RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
Hubungan antara Kematangan Emosi dan Toleransi Stres dengan Prokrastinasi pada Pegawai Negeri Sipil Biro Administrasi Umum dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta Correlation between Emotional Maturity and Stress Tolerance with Procrastination on Civil Servants of Public Administration and Finance Agency at the Headquarters of Sebelas Maret University Surakarta Titik Rahmawati, Hardjono, Arista Adi Nugroho Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Pegawai negeri sipil memiliki peran penting dalam memperlancar tugas pemerintahan, termasuk melayani masyarakat. Adanya berbagai tugas yang dikerjakan, menyebabkan sebagian orang melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas. Kematangan emosi dan toleransi stres diharapkan dapat mengurangi prokrastinasi. Pegawai negeri sipil dengan kematangan emosi dapat menghindari prokrastinasi karena memiliki tanggung jawab terhadap tugas. Pegawai negeri sipil dengan toleransi stres yang baik mampu menghindari prokrastinasi karena dapat mengatasi dan bertahan dari stresor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Hubungan antara kematangan emosi dan toleransi stres dengan prokrastinasi pada pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2. Hubungan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi pada pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, serta 3. Hubungan antara toleransi stres dengan prokrastinasi pada pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta. Populasi penelitian ini adalah pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 47 pegawai negeri sipil. Alat ukur yang digunakan adalah skala prokrastinasi pada pegawai negeri sipil, skala kematangan emosi, dan skala toleransi stres. Analisis data menggunakan analisis regresi dua prediktor. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat hubungan signifikan yang sangat kuat antara kematangan emosi dan toleransi stres dengan prokrastinasi pada pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta (F-test = 67.408, p < 0.05, R= 0.868). Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi pada pegawai negeri sipil (nilai rx1y = -0.411; p= 0.005 (p<0.05) dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara toleransi stres dengan prokrastinasi pada pegawai negeri sipil (nilai rx 2y = -0.293; p= 0.048 (p<0.05). Sumbangan efektif kematangan emosi terhadap prokrastinasi pada pegawai negeri sipil sebesar 45.16% dan sumbangan efektif toleransi stres terhadap prokrastinasi pada pegawai negeri sipil sebesar 30.23% (R2= 75.4%). Hal ini berarti masih terdapat 24.6% variabel lain yang mempengaruhi prokrastinasi pada pegawai negeri sipil, selain kematangan emosi dan toleransi stres. Kata kunci: kematangan emosi, toleransi stres, prokrastinasi, pegawai negeri sipil
PENDAHULUAN Sumber
daya
manusia
yang
tersebut bisa tercemin dari perilaku disiplin, berkualitas
memiliki peranan penting dalam memperlancar setiap pekerjaan. Kualitas sumber daya manusia
kreatif, dan memiliki etos kerja yang tinggi (Anoraga, 2009). Sebagai salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, diharapkan
94
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
sumber daya manusia yang berkualitas tersebut sekitar 25% pekerja telah menghambat diri mampu memperlancar pembangunan nasional. secara
terus-menerus
dengan
melakukan
Berhasil atau tidaknya pembangunan nasional penundaan di tempat kerja (Knaus, 2010). sangat tergantung kepada sumber daya manusia Pegawai negeri sipil di Indonesia sendiri yang bekerja dalam instansi pemerintahan, termasuk bagian dari sumber daya manusia termasuk di dalamnya adalah pegawai negeri yang masih perlu ditingkatkan kualitasnya. sipil.
Hal tersebut didasarkan pada beberapa pendapat
Hartini,
dkk.,
(2008)
mengungkapkan, pejabat pemerintah yang mengatakan bahwa
keberadaan pegawai negeri bukan saja sebagai sekitar 60% pegawai
negeri sipil belum
unsur aparatur negara, tetapi juga sebagai abdi menunjukkan
kerja
perilaku
seperti
yang
negara dan masyarakat, yang hidup di tengah- diharapkan, salah satunya dengan menundatengah
masyarakat
dan
bekerja
untuk nunda
pekerjaan
yang
menjadi
tanggung
kepentingan masyarakat. Selain itu, pegawai jawabnya (Thoha, 2008). negeri sipil juga sebagai tulang punggung Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti pemerintah dalam melaksanakan pembangunan melalui wawancara di Biro Administrasi Umum nasional.
dan Keuangan Kantor Pusat Univesitas Sebelas
Pentingnya seorang
peranan
pegawai
dan
tanggung
negeri
sipil
jawab Maret Surakarta dengan kepala bagian di salah terhadap satu
unit
Biro
Administrasi
Umum
dan
tercapainya pembangunan nasional, diharapkan Keuangan, mengungkapkan bahwa di unit pegawai negeri sipil melaksanakan tanggung tersebut terdapat indikasi adanya prokrastinasi. jawab
pekerjaannya
melakukan
penundaan
secara
baik
terhadap
tanpa Hal tersebut terlihat dari tidak terselesaikannya
pekerjaan. pekerjaan dalam batas waktu yang ditetapkan.
Selain berdampak negatif terhadap pegawai Adanya
beban
tugas
yang
banyak
yang
negeri sipil, perilaku menunda-nunda pekerjaan menuntut penyelesaian tugas pada waktu yang juga menimbulkan kesan negatif terhadap hampir instansi
tempat
bekerja
dan
masyarakat. Berdasarkan
bersamaan
menimbulkan
kelelahan
merugikan (fatigue) pada individu, sehingga individu tersebut memiliki kecenderungan melakukan
hasil
penelitian
mengenai prokrastinasi yang tinggi daripada yang tidak
prokrastinasi yang dilakukan oleh Ferrari dan mengalami kelelahan (Ferrari, dkk., 1995). rekannya yang meneliti pekerja berkerah putih Burka dan Yuen (2008) mengungkapkan, bahwa (pegawai kantoran) dan pekerja berkerah biru kondisi
emosional
dapat
menyebabkan
(buruh) yang tinggalnya beragam dari beberapa timbulnya prokrastinasi. Individu yang memiliki negara,
yaitu
Amerika
Serikat,
Inggris, perkembangan emosional yang sudah mencapai
Australia, Turki, Peru, Spanyol, dan Venezuela. tingkat kedewasaan, akan memiliki tanggung Berdasarkan penelitian tersebut, didapatkan jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak
95
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
mudah frustrasi, dan menghadapi masalah memiliki toleransi stres yang rendah sehingga dengan penuh pengertian (Walgito, 2010). mengalami distress. Individu yang memiliki emosi yang matang, Bernard (1991) mengemukakan, individu yang apabila dihadapkan pada suatu tugas akan memiliki
toleransi
berusaha mengerjakan tugas secara baik tanpa ketidaknyamanan
yang dan
rendah
mudah
terhadap mengalami
melakukan penundaan karena menyadari hal frustrasi, terbiasa menghindari serta menarik tersebut adalah tanggung jawab bagi dirinya.
diri dari tugas-tugas yang dirasa menimbulkan
Rathee dan Sahl (dalam Singh, dkk., 2012) frustrasi dan mengurangi ketidaknyamanan bagi mengungkapkan,
bahwa
ketika
mengalami individu tersebut.
frustrasi, individu yang matang akan mencari Ketika menghadapi tugas yang membosankan solusi untuk mengatasi masalah. Menggunakan ataupun sulit untuk dikerjakan, ada sebagian kemarahannya sebagai sumber energi dalam individu
yang
menjadi
sangat
tertekan
upaya mencari pemecahan masalah. Sebaliknya, sementara individu lain tidaklah menganggap individu yang tidak matang cenderung mencari hal tersebut sebagai sesuatu yang sangat seseorang untuk disalahkan.
menekan. Individu yang matang secara emosi
Adanya kematangan emosi yang dimiliki, mampu
beradaptasi
secara
baik
dengan
seseorang tidak akan mudah menyerah dalam perubahan lingkungan dan menganggap sesuatu menghadapi suatu tugas maupun masalah. yang menekan sebagai tantangan yang harus Sekalipun tugas atau masalah yang dihadapinya diselesaikan. sulit
untuk
diselesaikan.
Hal
Sebaliknya,
individu
yang
tersebut memiliki toleransi stres yang tinggi mampu
disebabkan individu yang matang akan mencari bertahan dari sesuatu yang menekan tersebut, strategi dan cara lain untuk menemukan suatu sehingga tidak mengalami gangguan pada pemecahan masalah.
respon fisiologis dan psikologis.
Hampir semua orang yang bekerja memiliki Berdasarkan uraian di atas, terlihat pentingnya stres yang berkaitan dengan pekerjaan yang kematangan emosi dan toleransi stres yang mereka jalankan. Hal tersebut terjadi karena dimiliki oleh pegawai negeri sipil dalam setiap orang tidak bisa terlepas dari stresor yang menjalankan
kewajiban
berasal dari lingkungan sosialnya. Crow dan bertanggung
jawab
kerjanya,
atas
sehingga
pekerjaan
yang
Crow (1974) mengungkapkan, bahwa individu diberikan kepada pegawai negeri tersebut yang
mampu
menggerakkan
kekuatan, dengan tidak melakukan penundaan terhadap
mengatasi, dan melawan stresor, maka individu tugas yang diberikan. Oleh karena itu, peneliti itu memiliki
toleransi
stres
yang tinggi. tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
Sebaliknya, individu yang menyerah dan tidak judul: “Hubungan antara Kematangan Emosi mampu dalam menghadapi stresor berarti dan Toleransi Stres dengan Prokrastinasi pada Pegawai Negeri Sipil Biro Administrasi Umum
96
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas
crastinus yang berarti keputusan hari
Sebelas Maret Surakarta”.
esok. Apabila digabungkan prokrastinasi berarti
DASAR TEORI
a. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Pengertian pegawai negeri sipil sesuai pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji peraturan
perundang-
undangan yang berlaku (Hartini, dkk., 2008).
Karakteristik pegawai negeri sipil, yaitu berkewajiban menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme; jujur,adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah, dan pembangunan; memiliki sikap terbuka; mengutamakan kepentingan bersama; mampu bekerja dalam tim; profesional dalam bekerja; sikap
empati;
hari
esok
setia,
dkk., (2007) mendefinisikan prokrastinasi sebagai penundaan secara sengaja dengan melakukan penundaan terhadap pekerjaan yang seharusnya diselesaikan. Berdasarkan diketahui
dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. c. Prokrastinasi pada Pegawai Negeri Sipil Pengertian prokrastinasi berasal dari awalan kata pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran kata
penjelasan
bahwa
tersebut,
prokrastinasi
pada
pegawai negeri sipil adalah penundaan terhadap tugas yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil dengan tidak segera memulai maupun mengerjakan tugas yang dilakukan secara sengaja dengan melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan, tersebut
b. Karakteristik Pegawai Negeri Sipil
memiliki
sampai
(Ferrari, dkk., 1995). Sementara, Schraw,
1. Prokrastinasi pada Pegawai Negeri Sipil
berdasarkan
menunda
sedangkan
tidak
kegiatan
diperlukan
dalam
pengerjaan tugas. d. Bentuk-bentuk Prokrastinasi Bruno (1998), membagi prokrastinasi secara lebih luas menjadi 5 bentuk, yaitu: 1) Penundaan fungsional, yaitu penundaan yang dilakukan pada saat yang tepat dan bertujuan. informasi yang lebih lengkap
untuk
mengerjakan
tugas
tersebut. 2) Penundaan
disfungsional,
yaitu
penundaan yang dilakukan pada saat yang tidak tepat, dan tidak memiliki arah tujuan yang jelas serta merugikan bagi yang melakukan penundaan. 3) Penundaan
jangka
pendek,
yaitu
penundaan pada target waktu yang pendek.
97
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
4) Penundaan
jangka
panjang,
yaitu
f. Faktor-faktor
penundaan pada target waktu yang
Prokrastinasi
panjang seperti hal yang berkaitan
Ferrari, dkk., (1995) mengemukakan,
dengan cita-cita di masa depan.
faktor-faktor
5) Penundaan kronis, yaitu penundaan yang sudah menjadi kebiasaan, sulit dihentikan, menjadi bagian dari hidup
prokrastinasi
yang
Mempengaruhi
yang
mempengaruhi
dibedakan
menjadi
2
macam, yaitu: 1) Faktor internal, yaitu faktor-faktor dari
seseorang dan merugikan.
dalam individu yang mempengaruhi
e. Aspek-aspek Prokrastinasi
prokrastinasi, meliputi kondisi fisik dan
Ferrari, dkk., (1995) mengemukakan aspek-aspek prokrastinasi, yaitu :
kondisi psikologis. 2) Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor di
1) Penundaan untuk memulai maupun
luar
individu
yang
mempengaruhi
menyelesaikan kerja pada tugas yang
prokrastinasi. Faktor eksternal tersebut
dihadapi,
meliputi kondisi lingkungan yang laten,
2) Keterlambatan
dalam
mengerjakan
tugas,
kondisi lingkungan yang mendasarkan pada
3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kegiatan aktual, 4) Melakukan
kondisi
akhir,
dan
gaya
pengasuhan orang tua. 2. Kematangan Emosi
aktivitas
yang
lebih
menyenangkan.
a. Pengertian Kematangan Emosi Semiun (2006) menjelaskan, kematangan
Sementara, Milgram (1991) menyatakan,
emosi
bahwa
keseimbangan antara pengekangan emosi
dalam
prokrastinasi
terdapat
empat aspek, yaitu :
baik
untuk
memulai
maupun menyelesaikan tugas,
jauh,
menyelesaikan
membuat
yang tidak terkendali. Walgito (2010) juga mengungkapkan, bahwa
2) Menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih
usaha
yang berlebihan dan ungkapan emosi
1) Perilaku yang melibatkan unsur-unsur penundaan,
adalah
misalnya
terlambat
tugas
maupun
kematangan
kemampuan
emosi
individu
adalah dalam
mengendalikan emosi, dapat berpikir secara matang,baik, dan obyektif.
kegagalan dalam mengerjakan tugas,
Berdasarkan definisi yang dijelaskan di
3) Melibatkan tugas yang dipersepsikan
atas, dapat diketahui bahwa kematangan
oleh prokrastinator sebagai tugas yang
emosi adalah kemampuan individu dalam
penting untuk dikerjakan,
mengendalikan,
4) Menghasilkan keadaan emosional yang
mengontrol
kondisi
emosi, tidak mudah terpengaruh, dan
tidak menyenangkan.
98
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
mampu menyesuaikan diri secara baik
d. Aspek-aspek
Kematangan
Emosi
dengan kondisi lingkungannya.
Compare Saul (dalam Schneiders, 1964),
b. Karakteristik Kematangan Emosi
mengungkapkan tiga aspek kematangan
Murray (1997) mengemukakan beberapa karakteristik kematangan emosi, yaitu : 1) Kemampuan untuk memberi dan menerima cinta
emosi, yaitu: 1) Respons emosi yang adekuat Individu yang matang secara emosi mampu merespons atau memberikan
2) Kemampuan menghadapi kenyataan
tanggapan
3) Ketertarikan untuk saling memberi
perkembangan. Sebagai contoh, orang
dan menerima
tingkat
dewasa yang bertingkah laku seperti
4) Kapasitas berhubungan positif untuk pengalaman hidup 5) Kemampuan
anak kecil, menangis dan meledakkan marahnya agar keinginannya dipenuhi.
untuk
belajar
dari
pengalaman
Hal tersebut berarti menandakan belum matang secara emosional.
6) Kemampuan
untuk
mengatasi
frustrasi
2) Jangkauan dan kedalaman emosi Merupakan aspek perkembangan yang
7) Kemampuan
menghadapi
konflik
secara konstruk
memadai. Individu yang mempunyai perasaan yang dangkal sebagai contoh
8) Bebas dari ketegangan c. Pentingya
sesuai
Memiliki
orang yang kekurangan keakraban, Kematangan
pertimbangan, cinta dan orang yang
Emosi
bersikap masa bodoh adalah orang
Monk, dkk. (2001) mengungkapkan,
yang tidak matang emosinya.
bahwa adanya kematangan emosi pada
3) Kontrol emosi
diri individu memberikan kemampuan
Tanda
individu untuk menyelesaikan problem
ketidakmatangan
pribadi tanpa adanya keselarasan antara
konsisiten sering mengalami ketakutan
gangguan perasaan dan ketidakmampuan
atau
menyelesaikan masalah, memperhitung-
benci, dan sejenisnya.
kan
pendapat
orang
lain
terhadap
individu
kecemasan,
Sementara,
yang
memiliki
adalah
marah,
aspek-aspek
secara
cemburu,
kematangan
keinginan-keinginan individu yang sesuai
emosi yang dikemukakan oleh Walgito
dengan
(2010) meliputi:
harapan
mengungkapkan sehubungan
masyarakat,
emosi
dengan
yang
pengertian
individu terhadap orang lain.
tepat
1) Realistis
diri
Orang
yang telah matang emosinya
dapat menerima baik keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa
99
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
adanya,
sesuai
dengan
keadaan
objektifnya.
b. Pengertian Toleransi Stres Toleransi
2) Tidak bersifat impulsif
stres
adalah
kemampuan
seseorang untuk bertahan dari stresor-
Orang yang telah matang emosinya
stresor yang mengancam motif-motif
akan merespons stimulus dengan cara
dasar
berpikir
mengatur
beradaptasi dengan stresor, sehingga
memberikan
tidak terjadi gangguan-gangguan pada
baik,
pikirannya, tanggapan
dapat
untuk terhadap
stimulus
yang
mengenainya.
dan
mengganggu
kemampuan
pola respons fisiologis dan psikologis (Carson dan Butcher, 1992).
3) Kontrol emosi
c. Karakteristik Individu yang Memiliki
Orang yang telah matang emosinya
Toleransi Stres
dapat mengontrol emosi dengan baik,
Suroto (2001) mengungkapkan, bahwa
dapat mengontrol ekspresi emosinya.
individu yang memiliki toleransi stres
4) Objektif
yang
rendah,
memiliki
pembawaan
Orang yang telah matang emosinya
emosionalitas yang peka, cepat bersedih
dapat berpikir secara objektif, maka
atau menangis, mengalami sakit hati yang
orang yang telah matang emosinya
mendalam,
akan bersifat sabar, penuh pengertian,
Adapun individu yang memiliki toleransi
dan pada umumnya cukup mempunyai
stres yang tinggi tidak akan mudah
toleransi yang baik.
terbawa ke dalam pola emosi yang
5) Tanggung jawab
dan
mudah
mengeluh.
negatif, tidak mudah mengeluh maupun
Orang yang telah matang emosinya
berlarut-larut dalam kesedihan.
akan mempunyai tanggung jawab yang
d. Aspek-aspek Toleransi Stres
baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah
Nevid dan Rathus (1991)
mengalami
mengungkapkan aspek-aspek toleransi
frustrasi,
dan
akan
menghadapi masalah dengan penuh pengertian. 3. Toleransi Stres a. Pengertian Stres
stres, meliputi : 1) Efikasi diri Bandura
(1997)
mengemukakan,
bahwa efikasi diri adalah keyakinan
Stres adalah segala masalah atau tuntutan
yang
dimiliki
individu
penyesuaian diri yang mengganggu, jika
kemampuan
tidak dapat diatasi dengan tuntas dapat
melakukan
menimbulkan gangguan ragawi maupun
untuk mencapai hasil tertentu.
yang tugas
mengenai
dimiliki yang
dalam
diperlukan
jiwa (Maramis, 2005).
100
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
2) Ketahanan psikologis
METODE PENELITIAN
Individu yang ketahanan psikologisnya lebih
tinggi
lebih
baik
dalam
menangani stres, menganggap stresor bukan sesuatu yang membebani tetapi sebagai ketertarikan dan menantang untuk dilakukan.
prediktabilitas
dimiliki individu mampu menghindari,
dan
yang
menahan,
menghasilkan
berbagai cara untuk mengatasi stresor dengan baik.
yang
menghadapi
semua
masalah dengan humor, maka akan merasa
lebih
dihadapi.
dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berjumlah 191 pegawai negeri sipil. Sampel yang digunakan
negeri sipil. Sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologi,
yaitu
skala
prokrastinasi
pada
pegawai negeri sipil dengan nilai validitas skala bergerak dari 0,317 sampai dengan 0,696 dan
4) Humor Individu
pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum
dalam penelitian ini berjumlah 50 pegawai
3) Predictability Kemampuan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ringan
Individu
beban
yang
yang
memiliki
kualitas humor yang baik akan lebih mampu mengatasi dampak stres secara baik pula.
koefisien reliabilitas sebesar
0,951. Skala
kematangan emosi dengan nilai validitas skala bergerak dari 0,359 sampai dengan 0,812, dan koefisien reliabilitas sebesar
0,957. Skala
dukungan sosial dengan nilai validitas skala bergerak dari 0,333 sampai dengan 0,774, dan koefisien reliabilitas sebesar 0,962.
5) Playfulness Saat individu berada dalam suasana
HASIL- HASIL
hati yang menyenangkan, individu Metode analisis data yang digunakan analisis secara
lebih
semangat
mempunyai regresi berganda, dengan menggunakan bantuan
spontan yang
lebih
tinggi komputer Statistical Product
and Service
dibandingkan individu yang berada Solution (SPSS) versi 17.0. dalam
suasanan
hati
yang
tidak 1. Uji Asumsi Dasar a. Uji Normalitas
menyenangkan.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan
6) Dukungan sosial maka
teknik Kolmogorov Smirnov, diperoleh
individu lebih sehat secara fisik dan
nilai signifikansi untuk skala prokrastinasi
psikis daripada individu yang tidak
pada pegawai negeri sipil sebesar 0,081;
menerima dukungan sosial.
0,290 untuk skala kematangan emosi; dan
Adanya
dukungan
sosial,
0,056 untuk skala toleransi stres. Hal ini
101
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
berarti data pada ketiga variabel memiliki 3. Uji Hipotesis sebaran normal.
Hasil analisis menunjukkan nilai Fhitung
b. Uji Linieritas
67.408>
Ftabel 3,209; dengan nilai R sebesar
Hasil uji linieritas menunjukkan nilai Sig.
0,868.
Artinya
pada kolom Linearity antara kematangan
toleransi
emosi dengan prokrastinasi pada pegawai
berpengaruh
negeri sipil sebesar 0,000 (0,000<0,05).
prokrastinasi pada pegawai negeri sipil.
Selanjutnya,
Selanjutnya, nilai signifikansi hubungan
nilai
Sig.
pada
kolom
kematangan
stres
secara
emosi
bersama-sama
signifikan
terhadap
Liniearity untuk toleransi stres dengan
antara
prokrastinasi pada pegawai negeri sipil
prokrastinasi pada pegawai negeri sipil
sebesar 0,000 (0,000<0,05). Hal ini
adalah 0,005 < 0,05; dan besarnya nilai
berarti, baik antara kematangan emosi
yaitu -0,411. Hal ini berarti, variabel
dengan prokrastinasi pada pegawai negeri
kematangan
sipil
dengan
signifikan terhadap variabel prokrastinasi
prokrastinasi pada pegawai negeri sipil
pada pegawai negeri sipil. Nilai signifikansi
memiliki hubungan yang linier.
hubungan antara toleransi stres dengan
maupun
toleransi
stres
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas
kematangan
dan
emosi
emosi
dengan
berpengaruh
secara
prokrastinasi pada pegawai negeri sipil adalah 0,048 < 0,05; dan besarnya nilai
Hasil uji multikolinieritas menunjukkan
yaitu -0,293. Hal ini berarti, variabel
nilai VIF 5.597 < 10. Hal ini berarti antara
toleransi
variabel kematangan emosi dan toleransi
terhadap variabel prokrastinasi pada pegawai
stres tidak terjadi multikolinearitas.
negeri sipil.
b. Uji Heterokedastisitas
stres
berpengaruh
signifikan
4. Kontribusi
Nilai korelasi kedua variabel independen
Nilai
dengan dengan unstandardized residual
menghasilkan
memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05,
dikatakan bahwa kontribusi kematangan
maka dapat disimpulkan bahwa tidak
emosi
terjadi masalah heteroskedastisitas pada
prokrastinasi pada pegawai negeri sipil
model regresi.
sebesar 75,4%, dan selebihnya 24,6 %
c. Uji Otokorelasi
koefisien
dan
angka
determinan 0,754,
toleransi
stres
(R²)
atau
dapat
terhadap
dipengaruhi oleh variabel lain. Sumbangan
Uji otokorelasi menunjukkan nilai DW
relatif kematangan emosi sebesar 59,9%
hitung berada di antara du dan 4-du, yakni
terhadap prokrastinasi pada pegawai negeri
1,6204<2,174<2,3796. Hal ini berarti
sipil, sedangkan toleransi stres sebesar 40,1%
bahwa dalam penelitian ini tidak ada
terhadap prokrastinasi pada pegawai negeri
masalah otokorelasi.
sipil. Sumbangan efektif kematangan emosi 102
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
sebesar 45,16% terhadap prokrastinasi pada menampakkan
perilaku
disiplin
diri
dan
pegawai negeri sipil, sedangkan toleransi mendahulukan apa yang seharusnya dilakukan stres sebesar 30,23% terhadap prokrastinasi terlebih dahulu, sehingga berupaya mengerjakan pada pegawai negeri sipil.
tugas secara baik tanpa melakukan penundaan. Ketika hal tersebut didukung oleh adanya
5. Analisis Deskriptif
Hasil kategorisasi skala prokrastinasi pada toleransi stres yang tinggi, ditunjukkan oleh pegawai negeri sipil menunjukkan bahwa kemampuan bertahan dan mengatasi sumber pegawai negeri sipil Biro Administrasi stres (Carson
dan
Butcher, 1992);
tidak
Umum dan Keuangan di Kantor Pusat mengalami gangguan pada aspek emosional, Universitas Sebelas Maret memiliki tingkat kognitif, fisiologis, dan psikologis (Cox dalam prokrastinasi yang rendah. Hasil kategorisasi Fabella, 1993). Selain itu, Suroto (1997) juga skala
kematangan
emosi
bahwa
pegawai
negeri
menunjukkan menyatakan, seseorang dengan toleransi stres sipil
Biro yang tinggi menampakkan perilaku yang tidak
Administrasi Umum dan Keuangan di Kantor mudah mengeluh dalam menghadapi masalah. Pusat Universitas Sebelas Maret memiliki Secara
parsial,
terdapat
hubungan
yang
kematangan emosi yang tinggi. Serta hasil signifikan antara kematangan emosi dengan kategorisasi
skala
toleransi
stres prokrastinasi pada pegawai negeri sipil. Walgito
menunjukkan bahwa pegawai negeri sipil (2010) menyatakan, bahwa seseorang dengan Biro Administrasi Umum dan Keuangan di kematangan emosi memiliki tanggung jawab Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah memiliki toleransi stres yang tinggi.
frustrasi, dan menghadapi masalah dengan penuh pengertian. Pegawai negeri sipil yang matang secara emosi dalam menjalankan tugas
PEMBAHASAN
memiliki tanggung jawab yang baik terhadap
Hasil analisis data menunjukkan, terdapat tugas yang sedang dikerjakan, tidak mudah hubungan toleransi
antara stres
kematangan
dengan
emosi
prokrastinasi
dan menyerah dengan beban kerja yang diterima, pada dan
berusaha
menjalankan
tugas-tugasnya
pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum secara baik, sehingga tidak ada keinginan untuk dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas melakukan penundaan dalam menyelesaikan Sebelas Maret pernyataan
Surakarta. Hal
Kilander
(dalam
ini
sesuai pekerjaan selama memiliki kemampuan untuk
Wiramihardja, menyelesaikannya.
2007) yang mengungkapkan, salah satu ciri Secara parsial juga terdapat hubungan yang kematangan emosi adalah memiliki disiplin diri. signifikan
antara
toleransi
stres
dengan
Hal itu berarti, pegawai negeri sipil yang prokrastinasi pada pegawai negeri sipil. Setiap memiliki
kematangan
emosi
akan orang berbeda-beda dalam menanggapi setiap
103
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
stresor. Ada yang mampu mengatasi dengan psikologis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi baik dan ada pula yang menghindar atau tidak lingkungan
yaitu
lingkungan
keluarga,
mampu mengatasi stresor, sehingga mengalami lingkungan sosial, dan lingkungan pendidikan. distress. Bernard (1991) menyatakan, bahwa Pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum seseorang yang memiliki toleransi yang rendah dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas terhadap
ketidaknyamanan
dan
mudah Sebelas Maret Surakarta memiliki tingkat
mengalami frustrasi, terbiasa menghindari serta toleransi stres yang tinggi. Hal tersebut terjadi menarik diri dari tugas-tugas yang dirasa karena setiap orang memiliki kadar yang menimbulkan
frustrasi
ketidaknyamanan
bagi
dan
mengurangi berbeda dalam menghadapi suatu stresor. Welle
individu
tersebut. dan Graf (dalam Bland, dkk; 2012) menyatakan,
Sebaliknya, pegawai negeri sipil yang memiliki bahwa saat berhadapan dengan stresor-stresor toleransi stres yang tinggi mampu bertahan dan yang sama, seseorang tidak melakukan reaksi melakukan adaptasi terhadap stresor, sehingga dengan cara yang sama. Tidak semua orang tidak mengalami gangguan pada pola respons yang mengalami stresor psikososial yang sama fisiologis dan psikologis (Carson dan Butcher, akan mengalami stres. Setiap orang memiliki 1992).
tipe
kepribadian
masing-masing,
terdapat
Pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum seseorang yang sangat rentan terkena stres, dan Keuangan di Kantor Pusat Universitas tetapi ada juga seseorang yang kebal terhadap Sebelas Maret Surakarta secara umum memiliki stres (Maramis, 2005). tingkat prokrastinasi yang rendah. Ferrari, dkk; Selain perbedaan tipe kepribadian tiap-tiap (1995) menyebutkan, bahwa prokrastinasi akan individu, persepsi yang dimiliki seseorang juga lebih banyak terjadi pada kondisi lingkungan menentukan seseorang tersebut rentan terhadap yang
jauh
dari
pengawasan.
sebaliknya, stresor atau kebal terhadap stresor. Hal tersebut
prokrastinasi akan semakin menurun pada disebabkan persepsi setiap orang berbeda-beda lingkungan yang penuh pengawasan.
terhadap suatu peristiwa atau kejadian di
Pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum sekitarnya, sehingga reaksi yang diberikan juga dan
Keuangan
secara
umum
memiliki berbeda
pula.
Terdapat
individu
yang
kematangan emosi yang tinggi. Hal tersebut menganggap peristiwa atau kejadian itu sebagai sesuai pernyataan yang diungkapkan oleh stresor, tetapi bagi orang lain peristiwa atau Walgito (2010) dan Young (dalam Khairani dan kejadian itu bukanlah stresor. Dona, 2008), yang mengungkapkan bahwa perkembangan emosi seseorang akan semakin matang dengan bertambahnya usia. Namun,
PENUTUP
semakin matangnya kondisi emosi seseorang 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi fisik dan disimpulkan: 104
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
a. Terdapat
hubungan
signifikan
antara
sedang,
diharapkan
meningkatkan
kematangan emosi dan toleransi stres
kematangan emosi dan toleransi stres
dengan prokrastinasi pada pegawai negeri
dengan meningkatkan keterampilan atau
sipil
kemampuan diri, baik secara fisik maupun
Biro
Administrasi
umum
dan
Keuangan di Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta(R = 0,868; p< 0,05; dan Fhitung = 67.408 > Ftabel = 3,209). b. Secara
memperhatikan variabel-variabel lain yang mempengaruhi prokrastinasi pada pegawai
signifikan antara kematangan emosi dengan
negeri sipil, terutama trait kepribadian
prokrastinasi pada pegawai negeri sipil Biro
lainnya
Administrasi Umum dan Keuangan di
mempengaruhi prokrastinasi. Selain itu,
Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret
peneliti
Surakarta (r = -0,411; p< 0,05)
menambahkan ruang lingkup penelitian
hubungan
terdapat
c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
hubungan
c. Terdapat
parsial,
psikis.
signifikan
antara
yang
juga
selanjutnya
dimungkinkan
diharapkan
dapat
menjadi lebih luas.
toleransi stres dengan prokrastinasi pada pegawai negeri sipil Biro Administrasi Umum dan Keuangan di Kantor Pusat
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sebelas Maret Surakarta(r = - Anoraga, P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. .293, p<0,05). Bernard, M. E. 1991. Procrastinate Later: How to Motivate Yourself to Do It Now. Biro Administrasi Umum dan Melbourne: Schwart & Williamson. Keuangan di Kantor Pusat Universitas
2. Saran a. Bagi
Sebelas Maret Surakarta diharapkan dapat Bland, Helen W., Melton, Bridget F., Welle, Paul, Bigham, Lauren. 2012. Stress menjaga, mempertahankan, dan Tolerance: New Challenges for Millenial College Students. College Students meningkatkan kualitas kinerja dari para Journal. Vol. 46, Issue 2. pegawai negeri sipil dengan mengadakan self- Bruno, F.J. 1998. Stop Procrastination: Pahami dan Hentikan Kebiasaan Menundamanagement. nunda (A.R.H. Sitanggang, pengalih bahasa). Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka b. Bagi pegawai negeri sipil Biro Administrasi Utama. Umum dan Keuangan di Kantor Pusat pelatihan,
seperti
pelatihan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang Burka, memiliki tingkat kematangan emosi dan
J.B., and Yuen, L.M. 2008. Procrastination: Why you do it, What to doabout it. New York : Perseus Books.
toleransi stres yang tinggi, diharapkan Carson, R. C. and Butcher, J. N. 1992. Abnormal Psychology and Modern Life. pegawai negeri sipil yang kematangan Illinois: Scott, Foremen and Company. mampu mempertahankannya, adapun bagi
emosi dan toleransi stresnya masuk kategori 105
RAHMAWATI, et al. / HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
Crow, L.D. and Crow, A. 1974. Human Development and Learning. New York: American Book Company.
theory of academic procrastination. Journal of Educational Psychology. Vol.99(1), 12-25.
Fabella, A. T. 1993. Anda Sanggup Mengatasi Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 1. Stres. Penerjemah: C. Z. Panjaitan, MA. Yogyakarta: Kanisius. dan L. J. Lintong. Indonesia: Publishing House Ofset. Singh, Dalwinder., Kaur, Simerjeet., Dureja, Gaurav. 2012. Emotional Maturity Ferrari, J. R., Johnson, J.L., and McCown, W.G. Differentials among University Students. 1995. Procrastination and Task Journal of Physical Education and Avoidance: Theory, Research, and Sports Management. Vol. 3(3), 41-45. Treatment. New York : Plenum Press. Suroto. 2001. Stres : Cara Mengendalikan, Hartini, S; Kadarsih, S; dan Sudrajat, T. 2008. Pengalaman Pribadi sebagai Pasien. Hukum Kepegawaian di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Jakarta: Sinar Grafika. Press. Knaus, W. 2010. End Procrastination Now!: Thoha, M. 2008. Manajemen Kepegawaian Get It Done with a Proven Psychological Sipil di Indonesia. Jakarta: Prenada Approach. New York: McGraw-Hill, Media Group. Inc. Walgito, B. 2010. Bimbingan dan Konseling Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran dalam Perkawinan: Jogjakarta: Andi Jiwa. Surabaya: Airlangga University Offset. Press. Waryono, P. 1994. Hubungan antara Toleransi Milgram, N. 1991. Procrastination: Stres dan Prestasi Belajar pada Encyclopedy of Human Biology. New Mahasiswa Magister Manajemen UGM. York:Academic Press. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Wiramihardja, S. A. 2007. Pengantar Psikologi Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Abnormal. Bandung : PT. Refika Yogyakarta: Gadjah Mada University Aditama. Press. Murray, J. 1997. Are You Growing Up, or Just Getting Older. http://www.ttem.org/forum/index.php? topic=1676.0. Diakses pada tanggal 22 Februari 2012. Nevid, J. S. and Rathus, S. A. 1991. Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Ciffs. Schneiders, A. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt, Rinehart & Winston. Schraw, G., Wadkins, T., and Olafson, L. 2007. Doing the things we do: A grounded 106