HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN UANG SAKU DAN PENGETAHUAN TERHADAP FREKUENSI KONSUMSI BAKSO TUSUK MENGANDUNG BORAKS DI SD N PANGGANG Alberta Tri Prasetyowati Akademi Analis Kesehatan Manggala Yogyakarta
ABSTRAK Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bahan tambahan pangan sintesis yang tersedia dengan harga yang relatif murah mendorong meningkatnya pemakaian salah satunya adalah boraks.Penambahan boraks dalam bahan pangan seperti dalam bakso tusuk mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap selera dan daya tarik konsumen. Namun dalam mengkonsumsi bakso mengandung boraks tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain pengetahuan, pemberian uang saku. Diharapkan orang yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi supaya memperhatikan dalam mengkonsumsi makanan jajanan. Boraks yang merupakan zat pengawet sintetis biasa digunakan sebagai pengawet tekstil dan sangat berbahaya bila digunakan dalam pangan. Efek toksik yang timbul bila masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati dan kelainan saraf. Berdasarkan efek toksik yang disebabkan oleh boraks tersebut maka kita harus selektif dalam memilih makanan yang aman dan sehat. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, pemberian uang saku terhadap frekuensi konsumsi bakso tusuk yang mengandung boraks di SDN Panggang. Hasil kuisioner diuji menggunakan Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan terhadap frekuensi konsumsi bakso tusuk mengandung boraks di SD N Panggang dengan nilai p 0,002 (p<α) dan tidak ada hubungan antara pemberian uang saku terhadap frekuensi konsumsi bakso tusuk mengandung boraks di SD N Panggang dengan nilai p 0,295 (p>α). Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Uang Saku, Boraks dalam Bakso tusuk
kegiatan sehari-hari anak sekolah dasar
PENDAHULUAN Sekolah
dasar
adalah
sebelum
masuk
sekolah,
waktu
pendidikan paling dasar yang ditempuh
istirahat dan pulang sekolah biasanya
selama enam tahun sebagai salah satu
dimanfaatkan
pendidikan formal di Indonesia. Dalam
membeli jajanan atau makanan yang
1
untuk
bermain
dan
dijual di sekolah. Akibatnya tidak bisa
Faktor
lain
yang
mengontrol menu dan gizi makanan
mempengaruhi pemilihan makanan
anak setiap jajanan yang dibeli di
jajanan adalah uang saku. Anak usia
sekolah.
beberapa
sekolah memperoleh uang saku dari
sekolah yang menerapkan aturan cukup
orang tuanya. Uang saku tersebut
ketat bagi anak sekolah dasar agar tidak
digunakan untuk memenuhi berbagai
membeli jajanan sembarangan, namun
kebutuhan
pada umumnya pihak sekolah sangat
digunakan untuk membeli jajanan.
longgar terhadap masalah jajanan ini
Semakin
karena faktor sosial kemasyarakatan
diberikan oleh orang tua maka semakin
dan kemanusiaan.
tinggi pula kemungkinan konsumsi
Walaupun
ada
Anak sekolah dasar selalu ingin mencoba
jajanan
namun,
mereka
yang
anak,
besar
jajannya.
salah
uang
Hal
satunya
saku
inilah
yang
yang
dijajakan
menyebabkan potensi daya beli anak
pernah
cukup tinggi. Sementara di sekitar
memperhatikan kandungan makanan
mereka banyak terpapar oleh makanan
yang mereka makan. Anak tidak
jajanan kaki lima yang sebagian besar
memperhatikan kandungan makanan
kurang
yang mereka makan karena kurangnya
dikonsumsi.
pengetahuan tentang kemanan pangan .
Data pengawasan
tidak
Padahal pengetahuan anak berpengaruh
dan
tidak
aman
BPOM
RI
Survei
jajanan
anak
pada
pemilihan
2013dengan 5.668 sampel sekolah
makanan jajanan. Pengetahuan anak
menunjukkan, terjadi penurunan bahan
dapat diperoleh baik secara internal
tambahan pangan berlebih. Penurunan
maupun eksternal. Pengetahuan secara
terjadi dari 24 persen di 2012, menjadi
internal
yang
17 persen di 2013.Menurut Kepala
berasal dari dirinya sendiri berdasarkan
Seksi Layanan Informasi Konsumen
pengalaman hidup sedangkan secara
BBPOM
eksternal
yang
Tjahjowati, kasus pemakaian bahan
berasal dari orang lain sehingga
berbahaya di Yogyakarta masih saja
pengetahuan anak bertambah (Solihin,
terjadi.Data tahun 2009 dengan 515
2005).
sampel,
yaitu
terhadap
sangat
sehat
pengetahuan
yaitu pengetahuan
1
di
Yogyakarta
terdapat
3,7%
di
Diah
Kota
Yogyakarta
dan
sleman
yang
beragamnya jenis makanan jajanan
37
yang menarik dan ditawarkan dengan
523
harga yang murah di sekolah menuntut
sampel terdapat 3,1%, kemudian tahun
siswa SD untuk lebih selektif dalam
2011 terdapat 2% dan tahun 2012
memilih makananjajanan.
mengambil
contoh
sekolah.Tahun
2010
di dengan
sebanyak 4,3%. Keunggulan jajanan
Tujuan
dari
penelitian
ini
adalah murah, mudah didapat serta cita
adalah untuk menganalisis hubungan
rasanya enak. Namun jajanan juga
antara pemberian uang
berisiko terhadap kesehatan karena
pengetahuan
dalam proses pengolahannya sering
konsumsi
kali ditambahkan zat yang berbahaya.
mengandung
Salah satu contohnya adalah boraks
Panggang.
saku dan
dengan bakso boraks
frekuensi
tusuk
yang
di
SD
N
yang merupakan pengawet dalam industri.Boraks
sering
digunakan
METODE PENELITIAN
karena selain harganya murah juga
Penelitian dilaksanakan di SD N
mudah didapat di toko-toko kecil. Peraturan
mengenai
Pangang zat
Yogyakarta, pada bulan
Maret- Juni 2014.
pengawet yang diizinkan untuk pangan
Jenis
penelitiannya
di Indonesia diatur dalam SK Mentri
analitik
Kesehatan
Nomor
pendekatan
namun
menganalisis
RI
033/Menkes/Per/IX/2012,
dengan
deskritif
menggunakan
crosssectional
untuk
hubungan
antara
masih saja dilanggar. Penggunaan
pemberian uang saku dan pengetahuan
boraks
dapat
dengan frekuensi konsumsi bakso
merugikan bagi kesehatan yaitu dapat
tusuk yang mengandung boraks di SD
menimbulkan keracunan, gangguan
N Panggang.
saluran
dalam
makanan
pencernaan.
Penambahan
Populasi yang digunakan dalam
boraks dalam makanan sering sekali
penelitian ini adalah siswa SD N
tidak diketahui oleh siswa, bahkan
Panggang Argomulyo Sedayu dari
mungkin siswa tidak tahu bahaya yang
kelas III-V. Total seluruh siswa dari
ditimbulkan
boraks
kelas III-V adalah 80 orang. Metode
semakin
pengambilan sampel adalah systematic
tersebut.Selain
dari itu
1
sampling. Sampel yang diamati yaitu
Tehnik pengumpulan data dalam
siswa siswi kelas 3,4 dan 5.Alasan
penelitian ini berupa kuesioner dengan
pemilihan sempel kelas 3,4 dan 5
bentuk jawaban multiple choice.
karena
pada
tersebut
Pengolahan data dilakukan dengan
mempunyai
editing, coding, skoring, tabulating, uji
kemampuan dalam membaca, menulis
pra analisis dan analisa data. Analisa
dengan baik. Sehingga mudah untuk
data dengan uji regresi logistic.
umumnya
kelompok sudah
diajak kerjasama. Dalam pengumpulan data kelas 1 dan 2 tidak diamati karena
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengurangi bias pada hasil
Karakteristik Responden
penelitian. Karena siswa kelas 1 dan 2 masih
kesulitan
dalam
Dalam peneltian ini yang menjadi
menulis,
sampel
membaca serta anak-anak tersebut
adalah
anak-anak
SD
N
Panggang sebanyak 67 responden.
kurang memperhatikan makanan yang
Karakteristik Variabel:
dikonsumsi. Sedangkan anak kelas 6
Tingkat Pengetahuan
tidak diamati karena sedang persiapan ujian nasional.
Tabel 1 Karakteristik pengetahuan murid di SD N Panggang Sedayu Yogyakarta No.
Tingkat Pengetahuan
1 2 3
Baik Cukup Kurang
Jumlah
Berdasarkan
hasil
penelitian
F
%
2
3%
19 46 67
28.4% 68,7 % 100%
tentang bahan tambahan dalam pangan
menunjukkan bahwa sebagian besar
dan pengaruhnya bagi kesehatan
responden (68,7%) tidak mengetahui
Pemberian uang saku
1
Tabel 2. Karakteristik uang saku yang diterima per hari pada murid di SD N Panggang Sedayu Yogyakarta No. Uang saku F % 1
Kurang dari 5000
42
62,7%
2
Lebih dari 5000
25
37,3 %
67
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
sebagian
besar
5000. Sejumlah 37,3 % reponden
responden
mendapatkan uang saku lebih dari Rp
(62,7%) mendapatkan uang saku dari
5000 / hari
orangtua perhari nya kurang dari Rp
Konsumsi Bakso Tusuk Tabel 3.Karekteristik konsumsi bakso tusuk pada murid SD N Panggang Sedayu Yogyakarta No. Frekuensi F % konsumsi 1. Jarang 26 38.8% 2. Jumlah
Sering
41 67
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
sebagian
besar
61,2% 100%
Uji Hipotesis
responden
a. Hubungan
antara
pengetahuan
(61,2%) sering mengkonsumsi bakso
terhadap konsumsi bakso tusuk
tusuk yang dijual pedagang di depan
yang mengandung boraks pada
SD N Panggang Sedayu, Yogyakarta.
murid di SD N Panggang dapat digambarkan pada tabel 4.
Tabel 4. Hubungan antara pengetahuan terhadap konsumsi bakso tusuk yang
mengandung boraks pada murid di SDN Panggang
1
Hasil
uji
statistik
pada tabel
4
tusuk mengandung boraks ditandai
diketahui, setelah dilakukan pengujian
dengan nilai(p < α ) dimana nilai p
hubungan antara tingkat pengetahuan
adalah 0,002.
dengan frekuensi konsumsi bakso
b. Hubungan antara pemberian uang
tusuk mengandung boraks digabung
saku terhadap konsumsi baso tusuk
dengan sig α = 0,05, didapatkan hasil
yang mengandung borak pada
ada hubungan antara pengetahuan
murid di SD N Panggang.
dengan frekuensi konsumsi bakso Tabel 5 . Hubungan antara pemberian uang saku terhadap konsumsi baso tusuk yang mengandung borak pada murid di SD N Panggang
Hasil
uji
statistik,
setelah
bakso tusuk secara kasat mata sulit
dilakukan pengujian hubungan antara
dibedakan .Oleh karena itu konsumen
tingkat pengetahuan dengan frekuensi
harus berhati-hati dalam membeli
konsumsi bakso tusuk mengandung
jajanan
boraks digabung dengan sig α = 0,05,
kebanyakan siswa saat mengkonsumsi
didapatkan hasil tidak ada hubungan
bakso
antara pemberian uang saku dengan
menambahkam saus yang seringkali
frekuensi
tusuk
didalamnya sering ditambahkan bahan
mengandung boraks ditandai dengan (p
tambahan pangan yang berbahaya bagi
>α ) dimana nilai p adalah 0,295.
kesehatan.
konsumsi
bakso
di
sekolah.
tusuk
Apalagi
biasanya
juga
Adanya pengetahuan yang baik
Pembahasan siswa
merupakan faktor yang sangat penting
terhadap frekuensi konsumsi bakso
dalam menentukan sifat dan prilaku
tusuk mengandung boraks.
seseorang terhadap makanan selain itu
Hubungan
pengetahuan
Maraknya peredaran jajanan
anak
pengetahuan
mempunyai
peranan
dengan penambahan tambahan pangan
penting untuk dapat membuat manusia
berbahaya salah satunya boraks dalam
hidup
1
sejahtera
dan
berkualitas.
Semakin banyak pengetahuan tentang
adalah 18% sudah tahu dan 82% belum
makanan semakin di perhitungkan
tahu.
jenis dan berkualitas makanan yang
Dari gambaran tersebut maka
akan dipilih dan di konsumsinya
bisa dilihat bahwa terjadi perbedaan
(Solihin, 2005).
tingkat pengatahuan antara responden.
Hasil penelitian menunjukan
Perbedaan
tingkat
pengetahuan
adanya hubungan antara pengetahuan
tersebut terjadi karena 47% responden
terhadap frekuensi konsumsi bakso
sudah pernah mendapat informasi
tusuk mengandung boraks ini di
bahaya boraks dan 53% siswa belum
karenakan bahwa pemilihan makanan
pernah mendapat informasi bahaya
jajanan anak dipengaruhi oleh tingkat
boraks dalam bakso tusuk baik
pengetahuannya tentang makanan yang
orang tua maupun guru saat di sekolah.
sehat
Hal tersebut juga
dan
aman.Hasil
menunjukkan
sebanyak
responden
memiliki
penelitian 3,0
dari
didukung dengan
%
39 % responden pernah mendapat
tingkat
informasi bahaya boraks dalam bakso
pengetahuan baik, sebanyak 28,4%
tusuk dan 61% responden belum
responden
tingkat
pernah mendapatkan informasi bahaya
pengetahuan sedang dan sebanyak
boraks baik dari media cetak maupun
68,7% responden memiliki
elektronik.
memiliki
tinkat
pengetahuan rendah. Sehingga dengan terdapatnya
perbedaan
tingkat
siswa
Tingkat
pengetahuan
pada
sendiri
dipengaruhi
oleh
pengetahuan tersebut mempengaruhi
beberapa faktor diantaranya faktor
dalam pemilihan makanan jajanan.
keluarga. Keluarga yang memiliki
Sementara responden yang menjawab
pendidikan tinggi pasti orangtuanya
bahwa dalam bakso tusuk ada yang
akan memperhatikan jajanan yang
ditambahkan dengan boraks adalah
sering dikonsumsi oleh putra putrinya
20% responden sudah tahu dan 80%
dan juga orang tua akan memberikan
responden belum tahu. Responden
penyuluhan tentang makanan yang
yang mengetahui efek dari boraks yang
aman dikonsumsi dan yang tidak aman
ditambahkan
untuk dikonsumsi.
dalam bakso tusuk
1
Hubungan pemberian uang saku
bakso tusuk mengandung boraks di SD
siswa terhadap frekuensi konsumsi
N Panggang. Tidak ada hubungan positif dan
bakso tusuk mengandung boraks. Dari hasil penelitian didapatkan
signifikan dan dalam derajat asosiatif
hasil sebanyak 37,3 % responden
antara pemberian uang saku terhadap
mendapat uang saku sebesar lebih dari
konsumsi bakso tusuk mengandung
Rp.5000
boraks di SD N Panggang.
dan
sebanyak
62,7%
responden mendapat uang saku kurang dari Rp.5000 serta 38,8 % responden jarang mengkonsumsi bakso dan
DAFTAR PUSTAKA
tusuk
BPOM, 2003, Bahan Tambahan Pangan Direktorat SPKP, Deputi III, Jakarta,Hal:9 Cahyadi ,W., 2009, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan Edisi 2, Bumi Aksara,Jakarta. Departemen Kesehatan, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.033/MenKes/Per/IX/12 tentang Bahan tambahan makanan, Jakarta. Djoko W., 2000, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Edisi ke-2, Airlangga University Press. Hal 13-14, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2005, Metode Penelitian Kesehatan Edisi V, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2008, Ilmu Kesehatan Masyarakat : Aplikasi dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta. Saparinto,C dan Hidayati, D., 2010, Bahan Tambahan Pangan,
sebanyak 61,2 % responden
sering mengkonsumsi bakso tusuk. Berdasarkan
data-data
hasil
kuisioner setelah dilakukan uji statistik ternyata tidak ada hubungan antara pemberian
uang
saku
terhadap
frekuensi konsumsi bakso
tusuk
mengandung boraks hal ini dibuktikan dari nilai (p >α ) dimana nilai p adalah 0,295 yang artinya H1 diterima dan Ho ditolak
yang
berarti
tidak
ada
hubungan antaran pemberian uang saku terhadap frekuensi konsumsi bakso tusuk mengandung boraks pada siswa SDN Panggang.
KESIMPULAN Ada hubungan yang positif dan signifikan dan dalam derajat asosiatif antara pengetahuan terhadap konsumsi
1
Cetakan ke-5, Kanisius, Yogyakarta. Riyanto, B.A., 2013, Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan Salemba Medika, Jakarta
1