaan dirinya sendiri, sehingga individu tersebut dapat menerima keadaan yang sedang dialaminya. b. Pengaturan diri, yaitu mengelola kondisi, impuls dan sumber daya diri sendiri. Kemampuan ini dapat berjalan jika individu tersebut mampu mengelola keadaan yang ada disekitarnya dengan akal sehat yang dikombinasikan dengan kemampuan pribadi masingmasing. c. Motivasi,yaitu kecenderungan emosi yang mengantar
atau
memudahkan peraihan sasaran. Ada beberapa cara dalam mengembangkan motivasi pada anak, diantaranya: 1) mengajari berharap keberhasilan, 2) mengajari sikap tidak mudah menyerah, 3) mengajari pentingnya menghadapi dan mengatasi kegagalan,
45
Harry Alder, Pacu EQ dan IQ Terj. Cristina Prianingsih (Jakarta: Erlangga, 2001) hlm. 80 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa Alex Tri Kancono Widodo, (Jakarta: Gramedia, 1999), Cet. III, hlm. 42-43. 46
32
dan 4) memberikan pendidikan yang relevan dengan minat dan gaya belajar anak. 47 d. Empati, yaitu kesadaran terhadap perasaan orang lain. Artinya bahwa individu harus mampu memahami perasaan orang lain dalam
mengatasi
keragaman.
Ada
beberapa
cara
dalam
mengembangkan empati, diantaranya: 1) mengajari sikap peduli dan tanggung jawab, 2) mengajari untuk mempraktekkan perbuatan baik secara acak, dan 3) melibatkan individu dalam kegiatan masyarakat. e. Keterampilan sosial, yaitu kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain. Kemampuan ini menuntut individu untuk mampu berkomunikasi dan beradaptasi dengan orang lain sehingga dapat meyakinkan orang lain dengan rasa aman. Ada beberapa hal untuk mengembangkan keterampilan sosial, diantaranya: 1) berbagi informasi pribadi, 2) menyelaraskan respon atas orang lain, 3) mengungkapkan kebutuhan pada orang lain dengan penuh perasaan, dan 4) menunjukkan pada orang lain bahwa kita mau memahami orang lain. Dari beberapa sikap yang mencirikan pada kecerdasan emosi ini, akan muncul indikator pada setiap sikapnya, antara lain: jujur, optimis dan lain sebagainya.
3. Hubungan Antara Prestasi Aqidah Akhlak Dengan Kecerdasan Emosi Prestasi pelajaran aqidah akhlak merupakan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam memahami dan menghayati sekaligus mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam melalui aktivitas merubah tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai agama Islam sehingga diharapkan menjadi manusia sempurna, yaitu yang memiliki akhlakul karimah.
47
Op. cit. Lawrence E. Shapiro, hlm. 227-228
33
Salah satu tujuan mempelajari aqidah akhlak ialah membentuk manusia yang memiliki tingkah laku yang mulia baik terhadap Tuhannya ataupun terhadap sesama. Pengajaran tersebut meliputi iman terhadap Allah dan Rasulnya, tolong menolong, saling menghormati dan lain sebagainya. Yang sama halnya dengan tujuan pembentukan kecerdasan emosi yaitu manusia yang memiliki sikap yang mulia dengan mengenali dan memahami perasaan orang lain sehingga tingkah lakunya selalu dijaga supaya tidak menyakiti perasaan orang lain. Dalam mempelajari aqidah akhlak ada beberapa pendekatan, salah satunya pendekatan emosional yaitu mengolah perasaan (emosi) peserta didik dalam bertingkah laku. Hal inilah yang mendasari bahwa jika manusia telah dapat mengendalikan emosinya maka manusia tersebut tidak akan bertingkah laku kasar, justru sebaliknya yaitu bertingkah laku baik. Menurut Zakiyah Daradjat bahwa emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama seseorang. Tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang yang dapat dipahami tanpa mengindahkan emosinya.48 Dari pendapat ini maka emosi memiliki pengaruh cukup besar dalam penentuan perilaku seseorang termasuk di dalamnya akhlakul karimah. Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan yang dapat terus ditingkatkan, tidak seperti halnya kecerdasan intelektual yang relatif tetap. Ada beberapa hal yang dapat membangun dan meningkatkan kecerdasan emosi, diantaranya:49 1. Melatih penjernihan emosi, emosi seseorang berpusat pada hati yang penjernihannya yaitu dengan selalu dekat kepada Allah karena sesungguhnya hati (qalb) mampu memperoleh ilmu secara langsung dari Tuhan. Karena itu, selaras dengan al-Qur’an bahwa hati (qalb) 48
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet. XXVII, hlm.
95. 49
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual; Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta, Arga, 2005), Cet. XXV, hlm. 204-212.
34
melebihi potensi otak.50 Hal ini dapat dilakukan dengan cara berwudlu, shalat dan lain-lain. 2. Melatih prinsip bintang, yaitu dengan membentuk rasa aman, membentuk rasa percaya diri serta motivasi. Melatih kebijaksanaan dan membentuk integritas. 3. Melatih dan membangun prinsip kepercayaan. Kepercayaan bukanlah semata-mata pemberian dari orang lain, melainkan suatu upaya yang merupakan hasil timbal balik dari seseorang yang menunjukkan integritas, komitmen dan loyalitas. 4. Melatih prinsip kepemimpinan, prinsip ini terbentuk setelah adanya kepercayaan baik dari orang lain maupun dari Tuhannya. 5. Melatih prinsip pembelajaran. Manusia tidak hanya diminta oleh Tuhan untuk dapat membaca alam fisik saja, tetapi juga manusia dan hubungan sosialnya, bahkan tentang penciptanya. Oleh karena itu, manusia diharuskan belajar baik dari diri sendiri, orang lain dan juga alam sekitar. Jika manusia tidak mampu untuk meberdayakan kemampuan nalar (reasoning power) dalam dirinya, maka manusia dalam keadaan ”terputus”(dari mata rantai kehidupan) dan menjadi kehilangan arah. Dengan kemampuan nalar pulalah, seseorang dapat mencerna unsur-unsur penting yang ada pada alam ini sebagai satu kesatuan sunnatullah.
51
Dari belajar itulah akan menimbulkan
pengaruh yang kuat pada seseorang, oleh karena itu Allah selalu mengajak manusia untuk berfikir kritis, melatih otak dan hati manusia. Dalam hal ini pembelajaran pada pelajaran aqidah akhlak yang mengajarkan tentang tingkah laku manusia seutuhnya yaitu terhadap Tuhan, sesama dan alam sekitar. Dalam pembelajaran aqidah akhlak bukan saja ditekankan pada kognitifnya saja yaitu dengan membaca
50
M. Yaniyullah Delta Auliya, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak, (Jakarta, Raja Grafindo, 2005), hlm. 15 51 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual; The ESQ Way 165 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga, 2006), Cet. XXIX, hlm. 182
35
namun juga pada bidang afektif (tingkah laku) yaitu berupa tingkah laku orang lain dan alam sekitarnya yang bisa dijadikan sebagai teladan. Penekanan pentingnya berfikir serta belajar ini sangat dimuliakan oleh Allah.52 Karena selain predikat keutamaan sebagai kaum muslimin yang beriman serta yang terus menerus berfikir tentang hakekat penciptaannya di muka bumi yang hampir di sebutkan Allah di setiap ayatnya, maka keutamaan manusia yang belajar aqidah akhlak ialah mampu menyelamatkan dirinya dan sesamanya dari kehancuran dan juga dapat mendorong manusia pada kemajuan peradaban. Oleh karena itu manusia diwajibkan untuk belajar, baik dari peristiwa-peristiwa, buku-buku, pengalaman-pengalaman diri sendiri dan orang lain yang intinya dapat dipetik untuk dijadikan teladan, peringatan ataupun kesimpulan. 6. Melatih simulasi dan visualisasi. Dalam hal ini penulis mencontohkan pada sebuah ritual keagamaan, yaitu shalat yang merupakan visualisasi dan simulasi dari kehidupan dan idialisme sebuah cita-cita yang luhur. Shalat yang disebut sebagai do’a dapat memvisualisasikan otak kanan. Jadi semakin banyak orang melakukan shalat secara rutin maka tingkat visualisasinya semakin baik pula yang akan mengantarkan seseorang pada cita-cita yang diharapkannya. 7. Melatih prinsip keteraturan. Disiplin merupakan sebuah contoh sikap dari keteraturan, sikap disiplin inilah yang akan mampu menjaga dan memelihara tatanan masyarakat, tanpa disiplin maka masyarakat akan hancur. Dari beberapa pelatihan tersebut yang bertujuan pada pengendalian emosi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sudah terbiasa dalam kesehariannya, maka dinamakan sebagai akhlak. Di dalam Islam hal-hal yang tersebut seperti konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadlu), totalitas (kaffah), integritas dan penyempurnaan (ihsan) dan keseimbangan (tawazun), semua itu disebut akhlakul karimah. 52
Ibid, hlm. 184.
36
Jadi semakin jelas jika keberhasilan dalam mempelajari aqidah akhlak manusia tersebut akan dapat mengendalikan dan menguasai emosinya secara menyeluruh. Atau dengan kata lain semakin tinggi prestasi pelajaran aqidah akhlak semakin tinggi pula kecerdasan emosi seseorang.
B. Kajian Penelitian yang Relevan Dari hasil survei kepustakaan di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, penelitian yang mengkaji mengenai prestasi belajar aqidah akhlak dan kecerdasan emosi sangatlah banyak, diantaranya: 1. Penelitian yang berjudul ”Studi Korelasi Antara Prestasi Belajar Aqidah Akhlak dengan Perilaku Sosial Anak Usia Pubertas di MTs Darul Hikmah Meganti Kedung Jepara” oleh Mukhlisin pada tahun 2002 menyatakan ”ada korelasi positif antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan perilaku sosial anak usia pubertas”. 2. Penelitian yang berjudul ”Menanamkan EQ Melalui Kisah-kisah Dalam Al-Qur’an” Oleh Hasanudin pada tahun 2002, yang berkisar pada cara mengajarkan EQ kepada anak melalui cerita-cerita dalam al-Qur’an. 3. Penelitian yang berjudul ”Upaya Pengembangan Kecerdasan Emosional Siswa di SD Hj. Isriati, Baiturrahman Semarang” Oleh Shokhifah pada tahun 2005 yang memfokuskan pada usaha dalam mengembangkan kecerdasan emosional yang dilakuan guru terhadap siswanya.
C. Pengajuan Hipotesis Untuk menghindari penelitian yang tidak terarah dan memberikan batasan yang tegas, maka diperlukan hipotesis; yaitu perumusan jawaban sementara terhadap suatu soal yang dimaksud sebagai tuntunan untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan berkenaan dengan penelitian ini ialah ”Ada hubungan positif antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang”. Artinya apabila
37
prestasi pelajaran aqidah akhlak pada siswa baik, maka baik pula kecerdasan emosi pada siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang.
BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.1 Secara sederhana metodologi penelitian dapat diartikan sebagai cara yang digunakan dalam melakukan penelitian yang meliputi prosedur penelitian dan teknik penelitian. Dalam metodologi penelitian ini akan diuraikan antara lain: tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan hipotesis.
A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan hal yang pokok, yang akan memberikan arahan dalam melakukan penelitian terhadap peneliti, sehingga akan memudahkan bagi peneliti untuk mengerjakan dan mencari data-data permasalahan. Adapun tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui prestasi pelajaran Aqidah Akhlak siswa MTs. N 1 Semarang. 2. Untuk mengetahui tentang kecerdasan emosi siswa MTs. N 1 Semarang. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara prestasi pelajaran Aqidah Akhlak dengan kecerdasan emosi siswa MTs. N 1 Semarang.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Demi
memperoleh data tentang hubungan antara prestasi pelajaran
Aqidah Akhlak dengan kecerdasan emosi siswa, maka penelitian ini dilakukan: Waktu penelitian
: Pada tanggal 1 sampai dengan 30 November 2007.
Tempat penelitian
: MTs N 1 Semarang.
1
Husairi Usman dan Purmono Setiadi Akbar, Metodologi Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 42.
37
38
Alamat
: Jln. Kethileng Raya Baru Semarang
C. Variabel Penelitian Variabel ialah obyek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.2 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independent (pengaruh/ bebas) dan variabel dependent (terpengaruh/ terikat). Variabel tersebut yaitu: 1. Variabel independent (pengaruh/ bebas) Variabel independent di sini ialah prestasi pelajaran Aqidah Akhlak (X) dengan indikator sebagai berikut: -
Prestasi pada nilai raport semester gasal dan genap tahun ajaran 2006/2007, yaitu dengan penilaian pada pengetahuan dan pengamalan siswa.
2. Variabel dependent (terpengaruh/ terikat) Variabel dependent di sini ialah kecerdasan emosi siswa (Y) dengan indikator: -
Kesadaran diri
-
Pengaturan diri
-
Motivasi
-
Empati
-
Keterampilan sosial
D. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis pendekatan correlation research (penelitian korelasi), yang bertujuan untuk mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain, berdasarkan pada koefisien korelasi. Metode penelitian korelasi merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara menggabungkan variabel bebas (X), yaitu prestasi pelajaran Aqidah Akhlak 2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 94.
39
yang berpengaruh pada variabel terikat (Y), yaitu kecerdasan emosi siswa yang dipakai untuk menganalisis data-data tersebut adalah dengan menggunakan analisis data satu prediktor.
E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Jadi semua elemen yang terdapat di dalam wilayah penelitian merupakan obyek yang harus diteliti. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang . Jumlah semua siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang ialah 253 siswa. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Oleh karena populasinya besar sementara kemampuan peneliti terbatas, maka peneliti menggunakan penelitian sample. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto bahwa “Apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.3 Berdasarkan pendapat ini maka peneliti menetapkan 20% dari populasi untuk dijadikan sampel. Berarti jumlah yang diambil peneliti adalah 20% dari 253 siswa yaitu 51 siswa sebagai sample. 2. Teknik Pengambilan Sampel Berkaitan dengan teknik pengambilan sample, penulis memilih random sampling, yaitu pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan
penggabungannya
yang
diseleksi
sebagai
sampel
mempunyai peluang yang sama.4 Teknik pengambilan sampel ini juga berkelompok karena keseluruhan populasi dikelompokkan ke dalam kelaskelas yaitu kelas A, kelas B, kelas C, Kelas D, kelas E, kelas F, 3
dan
Ibid., hlm. 112. Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, Terj. Alimuddin Tuwu, (Jakarta; UI Press, 1993), Cet. I, hlm. 163 4
40
kelas G. Teknik ini juga acak karena seluruh individu dalam populasi tersebut mempunyai kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Peneliti mengambil siswa 51 (20%) dari populasi sebagai sample. Sebagaimana disebutkan Suharsimi Arikunto bahwa untuk populasi yang terdiri dari 100 orang atau lebih, maka peneliti bisa mengambil antara 1015% atau 20-25% atau lebih dari populasi.
F. Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data dari lapangan peneliti menggunakan instrumen angket (kuesioner), pengamatan (observasi), dokumentasi, dan wawancara (interview). Dalam rangka untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode sebagai berikut: 1. Metode Angket Metode angket adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.5 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan responden yang menjadi obyek penelitian. 2. Metode Observasi Metode observasi yaitu metode yang dilakukan dengan cara memperhatikan sesuatu menggunakan mata atau pengamatan langsung. Penggunaan metode ini didasarkan pada alasan bahwa penelitian ini akan lebih akurat. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang situasi umum sekolah, yaitu keadaan dan letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana dan lain-lain di MTs N 1 Semarang. 3. Metode Interview Metode interview yaitu suatu metode pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan sistematis dan berlandaskan 5
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 128.
41
pada tujuan penelitian.6 Metode ini digunakan untuk mengadakan wawancara dengan pihak sekolah tentang situasi proses belajar mengajar di kelas. 4. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu “Suatu metode yang digunakan dengan cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.7 Metode ini digunakan untuk memperoleh data jumlah siswa, data hasil belajar aqidah akhlak yang diambil dari nilai standar dan nilai raport siswa, keadaan guru, karyawan, peserta didik dan data lain yang diperlukan.
G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Pendahuluan Setelah data terkumpul yang berisi tentang nilai raport pada pelajaran aqidah akhlak dan kecerdasan emosi, yang kemudian dimasukkan ke dalam tabel persiapan. Dari tabel masing-masing variabel tersebut kemudian dicari mean dengan rumus: M =
ΣM N
Keterangan: M
: Nilai rata-rata/mean
ΣM
: Jumlah keseluruhan nilai rata-rata yang dicari.
N
: Jumlah responden.
2. Analisis uji hipotesis Pada tahap ini menghitung lebih lanjut pada distribusi frekuensi dan diajukan dengan uji hipotesis, yaitu dengan menggunakan rumus regresi satu prediktor. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 6
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II. (Yogyakarta, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 2004), hlm. 218. 7 Ibid., hlm. 135.
42
a. Mencari korelasi antara prediktor dan kriterium melalui teknik korelasi moment tangkar pearson untuk mencari hubungan antara variable bebas (X) dengan variable terikat (Y). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: rxy =
{N .Σx
N (Σxy ) − (Σx )(Σy ) 2
− (Σx )
2
} {N . y
2
− (Σy )
2
}
8
Keterangan: rxy
: Koefisien
ΣX
: Variabel bebas, yaitu prestasi pada nilai raport
ΣY
: Variabel terikat, yaitu kecerdasan emosi
N
: Jumlah responden (sampel)
Σ
: Sigma (jumlah)
korelasi variabel X dan variabel Y
b. Uji signifikansi korelasi melalui uji tabel t sebagai berikut:
t=
rxy N − 2
(1 − r ) 2
c. Mencari persamaan garis regresi yˆ = a + bX 9 Keterangan: Y : (baca y topi), subyek variabel terikat yang diproyeksikan X : variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a : nilai konstanta harga y, jika X = 0 b : nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukkan nilai peningkatan (X) atau nilai penurunan variabel Y . d. Uji signifikansi nilai Freg Berikut ringkasan rumus-rumus analisis regresi dengan satu prediktor skor deviasi.10 8
I Made Putrawan, Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. I, hlm. 119. 9 http://analistat.com/regresi/regresilinear.php. 10 Ibid.
43
Sumber variasi Regresi (reg)
Residu (res)
Total
Db
Jk
Rk
Freg
1
(Σxy )2
jk reg
Rk reg
Σx
dbreg
Rk res
jk res dbres
Rk reg
N-2
N-1
Σy 2 =
2
(Σxy )2 Σx 2
Rk res
Σy 2
3. Analisis Lanjut Analisis ini akan menguji signifikansi untuk membandingkan Freg yang telah diketahui Ft (Ft 5% atau 1%) dengan kemungkinan. b. Jika Freg > Ft 5% atau 1%, maka hasilnya signifikan (diterima). c. Jika Freg < Ft 5% atau 1%, maka hasilnya non signifikan (ditolak).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum MTs N I Semarang 1.1. Profil MTs N I Semarang Madrasah Tsanawiyah Negeri I Semarang merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah di kota Semarang yang memiliki peran strategis pada masa datang dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang beriman, berilmu, cerdas, jujur dan bertanggung jawab sebagai salah satu ciri ke-Islam-an. Dari peran inilah, MTs N I Semarang diharapkan
mampu membentuk manusia sempurna
seutuhnya menurut nilai-nilai Islam. Pada awal mulanya MTs N I Semarang merupakan alih fungsi dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN), yang berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 113 Tahun 1978 pada tanggal 7 Desember 1978 tentang perubahan status dari PGAN Semarang beralih menjadi MTs N I Semarang mulai berlaku pada ajaran baru 1 Juni 1979. Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) semula bertempat di jln. Sisingamangaraja 5, yang kemudian pada tahun 1993 menempati gedung yang berada di Jl. Ketileng Raya Baru sampai dengan sekarang dengan nama MTs N I Semarang Pada awalnya MTs. N I Semarang menggunakan kurikulum 1994 yang berisi daftar mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk menyelesaikan studinya. Namun berdasarkan surat edaran kepala kantor wilayah Departemen Agama Jawa Tengah No. WK/5.a/ PP.00/2004 pada tanggal 14 April 2004, menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mulai tahun ajaran 2004/2005. dan belum genap masa penggunaan kurikulum tersebut, oleh pemerintah diganti dengan kurikulum baru, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
44
45
Pelajaran (KTSP) yang dalam pelaksanaannya telah disesuaikan dengan kurikulum di MTs N I Semarang. 1.2. Visi dan Misi MTs N I Semarang Dalam menjalankan proses pendidikan MTs N I Semarang memiliki semangat yang tinggi, yaitu berusaha untuk senantiasa meningkatkan dan mengembangkan potensi SDM siswa semaksimal mungkin, dengan menciptakan Nilai Akhlak Mulia (NAM) dan nilai evaluasi belajar Visi MTs N I Semarang ialah berakhlak terpuji dan bersaing dalam prestasi. Selain itu, MTs N I Semarang juga memiliki misi sebagai berikut: a. USWAH HASANAH NABI SEBAGAI IDOLA b. BANGGA TERHADAP AGAMANYA c. BERDEDIKASI TINGGI d. DISIPLIN DAN BERSAHAJA e. MEMILIKI TANGGUNG JAWAB KEILMUAN, DAN f. OUTPUT YANG UNGGUL 1.3. Kondisi Personalia Dalam perjalanannya, MTs N I Semarang memiliki beberapa orang pemimpin yang pernah menjabat menjadi kepala sekolah, diantaranya: a. SOEBARI MUSYTAQ, BA TAHUN 1976 SAMPAI 1980 b. DRS. H. MUHAMMADI TAHUN 1980 SAMPAI 1988 c. DRS. H. HARYONO TAHUN 1988 SAMPAI 1994 d. DRS. H. MUHAMMAD ASYIQ TAHUN 1994 SAMPAI 1998 e. DRS. H. ISTICHSAN TAHUN 1998 SAMPAI 2002 f. DRS. NASICHUN TAHUN 2002 SAMPAI 2003 g. DRS. H. FIRDAUS FAISOL TAHUN 2003 SAMPAI SEKARANG SECARA
KUANTITATIF JUMLAH TENAGA PENGAJAR YANG ADA DI
MTS N I SEMARANG BERJUMLAH 53 ORANG YANG MELAYANI KURANG LEBIH 920 SISWA. DI MTS N I SEMARANG TENAGA PENDIDIK YANG ADA
46
BERASAL DARI PEGAWAI
DEPARTEMEN AGAMA (NIP. 15)
ADAPULA YANG BERASAL DARI PEGAWAI
NASIONAL (NIP. 13)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
DENGAN PENDIDIKAN TERAKHIR
IAIN, UNNES, UNDIP,
DAN
DAN
IKIP. DAN
S1, S2,
MEMILIKI
DARI
TENAGA
ADMINISTRASI SEBANYAK 9 ORANG. (TERLAMPIR)
1.4. KONDISI SISWA KEADAAN
SISWA
MTS N I SEMARANG
TIDAK KALAH DENGAN
SLTP/MTS
LAINNYA, KARENA SAMPAI SEKARANG SISWA
SEMARANG
MENCAPAI PENINGKATAN YANG SANGAT BAIK.
MENGETAHUI KEADAAN SISWA
MTS N I SEMARANG
MTS N I UNTUK
TAHUN AJARAN
2007/2008 DAPAT DILIHAT DALAM TABEL BERIKUT: TABEL 1 JUMLAH SISWA MTS N I SEMARANG N O.
KELAS
JUMLAH
1.
KELAS VII
346
2.
KELAS VII
320
3.
KELAS IX
253 JUMLAH
919
1.5. KONDISI FISIK SEKOLAH DEMI TERCAPAINYA TUJUAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH, MAKA MTS
N
I
SEMARANG
MENYEDIAKAN
FASILITAS
SEKOLAH,
DIANTARANYA SEBAGAI BERIKUT;
a. Jumlah Kelas Jumlah ruang kelas seluruhnya di MTs N I Semarang ialah sebanyak 24 kelas dengan penataan memanjang kebelakang. b. BANGUNAN LAIN SALIN
KELAS, DI
MTS N I SEMARANG
FASILITAS LAIN DIANTARANYA;
1.
RUANG PRAMUKA
2.
MUSHOLLA
JUGA TERDAPAT
47
3.
RUANG OSIS
4.
PERPUSTAKAAN
5.
RUANG KETERAMPILAN
6.
TEMPAT OLAH RAGA
7.
RUANG TATA USAHA (TU)
8.
AULA (GEDUNG SERBA GUNA)
9.
LABORATORIUM KOMPUTER
10. LABORATORIUM BAHASA 11. LABORATORIUM MIPA 12. RUANG UKS 13. KOPERASI SISWA 14. RUANG BP 15. KANTIN SEKOLAH 16. PARKIR, DAN 17. KAMAR MANDI (GURU DAN SISWA) 1.6. STRUKTUR SEKOLAH MTS N I SEMARANG SUPAYA
MEKANISME KERJA BERJALAN DENGAN LANCAR DAN
TERTIB, MAKA DIPERLUKAN ORANG YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM BIDANG MASING-MASING YANG AKAN MEMEGANG RODA ORGANISASI SUPAYA DAPAT BERJALAN KE ARAH YANG LEBIH BAIK
(DITENTUKAN).
BERKENAAN
DENGAN
DISUSUNLAH STRUKTUR SEKOLAH.
ADAPUN
HAL
TERSEBUT,
MAKA
STRUKTUR SEKOLAH
MTS
N I SEMARANG SEBAGAIMANA TERLAMPIR.
2. DATA TENTANG PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DAN
KECERDASAN EMOSI DALAM AKHLAK,
MENCARI DATA TENTANG PRESTASI PELAJARAN AQIDAH
PENULIS MENGGUNAKAN NILAI RAPORT RESPONDEN, YANG
NANTINYA AKAN DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS STATISTIK.
48
ADAPUN SISWA KELAS
DATA TENTANG PRESTASI PELAJARAN
VIII MTS N I SEMARANG ,
AQIDAH AKHLAK
DAPAT DILIHAT DALAM TABEL
BERIKUT:
TABEL 2 DATA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK Resp. Resp_1 Resp_2 Resp_3 Resp_4 Resp_5 Resp_6 Resp_7 Resp_8 Resp_9 Resp_10 Resp_11 Resp_12 Resp_13 Resp_14 Resp_15 Resp_16 Resp_17 Resp_18 Resp_19 Resp_20 Resp_21 Resp_22 Resp_23 Resp_24 Resp_25 Resp_26 Resp_27 Resp_28 Resp_29 Resp_30 Resp_31 Resp_32 Resp_33 Resp_34
Smt. Gasal 70 70 70 65 65 65 65 65 65 67 70 68.5 70 70 70 75 75 75 70 69 69.5 75 75 75 70 75 72.5 65 65 65 67 72 69.5 72 75 73.5 73 75 74 75 75 75 72 68 70 89 80 84.5 78 80 79 72 75 73.5 65 65 65 74 76 75 76 73 74.5 70 69 69.5 76 73 74.5 75 75 75 65 65 65 82 80 81 65 65 65 65 65 65 76 74 75 65 64 64.5 68 67 67.5 65 65 65 80 80 80 65 65 65
Smt. Genap Total 70 68 69 69.5 70 68 69 67 80 78 79 72 79 79 79 73.75 80 79 79.5 74.75 80 79 79.5 77.25 80 76 78 73.75 88 82 85 80 81 79 80 76.25 69 67 68 66.5 85 80 82.5 76 89 80 84.5 79 65 72 68.5 71.25 87 80 83.5 79.25 85 80 82.5 76.25 72 75 73.5 79 88 85 86.5 82.75 80 80 80 76.75 72 70 71 68 80 80 80 77.5 86 81 83.5 79 80 76 78 73.75 89 82 85.5 80 84 80 82 78.5 70 70 70 67.5 84 80 82 81.5 74 70 72 68.5 70 68 69 67 70 70 70 72.5 70 70 70 67.25 86 85 85.5 76.5 70 69 69.5 67.25 84 80 82 81 78 70 74 69.5
49
Resp_35 Resp_36 Resp_37 Resp_38 Resp_39 Resp_40 Resp_41 Resp_42 Resp_43 Resp_44 Resp_45 Resp_46 Resp_47 Resp_48 Resp_49 Resp_50 Resp_51
65 65 65 70 80 65 65 65 65 65 70 78 80 75 75 75 67
SEDANGKAN
65 65 65 70 80 65 65 65 65 65 69 80 78 75 74 75 72
65 65 65 70 80 65 65 65 65 65 69.5 79 79 75 74.5 75 69.5
70 70 68 70 78 68 70 70 86 68 79 88 84 80 86 88 85
68 68 66 68 76 65 68 68 84 66 79 85 80 79 82 82 80
69 69 67 69 77 66.5 69 69 85 67 79 86.5 82 79.5 84 85 82.5
DALAM MENCARI DATA TENTANG
PENULIS MENGGUNAKAN ANGKET.
YAITU
67 67 66 69.5 78.5 65.75 67 67 75 66 74.25 82.75 80.5 77.25 79.25 80 76
KECERDASAN EMOSI,
DENGAN CARA MENGUMPULKAN
INFORMASI DENGAN MEMBERIKAN SEJUMLAH PERNYATAAN ATAUPUN PERTANYAAN TERTULIS TERHADAP RESPONDEN.
ANGKET
TENTANG
KECERDASAN EMOSI
TERDIRI
DARI
LIMA
INDIKATOR, DIANTARANYA;
1. KESADARAN DIRI 2. PENGATURAN DIRI 3. MOTIVASI 4. EMPATI, DAN 5. KETERAMPILAN SOSIAL. DARI INDIKATOR-INDIKATOR KECERDASAN EMOSI TERSEBUT, PENULIS MEMBERIKAN LIMA PERNYATAAN YANG BERSIFAT POSITIF PADA SETIAP INDIKATOR.
DAN
UNTUK
MENGANALISIS
HASIL
JAWABAN
ANGKET
KECERDASAN EMOSI DIGUNAKAN SKORING SEBAGAI BERIKUT: UNTUK PERNYATAAN JAWABAN
SELALU (S)
MENDAPAT SKOR
4, SERING (SR)
MENDAPAT SKOR 3, KADANG-KADANG (KD) MENDAPAT SKOR 2, DAN TIDAK
PERNAH (TP) MENDAPAT SKOR 1.
50
ADAPUN DATA HASIL ANGKET KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII MTS N I SEMARANG DAPAT DILIHAT DALAM TABEL BERIKUT:
TABEL 3 DATA ANGKET KECERDASAN EMOSI SISWA Responden Kesad. Diri Pengat. Diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Resp_1 4 3 4 2 3 4 4 2 3 Resp_2 4 3 3 3 2 2 4 4 2 Resp_3 3 4 4 4 2 4 4 4 2 Resp_4 4 2 4 2 2 4 2 4 3 Resp_5 2 4 4 3 3 3 4 2 3 Resp_6 4 2 4 2 4 4 4 2 4 Resp_7 3 4 4 2 4 2 3 2 4 Resp_8 4 3 4 3 4 4 3 4 4 Resp_9 4 2 4 4 4 4 4 3 4 Resp_10 1 2 4 2 3 2 4 1 1 Resp_11 4 3 3 2 4 4 4 2 3 Resp_12 4 4 4 3 4 4 4 3 4 Resp_13 4 2 2 2 2 4 2 2 2 Resp_14 4 3 3 2 3 2 4 2 4 Resp_15 4 2 2 3 2 3 2 3 2 Resp_16 2 2 4 2 2 2 4 2 4 Resp_17 4 4 4 2 2 4 2 4 2 Resp_18 4 3 4 2 2 4 2 2 2 Resp_19 4 4 4 3 2 4 3 3 4 Resp_20 4 3 2 4 2 3 2 4 2 Resp_21 4 2 3 2 4 4 3 2 4 Resp_22 4 3 2 4 3 2 3 2 1 Resp_23 4 2 2 3 2 2 3 2 4 Resp_24 4 3 4 4 3 4 4 2 2 Resp_25 4 2 4 4 2 4 4 4 2 Resp_26 4 4 4 3 3 3 4 3 4 Resp_27 4 3 4 4 4 4 4 2 3 Resp_28 3 4 4 3 2 4 2 2 2 Resp_29 4 4 4 3 3 3 3 4 4 Resp_30 2 2 4 4 4 4 4 4 3 Resp_31 4 3 3 4 2 3 2 2 2 Resp_32 4 2 2 4 4 4 4 3 2
10 4 2 4 2 4 4 4 3 4 2 4 4 2 4 2 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4
11 4 2 2 2 4 3 2 4 2 3 4 2 2 2 2 2 4 3 4 2 2 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4
INDIKATOR Motivasi Empati 12 13 14 15 16 17 18 19 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 1 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 1 3 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 2 3 2 1 3 3 3 4 1 3 2 4 2 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 2 1 4 3 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 1 2 2 2 2 2 4 2 2 3 1 2 2 4 4 3 2 3 4 3 2 3 4 2 2 2 4 2 4 4 4 2 4 3 4 4 2 4 4 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 3 2 2 1 2 2 4 4 3 4 4 2 3 3 4 2 4 2 4 2 4 2 2 4 3 2 2 4 4 2 2 3 2 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 3 4 3 4 3 3 4 3 2 4 3 4 2 3 4 4 3 2 3 4 2 3 2 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 2 2 3 2 4 4 2 1 2
20 4 2 3 3 4 3 2 2 3 2 4 4 3 2 2 4 4 2 3 4 4 2 2 2 4 3 2 3 3 4 4 4
21 4 3 2 2 4 4 4 4 2 1 3 3 2 4 2 2 4 2 3 4 4 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2
Ket. Sosial Total 22 23 24 25 2 3 3 2 78 3 3 2 3 71 2 4 3 4 85 3 4 3 2 74 3 3 3 3 86 2 4 3 1 80 2 3 2 3 70 2 2 4 3 82 2 4 3 2 82 1 2 4 4 58 3 4 3 4 87 2 4 3 2 87 2 4 2 4 60 3 3 3 2 71 3 4 3 4 68 2 4 4 4 74 4 3 4 2 84 3 2 2 3 63 3 3 3 3 79 3 3 2 3 71 3 4 2 3 78 2 2 4 4 73 4 4 4 4 71 2 2 2 4 81 2 4 2 2 79 2 2 2 3 80 4 4 4 4 86 2 2 2 2 67 2 3 2 2 80 2 4 3 3 85 3 2 4 2 78 4 3 2 2 74
51
Resp_33 Resp_34 Resp_35 Resp_36 Resp_37 Resp_38 Resp_39 Resp_40 Resp_41 Resp_42 Resp_43 Resp_44 Resp_45 Resp_46 Resp_47 Resp_48 Resp_49 Resp_50 Resp_51
4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3
4 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4
4 4 4 3 4 2 4 2 2 2 2 3 4 2 4 4 2 3 4
3 3 2 2 4 4 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 4 4
4 4 3 3 3 2 2 2 2 4 2 3 3 2 4 2 2 4 4
4 3 2 4 4 3 4 3 2 4 4 3 2 4 4 4 4 3 2
4 2 3 2 4 4 3 3 2 4 2 3 4 2 4 4 4 4 4
2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 4 2 2
4 4 4 2 2 2 4 2 4 3 2 2 3 4 4 3 2 2 4
4 4 3 3 3 4 4 3 4 2 4 3 2 4 4 4 4 3 4
4 2 4 3 4 4 3 2 3 2 4 2 2 2 3 2 2 2 3
2 4 1 4 2 2 2 4 2 3 2 3 4 4 2 2 1 4 2 2 2 3 2 3 4 4 2 2 2 3 4 2 3 3 4 4 2 4 Jumlah
2 1 3 4 2 2 4 2 1 4 2 3 2 2 4 3 3 4 4
3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 4 3 3 2 4 3 4
4 4 3 1 3 3 4 2 2 2 4 2 3 3 4 2 4 3 4
4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 4 3
1 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 4 4 4
3 3 3 2 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 4 2 4 4
4 3 4 3 2 4 4 2 3 2 3 2 2 4 3 4 4 4 2
4 4 3 4 4 2 4 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 4 2
2 2 3 2 4 4 4 3 2 2 4 2 2 3 2 2 2 4 3
4 2 2 4 2 2 3 2 3 2 2 2 4 3 4 4 3 3 4
3 3 4 4 3 2 4 2 3 2 3 2 3 3 3 4 1 4 3
2 4 2 3 2 3 4 2 1 2 2 4 3 3 1 4 4 2 4
B. PENGUJIAN HIPOTESIS PADA
BAGIAN INI AKAN DIBAHAS MENGENAI PENGOLAHAN DATA ATAU
ANALISIS DARI PRESTASI PADA NILAI RAPORT DAN ANALISIS HASIL JAWABAN ANGKET KECERDASAN EMOSI YANG TERDIRI DARI LIMA INDIKATOR, YAITU: KESADARAN DIRI, PENGENDALIAN DIRI, MOTIVASI, EMPATI, DAN KETERAMPILAN SOSIAL.
DALAM
MENGETAHUI ADA TIDAKNYA HUBUNGAN ANTARA PRESTASI
PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK
SEMARANG,
PENULIS AKAN MENGADAKAN ANALISIS DENGAN MENGGUNAKAN
DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA
MTS N I
ANALISIS KUANTITATIF ATAU ANALISIS STATISTIK, YANG DAPAT DIJELASKAN SEBAGAI BERIKUT:
1. ANALISIS PENDAHULUAN DARI
HASIL DATA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN
KECERDASAN EMOSI SISWA DAPAT DIKETAHUI RERATA DARI KESELURUHAN RESPONDEN YANG DAPAT DILIHAT PADA TABEL BERIKUT:
TABEL 4 TABEL RERATA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
83 77 73 73 79 71 85 57 63 63 71 64 74 72 80 78 80 86 85 3856
52
DAN KECERDASAN EMOSI SISWA
Rerata X Rerata Y 69.5 3.12 67 2.84 72 3.40 73.75 2.96 74.75 3.44 77.25 3.20 73.75 2.80 80 3.28 76.25 3.28 66.5 2.32 76 3.48 79 3.48 71.25 2.40 79.25 2.84 76.25 2.72 79 2.96 82.75 3.36 76.75 2.52 68 3.16 77.5 2.84 79 3.12 73.75 2.92 80 2.84 78.5 3.24 67.5 3.16 81.5 3.20 68.5 3.44 67 2.68 72.5 3.20 67.25 3.40 76.5 3.12 67.25 2.96 81 3.32 69.5 3.08 67 2.92 67 2.92 66 3.16 69.5 2.84 78.5 3.40 65.75 2.28 67 2.52 67 2.52 75 2.84 66 2.56 74.25 2.96
53
82.75 2.88 80.5 3.20 77.25 3.12 79.25 3.20 80 3.44 76 3.40 3765 154.24
UNTUK AKHLAK
MENGETAHUI RATA-RATA PRESTASI PELAJARAN
SISWA KELAS
VIII MTS N I SEMARANG,
MENGGUNAKAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT:
a. Mencari interval kelas dengan rumus sebagai berikut: K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 51 = 1 + 5,61 = 6,61, dibulatkan menjadi 7. b. MENCARI RANGE R=H-L KETERANGAN: R = RANGE H = NILAI TERTINGGI L = NILAI TERENDAH DENGAN DEMIKIAN, R =H–L = 82,75 – 65,75 = 17 c. Untuk menentukan interval kelas
i=
R K
17 7 = 2,42857142857 =
Dibulatkan menjadi 2. Jadi interval kelas ialah 2 dan jumlah interval ialah 7.
AQIDAH
MAKA DENGAN
54
d. UNTUK MENCARI MEAN
M =
ΣM N
Keterangan: M
: Nilai rata-rata/mean
ΣM : Jumlah keseluruhan nilai rata-rata yang dicari. N
: Jumlah responden.
Dengan demikian
M =
ΣM N
3765 51 = 73,8235294117 =
Adapun untuk mengetahui kualitas variabel prestasi pelajaran aqidah akhlak kelas VIII dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5 Tabel kualitas prestasi pelajaran aqidah akhlak Interval
Frekuensi
Prosentase
Keterangan
40-59
0
0%
Kurang
60-69
18
35,5%
Cukup
70-79
25
49,3%
Baik
80-90
8
15,8%
Baik sekali
DARI
DENGAN NILAI INTERVAL
40-59
DATA DI ATAS DAPAT DIKETAHUI BAHWA INTERVAL
0%,
70-79
35,5%,
UNTUK
49,3%
DAN UNTUK INTERVAL
80-90
ATAS
DIKETAHUI
UNTUK INTERVAL
DENGAN NILAI
60-69
DENGAN NILAI
DENGAN NILAI 15,8%.
DARI
ANALISA
DATA
DI
PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS
BAHWA
PRESTASI
VIII MTS N I SEMARANG
TERMASUK DALAM KATEGORI BAIK YAITU BERADA PADA INTERVAL DENGAN NILAI RATA-RATA 73,82.
70-79
55
UNTUK
MENGETAHUI RATA-RATA
KECERDASAN
EMOSI SISWA KELAS
VIII MTS N I SEMARANG, MAKA DIGUNAKAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT: a. Mencari interval kelas dengan rumus K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 51 = 1 + 5,61 = 6,61, dibulatkan menjadi 7. b. MENCARI RANGE DENGAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT R =H–L = 3,48 – 2,28 = 1,20 c. Untuk menentukan interval kelas dengan rumus sebagai berikut: i=
=
R K 1,20 7
= 0,17142857142 atau 0,17 Jadi interval kelas ialah 0,17 dan jumlah interval adalah 7. d. Untuk mengetahui rata-rata (mean) kecerdasan emosi siswa dengan rumus: M =
=
ΣM N
154,24 51
= 3,02 ADAPUN
UNTUK MENGETAHUI KUALITAS KECERDASAN EMOSI SISWA
PERLU DIBUAT TABEL SEBAGAI BERIKUT:
Tabel 6 Tabel kualitas kecerdasan emosi siswa Interval
Frekuensi
Prosentase
Keterangan
56
1,25-2,0
0
0%
Kurang
2,05-2,8
16
31,7%
Cukup
2,85-3,6
35
68,7%
Baik
3,65-4,4
0
0%
Baik sekali
Dari tabel di atas diketahui bahwa interval 1,25-2,0 dengan nilai 0%, interval 2,05-2,8 dengan nilai 31,7%, interval 2,85-3,6 dengan nilai 68,7% dan interval 3,65-4,4 dengan nilai 0%. Dari analisa data di atas dapat diketahui bahwa kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs N I Semarang termasuk dalam kategori baik yaitu pada interval 2,85-3,6 dengan nilai rata-rata 3,02.
2. ANALISIS UJI HIPOTESIS
PENGUJIAN HIPOTESIS DIMAKSUDKAN UNTUK MENGOLAH DATA YANG TELAH TERKUMPUL BAIK DARI DATA VARIABEL PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
(X) DENGAN VARIABEL KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS
VIII DI MTS. N I SEMARANG (Y) YANG BERTUJUAN UNTUK MEMBUKTIKAN DITERIMA ATAU TIDAKNYA HIPOTESIS YANG TELAH DIAJUKAN PENULIS.
UNTUK
MEMUDAHKAN PENGOLAHAN DATA MAKA PERLU DIBUAT
TABEL KERJA SEBAGAIMANA DALAM TABEL BERIKUT INI:
TABEL 6 TABEL KERJA KOEFISIEN KORELASI ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII Resp. R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10
X 69.50 67.00 72.00 73.75 74.75 77.25 73.75 80.00 76.25 66.50
Y 3.12 2.84 3.40 2.96 3.44 3.20 2.80 3.28 3.28 2.32
X2 4830.25 4489.00 5184.00 5439.06 5587.56 5967.56 5439.06 6400.00 5814.06 4422.25
Y2 9.73 8.07 11.56 8.76 11.83 10.24 7.84 10.76 10.76 5.38
XY 216.84 190.28 244.80 218.30 257.14 247.20 206.50 262.40 250.10 154.28
57
R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21 R_22 R_23 R_24 R_25 R_26 R_27 R_28 R_29 R_30 R_31 R_32 R_33 R_34 R_35 R_36 R_37 R_38 R_39 R_40 R_41 R_42 R_43 R_44 R_45 R_46 R_47 R_48 R_49 R_50 R_51 Jumlah Rerata Tertinggi Terendah Rentang Korelasi
76.00 79.00 71.25 79.25 76.25 79.00 82.75 76.75 68.00 77.50 79.00 73.75 80.00 78.50 67.50 81.50 68.50 67.00 72.50 67.25 76.50 67.25 81.00 69.50 67.00 67.00 66.00 69.50 78.50 65.75 67.00 67.00 75.00 66.00 74.25 82.75 80.50 77.25 79.25 80.00 76.00 3765.00 73.82 82.75 65.75 17.00 0.418
3.48 3.48 2.40 2.84 2.72 2.96 3.36 2.52 3.16 2.84 3.12 2.92 2.84 3.24 3.16 3.20 3.44 2.68 3.20 3.40 3.12 2.96 3.32 3.08 2.92 2.92 3.16 2.84 3.40 2.28 2.52 2.52 2.84 2.56 2.96 2.88 3.20 3.12 3.20 3.44 3.40 154.24 3.02 3.48 2.28 1.20
5776.00 6241.00 5076.56 6280.56 5814.06 6241.00 6847.56 5890.56 4624.00 6006.25 6241.00 5439.06 6400.00 6162.25 4556.25 6642.25 4692.25 4489.00 5256.25 4522.56 5852.25 4522.56 6561.00 4830.25 4489.00 4489.00 4356.00 4830.25 6162.25 4323.06 4489.00 4489.00 5625.00 4356.00 5513.06 6847.56 6480.25 5967.56 6280.56 6400.00 5776.00 279410.88
12.11 12.11 5.76 8.07 7.40 8.76 11.29 6.35 9.99 8.07 9.73 8.53 8.07 10.50 9.99 10.24 11.83 7.18 10.24 11.56 9.73 8.76 11.02 9.49 8.53 8.53 9.99 8.07 11.56 5.20 6.35 6.35 8.07 6.55 8.76 8.29 10.24 9.73 10.24 11.83 11.56 471.55
264.48 274.92 171.00 225.07 207.40 233.84 278.04 193.41 214.88 220.10 246.48 215.35 227.20 254.34 213.30 260.80 235.64 179.56 232.00 228.65 238.68 199.06 268.92 214.06 195.64 195.64 208.56 197.38 266.90 149.91 168.84 168.84 213.00 168.96 219.78 238.32 257.60 241.02 253.60 275.20 258.40 11422.61
58
DARI TABEL DI ATAS DAPAT DIKETAHUI: N = 51
ΣX2 = 279410,88
ΣX = 3765
ΣY2 = 471,55
ΣY = 154,24
ΣXY = 11422,61
SELANJUTNYA
DATA TERSEBUT DIOLAH KE DALAM RUMUS ANALISIS
REGRESI DENGAN SKOR MENTAH
(ANALISIS
REGRESI SATU PREDIKTOR)
DENGAN LANGKAH-LANGKAH SEBAGAI BERIKUT:
1. MENCARI KORELASI ANTARA KRITERIUM DENGAN PREDIKTOR UNTUK KRITERIUM
MENCARI KORELASI ANTARA PREDIKTOR
Y
X
DENGAN
DAPAT DICARI MELALUI TEKNIK KORELASI MOMENT
TANGKAR DENGAN PEARSON, DENGAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT:
a. Σx 2 = Σx 2 −
(Σx )2 N
= 279410,88 −
(3765)2
51 14175225 = 279410,88 − 51 = 279410,88-277945,58 = 1465,3 b. Σy 2 = Σy 2 −
(Σy )2 N
= 471,55 −
(154,24)2
51 23789,97 = 471,55 − 51 = 471,55-466,47 = 5,08
59
c. Σxy = Σxy −
(Σx )(Σy ) N
= 11422,61 −
(3765)(154,24)
51 580713,6 = 11422,61 − 51 = 11422,61-11386,54 = 36,07 d. rxy =
{N .Σx
N (Σxy ) − (Σx )(Σy ) 2
− (Σx )
2
} {N . y
2
− (Σy )
2
}
KETERANGAN: RXY
: KOEFISIEN KORELASI VARIABEL X DAN VARIABEL Y
ΣX
: VARIABEL BEBAS, YAITU PRESTASI PADA NILAI RAPORT
ΣY
: VARIABEL TERIKAT, YAITU KECERDASAN EMOSI
N
: JUMLAH RESPONDEN (SAMPEL)
Σ
: SIGMA (JUMLAH)
DENGAN DEMIKIAN: rxy =
= = = = =
{N .Σx
N (Σxy ) − (Σx )(Σy ) 2
− (Σx )
2
} {N . y
2
− (Σy )
2
}
51(11422,61) − (3765)(154,24 )
[51(279410,88) − (3765) ][51(471,55) − (154,24) ] 2
582553,11 − 580713,6
2
{14249954,88 − 14175225}{24049,05 − 23789,9776} 1839,51
(74729,88)(259,0724) 1839,51 19360449,36 1839,51 4400,051064
= 0,418065602
60
= 0,418
2. MENGUJI KORELASI ITU SIGNIFIKAN ATAU TIDAK UNTUK MENGUJI KORELASI ITU SIGNIFIKANSI
ATAU TIDAK, MAKA
DAPAT DILAKUKAN MELALUI UJI T SEBAGAI BERIKUT:
th =
=
r
1− r2 0,418 51 − 2 1 − 0,174724 2,926
= =
(n − 2)
0,825276 2,926 0,908447026
= 3,220881258 DIBULATKAN MENJADI: 3,222 KARENA THITUNG = 3,222 > TTABEL (0,05) = 2,008 DAN THITUNG = 3,222 > TTABEL (0,01) = 2,678 BERARTI ADA KORELASI YANG SIGNIFIKAN ANTARA X DAN Y.
3. MENCARI PERSAMAAN REGRESI UNTUK
MENCARI PERSAMAAN GARIS MENGGUNAKAN RUMUS
SEBAGAI BERIKUT:
Yˆ = a + bx
KETERANGAN :
ˆ = Y
SUBJEK DALAM VARIABEL DEPENDEN YANG DIPREDIKSIKAN
(KRITERIUM) A
= KONSTANTA (HARGA Y BILA X=0)
61
B
= ANGKA ARAH ATAU KOEFISIEN REGRESI
X
=
SUBJEK
VARIABEL
INDEPENDEN
YANG
MEMPUNYAI
NILAI
TERTENTU.
DARI DATA YANG DIKUMPULKAN DAPAT DICARI: ∑Y N
Y = =
154,24 51
= 3,02
X =
∑X N
=
3765 51
= 73,82 UNTUK
MENGETAHUI
Yˆ TERLEBIH
DAHULU HARUS DICARI
HARGA B DAN A DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT:
b =
N Σ XY − Σ X Σ Y N Σ X 2 − (Σ X ) 2
51.11422,61 − 3765.154,24 51.279410,88 − (3765) 2 582553,11 − 580713,6 = 14249954,88 − 14175225 = 1,207 =
SEDANGKAN BERIKUT:
a = Y − bx = 3,02-1,207.73,82 = 0,0246
NILAI A DAPAT DICARI MELALUI RUMUS SEBAGAI
62
DARI PERHITUNGAN DI ATAS DAPAT DIKETAHUI BAHWA HARGA B ADALAH
1,207
0,0246 DENGAN
DAN NILAI A ADALAH
DEMIKIAN
PERSAMAAN GARIS REGRESINYA ADALAH Ŷ = 1,207 + 0,0246X.
4. MENCARI VARIANS GARIS REGRESI UNTUK
MENGUJI VARIAN GARIS REGRESI, MAKA DIGUNAKAN
ANALISIS REGRESI BILANGAN
F (UJI F)
DENGAN RUMUS SEBAGAI
BERIKUT:
Freg =
RK
reg
RK
res
KETERANGAN : RREG
= HARGA F REGRESI
RKREG
= RERATA KUADRAT GARIS REGRESI
RKRES
= RERATA KUADRAT GARIS RESIDU
SEDANGKAN
LANGKAH-LANGKAH
UNTUK
MENGHITUNG
UJI
SIGNIFIKANSI PADA PERSAMAAN REGRESI DENGAN MENGGUNAKAN HITUNGAN-HITUNGAN YANG SUDAH DIMILIKI, YAITU:
Σ X2 = 279410,88
B
=1,207
Σ Y2 = 471,55
A
= 0,0246
Σ XY = 11422,61 SELANJUTNYA
DIMASUKKAN
BERIKUT:
(∑ xy ) 2 ∑ x2 (36,07 )2 = 1465,3 1301,0449 = 1465,3 = 0,88790343274 DIBULATKAN MENJADI 0,888
1) JK reg =
2) JK res = ∑ y 2 −
(∑ xy ) 2 ∑ x2
KE
DALAM
RUMUS
SEBAGAI
63
(36,07 )2
= 5,08 −
1465,3 1301,0449 = 5,08 − 1465,3 = 5,08-0,888 = 4,191 3)
RK
JK
=
reg
DI MANA DBREG = 1
reg
db res
=
0,888 1
= 0,888
4) RKres=
JKres dbres
DI MANA DBRES = N-2 ATAU DBRES = 50 – 2 =
49 =
4,191 49
= 0,086 JADI, FREG NYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT: Freg = =
Rk
reg
Rk
res
0,888 0,086
= 10,381 SESUDAH
HARGA
F
DIKONSULTASIKAN DENGAN HARGA
1%
DAN
TABEL.
5%
DAN DB
UNTUK
(FREG)
ATAU
F
DIPEROLEH
KEMUDIAN
TABEL PADA TARAF SIGNIFIKANSI
= N-1. HIPOTESIS
DITERIMA JIKA
FREG
HITUNG
>F
MENGETAHUI LEBIH LANJUT DAPAT DILIHAT DALAM
TABEL BERIKUT:
TABEL 7 TABEL RINGKASAN HASIL ANALISIS REGRESI
64
SUMBER
JK
REGRESI
1
0,888
0,888 10,381
RESIDU
49
4,191
0,086
TOTAL
50
5,079
VARIAN
HARGA
FREG
RK
FT
DK
FREG
1%
5%
7,31
4,08
KESIMPULAN
SIGNIFIKAN
DIPEROLEH
SEBESAR
10,381
KEMUDIAN
DIKONSULTASIKAN DENGAN HARGA F PADA TARAF 5 % SEBESAR 4,08 DAN HARGA
F PADA TARAF SIGNIFIKANSI 1 % SEBESAR 7,31 KARENA FREG > FT 5 %
PADA TARAF SIGNIFIKANSI
DAN
1 %,
MAKA SIGNIFIKAN DAN
HIPOTESIS YANG DIAJUKAN DITERIMA
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DARI
HASIL PERHITUNGAN RATA-RATA VARIABEL PRESTASI PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK SETELAH
73,82
SEBESAR
DAN
KECERDASAN EMOSI
SEBESAR
3,02
DIKETAHUI RATA-RATA DAN KUALITAS MASING-MASING VARIABEL,
MAKA LANGKAH BERIKUTNYA IALAH ANALISIS UJI HIPOTESIS DENGAN RUMUS REGRESI SATU PREDIKTOR.
DARI
ANALISIS UJI HIPOTESIS DIKETAHUI BAHWA
ADA HUBUNGAN POSITIF ANTARA PRESTASI PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK
DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII MTS N I SEMARANG.
HAL INI DITUNJUKKAN DARI NILAI KOEFISIEN KORELASI DENGAN MOMENT TANGKAR PEARSON YANG DIKETAHUI BAHWA RXY = 0,418 > RT (0,05) DAN RXY =
0,418 >
RT
(0,01) = 0,418
YANG BERARTI SIGNIFIKAN, DAN HIPOTESIS YANG
MENYATAKAN ADA HUBUNGAN ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN
KECERDASAN
EMOSI SISWA KELAS
VIII MTS N I SEMARANG
IALAH
DITERIMA.
SEMENTARA ITU, DALAM UJI FREG DIKETAHUI BAHWA NILAINYA SEBESAR 10,381 KEMUDIAN
HASIL YANG DIPEROLEH DIKONSULTASIKAN DENGAN TABEL
FT 0,05 (1 : 51) = 4,08
DAN
FT 0,01 (1 : 51) = 7,31
DENGAN DEMIKIAN
FREG
=10,381> FT 0,05 (1 : 51) = 4,08 SEDANGKAN FREG = 10,381> FT 0,01 (1 : 51) = 7,31 KARENA FREG > FT BERARTI SIGNIFIKAN.
65
DARI
URAIAN DI ATAS DAPAT DISIMPULKAN BAHWA ADA HUBUNGAN
POSITIF ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH
EMOSI
PADA SISWA KELAS
AKHLAK DENGAN KECERDASAN
VIII MTS. N I SEMARANG,
HAL INI DITUNJUKKAN
DALAM PERSAMAAN GARIS REGRESI Y= 1,207+0,0246X
DALAM KENYATAANNYA KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII DI MTS. N I SEMARANG BUKAN SAJA DIPENGARUHI OLEH ADANYA PRESTASI YANG BAIK PADA PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK
AKAN TETAPI DIPENGARUHI JUGA OLEH
FAKTOR LAIN, DI ANTARANYA ADALAH KELUARGA.
KARENA
KELUARGA
MERUPAKAN LEMBAGA PENDIDIKAN YANG UTAMA DAN PERTAMA BAGI SESEORANG,
SEHINGGA
POLA
ASUH
DALAM
KELUARGA
ATAU
KELUARGA DAPAT MEMPENGARUHI KECERDASAN EMOSI SISWA.
KONDISI
SELAIN
ITU,
FAKTOR MASYARAKAT JUGA BERHUBUNGAN DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA, KARENA MASYARAKAT ATAU LINGKUNGAN ADALAH TEMPAT MEREKA BERINTERAKSI.
FAKTOR
LAINNYA MISALNYA KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI,
KARENA KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI SESEORANG DAPAT MEMPENGARUHI POLA PIKIR, DAN POLA PIKIR ITU SENDIRI AKAN MEMPENGARUHI KECERDASAN EMOSI SISWA TERSEBUT.
D. KETERBATASAN PENELITIAN
HASIL
APAPUN YANG TELAH DILAKUKAN SECARA OPTIMAL OLEH
PENELITI, PERLU DISADARI ADA BEBERAPA KETERBATASAN, WALAUPUN DEMIKIAN HASIL PENELITIAN YANG DIPEROLEH TERSEBUT TETAP DAPAT DIJADIKAN ACUAN AWAL BAGI PENELITIAN SELANJUTNYA.
DALAM
HAL INI
PENULIS PERLU MENJELASKAN BEBERAPA KETERBATASAN PENELITIAN YANG DIMAKSUD, ANTARA LAIN:
1. SEBAGAI
MANUSIA BIASA TENTUNYA PENELITI MEMPUNYAI KEKURANGAN-
KEKURANGAN, YAKNI KETERBATASAN TENAGA, WAKTU DAN INTELEKTUAL, SERTA KURANGNYA OBSERVASI DI SEKOLAH.
2. DALAM
PENGAMBILAN SAMPEL YANG DIPILIH TIDAK BISA SECARA PERSIS
MENCERMINKAN KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS
SEMARANG
SECARA MENYELURUH.
SEBAB
VIII
DI
MTS. N I
ITULAH HASIL PENELITIAN INI
66
TIDAK BISA DIGENERALISASIKAN UNTUK SEMUA SISWA DI
INDONESIA,
HANYA BISA DIGENERALISASIKAN UNTUK TEMPAT PENELITIAN SAJA.
3. TIDAK KELAS
DAPAT DIAMBIL KESIMPULAN, BAHWA KECERDASAN EMOSI SISWA
VIII
DI
MTS. N I SEMARANG
ITU HANYA DIPENGARUHI ADANYA
PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SAJA, TETAPI JUGA KARENA ADANYA FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHINYA, MISALNYA FAKTOR KELUARGA DAN LINGKUNGAN DI SEKITARNYA, MAKA SEMUA YANG DIHASILKAN DARI PENELITIAN INI HANYA BERSIFAT KASUISTIK.
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti pada Bab IV, maka dapat dipaparkan kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Dari hasil pembahasan dan analisis prestasi pelajaran Aqidah Akhlak, dapat disimpulkan bahwa prestasi pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs. N 1 Semarang termasuk pada kategori baik. Hal ini terbukti dari raport siswa, yang diperoleh hasil rata-rata sebesar 73,82. 2. Kecerdasan emosi selalu mengalami proses, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan ataupun pembiasaan. Tingkat kecerdasan emosi peserta didik MTs. N 1 Semarang masuk dalam kategori baik, karena dalam rata-rata 3,02. 3. Dalam penelitian ini terdapat hubungan positif, yaitu berdasarkan pada hasil perhitungan dengan menggunakan rumus analisis regresi yang di peroleh Freg = 10,381 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5% maupun 1%. Dengan demikian hasil penghitungan rumus tersebut telah menguatkan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara prestasi pelajaran Aqidah Akhlak dengan kecerdasan emosi.
2. Saran 1. Guru merupakan figur bagi anak setelah orang tua, oleh sebab itu seorang guru dituntut menanamkan nilai-nilai kecerdasan emosi yang berdasar pada keimanan dan ketaqwaan terhadap anak didiknya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kecintaan terhadap risalah Allah yang terakhir merupakan salah satu sarana dalam menuju kehidupan yang bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Dari itulah, bagi guru dan orang tua agar selalu memotivasi 66
67
terhadap anak-anak mereka untuk senantiasa berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits. 3. Anak merupakan penerus bagi orang tuanya, untuk itu bagi seorang anak harus menjadi pribadi yang dapat dibanggakan bagi orang tua dan gurunya.
3. Penutup Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kepada semua pihak yang berkompeten untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif guna pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga apa yang penulis buat ini mendapat ridho dari Allah dan termasuk orang-orang yang beruntung karena selalu diberi hidayah oleh Allah SWT. Akhir kata, penulis hanya bisa berdo’a semoga skripsi ini berguna bagi agama, nusa dan bangsa pada umumnya serta pada penulis pada khususnya Amin Ya Rabbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad, Al-Salam Abduh Al-Syafi’i, Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, juz. II, Beirut: Dar Al-Fikr, 1928. Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual; Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta, Arga, 2005, Cet. XXV. ______________, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual; The ESQ Way 165 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2006, Cet. XXIX. Ahmadi, Abu, Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. II. Alder, Harry, Pacu EQ dan IQ Terj. Cristina Prianingsih, Jakarta: Erlangga, 2001. Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Ed. III Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. XI. _____________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Auliya, M. Yaniyullah Delta, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak, Jakarta, Raja Grafindo, 2005. Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, Cet. III. ______________, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. XXVII. ______________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara 1996, Cet. III . ______________, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. IV. ______________, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1995. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, Cet. I.
Depag RI, GBPP MTs: Pelajarn Aqidah Akhlak, Jakarta, Dirjen Binbaga Islam, 1994. ________, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Jakarta, Depag RI, tt. ________, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, Jakarta, Dirjen Binbaga Islam, 2004. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, Cet. IV. Dirgagunarsa, Singgih, Pengantar Psikologi, Jakarta: Mutiara, 1983, Cet. II. Finkelor, Dorothy C.. Bagaimana Emosi Berperan Dalam Hidup Anda Terj. Hasyim Kahhar, Yogyakarta: Zenith Publisher, 2004, Cet. I. Goleman, Daniel, Emotional Intelligence, New York: Bantam Book, 1996. ____________, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa Alex Tri Kancono Widodo, Jakarta: Gramedia, 1999, Cet. III. ____________, Vital Lies, Simple Truths; The Psychology of self-deception, London: International Universities Press, 1986. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II. Yogyakarta, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 2004. http://analistat.com/regresi/regresilinear.php. Husain, H. Said Agil, al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Imam al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Beirut: Dar al-Fikr, 1356 H, Juz IV. Imam Muslim bin Hajjaj al-Qusyairy an Nisabury, Shahih Muslim Beirut, Dar Ihya al-Turots al-Araby, 1991, Juz. IV. Isna, Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001. Januarsari, Trinanda Rainy, dan Murtanto, Yudhi, Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, Bandung: Penerbit Kaifa, 2003, Cet. IV. Kantjono, Alex Tri, Mengajarkan Emosional Intelligence Pada Anak, Terj Laurence E. Shaphiro, Jakarta: Gramedia, 2003, Cet. VI.
Masy’ary, Anwar, Akhlak Al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu,1990. Muhammad, Oemar, Al-Toumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Nggermanto, Agus, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum; Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis, Bandung: Nuansa, 2002, Cet. IV. Nilandari, Ary, Cara-cara Efektif Mengasah EQ Remaja; Mengasuh Dengan Cinta, Canda dan Disiplin, Bandung: Kaifa, 2003, Cet. II. Pasiak, Taufik, Revolusi IQ/EQ/SQ; Antara Neurosains dan al-Qur’an, Bandung: Mizan Media Utama, 2002, Cet. I. Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Depag, 1985, Cet. II. Pujosuwarno, Sayekti. Bimbingan dan Konseling Keluarga, Yogyakarta: Menara Mas Offset, 1994, Cet. I. Putrawan, I Made, Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, Cet. I. Rifai, Moh., Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kurikulum 1994, Semarang: CV. Wicaksana, 1996, Jilid 1. Satiadarma, Monty dan Fidelis E. Waruwu, Mendidk Kecerdasan; Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru Dalam Mendidk Anak Cerdas, Jakarta: Pustaka Popular Obor, 2003. Segal,
Jeanne, Melejitkan Kepekaan Emosional; Cara Baru Untuk Mendayagunakan Potensi Insting dan Kekuatan Emosi Anda, Bandung: Kaifa, 2001.
Sensa, M. Djarot, Qur’anic Quotien “Kecerdasan-kecerdasan Bentukan AlQur’an”, Jakarta: Hikmah, 2005. Shapiro, Lawrence E., Mengajarkan Emosional Intelligence Pada Anak Terj. Alex Tri Kantjono, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003 Cet. VI. Sholeh, Mohamad dan Musbikin, Imam, Agama Sebagai Terapi; Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Cet. I. Soenarjo, Al-qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Depag RI, 1989.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995, Cet. III. Suharsono, Akselerasi Intellegence; Optimalkan IQ, EQ, SQ Secara Islami Jakarta: Inisiasi Press, 2004. ________, Mencerdaskan Anak, Mensintesakan Kembali Intelegensi Umum (IQ) dan Intelegensi Emosi(IE) dengan Intelegensi Spiritual(IS), Jakarta, Intisari Press, 2000, Cet. I. Suryabrata, Soemadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, Edisi II. Syarifudin, Anwar, Kamus Saku Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkala, 1997. Tirtonegoro, Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, Cet. II. Umary, Barmawi, Materia Akhlak, Solo, Ramadhani, 1989, Cet. VIII. Usman, Husairi dan Purmono Setiadi Akbar, Metodologi Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2005. WS. Winkell, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia, 1989, Cet. II. Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Dewasa, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, Cet. I.