HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
Skripsi Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Disusun oleh : DYAH DWI PUTRI ANGGRAINI H2A012064
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2015
http://repository.unimus.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi dari: Nama
: Dyah Dwi Putri Anggraini
NIM
: H2A012064
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
: Universitas Muhammadiyah Semarang
Judul
: HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
Dosen Pembimbing : 1. dr. Setyoko, Sp.PD 2. dr. Ika Dyah Kurniati Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Kedokteran.
Semarang, 23 November 2015
Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
dr. Setyoko, Sp.PD___
dr. Ika Dyah Kurniati
NIP : 196504161995031001
NIK : K. 1026. 197
http://repository.unimus.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
Disusun oleh : Dyah Dwi Putri Anggraini H2A012064
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang pada tanggal 11 Desember 2015 dan telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang diberikan Semarang, 20 Januari 2016 Tim Penguji
dr. Setyoko Sp.PD
...................................
NIP:196504161995031001
dr.Ika Dyah Kurniati
...................................
NIK : K.1026.197
dr. Zulfachmi Wahab, SpPD,FINASIM
………......................
NIP: 196712031996031001
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Tahap Pendidikan Akademik Tanggal 20 Januari 2015
dr.Riza Setiawan Ketua Tahap Pendidikan Akademik
http://repository.unimus.ac.id
PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Dyah Dwi Putri Anggraini NIM : H2A012064 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Semarang, 22 November 2015 Yang membuat pernyataan
Dyah Dwi Putri Anggraini
http://repository.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang maha Pengasih dan maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini, yang diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan tahap pendidikan Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2“. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah saya sebagai penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1.
dr. Siti Moetmainah, SpOG(K), MARS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
3.
dr. Setyoko, Sp.PD, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi terselesaikan dengan baik.
4.
dr. Ika Dyah Kurniati selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi terselesaikan dengan baik.
5.
Segenap dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang atas segala pengajaran, bimbingan, dan arahan selama penyusunan skripsi ini.
6.
Kedua orang tua ibu saya Hj. Sumarmiyati S.Pd dan ayah saya H. Sabdo (Alm.) yang telah memberi dukungan dan do’a kepada penulis sehingga skripsi terselesaikan dengan baik.
7.
Kepada kakak saya Desy Ika Puji Lestari, Amd.keb dan Arif Wahyudi, S.Kom yang selalu memberi semangat dan banyak membantu selama penyusunan skripsi ini.
http://repository.unimus.ac.id
8.
Teman terdekat saya Muhamad Wijanarko yang selalu memberi motivasi, doa dan banyak membantu selama penyusunan skripsi ini.
9.
Sahabat yang saya cintai Laela Aprilia yang selalu memberi semangat dan doa selama penyusunan skripsi ini.
10. Teman – teman Astrocytus 2012 yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doanya selama penyusunan skripsi ini. 11. Kepada pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua baik pihak.
Semarang, 22 November 2015
Penulis
http://repository.unimus.ac.id
Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dyah Dwi Putri Anggraini(1), Setyoko (2), Ika Dyah (3) ABSTRAK Latar Belakang: Tuberkulosis paru dan diabetes melitus tipe 2 merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu faktor resiko terjadinya tuberkulosis pada diabetes melitus tipe 2 adalah indeks massa tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian tuberkulosis paru pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross sectional yang dianalisis dengan uji statistik dengan tingkat kemaknaan 95% yang meliputi analisis univariat, dan bivariat terhadap variabel indeks massa tubuh terhadap kejadian tuberkulosis paru pada pasien diabetes melitus tipe 2. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 53 sampel pasien diabetes melitus tipe 2, data diambil dari rekam medis Hasil: Hasil analisis bivariat dari 53 sampel, pasien diabetes melitus tipe 2 dengan tuberkulosis paru sebanyak 47 dan indek massa tubuh kurang sebanyak 41. Hasil dari uji chi-square menunjukkan p= <0,001 yang berarti variabel indeks massa tubuh menunjukan ada hubungan dengan kejadian tuberkulosis paru pada pasien diabetes melitus tipe 2. Simpulan: Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian tuberkulosis paru pada pasien diabetes melitus tipe 2 . Kata kunci :Indeks Massa Tubuh, Tuberkulosis Paru, Diabetes Melitus Tipe 2 ________________________________________________________________ 1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 3) Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2)
http://repository.unimus.ac.id
The Relationship between Body Mass Index and Pulmonary Tuberculosis Caseson Diabetes Mellitus Patients Type 2 Dyah Dwi Putri Anggraini(1), Setyoko (2), Ika Dyah (3) ABSTRACT Background: Pulmonary tuberculosis and type 2diabetes mellitus are the main health problem in Indonesia. One of the risk factors of pulmonary tuberculosis on thetype2 diabetes mellitus is body mass index. The aims of the research is to know the relationship between body mass index and pulmonary tuberculosis cases on type 2diabetes mellitus patients. Method: This research is observational study with cross sectional design which is analyzed by statistic test with a significance level of 95% that included univariat and bivariat analysis to body mass indeks variable to pulmonary tuberculosis caseson type 2diabetes mellitus patients . The sample in this research is as many as 53 samples of type 2 diabetes mellitus patients, the data were taken from medical record. Result: The result of bivariat analysis from 53 samples,type 2diabetes mellitus patient with pulmonary tuberculosis as many as 47 and body mass index less as many as 41. The result from chi-square test showed p= <0,001 it means there is a statically significant relationship between body mass index and pulmonary tuberculosis cases ontype 2 diabetes mellitus patients. Conclusion: There is a relationship between body mass index and pulmonary tuberculosis cases on type 2diabetes mellitus patients. Key word:Body Mass Index, Pulmonary Tuberculosis,type 2 Diabetes Mellitus ________________________________________________________________ 1)
Student of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University The LectureOfInternist In Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University 3) The Lecture Of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University 2)
.
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................
ii
HALAMAN PENGASAHAN ..................................................................
iii
PERNYATAAN........................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................
v
ABSTRAK ................................................................................................
vii
DAFTAR ISI .............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xiii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................
1
A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
3
1.
Tujuan Umum.........................................................................
3
2.
Tujuan Khusus .......................................................................
3
D. Keaslian Penelitian .......................................................................
4
E. Manfaat Penelitian ........................................................................
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
5
A. Indeks Massa Tubuh ....................................................................
5
1. Definisi ..................................................................................
5
2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh............................................
5
B. Diabetes Melitus ...........................................................................
6
1. Definisi ..................................................................................
6
2. Etiologi ..................................................................................
6
3. Klasifikasi ..............................................................................
6
http://repository.unimus.ac.id
4. Faktor Risiko ..........................................................................
7
5. Patofisiologi ...........................................................................
7
6. Diagnosis ...............................................................................
7
C. Tuberkulosi Paru ............................................................................
8
1. Definisi ...................................................................................
8
2. Etiologi ....................................................................................
8
3. Faktor Risiko ...........................................................................
9
4. Patofisiologi .............................................................................
11
5. Diagnosis ..................................................................................
13
D. Hubungan Diabetes dengan Tuberkulosis .....................................
15
E. Kerangka Teori .............................................................................
16
F. Kerangka Konsep ..........................................................................
17
G. Hipotesis .........................................................................................
17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................
18
A. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
18
B. Jenis Penelitian ...............................................................................
18
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................
18
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...............................
19
E. Bahan Penelitian .............................................................................
20
F. Prosedur Penelitian .........................................................................
20
G. Pengolahan Data dan Analisis Data ..............................................
21
H. Jadwal Penelitian ...........................................................................
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
28
DAFTAR PUSTAKA…...............................................................................
29
LAMPIRAN.................................................................................................
32
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Tabel 3.1 DefinisiOperasional Tabel 3.2 Coding Tabel 3.3 Jadwal penelitian Tabel 4.1 Distribusi sampel menurut adanya TB paru pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kaliwungu Kudus Tabel 4.2 Distribusi frekuensi sampel menurut IMT di Puskesmas Kaliwungu Kudus Tabel 4.3 Hubungan antara IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2
http://repository.unimus.ac.id
Hal 3 5 20 22 23 24 25 25
DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Gambar2.1 Patofisiologi dan patogenesis Tuberkulosis
http://repository.unimus.ac.id
Hal 11
DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Ijin Permohonan Data ke Puskesmas Kaliwungu Kudus Lampiran 2 Data Penelitian Lampiran 3 Analisis Data Lampiran 4 Formulir Penilaian Rumah Sehat Penyakit TB Paru
http://repository.unimus.ac.id
Hal 32 33 35 36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru (TB paru) merupakan penyakit menular kronis yang dikarenakan adanya suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.1 Mycobacterium tuberculosis telah dikenal hampir diseluruh dunia karena kemampuannya menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Menurut data WHO pada tahun 2009 sepertiga warga dunia atau sama dengan sekitar lebih dari 2 miliar orang di dunia terinfeksi basil TB. Hal ini semakin memperburuk TB paru di dunia karena meningkatnya jumlah kasus TB paru dan banyaknya pasien TB paru yang tidak berhasil disembuhkan.2 TB paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Indonesia berada pada urutan ke-4 dunia untuk kasus TB paru dan dari 27 negara Indonesia urutan ke-8 untuk negara “high burden MDR countries”. Pada tahun 2004, ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. 3 Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh tidak mampunya tubuh dalam memproduksi hormon insulin atau karena ketidakefektifan penggunaan dari produksi insulin yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. DM terdiri dari dua tipe yaitu DM tipe 1 yang penyebabnya idiopatik dan DM tipe 2 disebabkan life style atau gaya hidup.1,4 Di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi DM mencapai 21,3 juta orang. Menurut hasil riset departemen kesehatan pada tahun 2009, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, sedangkan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.4
http://repository.unimus.ac.id
HubunganantarakejadianTBparupadapasienDMtipe2sejakawaltahun 2000telahmenarikperhatianpara
penelitidunia.InternationalUnion
Against
Tuberculosis dan Lung Disease( IUATLD)telah melaporkanbeberapapenelitian danmembuktikanbahwaDMtipe2meningkatkanrisikoTB
paruhingga3-7kali
lipat.Halinisemakindiperparahdenganadanyamasalahstatusgizi.Padatahun 2006sebuahpenelitiandi
IndiaSelatanmengatakanbahwapasiendengan
gizikurang11kalilipatlebihrentanuntukterinfeksi
masalah
bakteriMycobacterium
tuberculosis.Padatahun2012EkoAriantodari
FakultasKedokteranUniversitas
Indonesia (FKUI) telahmembuktikandari sebuahpenelitiannya diRumah Sakit CiptoMangunkusumo(RSCM)bahwa
adakecenderunganpasienDMtipe2
denganinfeksiTBparu memilikimasalah gizidibandingdengan infeksi bukanTB paruhingga5kalilipat.DatapadaprofilkesehatanIndonesiatahun2012gambaran statusgiziberdasarkanIndeksMassaTubuh
(IMT)menunjukkanbahwa
pada
kelompokdewasa berusia diatas18tahun didominasidenganmasalah obesitas, selain itu masalahgizi kurangjugamasih cukup tinggi.5,6 AgamaIslammerupakanpedomanhidupyangpalingsempurna.Berbagai petunjukkesehatankhususnyamengenaipolamakanyang gamblang.Dijelaskandalam
benardijelaskansecara
Al-QurandanHadistbahwa
sebagaimanatubuhmembutuhkanmakananyang
jiwa
manusia
baik.Untukitu,AllahSWT
dalamAl-Quranmenegaskanpentingnyagizibagijiwamanusia.Al-Qurandalam surat Abasaayat 24 menegaskan,7
ﻃَﻌَﺎ ِﻣ ِﻪ إ َِﱃ اﻹﻧْﺴَﺎ ُن ﻓَـ ْﻠﻴَـْﻨﻈُِﺮ “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.”
http://repository.unimus.ac.id
B.RumusanMasalah Berdasarkanlatarbelakang
danidentifikasimasalahyang
ada,rumusan
masalah penelitianiniadalah“Adakahhubunganantara indeks massa tubuh dengan kejadian tuberkulosisparu padapasien diabetes melitus tipe 2?”
C. TujuanPenelitian Tujuan umum Untukmengetahuihubunganantara
indeksmassatubuhdengan
kejadian
tuberkulosisparupadapasiendiabetesmelitustipe 2diPuskesmasKaliwungu Kudus periodeJanuari-Juli2015.
Tujuan khusus 1. Mendeskripsikankejadian diabetes melitus tipe 2di Puskesmas Kaliwungu Kudus periodeJanuari-Juli2015 2. Mendeskripsikankejadiantuberkulosisparupadapasiendiabetesmelitus tipe2 di Puskesmas Kaliwungu Kudus periodeJanuari-Juli2015 3. Mendeskripsikanindeks massa tubuh padapasien diabetes melitus tipe 2di Puskesmas Kaliwungu Kudus periodeJanuari-Juli2015 4. MendeskripsikanindeksmassatubuhpadapasienTuberkulosisparudi Puskesmas Kaliwungu Kudus periode Januari-Juli2015 5. Menganalisishubungantuberkulosis parudengandiabetes melitus tipe 2di Puskesmas Kaliwungu Kudus periodeJanuari-Juli2015 6. Menganalisishubunganindeksmassatubuhpasiendenganangkakejadian Tuberculosisparupadapasiendiabetesmelitustipe KaliwunguKudus
2diPuskesmas periodeJanuari-Juli2015
http://repository.unimus.ac.id
D. KeaslianPenelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti/Tahun Metode Arianto ,eko. 2012. CrossHubungan GiziKurang sectional dengan Prevalensi Tuberkulosis Parupada PasienDiabetesMelitus Tipe 2diRSdr.Cipto MangunkusumoTahun 2010 DanielFaurholt-Jepsen. Case 2011.DiabetesIsaRisk Control Factor forPulmonary Tuberculosis: ACase Control Study from Mwanza,Tanzania
Hasil Perbedaan Terdapat hubungan VariabelBebas GiziKurang dengan TempatPenelitian prevalensi tuberkulosis parupadapasien diabetes melitustipe2
Terdapatefekdari diabetespadarisiko tuberkulosisparu.
VariabelBebas TempatPenelitian MetodePenelitian
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. BagiInstansi Terkait Hasilpenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi, agar dapatdiaplikasikan dalampelayanankesehatankhususnya untuk penyakitdiabetesmelitus tipe2dan tuberkulosis paru. b. Bagi Penderita Hasilpenelitianinidiharapkandapatmenambahpemahamanpenderita diabetes melitus tentangpentingnyamenjagastatus gizi. c. Bagi Masyarakat Hasilpenelitian
inidiharapkandapatmenambah
masyarakattentang
pengetahuan
penyakitdiabetesmelituskhususnyadiabetesmelitus
tipe2,danpengetahuanmasyarakattentangpentingnyamenjagastatusgizi, sehinggatimbulkesadaran dan kepedulian masyarakat. 2. Manfaat Teoritis Hasilpenelitian inidiharapkan dapatdigunakan sebagaibahanacuan bagi penelitilainyang
akan
melakukan
penelitian
http://repository.unimus.ac.id
lebih
lanjut.
BAB II TINJAUANPUSTAKA A. Indeks Massa Tubuh 1. Definisi Indeksmassa tubuh(IMT) adalahmetode untukmenilaistatusgizi seseorang apakah kekuranganataukelebihan dengan murah,mudahdan sederhana.Gizikurangdapatmeningkatkan
risikoterhadappenyakit
infeksidangizilebihdapatmeningkatkanrisikomenderita degeneratif.IMTmerupakanrumusmatematisyang
penyakit
dinyatakansebagai
beratbadan(dalamkilogram)dibagidengankuadrattinggibadan(dalam meter).Rumustersebuthanya
dapatdigunakanpada
seseorangdengan
usiaantara19 hingga70tahun.8 Rumus untuk menilai IMT dapat dihitungdenganrumus berikut:
IMT =
( )
(
)
( )
2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Interpretasiindeksmassatubuh (IMT) pada orangdewasa laki-laki dan perempuan menggunakan kategori statusberatbadan standaryang sama.9 Tabel 2.1. KlasifikasiIndeks MassaTubuh (IMT).10 Kategori
Kg/m2
BBkurang
<18,5
BBnormal
18,5-22,9
Overweight
23,0-24,9
ObesI
25,0-29,9
ObesII
>30
http://repository.unimus.ac.id
B. Diabetes Melitus 1. Definisi Diabetes Melitus (DM)merupakan suatu kelompok penyakitmetabolik kronikyangditandaidenganpeningkatankadarguladalamdarahakibatdari kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.1 2. Etiologi DMtipe
2disebabkankarena
kegagalanselbetadanresistensiinsunlin
dimanaturunnyakemampuaninsulinuntukmerangrang
pengambilan
glukosadalam darah danuntuk menghambat produksi glikosaoleh hati.1 3. Klasifikasi klasifikasi DM berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut:11,12 a. DM tipe1 Diabetestipe ini bersifatautoimundanidiopatikyangdisebabkan defisiensi insulin absolut.11,12 b. DM tipe2 Diabetestipe
2disebabkanpolagaya
menyebabkankelainan
insulinyang
hidupyangtidaksehatsehingga
bervariasimulaidariyang
dominan
resistensiinsulindisertaidefisiensiinsulinrelatifhinggayangdominandefek sekresi insulin disertai resistensi insulin.11,12 c. DM tipelain Ada
bermacam-macam
fungsiselbeta,defekgenetikkerja
penyebabdiabetestipe
iniyaitudefekgenetik
insulin,penyakiteksokrinpankreas,
endokrinopati, karenaobat/ zat kimia, infeksi, sebab imunologiyangjarang, ataupun sindrom genetiklainyangberkaitan dengan DM.11,12 d. DM gestasional DM gestasional adalah diabetesyangterjadi padawanitahamil.11,12
http://repository.unimus.ac.id
4. Faktor Risiko DMdipengaruhiolehbeberapafaktor.Adapunfaktoryang diperbaikidantidakdapatdiperbaiki.Faktoryang
tidakdapatdiperbaiki
meliputikelainangenetikdanusia,sedangkanfaktoryang sepertistress,polamakanyang
dapat
dapatdiperbaiki
salah,minimnyaaktivitasfisik,obesitas,
merokok dan hipertensi.13 5. Patofisiologi Terdapat beberapakeadaan berperan dalam patofisiologi DM tipe 2 : a. ResistensiInsulin b. Disfungsi sel betapankreas Resistensi insulinmerupakan suatukeadaan tidak dapatbekerjanya insulindenganbaikpadasel-seltargetnyasepertipada danselotot.Kadarglukosa perjalanan
darahmulaimeningkatpada
penyakitDMtipe2meskipun
selhati,sellemak, fase
tertentudari
dikompensasidengan
hiperinsulinemia,disampingitujugaterjadipeningkatanasamlemakbebas dalamdarah.Keadaanglukotoksistasdanlipotoksisitas insulinrelatifyang
akibatkekurangan
mengakibatkanselbetapancreasmengalamidisfungsi
danterjadilahgangguanmetabolismeglukosaberupaglukosa
puasa
terganggu,gangguan toleransi glukosadan akhirnyaDM tipe2.1 6. Diagnosis DeteksiawalpenderitaDMadalah ditemukannyagejala dantanda klasik seperti penurunanberat badan, banyak kencing (poliuria),banyak minum (polidipsia), dan banyak makan(polifagia).11 AmericanDiabetesAssociation(ADA)
menganjurkanuntuk
melakukanpenapisan (skrining) dalam melakukandiagnosis. Skrining dilakukandalamintervalwaktu3tahunsekalipadapasiendenganusia≥45 tahun. Berikut ini adalahkriteriadiagnosis DM12 a. HbA1C >6,5%; atau b. Kadargula darah puasa>126 mg/dL;atau
http://repository.unimus.ac.id
c.
Kadarguladarah2jam pp>200mg/dL padatestoleransiglukosaoral yangdilakukan dengan 75 g glukosastandar WHO)
d.
Pasiendengangejalaklasikhiperglikemiaataukrisishiperglikemia dengan kadargula sewaktu >200 mg/dL Hasiltes
terhadap
DMperlu
diulangseperti
tesdiagnostiklainnya
untukmenyingkirkankesalahanlaboratorium,kecualidiagnosisDMdibuat berdasarkankeadaanklinissepertipada
pasiendengangejala
Seringkaliditemukanketidaksesuaianpadahasiltespadaseorang (misalnyaantara
kadarguladarahpuasa
danHbA1C).
klasik. pasien
Pasiendipastikan
menderitaDMapabilanilaidarikeduahasiltestersebutmelampauiambang diagnostikDM.Jikaseorang
pasienmemenuhikriteriaDMberdasarkan
pemeriksaanHbA1C(kedua
hasil>6,5%),tetapibelummemenuhikriteria
berdasarkan kadarguladarah puasa(<126mg/dL)atausebaliknya,maka pasien tersebut dianggapmenderitaDM.14
C. Tuberkulosis Paru 1. Definisi Tuberkulosis(TB)
merupakanpenyakitkronikyangdisebabkankarena
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosisyang dapat menyerangparu dan organekstra parusepertipleura,kulit,kelenjarlimfe,selaputotak, sendi, tulang, usus, sistem urogenital dan lain-lain.1 2. Etiologi Tuberkulosismerupakansuatupenyakitkronikyang Mycobacteriumtuberculosisyang
disebabkan
bakteri
memilikiukuran0,5-4mikron×0,3-0,6
mikrondengan bentukbatang tipis,lurusatauagak bengkok,bergranular atau tidakmemilikiselubung,tetapimempunyailapisanluar tebalyang terdiri dari lipoid ( terutama asam mikolat ).1 Bakteriinimemilikisifatyang
istimewa,yaitudapatbertahan
terhadap
pencucianwarna denganasamdanalkohol,sertatahanterhadap zatkimia dan fisik, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA). Bakteri
http://repository.unimus.ac.id
tuberkulosisjugadapatbertahandalamkeadaankeringdandingin, bersifat dorman dan aerob.1 Bakterituberkulosisinidapatmatipadapemanasan100oC menitatau
pada
pemanasan60oCselama
selama15-30detik.Ditempatyang
selama
5-10
30menit,denganalkohol70-95%
lembab
dangelapbakteriinidapat
bertahanselama1-2jamdiudara, namuntidaktahan terhadapsinaratau aliran udara.1 3. Faktor Risiko a. Faktor usia Tuberkulosisdapatditemukan
pada
semua
kelompokumur,
75%
diperkirakanterjadipadakelompokusiaproduktif(15-65)tahundansisanya ditemukan pada anak.15-17 b. Jenis kelamin TuberkulosisdiIndonesiabanyakditemukanpadalaki-laki
dengan
persentasesekitar 57-59% sedangsisanyapadaperempuan.15-17 c. Status Gizi Hasilpenelitianmenunjukanbahwaorang
denganstatusgizikurang
mempunyairisiko3,7kalimenderita TB Paru dibandingkan dengan orang denganstatusgizicukup.Keadaanmalnutrisiatau protein,vitaminzatbesi
kekuranganenergi
danlainnyaakanmempengaruhidayatahantubuh
orang, sehingga rentan terhadap berbagaipenyakitseperti TB. Hubungan antaramalnutrisidan
TB
telahditunjukkandenganujivaksinBCGyang
dilakukandiAmerikaSerikatpada tahun1960danmemperkirakanbahwa anakanakkekurangangiziakanberisikodua kaliuntukterkena penyakit TBdaripada anak dengan gizi baik.15-17 d. Kebiasaan Merokok Kebiasaan
merokok
meningkatkan
risikoinfeksiMycobacterium
tuberculosis, risikoperkembangan penyakitdanpenyebab kematian pada penderitaTB.18
http://repository.unimus.ac.id
e. Lingkungan Padakondisilingkunganyang
baikcukupmendapatsinarmatahari,
kumanTBtidakbisabertahanlama diudara,tapijika tempattinggal lembab kuman dapat bertahan dalam waktuyanglama.19-21 f. Penyakit Penyerta 1) HIV/AIDS Faktoryang adalah
mempengaruhikemungkinanseseorangmenderita
dayatahantubuhyangrendah,salah
satunya
HIV/AIDS.HumanImmunodeficiencyVirus(HIV) risikoyang
paling
kuatbagiyang
karena
TB
infeksi
merupakanfaktor
terinfeksiTBmenjadisakit.Seorang
yanghidupdenganHIV/AIDS(ODHA)
mengakibatkankerusakanluas
sistemdayatahantubuhseluler,sehinggajika
terjadiinfeksipenyerta
(opportunity), seperti TB.15,22 2) Diabetes Melitus Risiko penyakitTB
paru meningkat pada penderita Diabetes
Melitus(DM).Menurutpenelitianyang dilakukanHarsinen, prevalensi TB padapenderitaDM20kalilebihtinggidibandingkan
TB
non-DM
danaktivitaskuman3kalimeningkatpadaDMberatdibandingkan
DM
ringan. Hal inididukung oleh penelitian Nasution pada tahun 2007,bahwa ada hubunganantara kadarguladarah(KGD) puasa dengan BTAsputum.15,22 Pada pasien DM yang berdampakpadakejadianTB
tidak terkontrol dengan
baik dapat
Paru.HiperglikemipadapenderitaDM
menyebabkan kerusakanberbagaiorgan dan dapatmenurunkan sistem imun.Beberapa aspekimunitasberubahpada pasienDMterutama jika disertaigangguansistemantioksidanyang
bekerjapadaaktifitas
baktrial.15,22 SejakditemukannyainsulinolehBanting-Besttahun1921dan diterapkanpada
penderita
DM,gambarankomplikasiDMbergeserdari
akutmenjadikronikdanTB menjadigambaran komplikasiyang sering muncul.HalinidikarenakanpadapasiendenganDMakanlebihpeka
http://repository.unimus.ac.id
terhadapkuman
TBdanterjadireaktifitasfokuskumanyang
dahulu.
TidakterkontrolnyapenyakitDMberisikomeningkatkanangkakejadian TBParu.23 4. Patofisiologi
Droplet disertaiMycobacterium tuberculosis terinhalasi, masuk keparu dan terdeposit dialveoli.
Makrofagdan limfositT bekerja-
Apabilaterjadi sama
mencegah penyebaran infeksi penurunan sistem dengan membentukgranuloma.
imun, dinding menjadi kehilangan integritas dan kuman dapat terlepas dan menyebar ke alveoli dan organ lain.
Gambar2.1Patofisiologi dan patogenesisTuberkulosis.24 Penularan
TB
keluarbersamadroplet
Paruterjadikarenaadanyakumanyang nucleidan
dibatukkan
bertahandiudara.Apabilaorang
sehat
menghirup kuman TB, kuman tersebutakan masuk dan menempel dalam jaringan paru. Kumanpertama kaliakandihadapioleh neutrofilkemudian makrofag.Kebanyakankuman
akanmatilaludibersihkankeluar
percabangantrakeobronkialolehmakrofag
dari
bersamagerakansiliadengan
sekretnya.1
http://repository.unimus.ac.id
Sinyalinfeksimerupakaninteraksiantara
kumandenganreseptor
makrofagyaituToll-like reseptor(TLRs)menghasilkankemokindan sitokin. Sinyalinimenyebabkan
berpindahnyamonositdan
seldendritik
dari
alirandarahkefokusinfeksi(Paru). Padafaseawalseldendritik mengakitifkan sel
T
dengan
antigen
spesifik
dariMycobakterium
tuberculosissehinggaseldendritiklebihberperanpenting
daripada
makrofag.Kumanakanditelan menjadi maturdanbermigrasi kelimfonodi oleh seldendritik. Pembentukan granula terjadi karena prosesmigrasisel menuju fokus infeksi.1 SelT,makrofag,sel B,seldendritik,selendoteldanselepiteldibentuk olehgranuloma.Penyebarankumandalammagrofag dicegaholeh granuloma dan
menghasilkan
respon
imun
interaksiantarasekresisitokinolehmakrofag adalahdimanagranulomamenjadisarang
yangberhubungan
dengan
danselT.Sarang
primer
kumandalamperiodeyang
dandapatditemukandisetiapjaringanparu.Selainitudapat
lama terjadi
peradangansalurangetahbeningmenujuhilus(limfangitislokal)dandiikuti pembesaran kelenjargetah bening hilus (limfadenitisregional).1,14 Komplekprimerdibentuk olehsarangprimer, limfangitis lokal dan limfadenitisregional. Sampai proses inimembutuhkan waktu3-8 minggu. Selanjutnya
kompleksprimer
dapatmenjadisembuhtanpa
dengansedikitbekasfibrotik,kalsifikasidihilus
cacat,sembuh
dan10%dapatreaktivasi
kembali, karenakumanyang dorman,atauberkomplikasi dan menyebarke jaringansekitarparu,salurangastrointestinallewatdahakyangtertelandapat pulake
organlainmelaluipenyebaranhematogen.
Semuaprosesdiatas
dinamakan TB primer,sedangkandinamakanTB sekunderbilakuman terlepas dan
terjadi
reaktivasi
penyakitkarenaketidakseimbangan
http://repository.unimus.ac.id
sitokin.1
5. Diagnosis MenurutIkatan DokterParuIndonesia, diagnosaTB dapatditegakkan berdasarkangejala
klinis,
pemeriksaanfisik,pemeriksaanbakteriologi,
pemeriksaanradiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.23 a. Gejalaklinis GejalaklinisTuberkulosisdibedakanmenjadilokaldansistemik,gejala lokalapabilaorganyang
terkenaadalahparu,gejalalokalberupa
gejala
respiratori meliputi:1,23 1)Gejalalokal berupa: a) Batuk/batuk darah Iritasipadabronkusadalahpenyebabbatuk.Tujuanbatuk
untuk
membuangbahanradang keluar.Sifatbatukdimulaidenganbatuk kering (non
produktif)
kemudian
setelah
timbulperadangan
menjadi
produktif(menghasilkansputum)kemudianberlanjutbatukdarahyang disebabkan karenaadapembuluh darahyangpecah.1,23 b)Sesak napas SesaknapasbelumditemukanpadaTB
ringanbiasanyamulai
dirasakanpadakeadaanlanjutyang disertai nyeridada.Sesaknapas terjadi karena adanyainfiltrat meliputisetengah bagian paru.1,23 2)Gejalasistemik berupa: a) Demam DemamyangditemukanpadapenderitaTB kadang
mencapai40-41ºC.Serangandemam
biasanyasub-febris, pertamabersifathilang
timbul. Halinidipengruhi dayatahan tubuh seseorang.1,23 b)Malaise Malaiseditemukanberupatidakadanafsumakan(anoreksia),badan kurus,
sakitkepala,
nyeriotot,keringattengahmalam.Haliniterjadi
karenasifat radangyang menahun.1,23 b.Pemeriksaan fisik Padapemeriksaanfisikditemukankonjungtiva
pucat,kulitpucat,
demam,badankurus,perkusiredup,auskultasisuarabronkial,adasuara
http://repository.unimus.ac.id
napas tambahan(ronki basah, kasar dan nyaring). Suaravesicular melemah jikainfiltratdiikutidenganpenebalanpleura,bilaauskultasimemberisuara amforiksertaadakavitasperkusihipersonoratau
timpani.Atrofidan
retraksiotot-ototintercostalditemukanpadaTBlanjutdenganfibrotikluas. Jika jaringanfibrotiklebihdarisetengahjaringanparumaka
bagianparu
yangsakitjadimengecil,alirandarahmengecilmeningkatkantekananarteri pulmonalis(Hipertensipulmonal)diikutikor
pulmonaldangagaljantung.
BilaTB mengenaipleurasehinggasering terbentukefusipleura, paruyang sakitterlihatagaktertinggaldalampernapasan.Suara pekak,auskultasi lemah sampai tidak terdengar sama sekali.23 c. Pemeriksaan Sputum Diagnosisdapatdipastikan dengan ditemukannyakuman BTA dalam sputum,untukevaluasipengobatanyang
diberikanpemeriksaansputum
jugadigunakan.Namun,kadangsputumsulitdidapatterutamapadapasien denganbatukkeringyang
tidakmenghasilkansputum.Pasiendianjurkan
untukminumkurang sebelummelakukantes
lebih2literdanmelakukanreflekbatuksehari sputum,dapatjuga
denganpemberian
mukolitikeks-pektoran.Bilasputummasihsulit
obatbatuk
dikeluarkanmaka
dapat
diambildengan carabronkoskopidengan menggunakan brushing.Kuman BTAsulitditemukanjikasputumtidakdidapat.
KriteriasputumBTA
(+)
sekurang-kurangnyaditemukan3batangkumandalam1sediaanatauada 5000 kuman dalam 1 mlsputum.23 Interpretasi hasilpemeriksaan dahak dari 3 kalipemeriksaan ialah : 1) 3 kalipositif atau 2 kalipositif dan 1 negatif → hasilpositif 2) 1kalipositifdan2kalinegatif→ulang
BTA3kali,makaapabila1
kalipositif dan2kalinegatif hasilBTA positif namunbila 3kali negatif hasilBTA negatif. d.Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan
radiologisdapatdigunakan
Lokasilesibiasanyaberada
untukmenemukan
didaerahapeksparu
lesiTB.
(segmenapikallobusatas
atausegmenapikallobusbawah)dapatjugaberadadilobusbawahataudi
http://repository.unimus.ac.id
daerahhilusmenyerupaitumor
paru.Padaawalpenyakit,lesimenyerupai
sarangpneumonia,gambaranberupabercaksepertiawandenganbatastidak tegas.Bayangan nampakseperti bulatandengan batas tegasbilalesi diikuti dengan jaringan ikat, lesi ini disebut tuberkuloma.23 Padakavitas,batasseperticincinyang
mula-mulaberdindingtipis
kelamaanmenjadisklerotikdanmenebal,bila menjadibergaris,
padakalsifikasibayangn
terjadifibrotikbayangan terlihatbercak
densitastinggi.Padaatelektasisbayangansepertifibrotik disertaipenciutanbagianparu,sering (pleuritis),
cairandibawahparu
padatdengan yangmeluas
jugaditemukanpenebalanpleura
(efusipleura)
bayanganhitamradiolusen
(pnemothoraks).23 Kesalahan dapat mencapai 25%karenaberagamnya gambaran yang muncul dalam pemeriksaan radiologi. Adanyalesi tidak menunjukan aktivitaspenyakit,karenalesipenyakityangnonaktifsering
menetap
selamahidup pasien.23 D. Hubungan Status Gizi ,DM, danTuberkulosisparu Avicenna(IbnuSina) hubunganDMdenganTB
padaabadXI
petamakalimelaporkan
paru.DMmerupakanfaktorrisikoterkuat
tentang terjadinya
TBparuyangmenjadipenyebabutamakematianpenderitaDM.DataOrganisasi KesehatanDunia(WHO)menunjukkan,orang tuberkulosis2-3kalilipatdaripada
dengandiabetesberisiko
nonpenderita.Peningkatanrisikotersebut
didugaakibatdarigangguansistemimunyangadapadapenderitaDMsehingga meningkatkandayalekatbakteriMycobacteriumtuberculosispadaselpenderita DM.MenurutpenelitianAlisjahbana gejalayang
dkkdiIndonesiamenunjukkanbahwa
terlihatpadapasienTBparupadapenderitaDMadalahbatuk,
hemoptisis,sesak nafas,demam, keringatmalam,dan penurunan beratbadan. Jikaditemukanlebihdari4gejalatersebutdapatdigolongkandengangejalayang berat.
Menurutteorikedokteransaatinimenunjukkanadanya
faktor
nutrisi
dengan
terjadinyapenyakitinfeksi
hubunganantara
khususnyaTb
http://repository.unimus.ac.id
paru.25
E. Kerangka Teori
Tuberkulosis paru dan Diabetes Melitus tipe 2
Tuberkulosis paru Faktorrisiko:
Bakteri Mycobacterium tuberculosis
Diabetes Melitus tipe 2 Faktorrisiko: 1.Usia 2.Gaya hidup
1.Umur
3.Obesitas
2.Jenis kelamin Salurannafas
3.Imun 4. Status gizi 5. Merokok
Jaringan paru
Resistensi insulin.
6.Lingkungan
nekrosis
Defisiensi insulin
Manifestasi klinis: 1.Berat badan
Manifestasi:
2.Anoreksia
1.Poliuria
3.dispneu
2.Polifagia
4.demam
3.Polidipsi
5.batuk
4.Cepatlelah 5.Imun 6. Berat badan
http://repository.unimus.ac.id
F. Kerangka Konsep VariabelBebasI ndeks Massa Tubuh Pasien DM tipe 2
Variabelterikat Tuberkulosisparu
G.Hipotesis Terdapathubunganantaraindeksmassatubuhdengankejadiantuberkulosis paru padapasien diabetes melitus tipe 2.
http://repository.unimus.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang LingkupPenelitian 1. Ruanglingkup keilmuan
:Ilmu PenyakitDalam
2. Ruanglingkup tempat
: Puskesmas KaliwunguKudus
3. Ruanglingkup waktu
: PeriodeAgustus-September2015
4. Ruanglingkup responden : Pasien Diabetes Melitus B. Jenis Penelitian Berdasarkanpermasalahanyangadadantujuanyanghendakdicapai,maka penelitianinimenggunakanstudiobservasionaldengandesaincross-sectional. C. Populasidan Sample 1. PopulasiTarget PopulasitargetdalampenelitianiniadalahpasienDMtipe2yang menderita penyakitTBparu. 2. PopulasiTerjangkau PopulasiterjangkaudalampenelitianiniadalahpasienDMtipe2 yang menderitapenyakitTBparudiPuskesmasKaliwunguKuduspadatahun2015 3. Sampel Penelitian inimenggunakan metode total sampling , dengan mengambil sampelseluruhsubjekyang
termasukdalam
populasiterjangkau,yaitu:
pasienDMtipe2yangmenderitapenyakitTBparudiPuskesmasKaliwungu Kudus
dan
memilikirekam
medis
periode
Januari
http://repository.unimus.ac.id
–
Juli
2015
Sampledipilihdenganmenggunakankriteriainklusidankriteriaeksklusi sebagai berikut : a. Kriteria inklusi 1)PenderitaDM Tipe2yangmenderitaTBparu 2)Penderitayangmasih dalam pengobatan 3)Penderita dengan kriteriarumah sehat26 a) Atap plafon b) Dindingpermanen c) Lantai bukan tanah d) Tersedia jendela e) Ventilasi cukup f) Pencahayaan alamicukup g) Tidak padat huni 4)Catatan medik lengkap b. Kriteria eksklusi 1) Penderitayangsudah dinyatakan sembuh 2) Catatan medik tidaklengkap D. Variabel Penelitian danDefinisiOperasional 1. Variabel bebas : Indeks massa tubuhpadapasien DM tipe2 2. Variabel terikat : Pasien DM tipe2yangmenderitainfeksi TBparu
http://repository.unimus.ac.id
3. DefinisiOperasional Istilah-Istilahdalamproposalinimenggunakanpengertianseperti yang dijabarkan berikut : Tabel 3.1 DefinisiOperasional Variabel Definisioperasional Carapengukuran Kategori SkalaUkur Variabelbebas(independen) Indeks Massa Keadaan gizipasien Datadiperoleh dengan 1. BB kurang Ordinal (<18.5) Tubuh(IMT) yang dihitung dengan mengukur langsung 2. BB normal 2 rumusIMT BB/TB . beratbadan dantinggi (18.5-22.9) badanpasien. 3. Overweight (23.0-24.9) 4.ObesI (25.029.9) 5.ObesII(>30) Variabelterikat(dependen) PasienDMtipe Pasien yangmenurut 2 denganTB rekam medis menderita paru DM tipe 2 disertai infeksi TB paruaktif dan telah dibuktikan melalui pemeriksaan dahakmikroskopis dan fototoraks.Pasienmasih dalampengobatanTB
Datadiperoleh dengan 1.TB melihat dan 2. NonTB menganalisis data catatanmedis di Puskesmas Kaliwungu Kudus.
Nominal
E. BahanPenelitian Penelitianinimenggunakandataprimerdaripengukuranlangsung kepada pasien,alatyangdiperlukanadalahtimbangan,meteran,danchecklist kriteria rumahsehat,.sedangkandatasekunderdaricatatanmedik(CM)diPusk esmas kaliwungu Kudus dari Januari-Juli2015. F. ProsedurPenelitian / Cara PengumpulanData 1. Jenis data Jenisdatayang digunakanmerupakan data primerdaripengukuran langsungkepada pasienyaitupengukuranIMT, kunjungan kriteria rumah sehat dan data sekunder dari catatan medik (CM) pasien di PuskesmaskaliwunguKudusuntukmelihatidentitaspasien,diangnosi sDM
tipe2
dan
http://repository.unimus.ac.id
TBparu.
2. Waktu dan tempat pengumpulan data Datadiambildaricatatanmedik(CM)pasienDMtipe2diPuskesmas KaliwunguKudus. Padabulan Januari –Juli 2015. 3. Alurpenelitian
Populasi
4. Kriteria eksklusi
Kriteria inklusi
5.Tidak masuk
Sample
dalampenelitian
6.
Pencatatan rekam medik dan pengukuran
Olah data dan analisis dengan uji statistik
Kesimpulan
G.PengolahanData danAnalisa Data Semuadatayangterkumpuldiperiksadandiolahdengankomputer.Langkahlangkah pengolahan datameliputi: 1. Editing Merupakan kegiatanuntuk mengetahui kelengkapan data pada lembar observasiyang akan diolah.27
http://repository.unimus.ac.id
2. Coding Merupakan kegiatan untuk mengklasifikasikan databerdasarkan kategorinya masing-masing.
Pemberiankode
dilakukansetelahdatadiedituntuk
mempermudah pengolahan data,yaitu:27
Tabel 3.2 Tabel coding. Variabel IndeksMassaTubuh(IMT)
PasienDMtipe2 denganTB paru
Kategori BB kurang BB normal Overweight ObesI ObesII
Kode 1 2 3 4 5
TB NonTB
1 2
3.Processing Merupakan kegiatanmemprosesdatayang dilakukandengancaramengentri (memasukan data) kedalam program komputer.27 4.Cleaning Merupakankegiatanpengecekankembalidata yangsudahdientriapakahada kesalahanatau tidak.27
Analisadatayangdilakukan meliputi analisaunivariat dan analisabivariat. a. AnalisaUnivariat Analisa
univariatdilakukanuntukmemperolehgambaranhasilvariabel,
distribusifrekuensiberbagaivariabelyang maupun
variabelindependen.
Dengan
ditelitibaikvariabeldependen melihatdistribusifrekuensidapat
diketahui deskripsimasing-masingvariabel dalampenelitian.27-29 b.AnalisaBivariat Analisa bivariatdilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel Independent maupun variabel dependent.27-2
http://repository.unimus.ac.id
H.Jadwal Penelitian Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
Pembuatanproposal Penelitianpendahuluan Ujianproposal Sampling Mengumpulkandata Pengolahandata Analisisdata Menulislaporan Ujianskripsi
http://repository.unimus.ac.id
Desember
November
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
Kegiatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kaliwungu Kudus pada bulan Agustus-September 2015. Berdasarkan observasi sebelum dilakukan penelitian, Puskesmas Kaliwungu Kudus memiliki fasilitas yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Hasil penelitian mengenai hubungan antara IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kaliwungu Kudus pada periode Januari-Juli 2015 didapatkan jumlah sampel sebanyak 53 responden. 1. Analisis Univariat Berdasarkan data yang diperoleh dari 53 sampel penelitian, setelah dilakukan pengolahan statistik didapatkan hasil distribusi dan frekuensi sampel sebagai berikut :
a. TB paru pada Pasien DM tipe 2 Tabel 4.1 Distribusi sampel menurut adanya TB paru pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kaliwungu Kudus Kategori
Jumlah
Persen (%)
Ya
47
88,7
Tidak
6
11,3
Jumlah
53
100
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sampel yang merupakan pasien DM-2 yang
terinfeksiTB sebanyak
47
sampel (88,7%), dan pasien DM tipe 2 yang non TB sebanyak 6 sampel (11,3%).
http://repository.unimus.ac.id
b. Indeks Massa Tubuh Tabel 4.2 Distribusi frekuensi sampel menurut IMT di Puskesmas Kaliwungu Kudus. Kategori
Jumlah
Persen (%)
Kurang
41
77,4
Normal
10
18,9
Overweight
2
3,8
53
100
Jumlah
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa IMT sampel dalam penelitian ini termasuk kategori kurang sebanyak 41 sampel (77,4%), IMT normal sebanyak 10 sampel (18,9%), dan termasuk kategori overweight sebanyak 2 sampel (3,8%). 2.
Analisis Bivariat Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2, maka dilakukan analisis bivariat dengan uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan 5% ( α = 0,05 ). Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2. Tabel 4.3 Hubungan antara IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 DM tipe 2 - TB IMT
Ya
Tidak
Jumlah
P
N
%
N
%
n
%
Kurang
41
100
0
0
41
100
Normal
6
60
4
40
10
100
Overweight
0
0
2
100
2
100
Jumlah
47
88,7
6
11,3
53
100
Keterangan : ¥ Fisher’s Exact Test (penggabungan data)
http://repository.unimus.ac.id
<0,001¥
Hasil analisis hubungan antara
IMT dengan kejadian TB
paru pada pasien DM tipe 2 diperoleh bahwa ada sebanyak 41 (100%) dari 41 pasien dengan IMT kurang yang menderita TB paru pada pasien DM tipe 2, sebanyak 6 (60%) dari 10 pasien dengan IMT normal yang menderita TB paru pada pasien DM tipe 2. Sedangkan sebanyak 0 (0%) dari 2 pasien dengan IMT overweight yang menderita TB dilakukan
paru. Dari hasil tabel uji chi square diatas telah
penggabungan
data
dikarenakan
jumlah
sel
yang
mengandung expected count > 50%, maka digunakan uji fisher’s exact test dan didapatkan nilai p = <0,001, karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan kejadianTB paru pada pasien DM tipe 2. B. Pembahasan Hubungan IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2. Berdasarkan dari penelitian ini, hubungan antara IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 diperoleh bahwa ada sebanyak 41 (100%) dari 41 pasien dengan IMT kurang yang mengalami kejadian TB paru. Hasil uji statistis diperoleh nilai p = <0,001 (<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 karena pada kondisi DM tipe 2 dengan IMT yang kurang terdapat penekanan
pada
respon
imun
penderita
yang
selanjutnya
mempermudah terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis
akan dan
kemudian berkembang menjadi penyakit TB paru. DM tipe 2 merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan penurunan sistem imunitas selular, dimana dapat terjadi penurunan jumlah sel limfosit T dan netrofil disertai dengan penurunan jumlah T helper 1 (Th1) dan penurunan produksi mediator inflamasi seperti TNF α, IL-1β serta IL-6. Kerentanan pasien DM
http://repository.unimus.ac.id
untuk terkena TB terjadi karena penurunan jumlah limfosit Th1 yang mana mempunyai
peranan
penting
untuk
mengontrol
dan
menghambat
pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. Selain terjadi kerusakan pada proses imunologi, pada pasien DM juga terdapat gangguan fisiologis paru seperti hambatan dalam proses pembersihan mikroba didalam alveoli sehingga memudahkan penyebaran infeksi pada inang. Beberapa penelitian menemukan bahwa kejadian penyakit TB paru dan DM ini sering ditemukan baik di negara berkembang maupun di negara maju.30,31 Berbeda dengan peneliti sebelumnya pada tahun 2012 Eko Arianto dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dari sebuah penelitiannya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) bahwa hasil prevelensi TB paru pada pasien DM tipe 2 lebih banyak pasien DM tipe 2 yang menderita infeksi paru non TB dibanding pasien DM tipe 2 dengan TB paru. Namun apabila dikaitkan dengan IMT ada kecenderungan pasien DM tipe 2 dengan infeksi TB paru memiliki masalah gizi dibanding dengan infeksi paru non TB hingga 2-3 kali lipat. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tempat penelitian dimana pasien TB paru cenderung lebih memilih untuk berobat ke tempat pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas karena obat tuberkulosis diberikan secara gratis sedangkan pada penelitian sebelumnya dilakukan di RSCM dimana cenderung dipadati oleh pasien yang bukan hanya pasien TB paru. Sehingga peneliti lebih memilih puskesmas sebagai tempat penelitian. Disamping itu peneliti juga lebih mudah untuk mengontrol faktor perancu pada penelitian seperti kriteria rumah sehat karena pasien yang berobat ke puskesmas cenderung penduduk sekitar.32
http://repository.unimus.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasilpenelitian yang telah dilakukan maka diambil kesimpulan bahwa : 1. Kejadian TB pada pasien DM tipe 2 sebesar 88,7% di Puskesmas Kaliwungu Kudus. Dengan IMT kurang sebanyak 41 (100%) , normal sebanyak 6 (60%). 2. Ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 ( <0.001). B. Saran 1. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter pada institusi terkait agar memahami faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 sehingga dapat mengedukasi pasien DM untuk menyusun strategi pencegahan dan penanggulangannya. 2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat meminimalisir faktor perancu lainnya serta mengembangkan metode penelitianuntuk meneliti hubungan IMT dengan kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 yang menjadi permasalahan di masyarakat. 3. Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak dapat mengekslusi faktorfaktor lain yang mempunyai respon imun terhadap IMT, misalnya HIV dan Grave, dikarenakan keterbatasan fasilitas untuk melakukan pemeriksan penunjang yang diperlukan untuk HIV dan Grave. Disarankan untuk penelitian lebih lanjut pasien DM dengan TB dilakukan tes HIV dan pemeriksaan Grave untuk lebih akurat.
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, aru w, . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : interna publishing. 2014. 2. WHO. WHO Tuberculosis Global Fact: Available http://www.who.int/tb/publications/factsheets/en/index.html
from
:
3. Denkes Jateng. Berantas Tuberkulosis sebagai Komitmen Kita Bersama . 2015. Available from : www.dinkesjatengprov.go.id 4. Depkes . Prevalensi Diabetes melitus di Indonesia. 2009 . Available from : www.depkes.go.id 5. IUATLD. Collaborative Framework for Care and Control of Tuberculosis and Diabetes: Support Material 2011: Available from : http://www.who.int/about/licensing/copyright_form/en/index.html 6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Katalog dalam Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013 7. Departemen Agama. Al – Quran dan Terjemahnya. Semarang : Toha Putera. 1989 8. Arisman. Gizi dalam Daur kehidupan : Buku Ajara Ilmu Gizi. Jakarta : EGC. 2008. 9. Geneva, Switzerland. The WHO Document Production Service.CDC.gov[internet].USA Goverment. 2011. Available from:http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/adult_bmi/index.html 10. WHO.int[internet].World Health Organization. 2006. Available from: http://apps.who.int/bmi/index.jsp?intropage=intro_3.html 11. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia. 2011. 12. American Diabetes www.diabetes.org .
Assosiation. Nutrision. 2007 Available from
:
13. Rakhmadany,. Makalah Diabetes Melitus. Jakarta : Universitas Islam Negeri. 2010
http://repository.unimus.ac.id
14. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2010. Diabetes Care. 2010;33(1):S11-4. Available from: http://care.diabetesjournals.org/content/33/Supplement_1/S11.extract 15. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan kedua .Jakarta. 2008.
Nasional
16. Ari, A.W. Merokok dan Tuberkulosis. jurnal Tuberkulosis Indonesia. Depertemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Persahabatan, Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) the Indonesian Association Aagains Tuberkulosis. Jakarta, Vol. 8- Maret. 2012. 17. Narasimhan, P., Wood, J., Macintyre, C.R., Mathai, D. Risk factors for Tuberculosis”. Pulmonary Medicine. Article ID 828939. 2012. 18. Notoadmodjo, S.Ilmu Prilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 2013. 19. Suhardi, W.W., Dyah, N.A., Sudih, A.T., Avi. Hubungan faktor rIsiko kondisi rumah terhadap kejadian Tuberkulosis pada balita di wilayah Kota Salatiga Tahun 2006. Dinas Kesehatan Kota salatiga. 2006. 20. Nurhidayah, I.; Mamad, L.; Windy, R. “Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) Pada Anak Di Kecamatan Paseh Kabupaten Subang” (tesis). Bandung: UNPAD. 2007. 21. Susilawati. “Faktor Risiko Tuberkulosis Paru BTA Positif Daerah Dataran Tinggi Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah” (tesis). Yogyakarta: UGM. 2012. 22. Soemantri, S., Bisara, D.,Philipus. F. Indonesia Tuberculosis prevelence survey. 2004. 23. Aditama , T.Y., Soedarsono., Thabrani, Z.,Wiryokusumo. H.S., Sembiring, H., Ngurah Rai, I.B.,et al. Tuberculosis : Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah Offsed Citra Grafika pp. 2006. 24. Jordao, L., Vieira .O.V. Tuberculosis New Aspects of An Old Disease International Journal of Cell Biology. April. 2011 25. Retno dyah. Diabetes Melitus dan Permasalahannya pada Infeksi Tuberkulosis. available from : J Respir Indo. Vol. 33, No. 2. April 2013 26. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peta Kesehatan Indonesia 2010. Pusat Data dan Informasi. Jakarta. 2012
http://repository.unimus.ac.id
27. Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto. 2008 28. Yasril dan Heru Subaris Kasjono. Analisis Multivariat Untuk Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press. 2009 29. Tim Pengampu Blok 16. Buku Ajar Metodologi Penelitian Jilid 2. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang: Semarang. 2012 30. Kapur A, Harries AD, Lonnroth K, Bygbjerg C, Lefebvre P. Diabetes and tuberculosis-old associates posing a renewal public health challenge. US Endrocinology. 2009 31. Guptan A, Shah JTuberc. 2000
A. Tuberculosis
and
diabetes:
an
appraisal. Ind
32. Eko Arianto. “Hubungan Antara Gizi Kurang Dengan Prevalensi Tuberkulosis (TB) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo tahun 2010” Jakarta: UI. 2012
http://repository.unimus.ac.id
Lampiran 1. Surat Ijin Permohonan Data
http://repository.unimus.ac.id
Lampiran 2. Data Penelitian No.
DM-TB
IMT
Rumah Sehat
1
Jenis Kelamin Perempuan
Ya
Kurang
Baik
2
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
3
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
4
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
5
Perempuan
Ya
Normal
Baik
6
Perempuan
Ya
Kurang
Cukup
7
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
8
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
9
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
10
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
11
Perempuan
Tidak
Normal
Baik
12
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
13
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
14
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
15
Laki-laki
Ya
Normal
Baik
16
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
17
Laki-laki
Ya
Kurang
Cukup
18
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
19
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
20
Perempuan
Ya
Kurang
Cukup
21
Laki-laki
Ya
Normal
Baik
22
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
23
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
24
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
25
Laki-laki
Ya
Kurang
Cukup
26
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
27
Perempuan
Ya
Kurang
Cukup
28
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
29
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
30
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
31
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
32
Perempuan
Ya
Overwight
Baik
33
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
34
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
35
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
36
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
37
Perempuan
Ya
Normal
Baik
http://repository.unimus.ac.id
38
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
39
Laki-laki
Ya
Normal
Baik
40
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
41
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
42
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
43
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
44
Perempuan
Ya
Normal
Baik
45
Perempuan
Ya
Kurang
Cukup
46
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
47
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
48
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
49
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
50
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
51
Laki-laki
Ya
Normal
Baik
52
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
53
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
54
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
55
Laki-laki
Tidak
Normal
Baik
56
Perempuan
Tidak
Overwight
Baik
57
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
58
Laki-laki
Tidak
Normal
Baik
59
Perempuan
Ya
Kurang
Baik
60
Laki-laki
Tidak
Normal
Baik
61
Laki-laki
Ya
Kurang
Kurang
62
Laki-laki
Ya
Kurang
Baik
http://repository.unimus.ac.id
Lampiran 3. Analisis Data 1. Analisis Univariat 1. Distribusi frekuensi sampel menurut adanya TB paru pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kaliwungu Kudus DM2-TB Frequency Valid
Ya Tidak Total
Percent
47 6 53
Cumulative Percent
Valid Percent
88.7 11.3 100.0
88.7 11.3 100.0
88.7 100.0
2. Distribusi frekuensi sampel menurut IMT di puskesmas Kaliwungu Kudus IMT
Valid
kurang normal Overweight Total
Frequency 41
Percent 77.4
Valid Percent 77.4
10 2 53
18.9 3.8 100.0
18.9 3.8 100.0
Cumulative Percent 77.4 96.2 100.0
2. Analisis Bivariat Hubungan antara IMT dengan Kejadia TB paru pada pasien DM tipe 2 Crosstab DM2-TB Ya IMT
kurang
normal
Overweight
Total
Count Expected Count % within IMT % within DM2-TB Count Expected Count % within IMT % within DM2-TB Count Expected Count % within IMT % within DM2-TB Count Expected Count % within IMT % within DM2-TB
Tidak
Total
41 36.4 100.0% 87.2%
0 4.6 .0% .0%
41 41.0 100.0% 77.4%
6 8.9 60.0% 12.8%
4 1.1 40.0% 66.7%
10 10.0 100.0% 18.9%
0 1.8 .0% .0%
2 .2 100.0% 33.3%
2 2.0 100.0% 3.8%
47 47.0 88.7% 100.0%
6 6.0 11.3% 100.0%
53 53.0 100.0% 100.0%
http://repository.unimus.ac.id
Lampiran 4. Formulir Penilaian Rumah Sehat Penyakit TB Paru
FORMULIR PENILAIAN RUMAH SEHAT PENYAKIT TB PARU NAMA KK 1................. 2................ 3................. 4 ............... 5 .............. NO
I 1.
ALAMAT KK 1 ...................... 2 ...................... 3 ...................... 4 ...................... 5 .....................
KOMPONEN RUMAH YANG DINILAI
KOMPONEN RUMAH Langit-langit a. b.
c. 2.
Dinding
a. b.
c.
3.
Lantai
a. b.
c.
4. 5. 6
Jendela kamar tidur
a. b. Jendela ruang keluarga a. b. Ventilasi a. b.
c.
Nama Petugas : ....................... Tanggal : ........................ KRITERIA
Tidak ada Ada, kotor sulit di bersihkan dan rawan kecelakaan Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan Bukan tembok(terbuat dari anyaman bamboo/ilalang) Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak di plester/papan yang tidak kedap air Permanen (tembok/pasangan bata atau batu yang di plester/papan kedap air) Tanah Papan/anyaman bamboo dekat dengan tanah/plester yang retak/berdebu Diplester /ubun/keramik/papan(rumah panggung) Tidak ada ada tidak ada ada tidak ada ada, luas ventilasi permanent < 10% dari luas lantai ada, luas ventilasi
NILAI
31 (bobot) 0 1
2 1 2
3
0 1
2
0 1 0 1 0 1
2
http://repository.unimus.ac.id
HASIL PENILAIAN (KK) 1 2 3 4 5
7.
Lubang asap dapur
a. b.
c.
8.
Pencahayaan
a. b.
c.
II 1.
SARANA SANITASI Sarana Air Bersih a. (SGL/SPT/PP/KU/PAH) b.
a. b. c. 2
Jamban(sarana pembuangan kotoran)
a. b.
c.
d. e. 3
Sarana Pembuangan Air a. Limbah (SPAL) b.
c. d.
permanent > 10% dari luas lantai tidak ada ada, luas ventilasi permanent < 10% dari luas dapur ada, luas ventilasi permanent > 10% dari luas dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhauster fan ada peralatan lain yang sejenis tidak terang, tidak dapat digunakan untuk membaca kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca normal terang dan tidak silau,sehingga dapat digunakan untuk membaca dengan normal tidak ada
0 1
2
0 1
2
25 (bobot) 0
ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat ada, milik sendiri dan memenuhi syarat Tidak ada
1
Ada, bukan leher angsa, tidak tutup, disalurkan ke sungai/kolam Ada, bukan leher angsa dan ditutup (leher angsa), disalurkan ke sungai/kolam Ada, bukan leher angsa ada tutup, septictank Ada, leher angsa, septictank Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber air <10m) Ada, disalurkan ke selokan terbuka Ada, dialirkan ke selokan
1
2 3 4 0
2
3 4 0
1
2 3
http://repository.unimus.ac.id
4
Sarana Pembuangan a. Sampah (tempat sampah) b. c.
III 1
2
3
d. PERILAKU PENGHUNI Membuka Jendela Kamara. b. c. Membersihkan rumah dan a. halaman b. c. Membuang tinja bayi dan a. balita ke jamban b. c.
4
Membuang sampah pada a. tempat sampah b. c.
Keterangan
tertutup (selokan kota) untuk diolah lebih lanjut Tidak ada Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup Ada, kedap air dan tidak tertutup Ada, kedap air dan tertutup Tidak pernah dibuka Kadang-kadang Setiap hari dibuka Tidak pernah Kadang-kadang Setiap hari Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan Kadang-kadang ke jamban Setiap hari dibuang ke jamban Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah Selalu dibuang ke tempat sampah TOTAL HASIL PENILAIAN
0 1 2 3 44(bobot) 0 1 2 0 1 2 0
1 2 0
1 2
:
CARA MENGHITUNG HASIL PENILAIAN = Nilai x Bobot Kriteria
:
1. Rumah Sehat
: 1088 -1200
2. Rumah Tidak Sehat
: <1088
http://repository.unimus.ac.id