HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA MANUSIA USIA LANJUT DI JAWA TENGAH Suharyo CHOLESTEROL DEGREE RELATED TO PHYSICAL FITNESS IN ELDERLY IN CENTRAL JAVA (CASE STUDY AT HOME FOR THE ELDERLY IN SEMARANG CITY) ABSTRACTION Elderly represent population which old age 60 year or more so they are require to get separate subdividing or attention. Increase the amount of old age can be the problem of health next period and will have impact to requirement of health service. 25 researches report degradation of HDL cholesterol represent important risk factor at elderly, and especially prediktif for woman, because elderly woman in general have experienced of menopause. This research use device research of Cross Sectional with technique sampling at random modestly at elderly in Semarang. Result of Research show Ratio of Prevalens (RP) = 2,4, meaning elderly being having blood cholesterol degree below have risk storey low level fitness bodily 2,4 bigger times if compared to elderly being having normal blood cholesterol degree. Result of crosstabulation analysis to be got X2 = 11,39, with p value = 0,01 statistically have a significan. Keyword : Cholesterol degree, Fitness of bodily, Elderly. ABSTRAK Manusia usia lanjut (Manula) atau Lanjut usia (Lansia) merupakan populasi yang berumur 60 tahun atau lebih sehingga golongan ini perlu mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri. Peningkatan jumlah usia lanjut dapat menimbulkan masalah kesehatan di masa mendatang dan akan mempunyai dampak terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan. Sebanyak 25 data penelitian melaporkan penurunan HDL kolesterol merupakan faktor risiko penting pada para lansia, dan terutama prediktif untuk wanita, karena wanita usia lanjut pada umumnya sudah mengalami menopause. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional dengan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana pada manusia usia lanjut di panti wreda Kota Semarang.
Hasil Penelitian menunjukkan Rasio Prevalens (RP) = 2,4, yang
berarti manusia usia lanjut yang mempunyai kadar kolesterol darah tidak normal
berisiko mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang rendah 2,4 kali lebih besar apabila dibandingkan dengan manusia usia lanjut yang mempunyai kadar kolesterol darah normal. Hasil analisis tabulasi silang didapatkan x 2 = 11,39, dengan nilai p = 0,01 secara statistik bermakna. Kata Kunci : Faktor-Faktor Eksternal, Kebugaran jasmani, Manusia Usia Lanjut
PENDAHULUAN Salah satu bentuk modal pembangunan adalah sumber daya manusia yang sehat, yaitu
sehat fisik, mental dan sosial. Manusia yang sehat dan memiliki tingkat
kebugaran jasmani yang baik akan mampu berprestasi dalam pekerjaan sehingga tingkat produktivitas akan meningkat1). Manusia usia lanjut (Manula) atau Lanjut usia (Lansia) merupakan populasi yang berumur 60 tahun atau lebih sehingga golongan ini perlu mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri. Umur kronologis (kalender) manusia dapat digolongkan dalam berbagai masa, yaitu masa anak, remaja, dan dewasa. Masa dewasa dapat dibagi atas dewasa muda (18-30 tahun), dewasa setengah baya (30-60 tahun), dan masa usia lanjut (lebih 60 tahun)1). Di Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga usia lanjut terbesar di seluruh dunia yaitu sebesar 414% sampai tahun 2025. Peningkatan jumlah usia lanjut dapat menimbulkan masalah kesehatan di masa mendatang dan akan mempunyai dampak terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan. Apabila status kesehatan lansia tidak/ kurang baik, pada gilirannya keadaan tersebut akan menjadi beban berat bagi pemerintah terutama dalam situasi ekonomi yang tidak stabil3). Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan kelelahan berlebihan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit3). Kebugaran jasmani seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain umur, jenis kelamin, kadar Hb, kadar kolesterol, kapasitas vital paru, Indeks massa tubuh, dan sistem tubuh lainnya. Sedangkan faktor eksternal anatara lain gaya hidup seperti konsumsi makan, pola aktivitas, dan kebiasaan merokok. dari manula. Perubahan tingkat sosial ekonomi serta kemajuan teknologi berdampak pada beberapa kelompok masyarakat yang mengalami
penurunan aktivitas fisik. Sebagai akibatnya, aktivitas organ tubuh juga menurun dan ini disebut hipokinesis atau kurang gerak. Organ yang biasanya terasa adalah jantung, paru, dan otot yang sangat berperan pada kebugaran jasmani seseorang5). Faktor risiko eksternal seperti konsumsi makan, pola aktivitas, dan kebiasaan merokok merupakan gaya hidup yang mendapat pengaruh yang hebat dari prubahan kemajuan teknologi dan peningkatan sosial ekonomi. Sampai saat ini belum banyak informasi tentang tingkat kebugaran jasmani di masyarakat, padahal kebugaran jasmani merupakan salah satu tolok ukur kualitas fisik5). Pada manusia usia lanjut, kebugaran jasmani dapat dipertahankan dengan latihan fisik yang teratur sejak dini, dan melaksanakan pola hidup sehat. Karena itu diharapkan manusia usia lanjut dapat lebih dioptimalkan kemampuan kebugaran jasmaninya, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan baik, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang hubungan antara faktor-faktor eksternal (latihan fisik, konsumsi gizi dan konsumsi rokok) dengan kebugaran jasmani pada manusia usia lanjut di Jawa Tengah.
METODOLOGI Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional, yaitu jenis penelitian yang mengamati dan menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Populasi referensi pada penelitian ini adalah semua manusia usia lanjut di Jawa Tengah. Sedangkan populasi studi pada penelitian ini adalah semua manula penghuni panti wreda yang merupakan binaan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang sampai bulan Pebruari Tahun 2004, yaitu : 248 orang. Sampel diambil dengan menggumakan Simple Random Sampling,
n
=
N Z2 p (1 - p) N G2 + Z2 p (1 - p)
n
= jumlah sampel
N
= jumlah populasi (248 orang)
p
= proporsi populasi (0,5)
G
= galat pendugaan (0,1)
Z
=
tingkat keandalan (1,96)
Setelah dilakukan perhitungan, maka sampel yang diperlukan adalah 77 orang, yang diambil secara acak dari semua populasi studi yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu ; a) tidak dalam keadaan sakit berat dan dapat mengikuti tes jalan cepat, b) bersedia menandatangani informed consent. Sedangkan yang tidak dapat diambil sebagai sampel adalah yang memenuhi krtiteria eksklusi yang meliputi ; a) menderita sakit berat dan tidak dapat mengikuti tes jalan cepat, b) tidak bersedia menandatangani informed consent. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross-sectional study). Studi ini mempelajari hubungan antara faktor risiko (paparan) dan efek (outcome) dengan cara mengamati status faktor risiko (paparan) dan efek secara serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau satu periode. Studi dimulai dengan menyeleksi populasi studi yang memenuhi kriteria inklusi, lalu dipilih secara acak sampai jumlah sampel terpenuhi. Kemudian dilakukan pengukuran status efek (tingkat kebugaran jasmani) dan pengukuran faktor eksternal yang meliputi latihan fisik, konsumsi gizi serta konsumsi rokok . Pengukuran latihan fisik, konsumsi gizi, konsumsi rokok dan kebugaran jasmani dilakukan satu kali
a
Efek (+)
b
Efek (-)
c
Efek (+)
d
Efek (-)
Tidak normal
Faktor-Faktor Eksternal Normal
Bagan Struktur Dasar Studi Cross-Sectional Untuk Menilai Peran Faktor Risiko Dalam Terjadinya Efek Data primer (latihan fisik, konsumsi gizi, konsumsi rokok) dikumpulkan dengan cara wawancara dengan responden, sedangkan kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan 6 MWD (Six Minutes Walking Distance). Data sekunder berupa pencatatan di panti wreda tempat responden tinggal, serta data pendukung lainnya dari
Dinas Kesehatan Kota Semarang, maupun sektor terkait. Analisis Data dengan menggunakan software komputer yang terdiri dari : a) Diskripsi karakteristik responden, dengan menyajikan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, b) Analisis bivariat untuk mendapatkan nilai tingkat signifikansi dengan uji chi square pada masing-masing faktor risiko yang diteliti dengan interval kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Lokasi penelitian Panti-panti wreda yang berada di wilayah Kota Semarang yang merupakan binaan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang ada lima panti, yaitu Panti Wreda Rindang Asih II, Panti Wreda Bethany, Panti Wreda Harapan Ibu, Panti Wreda Pucang Gading, dan Panti Wreda Pelayanan Kristen. Dari segi ketenagaan, hampir semua panti wreda mempunyai tenaga yang berkompeten di bidang perawatan kesehatan manula. Meskipun ada satu panti wreda (Harapan Ibu) yang tidak mempunyai tenaga perawat kesehatan tetapi semua panti wreda mempunyai program pelayanan dan pemeriksaan kesehatan bagi manula penghuni panti. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan secara rutin ada yang 3 bulan sekali, 2 minggu sekali, atau sebulan sekali. Selain pemeriksaan kesehatan, juga diberikan pelayanan pembinaan mental, perawatan fisik, pelayanan peningkatan keterampilan, rekreasi, olahraga dan lainnya. Semua kegiatan pelayanan di panti wreda bertujuan untuk ikut serta mensejahterakan masyarakat khususnya membantu keluarga yang tidak mampu merawat anggota keluarga yang telah lanjut usia.
Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, golongan umur, tempat tinggal, agama, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status pensiun. Distribusi responden menurut jenis kelamin, golongan umur, agama, status perkawinan, dan tingkat pendidikan sebagai berikut : Jumlah responden perempuan lebih banyak (74,1%) daripada jumlah responden laki-laki (28,6%). Berdasarkan golongan umur, Responden paling banyak adalah golongan umur 70 – 79 tahun yaitu lebih dari sepertiganya (36,4%), kemudian golongan umur 60 - 69
tahun dan 80 - 89 masing-masing 27,3% dan 22,1%. Golongan umur paling sedikit adalah > 90 tahun dengan prosentase 0% dan < 60 tahun sebesar 7,8%. Hasil analisa deskriptif menunjukkan bahwa responden paling banyak mempunyai riwayat tempat tinggal di kota (74,0%), hanya dua perlima yang tinggal di desa (26,0%). Berdasarkan agama, responden dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha. Tetapi dalam penelitian ini tidak ada responden yang beragama Hindu ataupun Budha. Responden yang beragama Islam dan Protestan masing-masing hampir separoh dari jumlah keseluruhan, yaitu 9,4% dan 46,8%. Sedangkan responden yang beragama Katolik hanya 6,8%. Berdasarkan status perkawinan, responden dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kawin dan tidak kawin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus kawin (99,7%), sedangkan responden yang tidak kawin hanya 2 orang (0,3%). Berdasarkan tingkat pendidikan, responden dikelompokkan menjadi 6 yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, tamat PT / Akademi. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan rendah, yang ditunjukkan dengan prosentase golongan yang tidak sekolah dan tidak tamat SD lebih dari setengahnya (27,2% dan 32,5%), dan responden yang tamat SD mencapai seperlima (20,8%). Responden dengan tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SLTP) mempunyai prosentase sepersepuluh (10,4%) dan sekolah menengah atas (SLTA) seperduapuluhnya (5,2%). Hanya 3,9% dari responden yang berpendidikan perguruan tinggi / akademi.
Hubungan Konsumsi Gizi Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Untuk mengetahui hubungan konsumsi gizi subyek penelitian dengan tingkat kebugaran jasmani, maka konsumsi gizi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu baik, sedang, dan buruk. Setelah dilakukan survei, maka didapatkan hasil bahwa semua responden mempunyai asupan gizi (konsumsi gizi) yang baik, sehingga tidak dapat dianalisis hubungan antara konsumsi gizi dengan tingkat kebugaran jasmani. Proporsi Tingkat Kebugaran Jasmani dan Konsumsi Rokok
Hubungan Konsumsi Rokok Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani
Untuk mengetahui hubungan status merokok subyek penelitian dengan tingkat kebugaran jasmani, maka status merokok dibagi menjadi dua kelompok yaitu merokok dan tidak merokok. Hasil pengelompokan status merokok berdasarkan tingkat kebugaran jasmani dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel. 4.12. Distribusi Tingkat Kebugaran Jasmani Berdasarkan Status Merokok. Status Merokok Merokok Tidak merokok Total
n 1 32 33
Kurang % 33,3 43,2 42,9
Tingkat Kebugaran Jasmani Cukup Baik n % n 2 66,7 3 42 56,8 74 44 57,1 77
Total % 3,9 96,1 100,0
Dari tabel 4.12 diketahui bahwa sebagian besar (96,1%) responden tidak merokok. Tetapi pada responden yang merokok lebih dari separohnya (66,7%) mempunyai tingkat kebugaran jasmani cukup baik, dan 33,3% mempunyai tingkat kebugaran jasmani cukup baik. Pada responden yang tidak merokok, maka lebih dari duaperlimanya (43,2%) mempunyai tingkat kebugaran jasmani kurang, dan lebih dari separohnya (58,6%) yang mempunyai tingkat kebugaran jasmani cukup baik. Rasio prevalens (RP) = 0,8. Hasil analisis tabulasi silang didapatkan x2 = 0,12, dengan nilai p = 0,61 secara statistik tidak bermakna.
Proporsi Tingkat Kebugaran Jasmani dan Latihan Fisik Hubungan Latihan Fisik Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Untuk mengetahui hubungan frekuensi latihan fisik subyek penelitian dengan tingkat kebugaran jasmani, maka frekuensi latihan fisik (olah raga) dibagi menjadi dua kelompok yaitu tidak pernah melakukan latihan fisik, dan melakukan latihan fisik. Distribusi frekuensi latihan fisik berdasarkan tingkat kebugaran jasmani dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel. Distribusi Tingkat Kebugaran Jasmani Berdasarkan Frekuensi Latihan Fisik. Frekuensi Latihan Fisik
Tidak pernah latihan fisik Latihan fisik
Tingkat Kebugaran Jasmani Kurang Cukup Baik Total n % n % n % 29 53,7 25 46,3 54 70,1 4 17,4 19 82,6 23 29,9
Total
33
42,9
44
57,1
77
100,0
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa responden yang tidak pernah melakukan latihan fisik hampir separohnya (46,3%) mempunyai tingkat kebugaran jasmani cukup baik, dan lebih dari separohnya yang mempunyai tingkat kebugaran jasmani kurang (53,7%). Sedangkan pada responden yang melakukan latihan fisik, maka responden dengan tingkat kebugaran jasmani kurang sebesar 17,4% dan yang mempunyai tingkat kebugaran jasmani cukup baik sebesar lebih dari empatperlimanya (82,6%). Rasio prevalens (RP) = 3,1 yang berarti manusia usia lanjut yang tidak pernah latihan fisik (olahraga) berisiko mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang rendah 3,1 kali lebih besar apabila dibandingkan dengan manusia usia lanjut yang berolahraga minimal 1 kali dalam seminggu. Hasil analisis tabulasi silang didapatkan x2 = 8,90, dengan nilai p = 0,01 secara statistik bermakna.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1) Proporsi manusia usia lanjut di Panti Wreda Kota Semarang yang memiliki tingkat kebugaran jasmani kurang (42,9%) tidak jauh berbeda dengan proporsi manusia usia lanjut yang memiliki tingkat kebugaran jasmani cukup baik (57,9%). 2) Proporsi manusia usia lanjut di Panti Wreda Kota Semarang yang memiliki kadar kolesterol tinggi (26,0%) lebih rendah dibanding dengan proporsi manusia usia lanjut yang memiliki kadar kolesterol normal (74,0%). 3) Ada hubungan antara kadar kolesterol dengan kebugaran jasmani pada manusia usia lanjut dengan nilai X2 = 11,39 dan p = 0,01. 4) Rasio Prevalens (RP) = 2,4, yang berarti manusia usia lanjut yang mempunyai kadar kolesterol darah tidak normal berisiko mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang rendah 2,4 kali lebih besar apabila dibandingkan dengan manusia usia lanjut yang mempunyai kadar kolesterol darah normal.
SARAN Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti mempunyai saran kepada : 1) Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kota.
Mengirim petugas untuk memberikan informasi secara rutin, misalnya dengan mengingatkan pentingnya cara hidup sehat untuk manusia usia lanjut. Untuk pencegahan, perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin (sebulan sekali) bagi para manula, seperti pemeriksaan kadar kolesterol dan kebugaran jasmani. 2) Panti-panti Wreda. Perlu tetap diperhatikan pola pemberian nutrisi yang tepat bagi para manula dengan memperhitungkan kondisi kesehatan para manula tersebut khususnya kadar kolesterol.
3) Masyarakat Keilmuan. Perlunya dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang tingkat kebugaran jasmani pada usia lanjut misalnya hubungan pemakaian obat-obatan golongan iatrogenik dengan tingkat kebugaran jasmani baik pada manusia usia lanjut yang hidup di dalam panti maupun di luar panti (masyarakat umum), serta penelitian yang lebih mendalam tentang hubungan antara kadar kolesterol dengan tingkat kebugaran jasmani pada manusia usia lanjut.
Daftar Pustaka 1.
Heyward, Vivian H., Design for Fitness, A Guide to Physical Fitness Appraisal and Exercise Prescription : Chapter I, New York : Macmillan Publishing Company, 1984, page 1-4
2.
Biro Pusat Statistik, Demographic and Health Survey, 1994
3.
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani, Jakarta, 1994
4.
Permaesih, Dewi., Rosmalina, Yuniar., Moeloek, Dangsina., Herman, Susilowati., Cara Praktis Pendugaan Tingkat Kesegaran Jasmani, Buletin Penelitian Kesehatan, 2001, Vol. 29, hal. 174-183
5.
Moeloek D, Tjokronegoro., Dasar Fisiologi Kesegaran Jasmani dan Latihan Fisik, Kesehatan dan Olahraga Universitas Indonesia, Jakarta, 1984
6.
Boedhi-Darmojo., Hadi-Martono, H., Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi ke-2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2000
7.
National Institutes of Health (National Hearth, Lung, and Blood Institute), So You Have High Blood Cholesterol. www.nih-gov/health/syh-hbc/-3k-2003
8.
Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Kesehatan Olahraga, Bagian Pertama, Jakarta, 1990
9.
Guyton Arthur, Fisiologi Kedokteran, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1983, hal. 380 – 383
10. Tjokroprawiro Askandar, Kardjati Sri, Hendromartono, Semiloka Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI : Masalah Gizi Lebih dan Penyakit Kardiovaskular Aterosklerotik (Sepuluh Petunjuk Hidup Sehat), Pusat Diabetes dan Nutrisi- RSUD dr. Sutomo FK Universitas Airlangga, Surabaya, 1997 11. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Praktis Untuk Mempertahankan Berat Badan Normal Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Gizi Seimbang (Suatu Cara Memantau Status Gizi Orang Dewasa Melalui Penimbangan Berat Badan Secara Berkala), Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1994, hal. 2-6 12. Mayes Peter A, Biokimia Harper, Sintesis : Pengangkutan dan Ekskresi Kolesterol, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1995, edisi ke-22, hlm. 302-315