HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU
NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh : FIRDA SHAFIRA F 100 110 063
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU
Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh :
FIRDA SHAFIRA F 100 110 063
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ii
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU
Diajukan Oleh : FIRDA SHAFIRA F 100 110 063 Telah disetujui untuk dipertahankan Di depan Dewan Penguji
Pembimbing
(Rini Lestari, S. Psi, M. Si)
Surakarta, 6 Agustus 2015
iii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU
Yang Diajukan Oleh : FIRDA SHAFIRA F 100 110 063 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal12 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Rini Lestari, S. Psi., M. Si Penguji Utama
_________________________
Aad Satria Permadi, S. Psi., MA Penguji Pendamping I
__________________________
Permata Ashfi Raihana, S. Psi., MA Penguji Pendamping II
_________________________
Surakarta, 12 Agustus 2015 Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi Dekan,
(Taufik Kasturi, M. Si., Ph. D)
iv
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU
Firda Shafira Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada mahasiswa perantau. 2) Mengetahui tingkat kematangan emosi pada mahasiswa perantau. 3) Mengetahui tingkat penyesuaian diri pada mahasiswa perantau. 4) Mengetahui sumbangan efektif kematangan emosi terhadap penyesuaian diri mahasiswa perantau. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada mahasiswa perantau. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2011-2014 yang berusia 18-22 tahun berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan skala kematangan emosi dan skala penyesuaian diri. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. Berdasarkan analisis product moment diperoleh nilai koefisien korelasi rxy = 0,747 dan signifikansi (p) = 0,000; (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri. Artinya semakin tinggi kematangan emosi maka akan semakin tinggi penyesuaian diri, sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka akan semakin rendah pula penyesuaian diri. Sumbangan efektif kematangan emosi terhadap penyesuaian diri sebesar 55,8%, yang berarti 44,2% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang mempengaruhi penyesuaian diri selain variabel kematangan emosi. Kematangan emosi pada subjek penelitian tergolong sangat tinggi yang ditunjukkan dengan rerata empirik (RE) sebesar 84,89, sedangkan rerata hipotetik (RH) sebesar 60. Penyesuaian diri pada subjek penelitian tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan rerata empirik (RE) sebesar 155,72, sedangkan rerata hipotetik (RH) sebesar 127,5. Kata Kunci : kematangan emosi, penyesuaian diri
v
PENDAHULUAN Setiap individu mempunyai keinginan
untuk
mengubah
tentang masa depan yang lebih
diri
realistis,
diwujudkan
menjadi lebih baik. Hal ini bisa
melanjutkan
disebabkan
perguruan
tinggalnya
lingkungan
tinggi.
Akan
ke tetapi
perguruan tinggi yang diinginkan
mencari pengalaman hidup serta
mungkin tidak didapatkan di daerah
ingin menuntut ilmu yang lebih
sendiri,
tinggi di perguruan tinggi. Berbagai
individu harus merantau.
cara yang dapat dilakukan oleh
Fenomena
untuk
baik,
pendidikan
ingin
individu
kurang
tempat
dengan
sehingga
menyebabkan
mahasiswa
mewujudkan
perantau umumnya bertujuan untuk
keinginan tersebut salah satunya
meraih kesuksesan melalui kualitas
adalah pergi ke daerah lain atau yang
pendidikan yang lebih baik pada
biasa
Para
bidang yang diinginkan. Fenomena
perantau yang pergi ke daerah lain
ini juga dianggap sebagai usaha
dengan
dan
pembuktian kualitas diri sebagai
pada
orang dewasa yang mandiri dan
disebut
alasan
mencari
merantau.
pendidikan
keterampilan
umumnya adalah mahasiswa.
bertanggung jawab dalam membuat
Usia mahasiswa untuk strata
keputusan (Santrock, dalam Lingga
1 (S1) pada umumnya berkisar antara
& Tuapattinaja, 2012).
18-25 tahun yang dalam kategori
Mahasiswa
perantau
psikologi berada pada masa remaja
dihadapkan pada berbagai perubahan
akhir dan mulai memasuki masa
dan perbedaan di berbagai aspek
dewasa awal. Pada masa ini individu
kehidupan,
masih
interaksi sosial, serta tanggung jawab
sering
menampakkan
seperti
pola
ketidakdewasaan, masih terombang-
terhadap
ambing dan tergantung kepada orang
dilakukan sehingga dituntut untuk
lain (Nurhayati, 2011). Pada masa ini
menyesuaikan diri. Penyesuaian diri
individu dituntut untuk mulai hidup
menurut Fatimah (2006) yaitu proses
mandiri. Individu pada masa ini juga
bagaimana
sudah mulai memiliki pandangan
keseimbangan diri dalam memenuhi
1
tindakan-tindakan
hidup,
individu
yang
mencapai
kebutuhan sesuai dengan lingkungan.
nyaman, mempunyai kontrol diri,
Penyesuaian diri merupakan suatu
perasaan untuk menerima diri sendiri
proses psikologis sepanjang hayat
dan
(life long process) dan manusia akan
menyatakan
terus-menerus berupaya menemukan
konstruktif dan kreatif.
dan mengatasi tekanan dan tantangan
orang
lain,
serta
mampu
emosinya
secara
Faktor-faktor
penyesuaian
hidup guna mencapai pribadi yang
diri menurut Fatimah (2006) salah
sehat.
satunya yaitu perkembangan dan Fitriyani (2008) menyatakan
kematangan. Sesuai dengan hukum
bahwa penyesuaian diri sosial sangat
perkembangan, tingkat kematangan
diperlukan
oleh
mahasiswa
yang dicapai individu berbeda-beda,
perantauan,
karena
mahasiswa
sehingga
pola-pola
penyesuaian
perantauan menghadapi perubahan di
dirinya juga akan bervariasi sesuai
lingkungan baru yang berbeda adat,
dengan tingkat perkembangan dan
norma, dan kebudayaan, sehingga
kematangan yang dicapainya. Selain
penyesuaian dibutuhkan
diri agar
yang
baik
itu, hubungan antara penyesuaian
diterima
oleh
dan perkembangan dapat berbeda-
masyarakat sekitar.
beda
Kemampuan diri
setiap
menyesuaikan
mahasiswa
menurut
jenis
aspek
perkembangan dan kematangan yang
perantau
dicapai.
Kondisi-kondisi
berbeda, tergantung pada berbagai
perkembangan
faktor, salah satunya dipengaruhi
mempengaruhi
oleh kematangan emosi. Kematangan
kepribadian
emosi memiliki peran yang sangat
emosional, sosial, moral, keagamaan,
penting. Mahasiswa perantau yang
dan intelektual.
matang secara emosional lebih dapat
dan
kematangan
setiap
aspek
individu,
seperti
Yusuf (2004) menyatakan
diterima dalam lingkungan sosialnya.
bahwa
Yusuf
(2011)
kematangan emosi akan mampu
mengungkapkan bahwa kematangan
menerima dirinya sehingga dapat
emosi merupakan kemampuan untuk
menyesuaikan
dapat
Individu
dan
bersikap
Sugandhi
toleran,
merasa
2
individu
yang
yang
diri
memiliki
dengan
dapat
baik.
menerima
kondisinya
akan
terbebas
dari
berkembang
jadi
lebih
baik.
kecemasan dan konflik batin yang
Perkembangan bentuk emosi yang
pada akhirnya akan mengarah pada
positif
kemampuan penyesuaian diri yang
individu untuk menyesuaikan diri
baik.
dengan lingkungan dengan menerima
tersebut
memungkinkan
Hal serupa juga diungkapkan
dan membagikan kasih sayang untuk
Sutirna (2014) bahwa kematangan
diri sendiri maupun orang lain.
emosi berkaitan dengan penyesuaian
Untuk mencapai kematangan emosi,
diri. Kematangan emosi merupakan
mahasiswa perantau harus belajar
aspek yang sangat dekat dengan
memperoleh
kepribadian. Bentuk kepribadian ini
situasi-situasi
akan
menimbulkan
dibawa
kehidupan lingkungannya.
individu
dalam
sehari-hari
dan
Individu
dapat
gambaran
tentang
yang
Adapun
dapat
reaksi
emosional.
caranya
adalah
membicarakan
berbagai
dikatakan telah matang emosinya
pribadinya
apabila telah dapat berpikir secara
ataupun teman sebayanya (Hurlock,
objektif.
Kematangan
emosi
dalam Susilowati, 2013).
merupakan
ekspresi
yang
Hipotesis
emosi
dengan
masalah
orang
lain
penelitian
bersifat konstruktif dan interaktif.
menyatakan
Individu
positif antara kematangan emosi
yang
telah
mencapai
terdapat
ini
kematangan emosi ditandai oleh
dengan
adanya
dalam
mahasiswa perantau. Semakin tinggi
mengontrol emosi, mampu berpikir
kematangan emosi yang dimiliki
realistik, memahami diri sendiri, dan
mahasiswa perantau maka semakin
mampu menempatkan emosi di saat
tinggi penyesuaian dirinya. Begitu
dan tempat yang tepat.
pula sebaliknya, semakin rendah
kemampuan
penyesuaian
hubungan
diri
pada
Sejalan dengan bertambahnya
kematangan emosi yang dimiliki
kematangan emosi seseorang maka
mahasiswa perantau, maka semakin
akan berkuranglah emosi negatif.
rendah pula penyesuaian dirinya.
Bentuk-bentuk emosi positif seperti rasa sayang, suka, dan cinta akan
3
maka
akan
semakin
tinggi
penyesuaian diri, sebaliknya semakin
METODE PENELITIAN Identifikasi
variabel
rendah kematangan emosi maka akan
penelitian :
semakin rendah pula penyesuaian
Variabel bebas : kematangan emosi
diri.
Variabel tergantung : penyesuaian
menunjukkan seberapa besar peran
diri.
atau Subjek penelitian ini adalah
Sumbangan
kontribusi
terhadap
efektif
variabel
variabel
bebas
tergantung.
mahasiswa-mahasiswi perantau di
Sumbangan
efektif
variabel
Fakultas
kematangan
emosi
terhadap
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta angkatan
penyesuaian diri yaitu sebesar 55,8%
2011 sampai 2014 yang berusia 18-
yang ditunjukkan oleh nilai r sebesar
22 tahun berjumlah 100 orang,
0,747 kemudian dikuadratkan ((r2 ) =
dengan
0,558). Hal ini masih terdapat 44,2%
menggunakan
pengambilan
sampel
teknik purposive
faktor-faktor
lain
yang
sampling. Metode pengumpulan data
mempengaruhi
menggunakan
kematangan
misalnya
emosi dan skala penyesuaian diri.
meliputi
Teknik analisis data menggunakan
kecemasan, faktor fisiologis, faktor
korelasi product moment.
psikologis
skala
faktor
Berdasarkan
internal
frustrasi,
dan
eksternal
yang konflik,
kepribadian, yang
moral,
diri,
dan
meliputi
kematangan
analisis
sosial, faktor lingkungan, budaya dan
data diperoleh nilai koefisien korelasi
agama. Berdasarkan hasil analisis
rxy = 0,747 dan signifikansi (p) =
diketahui bahwa kematangan emosi
0,000;
ini
tergolong dalam kategori sangat
terdapat
tinggi dengan rerata empirik (RE)
(p<0,01).
menunjukkan hubungan
hasil
faktor
kematangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
penyesuaian
Hal
bahwa
positif
yang
sangat
sebesar
84,89,
sedangkan
rerata
signifikan antara kematangan emosi
hipotetik (RH) sebesar 60, dengan
dengan penyesuaian diri. Artinya
standar deviasi (SD) = 12, sedangkan
semakin tinggi kematangan emosi
analisis penyesuaian diri pada subjek
4
penelitian tergolong tinggi
yang
Sumbangan
efektif
ditunjukkan dengan rerata empirik
kematangan
(RE) sebesar 155,72, sedangkan
penyesuaian diri sebesar 55,8 % yang
rerata hipotetik (RH) sebesar 127,5,
berarti masih terdapat 44,2 % faktor-
dengan standar deviasi (SD) = 25,5.
faktor
Mahasiswa dan mahasiswi perantau
penyesuaian diri. Seperti pendapat
yang memiliki kematangan emosi
Fatimah (2006), proses penyesuaian
yang
dengan
diri sangat dipengaruhi oleh faktor-
kemampuan mengelola emosi yang
faktor yang menentukan kepribadian
dimilikinya
positif
itu sendiri, baik internal maupun
maupun emosi negatif. Selain itu
eksternal. Adapun faktor internal
tidak menampakkan emosi yang
yaitu
meledak-ledak di muka umum dan
psikologis yang mencakup faktor
mampu
pengalaman,
baik
ditunjukkan
baik
emosi
bertindak
secara
wajar.
lain
faktor
emosi
yang
terhadap
mempengaruhi
fisiologis,
faktor
faktor
belajar,
Mahasiswa dan mahasiswi perantau
determinasi diri, dan faktor konflik.
yang memiliki penyesuaian diri yang
Sedangkan faktor eksternal meliputi
baik, ketika berada di lingkungan
kematangan sosial, moral, faktor
baru dapat dengan mudah berbaur
lingkungan, agama dan budaya.
dengan orang lain di sekitarnya dan
Berdasarkan
hasil
analisis
tidak mengalami hambatan yang
diketahui bahwa kematangan emosi
berarti dalam penyesuaian dirinya di
tergolong dalam kategori sangat
lingkungan baru tersebut.
tinggi dengan rerata empirik (RE) =
Menurut
(2002)
84,89 dan rerata hipotetik (RH) = 60
didefinisikan
dengan standar deviasi (SD) = 12.
sebagai tidak meledaknya emosi di
Sedangkan hasil analisis penyesuaian
hadapan
melainkan
diri tergolong dalam kategori tinggi
menunggu saat dan tempat yang
dengan rerata empirik (RE) = 155,72
lebih tepat untuk mengungkapkan
dan rerata hipotetik (RH) = 127,5
emosinya dengan cara-caa yang lebih
dengan standar deviasi (SD) = 25,5.
dapat diterima.
Mahasiswa dan mahasiswi perantau
kematangan
Hurlock
emosi
orang
lain
yang menghadapi lingkungan baru di
5
perantauan dituntut untuk memiliki
maka semakin tinggi penyesuaian
penyesuaian diri yang mumpuni. Hal
diri
ini karena di lingkungan perantauan
rendah kematangan emosi maka
terjadi
semakin rendah penyesuaian diri.
perubahan
pola
hidup,
kebudayaan, bahasa, serta tuntutan
dan
2..Tingkat
untuk hidup mandiri.
sebaliknya
semakin
kematangan
emosi
termasuk ke dalam kategori
Hasil penelitian menunjukkan
sangat tinggi.
ketidaksesuaian antara data awal
3..Tingkat
penyesuaian
diri
dengan data akhir. Penelitian ini
termasuk ke dalam kategori
masih
tinggi.
terdapat
kelemahan,
diantaranya hanya menggunakan satu
4. Peranan atau sumbangan efektif
variabel bebas untuk mengungkap
kematangan
tingkat
penyesuaian diri menunjukkan
penyesuaian
diri
yaitu
emosi
terhadap
kematangan emosi, padahal masih
bahwa koefisien determinan (r²)
banyak variabel lain yang dapat
sebesar
mengungkap
diri
menunjukkan bahwa variabel
pemilihan
kematangan emosi memberi
seseorang.
penyesuaian Selain
itu,
0,558.
Hal
efektif
ini
subjek sebaiknya mahasiswa tahun
sumbangan
pertama karena mahasiswa perantau
55,8 % dalam mempengaruhi
tahun pertama masih dalam proses
penyesuaian diri, sedangkan
penyesuaian diri di perantauan.
sisanya
yaitu
sebesar
44,2
%
dipengaruhi oleh variabel lain. SIMPULAN Berdasarkan
hasil
analisis
SARAN
data penelitian dapat disimpulkan
Berdasarkan hasil analisis
bahwa :
maka penulis mengajukan saran
1. Ada hubungan positif yang sangat
sebagai berikut :
signifikan
antara
kematangan
1. Bagi
emosi dengan penyesuaian diri
Mahasiswa
dan
Mahasiswi
pada mahasiswa perantau, artinya
a. Diharapkan
semakin tinggi kematangan emosi
mahasiswa
dan
mahasiswi perantau Fakultas
6
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah
masih
dalam
Surakarta
penyesuaian
mempertahankan kematangan
perantauan.
proses diri
di
emosi serta penyesuaian diri
c. Disarankan bagi penelitian
yang dimiliki, karena tingkat
selanjutnya untuk melakukan
kematangan
penelitian
dengan
metode
kualitatif
yaitu
dengan
emosi
dan
penyesuaian diri sudah baik. b. Sebaiknya mahasiswi
mahasiswa perantau
dan
metode wawancara, sehingga
mampu
data yang diungkap lebih
menyesuaikan diri dengan baik
mendalam.
terutama di lingkungan yang
d. Selain
metode
kualitatif,
baru dan jauh dari orang tua.
peneliti
Hal yang dapat dilakukan oleh
disarankan agar melakukan
mahasiswa
studi
dan
mahasiswi
selanjutnya
komparatif
juga
untuk
perantau misalnya melakukan
mengetahui
diskusi mengenai perkuliahan
skor penyesuaian diri antar
dan
mahasiswa
mengerjakan
tugas
perbandingan
perantau
bersama-sama dengan teman
berdasarkan asal pulau, misal
sejawat.
Sumatera, Jawa, Kalimantan
2. Bagi peneliti selanjutnya a. Untuk peneliti
dan Sulawesi.
selanjutnya
dapat menambahkan variabel
DAFTAR PUSTAKA
lain selain kematangan emosi,
Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan (Perkembang an Peserta Didik). Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
karena masih banyak faktor yang
mempengaruhi
penyesuaian diri indivvidu.
Fitriany, R. (2008). Hubungan Adversity Quotient Dengan Penyesuaian Diri Sosial Pada Mahasiswa Perantauan Di UIN Syarif Hidayatullah. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
b. Pemilihan subjek sebaiknya mahasiswa dan mahasiswi tahun
pertama
karena
mahasiswa dan mahasiswi perantau
tahun
pertama
7
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Lingga, R. W., & Tuapattinaja, J. M. (2012). Gambaran Virtue Mahasiswa Perantau. Predicara , 1 (2), 60. Nurhayati, E. (2011). Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susilowati, E. (2013). Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa Akselerasi Tingkat SMP. Jurnal Online Psikologi, Volume 1 (1), 105. Sutirna. (2014). Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Yusuf, S. (2004). Mental Hygiene : Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Yusuf, S., & Sugandhi, N. M. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
8