HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD KARANGANYAR Sri Sutarni1, S. Dwi Sulisetyawati2, Setiyawan3 1) Mahasiswa Program Studi S 1 Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta 2) Staf pengajar Program Studi S 1 Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta 3) Staf pengajar Program Studi S 1 Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta Abstrak Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Karanganyar pada bulan Januari 2016 ditemukan sebagian besar pasien penderita penyakit Diabetes Mellitus(DM) tipe II kurang patuh terhadap pengelolaan penyakit DM tipe II terutama tentang dietnya, dan masih terdapatnya sebagian pasien penderita penyakit DM tipe II yang tidak melakukan kontrol gula darah, adapun pasien yang melakukan kontrol gula darah tetapi tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Akibatnya pasien yang pernah dirawat, kembali lagi untuk dirawat karena gula darah yang terlalu tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet penderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Metode dalam penelitian ini adalah korelasional dengan Pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus tipe II yang dirawat di RSUD Kabupaten Karanganyar pada bulan Juli - Agustus 2016 dengan sample kira-kira 30 orang dengan teknik pengambilaninsidental sampling. Analisa data menggunakan analisis Chi Kuadrat (χ2) dengan taraf signifikasi (α = 0,05). Dari hasil uji analisa bivariat didapatkan p value 0,010 yang berartip <0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Simpulan yaitu Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet penderita diabetes mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Karanganyar. Kata kunci : Dukungan Keluarga, Kepatuhan Diet, Diabetes Mellitus tipe II Relation between family support and patients’ obedient for diet on Diabetes mellitus type II patients in RSUD Karanganyar Abstract Based on preliminary research done in RSUD Karnganyar ward in January 2016, it was found that most of Diabetes mrellitus type II patients had low obedient toward DM type II management especially for diet. There werw some DM type II patients who did not control their blood sugar, while the patients who contrlled thir blood sugar were not on the schedule given. As a fact patients who had ever hospitasmple.ize as the ad were back again to hospital because of high blood sugar. The aim of this research was to identify the relation between family support and patients’ obedient for diet on Diabetesmellitus type II patients in RSUD Karanganyar. This research was quantitative. The method was correlation with cross sectional design. Population of this research was Diabetes mellitus type II patients in RSUD Karanganyar during July – August 2016 with 30 people as the ssample. It was decided using incidental sampling. Data analysis used chi square analysis (X2) with significant level (a=0.05). The result of bivariat analysis test was found p value 0.010. It meant p<0.05 so that Ho was rejected and Ha was accepted. The conclusion was relation between family support and patients’ obedient for diet on Diabetes mellitus type II patients in RSUD Karanganyar. Keywords: family support, obedient for diet, Diabetes mellitus type
mellitus tertinggi dengan jumlah 8,5 juta
LATAR BELAKANG Seiring kemajuan ekonomi yang
penderita setelah Cina (98,4 juta), India
terus meningkat, berubah pula perilaku dan
(65,1 juta), Amerika (24,4 juta), Brazil (11,9
gaya hidup yang dijalani masyarakat. Saat
juta), Rusia (10,9 juta), Mexico (8,7 juta),
penghasilan cukup, orang mengkonsumsi
Indonesia (8,5 juta) Jerman (7,6 juta), Mesir
makanan secara berlebihan. Gaya hidup
(7,5 juta), dan Jepang (7,2 juta). Bahkan
yang tidak sehat itu seperti tingginya jumlah
diprediksi pada tahun 2030, Indonesia akan
penduduk
masuk top five sebagai negara penderita
yang
mengalami
obesitas
(kegemukan), kurang banyak mengkonsumsi buah dan sayur, kurang melakukan kegiatan
Diabetes Mellitus di dunia (IDF, 2013). Berdasarkan
perolehan
data
Badan
fisik dan merokok (Tandra, 2007). Gaya
Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa
hidup yang tidak sehat dapat menjadi
akan terjadi peningkatan jumlah penderita
pemicu
diabetes mellitus pada tahun 2030 dengan
utama
meningkatnya
penyakit
Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia (Ahira,
jumlah
2011).
meningkat
menjadi
prevalensi
14,7%
Diabetes Mellitus menurut Fauci et
penderita
Diabetes 20,1 untuk
Mellitus
juta daerah
dengan urban
al.(2008) dan Whitney et al.(2009) merujuk
(masyarakat perkotaan) dan 7,2% di rural
pada ketidaksesuaian metabolisme yang
(masyarakat
ditandai oleh kenaikan konsentrasi gula
Organisasi
darah dan ketidaksesuaian metabolisme
memprediksi jumlah penderita Diabetes
insulin. Diabetes Mellitus adalah salah satu
Mellitus meningkat menjadi 21,3 juta pada
penyakit tidak menular yang akan meningkat
tahun 2030 (PdPersi, 2011). Sedangkan
jumlahnya
dimasa
perolehan data Riskesdas tahun 2013, terjadi
perolehan
data
datang.
Berdasarkan
Internatonal
pedesaan). Kesehatan
Sementara,
Dunia
(WHO)
Diabetes
peningkatan prevalensi Diabetes Mellitus di
Federatiaon (IDF) tingkat prevalensi global
17 propinsi seluruh Indonesia dari 1,1%
penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2012
(2007) meningkat menjadi 2,1% di tahun
sebesar 371 juta kasus dari populasi
2013 dari total penduduk sebanyak 2250
penduduk
mengalami
juta. Dari data-data prevalensi kejadian
peningkatan menjadi 382 juta kasus pada
Diabetes Mellitus di atas, salah satunya
tahun 2013. IDF memperkirakan pada tahun
adalah Propinsi Jawa Tengah (Profil Dinas
2035 jumlah insiden Diabetes Mellitus akan
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2011).
dunia,
dan
mengalami peningkatan menjadi 592 juta di
Laporan tahunan Rumah Sakit Daerah
antara usia penderita Diabetes Mellitus 40-
(RSUD)
Kabupaten
Karanganyar
59 tahun (IDF, 2013). Indonesia merupakan
berdasarkan data yang diperoleh dari rekam
negara urutan ke 7 dengan kejadian diabetes
medik pada tahun 2014 dan 2015, terjadi
peningkatan
jumlah
penderita
Diabetes
gangguan fungsi hati, luka yang lama
Mellitus tipe II di (RSUD) Kabupaten
sembuh
Karanganyar setiap tahunnya. Pada tahun
akhirnya harus diamputasi terutama pada
2014 jumlah penderita Diabetes Mellitus
kaki (American Diabetes Association, 2013;
tipe II sebanyak 383 orang, pada tahun 2015
Depkes RI, 2009).
sebanyak 436 orang
dengan pendidikan
mengakibatkan
infeksi
hingga
Diabetes Mellitus tipe II paling banyak
yang rendah dan pekerjaan sebagai petani
dijumpai
ataupun
wawancara
Diabetes Mellitus tipe II biasanya terdapat
dengan beberapa staf perawat di rawat inap
pada orang dengan penyakit kelebihan berat
RSUD
bahwa
badan, dan juga bisa berkembang pada
sebagian besar pasien penderita penyakit
orang-orang yang kurus (Wijaya, 2010)
Diabetes Mellitus tipe II kurang patuh
terutama biasanya terdapat pada orang
terhadap pengelolaan penyakit Diabetes
dewasa setelah usia 40 tahun (Zen, 2011).
Mellitus terutama tentang dietnya, dan
Selain gaya hidup yang tidak sehat, faktor
masih terdapatnya sebagian pasien penderita
yang
penyakit Diabetes Mellitus yang tidak
seseorang mengidap Diabetes Mellitus tipe
melakukan kontrol gula darah, ada pasien
II disebabkan dari faktor keturunan (Irfan,
yang melakukan kontrol gula darah tetapi
2011). Pencegahan perlu dilakukan oleh
tidak sesuai dengan jadwal yang telah
penderita supaya tidak terjadi komplikasi
ditentukan. Akibatnya pasien yang pernah
dan kematian. Salah satu cara yang bisa
dirawat, kembali lagi untuk dirawat karena
dilakukan oleh penderita dengan mengontrol
gula darah yang terlalu tinggi.
kadar gula darah tetap stabil dan tidak
buruh.
Dari
Kabupaten
Menurut
hasil
Karanganyar
American
di
dapat
masyarakat
membuat
(Irfan,
2011).
sebagian
besar
Diabetes
melebihi batas normal (Sugondo, 2010).
Association (ADA) tahun 2013, klasifikasi
Terkontrolnya kadar gula darah tergantung
diabetes mellitus terbagi 4 bagian yaitu
pada penderita itu sendiri (Tandra, 2007).
Diabetes Mellitus tipe I, Diabetes Mellitus
Pratiwi
(2007)
Aini,
tipe II, diabetes gestasional, dan pra-
Fatmaningrum
diabetes. Diabetes Mellitus jenis ini baru
menyatakan pengobatan Diabetes Mellitus
muncul pada usia di atas 40 tahun. Diabetes
Tipe II memerlukan waktu yang lama karena
mellitus biasa disebut dengan the silent
Diabetes
killer karena penyakit ini dapat menjadi
menahun yang akan diderita seumur hidup,
penyebab
dan sangat kompleks karena tidak hanya
berbagai
penyakit
seperti
dan
dalam
Mellitus
Yusuf
merupakan
pengobatan
(2011)
penyakit
hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal
membutuhkan
tetapi
juga
ginjal, katarak, glaukoma, kerusakan retina
perubahan gaya hidup sehingga seringkali
mata yang dapat membuat buta, impotensi,
pasien cenderung menjadi putus asa dengan
program terapi. Keadaan yang demikian
terhadap kesehatan psikologis, kesejahteraan
dapat memengaruhi kapasitas fungsional
fisik,
fisik, psikologis dan kesehatan sosial serta
Dukungan keluarga adalah bagian penting
kesejahteraan penderita Diabetes Mellitus
dalam manajemen diabetes, dimana anggota
yang didefinisikan sebagai kualitas hidup.
keluarga dapat ikut serta dalam banyak
dan
kualitas
hidup
seseorang.
Pada umumnya di Indonesia, seseorang
aspek aktivitas wajib perawatan kesehatan
tinggal bersama-sama dengan keluarganya.
pasien Diabetes Mellitus (Pratita, 2012;
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009)
Susanti et al., 2013; Shofiyah, 2014).
keluarga
dari
Dukungan keluarga dan perilaku perawatan
kepala
diri pasien Diabetes Mellitus sangat penting
keluarga, suami istri dan beberapa orang
karena partisipasi aktif dari pasien dan
yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
keluarga
di bawah suatu atap dalam keadaan saling
meningkatkan pengelolaan kadar glukosa
ketergantungan. Setiap anggota keluarga
darah,
umumnya berada di bawah pengawasan
meningkatkan kondisi pasien (Kafil, 2012).
merupakan
masyarakat
yang
unit terdiri
terkecil atas
sangat
dibutuhkan
mencegah
untuk
komplikasi,
anggota keluarga yang lainnya seperti
Penelitian
pasangan, yang dimana mereka saling
berpendapat bahwa
menginginkan
saling
sangat signifikan antara Health Locus Of
saling
Control (HLOC), dan dukungan pasangan
dukungan
dengan kepatuhan dalam menjalani proses
membutuhkan, memberikan
kebersamaan, saling dorongan
melayani, dan
oleh
Pratita
dan
(2012)
Ada hubungan yang
(Gunarsa dan Gunarsa, 2000). Banyak
pengobatan
fungsi-fungsi yang dilakukan oleh keluarga
Mellitus. Health Locus Of Control (HLOC)
antara lain memberikan kasih sayang, rasa
memiliki sumbangan efektif yang lebih
aman dan perhatian. Adanya dukungan
besar
sosial yang didapat dari keluarga atau
pasangan.
signifikan person dapat membantu penderita
dikorelasikan
untuk tetap menjalani proses pengobatan
menjalani proses pengobatan pada Diabetes
yang diberikan oleh dokter. Menurut Gao et
Mellitus tanpa mengontrol Health Locus Of
al, (2013) dan Aditama (2011) dalam
Control
penerapannya terdapat pengaruh langsung
signifikan.
dari dukungan keluarga dan edukasi pasien
meningkatkan
oleh tenaga medis.
Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Inap RS.
Penelitian oleh Jin, Dong, Dong dan
Min
dukungan
pada
penderita
dibandingkan Bila
dengan
dukungan
dukungan
pasangan
dengan
(HLOC)
Diabetes
kepatuhan
maka
hasilnya
dalam
tidak
Dukungan keluarga dapat kepatuhan
diet
pasien
Baptis Kediri berdasarkan taraf kemaknaan
(2012)
berpendapat
bahwa
ά ≤ 0,05 didapatkan ρ = ρ = 0,00 dan ρ ≤ ά.
sosial
berpengaruh
positif
Kesimpulannya dukungan keluarga dapat
meningkatkan
kepatuhan
pasien
sembuh. Namun 7 pasien (70%) pasien
Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Inap RS.
kurang patuh terhadap diet makan (tidak
Baptis
Ada
disiplin) baik jadwal, jumlah dan jenis
antara
makanan dalam mengkonsumsi makanan
Kediri
hubungan
diet
(Susanti,
yang
2013).
signifikan
pengetahuan dengan kepatuhan penderita.
sehari-hari, bahkan pasien suka ngemil
Diabetes Mellitus dengan p value 0,016 dan
dengan tidak memperhatikan kandungan
ada
makanan
hubungan
dukungan
yang
keluarga
signifikan dengan
antara
yang
dibolehkan
dalam
diet
kepatuhan
dengan alasan malas dan bosan dengan
penderita Diabetes Mellitus tipe II dengan p
menu yang sesuai aturan, selain itu keluarga
value 0,034 (Shofiyah, 2014).
juga tidak ada yang mengingatkan. 7 pasien
Dukungan keluarga diartikan sebagai
yang tidak patuh diet tersebut juga tidak
bagian dari dukungan sosial, merupakan
melakukan kontrol kadar gula darah secara
bentuk
yang
rutin dengan alasan tidak ada keluarga yang
dan
mendampingi dan mengantar. Mereka belum
interaksi
memberikan
antar
individu
kenyamanan
fisik
psikologis melalui terpenuhinya kebutuhan
menerima
akan afeksi serta keamanan. Menurut Yuan
menyeluruh
(2009) dalam Rahmawati et al. (2012),
mengingatkan pasien dalam mematuhi diet
dukungan
berperan
dan keluarga malah menyediakan makanan
meningkatkan kualitas hidup pada penderita
yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi
Diabetes
oleh penderita Diabetes Mellitus.
sosial
Mellitus
mengendalikan
Tipe
proses
memfasilitasi Menurunnya
dapat
dengan
psikologis
perubahan dukungan
II
dan
perilaku.
keluarga
yang
dukungan
keluarga
secara
seperti
keluarga
tidak
Penelitian Susanti (2013) mengatakan bahwa
dukungan
meningkatkan
keluarga
kepatuhan
diet
dapat pasien
dirasakan pasien Diabetes Mellitus tipe II
Diabetes Mellitus di Rs. Baptis Kediri.
dapat melemahkan kemampuan individu
Penelitian
dalam
korelation akan dilakukan kembali di Di
mengatasi
permasalahan
hidup
dengan
pendekatan
sehingga menurunkan kualitas hidupnya
RSUD
(Tamara et al., 2014).
karakteristik sampel yang berbeda dengan
Hasil wawancara terhadap 10 penderita
Karanganyar
jenis
penelitian
yang
sebelumnya
mempunyai
dilihat
dari
Diabetes Mellitus tipe II di bangsal penyakit
pendidikan
masyarakat
dalam (RSUD) Kabupaten Karanganyar,
Karanganyar
yang
sebanyak 3 0rang (30%) pasien mengatakan
Berdasarkan data di atas maka perlu
rutin untuk kontrol gula darah dan patuh
dilakukan
makan sesuai diet yang dianjurkan dokter
hubungan antara dukungan keluarga dengan
karena mereka beranggapan ingin cepat
penelitian
masih
untuk
Kabupaten rendah.
mengetahui
kepatuhan diet penderita Diabetes Mellitus
bersangkutan.
tipe II Di RSUD Karanganyar.
korelasional
Metode
penelitian
bertujuan
menyelidiki
sejauhmana variasi pada satu variabel METODE PENELITIAN
berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih
Jenis Dan Rancangan Penelitian
variabel lain, berdasarkan korelasi (Azwar,
Rancangan penelitian ini adalah dengan
2012). Pendekatan cross sectional adalah
metode penelitian korelasional yaitu suatu
penelitian
metode penelitian yang dilakukan dengan
pengukuran dan pengambilan data antara
tujuan utama untuk mengetahui keeratan
variabel independent (bebas) dan variabel
hubungan di antara variabel-variabel yang
dependent
(terikat)
diteliti tanpa melakukan suatu intervensi
bersamaan.
Dalam
terhadap
dikatakan bersamaan adalah waktu (Susanto,
variasi
variabel-variabel
bersangkutan.
Metode
korelasional
bertujuan
yang
penelitian menyelidiki
yang
mggambarkan
dilakukan konsep
ini
dalam
secara yang
2011dalam Abdulrahman, 2012). Sampel
sejauhmana variasi pada satu variabel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
variabel lain, berdasarkan korelasi (Azwar,
(Sugiyono, 2012). Sampel penelitian ini
2012). Pendekatan cross sectional adalah
adalah penderita Diabetes Mellitus yang
penelitian
dalam
dirawat di RSUD Kabupaten Karanganyar
pengukuran dan pengambilan data antara
pada bulan Juli - Agustus 2016. Jumlah
variabel independent (bebas) dan variabel
sampel dalam penelitian ini ditentukan
dependent
(terikat)
berdasarkan
bersamaan.
Dalam
yang
mggambarkan
dilakukan konsep
ini
secara
pendapat
Arikunto
(2006)
yang
apabila subyeknya besar (lebih dari 100)
dikatakan bersamaan adalah waktu (Susanto,
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
2011dalam Abdulrahman, 2012).
atau lebih. Jumlah sampel yang akan diambil adalah 118 x 25% = 29,5 (30 responden).
METODE PENELITIAN
Pengambilan
Jenis Dan Rancangan Penelitian
teknik
sampel
accidental
dilakukan
dengan
sampling
yaitu
Rancangan penelitian ini adalah dengan
menggambil kasus atau responden yang
metode penelitian korelasional yaitu suatu
kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat
metode penelitian yang dilakukan dengan
sesuai
tujuan utama untuk mengetahui keeratan
(Notoatmodjo, 2010).
hubungan di antara variabel-variabel yang
Tempat Dan Waktu Penelitian
diteliti tanpa melakukan suatu intervensi
Penelitian
terhadap
Kabupaten
variasi
variabel-variabel
yang
dengan
ini
konteks
dilaksanakan
Karanganyar
penelitian
di
Provinsi
RSUD Jawa
Tengah dan Penelitian ini dilaksanakan dari
sebagai langkah awal dari keseluruhan
bulan Juli - Agustus 2016
proses analisis. Analisa data univariat yaitu
Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan
distribusi frekuensi dari dukungan keluarga
Data
dan kepatuhan diet penderita Diabetes
Alat Penelitian
Mellitus tipe II.
Alat
yang
pengumpulan
digunakan
data
ini
dalam
menggunakan
Analisa Bivariat Analisa
bivariat
dilakukan
dengan
kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang
membuat tabel silang (contingency) antara
berhubungan dengan variabel yang dikaji
variabel independen dan variabel dependen
meliputi dukungan keluarga dan kepatuhan
yaitu untuk mengetahui hubungan dukungan
diet penderita Diabetes Mellitus tipe II. Jenis
keluarga dan kepatuhan diet penderita
data dalam penelitian ini menggunakan data
Diabetes
primer yaitu data yang diperoleh langsung
Kabupaten
dari responden dengan kuesioner. Kuesioner
menggunakan analisis Chi Kuadrat (χ2)
yang digunakan sebelumnya dilakukan uji
karena data yang digunakan adalah data
validitas dan reliabilitas.
nominal dan ordinal.
Mellitus
tipe
Karanganyar.
II
di
Analisa
RSUD data
Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dimulai dengan melakukan perijinan dari program studi keperawatan yang ditujukan pada tempat penelitian yaitu di Di RSUD Karanganyar, setelah mendapat ijin dari STIKES Kusuma Husada Surakarta dan Direktur RSUD Karanganyar pengumpulan data dilakukan
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Penderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar (n = 30) Umur Frekuensi Persentase 20-35 2 6.7 >35 28 93.3 Total 30 100.0
Analisa Data Data penelitian
yang
diperoleh
kemudian
dari
dianalisa
hasil dengan
menggunakan program komputer. Analisa data meliputi : Analisa Univariat Analisa univariat untuk mencari nilai distribusi frekuensi dan diinterpretasikan yang ditanyakan dalam bilangan prosentase
Berdasarkan tabel umur responden terbanyak yaitu usia> 35 tahun sebanyak 28 orang (93,3%). Dan usia 20 – 35 tahun sebanyak 2 responden (6,7%)
Jenis kelamin
Berdasarkan tabel sebagian besar responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar(n = 30) Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 9 30.0 Perempuan 21 70.0 Total 30 100.0 Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 orang (70,0%).
mempunyai pendidikan terakhir tamatan SD
Pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Penderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar (n = 30) Jenis pekerjaan Frekuensi Persentase Petani 3 10.0 Buruh 11 36.7 Swasta 11 36.7 IRT 4 13.3 Pelajar 1 3.3 Total 30 100.0 Berdasarkan tabel sebagian besar responden bekerja sebagai buruh dan swasta yaitu 22 orang (73,4%). Pendidikan terakhir Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pada Pendidikan Terakhir penderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar (n = 30) Jenis Pendidikan Frekuensi Persentase Tidak sekolah 10 33.3 SD 14 46.7 SMP 5 16.7 SMA 1 3.3 Total 30 100.0
sebanyak 14 (46,7%). Lama menderita Diabetes Mellitus tipe II Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar (n = 30) Lama menderita Diabetes Mellitus tipe II (Tahun) Frekuensi Persentase <2 Tahun 9 30.0 2-4 Tahun 11 66.7 >4 10 33.3 Total 30 100.0 Berdasarkan tabel mayoritas lama responden menderita Diabetes Mellitus tipe II adalah 2 - 4 tahun sebanyak 11 orang (63,3%), lebih dari 4 tahun sebanyak 10 (33.3%), dan yang kurang dari 1 tahun sebanyak 9 responden (30.0%). Gambaran dukungan keluarga Tabel 4.6 Gambaran dukungan keluarga Penderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar (n = 30)
Dukungan keluarga Frekuensi Persentase Cukup 19 63,3 Baik 11 36,7 Total 30 100 Berdasarkan tabel menunjukan bahwa keluarga sudah cukup mendukung dalam kepatuhan diet pada penderita Diabetes Mellitus tipe II. Dari table terdapat 19 (63,3%) keluarga sudah cukup mendukung, bahkan terdapat 11(36,7%) keluarga yang sudah berpartisipasi baik dalam mendukung
kepatuhan diet pada penderita Diabetes
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
Mellitus tipe II.
diet penderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar.
Gambaran kepatuhan diet penderita Diabetes Mellitus tipe II Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Frekuensi Persentase Patuh 24 80.0 Tidak Patuh 6 20.0 Total 30 100.0 Berdasarkan tabel mayoritas responden
PEMBAHASAN Distribusi Karakteristik Responden Umur Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa kecenderungan orang yang menderita diabetes yaitu pada umur lebih dari 35
Diabetes
tahun. Dari tabel 4.1 diatas sebanyak 28
Mellitus Tipe II dari 30 reponden sebanyak
(93,3%) responden berumur > 35 tahun.
24 (80,0%). Hanya 6 (20,0%) responden
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang tidak patuh menjalani diet.
Awad
patuh
dalam
menjalani
diet
peningkatan
Tabel 4.8 Tabel silang antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet penderita Diabetes Mellitus tipe II Di RSUD Karanganyar Dukungan keluarga
Total
p
0 0 (00.0%) (00.0%) Cukup 3 (15.8%) 16 (84.2%) Baik 3 8 (27.3%) (72.7%)
0 (00.0%) 19 (63.3%) 11 (36.7.%)
0,010
g
Total
30 (100.0%)
6 (20.0%)
24 (80.0%)
jumlah
menunjukkan
pasien
Diabetes
lebih dari 50 tahun. Hasil Riskesdas tahun X2
2007 juga menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitusdi Indonesia
Patuh
Kuran
yang
Mellitus tipe II pada pasien yang berumur
Kepatuhan Tidak patuh
(2011)
0,05
semakin
meningkat
seiring
dengan
meningkatnya umur. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Zahtamal (2007)
terhadap
152
responden
yang
menunjukkan bahwa hubungan antara umur Dari table 4.8 diatas dapat di lihat Sebanyak 16 (84,2%) responden sudah patuh terhadap diet penderita diabetes tipe II karena mendapat cukup dukungan dari keluarga. Sebanyak 8 (72.7%) responden sudah patuh terhadap diet penderita diabetes karena dukungan dari keluarga juga sudah baik. Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,010. Karena nilai signifikansi 0,010 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat hubungan
dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe II pada pasien yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau bermakna secara statistik, dimana orang yang berumur ≥ 45 tahun memiliki risiko 6 kali lebih besar terkena penyakit Diabetes Mellitus tipe II dibandingkan dengan orang yang berumur kurang dari 45 tahun. Penelitian Iswanto (2004)
juga
menemukan
bahwa
ada
hubungan yang signifikan antara umur
dengan kejadian diabetes mellitus. Adanya
mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan
proses penuaan menyebabkan berkurangnya
hal tersebut merupakan salah satu faktor
kemampuan
sel
β
pancreas
dalam
risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus.
insulin
(Sunjaya,
2009).
Jumlah lemak pada laki-laki dewasa
Selain itu pada individu yang berusia lebih
rata-rata berkisar antara 15-20% dari berat
tua
aktivitas
badan total, dan pada perempuan sekitar 20-
mitokondriadi sel-sel otot sebesar 35%. Hal
25%. Jadi peningkatan kadar lipid (lemak
ini berhubungan dengan peningkatan kadar
darah)
lemak di otot sebesar 30% dan memicu
dibandingkan pada laki-laki, sehingga faktor
terjadinya resistensi insulin.
risiko terjadinya Diabetes Mellitus pada
memproduksi
terdapat
penurunan
Hal ini dilaporkan juga oleh Wimpie
pada
perempuan
lebih
perempuan lebih tinggi dibandingkan pada
(2000) yang mendapatkan bahwa 35-75%
laki-laki (Imam Soeharto, 2003).
pria
Pekerjaan
diabetes
mengalami
peningkatan
tinggi
dengan bertambahnya usia yaitu dari 9%
Ditinjau dari jenis pekerjaan responden,
pada usia 20-29 tahun dan meningkat
yang terbanyak adalah responden yang
menjadi
memiliki pekerjaan sebagai buruh dan
95%
pada
usia
70
tahun
(PERKENI, 2000). Umur ≥ 60 tahun
swasta
masing
masing
berkaitan dengan terjadinya diabetes karena
((36.7%).Hal
pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis
banyaknya tekanan/stres dan minimnya
menurun karena terjadi penurunan sekresi
aktifitas. Sehingga untuk memenuhi tenaga
atau resistensi insulin sehingga kemampuan
yang dibutuhkan para pekerja akan makan
fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa
terutama
darah yang tinggi kurang optimal (Hastuti,
sebagai sarana untuk memenuhi kecukupan
2008).
energinya. Hasil penelitian ini sejalan
Jenis kelamin
dengan Penelitian yang dilaksanakan oleh
ini
dapat
makanan
11
responden
terjadi
yang
manis
karena
manis
Berdasarkan table 4.2 diatas dari 30
Balkau et al (2008), pada 13 kota di Eropa
responden sebagian besar dapat dijumpai
disimpulkan bahwa akumulasi aktivitas fisik
pada
sehari-hari merupakan faktor utama yang
perempuan
sebanyak
21(70%)
dibandingkan laki-laki 9(30%). Hal ini
menentukan
disebabkan
perempuan
penelitian ini, sebagian besar responden
memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat
kelompok kasus memiliki pekerjaan sebagai
trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan
buruh dan swasta. Kadar gula darah yang
dengan
normal
karena
laki-laki,
pada
dan
juga
terdapat
sensitivitas
cenderung
insulin.
meningkat
Dalam
secara
perbedaan dalam melakukan semua aktivitas
bertahap setelah mencapai usia 50 tahun.
dan gaya hidup sehari-hari yang sangat
Untuk
menurunkan
kadar
gula
darah
tersebut perlu dilakukan aktivitas fisik
Diabetes Mellitusdengan kejadian Diabetes
seperti
Mellitus.
berolahraga,
sebab
otot
menggunakan glukosa yang terdapat dalam darah sebagai energi (Adib, 2011).
kejadian
pendidikannya
tinggi biasanya akan memiliki banyak
Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan
Orang yang tingkat
Diabetes
pengetahuan tentang kesehatan. Dengan adanya pengetahuan tersebut oarang akan
Mellitus.Pekerjaan seseorang mempengaruhi
memiliki
tingkat
fisiknya.Kebanyakan
kesehatannya (Irawan, 2010). Pendidikan
responden adalah kelompok buruh dan
sebagian besar responden adalah tamat SD.
swasta.Variabel
memiliki
Dalam analisis, variabel pendidikan dibuat
kaitan dengan aktifitas fisik.Bekerja sebagai
menjadi dua kategori yaitu rendah dan
buruh dan swasta belum tentu memiliki
tinggi.Pendidikan
aktivitas fisik yang tinggi. Ada pula ibu
responden berpendidikan antara tidak pernah
rumah tangga belum tentu memiliki aktivitas
sekolah sampai tamat SMP.Sementara itu,
fisik
melakukan
pendidikan tinggi yaitu bila responden
berbagai aktivitas yang tinggi seperti seperti
berpendidikan antara tamat SMA sampai
menyapu, memasak dan mencuci.
dengan
Pendidikan
analisis, terlihat bahwa sebagian besar
aktivitas
yang
pekerjaan
rendah,
ini
justru
Dari segi tingkat pendidikan, sebagian besar responden adalah lulusan SD (46,7%),
kesadaran
tamat
dalam
rendah
menjaga
yaitu
perguruan
bila
tinggi.Dalam
responden berpendidikan rendah. Lama menderita Diabetes Mellitus tipe II
hanya 1 (3,3%) yang lulus SMA. Penelitian
Jika seseorang baru menderita ataupun
ini kurang sesuai dengan penelitian yang
sudah lama menderita diabetes Mellitus, hal
dilakukan
yang
ini merupakan sebuah stressor bagi dirinya
menunjukkan hasil bahwa persentase tingkat
karena berbagai komplikasi yang dapat
pendidikan terakhir responden yang paling
terjadi seperti retinopati, nefropati diabetik,
besar
dan neuropati diabetik. Respon emosional
oleh
adalah
Lubis
lulusan
(2012)
SMA/sederajat.
Semakin tinggi tingkat pendidikan berarti
kemudian
ada
pula
penderita diabetes mellitus yang merupakan
pengetahuan seseorang dalam mencegah
ungkapan dari perasaan sedih, frustasi, takut,
terjadinya
Diabetes
khawatir, cemas akibat menderita penyakit
Mellitus tipe II, begitupun sebaliknya.Hal ini
Diabetes Mellitus tipe II (Smeltzer dan
sejalan dengan hasil penelitian Zahtamal
Bare,2008).
(2007) yang menunjukkan bahwa terdapat
muncul
merupakan
hubungan
perawat
disamping
kemungkinan
peyakit
antara
semakin
baik
termasuk
pengetahuan
tentang
akan
muncul
Reaksi-reaksi
terhadap
psikis
masalah masalah
lain
diri
yang bagi
diabetes
Mellitus itu sendiri, yang selanjutnya akan
pengangkatan, dan mereka hidup dalam
mempengaruhi penanganan penderita.
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
Hasil penelitian tersebut menunjukan
lain, dan di dalam perannya masing-masing
bahwa penderita diabetes Mellitus yang
menciptakan
terlalu lama bisa menyebabkan terjadi
kebudayaan.
komplikasi serius. Hal tersebut sesuai
serta
Menurut
mempertahankan
Friedman
(1981)
dalam
dengan Soegondo (2009) yang mengatakan
Setiadi (2008) membagi 5 tugas keluarga
secara epidemiologis diabetes Mellitus tipe
dalam
II seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan
dilakukan, yaitu : mengenal gangguan
onset atau mulai terjadinya diabetes Mellitus
perkembangan kesehatan setiap anggotanya,
jangka waktu yang terlalu lama 7 tahun
mengambil keputusan untuk melakukan
sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga
tindakan yang tepat, memberikan perawatan
morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada
kepada anggota keluarganya yang sakit dan
kasus tidak terdeteksi ini.
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
bidang
kesehatan
yang
harus
karena cacat dan usianya yang terlalu muda, Hubungan dukungan keluarga dengan
mempertahankan
kepatuhan
menguntungkan
diet
penderita
Diabetes
penelitian
yang
dilakukan
keluarganya,
rumah
yang
kesehatan
perkembangan
Mellitus tipe II Hasil
suasana
dan
kepribadian mempertahankan
anggota hubungan
menunjukkan bahwa dukungan keluarga
timbal balik antara anggota dan lembaga-
sangatlah bermakna bagi pasien untuk patuh
lembaga
berobat atau patuh menjalankan terapi,
pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
karena fungsi keluarga sangat penting dalam
kesehatan yang ada.
setiap aspek perawatan kesehatan keluarga
kesehatan,
yang
menunjukkan
Hasil penelitian didapatkan dukungan
mulai dari strategi-strategi hingga fase
keluarga
rehabilitasi terhadap penderita. Dari table
dukungan keluarga ini dapat berasal dari
4.9 dapat penulis sampaiakn bahwa lebih
hubungan darah, hubungan perkawinan atau
dari
pengangkatan, hal ini disebabkan oleh
72.7%
penderita
yang
mendapat
yang
dimiliki
sumber
pengobatan. Pada umumnya di Indonesia,
Dukungan keluarga dalam hal ini seperti
seseorang tinggal bersama-sama dengan
pada saat anggota keluarga yang menderita
keluarganya. Menurut Chayatin (2009),
penyakit
keluarga adalah dua atau lebih dari dua
keluhan ketika kadar gula meningkat atau
individu yang tergabung karena hubungan
menurun, keluarga dapat saling membantu
darah,
untuk
perkawinan
atau
Diabetes
memberikan
keluarga
cukup,
dukungan keluarga akan patuh terhadap
hubungan
dukungan
adalah
Mellitus
yang
ada.
mengalami
perawatan,
serta
memberikan motivasi pada pasien Diabetes
paling banyak pasien Diabetes Mellitus yaitu
Mellitus
terapi.
sebagai buruh dan swasta, sehingga lebih
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan
banyak waktu luang untuk mengontrol diet
dan perubahan-perubahan yang dialami
dalam melaksanakan pencegahan penyakit
anggota keluarganya. Perubahan sekecil
Diabetes Mellitus karena tidak terpancang
apapun yang dialami anggota keluarga
oleh waktu untuk bekerja dan dapat ijin
secara tidak langsung menjadi perhatian
sewaktu-waktu.
anggota
dalam
menjalankan
keluarga
lainnya.
Apabila
menyadari adanya perubahan perlu dicatat
SIMPULAN
kapan terjadinya, perubahan yang terjadi,
1. Sebanyak
dan seberapa besar perubahannya.
19
mendapatkan
(63,3%) cukup
responden
dukungan
dari
Hasil penelitian didapatkan kepatuhan
keluarga dan 11 responden mendapatkan
diet yang dilakukan pasien adalah patuh
dukungan yang baik dari keluuarga
sebesar 24 responden (80.0%), hal ini
untuk
disebabkan oleh beberapa faktor yang
penyakitnya.
mempengaruhi
kepatuhan.
Faktor
yang
mendukung
penyembuhan
2. Sebanyak 24 (80,0%)
mempengaruhi kepatuhan salah satunya
menjalani
adalah dukungan dari keluarga, dengan
Diabetes Mellitus Tipe II dan hanya 6
adanya dukungan dari keluarga yang kurang,
(20,0%) responden yang tidak patuh
penderita akan merasa kurang senang dan
menjalani diet.
tentram,
karena
itu
kepercayaan
diri
diet
patuh dalam
sebagai
penderita
3. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-
penderita untuk menghadapi atau mengelola
value
penyakitnya masih kurang. Namun hasil
signifikansi 0,010 < 0,05 maka Ho
penelitian paling banyak menderita Diabetes
ditolak
Mellitus
terdapat hubungan antara dukungan
±2-4
tahun,
tentunya
pasien
sebesar
dan
0,010.
Ha
dengan
Karena
diterima
nilai
sehingga
Diabetes Mellitus yang sering berobat dan
keluarga
kepatuhan
diet
sering mendapatkan informasi penyuluhan
penderita Diabetes Mellitus tipe II Di
tentang diet dan komplikasi yang terjadi
RSUD Karanganyar.
secara langsung, keluarga dan pasien akan mengambil keputusan untuk melakukan
SARAN
tindakan atau memberi dukungan kepada
1. Keluarga diharapkan ikut serta dalam
pasien Diabetes Mellitus dengan lebih
pengelolaan penyakit diabetes terutama
memperhatikan
Diabetes
dalam memberi dukungan kepada pasien
Mellitus. Hal ini juga dipengaruhi oleh
agar senantiasa mematuhi diet untuk
pekerjaan pasien yang menurut penelitian
penderita Diabetes Mellitus.
pencegahan
2. Bagi pemberi Pelayanan Kesehatan lebih intensif melakukan sosialisasi dan penyuluhan
kesehatan
The McGraw-Hill Companies. p. 22752299.
tentang
pengelolaan penyakit diabetes dengan
Irfan Arief. 2011. Risiko Baru Penyakit Kardiovaskuler. Ethical Digest
mengikutsertakan keluarga. Selain itu diharapkan juga melakukan skrinning untuk penyakit diabetes agar dapat diketahui
lebih
awal,
sehingga
pencegahan komplikasi dapat dilakukan lebih dini.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
DAFTAR PUSTAKA Aditama, W., 2011. Hubungan Self-care, Self-Efficacy dan Social Support terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah (HbA1c) Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2di Puskesmas Banyudono 1 dan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Ahira, A. 2011. Pola Makan Sehat Penderita Diabetes Mellitus. Diunduh pada 15 November 2011 dari http://www.anneahira.com/penderitadiabetes.htm Aini, N., Fatmaningrum, W., & Yusuf, A. 2011. Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien dalam Tatalaksana Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori Model Behavioral System Dorothy E. Johnson. Jurnal Ners, Vol.6, No.1 Ali, Z. 2010. Pengantar keluarga. Jakarta: EGC.
Jin, Kafil. 2012. Gambaran Dukungam Keluarga dan Perilaku Perawatan Diri Pasien Diabetes Mellitus dalam Pengelolaan Kadar Glukosa Darah di Klinik Dokter Keluarga Korpagama Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM
keperawatan
American Diabetes Association. 2013. Dinkes Jawa Tengah. 2011. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2011. Jawa Tengah. Fauci et al. 2008. Harrison’s : Principles of Internal Medicine. 17th Edition. USA :
Pratita. 2012. Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1.
Rakhmadany, dkk. 2010. Makalah Diabetes Mellitus. Jakarta : Universitas Islam Negeri Sandjojo, N. 2011. Metode Analisis Jalur Dan Aplikasinya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Shofiyah et al. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Penderita DiabetesMellitus (Dm) Dalam Penatalaksanaan Diwilayah Kerja Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Semarang. Prosiding Konferensi Nasional Ii Ppni Jawa Tengah 2014 Soegondo, S. 2009. Panduan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Bagi Dokter dan Edukator Diabetes: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Pustaka FKUI
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. Susanti et all. 2013. Dukungan Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Rawat Inap Rs. Baptis Kediri. Jurnal STIKES Volume 6, No. 1, Juli 2013. Tamara et all. 2014. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau. JOM PSIK Vol.1 No.2 Oktober 2014 Tandra. 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Whitney, C. & D’adamo, P. J. 2009. Diabetes: Penemuan Baru Memerangi Diabetes Melalui Diet Golongan Darah. diterjemahkan oleh Setyadhini & Theresia E. hal 20-21. Bentang pustaka. Yogyakarta. Zen. 2011. Apa Penyebab Diabetes Mellitus. Zona Kesehatan. Diunduh pada 1 Januari 2016