HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SELF-CARE PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Family Support Relationship with Self-Care Ability of Patients in Type 2 Diabetes Mellitus Dewi Prasetyani1* Sodikin2 1,2
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Jl. Cerme No. 24 Sidanegara Cilacap *Alamat Korespondensi :
[email protected]
ABSTRAK Self-care merupakan hal penting pada pengelolaan Diabetes Melitus (DM) tipe 2 yang bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah. Perawatan DM tipe 2 membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dapat menimbulkan kebosanan, kejenuhan bahkan frustasi pada pasien. Oleh karena itu, diperlukan motivasi baik internal maupun eksternal bagi pasien untuk dapat melakukan self-care diabetes dengan baik. Salah satu bentuk motivasi eksternal adalah dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan self-care pasien DM tipe 2. Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 24 orang yang diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data hasil penelitian menggunakan uji regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan self care pasien DM tipe 2 masih sangat rendah, yaitu rata-rata melakukan self care diabetes hanya 2.5 hari selama satu minggu. Dukungan keluarga pada pasien DM tipe 2 juga rendah (41.7%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kemampuan self care pasien DM tipe 2 (pv = 0.290 : α =0.05). Kata kunci : diabetes melitus tipe 2, dukungan keluarga, self care diabetes
ABSTRACT Self care is critical in the management of diabetes melitus type 2, which aims to control blood glucose levels. Type 2 diabetes treatment requires quite a long time so that it can lead to boredom, burnout and even frustrating for patients. Therefore it is necessary both internal and external motivation for patients to be able to perform self care diabetes well. One of the external motivation is family support. The study aims to know the relationship between family support and self care diabetes type 2 diabetes melitus patients. The results showed that the ability of self care diabetes type 2 patients is very low, it was approximately done in average of 2.5 days in a week. Family support for type 2 diabetes melitus patients is low (41.7%). The study used the cross sectional method. Twenty-fourth respondents were determined using a total sampling technique. The results of data analysis using simple linear regression showed there is no significant relationship between family support with self care diabetes (pv = 0.290 : α =0.05). Keywords: family support, self care diabetes, type 2 diabetes melitus
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016
37
frustasi pada pasien. Oleh karena itu,
PENDAHULUAN peringkat
diperlukan motivasi baik intenal maupun
keempat untuk jumlah pasien DM tipe 2
eksternal bagi pasien untuk dapat menjalani
terbanyak di dunia serta kedua terbesar di
semua proses terapi dan perawatan diabetes.
Asia. Peningkatan jumlah pasien DM tipe 2
Motivasi eksternal salah satunya adalah
di Indonesia tergolong tinggi yaitu sekitar 6
dukungan keluarga.
Indonesia
menempati
% per tahun, sehingga WHO memperkirakan
Beberapa penelitian menunjukkan hasil
bahwa pada tahun 2030 jumlah pasien DM
yang berbeda tentang hubungan dukungan
tipe 2 di Indonesia akan meningkat menjadi
keluarga dengan kemampuan self-care DM.
21,3 juta jiwa (World Health Organization,
Hasil penelitian Misra & Lager (2008),
2014).
menunjukkan bahwa dukungan keluarga
DM dapat menyebabkan komplikasi
yang tinggi dapat meningkatkan penerimaan
apabila seseorang dengan DM tidak mampu
pasien terhadap penyakitnya, sehingga dapat
melakukan kontrol gula darah dengan baik
mengurangi
(International Diabetes Federation, 2013).
melakukan aktivitas self-care dan pada
Komplikasi yang terjadi dapat memperburuk
akhirnya dapat meningkatkan kontrol gula
kondisi dan menurunkan kualitas hidup
darah pasien sehingga kualitas hidupnya
pasien (Inzucchi et al., 2005). Berbgai
meningkat. Hal yang berbeda ditunjukkan
penelitian menunjukkan bahwa kontrol gula
dari hasil penelitian Prasetyani (2015),
darah
pasien
dalam
baik
dapat
menurunkan
bahwa tidak ada hubungan signifikan antara
(DCCT,
2002:
International
dukungan
yang
komplikasi
kesulitan
dengan
kemampuan
kontrol gula darah pasien DM. Penelitian ini
Diabetes Federation, 2013). Upaya
keluarga
pengendalian
gula
darah
bertujuan
untuk
mengetahui
hubungan
menjadi tanggung jawab pasien melalui
dukungan keluarga dengan kemampuan self-
tindakan self-care DM. Aktivitas dalam self-
care pasien DM tipe 2.
care
DM
antara
lain
adalah
dengan
melakukan pengaturan diet, meningkatkan aktivitas fisik, kontrol gula darah rutin dan minum obat secara teratur (Perkeni, 2013).
METODE Penelitian cross sectional ini dilakukan di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1.
Diabetes merupakan penyakit kronis
Besar sampel 24 orang yang diseleksi
yang memerlukan terapi dan perawatan untuk
menggunakan teknik total sampling. Pasien
waktu
dapat
yang menjadi responden dalam penelitian ini
menimbulkan kebosanan, kejenuhan bahkan
adalah pasien DM tipe 2 yang anggota
yang
cukup
lama
dan
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016
38
Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1,
responden
sedang tidak mengalami penyakit infeksi,
tentang
tidak
responden
menggunakan
obat
golongan
memiliki
DM
pengetahuan
(87.5%).
memiliki
Sebagian
dukungan
baik besar
keluarga
hasil
kurang (58.3%), fluktuasi kadar gula darah 3
pemeriksaan gula darah selama 3 bulan
bulan terakhir 81 ± 351 g/dl dengan rata-rata
terakhir.
kadar
kortikosteroid
dan
memiliki
gula
darah
adalah
188.6
gr/dl.
Alat pengumpul data yang digunakan
Kemampuan self care responden rata-rata 2,5
adalah kuesioner yang terdiri dari kuesioner
hari dengan rentang minimum 0,2 hari dan
karakteristik demografi responden tentang
maksimum 5,5 hari. Karakteristik demografi
usia, jenis kelamin, pendidikan, kadar gula
pasien ditunjukkan pada tabel 1.
darah 3 bulan terakhir, durasi DM dan jenis
Tabel 1. Karateristik demografi pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1
terapi DM. Variabel dukungan keluarga dinilai menggunakan kuesioner Diabetes
Frek (%)
Family Behavior Checklist-II (DFBC-II). Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
13 (54.2%) 11 (45.8%)
Jenis obat DM Oral Injeksi insulin Kombinasi
18 (75%) 5 (20.8) 1 (4.2%)
menggunakan uji regresi linear sederhana.
Pengetahuan Kurang Baik
3 (12.5%) 21 (87.5)
HASIL
Dkgn keluarga Kurang Baik
Kemampuan self-care pasien DM dinilai menggunakan
kuesioner
Summary
of
Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) yang dikembangkan oleh Toobert et al (2000). Uji statistik analisis bivariat dalam penelitian ini
Responden
dalam
penelitian
ini
sejumlah 24 orang penderita DM tipe 2 yang menjadi anggota Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1. Hasil olah data menunjukkan
Mean
pvalue
0.290 14 (58.3%) 10 (41.7%)
Umur Lama DM Self-care DM Gula darah 3 bulan terakhir
68.8 6.8 2.5 188.6
0.159 0.642
bahwa dari 24 responden tersebut terdapat 45.8% perempuan, 54.2% laki-laki, umur 48
Hasil
analisis
regresi
linear
± 76 tahun, lama menderita DM 2 ± 14
menunjukkan tidak ada hubungan signifikan
tahun. Sebagian besar menggunakan obat
antara
hiperglikemik oral (75%), injeksi insulin
kemampuan self-care DM (p = 0.290; α =
20.8%
0.05).
dan
kombinasi
4.2%
oral
dan
menggunakan injeksi.
obat
dukungan
keluarga
dengan
Mayoritas
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016
39
pasien DM adalah 2.5 hari dengan rentang
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa
waktu antara 2 hingga 5.5 hari dalam
rata-rata usia responden adalah 63.8 Usia
seminggu. Berdasarkan hasil tersebut dapat
sangat erat kaitannya dengan kenaikan gula
disimpulkan bahwa kemampuan self care
darah, dimana semakin meningkat usia maka
pada pasien DM masih rendah.
resiko mengalami DM tipe 2 semakin tinggi.
Self care DM merupakan tindakan
Proses menua akan menyebabkan perubahan
yang dilakukan perorangan untuk mengontrol
anatomi, fisiologi dan biokimia tubuh yang
DM yang terdiri dari pengaturan makan
salah satu dampaknya adalah meningkatnya
(diet), peningkatan aktivitas fisik (olah raga),
resistensi insulin. Menurut WHO, setelah
monitroring gula darah, minum obat teratur
usia 30 tahun, kadar gula darah akan naik 1-2
dan perawatan kaki (Sigurdardottir, 2005).
mg/dL/tahun pada saat puasa, dan akan naik
Aktivitas ini sebaiknya dilakukan secara
5.6-13 mg/dL pada 2 jam setelah makan
konsisten tujuh hari dalam seminggu kecuali
(Sudoyo, 2006).
untuk latihan fisik yang dapat dilakukan
Tidak adanya hubungan antara lama
minimal 3 – 5 hari per minggu. Hasil
DM dengan self care DM disebabkan oleh
penelitian menunjukkan setiap aktivitas self
adanya semangat dan tanggung jawab yang
care DM belum dilakukan secara penuh 7
tinggi dari pasien yang baru terdiagnosa DM
hari dalam seminggu. Keseluruhan aspek self
untuk
melalui
care DM saling mendukung dan harus
aktivitas self care DM. Sedangkan bagi
dilakukan oleh pasien DM sehari-hari agar
pasien yang telah lama terdiagnosa DM
tercapai kontrol gula darah yang baik
sudah
sehingga dapat meminimalkan terjadinya
mengontrol
beradaptasi
penyakitnya
dengan
penyakitnya
sehingga aktivitas self care sudah menjadi kebiasaan yang dilakukannya sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
komplikasi DM. Meskipun
hasil
penelitian
menunjukkan tidak ada hubungan signifikan
dukungan keluarga pada pasien DM kurang
antara
dan
kemampuan self care DM, tetapi menurut
setelah
dilakukan
analisa
bivariat
dukungan
kurangnya
dengan
didapatkan bahwa tidak ada hubungan
analisis
signifikan antara dukungan keluarga dengan
keluarga dapat menjadi salah satu faktor
kemampuan self care DM pada pasien DM
kurangnya kemampuan self care pasien DM.
tipe 2. Sedangkan untuk variabel kemampuan
Dukungan
self care pada pasien DM tipe 2 didapatkan
sebagai faktor penting dalam kepatuhan
hasil bahwa rata-rata aktivitas self care
manajemen penyakit pada remaja dan dewasa
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016
penulis
keluarga
keluarga
telah
dukungan
didefinisikan
40
dengan penyakit kronik. Dukungan keluarga
maksimal dalam melakukan aktivitas self
merupakan indikator yang paling kuat dalam
care DM.
memberikan dampak positif terhadap self
Tidak
adanya
hubungan
antara
care pasien DM (Neff dalam Hensarling,
dukungan keluarga dengan kemampuan self
2009).
care DM tipe 2, menurut analisis peneliti
Keikutsertaan
keluarga
dalam
disebabkan karena dukungan keluarga bukan
memandu diet, latihan jasmani, pengobatan
satu-satunya faktor
dan pengisian waktu luang yang positif
kemampuan self care pasien DM tipe 2.
merupakan bentuk peran serta aktif dalam
Faktor eksternal seperti hubungan pasien
keberhasilan penatalaksanaan DM. Sebelum
dengan petugas kesehatan juga menjadi salah
memberikan dukungan, anggota keluarga
satu faktor
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
pemenuhan aktivitas self care pasien DM
yang baik tentang self care DM. Apabila
tipe 2 (Kusniawati, 2011).
yang mempengaruhi
yang dapat mempengaruhi
pemahaman anggota keluarga tentang self care DM keliru, maka keluarga justru akan
KESIMPULAN
memberikan
obstruktif
1. Kemampuan self care pasien DM tipe 2
terhadap pasien. Dukungan keluarga yang
di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1
obstruktif akan menghambat pasien dalam
masih rendah yaitu rata-rata melakukan
melakukan aktivitas self care DM.
self care DM hanya 2.5 hari dalam
dukungan
Seperti
yang
Mayberry
dan
dukungan
keluarga
yang
disampaikan
Osborn
(2004),
pada
pasien
oleh
seminggu dengan rentang minimal 0
bahwa
sampai dengan 5.5 hari pasien patuh
DM
dibedakan menjadi dua, yaitu dukungan supportif
dan
obstruktif.
Contoh
dari
dukungan keluarga yang obstruktif adalah
melakukan self care DM 2. Dukungan keluarga pada pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1 masih rendah, yaitu 58.3%
memarahi pasien jika kadar gula darahnya
3. Tidak ada hubungan signifikan antara
tinggi, makan bersama pasien tetapi yang
dukungan keluarga dengan kemampuan
dimakan bukan makanan diet DM atau selalu
self care pada pasien DM tipe 2 di
mengkritik pasien jika lupa melakukan diet
Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 1
DM, tidak berolah raga atau lupa tidak
dengan pv 0.290 pada α 0.05
mencatat
kadar
gula
darahnya.
Jenis
dukungan keluarga tersebut justru akan menyebabkan pasien tertekan sehingga tidak Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016
41
UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada UPT Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap atas terselenggaranya penelitian ini dan diterbitkannya artikel terkait
DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association (ADA). (2013). Standards of medical care in diabetes. Diabetes Care, 36, 11 – 66 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Diunduh pada tanggal 7 Februari 2015 dari http://www.litbang.depkes.go.id. Black, J.,M.& Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing (7th ed.). Saint Louis : Elsevier Saunders Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012). Diabetes report card 2012. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2014 dari http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/ DiabetesReportCard.pdf
International Diabetes Federation (IDF). (2014). Diabetes facts and figures. Diunduh pada tanggal 19 Februari 2015 dari http://www.idf.org/diabetesatlas Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2011). Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2011. Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, K., Pranoto, A.,Soeatmadji, D. W., & Tjokroprawiro, A. (2010). The DiabCare Asia 2008 study – Outcomes on kontrol and complications of type 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones., 19, 235 – 244 The Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) (2002). Effect of intensive therapy on the microvasculer complications of type 1 diabetes melitus. JAMA, 287, 2563-2569
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2, September 2016
42