HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA (Studi Kasus di Sekolah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)
Oleh: DAHLIA 104011000008
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA (Studi Kasus di Sekolah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: DAHLIA 104011000008
Di bawah Bimbingan
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dra. Hj. Shofiah, MS
Abdul Ghofur, S. Ag
NIP. 150238005
NIP. 150282506
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Prestasi Belajar Akidah Akhlak Dengan Perilaku Keagamaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalan ujian Munaqasyah pada tanggal 5 Pebruari 2009 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama. Jakarta, 5 Pebruari 2009 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Dr. H.A.F. Wibisono, MA NIP. 150 236 009
Tanggal
Tanda Tangan
………..……….
………………
………..……….
………………
………..……….
………………
………..……….
………………
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Sapiudin Shidiq, M.A NIP. 150 299 477
Penguji I Prof. Dr.Abd Rahman Ghazali, MA NIP. 150 063 509
Penguji II Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag NIP. 150 299 477
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150231356
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Bismillahirrahmannirrahim Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Dahlia
Tempat/ Tanggal Lahir : Karawang, 10 Juli 1985 NIM
: 104011000008
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Hubungan antara Prestasi Belajar Akidah Akhlak dengan
Perilaku
Keagamaan
Siswa
MTs
Pembangunan UIN Syahid Jakarta
Dosen Pembimbing
: 1. Dra. Hj. Shofiah, MS 2. Abdul Ghofur, S. Ag
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Bagai Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqasah.
Jakarta, 2 Maret 2009
Dahlia
ABSTRAK DAHLIA, NIM: 104011000008, Hubungan Antara Prestasi Belajar Akidah Akhlak Dengan Perilaku Keagamaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Prestasi belajar adalah hasil usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai keunggulan dalam belajar. Perilaku keagamaan merupakan bagian dari religiusitas yang diartikan seluas-luasnya sebagai dimensi kedalaman setiap manusia, bukan monopoli suatu komunitas yang mengatur emosi, jiwa atau ruhaninya, dan dinyatakan dalam keharuan, ketidakberdayaan dan keinysafan. Adapun masalah yang akan diteliti yaitu adakah hubungan antara prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi objektif mengenai bagaimanakah hubungan antara prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriftif korelatif yang didukung teknik-teknik pengumpulan data melalui penyebaran angket, observasi, dan wawancara dengan guru bidang studi yang bersangkutan. Jumlah polpulasi target penelitian sebanyak 252 siswa kelas VIII yang terbagi dalam 7 kelas dan diambil sampel secara acak yang ditentukan sebesar 12% atau 30 orang siswa dari jumlah polpulasi. Dari hasil pengolahan data diperoleh tabel nilai ”r” product moment ternyata dengan df sebesar 28 dan pada taraf signifikansi 5% diperoleh = 0, 361, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh = 0, 463. Karena rt pada taraf signifikansi 5% lebih kecil dari ro (0, 361 ≤ 0,775) maka pada taraf signifikansi 5% hipotesa nihil (ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (ha) diterima. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% itu terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Selanjutnya, pada taraf signifikansi 1% rt adalah lebih kecil juga dari pada ro (0, 463 ≤ 0,775), maka pada taraf signifikansi 1% itu hipotesa nihil (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (Ha) diterima, ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 1% itu pun terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa. Hubungan tersebut berada pada kategori yang sangat kuat, sehingga hipotesa alternatif diterima dan hipotesa nihil ditolak.
KATA PENGANTAR
ا ا ا Alhamdulillah, tiada kata yang patut diucapkan selain puja dan puji kehadirat ilahi rabbi, yang memang berkat kudrat dan inayahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan segala kebaikan kepada umatnya sehingga kita termasuk golongan orang-orang yang baik, insya Allah. Shalawat dan salam semoga tercurahkan juga kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan seluruh umatnya yang menempuh jalan kebenaran dan kebaikan sampai hari kiamat. Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya banyak yang terlibat. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu. Penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dra. Sofiyah MA, M.Ag dan Bapak Abdul Ghofur, MA, dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dan memberi arahan serta masukannya kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak Djamaludin S.Pd kepala sekolah MTs Pembangunan yang telah menyediakan fasilitas dalam melakukan penelitian. 5. Segenap ketua dan staff Perpustakaan Tarbiyah dan Perpustakaan Utama yang telah memfasilitasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 6.
Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah menyumbangkan ilmunya yang tiada terkira, memberikan pelayanan dan fasilitas selama penulis kuliah.
7. Limpahan terimakasih kepada ayahanda dan ibunda yang tak putus-putusnya memberikan kasih sayang, perhatian dan yang terutama limpahan materi selama penulis kuliah serta mendorong ananda untuk menuntut ilmu yang setinggi-tingginya. Juga terimakasih kepada kakak tercinta khususnya (A
Arsyad dan A Husen) yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan bantuan materinya. Tak lupa kakak tersayang Sarlem Apriliani (almarhumah) yang memberi contoh pentingnya hidup untuk selalu bersabar, alhamdulilah penulis dapat memenuhi impiannya (dapat gelar S1). Serta kakak-kakak ku yang tak bisa ku sebutkan satu persatu (maklum kakaknya banyak) semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya, dan adik ku Abdul Hamid semoga menjadi orang yang berguna, serta keponakan-keponakan ku, kususnya neng Yani hatur nuhun atas bantuannya and semoga jadi Bu Bidan yang handal. 8.
Begitu banyak sahabat dan kerabat yang telah menginspirasiku. Tak habishabisnya kuhaturkan rasa terima kasihku pada: Jeng Yiyis, Jeng Widiya, Jeng Rodianto, Mas Alek, Om Misbah, Handi (thank’s tuk perhatian N kebersamaannya, smoga persahabatan kita abadi slamanya, jujur aku merasa tenang ketika berada di antara kalian). Ade-ade ASPI KMIK (Keluarga Mahasiswa Islam Karawang) Ika, Ifa, Lia, Fatimah, Seni, Nenk dan Maya. Keluarga Al-husna Ka Sofyan S.S dan Supandi/bungsu (semoga Allah membalas kebaikan kalian). Ayu (yang banyak membantuku baik moril maupun materil), Yuli or Santi (yang slalu menerima kehadiranku di rumahnya). Abdullah Nr (thnx for all). Ka Arwani (smoga bahagia dengan pilihannya, syukron atas perhatian N kebaikannya slama ini), mang Ceceng (syukron coz tlah membetulakn laptop ku waktu kena virus sehingga skripsi ini bisa selesai), Dahlan (teruslah berjuang untuk mendapatkan apa yang kau inginkan) juga teman-teman seperjuangan PAI kelas A&C, sahabat-sahabat IRMAFA, KMIK (Edi, Ali, Pak Agus S.Pd.I, de el el) serta berbagai pihak yang sungguh berarti bagiku namun tak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan yang ada. Akhirnya penulis menyadari sudah tentu, skripsi ini takkan lepas dari kealfaan dan kekurangan yang merupakan ciri dari setiap karya anak manusia seperti yang diisyaratkan kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Maka masukan dan saran konstruktif demi perbaikan skripsi ini begitu diharapkan, sehingga kehadirannya membawa banyak manfaat kepada semuanya khususnya pembaca. Semoga Allah senantiasa menunjuki kita ke arah kebenaran dan kebaikan sehingga kita mendapat ridha dan ampunan-Nya.
Jakarta, 20 Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI ABSTRAK.............................................................................................
i
KATA PENGANTAR...........................................................................
ii
DAFTAR ISI .........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................
1
B. Masalah Penelitian...........................................................
4
1. Identifikasi Masalah ............................................
4
2. ..................................................................................... Pembat
BAB II
asan Masalah .....................................................
5
3. Perumusan Masalah ...........................................
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian......................................
5
1. Tujuan Penelitian................................................
5
2. Kegunaan Penelitian…………………………………...
5
KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Akidah Akhlak........................................
7
1. Pengertian Prestasi Belajar .........................................
7
2. Pengertian Akidah Akhlak .........................................
13
a. Pengertian Akidah ...............................................
13
b. Pengertian Akhlak...............................................
15
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar
..................................................................................
17
B. Pengertian Perilaku Keagamaan Siswa.............................
22
C. Hubungan Antara Prestasi Belajar Akidah Akhlak Dengan Perilaku Keagamaan Siswa………………………………………... BAB III
26
METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................
29
B. Variabel Penelitian...........................................................
29
C. Populasi dan Sampel........................................................
29
BAB IV
BAB V
D. Metode Penelitian ............................................................
30
E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
30
F. Teknik Analisis Data .......................................................
31
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Pembangunan..............................
34
1. Sejarah Singkat Berdirinya Mts Pembangunan ...........
34
2. Tokoh Pendiri ............................................................
36
3. Visi dan Misi .............................................................
36
4. Tujuan ....................................................................... `
37
5. Pengurus Yayasan......................................................
38
B. Deskripsi Data .................................................................
39
C. Analisis Data ...................................................................
56
D. Interpretasi Data ..............................................................
60
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................
62
B. Saran ...............................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL 1.
Tabel. 1 : Kisi-kisi instrumen angket……………………………...
31
2.
Tabel. 2 : Siswa mengawali sesuatu dengan membaca Basmalah...
40
3.
Tabel. 3 : Membaca Al-quran setiap hari………………………….
40
4.
Tabel. 4 : Melakukan shalat wajib lima kali sehari ……………….
41
5.
Tabel. 5 : Bercanda ketika guru sedang mengajar………………… 42
6.
Tabel. 6 : Siswa menyukai metode yang disampaikan guru Akidah Akhlak…………………………………………………... 42
7.
Tabel. 7 : Guru Akidah Akhlak memotivasi siswa agar selalu meningkatkan Prestasinya……………………………………………... 43
8.
Tabel. 8 : Guru Akidah Akhlak disiplin dan sungguh-sungguh dalam Mengajar………………………………………………... 44
9.
Tabel. 9 : Guru memberikan evaluasi sesuai pelajaran berlangsung.. 44
10. Tabel. 10 : Ketika bertemu guru dijalan, siswa mengucapkan salam.. 45 11. Tabel. 11 : Membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah…… 45 12. Tabel. 12 : Siswa mentaati kedua orang tuanya…………………….
46
13. Tabel. 13 : Siswa menunda-nunda waktu dalam melakukan pekerjaan.47 14. Tabel. 14 : Melaksanakan shalat sunnah …………………………..
48
15. Tabel. 15 : Ketika di rumah siswa melaksanakan shalat fardu Berjamaah………………………………………………
49
16. Tabel. 16 : Menyisihkan uang untuk sedekah……………………...
49
17. Tabel. 17 : Mengikuti hari besar Islam di sekolah………………….
50
18. Tabel. 18 : Menolong saudara yang terkena musibah………………
51
19. Tabel. 19 : Mengerjakan tugas yang diberikan guru……………….
51
20. Tabel. 20 : Ketika mengikuti ujian sekolah, siswa mengerjakannya Sendiri………………………………………………….
52
21. Tabel. 21 : Menegur teman yang melakukan perbuatan tercela…...
52
22. Tabel. 22 : Membaca buku pelajaran Akidah Akhlak di rumah…...
53
23. Tabel. 23 : Tidak suka bermalas-malasan…………………………..
54
24. Tabel. 24 : Merasa putus asa apabila mengalami kegagalan……….
54
25. Tabel. 25 : Tidak senang apabila guru tidak datang……………….
55
26. Tabel. 26 : Suka membicarakan orang lain………………………...
55
27. Tabel. 27 : Prestasi belajar siswa…………………………………..
56
28. Tabel. 28 : Hasil angket responden………………………………...
57
29. Tabel. 29 : Perhitungan memperoleh angka indeks korelasi……….
59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Usaha yang cukup efektif menuju ke arah cita-cita pembangunan nasional Indonesia, salah satunya melalui pendidikan. Sebagaimana ditegaskan dalam GBHN, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa serta berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani serta bertanggung jawab.1 Pemerintah dengan berbagai usahanya selalu mengadakan upaya perbaikanperbaikan yang menuju ke arah kesempurnaan. Sehingga langkah-langkah guna mencapai tujuan di atas akan lebih efektif dan efisien. Selain upaya mengadakan perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan di bidang sarana dan prasarana, pemerintahpun berupaya semaksimal mungkin mengadakan perbaikan-perbaikan di bidang kurikulum dan berusaha mensinergikan dengan usaha di bidang perbaikan mental spiritual dengan harapan agar anak didik atau siswa selain menguasai berbagai disiplin ilmu juga mental atau akhlaknya baik, yang pada gilirannya akan tercapai tiga ranah yakni afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk mengarah pada maksud di atas, maka pemerintah berkepentingan untuk mempertahankan bidang studi pendidikan agama di sekolah-sekolah umum serta mendukung adanya sekolah-sekolah agama. Pendidikan agama dapat diartikan sebagai “usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka dapat hidup sesuai dengan ajaran agama”. Sedangkan pengajaran agama berarti “pemberian pengetahuan Agama kepada anak didik, agar mempunyai ilmu pengetahuan agama”.2
1 Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, 1996), Cet. 3 h. 11 2 Zuhairini, Abdul Ghafir, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet. 8 h. 27
Dengan demikian, kalau dikatakan mengajarkan agama itu berarti hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan agama saja, sehingga anak-anak akan memiliki pengetahuan agama (Islamologi), bukan menjadi orang yang kuat beragama. Sedangkan kalau mendidik agama, maka arahnya adalah pembentukan pribadi muslim yang taat, berilmu dan beramal. Karena itulah penggunaaan istilah pendidikan agama adalah lebih tepat dari pada penggunaan istilah pengajaran agama. Dengan kata lain, pengajaran agama merupakan alat untuk mencapai pendidikan agama. Sebab melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah pada umumnya, bertujuan tetap mendidik agama pada siswa. Itulah sebabnya dalam peraturan-peraturan pemerintah atau GBHN selalu dipakai istilah pendidikan agama bukan pengajaran agama. Kaitannya dengan masalah pendidikan ini, Islam telah mewajibkan dan sekaligus memberikan penilaian yang lebih terhadap usaha pendidikan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11, sebagai berikut:
ٍََِْ ا ُ اَِْ ءَاَُْا ُِْْ وَاَِْ اُوُْْا اَِْْ دَرََت (11: "د#$)ا Artinya: ”...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS: al-Mujadalah: 11)3 Ayat ini mengandung pengertian, bahwa tinggi rendahnya derajat seseorang dapat ditentukan dengan ada atau tidaknya iman dan ilmu pengetahuan pada dirinya. Oleh karena itulah Islam mewajibkan kepada semua pemeluknya agar senantiasa belajar dan menggali ilmu pengetahuan, baik ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah dalam artian khusus, maupun yang berhubungan dengan penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatan alam. Akidah, ibadah dan akhlak merupakan suatu mata rantai ajaran Islam yang mutlak diketahui dan diaplikasikan oleh umat Islam. Untuk mengaplikasikan bagian akidah dan ibadah, perlu berpegang teguh dalam mewujudkan bagian
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semaarang: CV Toha Putra, 1989)
akhlak, karena dengan akhlak pula, dapat diperoleh kebahagiaan dan kemaslahatan. Masalah akhlak merupakan masalah yang penting bagi Islam dan bagi kehidupan umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi dan harga diri seseorang, maka orang tidak berakhlak akan kehilanagn harga dirinya dihadapan Allah dan masyarakat. Seorang muslim wajib memperbaiki dirinya sebelum bertindak keluar, ia harus beradab, berakhlak terhadap dirinya sendiri, karena ia dibebankan tanggung jawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya.
Allah SWT memberi peringatan melalui
firma-Nya:
ُْْ ﻥَرًا-َُِْْ وَاَه/ُ0َْ اَ(*َ اِ َْ اََُْا )ُْا اَﻥ ”Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
Berkaitan dengan masalah akhlak, telah nampak kehidupan manusia saat ini, terutama generasi muda yang telah menyimpang dari tatanan sosial dan ajaran agama. Masalah generasi muda merupakan masalah yang pelik dihadapi oleh bangsa-bangsa di Dunia. Dan yang disayangkan, ternyata generasi muda Islam pun banyak yang kehidupan dan akhlaknya tidak Islam lagi. Padahal
jelas
sekali
Rasul
SAW
diutus
ke
Dunia
ini
untuk
menyempurnakan akhlak, seperti hadis Abu Hurairoh yang diriwayatkan oleh Ahmad:
َ َ5ْ6َ7َْ ََرِمَ ا9$َ ُ:ِ ُ3ْ2ُِ1 َ$اِﻥ ق Akhlak merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia karena tanpa akhlakul karimah manusia tidak akan menemukan kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupannya, maka banyak sekali orang tua yang merasa khawatir dan takut akan prilaku anaknya, apalagi keadaan sekitar saat ini banar-benar mendukung si anak untuk berlaku amoral yaitu tidak beradab, seperti banyaknya tauran antar pemuda, narkoba, pergaulan bebas dan masih
banyak lagi yang lainnya, yang membuat orang tua takut melepas anaknya keluar rumah. Maka tak heran jika orang tua yang lebih memilih memasukan anaknya ke pesantren atau sekolah-sekolah terpadu yang waktu belajarnya memakai seharian penuh, hal ini dilakukan untuk menghindari si anak dari pergaulan luar yang kurang baik. Akidah akhlak sebagai suatu bidang studi, merupakan sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas tentang ajaran agama Islam dalam segi akidah dan Akhlak. Bidang studi Akidah akhlak juga merupakan bimbingan kepada para siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelaksanaan mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah dalam kegiatan belajar mengajar khusus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan agar peserta didik mampu meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan benar serta bersedia untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan dari mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah dapat diketahui sebagai berikut : 1) Mata
pelajaran
Akidah Akhlak
dapat memberikan pengetahuan,
penghayatan dan keyakinan kepada siswa tentang hal-hal yang harus diimani menurut ajaran Islam, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. 2) Mata
pelajaran
Akidah Akhlak
dapat memberikan pengetahuan,
penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan Akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah,
dirinya
sendiri,
sesama
manusia,
maupun
dengan
alam
lingkungannya. 3) Mata pelajaran Akidah Akhlak diharapkan dapat memberikan bekal kepada siswa tentang akidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.
Berdasarkan tujuan di atas, maka posisi bidang studi Akidah Akhlak sangatlah penting dalam usaha membimbing serta mengarahkan sikap dan perilaku keagamaan siswa yang benar dan terarah dalam kehidupan shari-hari. Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka penulis akan meneliti dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA
DI
UNIVERSITAS
MADRASAH ISLAM
TSANAWIYAH
NEGERI
SYARIF
PEMBANGUNAN HIDAYATULLAH
JAKARTA”. B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan antara lain: a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar Akidah Akhlak siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan agama siswa dengan prestasi belajar Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang berhubungan dengan perilaku keagamaan siswa, maka penulis hanya akan membatasi permasalahan pada hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, maka masalah yang akan diteliti secara operasional dapat dirumuskan sebagai berikut: “Adakah hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak
dengan Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?” C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Memperoleh gambaran yang jelas tentang prestasi belajar Akidah Akhlak siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Untuk memperoleh gambaran tentang perilaku keagamaan siswa seharihari. c. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa sehari-hari. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Sedangkan manfa’atnya bagi instansi sekolah bisa dijadikan motivasi untuk memperbaiki mutu maupun teknis, baik dari segi sarana, maupun prasarana sekolah, sehingga kualitas kelulusannya bisa berwawasan iptek dan imtak. Sedangkan bagi guru, bisa menjadi motivasi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, sehingga dapat terus membimbing anak didiknya agar senantiasa memiliki sikap keagamaan yang tinggi. Dan bagi penulis sendiri bisa menjadi titik awal bagi penelitian lebih lanjut.
BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Ak Akidah Akhlak 1. Pengertian Presatsi Belajar
Berprestasi merupakan bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan itu mereka berusaha dengan berbagai cara. Cara yang sering dilakukan adalah belajar. Melalui cara ini orang akan memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Melalui cara ini siswa akan mudah mencapai keunggulan atau kesuksesan yang mereka idamkan. Siswa yang memiliki prestasi tinggi umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berdiri khusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius dari pada siswa yang lainnya. Dan memiliki keterampilan belajar yang efisien. Untuk mengetahui pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian dari kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Dalam kamus populer dinyatakan bahwa “prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.”4 Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia bahwa “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan/dikerjakan).”5 Yang dimaksud prestasi disini adalah usaha yang dilakukan oleh individu dalam kegiatan belajar, baik yang dilakukannya sendiri maupun melalui bimbingan orang lain sehingga mancapai hasil yang optimal.
4
S. F. Habeyb, Kamus Populer, (Jakarta: Nuraini, 1983), Cet. 20, h. 296 Depdikbut, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 700
5
Oleh karena itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja individual maupun kelompok dalam suatu bidang tertentu.
Sedangkan belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari. Namun, dari semua itu tidak setiap orang mengetahui apa itu belajar. Sebenarnya dari kata “belajar” itu ada pengertian yang tersimpan di dalamnya. Pengertian dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar. Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan perumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.6 Adapun secara umum, menurut Ramayulis paling tidak
suatu aktivitas
dikatakan belajar jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: a.
Belajar merupakan aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu, baik aktual maupun potensial.
6
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. 1, h. 12-13
b.
Perubahan tersebut pada pokoknya berupa perubahan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c.
Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha.7
Sedangkan menurut Sumardi Suryabrata bahwa belajar adalah: a.
Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral changes) baik aktual maupun potensial.
b.
Perubahan itu pada pokoknya didapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relativ sama.
c.
Perubahan itu karena usaha.8
Pengertian belajar menurut H.M. Arifin menyatakan bahwa “belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak menguasai bahan pelajaran yang disajaikan.”9 Nana Sujana berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan, perubahan tersebut ditujukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan lain-lain yang ada pada diri individu”.10 Pengertian lain yang dikemukakan Muhibbin Syah bahwa belajar adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku indiviu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”11 Kemudian menurut Prof. Dr. S. Nasution bahwa pengertian belajar adalah: a.
Belajar adalah perubahan dalam urat sarap
b.
Belajar adalah penambahan pengetahuan
7
Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet. 1V, h. 76 Sumardi Suryabrata, Proses Belajar Mengajar di Pergruan Tinggi, (Yogyakarta: Andi Offset, 1983), h. 5 9 H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 172 10 Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algasindo, 1995) , h. 28 11 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1, h. 64 8
c.
Belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.12
Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (Learning). Namun secara eksplisit maupun secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, bahwa definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada “suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.”13 Pengertian belajar menurut pandangan Psikologi dapat disimpulkan dari beberapa definisi yang dikemukakan beberapa ahli sebagai berikut: 1) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. 2) Perubahan
tingkah
laku
akibat
belajar
itu
dapat
berupa
memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada. 3) Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik (positif) atau periaku yang buruk (negatif). 4) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha
dengan
mendengar,
membaca,
mengikuti
petunjuk,
mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan perilaku akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar. 5) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan perubahan yang besifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat alkohol/minuman keras. 6) Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian/tingkah laku individu, baik perubahan
dalam
pengetahuan,
kemauan,
keterampilan,
kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya.
12
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-1, h. 34 Abin Syamsudin Makmun, psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. h. 157 13
7) Belajar itu dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik/positif, sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilakan perubahan perilaku yang positif atau negatif.14 Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan, artinya perubahan yang terjadi senantiasa bertambah baik dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik, pengetahuan, sikap, dan pengetahuannya sebagai hasil belajar.
Selain itu juga dapat dipahami bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan, artinya terdapat perubahan pada diri individu baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai keunggulan dalam belajar. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
14
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendiidkan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 55-56
Dengan kata lain prestasi belajar dapat diartikan sebagai penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor setelah ia mengikuti kegiatan belajar. Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dengan ditandai adanya kenaikan indeks prestasi belajarnya. Prestasi belajar biasanya dapat dikembangkan dalam bentuk nilai atau penghargaan, yang antara lain berupa buku rapor siswa atau ijazah. Nilai prestasi belajar dapat diketahui setelah dilaksanakan evaluasi belajar. 2. Pengertian Akidah Akhlak
a. Pengertian Akidah Akidah adalah bentuk masdar dari kata ‘aqada, ya’qidu, ‘aqdan – ‘aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Sedang secara teknis akidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud akidah adalah kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di dalam hati. Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Akidah Al- Wasithiyah” menerangkan makna akidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh
keraguan
dan juga
tidak dipengaruhi oleh
syakwasangka. Sedang Syekh Hasan Al-Banna dalam bukunya “Al-‘Aqoid” menyatakan akidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.15 Menurut bahasa, Akidah berarti ‘ikatan’.16 Aqidah merupakan kata kalimat dalam bahasa Arab yang berasal dari kata ‘aqada’ yang secara bahasa mempunyai arti ikatan dua utas tali dalam satu bukhul, sehingga menjadi tersambung. Adapun Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam
15
Tadjab, dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 11994), Cet. 1 h. 242 Departemen Agama RI, Dirjen Binbaga Islam, Buku Pelajar Aqidah Akhlak, Cet. 2, 1997, h.
16
1
lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai syubhat (keraguraguan).17 Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Akidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang brsumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Berakidah tidak boleh setengah-setengah, harus mantap dan sepenuh hati, tidak boleh ada satu ayat pun atau hadis yang sudah dijamin keshahihannya ditolak, karena tidak sesuai dengan kehendak nafsunya, tetapi kehendaknya dalam berakidah secara komprehensif. Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa ciri-ciri akidah dalam Islam adalah sebagai berikut: a) Akidah didasarkan pada keyakinan hati, karena itu akidah tidak menuntut yang serba rasional, sebab ada masalah tertentu yang tidak rasional dalam akidah. b) Akidah Islam sesuai dengan fitrah manusia sehingga pelaksanaan aqidah menimbulkan ketentraman dan ketenangan. c) Akidah islam diasumsikan sebagai perjanjian dan kokoh, maka dalam pelaksanaan akidah harus penuh keyakinan tanpa disertai kebimbangan dan keraguan. d) Akidah dalam Islam tidak hanya diyakini, lebih lanjut perlu pengucapan
dengan
kalimah
Thayyibah
(Syahadatain)
dan
diamalkan dengan perbuatan yang shaleh. e) Keyakinan dalam akidah Islam merupakan masalah yang supra empirik,
maka
dalil
yang
dipergunakan dalam pencaharian
kebenaran tidak hanya didasarkan atas indra dan kemampuan manusia, melainkan membutuhkan waktu yang dibawa oleh para Rasul Allah SWT.
b. Pengertian Akhlak
17
Departemen Agama RI, Dirjen Binbaga Islam, Buku Pelajar Aqidah Akhlak, Cet. Ke-2, 1997,
h. 2
Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlakun bentuk jamak dari kata khulukun artinya tingkah laku, perangai, tabiat dan moral.18 Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Abd. Hamid Yunus dinyatakan:
"-1دا7ن ا/ﻥ7ت ا0= >ق ه56;ا “Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”19 Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun atau khuluk yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya di dalam al-Qur’an. Diantaranya terdapat dalam surat Al-Qalam ayat 4 yaitu:
Artinya: ”Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung” Dalam pengertian sehari-hari, kata-kata akhlak biasa diartikan dengan perbuatan yang baik. Akhlak disamakan dengan adab, sopan santun, moral, dan budi pekerti. Tetapi penamaan suatu sebagai akhlak yang baik dalam Islam, harus mengandung dua unsur. Pertama, pada perbuatan itu sendiri, yaitu harus adanya aspek memperhalus, memperindah, memperbagus, atau menampilkan sesuatu dalam bentuk yang lebih baik dari tindakan asal jadi. Kedua, harus ada aspek motivasi atau niat yang baik. Maka suatu perbuatan yang tampaknya baik, seperti menyumbang dalam jumlah besar untuk kepentingan sosial, tidak dinamakan akhlak yang baik kalau dilakukan dengan motivasi untuk popularitas pribadi yang bersangkutan. Sebaliknya, sesuatu perbuatan yang dilakukan dengan niat baik tetapi dengan cara yang tidak baik, juga tidak dinamakan akhlak yang baik, seperti memberikan saran kepada orang tua 18
Departemen Agama RI, Dirjen Binbaga Islam............................... h. 26 Zaharudin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 1, h. 3 19
dengan suara keras dan kata-kata tajam. Al-Jurjani memberikan definisi akhlak sebagai sikap rohaniah yang melahirkan perbuatan dengan mudah, lancar, tanpa ragu-ragu.20 Ibnu Miskawaih dalam bukunya ”Tahzibul Akhlak Wa Tathhirul A’raq” mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak jika yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran. Senada dengan pengertian tersebut Al-Ghozali dalam ”Ihya’ Ulumuddin” membatasi arti akhlak dengan sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.21 Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, dalam Mu’jam al-Wasit, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah ”Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.”22 Sedangkan menurut Al-Farabi, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang.23 Sedangkan pengertian Akhlak menurut istilah adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa pikir dan direnungkan lagi. Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah
“Sementara
orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”. Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dilakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.
20
Agus Bustanuddin, Al-Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 1, h.153-154 Tadjab, dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam………………………………h. 243 22 H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Rajagrifindo Persada, 2006), h. 4 23 H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h. 29 21
Akhlak dermawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini adalah kehendak, dan kehendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.24 Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka tindakan spontan itu disebut akhlak yang baik atau al-akhlak al-karimah. Sebaliknya, apabila tindakan spontanitas itu berupa perbuatan-perbuatan yang buruk, maka tindakan itu disebut akhak tercela atau akhlak buruk (akhlakul mazmumah). Pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak bercirikan sebagai berikut: 1) Akhlak sebagai ekspresi sifat dasar seseorang yang konstan dan tetap. 2) Akhlak selalu dibiasakan seseorang sehingga ekspresi akhlak tersebut dilakukan berulang-ulang, sehingga dalam pelaksanaan itu tanpa disertai pertimbangan pemikiran terlebih dahulu. 3) Apa
yang
seseorang
diekspresikan dalam
dari
menempuh
akhlak
merupakan
keinginan
sesuatu,
keyakinan sehingga
pelaksanaannya tidak ragu-ragu.
3. FaktorFaktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interasksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Secara garis besarnya, faktor-faktor tercapainya prestasi belajar yang baik bisa dikelompokkan kepada dua bagian yaitu : 1) Faktor internal, yakni faktor pendorong yang berasal dari dalam individu siswa itu sendiri.25 Yang termasuk dalam faktor ini antara lain :
24
Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak……………….h. 4-5 25 Nana Sudjana, Dasar-dasar Prestasi belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Al Gesindo, 1995), Cet. 3, h. 39
a.
Kemampuan siswa, faktor kemampuan siswa ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Anak yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena baginya akan lebih mudah mengingat dan berpikir kreatif, serta cepat dalam mengambil suatu keputusan.
b.
Kecerdasan. Kecerdasan merupakan salah satu aspek penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seorang siswa. Kalau seorang siswa mempunyai tingkat kecerdasan di atas normal atau normal maka secara potensial ia dapat mencapai prestasi tinggi. Sebaliknya bagi siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan di bawah normal, maka sangatlah sukar baginya untuk bersaing dalam mencapai prestasi tinggi.
c.
Motivasi belajar, faktor ini memegang peranan pula terhadap prestasi belajar siswa. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik kepada anka-anak, maka akan timbulah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar yang baik.
d.
Minat dan usaha, dengan adanya minat akan lebih mendorong belajar individu, sehingga ia akan lebih semangat serta lebih baik. Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan/mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada bahan/mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar. Oleh karena itu apabila siswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau belajar memperhatikan pelajaran.26
e.
Sikap dan kegiatan belajar, sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi prestasi belajar. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima/suka) terhadap bahan/mata pelajaran yang akan dipelajari; terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar
26
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 84
seperti: kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya. f.
Latihan, bagi individu yang sedang belajar harus banyak melakukan latihan agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dapat dimiliki.
g.
Sosial ekonomi, faktor sosial ekonomi pun mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh siswa. Termasuk dalam faktor ini, ada tidaknya atau tersedia dan tidaknya fasillitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar. Oleh karena itulah keadaan sosial ekonomi dalam keluarga itu akan banyak mempengaruhi prestasi belajar nantinya.
h.
Jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Yang
termasuk
faktor
ini
misalnya
penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. i.
Psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas: Pertama, faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. Kedua, faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.27
j.
Cara belajar, keberhasilan studi siswa dipengaruhi pula oleh cara belajarnya. Ada cara belajar yang efisien dan ada pula cara belajar yang tidak efisien. Seorang siswa yang mempunyai cara belajar yang efisien, memungkinkannya untuk mencapai prestasi lebih tinggi dari pada murid yang mempunyai cara belajar yang tidak efisien.
Faktor-faktor internal tersebut di atas, idealnya harus dimiliki oleh setiap individu apabila menghendaki prestasi belajar yang memadai. Sebagai bahan perbandingan dari faktor-faktor yang sudah diberikan di atas, penulis menganggap perlu mengemukakan syair dari sayyidina Ali r.a. yang dikutip dari kitab Ta’lim al-Muta’alim sebagai berikut:
27
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. 1, h. 130
"E/1 7 ل ا ا77 ا: ?@ > اA رBC >1 ا1و)ل @> ا F-Gﺱﻥ لCذ وEد اﺱK" وارL1ر وGM=ص واOن ذآء و-G1 *@$# @ زن Artinya: “ingatlah, sesungguhnya ilmu tidak akan diperoleh melainkan harus memiliki syarat-syarat yang enem, yaitu: memiliki kecerdasan, kemauan keras, memiliki kesabaran, mempunyai modal atau biaya yang memadai, guru yang ikhlas serta memerlukan waktu yang panjang.”28 Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa, persyaratan untuk meraih prestasi dan ilmu yang tinggi harus memiliki enam faktor utama. Pertama faktor kecerdasan atau intelegensia,
sehingga mudah dalam mencerna pelajaran.
Kedua, faktor kemauan keras (optimisme atau percaya pada diri sendiri), serta tidak mudah menyerah atau patah semangat. Ketiga, faktor kesabaran dalam menghadapi segala bentuk hambatan dan rintangan yang mungkin timbul dan atau dialami selama masa belajar. Baik hambatan-hambatan yang timbul dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri sendiri. Keempat, faktor biaya karena mustahil menuntut ilmu akan berjalan lancar dan berhasil tanpa harus mengeluarkan biaya. Apalagi menghadapi masa sekarang ini, faktor biaya dalam kegiatan belajar mutlak harus terpenuhi. Kelima, faktor guru yang sabar. Hal ini merupakan faktor penentu, baik bagi individu yang belajar maupun bagi guru itu sendiri dalam memberikan pelajaran. Keenam, faktor waktu yang panjang karena dalam kegiatan belajar harus melalui fase-fase tertentu, di mana tiap-tiap fase membutuhkan dan atau memakan waktu yang tidak sedikit. 2) Faktor eksternal, yakni faktor pendorong yang berasal dari luar diri individu dalam interaksinya dengan individu lain, maupun dengan lingkungan sekitarnya yang dapat mengefektifkan setiap langkah untuk mencapai prestasi yang optimal. Yang termasuk faktor ini antara lain :
28
Aliy As’ad, Terjemah ta’lim al-Muta’alim, (Semarang: Menara Kudus, 1978), h. 19
a.
Faktor guru, “Guru adalah pemimpin utama dan tulang punggung atau kekuatan yang diandalkan.”29 Guru memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar, sebab guru merupakan orang pertama yang memberikan bimbingan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karenanya dalam meningkatkan prestasi belajar sangat dibutuhkan guru yang penuh tanggung jawab, berdedikasi tinggi, berpengetahuan dan berpengalaman luas.
b.
Faktor sarana. Sarana atau alat pendidikan yang lengkap dan memadai akan dapat membantu pelaksanaan kegiatan belajar yang lebih efektif dan efisien. Karena tidak jarang terjadinya proses belajar mengajar terhambat dikarenakan kurangnya faktor sarana. Oleh karenanya sarana atau peralatan juga memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar.
c.
Faktor lingkungan (milieu). Lingkungan tidak kalah pentingnya dalam usaha meningkatkan prestasi belajar. Sebab perkembangan jiwa individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan, baik pengaruh positif maupun negatif. Oleh karenanya untuk meningkatkan prestasi belajar sangat dibutuhkan adanya lingkungan yang baik dan positif, yang dapat memberikan dorongan kepada individu untuk lebih rajin dan tekun belajar.
d.
Faktor orang tua. Dorongan dan tanggung jawab orang tua merupakan salah satu faktor yang sangat berarti dalam upaya meningkatkan prestasi belajar, karena setiap hari anak lebih banyak bergaul dengan orang tuanya bila dibandingkan dengan gurunya. Anak akan maju jika orang tunya memberikan dorongan serta bimbingan dalam memenuhi segala kebutuhan anaknya setiap hari. Orang tua yang baik akan selalu bertanggung jawab akan segala kebutuhan anak dalam kelengkapan belajarnya, dan selalu memeriksa hasil belajar anaknya, serta senantiasa memberikan dorongan sepenuhnya setiap anak membutuhkannya. Sehingga anak akan mencapai prestasi yang baik.
29
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. Ke-6 h. 7
e.
Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahhuan, teknologi dan kesenian.
f. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.30 Dari beberapa faktor di atas jelaslah, bahwa untuk mencapai prestasi belajar yang baik, adalah dengan cara memenuhi faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam diri sendiri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri sendiri (faktor eksternal). Dengan kata lain, bahwa prestasi belajar yang baik akan dapat tercapai apabila faktor-faktor pendukungnya terpenuhi. B. Pengertian Perilaku Keagamaan Siswa
Perilaku sebagai suatu gejala yang dapat ditangkap dengan panca indera mempunyai hubungan erat dengan sikap. Prof. Dr. Jalaludin membagi sikap ke dalam tiga aspek: kognitif berupa kepercayaan, afektif berupa perasaan emosional, dan psikomotorik berupa tindakan yang di ambil.31 Perilaku secara etimologis adalah sikap tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat.32 Sedangkan secara terminologis adalah apa yang dilakukan seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, perilaku adalah tindakan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan.33 Dari beberapa pengertian tentang perilaku di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa perilaku adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang yang nyata dan dapat dilihat atau bersifat konkrit. Perilaku ini merupakan manifestasi dari pada sikap seseorang. Perilaku dapat terjadi secara spontanitas tanpa melalui pembentukan-pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat melalui pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu. Pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan, Dewa dan sebagainya dengan
30
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar…………..h. 131 Djalaludin, Psikologi Agama (edisi revisi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 7, h.
31
199 32
Dali Gulo, kamus Psikologi, (Bandung: Tonis, 1982), Cet. Ke-1, h. 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. 1, h. 671 33
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.” Menurut prof. Dr. Harun Nasution, bahwa kata agama itu tersusun dari dua kata, a yang berarti tidak dan gam yang berarti pergi. Jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun.34 Sedangkan menurut Dr. Muhammad Daud Ali, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Tuhan melalui ucapan, penyembahan dan permohonan; dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.35 Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa agama dalam kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan penyembahan kepada-Nya dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang terkait dengan itu. Sedangkan
mengenai
pengertian
keberagamaan,
Mahmud
Syaltut
menyatakan bahwa beragama / keberagamaan adalah usaha manusia menconoh Tuhan dan sifat-sifat-Nya dan dari hasil usaha itulah dicapai kualitas manusia yang didambakan agama.36 Mengenai pengertian perilaku keberagamaan M. Mursal berpendapat bahwa yang dinamakan tingkah laku keagamaan adalah tingkah laku yang didasarkan akan adanya Yang Maha Kuasa, seperti shalat dan sebagainya. Menurut Nurcholis Madjid, perilaku keberagamaan merupakan suatu bagian dari religiusitas yang diartikan seluas-luasnya sebagai dimensi kedalaman setiap manusia, bukan monopili suatu komunitas yang mengatur emosi, jiwa atau ruhaninya,
dan
dinyatakan
dalam
keharuan,
ketidakberdayaan
dan
keinsyafan.37 Tujuan eksternal pendidikan adalah mengupayakan subyek didik menjadi pribadi yang utuh dan terintegrasi.38 Untuk mencapai tujuan ini,
tugas
dan
tanggung
jawab
keluarga
(orang
tua),
adalah
menciptakan situasi dan kondisi yang memuat iklim yang dapat dihayati anak-anak 34
untuk
memperdalam
dan
memperluas
makna-makna
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985), Cet. 5, h. 9 35 Muhammaad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. 3, h. 40 36 Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 19 37 Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 19 38 Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplain Diri, (Jakarta: Ribeka Cipta, 1998), h. 109
esensial.
Pribadi
mengembangkan
yang disiplin
memilliki diri,
dasar-dasar
berarti
memiliki
serta
mampu
keteraturan
diri
berdasarkan acuan nilai moral. Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama. Nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan, dan sikap hidup yang mendukung kehidupan masyarakat, berbangsa dab bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan. Anak atau siswa yang memiliki disiplin diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, tanggung jawab orang tua dan guru adalah mengupayakan agar anak didiknya berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam serta makhluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Beberapa perilaku keagamaan anak didik atau siswa seperti rajin shalat, mengaji, belajar, patuh terhadap orang tua, menjaga kebersihan tempat suci, keharmonisan, kedekatan, keintiman dan keakraban dalam hubungan sosial, hidup ekonomis, bersih dan teratur serta menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang dirasakan sebagai sesuatu penunaian kewajiban diri, merupakan bentuk apresiasi diri terhadap nilai agama berdasarkan kata hati. Perilaku dan apresiasi diri mereka terhadap nilai-nilai agama tidak hanya dimaknakan secara imanensi transendental (dalam kerangka hubungan dengan sesama manusia, keluarga, dan dengan diri sendiri). Kemampuan anak didik dalam berprilaku dan mengembangkan nilainilai agama ini dapat dibangun oleh orang tua dan guru melalui:
Kebersamaan di antara sesama teman di sekolah dan di antara sesama anggota keluarga.
Konsistensi dan kesatuan antara murid dan guru, sedangkan kalau di rumah antara orang tua dan anak.
Bantuan guru dan orang tua untuk memilih sahabat yang rajin menjalankan perintah agama.
Melalui diskusi yang penuh dengan nuansa-nuansa keagamaan.
Alisyahbana
mengatakan
bahwa
hanya
manusia
yang
mampu
mengejawantahkan agama dalam kehidupan sehari-hari yang akan menduduki singgasana kebesaran dan keagungan martabat manusia. Bagi mereka, agama merupakan kitab hidup bagi kedudukan dan ketentraman kehidupannya. Sementara itu, Soelaeman berpendapat bahwa manusia yang mampu beraudiensi dengan Kholiknya, dari dalam dirinya akan memancar aura keyakinan dan kesadaran diri terhadap keberagamannya. Bahkan, dalam seluruh gerak kehidupannya, dia tidak pernah melepaskan mata batin dan hatinya. Dia yakin bahwa eksistensi kediriannya berada dalam hubungan dan pengetahuan al-Khaliqnya. Demikianlah, bahwa berbagai perilaku keagamaan pada anak didik tidak terlepas dari peran serta orang tua dalam keluarga dan guru di sekolah. Dan karenanya pribadi-pribadi dari mereka itulah yang menjadi dasar-dasar yang mampu mengembangkan disiplin diri, yang berarti pula memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral. Sehubungan dengan itu, disiplin diri itu dibangun dari asimilasi serta penggabungan dari nilai-nilai moral untuk diinternalisasi oleh anak didiknya sebagai dasar-dasar untuk mengarahkan perilaku keagamaan. C. Hubungan Hubungan Antara Prestasi Belajar Aid Aidk idkah Akhlak Dengan Perilaku Keagamaan Siswa Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa prestasi adalah pencapaian terhadap suatu kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.39 Dari definisi belajar di atas, kita bisa mengetahui bahwa dalam kegiatan belajar itu terdapat suatu proses interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dari perubahan 39
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional………….h. 5
keseluruhan tentang tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya sendiri. Perubahan itu akan tampak dalam penguasaan pola-pola yang baru terhadap lingkungan berupa skill, habit, sosial ataupun budi pekerti. Proses belajar akan menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku seseorang yang dapat diobservasi maupun yang tidak, yang dapat dilakukan dengan membandingkan tingkah laku siswa sebelum dan sesudah mengalami proses belajar. Setiap orang tua tentulah berkeinginan agar putra-putrinya tumbuh menjadi anak yang rajin beribadah, memiliki akhlak yang baik serta mampu mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-harinya. Proses pendidikan formal di sekolah merupakan cara yang paling meyakinkan keberhasilannya, dalam rangka mempersiapkan serta membentuk perilaku keagamaannya. Dalam rangka pendidikan tersebut para siswa diajarkan
bagaimana
dan
apa
itu
shalat,
puasa,
bersedekah,
menanamkan akhlakul karimah seperti bersikap sopan santun, kasih sayang
terhadap
sesama,
rasa
syukur
dan
sebagainya.
Yang
kesemuanya itu merupakan cerminan dari perangai, kesemuanya itu merupakan cerminan dari perilaku yang terpuji. Maka disediakanlah salah satu mata pelajaran yang berkaitan dengan masalah tersebut yaitu mata pelajaran Aqidah Akhlak yang merupakan sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas tentang ajaran Islam dalam segi Akidah dan Akhlak. Oleh karena itulah, seorang guru hendaklah mempunyai metode serta pendekatan dalam mengajarkan materi Akidah Akhlak. Salah satu caranya
dengan
melakukan
pendekatan
pengalaman,
yakni
memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa dalam upaya penanaman nilai-nilai akhlak. Melalui pendekatan ini, siswa diberikan kesempatan untuk memperoleh pengalamannya baik secara kelompok maupun individu. Sedangkan metode yang tepat yaitu dengan memberikan tugas (resitasi) untuk mengamati perilaku masyarakat dalam beragama, agar ia dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh objek
masyarakat
disekitarnya.
Disamping
dengan
pendekatan
pengalaman seorang guru juga harus bisa dengan pendekatan pembiasaan yakni pendekatan yang ditekankan agar siswa menjadi
terbiasa dengan berakhlakul karimah, sopan santun serta menghargai orang lain. Sedangkan metode yang sesuai dengan pendekatan ini yaitu metode drill (latihan), pemberian tugas, dan demonstrasi pengalaman keagamaan dan lain-lain. Dengan demikian, mata pelajaran Akidah Akhlak ini diharapkan dapat memberikan bekal kepada siswa agar dapat membentuk pribadipribadi yang baik serta mempunyai keimanan yang kuat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini penulis lakukan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang berada di Jln. Ibnu Taimia IV Komplek UIN Syarif Hidayatullah Ciputat. Yang mana kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2008. B. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dikaji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel yang dimaksud adalah Prestasi Belajar Aqidah Akhlak (X), sedangkan variabel terikat adalah Perilaku Keagamaan siswa (Y). Variabel X = Independen (prestasi belajar akidah akhlak) Variabel Y = Dependen (perilaku keagamaan siswa) C. Populasi dan Sampel Dalam metodologi penelitian, kelompok besar obyek penelitian disebut dengan populasi subyek atau populasi penelitian, sedangkan bagian dari kelompok yang mewakili kelompok besar disebut sampel subyek atau sampel penelitian. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas 2 MTs Pembangunan UIN Jakarta yang berjumlah 252 orang. Adapun yang dijadikan sampel pada penelitian ini diambil dari populasi sebanyak 30 orang siswa. D. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode deskriptif, adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah suatu penelitian deskriptif korelatif, yaitu mencari korelasi antara dua variabel yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Sehingga dapat dicari hubungannya antara satu fenomena dengan fenomena
yang lainnya, yaitu prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa sehari-hari. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dari penelitian ini, penulis menggunakan beberapa cara: 1) Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan serta sistematis terhadap
fenomena-fenomena
merupakan mendapatkan
teknik data
yang yang
yang
diselidiki.40
pertama-tama berkaitan
Observasi
digunakan
dengan
penelitian
untuk dan
merupakan alat pengumpulan data dengan cara mendatangi langsung ke obyek penelitian untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa di Madarasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2) Angket Angket adalah suatu alat penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.41 Daftar pertanyaan ini disusun secara tertulis mengenai suatu hal yang berkaitan dengan indikator masalah yang berhubungan dengan prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta. Angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berupa pertanyaan dimana responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan dalam angket tersebut.
40
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Ardi Offset, 1992), Cet. 2, Jilid 2, h.
41
Sutrisno Hadi, Metodologi Research………..h. 136
73
Tabel. 1 Kisi-kisi Instrumen Angket Variabel
Indikator a. Berbakti
kepada
orang tua Perilaku
Keagamaan
Siswa
b. Bertanggung jawab. c. Menghormati guru d. Disiplin e. Berbuat baik f. Amal sholeh
Prestasi Belajar Akidah
a. Evaluasi pembelajaran
Akhlak
b. Pemberian
motivasi
belajar c. Metode pembelajaran
3) Wawancara
Wawancara yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang sesuai berdasarkan dari lapangan verbal dimana pada wawancara
ini
terdapat
dialog
yang
dilakukan
oleh
interviewer (pewawancara) untuk memperoleh informasi dari interviewe (orang yang di wawancarai).42 Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan guru bidang studi akidah akhlak kelas VIII untuk mendapatkan informasi yang akurat. F. Teknik Analisis Data
Mengingat penelitian ini bersifat deskriptif korelatif, maka penulis dalam pengolahannya menggunakan teknik korelasi, kemudian didistribusikan sehingga dapat diinterpretasikan yang pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan.
42
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002), h. 202
Untuk memudahkan penelitian, penulis menetapkan rentang nilai pada tiap-tiap item
pertanyaan yang terdiri dari 4
kemungkinan jawaban. Jawaban yang pertama memiliki bobot nilai empat, jawaban kedua memiliki bobot nilai tiga, jawaban ketiga memiliki bobot nilai dua dan jawaban keempat memiliki bobot nilai satu. Adapun jumlah pertanyaan seluruhnya adalah 25 soal. Setelah itu skor tersebut diteliti dan diolah secara keseluruhan dari jawaban yang diberikan untuk selanjutnya dimasukan ke dalam tabel agar dapat diperoleh gambaran mana
yang
memperoleh nilai tertinggi dan mana yang memperoleh nilai terendah. Sedangkan teknik dalam menggali informasi dalam mengukur sikap atau keyakinan individu siswa dilakukan dengan cara memberikan tanda silang (X) pada daftar pertanyaan, yakni pada item-item yang disetujui. Selalu, Selalu Sering, KadangKadang-kadang dan Tak Pernah yang disediakan dalam daftar pertanyaan. Adapun prestasi belajar yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Akidah Akhlak yang didapatkan oleh siswa. Setelah itu data tersebut diformulasikan ke dalam dua variabel, yakni variabel independen (X), yaitu prestasi belajar Aqidah Akhlak, serta variabel dependen (Y), yaitu perilaku keagamaan siswa. Oleh karena itulah penulis menggunakan teknik koefisien korelasi bivariat, yaitu teknik statistik yang dapat digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel tadi. Adapun teknik korelasinya yaitu dengan menggunakan korelasi produk momen (product moment corelation) yaitu rumus untuk mencari korelasi antar dua variabel dengan rumus sebagai berikut:
r
ky
=
N ∑ XY – (∑X) (∑Y) √ [ N∑X2 – (∑X)2 ] . [ N∑Y2 – (∑Y)2 ]
r
xy
= Angka indeks korelasi ”r” product moment
N
= Number of Cases
∑ XY
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑X
= Jumlah seluruh skor X
∑Y
= Jumlah seluruh skor Y43
Setelah nilai rxy diketahui, untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang sedang diteliti, penulis berpatokan pada tingkat koefisien korelasi (r), yang dikemukakan oleh Anas Sudijono dalam bukunya Pengantar Statistik Pendidikan, seperti tercantum di bawah ini:
Besarnya ”r” product Moment (rxy)
Interpretasi Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah
0,00 – 0,20
atau
sangat
rendah
sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap
tidak ada korelasi antara variabel X dan Variabel Y).
0,20 – 0,40
43
Antara Variabel X dan Variabel Y
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.
206
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah. 0,40 – 0, 70 Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau
cukupan. 0,70 – 0,90 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi. 0,90 – 1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Pembangunan 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Pembangunan44
Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN (sejak tahun2002 berubah menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H. M. Toha Yahya Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan lustrum III UIN Syarif Hidayatullah, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. Dr. A. Mukti Ali dan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah. Pada tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan dari pimpinan Bagian Proyek pembinaan Bantuan untuk Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta kepada UIN Syarif Hidayatullah. Pertama kali Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah (MP UIN) Jakarta membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari kelas 1: 43 orang, kelas II: 8 orang dan kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan belajar mengajar dimuali tanggal 7 Januari 1974. Tanggal 7 Januari inilah yang kemudian ditetapkan sebagai “hari Kelahiran” MP UIN Jakarta. Pada awal tahun 1977, MP UIN Jakarta membuka tingkat Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991 dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang. Pada tahun pelajaran 2006/2007 MP UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyah. Jumlah peserta didik pada tahun pertama adalah 47 siswa yang dibagi dalam dua kelas. Sesuai dengan keputusan rektor UIN Syarif Hidayatullah, sejak awal September 1974 pembinaan MP UIN Jakarta dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di
44
Panduan Siswa Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
antaranya menyiapkan MP UIN Jakarta sebagai Madrasah Laboratorium Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah. Pada tahun 1978, sesuai dengan keputusan Dirjen Bimas Islam Depag RI, Nomor: Kep/D/03/1978, MP UIN Jakarta dinyatakan sebagai Madrasah Pilot Proyek Percontohan. Berdasarkan keputusan tersebut diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji coba pembelajaran dengan sistem modul. Sampai dengan tahun 1985, empat modul bidang studi telah diujicobakan, yaitu al-Qur’an Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Matematika. Pada tahun 1988, sesuai dengan keputusan Rektor UIN Sayrif Hidayatullah Nomor 06 Tahun 1988, wewenang pembinaan dan pengelolaan MP UIN Jakarta, dilimpahkan kepada yayasan Syarif Hidayatullah. Sedangkan pengembangan
sebagai Madrasah Laboratorium dilaksanakan bersama-sama
dengan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah. Kini di usianya yang ke-34 tahun, siswa MP UIN Jakarta berjumlah 2.486 orang, yang terdiri dari siswa tingkat Ibtidaiyah sebanyak 1.765 orang, siswa tingkat Tsanawiyah sebanyak 722 orang dan tingkat Aliyah 87 orang. Prestasi-prestasi yang telah diraih baik dalam bidang akademik maupun non akademik
serta
kepercayaan
masyarakat
yang
begitu
besar
untuk
menyekolahkan putra-putrinya di MP UIN Jakarta membuktikan bahwa MP UIN Jakarta memiliki mutu yang dapat diandalkan.45 2. Tokoh Pendiri
Berdirinya Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak lepas dari jasa-jasa para tokoh yang peduli terhadap pendidikan generasi Islam yakni pejabat-pejabat IAIN Jakarta dan Depag. Pada masa itu, antara lain adalah : Drs. H. Kafrawi Ridwan, M.A. Prof Dr. H.A. Rahman Partosentoso Drs. H. Husen Segaf M.A. Drs. H. Bakran Yakob Dr. H. Agustiar, M.A. 45
Panduan Siswa Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. H.A. Muzakir Drs. H.M. Ali Hasan
3. Visi dan Misi46 a. Visi
Menjadikan Madrasah Pembangunan UIN sebagai jenjang pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensipotensi anak serta perkembangan era globalisasi dan perkembangan zaman. b. Misi
1.
Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan yang beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan keunggulan komparatif.
2.
Melakukan
pembinaan
kesehatan
fisik
sehingga
terbentuk
keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan jasmani siswa serta dapat melahirkan lulusan yang cerdas, kuat dan sehat. 3. Senantiasa melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan keislaman, sains, dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia. 4. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga kependidikan sebagai tenaga profesional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar (skill teaching), kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak mulia. 5. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga kependidikan yang profesional yang menguasai bidang ilmu mendukung tugasnya, etos kerja yang tinggi, serta kepribadian yang Islami. 6. Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para siswa 46
Panduan Siswa Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai center for learning. 7. Melakukan pembinaan kemandirian dan tem work melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler. 4. Tujuan 1. Terciptanya pendidikan yang dapat melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa dengan kemampuan kompetitif serta memiliki keunggulan-keunggulan koparatif. 2. Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaan keislaman,
sains
kecenderungan
dan
teknologi
globalisasi
serta
dengan
apresiatif
tetap
terhadap
berpijak
pada
kepribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak. 3. Tersedianya tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi ideal baik dalam aspek keilmuan, skill keguruan maupun kemampuan komunikasi global. 4. Tersedianya
sarana
sumber
belajar
yang
dapat
memberi
kesempatan pada siswa-siswi untuk dapat belajar seluas-luasnya, sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai Center of
Learning. 5. Terwujudnya siswa yang memiliki keseimbangan antara kekuatan jasmani dan rohani serta kepekaan sosial. 6. Terwujudnya
siswa
yang
mandiri
dan
mampu
melakukan
teamwork melalui berbagai aktivitas belajar intra maupun ekstrakurikuler.
A. Pengurus Yayasan
Yayasan 1. Pembina Ketua
: Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Anggota
: - Prof. Dr. H. Salman Harun : - Prof. Dr. H. Suwito, MA.
2. Pengurus Ketua
: Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA.
Wakil Ketua
: Drs. H. Abd. Shomad
Sekretaris
: Prof. Dr. H. Armai Arief, M.A.
Bid. Pendidikan
: - Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA.
- Drs. H. Masan AF., M.Pd. - Drs. H. Hamid Sholihin Pimpinan Madrasah Pembangunan Direktur
: Dra. Hj. Farida Hamid, M.Pd.
Wakil Direktur
: Drs. Agus Salim, M.pd.
Kepala Tsanawiyah
: Djamaludin, S.Pd.
Waka Bidang Kurikulum : Ir. Hj. Eha Soriha Waka Bidang Kesiswaan : Momon Mujiburrahman, S.Ag. Kabag. Tata Usaha
: Drs. Ibrahim Misbah
Kepala Perpustakaan : Drs. Rusli Ishaq Kepala Laboratorium : H. Tb. Ade Jamhari, BA Koordinator Ekskul
: Iqbal Muhammad
Kasubag Umum&Hum : Drs. Hamdani Kasubag Dikjar
: Sartana AS, SH
Kasubag Keu. Dan Kepeg: Sidik Raharja, SE
B.
Deskripsi Data
Seperti telah dikemukakan pada bab sebelmunya bahwa salah satu teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket, yang bertujuan untuk memperoleh data tentang
hubungan prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa. Angket ini terdiri dari 25 point. Teknik pengukuran dari angket ini menggunakan skala prosentase dengan bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut: 1. Untuk pertanyaan yang mengandung nilai positif, skornya yaitu selalu (sl) = 4, sering (sr) = 3, kadang-kadang (kk) = 2, dan tidak pernah (tp) = 1. 2. Sedangkan pertanyaan yang mengandung nilai negatif, skornya yaitu nilai-nilai sebaliknya, selalu (sl) = 1, sering (sr) = 2, kadangkadang (kk) = 3, dan tidak pernah (tp) = 4.
Pembahasan mengenai hasil angket dengan menggunakan tabulasi yang merupakan proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel angka (persentase), dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini dengan menggunakan rumus:
P =
f _ x 100 N
Keterangan: P = persentase F =
frekuensi
N =
number of cases
Tabel. 2 Siswa mengawali segala sesuatu dengan membaca Basmalah No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
7
23 %
B
Sering
7
23 %
C
Kadang-kadang
16
54 %
D
Tidak Pernah
-
0%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mengawali segala sesuatu dengan membaca basmalah, yaitu (23%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (23%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (54%), dan tak seorangpun yang menjawab tidak pernah. Ini berarti masih banyak siswa yang belum memahami makna kalimat basmalah. Padahal setiap kita melakukan perbuatan yang baik, kemudian diawali dengan basmalah maka hidup kita akan penuh dengan keberkahan. Itu tandanya kita selalu mengingat Allah SWT yang telah menciptakan kita.
Tabel. 3 Membaca Al-qur’an setiap hari No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
1
3%
B
Sering
6
20 %
C
Kadang-kadang
21
70 %
D
Tidak Pernah
2
7%
30
100 %
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang suka membaca al-Qur’an setiap hari relatif sedikit, yaitu (3%) menjawab ”selalu”, dan yang menjawab ”sering” ada (20%), sedangkan yang menjawab ”kadang-kadang” (70%), adapun sisanya (7%) memilih jawaban ”tidak pernah”. Dengan demikian, pihak sekolah terutama guru bidang studi akidah akhlak harus memotivasi lagi para siswanya untuk tadarus al-Qur’an. Karena dengan selalu membaca al-Quran, hati kita akan menjadi tenang.
Tabel. 4 Melakukan shalat wajib lima kali sehari No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
8
27 %
B
Sering
14
46 %
C
Kadang-kadang
8
27 %
D
Tidak Pernah JUMLAH
-
0%
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang suka melakukan shalat wajib lima kali sehari masih belum banyak, yaitu (27%) menjawab ”selalu”, dan yang menjawab ”sering” ada (46%), sedangkan yang menjawab ”kadang-kadang” (27%), dan tidak seorangpun yang memilih jawaban ”tidak pernah”. Ini berarti tingkat intensitas siswa MTs Pembangunan UIN Syahid Jakarta dalam melaksanakan shalat wajib belum cukup tinggi. Namun hasil ini tetap belum memuaskan karena shalat wajib seharusnya dikerjakan tanpa ada alasan meninggalkannya terutama bagi orang Islam yang sudah baligh, kecuali alasan-alasan tertentu yang dibolehkan agama Islam untuk meninggalkan shalat seperti haidh bagi perempuan. Selain itu juga, bagi anak yang sudah berumur sepuluh tahun belum melaksanakan shalat, maka harus diberi hukuman.
Tabel. 5 Bercanda ketika guru sedang mengajar No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
1
3%
B
Sering
3
10 %
C
Kadang-kadang
25
84 %
D
Tidak Pernah
1
3%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang bercanda ketika guru sedang mengajar, yaitu (3%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (10%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (84%), adapun sisanya yang berjumlah (3%) memilih jawaban tidak pernah. Ini berarti bahwa kebanyakan siswa belum bisa menghargai seseorang yang ada di depan. Bagaimana kita mau dihargai dan dihormati oleh orang lain kalau kita tidak dapat menghargai orang lain. Sedangkan menghargai orang lain termasuk sifat terpuji. Apalagi
menghargai guru yang sedang mengajar, itu akan meencerminkan bahwa kita mempunyai akhlak yang baik.
Tabel. 6 Siswa menyukai metode yang disampaikan oleh guru Aqidah Akhlak No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
22
73 %
B
Sering
8
27 %
C
Kadang-kadang
-
0%
D
Tidak Pernah
-
0%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menyukai metode yang disampaikan oleh guru Aqidah Akhlak, yaitu (73%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (27%), dan tak seorangpun yang menjawab kadangkadang dan tidak pernah. Data di atas menunjukkan bahwa banyak siswa yang suka dengan metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Metode menjadi suatu hal yang penting dalam pembelajaran, karena dengan metode yang tepat, maka proses penyampaian informasi dalam hal ini materi pelajaran akan mudah diterima oleh siswa.
Tabel. 7 Guru Aqidah Akhlak memotivasi siswa agar selalu meningkatkan prestasinya No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
15
5%
B
Sering
12
40 %
C
Kadang-kadang
3
10 %
D
Tidak Pernah
-
0%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa guru yang memotivasi siswa agar selalu meningkatkan prestasinya, yaitu (5%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (40%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (10%), dan tak seorangpun yang menjwab tidak pernah. Tabel di atas menunjukkan bahwa guru selalu memotovasi kepada siswa agar selalu meningkatkan prestasinya. Motivasi ini sangat penting sebagai salah satu faktor ekstrinsik yang mendorong minat belajar siswa dalam belajar.
Tabel. 8 Guru Aqidah Akhlak disiplin dan sungguh-sungguh dalam mengajar No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
21
70 %
B
Sering
9
30 %
C
Kadang-kadang
-
0%
D
Tidak Pernah
-
0%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa guru Aqidah Akhlak yang disiplin dan sungguh-sungguh, yaitu (70%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (30%), dan tak seorangpun yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Banyaknya siswa yang menjawab bahwa guru disiplin dan sungguhsungguh dalam mengajar menunjukkan bahwa guru telah disiplin dan bersungguh-sungguh dalam mengajar, karena guru patut memberikan teladan kepada siswa agar siswa pun disiplin dan sungguh-sungguh dalam belajar.
Tabel. 9 Guru memberikan evaluasi sesuai pelajaran berlangsung No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
11
37 %
B
Sering
13
43 %
C
Kadang-kadang
5
17 %
D
Tidak Pernah JUMLAH
1
3%
30
100 %
Tabel di atas dapat diketahui, siswa yang menjawab bahwa guru memberikan evaluasi sesuai pelajaran berlangsung sebanyak 37% yang menjawab selalu, sebanyak 43% kategori jawaban sering, kategori jawaban kadang-kadang sebanyak 17%, dan untuk kategori jawaban tidak pernah sebanyak 3%.
Tabel. 10 Ketika bertemu guru di jalan, siswa mengucapkan salam dan mencium tangannya No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
10
33 %
B
Sering
12
40 %
C
Kadang-kadang
6
20 %
D
Tidak Pernah
2
7%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa ketika bertemu guru di jalan, kemudian mengucapkan salam dan mencium tangannya, yaitu (33%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (40%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (20%), adapun sisanya (7%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian, perilaku sosial siswa sangat tinggi. Karena ilmu yang bermanfaat adalah mampu mengaplikasikannya. Hal ini berarti teori yang telah diajarkan di kelas langsung dipraktikkan oleh siswa dalam kehidupan seharihari terutama dalam hal akhlak.
Tabel. 11 Membantu orang tua untuk menerjakan pekerjaan rumah No A
Alternatif Jawaban Selalu
Frekuensi
Persentase
4
13 %
B
Sering
6
20 %
C
Kadang-kadang
19
64 %
D
Tidak Pernah
1
3%
30
100 %
JUMLAH
Dapat diketahui melalui tabel di atas, bahwa siswa yang membantu orang tua di rumah, dengan kategori jawaban selalu sebanyak 13 %, kategori jawaban sering 20 5%, kategori jawaban kadang-kadang sebanyak 64 %, dan untuk kategori jawaban tidak pernah sebanyak 3 %. Ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum berbakti kepada orang tua. Padahal dalam al-quran dijelaskan bahwa kita harus berbuat baik kepada kedua orang tua, jangan pernah berpikiran untuk menyakitinya. Apalagi kepada seorang ibu yang telah mengandung kita selama sembilan bulan dengan susah payah, kemudian melahirkan, mengasuh dan mendidik kita hingga sekarang. Kepada seorang ayah yang telah banting tulang mencari nafkah untuk membiayai hidup kita dan keluarga.
Tabel. 12 Siswa mentaati kedua orang tuanya No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
17
57 %
B
Sering
13
43 %
C
Kadang-kadang
-
0%
D
Tidak Pernah
-
0%
30
100 %
JUMLAH
Dapat diketahui melalui tabel di atas, bahwa siswa yang mentaati kedua orang tuanya, dengan kategori jawaban selalu sebanyak 57 %, kategori jawaban sering sebanyak 43 %, dan tidak seorangpun yang menjawab kadangkadang dan tidak pernah. Data di atas menunjukkan bahwa sudah banyak siswa yang mentaati kedua orang tuanya. Keharusan berbakti kepada oranng tua yang diajarkan dalam Islam ini sangat rasional, mengingat sedemikian besar jasa ibu
bapak dalam membesarkan dan merawat anak-anaknya. ”Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya: ”ah”. Janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra: 23) Termasuk dalam hal berbakti kepada kedua orang tua adalah mematuhi semua perintahnya. Kecuali jika kita diperintah mempersekutukan Allah SWT, harus menolaknya. ”Dan kami wajibkan kepada manusia berbuat kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..” (QS. Al-Ankabut: 8)
Tabel. 13 Siswa menunda-nunda waktu dalam melakukan pekerjaan No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
-
0%
B
Sering
11
37 %
C
Kadang-kadang
18
60 %
D
Tidak Pernah
1
3%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menunda-nunda waktu dalam melakukan pekerjaan, yaitu (0%) yang menjawab selalu, yang menjawab sering ada (37%), yang menjawab kadang-kadang (60%), sedangkan sisanya (3%) yang menjawab tidak pernah. Jangan sekali-kali menunda pekerjaan, kalau ada tugas langsung dikerjakan. Karena ada tiga hal dalam hidup yang tidak akan pernah kembali yaitu waktu, perkataan dan kesempatan. Banyak orang bilang bahwa kesempatan tidak akan datang dua kali. Selagi kita mampu untuk melakukannya sekarang maka lakukanlah.
Tabel. 14 Melaksanakan shalat sunnah
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
-
0%
B
Sering
2
7%
C
Kadang-kadang
28
93 %
D
Tidak Pernah
-
0%
30
100 %
JUMLAH
Siswa yang suka melaksanakan shalat sunnah relatif sedikit, yaitu tidak ada seorangpun yang menjawab selalu, yang menjawab sering sebanyak 7 %, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 93 %, dan tidak seorangpun yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian sikap keagamaan responden masih belum tinggi. Sebagai orang yang beriman kita tidak sepantasnya mengeluh dan berharap kepada sesama manusia, namun memohonlah pertolongan kepada Allah SWT. Sebab hanya Dia yang berkuasa memutar roda nasib hamba-hamba-Nya dari segala resah-gelisah menjadi berbunga-bunga, ratap tangis menjadi binar bahagia. Cara memohon pertolongan kepada-Nya pun mudah, yakni dengan sabar dan shalat. Oleh karena itu, apabila kita berkeinginan dapat mencapai cita-cita, selain rajin belajar haruslah senantiasa shalat hajat. Jika kita dihadapkan kepada dua pilihan sama-sama sulitnya, selain mempertimbangkannya dengan matang lakukan juga shalat istikharah. Kalau daerah kita kering-kerontang karena kemarau berkepanjangan, selain berusaha membangun jaringan irigasi juga shalatlah istisqo (minta hujan). Dan apabila kita berkeinginan memiliki derajat lebih tinggi di sisi Allah SWT, selain berikhtiar untuk selalu takwa barengilah dengan shalat tahajud.
Tabel. 15 Ketika di rumah siswa melaksanakan shalat fardu berjamaah No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
1
3%
B
Sering
9
30 %
C
Kadang-kadang
D
Tidak Pernah JUMLAH
20
67 %
-
0%
30
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang melaksanakan shalat fardu berjamaah, yaitu (3%) menjawab selalu, yang menjawab sering ada (30%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (67%), dan tak seorangpun yang menjawab tidak pernah. Dalam hal ini tingkat keagamaan siswa dalam hal ibadah masih kurang. Padahal shalat berjamah itu pahalanya lebih besar dari pada shalat sendiri. Oleh karena itu kepada guru agama khususnya guru Akidah Akhlak agar selalu mengingatkan kepada siswanya untuk selalu melaksanakan shalat fardu secara berjamaah. Tabel. 16 Menyisihkan uang untuk infaq/sedekah No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
6
20 %
B
Sering
17
57 %
C
Kadang-kadang
6
20 %
D
Tidak Pernah
1
30 %
30
100 %
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang suka memberikan infaq relatif cukup banyak, yaitu ada 20 % yang menjawab selalu, 57 % yang menjawab sering, 20 % yang menjawab kadang-kadang, dan 3 % yang menjawab tidak pernah. Hasil ini memperlihatkan perilaku keberagamaan siswa dari sisi kebaikan sosial sudah cukup baik. Namun bagi guru Akidah Akhlak perlu memupuk kembali jiwa-jiwa sosial siswanya dalam bentuk berinfak dan sedekah. Sedekah adalah memberikan bantuan lahir atau batin kepada orang-orang yang membutuhkannya. Tentang makna sedekah dan ragam perbuatan yang tergolong sedekah diterangkan dalam hadis berikut ini. Muhammad Rasulullah
saw. Brsabda, ”Setiap anggota tubuh manusia mempunyai kesempatan untuk bersedekah tiap-tiap hari. Yaitu, mendamaikan orang-orang berselisih, adalah sedekah. Menolong orang naik kendaraan, itupun sedekah. Setiap langkah yang anda lakukan untuk pergi shalat, sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalan umum, adalah sedekah.” (HR. Muslim dari Abu Hutoiroh ra.)
Tabel. 17 Mengikuti Peringatan Hari Besar Islam di sekolah No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
11
37 %
B
Sering
14
47 %
C
Kadang-kadang
5
16 %
D
Tidak Pernah
-
0%
30
100 %
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang suka mengikuti kegiatan peringatan hari besar Islam di sekolah relatif banyak, yaitu 37 % menjawab selalu, 47 % menjawab sering, sedangkan 16 % yang menjawab kadang-kadang, dan tidak seorangpun yang menjawab tidak pernah. Hasil ini mendeskripsikan bahwa perilaku keberagamaan siswa dalam bentuk Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) yang diadakan di sekolah cukup antusias karena hampir setengah responden yang menjawab sering mengikuti peringatan hari besar Islam.
Tabel. 18 Menolong teman/saudara yang terkena musibah No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
3
10 %
B
Sering
15
50 %
C
Kadang-kadang
12
40 %
D
Tidak Pernah
-
0%
JUMLAH
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang suka menolong teman/saudaranya yang terkena musibah yaitu, 10 % yang menjawab selalu, ada 50 % yang menjawab sering, 40 % yang menjawab kadang-kadang, dan tidak seoarangpun yang menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keberagamaan responden sudah cukup bagus, namun belum cukup tinggi. Oleh karena itu, guru agama harus memberikan contoh-contoh sikap teladan para tokoh atau para sahabat nabi.
Tabel. 19 Mengerjakan tugas yang diberikan guru No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
8
27 %
B
Sering
19
63 %
C
Kadang-kadang
2
7%
D
Tidak Pernah
1
3%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru relatif cukup banyak, yaitu 27 % menjawab selalu, 63 % menjawab sering, 7 % menjawab kadang-kadang, dan ada 3 % yang menjawab tidak pernah. Hal ini perlu diperhatikan oleh guru bidang studi Akidah Akhlak agar tingkat kesadaran siswa untuk mengerjakan tugas dapat lebih meningkat.
Tabel. 20 Ketika mengikuti ujian sekolah, siswa mengerjakannya sendiri No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
7
23 %
B
Sering
17
57 %
C
Kadang-kadang
6
20 %
D
Tidak Pernah JUMLAH
-
0%
30
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti ujian sekolah kemudian mengerjakannya sendiri, yaitu (23%) menjawab selalu, yang menjawab sering ada (57%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (20%), dan tak seorangpun yang menjawab tidak pernah. Di sini para siswa dilatih untuk bersifat jujur. Karena dengan kejujuran yang ditanamkan maka akan memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Jujur merupakan pangkal keberhasilan.
Tabel. 21 Menegur teman yang melakukan perbuatan tercela No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
3
10 %
B
Sering
7
23 %
C
Kadang-kadang
19
54 %
D
Tidak Pernah
1
3%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menegur temannya yang malakukan perbuatan tercela, yaitu (10%) menjawab selalu, yang menjawab sering ada (23%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang ada (54%), dan sisanya (3%) yang menjawab tidak pernah. Dalam sebuah hadis dejelaskan bahwa barang siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, apabila tidak mampu maka dengan lisannya, dan apabila tidak mampu juga maka dengan hati artinya kita mengakui bahwa perbuatan tesebut termasuk berbuatan yang tercela. Maksudnya apabila kita melihat suatu ketidakberesan, maka wajib meluruskannya baik dengan lisan (menasihati) maupun dengan tindakan menggagalkannya. Tetapi jika kita tidak memiliki keberanian meluruskannya, maka cukuplah melakukannya dalam hati, dan itulah selemah-lemah iman.
Tabel. 22 Membaca buku pelajaran Akidah Akhlak di rumah No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
6
20 %
B
Sering
12
40 %
C
Kadang-kadang
9
30 %
D
Tidak Pernah
3
10 %
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang membaca buku pelajaran Akidah Akhlak di rumah, yaitu (20%) menjawab selalu, yang menjawab sering ada (40%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (30%), adapun sisanya (10%) yang menjawab tidak pernah. Buku merupakan gudangnya ilmu, dengan banyak membaca kita akan mengetahui dunia ini. Rasulullah pun mendapatkan wahyu yang pertama yaitu iqra (bacalah). Pengetahuan kita akan luas apabila kita banyak membaca.
Tabel. 23 Tidak suka bermalas-malasan No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
-
0%
B
Sering
13
43 %
C
Kadang-kadang
15
50 %
D
Tidak Pernah
2
7%
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang suka bermalas-malasan, yaitu (10%) menjawab selalu, yang menjawab sering ada (43%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (50%), dan sisanya (7%) yang menjawab tidak pernah. Jika kita ingin hidup bahagia dan sukses jauhkanlah sifat bermalasmalasan. Karena malas merupakan pangkal kebodohan.
Tabel. 24 Merasa putus asa apabila mengalami kegagalan No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
5
17 %
B
Sering
1
3%
C
Kadang-kadang
21
70 %
D
Tidak Pernah
3
10 %
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang merasa putus asa apabila mengalami kegagalan, yaitu (17%) menjawab selalu, yang menjawab sering ada (3%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (70%), dan sisanya (10%) yang menjawab tidak pernah. Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah SWT. Yakin lah Allah akan selalu menolong hamba-hamba-Nya yang mau berusaha. Kegagalan itu biasa dan setiap usaha manusia tidak ada yang sia-sia.
Tabel. 25 Tidak senang apabila guru tidak datang No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
-
0%
B
Sering
8
27 %
C
Kadang-kadang
15
50 %
D
Tidak Pernah
7
23 %
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang tidak senang apabila guru tidak datang, yaitu (0%) menjawab selalu, yang menjawab sering ada (27%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (50%), dan sisanya (23%) yang menjawab tidak pernah. Siswa yang semangat untuk menuntut ilmu, tidak akan senang apabila gurunya tidak datang. Lain halnya dengan siswa yang bermalas-
malasan untuk belajar, mereka akan sangat senang apabila guru nya tidak datang.
Tabel. 26 Suka membicarakan orang lain No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
-
0%
B
Sering
5
17 %
C
Kadang-kadang
21
70 %
D
Tidak Pernah
4
13 %
30
100 %
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang suka membicarakan orang lain, yaitu (0%) menjawab selalu, yang menjawab sering ada (17%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (70%), dan sisanya (13%) yang menjawab tidak pernah. C. Analisis Data
Untuk menguji apakah ada hubungan antara prestasi belajar Aqidah Akhlak dengan perilaku keberagamaan siswa, diuji dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan langkah sebagai berikut: Pertama menyajikan data prestasi belajar berupa rapor berdasarkan nilai rata-rata.
Tabel. 27 Prestasi Belajar Siswa No
Nama
Nilai Rapor
1.
Arfianta
72
2.
Rilwanu
78
3.
Nurul Hikmah
65
4.
Fiana Fauzia
70
5.
Thesar
68
6.
M. Alif
65
7.
Aisyah
70
8.
Khansa
68
9.
Shabrina
76
10.
Siti Hanum
72
11.
Jehan
80
12.
Dwi Putra
68
13.
Riza Shabrina
70
14.
M. Fakhri
72
15.
Nyoman Sandi
72
16.
Ajeng Apsari
68
17.
Annis Kh.
89
18.
Adinda Ajeng
70
19.
Epi W.
74
20.
Zainal
70
21.
Ahmad
68
22.
Nadine
75
23.
Caesar
68
24.
Mustika
70
25.
Ika
75
26.
Iftina
68
27.
Riko
70
28.
Novi
72
29.
Wahyu
68
30.
Latifa
80 Jumlah = 2151
Selanjutnya penulis menampilkan hasil angket tentang perilaku keagamaan yang telah disebarkan kepada siswa.
Tabel.. 28 Tabel
Hasil Angket Responden No
Nama
Nilai Angket
1.
Arfianta
70
2.
Rilwanu
75
3.
Nurul Hikmah
72
4.
Fiana Fauzia
67
5.
Thesar
70
6.
M. Alif
72
7.
Aisyah
67
8.
Khansa
64
9.
Shabrina
78
10.
Siti Hanum
70
11.
Jehan
79
12.
Dwi Putra
66
13.
Riza Shabrina
68
14.
M. Fakhri
68
15.
Nyoman Sandi
69
16.
Ajeng Apsari
63
17.
Annis Kh.
83
18.
Adinda Ajeng
73
19.
Epi W.
71
20.
Zainal
68
21.
Ahmad
71
22.
Nadine
73
23.
Caesar
65
24.
Mustika
67
25.
Ika
73
26.
Iftina
71
27.
Riko
66
28.
Novi
70
29.
Wahyu
69
30.
Latifa
77 Jumlah = 2115
Kemudian data yang terdapat pada tabel nilai rapor dan nilai angket dimasukan ke dalam tabel perhitungan sebagai pengujian pada tabel perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi prestasi belajar Akidah Akhlak terhadap perilaku keagamaan siswa. Analisa data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk memberi arti dan makna dalam menjawab masalah penelitian. Langkah awal dalam menganalisis data adalah proses kuantifikasi data atau memberi nilai terhadap jawaban angket, mengenai hubungan prestasi belajar akidah akhlak
(variabel X) terhadap perilaku
keagamaan siswa (variabel Y).
Tabel. 29 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi prestasi belajar Akidah Akhlak (X) terhadap perilaku keagamaan siswa (Y) No
Responde n
X
Y
XY
X2
Y2
1.
Arfianta
70
72
5040
4900
5184
2.
Rilwanu
75
78
5850
5625
6084
3.
Nurul H.
72
65
4680
5184
4225
4.
67
70
4690
4489
4900
5.
Fiana Fauzia Thesar
70
68
4760
4900
4624
6.
M. Alif
72
65
4680
5184
4225
7.
Aisyah
67
70
4690
4489
4900
8.
Khansa
64
68
4352
4096
4624
9.
Shabrina
78
76
5928
6084
5776
10.
Siti Hanum
70
72
5040
4900
5184
11.
Jehan
79
80
6320
6241
6400
12.
Dwi Putra
66
68
4488
4356
4624
13.
Riza S.
68
70
4760
4624
4900
14.
M. Fakhri
68
72
4896
4624
5184
15.
Nyoman S.
69
72
4968
4761
5184
16.
Ajeng
63
68
4284
3969
4624
17.
Apsari Annis Kh.
83
89
7387
6889
7921
18.
Adinda A.
73
70
5110
5329
4900
19.
Epi W.
71
74
5254
5041
5476
20.
Zainal
68
70
4760
4628
4900
21.
Ahmad
71
68
4828
5041
4624
22.
Nadine
73
75
5475
5329
5625
23.
Caesar
65
68
4420
4225
4624
24.
Mustika
67
70
4690
4489
4900
25.
Ika
73
75
5475
5329
5625
26.
Iftina
71
68
4828
5041
4624
27.
Riko
66
70
4620
4356
4900
28.
Novi
70
72
5040
4900
5184
29.
Wahyu
69
68
4692
4761
4624
30.
Latifa
77
80
6160
5929
6400
X2=14971
Y2=15496
3
9
X=2115
N = 30
Y=2151 XY=15216 5
Setelah data-data tersebut diperoleh, penulis mencoba untuk mengolah berapa besarnya nilai koefisien korelasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kuat atau lemahnya bahkan ada atau tidaknya korelasi hubungan prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa. Adapun koefisiennya sebagai berikut: Diketahui: N
= 30
∑X
= 2115
∑Y
= 2151
∑ XY = 152165 ∑ X2 = 149713 ∑ Y2 = 154969
rxy
=
N ∑XY – (∑X) . (∑Y) √[ N ∑ X2 – (X)2] . [ N ∑ Y2 – (Y)2]
= 30 x 152165 – 2115 x 2152
√ [30 x 149713 – 21152] . [30 x 154969 – 21512] =
4564950 – 4549365 √ (4491390 – 4473225) x (4649070 – 4626801)
=
15585 √ 18165 x 22269 = 15585 20112,6 = 0, 775 D. Interpretasi Data
Untuk menguji hipotesa nihil atau hipotesa alternatif dilakukan dengan cara membandingkan dengan ”r” pada tabel product moment terlebih dahulu merumuskan hipotesa nihil (Ho) dan hipotesa alternatifnya (Ha) yaitu: Hipotesa alternatif (Ha) : adanya hubungan antara variabel X dan Y, sedangkan hipotesa nihil (Ho) tidak adanya hubungan atau korelasi antara variabel X dan Y. Adapun rumusannya sebagai berikut:
df
= N – nr = 30 – 2 = 28
5%
= 0, 361
1%
= 0, 463
Dengan memeriksa tabel nilai ”r” product moment ternyata dengan df sebesar 28 dan pada taraf signifikansi 5% diperoleh = 0, 361, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh = 0, 463. Karena rt pada taraf signifikansi 5% lebih kecil dari ro (0, 361 ≤ 0,775) maka pada taraf signifikansi 5% hipotesa nihil (ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (ha) diterima. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% itu terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Selanjutnya, pada taraf signifikansi 1% rt adalah lebih kecil juga dari pada ro (0, 463 ≤ 0,775), maka pada taraf signifikansi 1% itu hipotesa nihil (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (Ha) diterima, ini berarti bahwa untuk
taraf signifikansi 1% itu pun terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Kesimpulan yang dapat ditarik
ialah, tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa pada bidang studi Akidah Akhlak yang diberikan oleh guru di sekolah mempengaruhi perilaku keagamaan siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa: Hubungan prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa terdapat hubungan yang signifikan. Dengan demikian pendidikan dan pengajaran yang diterapkan di sekolah sangat baik, karena berperan terhadap perilaku keagamaan anak didik dalam kehidupan sehari-hari. B. Saran 1. Agar memperoleh hasil yang lebih baik lagi, hendaknya guru lebih meningkatkan mutu pengajaran pendidikan agama islam khususnya pada bidang studi akidah akhlak, misalnya selain di dukung dengan menggunakan berbagai variasi metode dalam pengajarannya diberikan pula simulasi-simulasi yang menarik dan mengandung makna untuk menambah motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran akidah akhlak agar tidak merasa jenuh. 2. Dalam upaya meningkatkan nilai-nilai akhlak kepada anak didik, seharusnya dari pihak orang tua di rumah ataupun guru di sekolah. Hendaknya semua pihak dapat memberikan contoh terlebih dahulu dengan menunjukkan sikap dan perbuatan yang tidak menyimpang dari norma-norma agama ataupun norma sosial. 3. Bagi guru dan orang tua
seharusnya
banyak memberikan
bimbingan dan penyuluhan kepada anak mengenai pergaulan yang baik, agar ia tidak terbawa arus zaman yang semakin hari semakin berkembang, baik dalam perkembangan ilmu dan teknologi ataupun perkembangan informasi. Karena jika anak tidak dapat memfilter arus perkembangan zaman dengan ilmu dan perilaku yang terpuji, maka ia akan terbawa oleh arus zaman, namun jika ia memiliki benteng yang kuat mengenai ilmu dan pengetahuan agama insya Allah ia tidak akan terbawa arus zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammaad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 3, 2000. Ardani, Moh., Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005. Arifin, H. M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1978. Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002. As’ad, Aliy, Terjemah ta’lim al-Muta’alim, Semarang: Menara Kudus, 1978. Bustanuddin, Agus, Al-Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 1, 1993. Departemen Agama RI, Dirjen Binbaga Islam, Buku Pelajar Aqidah Akhlak, Cet. 2, 1997. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-1, 1998. Depdikbut, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Djalaludin, Psikologi Agama (edisi revisi), Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 7, 2003. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 1, 2002. Gulo, Dali, kamus Psikologi, Bandung: Tonis, Cet. 1, 1982. Ghafir, Abdul, Dan Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, Cet. 8, 1983. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Ardi Offset, Cet. 2, 1992. Makmun, Abin Syamsudin, psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. 4, 2001. Madjid, Nurcholis, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1997.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet. 6, 1995. Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Rajagrifindo Persada, 2006. Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid 1, Jakarta: UI Press, Cet. 5, 1985. Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. 1V, 2001. Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendiidkan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. 2, 1996. Shihab, Quraisy, Membumikan Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1997. Sinaga, Hasanuddin dan Zaharudin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 1, 2004. Shochib, Moh., Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplain Diri, Jakarta: Ribeka Cipta, 1998. Sujana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, Cet. 3, 1996. ___________, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algasindo, 1995. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Suryabrata, Sumardi, Proses Belajar Mengajar di Pergruan Tinggi, Yogyakarta: Andi Offset, 1983. Supriyono, Widodo dan Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 1, 1991. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, Cet. 1, 1999. S. F. Habeyb, Kamus Populer, Jakarta: Nuraini, Cet. 20, 1983. S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 1995. Tadjab, dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, Cet. 1, 1994. Panduan Siswa Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta