HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS GUBUG I KABUPATEN GROBOGAN
MAKALAH PUBLIKASI
Diajukan oleh : Nama : ERYTROMISIN C. NIM : J500070001
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
ii
2
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS GUBUG I KABUPATEN GROBOGAN Erytromisin C, Sigit Widyatmoko, Erna Herawati Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Latar Belakang : Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10 %. Insomnia dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan fisik salah satunya hipertensi. Penderita insomnia yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki resiko 5 kali lebih besar menderita hipertensi daripada mereka yang tidur dalam porsi cukup. Penyebab hipertensi pada orang insomnia adalah sering terbangunnya di malam hari dan butuh waktu untuk bisa tertidur kembali. Semakin lama terjaga dan beberapa kali terbangun di malam hari, hipertensi akan semakin parah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien hipertensi rawat jalan yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Estimasi besar sampel dalam penelitian ini kurang lebih sebanyak 99 orang. Analisis data dilakukan dengan tujuan membuktikan hubungan antara variabel derajat insomnia dengan derajat hipertensi menggunakan teknik Korelasi Spearman Rho (ρ) dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 19.0 Hasil : Penelitian dilakukan bulan Agustus tahun 2012 terhadap pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Jumlah sampel yang didapat sebanyak 104 orang, berdasarkan kriteria eksklusi 5 orang dikeluarkan dari penelitian sehingga diperoleh 99 orang. Hasil analisis data diperoleh hasil sebanyak 93 orang (93.9%) mengalami insomnia ringan, sebanyak 81 orang (81.8%) mengalami hipertensi derajat 2, rata-rata tekanan darah sistolik 175.05 mmHg dan tekanan darah diastolik 99.29 mmHg dengan rentang usia responden terbanyak pada usia antara 33 – 47 tahun sebanyak 67 orang (67.7%). Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara derajat hipertensi dengan derajat insomnia (p value = 0,037 < 0,05) pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Kata Kunci : insomnia, hipertensi
3
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN THE INSOMNIA AND HYPERTENSION DEGREE OF OUTPATIENTS IN CLINIC GUBUG I GROBOGAN Erytromisin C, Sigit Widyatmoko, Erna Herawati Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta Background: Insomnia is a sleep disorder that is most often found. In Indonesia, the prevalence of insomnia is about 10%. Insomnia can cause impacts on the physical health that one of these is hypertension. Patients with insomnia who sleep less than 5 hours a night have risk of hypertension five times higher than those who sleep in adequate portions. Hypertension in people insomnia is caused by frequent awakening at night and it takes time to get to sleep. The longer people are awake several times at night, the more hypertension will be severe. The purpose of this study is to determine the relationship between the insomnia and hypertension degree of outpatients in clinic Gubug I Grobogan. Method: The study design used was analytical observational study with crosssectional approach. The population is the hypertension outpatients specified based on the inclusion and exclusion criteria. The sampling technique was purposive sampling technique. Estimation of the samples in this study is approximately 99 people. Data analysis was done with the aim of proving the relationship between variable of the insomnia and hypertension degree by using technique of Spearman Rho (ρ) correlation with Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 19.0. Result: The study was conducted in August 2012 on outpatients in clinic of Gubug I Grobogan. The number of samples as many as 104 people, and based on the exclusion criteria, 5 patients were excluded from the study, thus becomes 99 people. The result of data analysis is as many as 93 people (93.9%) had mild insomnia, as many as 81 people (81.8%) with second degree hypertension, the average of systolic blood pressure was 175.05 mmHg and 99.29 mmHg in diastolic blood pressure with age range of respondents among the ages of 33-47 years by 67 people (67.7%). Conclusion: There is a significant relationship between the degree of hypertension and insomnia (p value = 0.037 <0.05) of outpatients in clinic of Gubug I Grobogan. Keywords: insomnia, hypertension
4
PENDAHULUAN Latar Belakang Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20-50 % orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17 % mengalami gangguan tidur serius. Berdasarkan survei yang ada, prevalensi insomnia yang terjadi di Amerika mencapai 60-70 kasus orang dewasa. Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10 %, yang berarti 28 juta orang dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia (Amir, 2010). Insomnia dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan fisik antara lain peningkatan nafsu makan yang dapat mengakibatkan obesitas, diabetes, penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan sistem imun, dan penurunan gairah seksual. Insomnia juga dikaitkan dengan gangguan psikologik misalnya terjadinya terjadinya depresi, ansietas, dan penurunan daya ingat karena pada dasarnya tidur berguna untuk resusitasi otak dan konsolidasi daya ingat (Amir, 2010). Hasil penelitian Vgontzas dkk.(2009) menunjukkan bahwa orang dengan insomnia berisiko besar terkena tekanan darah tinggi. Penderita insomnia yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki resiko 5 kali lebih besar menderita hipertensi daripada mereka yang tidur dalam porsi cukup. Hal ini berkaitan dengan hubungan antara hormon stres dan tekanan darah tinggi. Kombinasi durasi tidur yang rendah dan insomnia atau bangun di malam hari atau memiliki kesulitan untuk tidur secara kronis sangat berkaitan dengan hipertensi. Sebaliknya, responden yang tidur dalam porsi cukup selama lebih dari 6 jam tidak memiliki resiko peningkatan tekanan darah tinggi. Hasil penelitian Javaheri dkk. (2008) menyebutkan bahwa remaja dengan efisiensi tidur yang buruk (sulit tidur dan sulit bangun, tidur < 6,5 jam) mengalami peningkatan odds ratio untuk mengalami prehipertensi (ditentukan > 90th percentile untuk umur, jenis kelamin dan tinggi badan). Bahkan setelah melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor lainnya yang berhubungan, remaja dengan pola tidur yang buruk mengalami peningkatan tekanan darah sistolik 4 + 1,2 mmHg lebih tinggi dibandingkan dengan remaja lainnya (p<0,01). Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satu secara global. Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark (kerusakan jaringan) jantung, stroke, dan gagal ginjal. Komplikasi pada organ tubuh menyebabkan angka kematian yang tinggi. Gangguan kerja organ, selain menyebabkan penderita, keluarga dan negara harus mengeluarkan lebih banyak biaya pengobatan dan perawatan, tentu pula menurunkan kualitas hidup penderita (Depkes RI, 2007).
5
Stroke, hipertensi, dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4 %, hipertensi 6,8 %, penyakit jantung iskemik 5,1 %, dan penyakit jantung 4,6 %. Dalam data Riskesdas (2007) juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30 persen dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih banyak pada perempuan 52 % dibandingkan 48 % (Depkes RI, 2009). Prevalensi hipertensi akan meningkat secara progresif dari tahun ke tahun (Gutierrez dkk., 2011). Diperkirakan sekitar 80 persen kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty dkk., 2007). Menurut Kemenkes (2010), bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Propinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit dan puskesmas tahun 2006, kasus hipertensi sebesar 166,07 per 1.000 penduduk, mengalami peningkatan dibanding tahun 2005.Kasus hipertensi tahun 2005 sebesar 143,82 per 1.000 penduduk (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006). Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ketiga setelah Provinsi Riau dan Bangka Belitung (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2011). Data dari Kabupaten Grobogan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa penderita hipertensi sebanyak 18.796 orang. Kabupaten Grobogan menduduki peringkat ketiga dengan penderita hipertensi terbanyak setelah Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Sragen (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2009). Jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Gubug I pada tahun 2010 sebanyak 730 orang yang menduduki peringkat kelimabelas dari tigapuluh Puskesmas yang ada di Kabupaten Grobogan (Dinkes Kabupaten Grobogan, 2010). Mengamati data penderita hipertensi di Indonesia yang semakin meningkat, penulis tertarik untuk mengkaji hubungan antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Rumusan Masalah Adakah hubungan antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan?
6
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis : Sebagai referensi tentang hubungan antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Manfaat Praktis : Dapat mengetahui kejadian insomnia yang terjadi pada pasien, sehingga insomnia tersebut dapat diatasi dan tidak berlanjut menyebabkan hipertensi. Selain itu, agar petugas kesehatan lebih memperhatikan keadaan pasien apakah mengalami insomnia atau tidak yang nantinya akan berdampak pada proses penyembuhan penyakit. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi. Penelitian cross sectional disebut juga penelitian transversal sebab variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya satu kali pada saat yang bersamaan (Arief, 2010). Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bulan Agustus tahun 2012 terhadap pasien hipertensi di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Puskesmas ini dipilih karena jumlah pasien hipertensi di puskesmas ini dianggap cukup untuk menjadi subjek penelitian. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah pasien hipertensi di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi maupun eksklusi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dan Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling, mendeskripsikan karakteristik sebuah populasi sasaran berdasarkan pengamatan pada sampel. Karakteristik populasi yang ditaksir berupa proporsi,
7
baik risiko (insidensi), incidence rate, maupun prevalensi (Murti, 2010). Estimasi besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 99 orang. Kriteria Restriksi Kriteria Inklusi a. Usia 18-60 tahun b. Pasien hipertensi lama yang rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan c. Bersedia untuk diobservasi d. Mengisi kuisioner secara lengkap Kriteria Eksklusi a. Pasien dengan penyakit parenkim i. Glomerulonefritis akut ii. Nefritis interstitial akut iii. Nekrosis tubuler akut b. Pasien dengan penyakit renovaskular i. Oklusi adrenalis bilateral ii. Poliarteritis nodosa akut iii. Nefrosklerosis iv. Trombosis vena renalis c. Pengguna kontrasepsi hormonal i. KB Suntik ii. Pil KB iii. Implant d. Hamil e. Gangguan jiwa berat f. Diet rendah garam g. Konsumsi obat alergi, asma atau flu h. Konsumsi nikotin, kafein, alkohol Identifikasi Variabel Variabel bebas : derajat insomnia (ringan, berat dan sangat berat) Variabel terikat : derajat hipertensi (prehipertensi, hipertensi stage I, dan hipertensi stage II) Variabel pengganggu : diet rendah garam, usia, konsumsi obat (alergi, asma atau flu), konsumsi nikotin, kafein atau alkohol Definisi Operasional Derajat Insomnia a. Adalah keadaan sulit tidur, sering terbangun pada malam hari, atau bangun lebih awal yang ditentukan dengan kuesioner Insomnia Rating Scale yang telah dibakukan oleh KSPBJ (Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta) b. Skala pengukuran : ordinal
8
Derajat Hipertensi a. Adalah tekanan darah yang diklasifikasikan sesuai kriteria JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Comittee on Prevention). Pengukuran darah dilakukan sebanyak 2 kali dan diambil rata-ratanya. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII : i. Prehipertensi : sistolik 120 – 139 mmHg atau diastolik 80 – 89 mmHg ii. Hipertensi stage I : sistolik 140 – 159 mmHg atau diastolik 90 – 99 mmHg iii. Hipertensi stage II : sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 100 mmHg b. Skala pengukuran : ordinal Instrumentasi Penelitian Instrumen yang digunakan data identitas responden dan kuesionerInsomnia Rating Scale yang telah dibakukan oleh KSPBJ (Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta). Pertanyaan dalam angket tersebut meliputi: a. Kesulitan untuk memulai tidur b. Tiba-tiba terbangun pada malam hari c. Bisa terbangun lebih awal/dini hari d. Merasa mengantuk di siang hari e. Sakit kepala pada siang hari f. Merasa kurang puas dengan tidur anda g. Merasa kurang nyaman/gelisah saat tidur h. Mendapat mimpi buruk i. Badan terasa lemah, letih, kurang tenaga setelah tidur j. Jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan k. Tidur selama 6 jam dalam semalam Angket ini menggunakan skala ordinal yaitu 1 (tidak pernah), 2 (kadang-kadang), 3 (sering), dan 4 (selalu). Jumlah total setiap item pertanyaan dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu 11– 19 (tidak ada keluhan insomnia), 20 – 27 (insomnia ringan), 28 – 36 (insomnia berat), dan 37 – 44 (insomnia sangat berat).
9
Skema Penelitian Populasi Kriteria Inklusi : a. Usia 18 – 60 tahun b. Pasien hipertensi lama yang rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan c. Pasien Rawat JalanPuskesmas Gubug I d. Bersedia diobservasi e. Mengisi kuesioner
Sampel
Insomnia Rating Scale
Kriteria Ekslusi : a. Pasien dengan penyakit parenkim b. Pasien dengan penyakit renovaskular c. Pengguna kontrasepsi hormonal d. Hamil e. Gangguan jiwa berat f. Diet rendah garam g. Konsumsi obat alergi, analgesik, asma atau flu h. Konsumsi nikotin, kafein atau alkohol
Rata-rata Tekanan Darah
Korelasi Spearman Rho (ρ)
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan tujuan membuktikan hipotesis penelitian. Uji statistik yang digunakan untuk membuktikan hubungan antara variabel derajat insomnia dengan derajat hipertensi adalah menggunakan teknik Korelasi Spearman Rho (ρ) dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 19.0. Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan pada bulan Agustus tahun 2012 terhadap pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Jumlah sampel yang didapat dalam penelitian ini adalah 104 orang. Sebanyak 5 orang dikeluarkan dari penelitian karena termasuk kriteria eksklusi, sehingga diperoleh 99 orang. Analisis data untuk mengetahui hubungan antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi menggunakan uji statistik Korelasi Spearman Rho (ρ) dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 19.0. Dari hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut :
10
Tabel 1 Deskripsi Usia Responden Usia
Jumlah
Frekuensi
(Tahun)
(N)
(%)
18 – 32
12
12.1
33 – 47
67
67.7
48 – 62
20
20.2
Total
99
100
Tabel 2 Deskripsi Derajat Insomnia Responden Derajat Insomnia
Jumlah
Frekuensi
(N)
(%)
Tidak Insomnia
6
6.1
Insomnia Ringan
93
93.9
Total
99
100
Tabel 3 Deskripsi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden Keterangan
Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik
Diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Rata-rata
175.05
99.29
Minimum
140
75
Maksimum
250
130
Standar Deviasi
21.11
10.738
Variance
445.661
115.311
Tabel 4 Deskripsi Derajat Hipertensi Responden Derajat Hipertensi
Jumlah
Frekuensi
(N)
(%)
Derajat 1
18
18.2
Derajat 2
81
81.8
Total
99
100
11
Tabel 5 Korelasi Derajat Insomnia dengan Derajat Hipertensi Variabel Derajat Hipertensi dengan Derajat Insomnia
r (rho)
p-value
0.210
0.037
Pembahasan Berdasarkan tabel distribusi subjek menurut interval usia, diketahui bahwa dari 99 pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan yang mengalami insomnia dan hipertensi sebagian besar berusia antara 42 – 54 tahun sebanyak 67 orang atau 67.7%, usia antara 55 – 67 tahun sebanyak 18 orang atau 18.2%, usia antara 29 – 41 tahun sebanyak 12 orang atau 12.1%, dan usia antara 68 – 80 tahun sebanyak 2 orang atau 2.0%. Menurut Amir (2010), setiap tahun diperkirakan sekitar 20-50% orang dewasa mengalami gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur serius. Menurut Purnomo (2008), prevalensi insomnia meningkat dengan bertambahnya usia, pada usia 30 tahun terdapat 15% laki-laki dan 25% wanita. Berdasarkan tabel distribusi subjek menurut derajat insomnia pada 99 pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan yang mengalami insomnia ringan sebanyak 93 orang atau 93.9%, sedangkan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 6 orang atau 6.1%. Menurut Amir (2010), insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Di Indonesia prevalensi insomnia sekitar 10%. Berdasarkan tabel distribusi subjek menurut hasil pemeriksaan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan diketahui bahwa rata-rata tekanan darah pasien termasuk kategori hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah sistolik 175.05 mmHg dan tekanan darah diastolik 99.29 mmHg. Berdasarkan tabel distribusi subjek menurut derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan sebagian besar mengalami hipertensi derajat 2 sebanyak 81 orang atau 81.8%, sedangkan yang mengalami hipertensi derajat 1 sebanyak 18 orang atau 18.2%. Berdasarkan tabel uji korelasi derajat insomnia dengan derajat hipertensi diketahui p value = 0,037 < 0,05 sehingga menolak hipotesis nihil (nol). Rho (ρ) value menunjukkan kuat lemahnya hubungan, dari hasil uji statistik Rho (ρ) = 0,210 < 0,05 berarti hubungan ini lemah. Artinya ada hubungan signifikan derajat
12
lemah antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan : 1. Sebagian besar pasien memiliki gangguan tidur (insomnia) sebanyak 93 orang dalam kategori insomnia ringan. 2. Sebagian besar pasien memiliki tekanan darah hipertensi dalam kategori derajat 2 yaitu sebanyak 81 orang. 3. Ada hubungan signifikan derajat lemah antara derajat hipertensi dengan derajat insomnia (p value = 0,037 < 0,05) pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan.
SARAN Beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain: 1. Pasien diharapankan lebih menjaga pola tidur sehat dan beristirahat yang cukup (tidur minimal 7 jam semalam), jika ada keluhan tidak bisa tidur segera periksakan diri ke dokter. 2. Dokter diharapkan memperhatikan keluhan insomnia pasien agar tidak berlanjut ke stadium yang lebih tinggi. 3. Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan edukasi kepada semua pasien terutama pasien insomnia.
DAFTAR PUSTAKA Amir, Nurmiati. 2010. Tata Laksana Insomnia Insomnia Bisa Terjadi Pada Semua Lapisan Usia, Tak Terkecuali Anak-Anak. Jakarta Arief, M.TQ., 2010. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta : Sebelas Maret University Press Armilawaty, A.H., Amirudin R., 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta Carr, Nick. 2009. The Function of Sleep. ABC. Corwin, E.J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC pp:484-9
13
Drake, C., 2012. Sleep 2012 Conference. Ford Hospital Sleep Disorders and Research Center. Boston Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2006. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2006. Semarang : Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah pp:42-3 Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2009. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009. Semarang : Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah Direktorat Jenderal Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Espie, C.A., 2002. Insomnia : Conceptual Issue in the Development, Persistence, and Treatment of Sleep Disorder in Adult. Annual Reviews 53:215-43 Gunawan, L., 2001. Hipertensi – Tekanan Darah Tinggi. Edisi Kedelapan. Yogyakarta : Kanisius pp:7-11 Gutierrez. 2011. Hypertension in a Population Cohort of People Aged or Years or Older in Spain. J Hypertens. 29(10):1863-70 Guyton, A.C., Hall, J., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Kesebelas. Jakarta : EGC pp:160-70 Japardi, I., 2002. Gangguan Tidur. USU Digital Library pp:1-11 Javaheri, S., Strofer-Isser, A., Rosen, C.L., Redline, S., 2008. Sleep Quality and Elevated Blood Pressure in Adolescents. August;18(8):1034-1040 Kaplan, N.M., 2002. Kaplan’s Clinical Hypertension. Edisi Kedelapan. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins pp:137-168 Kaplan & Sadock. 2007. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. Edisi Kesepuluh pp:750-71 Khomsan, Ali. 2009. Terapi Gizi untuk Insomnia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kumar. 2005. Clinical Medicine. Systemic Hypertension. Edisi Keenam. USA British Library Kleiner. 2007. Anxiety and Insomnia. Health Guide Healthcommunities. 2000. Sleep Disorders: Overview. Healthcommunities. Healthcommunities. 2000. Sleep Disorders: Types of Sleep Disorders. Healthcommunities.
14
Iskandar, Yul. (2009). Konsultasi Terapi Insomnia. Lanywati, E., 2001. Insomnia Gangguan Sulit Tidur. Yogyakarta : Kanisius Mansjoer, A., 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Pertama. Jakarta : Media Aesculapius Murti, B., 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Nabili, Saimak T., 2012. Insomnia. eMedicine Health. Feb;7(2):1-13 Nafrialdi. 2007. Buku Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta : EGC pp:341-360 Nasucha, Y., 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta : Media Perkasa Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B., 2005. Psikologi Abnormal. Edisi Kelima. Jilid Kedua. Jakarta : Erlangga pp:61-8 Notoadmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Riskesdas. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pp:110-5 Riwidikdo, H., 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Riyadina, W., 2002. Faktor-faktor Resiko Hipertensi pada Operator Pompa Bensin di Jakarta. Media Litbang Kesehatan Vol.XII No 2. Jakarta Robbins & Cotran. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Edisi Ketujuh. Jakarta : EGC pp:307-310 Rodenbeck, A., Cohrs, S., Jordan, W., Huether, G., Rüther, E., Hajak, G., 2003. The Sleep-improving Effects of Doxepn are Paralleled by a Normalized Plasma Cortisol Secretion in Primary Insomnia. December;170(4):423-28 Sheerwood, L., 2001. Fisiologi Manusia – dari Sel ke Sistem. Edisi Kedua. Jakarta : EGC pp:283-84 Sidharta, P., 2009. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat pp:192-3 Tambayong. 2000. Patofisiologi untuk Perawat. Edisi Pertama. Jakarta : EGC pp:13-4 The Seventh Report of the Joint National Committe on Pressure, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. August 2004.
15
Troxel, W.M., Robles, T.F., Hall, M., 2007. Marital Quality and Marital Bed : Examining The Covariation Between Relationship Quality and Sleep. October;11(5):389-404 Vgontzas, A.N., Liao, D., Bixler, E.O., Chrousos, G.P., Vela-Bueno, A., 2009. Insomnia with objective short duration is associated with a high risk for hypertension. April;32(4):491-7 Vgontzas, A.N., Bixler, E.O., Lin, H.M., Ten, H.T., Rein, J., Vela-Bueno, A., Kales, A., 2001. Prevalence of sleep-disordered breathing in women : effects of gender. March;163(3):608-13 Wade, A., Hwheir, D.N., Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection Study (PDS) to Identity and Compare Health Care Privider and Consumer Views of Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension, Jun;17(6):397 Weissman, M., 2008. Different Types of Insomnia May Need Different Treatments. So What Type Do You Have?. Insomnia-Free.com Yogiantoro, M. 2006. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jilid Pertama. Jakarta : FK UI pp:599-603