HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN PASANGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNJUL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Disusun Oleh: ANGGITA PUSPITA DELIANTY NIM : 1111104000037
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Anggita Puspita Delianty
Tempat/Tanggal Lahir
: Bandung,13 Juli 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jalan Musholla Fathul Ulum RT 004/02 No.32 Kelurahan Munjul Kecamatan Cipayung Jakarta Timur
Telepon
: 081218114780
Email
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. TK Islam Nurul Ikhwan
1998 – 1999
2. SD Negeri 02 PAGI
1999 – 2005
3. MTS Negeri 22 KJ Munjul
2005 – 2008
4. SMA Negeri 105 Jakarta
2008 – 2011
5.
2011 – sekarang
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ORGANISASI 1. PMR
2006 – 2007
2. OSIS SMA
2009 – 2010
3. BEM PSIK
2012 - 2013
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate Thesis, Juni 2015 Anggita Puspita Delianty, NIM: 1111104000037 xviii + 88 pages + 15 tables + 2 charts + 10 appendixes
ABSTRACT Background: Obeying a series of diet in patients with type 2diabetes mellitus is a major challenge so that no complications. Factors that may affect compliance, one of which is the support of partner support partner is one of the most important elements in self patients with type 2 diabetes, because of the interaction of the first and most frequently performed individual is the person that is closest partner. The purpose of this study was to determine the relationship between spousal support for diet adherence in patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Munjul. Methods: This study is quantitative reasearch with cross sectional approach. Subjects were 54 patients with type 2 diabetes who have a partner who lives in Puskesmas Munjul. The sampling technique in this study using total sampling technique. Methods of data collection using the questionnaire. Results: The result of Pearson correlation analysis showed that the relationship between praise and support for diet adherence (p-value = 0.000), and the relationship between food and dietary rules on dietary adherence (p-value = 0.003). Statistical analysis showed that there was a significant association between spousal support for diet adherence in patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Munjul with a p-value <0.005. Suggestion: It is suggested that health workers to enhance its role as a counselor and can participate in health education on diet for people with type 2 diabetes mellitus. Keyword : Spousal Support, Dietary Compliance, Type 2 DiabetesMellitus
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2015 Anggita Puspita Delianty, NIM: 1111104000037 Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul xviii + 88 halaman + 15 tabel + 2 bagan + 10 lampiran
ABSTRAK Latar Belakang : Mematuhi serangkaian diet pada penderita DM tipe 2 merupakan tantangan yang besar supaya tidak terjadi komplikasi. Faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan, salah satunya adalah dukungan pasangan Dukungan pasangan merupakan salah satu elemen terpenting pada diri penderita DM tipe 2, karena interaksi pertama dan paling sering dilakukan individu adalah dengan orang terdekat yaitu pasangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah 54 penderita DM tipe 2 yang memiliki pasangan yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil : Hasil uji analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa hubungan antara memberi pujian dan dukungan terhadap kepatuhan diet (p-value = 0,000), dan hubungan antara aturan makanan dan diet terhadap kepatuhan diet (p-value = 0,003). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul dengan nilai p-value < 0,005. Saran : Peneliti menyarankan agar para tenaga kesehatan meningkatkan perannya sebagai counselor dan dapat ikut serta dalam pendidikan kesehatan mengenai diet untuk penderita DM tipe 2.
Kata kunci: Dukungan Pasangan, Kepatuhan Diet, Diabetes Melitus tipe 2
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata’ala, kita memuji, meminta pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasalam. Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skiripsi yang berjudul “Hubungan Antara Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul”. Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. D e d e R o s y a d a , M A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kep., M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris
ix
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Nia Damiati, S.Kp, MSN selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah. 5. Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D dan Ibu Ernawati,
S.Kp, M.Kep, Sp.KMB
selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini. 6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Orang tuaku, Ibu Hj. Lia Warliah, S.Pd.I. dan Bapak H. Dede Kurniawan yang telah mendidik, mencurahkan
semua kasih sayang tiada tara,
mendoakan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa, Adik-adikku tersayang, Guntur Delia Geterina dan Gilang Delia Revorina serta Ari Septiawan dan seluruh keluarga besar, yang senantiasa
juga
selalu
memberikan
dukungan
dan
doanya
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabatku Runingga Andami Nafa, Deti Dwi Lestari dan Denok Ariska yang telah membantu, memberi inspirasi, menghibur, memberi
x
masukan, mengundang tawa, memberikan dukungan, serta mendoakan selama proses penyelesaian skripsi. 9. Seluruh keluarga besar PSIK 2011, khususnya teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2011.
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwaamieth Tharieq Wassalamu’alaikum. Wr. Wb Ciputat,
Juni 2015
Anggita Puspita Delianty
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iii LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................v RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................vi ABSTRACT ......................................................................................................vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................ix DAFTAR ISI .....................................................................................................xii DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... .xiv DAFTAR TABEL .......................................................................................... .xv DAFTAR BAGAN..............................................................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................10 A. Diabetes Melitus ........................................................................... 10 B. Kepatuhan ..................................................................................... 25 C. Dukungan Keluarga ....................................................................... 28 D. Dukungan Pasangan ...................................................................... 34 E. Kerangka Teori .............................................................................. 36
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL..................................................................................................37 A. Kerangka Konsep .......................................................................... 37 B. Hipotesis ....................................................................................... 38
xii
C. Definisi Operasional ...................................................................... 39 BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 43 A. Desain Penelitian........................................................................... 43 B. Waktu dan Lokasi Penelitian.......................................................... 43 C. Populasi dan Sample...................................................................... 44 D. Instrumen dan Pengumpulan Data ................................................. 45 E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......................................... 47 F. Langkah-langkah pengumpulan data .............................................. 49 G. Pengolahan Data ........................................................................... 51 H. Analisis Data ................................................................................. 52 I. Etika Penelitian............................................................................... 53 BAB V
HASIL PENELITIAN.........................................................................55 A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian .............................................. 55 B. Hasil Analisis Faktor Kuesioner ..................................................... 56 B. Hasil Analisis Univariat ................................................................. 59 C. Hasil Analisis Bivariat ................................................................... 69
BAB VI PEMBAHASAN..................................................................................71 A. Analisis Faktor .............................................................................. 71 B. Analisis Univariat .......................................................................... 72 B. Analisis Bivariat ............................................................................ 82 C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................86 A. Kesimpulan ................................................................................... 86 B. Saran ............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ......................... ................................................................89 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
WHO
: World Health Organization
ADA
: American Diabetes Association
DM
: Diabetes Melitus
PERKENI
: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Depkes
: Departemen Kesehatan
Riskesdas
: Riset Kesehatan Dasar
IDF
: International Diabetes Federation
HLOC
:Health Locus Of Control
DI
: Daerah Istimewa
DKI
: Daerah Khusus Ibukota
BB
: Berat badan
Kkal
: Kilo Kalori
g
: Gram
mg
: Mili Gram
gls
: Gelas
ptg
: Potong
sdm
: Sendok Makan
SD
: Sekolah Dasar
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
SMA
: Sekolah Menengah Atas
PNS
: Pegawai Negeri Sipil
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM ................................. 15
Tabel 2.2
Jenis Diet DM Menurut Kandungan Energi , Protein, Lemak, dan Karbohidrat ..................................................... 19
Tabel 2.3
Jadwal Makan Penderita DM .............................................. 23
Tabel 2.4
Contoh Menu Sehari Dengan Jenis Diet DM 1900 Kkal ..... 23
Tabel 3.1
Definisi Operasional ............................................................ 39
Tabel 5.1
Hasil Faktor Analisis ItemKuesionerDukungan Pasangan dan Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 di Wilayah KerjaPusksmas Munjul Tahun 2015 .................................... 55
Tabel 5.2
Hasil Analisis Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 .......................................................................... 59
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ...................... 59
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ...................... 60
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ....................... 61
Tabel 5.6
Hasil Analisis Dukungan Pasangan yang Didapatkan oleh Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ............................................................. 62
Tabel 5.7
Gambaran Skor Mean Dukungan Pasangan yang didapatkan oleh Penderita DM tipe Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ...................................................................... xv
63
Tabel 5.8
Hasil Analisis Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 .............. 66
Tabel 5.9
Gambaran Skor Mean Kepatuhan Diet Penderita DM tipe Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ................................ 66
Tabel 5.10
Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ..........................................
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori .....................................................................
36
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .................................................................
36
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
Lampiran 2
Penjelasan Penelitian
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Lampiran 5
Uji Validitas Instrumen
Lampiran 6
Uji Reliabilitas Instrumen
Lampiran 7
Uji Normalitas Data
Lampiran 8
Hasil Analisis Olahan SPSS Univariat
Lampiran 9
Hasil Ananlisis Olahan SPSS Bivariat
Lampiran 10
Hasil Analsis Faktor Kuesionet
xviii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Penderita diabetes melitus (DM) penting untuk mematuhi serangkaian diet guna mengontrol kadar glukosa darah. DM dapat dikendalikan dengan mengatur pola makan dan diet seimbang. Diet yang dijalankan penderita akan berlangsung seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja. Bila kepatuhan dalam menjalani proses diet pada penderita DM rendah maka akan mempengaruhi kadar gula darah yang kemudian akan menyebabkan komplikasi (Pratita, 2012). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi pada jutaan orang di dunia (ADA, 2004). Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi), yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer & Bare, 2002). Kriteria diagnostik DM menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2006, seseorang didiagnosa menderita DM jika mempunyai kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Manifestasi klinis DM yang sangat khas adalah meningkatnya frekuensi berkemih (poliuria), rasa haus berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang semakin besar (polifagi),
1
2
keluhan lelah dan mengantuk, serta penurunan berat badan (Price, 2005). Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang menempati urutan ke-6 sebagai penyebab kematian di
dunia.
Diperkirakan sekitar 382 juta orang di dunia mengidap DM dengan tingkat prevalensi global 8,4% dan akan terus meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun 2035 dengan tingkat prevalensi menjadi 55% (WHO,2013). Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF), Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico, dengan penderita DM sekitar 8,5 juta orang dengan perkiraan penderita DM mencapai angka 21,3 juta orang pada 2030 (IDF, 2013). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi DM di Indonesia cukup tinggi. Prevalensi DM di Indonesia adalah 2,4%, meningkat dari tahun 2007 sebanyak 1,1%. Empat provinsi dengan prevalensi tertinggi sesuai diagnosis dokter yaitu di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%) (Depkes, 2013). Diabetes melitus dibagi menjadi dua jenis yang paling umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 adalah penyakit autoimun dimana tubuh tidak dapat menghasilkan insulin dan lebih sering terjadi pada anak dan remaja (ADA, 2004). Sedangkan DM tipe 2 adalah gangguan metabolisme, dimana terjadi penurunan sensitivitas terhaap
3
insulin (resistensi insulin) atau penurunan produksi insulin (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes melitus tipe 2 paling banyak dijumpai di masyarakat, insidennya mencapai 90-95% dari semua DM. DM tipe 2 merupakan DM yang tidak tergantung pada insulin. Penatalaksaannya adalah dengan diet yang tepat, olahraga, terapi (jika diperlukan) dan pemantauan gula darah agar kadar gula darah tetap terkontrol dalam batas normal (Smeltzer & Bare, 2002). Peningkatan kadar gula darah pada penyakit DM sering menimbulkan komplikasi. Komplikasi DM antara lain seperti penyakit pembuluh koroner (jantung koroner), pembuluh darah perifer, gangrene diabetic, neuropatic diabetic (gangguan pada pembuluh saraf), dan katarak. Komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes ini menjadikan penyebab kematian terbesar ke empat di dunia (Tandra, 2007). Mematuhi serangkaian diet yang diberikan pada dasarnya merupakan tantangan yang besar bagi penderita supaya tidak terjadi komplikasi. Beberapa penderita DM mengaku telah bosan dengan diet yang mereka jalani, bahkan ada yang tidak peduli dan sengaja melanggar diet, karena mereka beranggapan hal tersebut dapat diatasi dengan minum obat (Pratita, 2012). Perawat sebagai salah satu dari tenaga kesehatan mempunyai peranan dalam pengontrolan diet pasien DM. Peran perawat disini
4
yaitu melalui pemberian informasi dan pendidikan kesehatan pada penderita DM dan pasangannya dalam pengontrolan diet dan pencegahan komplikasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran penderita untuk tetap patuh terhadap diet (Yusra, 2010). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita DM, antara lain sikap, pengetahuan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga.
Dukungan keluarga telah
didefinisikan sebagai faktor penting dalam kepatuhan manajemen penyakit kronik. Dukungan keluarga merupakan indikator yang paling kuat memberikan dampak positif terhadap kepatuhan diet pada pasien diabetes (Neff dalam Hensarling, 2009). Dukungan keluarga dalam kepatuhan diet dapat diperoleh dari pasangan (suami atau istri), anak, saudara kandung atau anggota keluarga lainnya (Friedman, 2010). Namun, salah satu dukungan keluarga yang paling berperan adalah dukungan pasangan. Dukungan pasangan sangat penting dalam diri individu, karena interaksi pertama dan yang paling sering dilakukan individu adalah dengan orang terdekat yaitu pasangannya. Dukungan pasangan dipercaya dapat membantu individu untuk menghadapi penyakit yang dideritanya, dalam hal ini penyakit diabetes melitus (Pratita, 2012). Dukungan pasangan tentang diet DM merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk perilaku kepatuhan pada penderita DM dalam menjalani diet. Dukungan pasangan yang diberikan dapat
5
meningkatkan motivasi penderita untuk tetap patuh dalam mengontrol kadar gula darah tetap stabil dan mencegah terjadinya komplikasi (Pratita, 2012). Dukungan pasangan telah terbukti sangat diperlukan sebagai penentu kepatuhan pada pasien DM tipe 2. Dukungan pasangan yang positif sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pengontrolan glukosa darah pada penderita diabetes tipe 2 (Costa, Pereira & Pedras, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Hara et al (2014), tentang pengaruh jenis kelamin, usia, dukungan keluarga, dan pengobatan pada stres yang dirasakan dan koping pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2, hasil penelitian menyatakan bahwa laki-laki dengan DM tipe 2 yang hidup dengan istrinya sangat tergantung pada dukungan dari pasangannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratita (2012), menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara HLOC (Health Locus Of Control) atau keyakinan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan kesehatannya dan dukungan pasangan dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita DM. HLOC memiliki sumbangan efektif yang lebih besar dibandingkan dengan dukungan pasangan. Bila dukungan pasangan dikorelasikan dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada DM tanpa mengontrol HLOC maka hasilnya tidak signifikan.
6
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 November 2014 di Puskesmas Munjul, didapatkan informasi bahwa selama bulan Oktober 2014 ada 63 penderita DM yang datang ke Puskesmas, namun hanya 54 penderita yang tinggal bersama pasangan. Petugas puskesmas mengatakan, penderita yang datang mayoritas adalah penderita lama yang datang dengan komplikasi. Hasil wawancara terhadap sembilan penderita DM tipe 2, enam penderita mengatakan datang ke puskemas disebabkan muncul keluhan lain atau komplikasi seperti adanya luka yang sulit sembuh, hipertensi dan penurunan penglihatan karena sering melanggar aturan dalam makan (diet) dan beberapa faktor lain seperti malas berolahraga, kurang pemantauan terhadap gula darah, tidak menjalani terapi dan lain sebagainya, dan tiga penderita lainnya mengatakan datang ke puskesmas untuk memeriksaan kesehatannya tanpa adanya komplikasi. Tiga penderita yang tidak muncul komplikasi mengatakan pasangan memberikan perhatian terhadap pola makannya (diet), dan empat dari enam penderita yang muncul komplikasi mengaku kurang mendapat perhatian karena pasangan sibuk bekerja di luar rumah. Penelitian-penelitian mengenai dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 telah banyak dilakukan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Akan tetapi, penelitian mengenai dukungan pasangan masih belum banyak dilakukan dan juga penelitian ini belum pernah dilakukan di
7
puskesmas ini. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait hubungan dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, penderita DM penting untuk mematuhi serangkaian diet guna mengontrol kadar glukosa darah. DM dapat dikendalikan dengan mengatur pola makan dan diet seimbang. Diet yang dijalankan penderita akan berlangsung seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja (Pratita, 2012). Bila kepatuhan dalam menjalani proses diet pada penderita DM rendah maka akan mempengaruhi kadar gula darah yang kemudian akan menyebabkan komplikasi. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak penderita yang tidak patuh terhadap pola makan (diet) yang kemudian menyebabkan komplikasi. Hasil penelitian oleh Costa et al (2012) di Portugal menyebutkan bahwa dukungan pasangan telah terbukti sangat diperlukan sebagai penentu kepatuhan pengontrolan glukosa darah pada pasien DM tipe 2. Penelitian mengenai kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 sudah banyak dilakukan, tetapi mengenai dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet penderita DM tipe 2 belum banyak dilakukan dan belum dilakukan di Puskesmas Munjul. Oleh karena itu, peneliti
8
tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait hubungan dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.
C.
Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. 2) Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) b. Untuk mengetahui dukungan pasangan yang didapatkan penderita DM tipe 2 c. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan diet penderita DM tipe 2 d. Untuk mengetahui hubungan dukungan pasangan (emosional, penghargaan, instrumental dan informasi) terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.
D.
Manfaat penelitian a. Bagi tempat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi profesi kesehatan, khususnya perawat dalam memberikan pendidikan
9
kesehatan pada penderita DM tipe 2 dan pasangannya di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul dalam upaya pengontrolan DM tipe 2 khususnya dalam kepatuhan diet. b. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dibidang keperawatan terutama tentang dukungan pasangan terhadap pengontrolan DM tipe 2, serta menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dibidang riset keperawatan. c. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk pembelajaran mahasiswa keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka DM ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati, dan neuropati (Price & Wilson, 2005). Sedangkan menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduan-duanya.
2. Klasifikasi Secara garis besar Diabetes Melitus (DM) diklasifikasikan menjadi : a.
DM tipe 1 atau yang dikenal dengan Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM). DM tipe 1 adalah diabetes yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. DM tipe ini
10
11
mengenai kurang lebih 5-10% seluruh penderita diabetes (Smeltzer & Bare, 2002). b.
DM tipe 2 atau Non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). DM tipe 2 yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. DM tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Kurang lebih 90-95% seluruh penderita diabetes menderita DM tipe 2. DM tipe 2 sering ditemukan pada individu yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas (Smeltzer & Bare, 2002).
c.
DM gestasional DM gestasional adalah diabetes yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga. Keadaan ini disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta yang menghambat kerja insulin. Diabetes ini terjadi pada sekitar 25% dari seluruh kehamilan (Smeltzer & Bare, 2002).
d.
DM tipe lain DM tipe ini disebabkan karena kelainan genetik dalam sel beta, kelainan genetik pada kerja insulin yang menyebabkan sindrom resitensi insulin berat dan akantosis negrikans, penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik, penyakit endokrin seperti sindrom chusing dan akromegali, obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta dan infeksi (Price & Wilson, 2005).
12
3. Manifestasi klinis Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Beberapa gejala yang dikeluhkan penderita DM ( Price & Wilson, 2005) antara lain : a. Poliuria Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glukosuria. Glikosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin. b. Polidipsia Diuresis osmotik yang disebabkan oleh glikosuria mengakibatkan klien merasa haus dan banyak minum (polidipsia). c. Polifagia Rasa lapar yang semakin besar mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
4.
Faktor Resiko Beberapa faktor risiko DM (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2010) adalah sebagai berikut : 1.
Kelainan genetika DM dapat diturunkan dari keluarga yang sebelumnya juga menderita DM, karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tidak dapat
13
menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi resiko DM juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan, kurang gerak dan stres. 2.
Faktor usia Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. DM tipe 2 sering muncul setelah usia lanjut terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
3.
Faktor kegemukan/obesitas Sekitar 80-90% pasien DM tipe 2 adalah mereka yang mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
4.
Kurangnya aktivitas fisik Olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah akan dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Dengan olahraga peredaran darah akan menjadi lebih baik dan resiko terjadinya DM tipe 2 akan turun hingga 50%.
5.
Diagnosis Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis klinis ditegakkan apabila muncul
14
keluhan-keluhan klasik seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain itu ada keluhan lainnya, yaitu lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulvae pada wanita. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2006, diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu : 1.
Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dengan hasil ≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/L).
2.
Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa dengan hasil ≥126 mg/dl (7.0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapatkan asupan kalori sedikitnya 8 jam sebelum pemeriksaan.
3.
Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/L). Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dilakukan dengan mengukur kadar glukosa darah 2 jam setelah konsumsi 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air. Sampel darah untuk pemeriksaan glukosa dapat diambil dari darah vena atau kapiler. Selain itu, Pemeriksaan HbA1C (>6,5%) oleh ADA 2011 sudah
dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana
laboratorium
(PERKENI,2011).
yang
telah
terstandarisasi
dengan
baik
15
Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai patokan penyaring dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl) Bukan
Belum pasti
DM
DM
DM
Kadar glukosa darah
Plasma vena
˂ 100
100 – 199
≥200
sewaktu (mg/dl)
Darah kapiler
< 90
90 – 199
≥200
Kadar glukosa darah
Plasma vena
< 100
100 – 125
≥126
puasa(mg/dl)
Darah kapiler
< 90
90-99
≥110
Sumber : Konsenesus Pengelolaan DM tipe 2 di Indonesia, PERKENI 2006
6. Komplikasi Komplikasi DM terbagi dua yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi metabolik akut disebabkan perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi akut yang sering terjadi pada DM tipe 2 adalah hiperglikemia hiperosmolar koma non‐ketotik (HHNK), dan hipoglikemia (Price & Wilson, 2005). Komplikasi vaskular jangka panjang DM melibatkan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan pembuluh darah sedang dan besar
16
(makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik DM yang menyerang kapiler dan arteriol retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf perifer (neuropati diabetik), dan otot serta kulit. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis (Price & Wilson, 2005).
7. Penatalaksanaan Terdapat lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus (Smeltzer & Bare, 2002), antara lain : 1) Diet Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai dengan kecukupan gizi baik. 2) Latihan Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat
menurunkan
kadar
glukosa
darah
dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin dan mengurangi faktor resiko kardiovaskular. 3) Pemantauan Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-monitoring of blood glucose (SMBG) dapat membantu mengendalikan kadar
17
glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi terhadap terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia. 4) Terapi (jika diperlukan) Pada diabetes melitus tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. 5) Pendidikan Pendidikan pasien tentang penatalaksaan diabetes melitus sangat penting. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya harus belajar untuk mengendalikan kadar glukosa darah, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang.
8. Penatalaksaan Diet Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai dengan kecukupan gizi baik. Namun penderita DM sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut. Pengaturan diet pada penderita DM merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan DM (Almatsier, 2006) yaitu mencakup :
18
1) Jumlah Makanan Syarat kecukupan jumlah makanan pada penderita penyakit DM (Almatsier, 2006) adalah : a.
kebutuhan kalori untuk penderita DM harus sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan
normal.
Kebutuhan
energi
ditentukan
dengan
memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing 10-15%). b.
kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% dari kebutuhan energi total.
c.
Kebutuhan protein normal, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total.
d.
Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk < 7% berasal dari lemak jenuh, < 10% dari lemak tidak jenuh ganda selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 200 mg/hari.
e.
Penggunaan gula murni dalam makanan atau minuman tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa
darah
sudah
terkendali,
diperbolehkan
19
mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. f.
Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas yaitu 20% dari kebutuhan energi.
g.
Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat didalam sayur dan buah.
h.
Cukup konsumsi vitamin dan mineral. asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan. Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan DM
dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis diet DM sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Jenis diet DM menurut kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Jenis diet
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
I
1100
43
30
172
II
1300
45
35
192
III
1500
51.5
36.5
235
IV
1700
55.5
36.5
275
V
1900
60
48
299
VI
2100
62
53
319
20
VII
2300
73
59
269
VIII
2500
80
62
396
Sumber : Almatsier, 2006 Keterangan: a.
Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.
b.
Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa komplikasi.
c.
Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi
2)
Jenis Bahan Makanan Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita DM untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu
21
banyak makan makanan yang memperparah DM (Almatsier, 2006). Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita DM (Almatsier, 2006) yaitu: a.
Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah: a)
Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi beras merah, gandum , mie, sereal, roti tawar, kentang, singkong, ubi dan sagu.
b) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim, yoghurt, tempe, tahu dan kacangkacangan. c)
Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.
d) Buah pepaya, apel, pisang (pisang ambon sebaiknya dibatasi) kedondong, salak, semangka, apel, pir, jeruk, belimbing, melon, dan buah naga. e)
Sayuran dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan A yang bebas dikonsumsi, sangat sedikit mengandung energi, protein dan karbohidrat. Jenis sayuran golongan
22
A diantarnya oyong, lobak, selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi, tauge, kangkung, terong, kembang kol, kol, labu air. Sedangkan sayuran golongan B boleh dikonsumsi, tetapi hanya 100 gram/hari. Jenis sayuran golongan B diantaranya buncis, labu siam, daun singkong, jagung muda, bayam, kacang panjang. b.
Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita DM (Almatsier, 2006) adalah: a)
Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue manis, dan krekers.
b) Mengandung tinggi lemak seperti santan, makanan siap saji (fast-food), goreng-gorengan. c)
Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan.
3)
Jadwal Makan Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol
kadar
gula
darah.
Makanan
porsi
besar
menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi DM. Oleh karena itu makanlah
23
sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur yaitu makan pagi, makan siang, makan malam dan snack diantara makan besar dan dilaksanakan dengan interval 3 jam.(Waspadji, 2002). Tabel 2.3. Jadwal makan penderita DM
Waktu
Jadwal
Total kalori
Pukul 07.00
Makan pagi
20 %
Pukul 10.00
Selingan
10%
Pukul 13.00
Makan siang
30%
Pukul 16.00
Selingan
10%
Pukul 19.00
Makan malam
20%
Pukul 21.00
Selingan
10%
Tabel 2.4. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1900 kkal Waktu
Menu makanan
Berat (gram)
URT
Sarapan pagi
Nasi
100
1 gls
07.00
Telur dadar
50
1 ptg
Tempe goreng
25
½ ptg
Sayur oyong
100
1 gls
Minyak
10
1 sdm
24
10.00
Buah
100
1 ptg
Makan siang
Nasi
200
1 ½ gls
13.00
Pepes ikan
50
1 ptg
Tempe goreng
50
1 ptg
Sayur asem
100
1 gls
Buah
100
1 ptg
Minyak
10
1 sdm
16.00
Buah
100
1 ptg
Makan
Nasi
150
1 gls
malam
Ayam goreng
50
1 ptg
19.00
Tahu goreng
25
½ gls
Cah capcay
100
1 gls
Buah
100
1 ptg
Minyak
10
1 sdm
Sumber : Almatsier, 2006 Nilai Gizi : a. Energi : 1912 kkal b. Protein : 60 g (12,5,% energi total) c. Lemak : 48 g (22,5 % enegi total) d. Karbohidrat : 299 g (62,5 % energi total) e. Kolesterol : 303 mg f. Serat : 37 g
25
B. Kepatuhan 1.
Pengertian Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan (KBBI, 2012). Menurut Bastable (2002), kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007). Kepatuhan berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, dan mengikuti jadwal. Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat (Niven, 2002). 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Faktor yang mempengaruhi perilaku patuh ditentukan oleh tiga faktor utama (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007) yaitu : 1. Faktor predisposisi (faktor pendorong) Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain :
26
a)
Kepercayaan Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan control penyakitnya dapat dipengaruhi oleh kepercayaan penderita dimana penderita yang memiliki kepercayaan yang kuat akan lebih patuh terhadap anjuran dan larangan.
b) Sikap Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri individu sendiri. Keinginan untuk tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kotrol penyakitnya. c)
Pengetahuan Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak teridentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu melakukan kontrol terhadap kesehatannya.
2.
Faktor reinforcing (Faktor pendukung) Faktor reinforcing merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang, antara lain :
27
a)
Dukungan petugas kesehatan Dukungan dari petugas kesehatan sangatlah besar artinya bagi penderita sebab petugas adalah pengelola penderita yang paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk anjurananjuran yang diberikan.
b) Dukungan keluarga Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya,
karena
dengan dukungan tersebut
akan
menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya. 3. Faktor enabling (Faktor pemungkin) Faktor-faktor
yang
memungkinkan
atau
memfasilitasi
perilaku dan tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit, posyandu, tempat
28
pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan yang bergizi, dan sebagainya.
3. Kepatuhan Diet Kepatuhan diet merupakan suatu
aturan perilaku
yang
disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lain yang harus diikuti oleh pasien. Perilaku yang disarankan yaitu berupa pola makan dan ketepatan makan pasien DM. Dalam diet pasien DM harus memperhatikan jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan agar kadar glukosa darahnya tetap terkontrol (Novian, 2013). Mematuhi serangkaian diet merupakan aspek yang paling penting dalam penatalaksanaan DM. Diet yang dijalankan penderita DM akan berlangsung selama seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja (Pratita,2012). Kepatuhan diet jangka panjang merupakan tantangan yang sangat besar bagi pasien supaya tidak terjadi komplikasi (Smeltzer & Bare, 2002).
C. Dukungan Keluarga 1. Pengertian Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stres (Taylor, 2006). Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang
29
diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahaptahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).
2. Dimensi Dukungan Keluarga Dimensi dukungan keluarga menurut Sarafino (2004), adalah : a.
Dimensi emosional Dukungan ini melibatkan ekspresi, rasa empati dan perhatian terhadap seseorang sehingga membuat penderita DM merasa lebih baik, memperoleh kembali keyakinannya, merasa dimiliki dan dicintai. Dimensi ini memperlihatkan adanya dukungan dari keluarga, adanya pengertian dari anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita DM. Komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga diperlukan untuk memahami situasi penderita. Dimensi ini didapatkan dengan mengukur persepsi penderita tentang dukungan keluarga berupa pengertian dan kasih sayang dari keluarga.
30
Memberikan dukungan emosional kepada keluarga termasuk dalam fungsi afektif keluarga. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga untuk memberikan perlindungan psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Keluarga berfungsi sebagai sumber cinta, pengakuan, penghargaan dan memberi dukungan. Friedman (2003) menunjukkan bahwa dengan adanya dukungan emosional didalam keluarga, secara positif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga. Menurut House (1994 dalam setiadi, 2008) mengatakan bahwa bentuk dukungan emosional berupa dukungan simpati dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar keluhannya, dan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapi. b.
Dimensi Penghargaan Dukungan penghargaan merupakan suatu dukungan atau bantuan dari keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik dan penghargaan dengan menunjukkan respon positif, yaitu dorongan atau persetujuan terhadap gagasan atau ide. (Bomar,2004). Menurut Friedman (2003), dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah.
31
Dapat dikatakan bahwa adanya dukungan penilaian yang diberikan keluarga terhadap penderita DM berupa penghargaan, dapat meningkatkan status psikososial, semangat dan motivasi sehingga diharapkan dapat membentu perilaku patuh terhadap diet pada penderita DM. c.
Dimensi Instrumental Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan ini berupa bantuan langsung. Dimensi ini memperlihatkan dukungan dari keluarga dalam bentuk yang nyata terhadap ketergantungan anggota keluarga (Yusra, 2010). Peterson& Bredow (2004) menyatakan dimensi instrumental ini meliputi penyediaan sarana (peralatan atau saran pendukung lain) untuk mempermudah atau menolong oranglain. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh keluarga dalam bentuk memeberikan bantuan tenaga, dana, maupun menyediakan waktu untuk melayani dan mendengarkan keluarga yang sakit dalam menyampaikan perasaannya (Bomar,2004). Dukungan keluarga instrumental yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan instrumental juga termasuk ke dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga dan fungsi ekonomi yang diterapkan pada keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan berupa menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya dan fungsi ekonomi berupa daya yang cukupseperti finansial dan ruang.
32
Dukungan instrumental bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misal dengan menyediakan makanan sesuai dengan pola diet pasien,menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan dan lain-lain. Dengan adanya dukungan instrumental yang cukup pada pasien DM diharapkan kepatuhan diet pasien DM dapat terjaga dan terkontrol dengan baik sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya. d.
Dimensi Informasi Dukungan ini berupa pemberian saran percakapan atau umpan balik tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Dimensi ini menyatakan dukungan keluarga yang diberikan bisa membantu pasien dalam mengambil keputusan dan menolong pasien dari hari ke hari dalam manajemen penyakitnya. Sedangkan menurut Peterson & Bredow (2004) aspek informasi ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan atau keterangan yang diperlukan oleh individu yang bersangkutan serta untuk mengatasi masalah pribadinya. Menurut House (1994 dalam Setiadi, 2008), bantuan informasi yang disediakan
agar
menanggulangi
dapat
digunakan
persoalan-persoalan
oleh yang
seseorang dihadapi,
dalam meliputi
pemberian nasehat, pengarahan, ide-iede atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada oranglain yang mungkin mempunyai persoalan yang sama atau hampir sama.
33
Anggota keluarga yang sakit jika mendapatkan dukungan informasi yang cukup akan termotivasi untuk tetap menjaga kondisi kesehatan untuk menjadi lebih baik. (Friedman, 2003)Berdasarkan hal tersebut, pasien DM sangat membutuhkan dukungan informasional dari oranglain dalam arri keluarga berupa dukungan informasi. Dukungan informasi yang dibutuhkan pasien DM dapat berupa pemberian informasi terkait dengan diet pasien DM.
3.
Sumber-sumber Dukungan Sosial Kahn dan Antonucci (dalam Nurmadina, 2010) menyatakan bahwa seorang individu dikelilingi oleh suatu pengiring yang selalu mendukung atau menyertai individu tersebut sepanjang masa hidupnya, dimana anggota pengiring ini dapat datang dan pergi seiring dengan berjalannya waktu. Kahn dan Antonucci membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi tiga kategori yaitu: a. Sumber dukungan sosial yang stabil sepanjang waktu perannya, yaitu yang selalu ada sepanjang hidupnya yang menyertai dan mendukung individu tersebut, seperti keluarga dekat, pasangan (suami/istri) atau teman dekat. b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah sesuai sepanjang waktu, seperti teman kerja, tetangga, sanak keluarga dan teman sepergaulan.
34
c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat
berubah.
Sumber
dukungan
ini
misalnya
tenaga
ahli/profesional dan keluarga jauh dan sesama pekerja.
D. Dukungan Pasangan Dukungan pasangan merupakan salah satu elemen terpenting pada diri individu, karena interaksi pertama dan paling sering dilakukan individu adalah dengan orang terdekat yaitu pasangannya (Pratita, 2012). Setiap anggota keluarga umumnya berada di bawah pengawasan anggota keluarga lain seperti pasangan, yang dimana mereka saling menginginkan kebersamaan, saling membutuhkan, saling melayani, saling memberikan dorongan dan dukungan (Gunarsa, 2000). Adanya dukungan yang didapat dari pasangan hidup dalam keluarga atau seseorang yang berarti dapat membantu penderita untuk tetap menjalani diet yang telah ditetapkan. Dukungan pasangan dipercaya dapat membantu para penderita untuk menghadapi penyakit yang dideritanya, dalam hal ini penyakit diabetes melitus. Menurut Sarafino (2006), dukungan yang diberikan dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk antara lain dukungan emosi berupa perkataan yang baik dan lembut. Pasangan yang berkeluarga memberikan bujukan atau rayuan kepada penderita untuk menaati saran dari perawat, dokter, dan petugas kesehatan lain untuk menaati diet. Sebagai contoh, seorang pasien yang berniat untuk makan sesuai dengan rencana diet yang telah dibuatnya, terkadang melanggar aturan karena situasi yang kurang
35
mendukung misalnya menghadiri jamuan pesta. Maka dari itu, pasangan dari penderita DM memiliki peran yang cukup besar dalam memberikan dukungan agar penderita tetap mematuhi dan berusaha mengontrol kadar gula darahnya. Dukungan yang diberikan oleh pasangan bukan hanya sekedar memberikan bantuan, namun yang penting adalah persepsi penderita DM dalam menerima makna dukungan yang diberikan dalam arti individu yang menerima dukungan tersebut dapat merasakan manfaat dukungan bagi dirinya. Manfaat dari dukungan yang diberikan oleh pasangan kepada penderita tersebut untuk meminimalkan atau mengurangi ketidakpatuhan penderita pada saran-saran yang diberikan oleh perawat, dokter, dan petugas kesehatan lain (Pratita, 2012).
36
E. Kerangka teori Kerangka teori modifikasi dari teori Lawrence Green (1980) dalam konsep perilaku kesehatan, teori Friedman (1998) dalam dimensi dukungan keluarga/pasangan dan, teori Smeltzer & Bare (2002) dalam pengkajian dan penatalaksanaan pasien diabetes melitus.
Produksi insulin tidak adekuat
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan : a. Sikap b. Pengetahuan c. Dukungan petugas kesehatan d. Dukungan keluarga (pasangan)
Resistensi insulin
Gangguan metabolisme : Diabetes Melitus tipe 2
Penatalaksanaan DM a. b. c. d. e.
Diet Latihan Pemantauan Terapi pendidikan
Dukungan Pasangan : a. b. c. d.
Dukungan emosional Dukungan penghargaan Dukungan instrumental Dukungan informasi
KEPATUHAN DIET PENDERITA DM TIPE 2
Gambar 2.1 KerangkaTeori
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka tentang dukungan keluarga dalam hal ini pasangan dan berdasarkan teori Friedman(1998), terdapat empat dimensi dukungan, antara lain dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi. Berdasarkan teori Smeltzer & Bare (2002), penatalaksanaan diabetes melitus salah satunya adalah diet. Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan hal yang sangat penting bagi penderita DM guna menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal. Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk kerangka konsep penelitian dengan variabel penelitian sebagai berikut : 1. Variabel independen yaitu dukungan pasangan yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi. 2. Variabel dependen yaitu kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2.
37
38
Adapun kerangka konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
INDEPENDEN
DEPENDEN
Dukungan pasangan :
1) Dukungan emosional 2) Dukungan penghargaan
Kepatuhan Diet pada penderita DM tipe 2
3) Dukungan instrumental 4) Dukungan informasi
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian mengenai Hubungan Antara Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien DM Tipe 2.
B. Hipotesis Ho :Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.
39
C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
No 1.
Variabel
Definisi Operasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
Dukungan
Dukungan yang
Menghitung skor dari
Kuesioner
Jumlah skor kumulatif Ordinal
pasangan
diberikan oleh orang
pertanyaan tentang
Dukungan
jawaban responden
yang mempunyai ikatan
dukungan pasangan
pasangan
tentang dukungan
pernikahan dengan
menggunakan skala
dengan 19
pasangan di bagi
penderita DM, baik
Likert dengan jawaban : pertanyaan
jumlah item
berupa dukungan
Selalu (4)
pertanyaan. Skor
emosional, dukungan
Sering (3)
tertinggi 4 dan skor
penghargaan, dukungan
Jarang (2)
terendah 1.
instrumental dan
Tidak Pernah (1)
dukungan informasi.
40
2
3
Kepatuhan
Tingkat ketaatan dan
Menggunakan skala
Kuesioner pola
Jumlah skor kumulatif Ordinal
diet penderita
kedisplinan penderita
Likert. Skor untuk
diet penderita
jawaban responden
DM tipe 2
DM tipe 2 terhadap
setiap jawaban :
dibetes melitus
tentang kepatuhan
program diet.
Selalu (4)
tipe 2 dengan
diet di bagi jumlah
Sering (3)
25 pertanyaan
item pertanyaan. Skor
Usia
Jarang (2)
tertinggi 4 dan skor
Tidak Pernah (1)
terendah 1.
Usia responden yang
Ditanyakan, kuesioner
dihitung sejak lahir
A : Data demografi
hingga hari ulang tahun
tentang usia
terakhir.
Kuesioner
Usia dinyatakan dalam tahun
Interval
41
4
5
Jenis kelamin
Pendidikan
Ciri seksual responden
Ditanyakan pada
Kuesioner
1. Pria
yang dibedakan atas
kuesioner A : Data
laki-laki dan
demografi
perempuan.
Tentang jenis kelamin
Pendidikan formal
Ditanyakan pada
terakhir yang pernah
kuesioner A : Data
dinyatakan dalam
diikuti oleh reponden
demografi
berdasarkan jenjang
Tentang pendidikan
pendidikan yang
Nominal
2. Wanita
Kuesioner
Pendidikan
ditempuh : 1. Tidak sekolah/ tidak tamat SD 2. SD
Ordinal
42
3. SMP 4. SMA 5. Perguruan tinggi
6
Pekerjaan
Status pekerjaan yang
Ditanyakan pada
Kuesioner
1. pegawai
dilakukan responden
kuesioner A : Data
negeri
demografi tentang
2. pegawai swasta
pekerjaan.
3. wiraswasta 4. tidak bekerja 5. lain-lain
Ordinal
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, karena data yang diperoleh merupakan data langsung yang dapat dihitung atau dikelola dengan statistik. Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran atau penelitian dalam satu waktu. Peneliti menggunakan desain cross sectional karena penelitian ini bermaksud mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat ukur kuesioner. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel tanpa mencoba mengubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabelvariabel tersebut (Hidayat,2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Tahun 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Alasan memilih Puskesmas Munjul sebagai tempat penelitian karena insiden terjadinya komplikasi pada penderita DM tipe 2 masih tinggi yang 43
44
dibuktikan dengan lebih banyaknya penderita lama yang datang ke puskesmas dengan komplikasi.
C. Populasi dan sampel 1.
Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. (Notoatmodjo dalam Setiadi, 2007). Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul yaitu berjumlah 54 orang.
2.
Sampel Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, dalam Setiadi 2007). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 54 orang.
45
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,2010). 1) Penderita diabetes melitus tipe 2 baik laki-laki maupun perempuan yang bersedia menjadi responden. 2) Penderita diabetes melitus tipe 2 yang tinggal bersama pasangannya (suami/istri). 3) Penderita diabetes melitus tipe 2 yang mampu membaca, menulis dan berbahasa Indonesia.
D. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang mengacu pada kerangka teori. Instrumen penelitian terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1.
Data demografi Kuesioner karakteristik responden terdiri dari identitas penderita DM tipe 2 meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.
2.
Kuesioner dukungan pasangan Bagian kedua kuesioner berisi 19 item pertanyaan tentang dukungan pasangan yang akan diisi oleh penderita DM tipe 2. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan positif dan 1 pertanyaan negatif (pertayaan nomor 5). Kuesioner ini mencakup dimensi emosional terdiri dari 5
46
pertanyaan (pertanyaan nomor 1-5), dimensi penghargaan 5 pertanyaan (pertanyaan
nomor
6-10),
dimensi
informasi
5
pertanyaan (pertanyaan nomor 11-15), dan dimensi instrumental 4 pertanyaan (pertanyaan nomor 16-19). Penilaian untuk kuesioner dukungan pasangan ini menggunakan skala Likert. Skor untuk pertanyaan positif, yaitu : Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1 Skor untuk pertanyaan negatif, yaitu : Selalu : 1, Sering: 2, Jarang: 3, Tidak pernah : 4 Reponden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√) pada kolom kuesioner tersebut. 3. Kuesioner pola makan penderita DM tipe 2 Bagian ketiga kuesioner berisi 10 item pertanyaan tentang kepatuhan diet penderita DM tipe 2 yang akan diisi oleh penderita. Kuesioner ini terdiri dari 6 pertanyaan positif (pertanyaan nomer 1,2,4,6,8,10) dan 4 pertanyaan negatif (3,5,7,9). Penilaian kuesioner ini menggunakan skala Likert. Skor untuk setiap pertanyaan positif, yaitu : Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1 Skor untuk pertanyaan negatif, yaitu : Selalu : 1, Sering: 2, Jarang: 3, Tidak pernah : 4 Reponden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√) pada kolom kuesioner tersebut.
47
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting, yaitu valid dan reliable (Arikunto, 2006). Untuk mendapatkan data yang valid dan reliable maka kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Sebelum kuesioner digunakan
dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner
dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan dicari reliabilitasnya dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi masing-masing skor item dari tiap variabel dengan skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dan hasilnya nanti dikatakan valid jika tiap pertanyaan mempunyai nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2008). Peneliti melakukan uji coba validitas pada tanggal 10 April – 16 April 2015. Uji validitas dilakukan terhadap 30 penderita DM tipe 2. Uji validitas dilakukan di wilayah selain wilayah kerja Puskesmas Munjul dengan kriteria responden yang sesuai dengan kriteria inklusi, sehingga responden yang telah diteliti dalam uji validitas tidak termasuk dalam responden penelitian.
48
Hasil uji validitas menunjukkan ada dua pernyataan yang tidak valid pada kuesioner dukungan pasangan dan 1 pernyataan yang tidak valid pada kuesioner kepatuhan diet. Pernyataan tersebut adalah pernyataan nomor 14 dengan nilai korelasi 0,307 dan nomor 17 memiliki nilai korelasi -0,349 pada kuesioner dukungan pasangan dan pernyataan nomor 10 dengan nilai korelasi 0,277 untuk pernyataan pada kuesioner kepatuhan diet.
Pernyataan yang tidak valid ini kemudian peneliti
modifikasi. Setelah peneliti modifikasi, dilakukanlah uji validitas isi terhadap kuesioner ini dengan mengajukan kuesioner ini kepada orang yang ahli dalam bidang ini. Hasil dari validitas isi ini adalah 1 dari 3 pertanyaan yang tidak valid dalam kuesioner ini dihilangkan, yaitu perntaan nomor 17 pada kuesioner dukungan pasangan. Jadi, peneliti menggunakan 19 pernyaatan dalam kuesioner dukungan pasangan dan 10 pernyataan dalam kuesioner kepatuhan diet ini untuk dijadikan instrumen penelitian. Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada tingkat kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Hal ini berarti sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).
49
Hasil uji reliabilitas pada variabel dukungan pasangan dalam kuesioner ini adalah α = 0,833 dan pada variabel kepatuhan diet adalah α = 0,832. Berdasarkan nilai tersebut, pernyataan mengenai variabel dukungan pasangan dan kepatuhan diet dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan karena nilai Alpha Cronbach > 0,60. F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data 1. Setelah
proposal
penelitian
disetujui
oleh
penguji,
peneliti
mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin pengambilan data kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur sebagai surat pengantar untuk melakukan penelitian di Puskesmas Munjul. 3. Setelah surat ijin pengambilan data disetujui oleh pihak Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, peneliti diberikan surat pengantar oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk diberikan kepada Kepala Puskesmas Munjul. 4. Setelah itu, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan responden penderita diabetes melitus tipe 2. 5. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti mulai mengumpulkan data di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. 6. Peneliti menggunakan teknik total sampling dalam mengumpulkan sampel sehingga seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 yang tinggal
50
di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul dijadikan sampel dalam penelitian ini. 7. Dalam proses pengambilan data, peneliti menyebar kuesioner dengan cara mendatangi responden kerumahnya masing-masing (door to door). 8. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya. 9. Selanjutnya responden diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas. 10. Waktu pengisian kuesioner selama kurang lebih 15 menit untuk masing-masing responden. 11. Responden diharapkan menjawab seluruh pernyataan di dalam kuesioner. Setelah responden selesai, lembar kuesioner dikembalikan kepada peneliti. 12. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.
51
G. Pengolahan Data Dalam proses pengolahan data, peneliti menggunakan langkahlangkah pengolah data (Hidayat, 2008), diantaranya : 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 3. Processing data Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis.
Proses
pengolahan
data
dilakukan
dengan
cara
memindahkan data dari kusioner ke program komputer pengolahan data statistik.
52
4. Cleaning data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
H. Analisis Data 1.
Analisis univariat Analisis
univariat
mendeskripsikan data
diperlukan secara
untuk
sederhana.
menjelaskan Cara
atau
penyajiannya,
misalnya dengan presentase atau tabel distribusi frekuensi, batang (bar), diagram map, dan diagram pie (Budiharto, 2008). Variabel pada penelitian ini meliputi variabel independen yaitu dukungan pasangan dan variabel dependennya adalah kepatuhan diet. 2.
Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara 2 variabel (Hastono,2007). Penelitian ini dianalisis dengan uji korelasi pearson. Uji ini digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independendan variabel dependen. Nilai koefisien korelasi (nilai r) menunjukkan besarnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai koefisien r akan selalu berada diantara -1 sampai +1. Semakin mendekati -1 atau +1 maka hubungan antara variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 maka hubungan antara 2 variabel semakin lemah.
53
Kemudian tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Ho diterima jika signifikansi > 0,05 dan sebaliknya (Dharma, 2011).
I.
Etika penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut : 1.
Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar pesetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian,
dan
mengetahui
dampaknya.jika
responden
bersedia, maka mereka harus menandatangani lembarpersetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peniliti harus menghormatinya. 2.
Anomality (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
54
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hail penelitian yang akan disajikan. 3.
Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
BAB V HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan secara lengkap hasil penelitian mengenai hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Penelitian ini dilakukan selama satu minggu dari tanggal 24 April sampai 30 April 2015. A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian Puskesmas Munjul terletak di Jalan Dalang RT 005 RW 05 kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Wilayah kerja Puskesmas Munjul terdiri dari satu kelurahan yaitu Kelurahan Munjul dengan total jumlah penduduk sebanyak 24.837 jiwa. Berikut ini adalah visi, misi, dan kebijakan mutu di Puskesmas Munjul. a. Visi Pelayanan Prima menuju Kelurahan Munjul Sehat untuk semua b. Misi Peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan Pengembangan SDM yang profesional Peningkatan sistem manajemen puskesmas Pengembangan kemandirian masyarakat di dalam bidang kesehatan
55
56
c. Kebijakan mutu Memberikan pelayanan profesional yang berorientasi pada meningkatkan kepuasan pelanggan serta secara terus-menerus melakukan peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan sistem
manejemen
ISO
9001
dan
menaati
peraturan
perundangan yang berlaku.
B. Hasil Faktor Analisis Kuesioner
Tabel 5.1 Hasil Faktor Analisis Item Kuesioner Dukungan Pasangan dan Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)
No Item 6 12 7
13
11
14
Item Variabel
Faktor 1 2 3 Kuesioner Dukungan Pasangan Pasangan saya memberi pujian ketika ada kemajuan kesehatan. 0,868 -0,132 -0,199 Pasangan saya memberitahu makanan apa saja yang harus saya hindari. Pasangan saya memberi pujian atas usaha yang telah saya lakukan untuk menaati aturan makan / diet. Pasangan saya memberitahu dampak jika saya tidak mengikuti aturan makan/diet. Pasangan saya mengingatkan saya untuk mematuhi aturan makan yang saya jalani. Pasangan saya mengingatkan saya untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin.
KMO/ MSA
0,822 -0,027
Alpha Cronbach
0,091
0,817 -0,081 -0,252
0,742 -0,042
0,020
0,621
0,081
0,201
0,587
0,175
0,234 0,888
57
18
10
17
15
9
2 1
3 8
19
4 5
2
10 7 3
Pasangan saya menyiapkan makanan 0,565 0,073 sesuai dengan aturan makan yang 0,800 saya jalani. Pasangan saya memperhatikan 0,557 0,283 kebutuhan saya dalam menjalankan diet. Pasangan saya meluangkan waktu 0,539 0,042 untuk mendengarkan cerita ataupun keluhan-keluhan saya. Pasangan saya memberitahu tentang 0,493 0,284 semua informasi yang ia dapatkan dari dokter, perawat atau tim kesehatan lain kepada saya. Pasangan saya mengawasi 0,480 0,297 pelaksanaan aturan makan yang sedang saya jalani. Pasangan saya menganjurkan untuk 0,037 0,915 makan dan minum tepat waktu. Pasangan saya memberikan 0,029 0,841 dorongan untuk tetap menjaga kesehatan. Pasangan saya mengingatkan saya 0,023 0,789 untuk makan sesuai aturan. Pasangan saya marah ketika saya -0,073 0,703 tidak mau mentaati aturan makan / diet yang telah ditetapkan. Pasangan saya melayani dan 0,199 0,611 membantu ketika saya membutuhkan sesuatu. Pasangan saya memberikan perhatian 0,117 0,598 penuh terhadap diet yang saya jalani. Pasangan saya membiarkan saya -0,011 0,564 makan dan minum walaupun itu melanggar aturan. Kuesioner Kepatuhan Diet Saya makan makanan sesuai dengan anjuran dokter, perawat atau petugas kesehatan lain. 0,108 -0,261 Saya secara rutin mengontrol kadar gula darah sesuai instruksi dokter/perawat. Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan makan makanan sesuka hati. Saya makan makanan yang menggandung tinggi lemak seperti
0,067
-0,011
0,101
0,073
-0,114
-0,158 -0,127
-0,005 0,092
-0,099
0,105 0,342
0,838
0,121 -0,091
0,734
0,089 -0,312
0,681
-0,122
0,107
0,627
0,853
58
9
5 4
8 6
santan, makanan cepat saji (fast 0,733 food), dan goreng-gorengan setiap hari. Saya ikut makan masakan keluarga walaupun bertentangan dengan diet saya. Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari. Saya menggunakan pemanis khusus untuk penderita diabetes seperti gula jagung saat ingin mengkonsumsi makanan/minuman manis setiap hari. Saya secara rutin menimbang berat badan setiap bulan. Saya mengkonsumsi sayur dan buah sesuai dengan saran yang dianjurkan oleh dokter/perawat setiap hari.
0,780
-0,238
0,294
0,591
0,008
0,129
0,535
-0,184
0,139
0,521
0,220 -0,084
0,472
-0,045
0,227
0,402
: Memberi pujian dan dukungan (6, 12, 7, 13, 11, 14, 18, 10, 17, 15, 9)
: Aturan makanan dan diet (2, 1, 3, 8, 19, 4, 5) : Kepatuhan diet (2,10, 7, 3, 9, 5, 4, 8, 6) Peneliti mengidentifikasi kembali item pernyataan kuesioner untuk pengukuran dukungan pasangan yang didapatkan penderita DM tipe 2 dan kepatuhan diet dengan menggunakan metode faktor analisis untuk melihat nilai KMO (Kaiser Meyer Oikin) / MSA (Measure of Sampling Adequacy), faktor yang dapat terbentuk, nilai factor loading per-item pernyataan, dan nilai Alpha Cronbach’s per faktor yang terbentuk. KMO atau MSA merupakan pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel) yang mengharuskan nilai KMO > 0,5 (Wood dan Haber, 2006). Pada tabel 5.1, untuk kuesioner dukungan pasangan didapatkan nilai KMO / Measure of Sampling Adequacy (MSA) 0,800 dan terbentuk dua faktor yaitu faktor memberi pujian dan dukungan serta aturan
59
makanan dan diet. Dua faktor yang terbentuk yaitu nomor item 6, 12, 7, 13, 11, 14, 18, 10, 17, 15, dan 9 membentuk faktor memberi pujian dan
dukungan, serta nomor item 2, 1, 3, 8, 19, 4, dan 5 membentuk faktor aturan makanan dan diet. Masing-masing faktor mempunyai nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,888 dan 0,853. Kemudian dari hasil uji tersebut peneliti mengeluarkan item pernyataan 16 karena dianggap tidak valid, item tersebut menunjukkan nilai factor loading 0,136. Sedangkan untuk kuesioner kepatuhan diet hanya terbentuk satu faktor dengan item pernyataan nomor 2, 10, 7, 3, 9, 5, 4, 8, dan 6. Faktor ini memiliki nilai KMO / Measure of Sampling Adequacy (MSA) 0,733 dengan nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,780. Kemudian dari
hasil
tersebut peneliti mengeluarkan item pernyataan nomor 1 karena dianggap tidak valid, item tersebut menunjukkan nilai factor loading 0,166.
C. Hasil Analisis Univariat Hasil
analisis
univariat
menggambarkan
distribusi
reponden
berdasarkan karakteristik demografi responden yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, gambaran dukungan pasangan dan gambaran kepatuhan diet penderita DM tipe 2.
60
1. Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul a. Usia Responden Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil Analisis Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)
Variabel
Mean
Median
SD
Min Maks
Usia
55,9
57
9,20
34 – 83
(Tahun)
Data pada Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa rata-rata usia responden yang menderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul tahun 2015 adalah 55,9 tahun. Usia termuda adalah 34 tahun dan usia tertua adalah 83 tahun. b. Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
26
48,1
Perempuan
28
51,9
Total
54
100
61
Pada tabel 5.3 memperlihatkan bahwa responden yang menderita DM tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas Munjul sebagian besar adalah perempuan dengan jumlah penderita sebanyak 28 responden (51,9%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 26 responden (48,1%). c. Tingkat pendidikan Responden Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak Sekolah
11
20,4
SD
13
24,1
SMP
4
7,4
SMA
20
37,0
Diploma/Sarjana
6
11,1
Total
54
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan penderita DM tipe 2 adalah lulusan SMA yang berjumlah 20 responden (37,0%).
62
d. Pekerjaan Responden Karakteristik responden berdasarkan satatus pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)
Status Pekerjaan
Frekuensi
Presentase (%)
Pegawai Negeri
6
11,1
Pegawai Swasta
2
3,7
Wiraswasta
14
25,9
Tidak Bekerja
23
42,6
Lain-lain
9 54
16,7 100
Total
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa sebagian besar status pekerjaan penderita DM tipe 2 adalah tidak bekerja yang berjumlah 23 responden (42,6%).
2. Gambaran Dukungan Pasangan Sebelum peneliti melakukan analisis univariat terhadap variabel dukungan pasangan, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan uji kolmogrov smirnov dalam melakukan uji normalitas karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah > 50 responden, yaitu 54 responden. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai kemaknaan
63
(p) pada uji kolmogrov smirnov ini > 0,05 dan begitu juga sebaliknya (Dahlan, 2008). Hasil uji normalitas dari variabel dukungan pasangan ini adalah 0,087 sehingga distribusi dari variabel ini normal. Komponene pernyataan dukungan pasangan terdiri dari 18 item pernyataan. Hasil analisis dukungan pasangan dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Hasil Analisis Dukungan Pasangan yang Didapatkan oleh Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54) Variabel
Mean
Median
SD
Min – Maks
Dukungan
3,3
3,4
0,38
1–4
Pasangan
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata dukungan pasangan yang didapatkan responden adalah 3,3. Nilai dukungan terendah adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 4. Gambaran skor mean dukungan pasangan yang didapatkan oleh penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 pada setiap item pernyataan terlihat pada tabel 5.7.
64
Tabel 5.7 Gambaran Skor Mean Dukungan Pasangan yang Didapatkan oleh Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 pada setiap Item Pernyataan (n=54) Item Pernyataan Pasangan saya memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan. Pasangan saya melayani dan membantu ketika saya membutuhkan sesuatu. Pasangan saya menganjurkan untuk makan dan minum tepat waktu. Pasangan saya mengingatkan saya untuk makan sesuai aturan. Pasangan saya memperhatikan kebutuhan saya dalam menjalankan diet. Pasangan saya memberikan perhatian penuh terhadap diet yang saya jalani. Pasangan saya mengingatkan saya untuk mematuhi aturan makan yang saya jalani.
Min Max
Mean
Std. Error
Std. Deviation
3
4
3,777
0,0571
,4196
3
4
3,777
0,0571
0,4196
2
4
3,740
0,0657
0,4831
2
4
3,648
0,0755
0,5548
2
4
3,592
0,0724
0,5326
2
4
3,592
0,0724
0,5326
2
4
3,407
0,0771
0,5669
65
Pasangan saya meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita ataupun keluhankeluhan saya. Pasangan saya mengawasi pelaksanaan aturan makan yang sedang saya jalani. Pasangan saya memberi pujian atas usaha yang telah saya lakukan untuk menaati aturan makan / diet. Pasangan saya memberi pujian ketika ada kemajuan kesehatan. Pasangan saya mengingatkan saya untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin. Pasangan saya memberitahu makanan apa saja yang harus saya hindari. Pasangan saya memberitahu dampak jika saya tidak mengikuti aturan makan/diet. Pasangan saya memberitahu tentang semua informasi yang ia dapatkan dari dokter, perawat atau tim kesehatan lain kepada saya.
3
4
3,407
0,0674
0,4959
2
4
3,407
0,0815
0,5993
2
4
3,351
0,0707
0,5197
2
4
3,351
0,0707
0,5197
1
4
3,314
0,0828
0,6088
2
4
3,314
0,0828
0,6088
2
4
3,240
0,0696
0,5115
2
4
3,203
0,0891
0,6553
66
Pasangan saya marah ketika saya tidak mau mentaati aturan makan / diet yang telah ditetapkan. Pasangan saya menyiapkan makanan sesuai dengan aturan makan yang saya jalani. Pasangan saya membiarkan saya makan dan minum walaupun itu melanggar aturan.
1
4
3,166
0,1204
0,8848
1
4
2,981
0,1253
0,9212
1
4
2,907
0,0962
0,7076
Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa item pernyataan yang memiliki nilai mean tertinggi yaitu pernyataan “Pasangan saya memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan” dan “Pasangan saya melayani dan membantu ketika saya membutuhkan sesuatu.” dengan rata – rata 3,777 sedangkan item pernyataan yang memiliki nilai mean terendah yaitu pernyataan “Pasangan saya membiarkan saya makan dan minum walaupun itu melanggar aturan.” dengan rata – rata 2,907.
3. Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 Hasil uji normalitas dari variabel dukungan pasangan ini adalah 0,200 sehingga distribusi dari variabel ini adalah normal. Komponen kepatuhan diet terdiri dari 9 item pernyatan. Hasil analisis kepatuhan diet penderita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 5.8.
67
Tabel 5.8 Hasil Analisis Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54) Variabel
Mean
Median
SD
Min – Maks
Kepatuhan
2,9
3
0,52
1–4
Diet
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kepatuhan diet responden adalah 2,9. Nilai kepatuhan terendah adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 4. Gambaran skor mean kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas munjul tahun 2015 pada setiap item pernyataan terlihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9 Gambaran Skor Mean kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun pada setiap Item Pernyataan 2015 (n=54) Item Pertanyaan Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari. Saya secara rutin mengontrol kadar gula darah sesuai instruksi dokter/perawat.
Min
Max
Mean
Std. Error
Std. Deviation
1
4
3,648
0,106
0,780
2
4
3,500
0,090
0,665
68
Saya mengkonsumsi sayur dan buah sesuai dengan saran yang dianjurkan oleh dokter/perawat setiap hari. Saya makan makanan sesuai dengan anjuran dokter, perawat atau petugas kesehatan lain. Saya menggunakan pemanis khusus untuk penderita diabetes seperti gula jagung saat ingin mengkonsumsi makanan/minuman manis setiap hari. Saya secara rutin menimbang berat badan setiap bulan. Saya makan makanan yang menggandung tinggi lemak seperti santan, makanan cepat saji (fast food), dan goreng-gorengan setiap hari. Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan makan makanan sesuka hati. Saya ikut makan masakan keluarga walaupun bertentangan dengan diet saya.
2
4
3,314
0,105
0,772
2
4
3,000
0,115
0,846
1
4
2,925
0,162
1,195
1
4
2,925
0,134
0,987
1
4
2,629
0,113
0,830
1
4
2,463
0,117
0,862
1
4
2,277
0,107
0,787
69
Pada tabel 5.10 dapat dilihat bahwa item pernyataan yang memiliki nilai mean tertinggi yaitu pernyataan “Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari.” dengan nilai rata – rata 3,648 sedangkan item pernyataan yang memiliki nilai mean terendah yaitu pernyataan “Saya ikut makan masakan keluarga walaupun bertentangan dengan diet saya.” Dengan nilai rata – rata 2,277.
D. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Teknik analisis bivariat ini dilakukan dengan menggunakan Analisis Korelasi Pearson. 1.
Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tabel 5.10 Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)
Dukungan Pasangan
Kepatuhan Diet r
Signifikansi (p)
Memberi pujian dan dukungan
0,608
0,000
Aturan B akanan dan diet
0,395
0,003
70
Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat hasil hubungan antara variabel, yakni dukungan pasangan (memberi pujian dan dukungan serta aturan makanan dan diet) dan kepatuhan diet. Hasil analisis hubungan dukungan pasangan (memberi pujian dan dukungan serta makanan dan diet) terhadap kepatuhan diet menunjukkan pola positif, yaitu berarti semakin tinggi nilai dukungan pasangan maka semakin tinggi tingkat kepatuhan diet responden. Hubungan antara memberi pujian dan dukungan terhadap kepatuhan diet menunjukkan (r = 0,608) yang berarti hubungan tersebut kuat dengan
nilai signifikansi (p = 0,000), sedangkan untuk
hubungan antara aturan makanan dan diet terhadap kepatuhan diet menunjukkan (r = 0,395) yang berarti hubungan tersebut rendah dengan nilai signifikansi (p = 0,003). Dari hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p < 0,005), sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan secara mendalam dan memberikan interpretasi mengenai analisis faktor kuesioner, analisis univariat dan analisis bivariat yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta keterbatasan penelitian. A. Analisis faktor kuesioner Item-item pernyataan dalam kuesioner disusun oleh peneliti sesuai dengan teori Sarafino (2004) yang telah dibahas dalam kajian pustaka. Kuesioner penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu kuesioner dukungan pasangan dan kuesioner kepatuhan diet. Jumlah keseluruhan item kuesioner adalah 18 item pernyataan untuk kuesioner dukungan pasangan dan 9 pernyataan untuk kuesioner
kepatuhan
diet.
Setelah
dilakukan
pengukuran
dengan
menggunakan metode faktor analisis didapatkan data yang telah disajikan pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada kuesioner dukungan pasangan terbentuk dua faktor, diantaranya item pernyataan nomor 6, 12, 7, 13, 11, 14, 18, 10, 17, 15, dan 9 membentuk faktor memberi pujian dan dukungan, serta
nomor item 2, 1, 3, 8, 19, 4, dan 5 membentuk faktor aturan makanan dan diet. Sedangkan untuk kuesioner kepatuhan diet hanya terbentuk satu faktor yaitu item pernyataan nomor 2, 10, 7, 3, 9, 5, 4, 8, dan 6. Jumlah item kuesioner yang telah diuji validitasnya yaitu 19 item pernyataan untuk kuesioner dukungan pasangan dan 10 item pernyataan unutk kuesioner kepatuhan diet, dari dua kuesioner tersebut peneliti
71
72
melakukan analisis dan pengukuran kembali. Hasil dari analisis dan pengukuran kembali dengan menggunakan metode faktor analisis pada 54 sampel uji coba, peneliti menghapus satu item pernyataan pada kuesioner dukungan pasangan dan satu item pernyataan pada kuesioner kepatuhan diet. Hal ini berkaitan dengan hasil statistik yang menunjukkan kedua item tersebut tidak valid. Item nomor 16 dengan pernyataan “Pasangan saya mengantar atau mendampingi saya ketika berobat ke pelayanan kesehatan.” pada kuesioer dukungan pasangan memiliki factor loading 0,136 dan item nomor 1 dengan pernyataan “Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan yang sudah dikonsultasikan dengan dokter, perawat atau petugas kesehatan lain.” untuk kuesioner kepatuhan diet memiliki factor loading 0,166. Hasil ketidakvalidan dari item pernyataan tersebut dapat dikarenakan jawaban responden yang variatif, sehingga menyebabkan responden ragu-ragu dalam memilih jawaban.
B. Analisis Univariat 1. Gambaran Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul a. Usia Responden Responden dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Munjul. Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 54 orang. Hasil statistik pada penelitian ini menunjukkan
73
bahwa rata-rata usia penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul tahun 2015 adalah 55,9 tahun dengan usia termuda adalah 34 tahun dan usia tertua adalah 83 tahun. Usia diatas 40 tahun merupakan usia yang beresiko tinggi terjadinya DM tipe 2. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada lansia (usia 40-65 tahun), disamping adanya riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan (Smeltzer & Bare, 2002). Usia mempengaruhi resiko dan kejadian DM tipe 2. Usia sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkatnya usia maka prevalensi DM tipe 2 dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua terjadi pada usia diatas 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Setelah usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat puasa dan akan naik 5,6-13mg/dL pada 2 jam setelah makan (Sudoyo, 2006). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori tersebut bahwa rata-rata usia responden adalah 56 tahun, dengan usia termuda adalah 34 tahun dan usia tertua adalah 83 tahun.
b. Jenis Kelamin Responden Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Munjul adalah
74
berjenis kelamin perempuan. Jumlah penderita DM tipe 2 dengan jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 28 responden (51,9%) sedangkan laki-laki berjumlah 26 responden (48,1%). Hal
ini
sejalan
dengan
beberapa
penelitian
yang
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian Yusra (2011) mengenai dukungan pasangan dan kualitas hidup, sebagian besar responden DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 73 responden (60.8%) dibanding laki-laki 47 responden (39.2%). Demikian pula pada penelitian Purnomo & Supardi (2009) tentang dukungan keluarga dan motivasi klien DM tipe 2 melakukan aktivitas fisik, mayoritas responden DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 31 responden (58.5%) dibanding lakilaki yang berjumlah 22 responden (41.5%). Menurut Riskesdas (2013), prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Beberapa faktor resiko, seperti obesitas, kurangnya aktivitas/latihan fisik, usia dan riwayat DM saat hamil dapat menyababkan tingginya kejadian DM pada perempuan (Radi, 2007).
c. Tingkat pendidikan responden Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
75
Munjul adalah SMA. Penderita DM tipe 2 yang berpendidikan SMA berjumlah 20 responden (37%). Sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Yusra (2011), bahwa 40 responden (33.3%) responden DM tipe 2 berpendidikan SMA. Begitu juga Purnomo & Supardi (2009) pada penelitiannya tentang dukungan keluarga dan motivasi klien DM melakukan aktivitas fisik, ditemukan mayoritas responden DM tipe 2 berpendidikan SMA yaitu 21 orang (39.6%). Berbeda dengan penelitian fitriyani (2012) dalam penelitian tentang faktor risiko DM tipe 2, menemukan bahwa sebagian besar responden DM tipe 2 berpendidikan rendah yaitu 338 responden (66.4%). Begitu juga dalam penelitian Purwanto (2011) mengenai hubungan pengetahuan tentang DM tipe 2 dengan kepatuhan diet, dimana responden DM tipe 2 yang berpendidikan rendah lebih banyak yaitu 53 responden (86.7%). Dalam tinjauan teoritik tidak dijelaskan keterkaitan antara pendidikan dengan penyakit DM tipe 2. Namun tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan atau terapi yang akan dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya (Yusra, 2011). Sejalan
dengan
pendapat
dari
Notoatmodjo
(2003)
mengungkapkan bahwa pendidikan berdampak pada peningkatan wawasan atau pengetahuan seseorang. Pendidikan merupakan
76
faktor penting dalam memahami penyakit, perawatan diri, pengelolaan DM tipe 2 serta pengontrolan gula darah. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas terhadap pengelolaan DM tipe 2 dalam hal ini pengelolaan
diet
dibandingkan
dengan
seseorang
yang
pendidikannya lebih rendah.
d. Pekerjaan responden Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Munjul adalah tidak bekerja. Jumlah penderita DM tipe 2 yang tidak bekerja
yaitu sebanyak 23 responden (42.6%). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2012) tentang faktor risiko DM tipe 2, menyatakan bahwa sebagian besar penderita DM tipe 2 tidak bekerja yaitu sebanyak 415 responden (83%). Berbeda dengan penelitian Purwanto (2011) mengenai hubungan pengetahuan tentang DM tipe 2 dengan kepatuhan diet, menemukan bahwa sebagian besar responden DM tipe 2 bekerja yaitu 38 responden (63.3%). Orang yang tidak bekerja cenderung memiliki gaya hidup yang kurang aktif. Dalam tinjauan teoritik tidak dijelaskan kaitan pekerjaan dengan penyakit DM tipe 2. Namun variabel pekerjaan ini memiliki kaitan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat
77
membantu mengontrol kadar glukosa darah. Glukosa darah akan dibakar menjadi energi dan sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2010). Beberapa penelitian dewasa ini telah menunjukkan bahwa orang yang memiliki gaya hidup kurang aktif lebih mungkin terkena diabetes dibandingkan mereka yang hidupnya aktif (Ramaiah, 2008).
2. Gambaran Dukungan Pasangan Dukungan pasangan merupakan salah satu elemen terpenting pada diri individu, karena interaksi pertama dan paling sering dilakukan individu adalah dengan orang terdekat yaitu pasangannya (Pratita, 2012). Variabel dukungan pasangan dalam penelitian ini tersirat empat dimensi dukungan, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasional. Menurut House (1994, dalam Setiadi, 2008) dukungan emosional yang diberikan pasangan berupa rasa kasih sayang, mencintai dan memberikan perhatian. Sedangkan menurut Bomar (2004) dukungan penghargaan merupakan dukungan yang diberikan dalam bentuk memberikan umpan balik dan penghargaan positif, dan selanjutnya dukungan instrumental merupakan dukungan nyata, dimana dukungan ini berupa bantuan langsung berupa tenaga, dana dan waktu. Dan dukungan yang terakhir yaitu dukungan informasi. Dukungan
78
informasi yang diberikan pasangan berupa pemberian nasehat, pengarahan dan informasi yang diperlukan oleh penderita DM tipe 2 (Peterson & Bredow, 2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai dukungan pasangan yang didapatkan penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul adalah sebesar 3,3 dengan standar deviasi 0,38. Nilai terendah adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 4. Berdasarkan nilai rata-rata dan disesuaikan dengan skala instrumen pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa responden sering mendapatkan dukungan dari pasangannya. Menurut Sarafino (2006), pasangan yang memberi dukungannya dengan baik dipercaya dapat meningkatkan motivasi penderita DM tipe 2 untuk mengelola penyakitnya. Penelitian ini sejalan dengan study kualitatif yang dilakukan oleh Beverly & Wray (2010) di USA dengan jumlah sampel 60 responden. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa dukungan pasangan mempengaruhi program latihan dan manajemen DM tipe 2. Dukungan yang diberikan oleh pasangan dapat meningkatkan keinginan penderita DM tipe 2 untuk mematuhi program latihan dan manajemen DM tipe 2. Peneliti memberikan gambaran skor mean dari masing–masing item
pernyataan
kuesioner.
Skor
mean
dilakukan
untuk
mendeskripsikan masing-masing item pernyataan dukungan pasangan. Pada tabel 5.7 menunjukkan item pernyataan “Pasangan saya
79
memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan” dan “Pasangan saya melayani dan membantu ketika saya membutuhkan sesuatu.” Dengan nilai rata-rata 3,777. Hal ini menunjukkan bahwa dorongan yang diberikan pasangan agar responden tetap menjaga kesehatan serta pasangan yang melayani dan membantu saat responden membutuhkan sesuatu merupakan bentuk dukungan yang paling sering didapatkan oleh responden. Item pernyataan “Pasangan saya membiarkan saya makan dan minum walaupun itu melanggar aturan.” dengan nilai rata-rata 2,907 merupakan pernyataan yang memiliki nilai mean terendah. Hal ini menunjukkan bahwa pasangan yang membiarkan responden makan dan minum yang melanggar aturan merupakan bentuk dukungan yang jarang didapatkan oleh responden. Hal ini berarti pasangan mereka jarang membiarkan mereka makan dan minum yang melanggar aturan. Hasil dari penjabaran skor mean untuk setiap item pernyataan kuesioner
dukungan pasangan menunjukkan bahwa dukungan
pasangan yang didapatkan oleh penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul memiliki nilai yang cukup tinggi.
3. Gambaran Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 Kepatuhan diet merupakan suatu aturan perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lain yang harus diikuti oleh pasien. Perilaku yang disarankan yaitu berupa pola makan dan
80
ketepatan makan pasien DM. Diet pasien DM harus memperhatikan jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan agar kadar glukosa darahnya tetap terkontrol (Novian, 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul adalah 2,9 dengan standar deviasi 0,52. Dari hasil wawancara pada 20 orang dari 54 responden didapatkan bahwa penyebab ketidakpatuhan penderita DM tipe 2 terhadap diet adalah karena kurangnya kesadaran dari penderita DM tipe 2 itu sendiri dalam menjalankan diet serta kurangnya dukungan dan perhatian dari keluarga terutama dari pasangan. Selain itu rendahnya pengetahuan penderita DM tipe 2 tentang diet yang harus dijalani karena kurangnya informasi dan pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan khususnya dari perawat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011) tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet penderita DM, hasil penelitian yang dilakukan pada 60 responden di Sumenep menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki kepatuhan yang rendah karena pengetahuan tentang diet DM sebagian besar responden dalam kategori kurang. Penelitian ini menyebutkan bahwa kepatuhan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, semakin rendahnya pengetahuan tentang diet maka semakin rendah pula kepatuhan penderita DM dalam menjalani diet.
81
Menurut Lawrence Green (1980 dalam Notoatmodjo, 2007), Kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor predisposisi (faktor pendorong) yaitu kepercayaan atau agama yang diantut, sikap dan pengetahuan. Kemudian faktor reinforcing (faktor pendukung) yaitu dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga (pasangan), serta faktor enabling (faktor pemungkin) yaitu sarana dan prasarana atau fasilitas yang mendukung perilaku kesehatan, misalnya puskesmas atau rumah sakit. Gambaran skor mean pada tabel 5.10 dari masing–masing item pernyataan kuesioner dukungan pasangan menyebutkan bahwa item pernyataan yang memiliki nilai mean tertinggi yaitu pernyataan “Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari.” dengan nilai rata – rata 3,648. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden sering makan lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan item pernyataan “Saya ikut makan masakan keluarga walaupun bertentangan dengan diet saya.” Memiliki nilai mean terendah dengan nilai rata – rata 2,277. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini jarang ikut makan masakan keluarga yang bertentangan denngan dietnya.
82
C. Analisis Bivariat 1. Hubungan Dukungan Pasngan Terhadap Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Kepatuhan diet penderita DM tipe 2 sangat dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga terutama dukungan dari pasangan. Dukungan pasangan dipercaya dapat membantu para penderita DM tipe 2 untuk menghadapi penyakit yang dideritanya (Yusra, 2010). Menurut Pratita (2012), dukungan yang diberikan oleh pasangan bukan hanya sekedar memberi bantuan, namun yang penting adalah membangun persepsi penderita DM tipe 2 dalam menerima makna dukungan yang diberikan untuk membantu penderita dalam mematuhi serangkaian diet yang harus dijalani. Hasil analisis mengenai hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dukungan pasangan maka semakin tinggi tingkat kepatuhan diet responden. Dari hasil uji statistik lebih lanjut disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet penderita DM tipe 2 dengan (p < 0,005). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Costa, Pereira & Pedras (2012) di Portugal dengan jumlah sample 179 penderita DM tipe 2, menyatakan bahwa dukungan pasangan sangat berpengaruh positif
83
terhadap kepatuhan pengontrolan glukosa darah pada penderita DM tipe 2. Dukungan yang diberikan oleh pasangan pada penderita DM tipe 2 terdiri dari empat dimensi dukungan yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi (Sarafino, 2004). Menurut House (1994 dalam setiadi, 2008) bentuk dukungan emosional yaitu berupa dukungan simpati dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Pada penelitian ini diketahui bahwa dimensi emosional yang diberikan pasangan antara lain dengan mengerti masalah yang dialami oleh responden, mendengarkan keluhan responden tentang penyakit yang dirasakan, memberikan kenyamanan kepada
responden
dalam
mengatasi
masalahnya. Dengan demikian, penderita DM tipe 2 merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikannya. Selanjutnya menurut Bomar (2004), dukungan penghargaan merupakan
dukungan yang diberikan dalam bentuk memberikan
umpan balik dan penghargaan positif. Dalam penelitian ini dukungan penghargaan yang diberikan antara lain pasangan memberikan dorongan dan semangat kepada penderita DM tipe 2 untuk mengontrol kadar gula darah, mematuhi diet yang telah ditetapkan, mengontrol kesehatan secara rutin, memberikan kebebasan dalam memilih, dan menghargai usaha-usaha yang dilakukan oleh penderita DM tipe 2.
84
Dukungan berikutnya yaitu dukungan instrumental. Menurut Scheurer (2012) dukungan instrumental yaitu pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan ini bersifat nyata, dimana dukungan ini berupa bantuan langsung. Dukungan instrumental diberikan dalam bentuk bantuan tenaga, dana, dan waktu untuk melayani dan mendengarkan penderita DM tipe 2 dalam menyampaikan perasaannya (Bomar, 2004). Pada penelitian ini dukungan instrumental yang diberikan antara lain pasangan menyediakan makanan sesuai diet, melayani penderita saat membutuhkan sesuatu, mendengarkan keluhan-keluhan penderita serta membantu membayar pengobatan. Selanjutnya menurut Peterson & Bredow (2004) dukungan informasi yang diberikan pasangan berupa pemberian nasehat, pengarahan dan informasi yang diperlukan oleh penderita DM tipe 2. Manfaat dari dukungan informasional adalah dapat membantu penderita DM tipe 2 dalam mengambil keputusan dan menolong penderita DM tipe 2 dalam manajemen penyakitnya (Yusra, 2010). Bentuk dukungan informasional dalam penelitian ini antara lain pasangan menyarankan penderita DM tipe 2 untuk pergi ke pelayanan kesehatan,
menyarankan mengikuti edukasi
serta memberikan
informasi baru kepada penderita DM tipe 2. Mills (2008) menyatakan bahwa ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan untuk mendukung penderita DM tipe 2 yaitu dengan meningkatkan kesadaran diri penderita untuk mengenali penyakitnya,
85
memberikan pemahaman bahwa penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan, sehingga penderita harus memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengelola penyakitnya. Dengan adanya dukungan dari pasangan sangat membantu penderita DM tipe 2 untuk meningkatkan keyakinan dari dalam dirinya untuk mengelola penyakitnya dengan baik. Selain itu juga dapat menimbulkan perasaan nyaman dan aman sehingga akan meningkatkan motivasi penderita. Rasa nyaman dan aman yang timbul karena adanya dukungan baik emosional, penghargaan, instrumental maupun informasional dari pasangan.
D. Keterbatasan Penelitian 1. Kebenaran pengisian kuesioner ini sangat dipengaruhi oleh kejujuran dan pemahaman responden terhadap dukungan yang diterima, serta kepatuhan diet yang dijalani. Berdasarkan hal tersebut, gangguan dari konsentrasi karena responden yang terburu-buru mengisi kuesioner dan penurunan daya ingat pada responden dengan usia lanjut akan mempengaruhi kebenaran jawaban yang diberikan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul sebagian berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 responden (51,9%), sedangkan laki-laki berjumlah 26 responden (48,1%), dengan usia rata-rata 56 tahun. Sebagian besar tingkat pendidikan penderita DM tipe 2 adalah lulusan SMA yang berjumlah 20 responden (37%) dengan status pekerjaan mayoritas tidak bekerja yang berjumlah 23 responden (42,6%). 2. Dukungan pasangan yang didapatkan penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul memiliki nilai rata-rata sebesar 3,3. 3. Tingkat kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul memiliki nilai rata-rata sebesar 2,9. 4. Ada hubungan yang kuat antara memberi pujian dan dukungan terhadap kepatuhan diet. 5. Ada hubungan yang rendah antara aturan makanan dan diet terhadap kepatuhan diet.
86
87
6. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul tahun 2015. B. Saran 1. Bagi Puskesmas Munjul a) Meningkatkan
program
pendidikan
kesehatan
mengenai
pentingnya diet dan pemahaman tentang diet kepada penderita DM tipe 2 dan pasangannya. Pendidikan kesehatan ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan penderita dan pasangan mengenai diet DM tipe 2 dan hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan penyakit DM tipe 2 sehingga penderita DM tipe 2 lebih patuh terhadap diet. b) Modifikasi Standar Operasional Prosedur pada pasien DM tipe 2
dalam
menerapkan
asuhan
keperawatan,
dengan
menambahkan pengkajian dukungan pasangan yang diperoleh pasien. Hal ini sebagai dasar identifikasi masalah terkait dukungan pasangan. 2. Bagi praktik keperawatan Perawat perlu meningkatkan perannya sebagai counselor dan dapat ikut serta dalam pendidikan kesehatan mengenai diet untuk penderita DM tipe 2.
88
3. Bagi peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai pemahaman tentang diet pada penderita DM tipe 2 dan dukungan yang telah diberikan pasangan dengan wawancara mendalam menggunakan metode kualitatif. Hal tersebut penting diteliti karena dapat membantu petugas kesehatan dalam mengidentifikasi informasi yang salah yang masih beredar dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 2004. American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 2005. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006. Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC, 2004. Azwar, S. Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Bastable, S.B. Perawat Sebagai Pendidik : Prinsip-prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta: EGC, 2002. Bomar, P.J. Promoting Health in Families :Applying Family Research and Theory to Nursing Practice. Saunder: Lippincott, 2004. Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2008. Costa, vera. et al. Partner support, social-cognitive variables and their role in adherence to SMBG in type 2 diabetes. Portugal: University of Minho, School of Psychology, 2012. Dahlan, Sopiyudin M. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Agung Seto, 2008. Dharma, K.K. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media, 2011. Friedman, MM., Bowden, V.R., & jones, E.G. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktik Ed 3. Jakarta: EGC, 1998. Friedman, MM., Bowden, V.R., & jones, E.G. Family Nursing : Reasearch, Theory and Practice, 5th Edition. New Jersey: Prentice Hall, 2003.
Friedman, MM., Bowden, V.R., & jones, E.G. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktik Ed 5. Jakarta: EGC, 2010. Gunarsa, Singgih. Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia, 2000. Hara, yoriko. et al. Effects of gender, age, family support, and treatment on perceived stress and coping of patients with type 2 diabetes mellitus. Japan: Kurume University, School of Medicine, 2014. Hensarling, J. Developmennt and Psycometric testing of Hensarling’s diabetes family support scale. A dissertation, Degree of Doctor of Philosophy in the Graduate school of the texas Women’s University, 2009. Hastono, S.P. Analisis data Kesehatan. Jakarta: FKM UI, 2007. Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Penerbit Salemba Medika: Jakarta, 2008. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition. 2013 http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf diakses pada tanggal 11 November 2014 Pukul 19.30 WIB) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2013 (http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesd as2013.PDF, diakses pada tanggal 15 Oktober 2014 pukul 15.00 WIB) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diabetes Melitus Penyebab Kematian Nomor 6 Didunia: Kemenkes Tawarkan Solusi Cerdik Melalui Pobindu. 2013. (http://www.depkes.go.id/article/view/2383/diabetes-melituspenyebab-kematian-nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdikmelalui-posbindu.html diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 Pukul 17.00 WIB) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik. (http://www.scribd.com/doc/99496432/pedoman-diabetes-depkes2010#scribd diakses pada tanggal 21 Oktober 2014 Pukul 19.00 WIB) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buletin Penyakit Tidak Menular. (http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasipusdatin-buletin.html diakses pada tanggal 24 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB)
Niven, Neil. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC, 2002. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Novian, A. Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Semarang: Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1, Universitas Negeri Semarang, 2013. Nurmadina, Mira. Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dengan Kecemasan Pada Wanita Manopause. 2010. (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17450 diakses pada 20 November 2014 Pukul 20.00 WIB) Peterson, S.J., & Bredow, T.s. Middle Range Theory, application to nursing Research. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2004. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: EGC, 2006. PERKENI. 2011. Konsensus Pencegahan dan Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: EGC, 2011. Pratita, Nurina D. Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus Of Control dengan Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2. Surabaya: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2012. Price S, A & L.M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC, 2005. Sarafino, E.P. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction 2nd Edition. New York: John Wiley and Sons Inc, 2004. Sarafino, E.P. Health Psycholog : Biopsychosocial Interaction 5th Edition. New York: John Wiley and Sons Inc, 2006. Sarwono, S. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003.
Setiadi. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. Setiadi. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Smeltzer, S.C., & B.G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC, 2002. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009. Sustrani, Lanny. dkk. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006. Tandra, Heriyanto. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007. Taylor, Shelley. E. Health Psychology 6th Edition. Singapore: MC. Grow Hill Book Company, 2006. Waspadji, Sarwono. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI, 2002. World Health Organization. Bulletin Of World Health Organization, 2013. (http://www.who.int/topics/noncommunicable_diseases/en/ Dikutip pada 20 November2014 Pukul 19.40 WIB)
Lampiran 2 PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian
: Hubungan Antara Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul
Peneliti
: Anggita Puspita Delianty
NIM
: 1111104000037
Saya, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud melakukan penelitian sesuai dengan judul diatas. Bapak/Ibu/Saudara yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini diharapkan mengisi kuisioner dan menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak berdampak negatif atau merugikan pasien. Peneliti juga akan berusaha menjaga hak-hak Bapak/Ibu sebagai responden dari kerahasiaan selama penelitian berlangsung. Bila selama penelitian ini, Bapak/Ibu merasakan ketidaknyamanan, maka Bapak/Ibu berhak untuk berhenti dari penelitian. Dengan penjelasan ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini, peneliti ucapkan terima kasih.
Jakarta,
April
2015 Peneliti
Anggita Puspita Delianty
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar penjelasan penelitian, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu : Peneliti
: Anggita Puspita Delianty
NIM
: 1111104000037
Judul Penelitian
: Hubungan Antara Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden penelitian ini. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dan ancaman. Jakarta, Responden
(..........................................) Nama terang dan tanda tangan
April 2015
Peneliti
Anggita Puspita Delianty
Lampiran 4 KUESIONER PENELITIAN Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Petunjuk pengisian : 1.
Bacalah dengan teliti pertanyaan terlebih dahulu.
2. Jawablah semua pertanyaan dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang paling benar. Kode Responden
:............................ (Diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengambilan data :............................ A. Data Demografi 1. Usia : ..........Tahun 2. Jenis Kelamin :
1. Pria (
)
2. Wanita (
)
3. Pendidikan :
1. Tidak sekolah/tidak tamat SD (
)
2. SD (
)
3. SMP (
)
4. SMA (
)
5. Perguruan Tinggi (
4. Pekerjaan : 1. (
) PNS/POLRI/TNI
2. (
) Pegawai swasta
3. (
) Wiraswasta
4. (
) Tidak Bekerja
5. (
) Lainnya..............
)
B. Kuesioner Dukungan pasangan
Petunjuk : Berilah tanda checklist(√ ) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
No
1.
2.
3.
4.
Pernyataan Pasangan saya memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan. Pasangan saya menganjurkan untuk makan dan minum tepat waktu. Pasangan saya mengingatkan saya untuk makan sesuai aturan. Pasangan saya memberikan perhatian penuh terhadap diet yang saya jalani. Pasangan saya membiarkan saya makan
5.
dan minum walaupun itu melanggar aturan.
6.
Pasangan saya memberi pujian ketika ada kemajuan kesehatan. Pasangan saya memberi pujian atas
7.
usaha yang telah saya lakukan untuk menaati aturan makan / diet. Pasangan saya marah ketika saya tidak
8.
mau mentaati aturan makan / diet yang telah ditetapkan.
9.
Pasangan saya mengawasi pelaksanaan aturan makan yang sedang saya jalani. Pasangan saya memperhatikan
10. kebutuhan saya dalam menjalankan diet.
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Pasangan saya mengingatkan saya 11. untuk mematuhi aturan makan yang saya jalani. 12.
Pasangan saya memberitahu makanan apa saja yang harus saya hindari. Pasangan saya memberitahu dampak
13. jika saya tidak mengikuti aturan makan/diet. Pasangan saya mengingatkan saya 14. untuk memeriksa kadar gula darah secara rutin. Pasangan saya memberitahu tentang 15.
semua informasi yang ia dapatkan dari dokter, perawat atau tim kesehatan lain kepada saya. Pasangan saya mengantar atau
16. mendampingi saya ketika berobat ke pelayanan kesehatan. Pasangan saya meluangkan waktu 17. untuk mendengarkan cerita ataupun keluhan-keluhan saya. Pasangan saya menyiapkan makanan 18. sesuai dengan aturan makan yang saya jalani. 19.
Pasangan saya melayani dan membantu ketika saya membutuhkan sesuatu.
C. Kuesioner kepatuhan diet pada penderita Diabetes Melitus Petunjuk : Berilah tanda checklist(√ ) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
No
Pernyataan Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan
1.
yang sudah dikonsultasikan dengan dokter, perawat atau petugas kesehatan lain.
2
Saya makan makanan sesuai dengan anjuran dokter, perawat atau petugas kesehatan lain. Saya makan makanan yang menggandung tinggi
3.
lemak seperti santan, makanan cepat saji (fast food), dan goreng-gorengan setiap hari. Saya menggunakan pemanis khusus untuk
4.
penderita diabetes seperti gula jagung saat ingin mengkonsumsi makanan/minuman manis setiap hari.
5.
Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari. Saya mengkonsumsi sayur dan buah sesuai
6.
dengan saran yang dianjurkan oleh dokter/perawat setiap hari.
7.
8.
9.
10.
Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan makan makanan sesuka hati. Saya secara rutin menimbang berat badan setiap bulan. Saya ikut makan masakan keluarga walaupun bertentangan dengan diet saya. Saya secara rutin memeriksa kadar gula darah sesuai instruksi dokter/perawat.
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Lampiran 5 HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL DUKUNGAN PASANGAN
Correlations A1 Pearson Correlation A1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
A2
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
A3
Sig. (2-tailed) N
A4
,761
A4 ,434*
A5 ,504**
A6 ,332
A7 ,116
A8 ,304
A9 ,482**
A10 ,199
,000
,001
,017
,004
,073
,541
,103
,007
,291
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
**
,317
**
,253
,280
,356
*
,392
,366
,001
,088
,003
,178
,134
,053
,032
,046
30
30
30
30
30
30
30
30
1
**
*
,421
,304
,240
*
,429
*
,410
,249
,000
,021
,102
,202
,018
,024
,185
30
30
30
30
30
30
30
1
*
,421
,304
,106
*
,429
,317
,149
,021
,102
,575
,018
,088
,431
30
30
30
30
30
30
,197
,055
*
,433
,179
-,034
,296
,774
,017
,345
,858
,000 30
30
**
**
,565
,570
,001
,001
30
,570
,759
30
Pearson Correlation
,434
,317
**
Sig. (2-tailed)
,017
,088
,000
30
30
30
30
**
**
*
*
Sig. (2-tailed) N
,504
,004
,521
,003
,759
,421
,421
,021
,021
,521
1
*
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,332
,253
,304
,304
,197
1
,778**
,210
,149
,198
Sig. (2-tailed)
,073
,178
,102
,102
,296
,000
,266
,433
,293
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,055
**
1
,100
,247
N A7
**
A3 ,565**
30
Pearson Correlation
A6
30
A2 ,761**
*
N A5
1
Pearson Correlation
,116
,280
,240
,106
,778
**
,550
Sig. (2-tailed) N A8
30
30
30
30
*
*
*
30
,002
30
30
30
1
*
,413
,404*
,023
,027
,100
Sig. (2-tailed)
,103
,053
,018
,018
,017
,266
,600
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
*
,392
*
,410
,317
,179
,149
,247
*
,413
1
,590**
,007
,032
,024
,088
,345
,433
,188
,023
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,199
*
,366
,249
,149
-,034
,198
**
*
**
1
Sig. (2-tailed)
,291
,046
,185
,431
,858
,293
,002
,027
,001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
*
,372
,354
,354
*
,404
,157
,130
**
**
,422*
,043
,055
,055
,027
,408
,493
,000
,020
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
,482
,472
,008
,550
,404
,515
,004
,001 ,590
,760
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,235
,262
,448*
,448*
,239
,463*
,330
,528**
,411*
,233
Sig. (2-tailed)
,211
,162
,013
,013
,204
,010
,075
,003
,024
,216
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
*
**
**
,315
,340
,226
**
**
,380*
Pearson Correlation
,391
,377
Sig. (2-tailed)
,033
,040
,001
,001
,090
,066
,229
,001
,008
,038
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
N
,563
,563
,575
,475
Pearson Correlation
,234
,208
,434
,302
,279
,157
-,029
,263
,109
,018
Sig. (2-tailed)
,212
,271
,017
,104
,135
,407
,879
,161
,568
,924
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,226
*
,408
,336
,336
,106
,138
*
,372
,194
**
,641**
Sig. (2-tailed)
,230
,025
,069
,069
,576
,469
,043
,305
,007
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
N
N A16
30
,188
,210
N
A15
30
,600
,433
N
A14
,000
,429
Pearson Correlation
A13
,774
,429
N
A12
,575
,356
N
A11
,202
,304
Pearson Correlation
A10
,134
Pearson Correlation N A9
,541
,480
Pearson Correlation
*
,383
,359
,326
,174
,005
,191
,402
,009
,356
,449*
Sig. (2-tailed)
,037
,051
,079
,357
,978
,311
,028
,960
,054
,013
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
N
-,146
-,446
-,436
*
-,315
-,224
-,290
-,281
-,352
-,169
-,250
,443
,013
,016
,090
,234
,120
,132
,057
,373
,182
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,347
**
*
,456
,180
,199
-,202
-,183
*
,363
,257
,057
Sig. (2-tailed)
,060
,011
,342
,292
,284
,332
,049
,171
,764
Pearson Correlation A17
Sig. (2-tailed) N
A18
N A19
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,210
,263
,263
,005
,307
,423*
,308
,621**
,603**
Sig. (2-tailed)
,772
,266
,160
,160
,977
,099
,020
,097
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
*
-,039
,224
,106
-,106
-,182
,141
,352
,365
,439
,644**
,839
,235
,576
,576
,336
,457
,056
,047
,015
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
*
*
**
**
**
,674**
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
,617
Sig. (2-tailed) N
A11 Pearson Correlation A1
Sig. (2-tailed) N
A2
,638
,573
,444
,480
,619
,775
,000
,000
,001
,026
,014
,007
,000
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
A13
A14
A15
,235
*
,391
,234
,008
,211
,033
30
,472
,405
,000
A12 **
,690
A16
A17
A18
A19
A20
ATOTAL
,226
*
,383
-,146
,347
,055
-,039
,617**
,212
,230
,037
,443
,060
,772
,839
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
*
,372
,262
*
,377
,208
*
,408
,359
-,446
*
**
,210
,224
,638**
Sig. (2-tailed)
,043
,162
,040
,271
,025
,051
,013
,004
,266
,235
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,354
*
,448
**
*
,434
,336
,326
-,436
*
*
,456
,263
,106
,690**
Sig. (2-tailed)
,055
,013
,001
,017
,069
,079
,016
,011
,160
,576
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
N A3
,004
,055
Pearson Correlation
ATOTAL
,509
Pearson Correlation N A20
*
N
,563
,509
A4
**
,302
,336
,174
-,315
,180
,263
-,106
,013
,001
,104
,069
,357
,090
,342
,160
,576
,001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
*
,404
,239
,315
,279
,106
,005
-,224
,199
,005
-,182
,405*
Sig. (2-tailed)
,027
,204
,090
,135
,576
,978
,234
,292
,977
,336
,026
,354
,448
Sig. (2-tailed)
,055
N A5
N A6
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,463*
,340
,157
,138
,191
-,290
-,202
,307
,141
,444*
Sig. (2-tailed)
,408
,010
,066
,407
,469
,311
,120
,284
,099
,457
,014
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
*
*
Pearson Correlation
,130
,330
,226
-,029
,372
,402
-,281
-,183
,423
,352
,480**
Sig. (2-tailed)
,493
,075
,229
,879
,043
,028
,132
,332
,020
,056
,007
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
,263
,194
,009
-,352
*
,363
,308
*
,365
,619**
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
A10
,575
,004
,003
,001
,161
,305
,960
,057
,049
,097
,047
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
*
**
,109
**
,356
-,169
,257
**
*
,439
,775**
,760
,411
,475
,480
,621
,000
,024
,008
,568
,007
,054
,373
,171
,000
,015
,000
30
30
30
30
30
30
**
**
,674**
30
30
30
30
Pearson Correlation
,422
,233
*
,380
,018
**
*
,449
-,250
,057
Sig. (2-tailed)
,020
,216
,038
,924
,000
,013
,182
,764
,000
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,357
**
,043
*
,380
,173
-,059
,271
*
,416
,277
,053
,000
,822
,038
,360
,756
,148
,022
,138
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
**
,308
,214
,052
-,250
,171
**
,322
,645**
,000
,098
,257
,784
,182
,365
,004
,083
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
*
,391
,330
,161
-,206
,176
*
,372
,181
,732**
,033
,075
,395
,275
,352
,043
,340
,000
1
Sig. (2-tailed) N
30
Pearson Correlation
,357
Sig. (2-tailed)
,053
N A13
,528
30
Pearson Correlation
A12
,515
*
N A11
**
30
Pearson Correlation
A9
,573
,157
N A8
,563
Pearson Correlation N A7
*
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30
30
**
**
,601
,000
,634
,000
,601
,634
,641
,603
,516
,644
,712
**
N A14
30
30
30
30
1
,085
-,085
-,146
,196
-,003
-,077
,307
,656
,653
,443
,299
,988
,685
,098
30
30
30
30
30
30
30
1
**
-,351
,238
**
*
,456
,658**
,098
,033
30
30
30
30
Pearson Correlation
*
,380
,214
,330
,085
Sig. (2-tailed)
,038
,257
,075
,656
,000
,057
,206
,001
,011
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
1
-,275
,200
,349
,290
,142
,289
,058
,120
,004
30
30
30
30
30
1
*
**
*
-,428
-,349
Pearson Correlation
,173
,052
,161
-,085
Sig. (2-tailed)
,360
,784
,395
,653
,000
30
30
30
30
30
Sig. (2-tailed)
,700
,700
30
-,059
-,250
-,206
-,146
-,351
-,275
,756
,182
,275
,443
,057
,142
30
30
30
30
30
30
-,362
,059
30
30
30
30
30
*
1
,119
,244
,364*
,531
,194
,048
30
30
30
1
**
,176
,196
,238
,200
-,362
Sig. (2-tailed)
,148
,365
,352
,299
,206
,289
,050
30
30
30
30
30
30
30
*
**
*
,372
-,003
**
,349
**
,119
-,489
30
Pearson Correlation
,416
Sig. (2-tailed)
,022
,004
,043
,988
,001
,058
,006
,531
30
30
30
30
30
30
30
30
*
*
,244 ,194
Pearson Correlation
,277
,322
,181
-,077
,456
,290
-,428
Sig. (2-tailed)
,138
,083
,340
,685
,011
,120
,018
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**
,018
,171
,565
-,489
,512
,006
,271
,516
,565
,050
Pearson Correlation
N
ATOTAL
30
,822
N
A20
30
Sig. (2-tailed)
N
A19
30
,391
Pearson Correlation
A18
30
*
,308
N A17
30
,043
N A16
30
Pearson Correlation N A15
30
,797
,651
**
,000
,000
30
30
30
**
1
,797
,000
,491
**
,006
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,712**
,645**
,732**
,307
,658**
,512**
-,349
,364*
,651**
,491**
1
,000
,000
,000
,098
,000
,004
,059
,048
,000
,006
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
** . Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * . Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KEPATUHAN DIET Correlations B1 Pearson Correlation B1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
B3
0 30 1
0
B6
B7
,487
*
,423
0,335
0,004
0,006
0,02
30
30
30
0,349
0,224
*
0,059
0,234
B8 **
0,07
B9
B10
BTOTAL
0,276
**
,511
0,289
0
0,14
0,004
0,121
0
30
30
30
30
30
30
,408
0,301
,428
*
0,076
0,294
0,093
,588
0,025
0,106
0,018
0,689
0,115
0,624
0,001
,664
,814
**
**
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
0,349
1
,426*
,470**
,576**
,537**
0,26
,568**
-0,253
,699**
Sig. (2-tailed)
0,004
0,059
0,019
0,009
0,001
0,002
0,165
0,001
0,177
0
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,487**
0,224
,426*
1
0,034
0,353
0,323
0,328
,663**
0,344
,691**
Sig. (2-tailed)
0,006
0,234
0,019
0,857
0,055
0,081
0,077
0
0,063
0
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
*
**
,470
0,034
1
*
,453
**
,533
0,109
0,216
-0,179
,521**
0,012
0,002
0,567
0,252
0,343
0,003
30
30
30
30
30
30
1
*
*
,419
0,342
-0,123
,649**
0,028
0,021
0,064
0,518
0
30
30
30
30
30
0,317
**
0,026
30
Pearson Correlation
,423
,408
Sig. (2-tailed)
0,02
0,025
0,009
0,857
30
30
30
30
30
0,335
0,301
**
,576
0,353
*
,453
0,07
0,106
0,001
0,055
0,012
30
30
30
30
30
30
**
*
**
0,323
**
*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N B7
,690
,505
,690
B5 **
30
N B6
**
B4 **
,505**
N B5
30
B3 **
Pearson Correlation
N
B4
1
Sig. (2-tailed) N
B2
B2
Pearson Correlation
,664
,428
,537
,533
,401
,401
1
,678
,762
**
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation B8
Sig. (2-tailed) N
B9
0,002
0,081
0,002
0,028
30
30
30
30
30
30 *
0,087
0
0,893
0
30
30
30
30
30
1
0,282
0,326
,548**
0,132
0,079
0,002
0,276
0,076
0,26
0,328
0,109
,419
0,317
0,14
0,689
0,165
0,077
0,567
0,021
0,087
30
30
30
30
30
30
30
30
**
0,282
1
0,148
,756**
0,436
0
30
30
30
Pearson Correlation
,511
0,294
**
,568
**
0,216
0,342
Sig. (2-tailed)
0,004
0,115
0,001
0
0,252
0,064
0
0,132
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
0,289
0,093
-0,253
0,344
-0,179
-0,123
0,026
0,326
0,148
1
0,277
Sig. (2-tailed)
0,121
0,624
0,177
0,063
0,343
0,518
0,893
0,079
0,436
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
,588
**
**
**
**
,521
**
**
**
,548
**
0,277
1
0
0,001
0
0
0,003
0
0
0,002
0
0,138
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
N Pearson Correlation BTOTAL
0,018
**
N B10
0
Sig. (2-tailed) N
,814
,699
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
,663
,691
,649
,678
,762
,756
0,138
30
Lampiran 6
HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL DUKUNGAN PASANGAN
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Valid Cases
Reliability Statistics
%
a
Excluded Total
30
100,0
0
,0
30
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
A1
3,6333
,49013
30
A2
3,5000
,50855
30
A3
3,3000
,53498
30
A4
3,3000
,53498
30
A5
3,0667
,52083
30
A6
2,9000
,40258
30
A7
2,8000
,48423
30
A8
3,1333
,57135
30
A9
3,0667
,69149
30
A10
3,1667
,64772
30
A11
3,3333
,54667
30
A12
2,8333
,64772
30
A13
2,5000
,62972
30
A14
2,9667
,49013
30
A15
2,6000
,49827
30
A16
2,9667
,85029
30
A17
2,8000
1,06350
30
A18
3,3000
,46609
30
A19
2,9667
,80872
30
A20
3,3333
,60648
30
Cronbach's
N of Items
Alpha ,833
20
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
A1
57,8333
33,247
,563
,820
A2
57,9667
32,999
,584
,819
A3
58,1667
32,489
,639
,816
A4
58,1667
33,247
,509
,821
A5
58,4000
34,386
,330
,829
A6
58,5667
34,668
,388
,827
A7
58,6667
34,092
,415
,826
A8
58,3333
32,713
,556
,819
A9
58,4000
30,662
,722
,808
A10
58,3000
31,803
,609
,815
A11
58,1333
32,257
,663
,815
A12
58,6333
32,033
,575
,817
A13
58,9667
31,482
,678
,812
A14
58,5000
35,086
,232
,832
A15
58,8667
32,947
,608
,818
A16
58,5000
32,121
,397
,828
A17
58,6667
42,299
-,489
,893
A18
58,1667
34,833
,295
,830
A19
58,5000
30,948
,563
,817
A20
58,1333
33,430
,410
,825
Scale Statistics Mean 61,4667
Variance 36,671
Std. Deviation 6,05568
N of Items 20
HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL KEPATUHAN DIET
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Valid Cases
a
Excluded Total
Reliability Statistics
% 30
100,0
0
,0
30
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
B1
3,0000
,64327
30
B2
3,3000
,46609
30
B3
3,1667
,53067
30
B4
3,3333
,66089
30
B5
3,4667
,50742
30
B6
3,2667
,63968
30
B7
2,8000
,48423
30
B8
2,9333
,58329
30
B9
2,5000
,62972
30
B10
3,0333
,55605
30
Cronbach's
N of Items
Alpha ,832
10
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
B1
27,8000
9,752
,738
,792
B2
27,5000
11,362
,494
,820
B3
27,6333
10,723
,612
,809
B4
27,4667
10,257
,576
,811
B5
27,3333
11,471
,408
,827
B6
27,5333
10,533
,527
,817
B7
28,0000
10,690
,697
,803
B8
27,8667
11,154
,420
,827
B9
28,3000
10,079
,664
,801
B10
27,7667
12,323
,128
,852
Scale Statistics Mean 30,8000
Variance 13,131
Std. Deviation 3,62368
N of Items 10
Lampiran 7 HASIL UJI NORMALITAS DATA
Variabel Dukungan Pasangan Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Dukungan Pasangan
df
,112
Shapiro-Wilk
Sig. 54
Statistic
,087
df
,977
Sig. 54
,394
a. Lilliefors Significance Correction
Variabel Kepatuhan Diet Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Kepatuhan Diet
,076
df
Sig. 54
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk Statistic *
,200
,978
df
Sig. 54
,409
Lampiran 8 HASIL ANALISIS OLAHAN SPSS UNIVARIAT
Statistics Usia Valid
54
N Missing
0
Mean
55,89
Std. Error of Mean
1,252
Median
57,00
Std. Deviation
9,203
Minimum
34
Maximum
83
Jenis_kelamin Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Laki-laki
26
48,1
48,1
48,1
Perempuan
28
51,9
51,9
100,0
Total
54
100,0
100,0
Pendidikan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak sekolah
11
20,4
20,4
20,4
SD
13
24,1
24,1
44,4
SMP
4
7,4
7,4
51,9
SMA
20
37,0
37,0
88,9
6
11,1
11,1
100,0
54
100,0
100,0
Valid Peguruan tinggi Total
Pekerjaan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
PNS
6
11,1
11,1
11,1
pegawai swasta
2
3,7
3,7
14,8
Wiraswasta
14
25,9
25,9
40,7
tidak bekerja
23
42,6
42,6
83,3
9
16,7
16,7
100,0
54
100,0
100,0
Valid Lainnya Total
Statistics Dukungan pasangan Valid
54
N Missing
0
Mean
3,39027
Median
3,47222
Std. Deviation
0,38065
Minimum
1,00
Maximum
4,00
Statistics Kepatuhan Diet Valid
54
N Missing
0
Mean
2,96502
Median
3,00000
Std. Deviation
0,52419
Minimum
1,00
Maximum
4,00
Lampiran 9 HASIL ANALISIS OLAHAN SPSS BIVARIAT
Correlations Memberi pujian
Aturan
Kepatuhan
dan dukungan
makan dan
diet
diet Pearson Correlation Memberi pujian dan dukungan
dan diet
Kepatuhan diet
,251
,000
,067
54
54
54
**
1
,395**
Sig. (2-tailed) N
Aturan makan
,608**
1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,608
,000
N
,003
54
54
54
Pearson Correlation
,251
**
1
Sig. (2-tailed)
,067
,003
54
54
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2 -tailed).
,395
54
Lampiran 10
HASIL ANALISIS FAKTOR KUESIONER
KMO and Bartlett's Test Dukungan Pasangan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
,800
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
628,863
Df
153
Sig.
,000
KMO and Bartlett's Test Kepatuhan diet Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
,733
Approx. Chi-Square Bartlett's Test of Sphericity
128,477
Df
36
Sig.
,000
Pattern Matrixa Component 1
2
3
Pasangan saya memberi pujian ketika ada kemajuan kesehatan.
,868
-,132
-,199
Pasangan saya memberitahu makanan apa saja yang harus saya hindari.
,822
-,027
,091
Pasangan saya memberi pujian atas usaha yang telah saya lakukan untuk menaati aturan makan / diet.
,817
-,081
-,252
Pasangan saya memberitahu dampak jika saya tidak mengikuti aturan makan/diet.
,742
-,042
,020
Pasangan saya mengingatkan saya untuk mematuhi aturan makan yang saya jalani.
,621
,081
,201
Pasangan saya mengingatkan saya untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin.
,587
,175
,234
Pasangan saya menyiapkan makanan sesuai dengan aturan makan yang saya jalani.
,565
,073
,067
Pasangan saya memperhatikan kebutuhan saya dalam menjalankan diet.
,557
,283
-,011
Pasangan saya meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita ataupun keluhan-keluhan saya.
,539
,042
,101
Pasangan saya memberitahu tentang semua informasi yang ia dapatkan dari dokter, perawat atau tim kesehatan lain kepada saya.
,493
,284
,073
Pasangan saya mengawasi pelaksanaan aturan makan yang sedang saya jalani.
,480
,297
-,114
Pasangan saya menganjurkan untuk makan dan minum tepat waktu. Pasangan saya memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan. Pasangan saya mengingatkan saya untuk makan sesuai aturan. Pasangan saya marah ketika saya tidak mau mentaati aturan makan / diet yang telah ditetapkan. Pasangan saya melayani dan membantu ketika saya membutuhkan sesuatu. Pasangan saya memberikan perhatian penuh terhadap diet yang saya jalani. Pasangan saya membiarkan saya makan dan minum walaupun itu melanggar aturan.
,037
,915
-,158
,029
,841
-,127
,023
,789
-,005
-,073
,703
,092
,199
,611
-,099
,117
,598
,105
-,011
,564
,342
,108
-,261
,838
,121
-,091
,734
,089
-,312
,681
-,122
,107
,627
Saya ikut makan masakan keluarga walaupun bertentangan dengan diet saya. Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari.
-,238
,294
,591
,008
,129
,535
Saya menggunakan pemanis khusus untuk penderita diabetes seperti gula jagung saat ingin mengkonsumsi makanan/minuman manis setiap hari.
-,184
,139
,521
Saya secara rutin menimbang berat badan setiap bulan. Saya mengkonsumsi sayur dan buah sesuai dengan saran yang dianjurkan oleh dokter/perawat setiap hari.
,220
-,084
,472
-,045
,227
,402
Saya makan makanan sesuai dengan anjuran dokter, perawat atau petugas kesehatan lain. Saya secara rutin mengontrol kadar gula darah sesuai instruksi dokter/perawat. Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan makan makanan sesuka hati. Saya makan makanan yang menggandung tinggi lemak seperti santan, makanan cepat saji (fast food), dan goreng-gorengan setiap hari.
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Promax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 6 iterations.
Reliabilitas Dukungan Pasangan (N=54) Case Processing Summary N Valid Excludeda
Cases
Total
% 54
100,0
0
,0
54
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliabilitas faktor_1 Memberi Pujian dan Dukungan (11 item18 item) (N=54) Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's Alpha
Alpha
Based on Standardized
N of Items
Items ,888
,896
11
Reliabilitas faktor_2 Aturan makanan dan diet (7 item dari 18 item) (N=54) Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
N of Items
Standardized Items
,853
,876
7
Reliabilitas Kepatuhan Diet (N=54) Case Processing Summary N
%
Valid Cases
54
100,0
0
,0
54
100,0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
N of Items
Based on Standardized Items
,780
,794
9